TAHUN 2017
SKRIPSI
Disusun oleh:
NIM: 1112101000047
PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
-0-
vii
ii
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN GIZI MASYARAKAT
Skripsi, Maret 2017
TYAS WIDYA UTAMI, NIM: 1112101000047
Studi Komparasi Faktor Risiko Gizi Lebih Pada Lansia Peserta Posbindu di
Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur Dengan Penghuni Panti Werdha Melania
Tahun 2017
xiv + 111 halaman, 9 tabel, 3 bagan, 4 lampiran.
ABSTRAK
Gizi lebih adalah salah satu masalah gizi lansia di Indonesia dan harus segera diatasi.
Faktor jenis tempat tinggal ternyata diketahui menyebabkan terjadinya perbedaan faktor
risiko gizi lebih. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor risiko gizi lebih lansia yang
tinggal di tempat yang berbeda, baik di panti werdha maupun di rumah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui faktor risiko gizi lebih antara lansia yang tinggal di rumah
dengan lansia yang tinggal di panti werdha.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional untuk menganalisis secara
terpisah hubungan antara variabel independen (karakteristik lansia, gaya hidup, pola
konsumsi) dengan variabel dependen (kejadian gizi lebih) pada populasi lansia yang
tinggal di rumah dan panti werdha di wilayah yang sama. Sebanyak 146 responden
dipilih menggunakan teknik proportional random sampling pada lansia yang tinggal di
rumah dan mengunjungi Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) secara rutin. Seluruh lansia
(32 responden) yang tinggal di panti werdha dalam wilayah yang sama juga dipilih.
Dengan menggunakan analisis bivariat (chi square), diketahui bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara faktorpendidikan, status merokok, dan asupan karbohidrat dengan
terjadinya gizi lebih pada lansia yang tinggal di rumah dan panti werdha. Semakin rendah
tingkat pendidikan, maka semakin banyak responden yang mengalami gizi lebih. Pada
lansia yang tinggal di rumah, lansia yang tidak pernah merokok cenderung lebih banyak
mengalami gizi lebih dibandingkan dengan lansia pernah dan sedang merokok. Selain itu,
lansia yang mengkonsumsi karbohidrat melebihi Angka Kecukupan Gizi (AKG),
cenderung lebih banyak mengalami gizi lebih dibandingkan dengan lansia yang
mengkonsumsi kabohidrat sesuai dan kurang dari AKG. Sedangkan pada lansia penghuni
panti werdha yang berstatus pernah merokok dan mengkonsumsi karbohidrat kurang dari
AKG cenderung lebih banyak yang mengalami gizi lebih.
Berdasarkan hasil penelitian ini, Puskesmas Ciputat Timur dan pihak Panti Werdha
Melania dapat melakukan intervensi yang sama pada faktor tingkat pendidikan yang
dapat dilakukan dengan mengadakan konseling yang cocok dan sesuai dengan tingkat
pendidikan lansia yang cenderung dasar dan menengah. Untuk asupan karbohidrat, pihak
puskesmas dapat menginformasikan dan memberi penyuluhan pada lansia peserta
posbindu supaya mengurangi konsumsi makanan tinggi karbohidrat. Namun, bagi pihak
Panti Werdha Melania agar dapat menginformasikan lansianya untuk meningkatkan
asupan karbohidrat. Sedangkan saran untuk peneliti selanjutnya agar dapat meneliti faktor
yang tidak diteliti dalam penelitian ini, menggunakan metode konversi tinggi badan
lansia dan metode perhitungan aktifitas fisik lain.
Kata kunci: Gizi Lebih, Lansia, Posbindu, Puskesmas, Panti Werdha.
Daftar bacaan: 104 (2002-2016)
iv
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
PROGRAME STUDY OF PUBLIC HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH NUTRITION CONCENTRATION
Undergraduate Thesis, March 2017
TYAS WIDYA UTAMI, NIM: 1112101000047
Comparative Study of Overweight Risk Factors in Elderly Participants at Posbindu
on Puskesmas Ciputat Timur and Melania Nursing Home on 2017
xiv + 111 pages, 9 tables, 3 charts, 4 attachments
ABSTRAK
Overweight is one of elderly’s nutrition problems in Indonesia and must be
handled soon. Dwelling factor has been known as a cause of difference in risk factors of
overweight. Therefore, we need to know about risk factors in overweight on elderly who
live in different places, such as at home and nursing house. This study aims to determine
the risk factors of overweight between elderly who live at home with them who live in
nursing house.
This study used cross sectional design to analized separately the relationship
between the independent variables (the characteristics of the elderly, lifestyles,
consumption patterns) with the dependent variable (incidence of overweight) in elderly
who lived at home and them at nursing house in the same area. 146 respondents were
selected using simple random techniques among elderly living at home and visiting
integrated health empowerment post (Pos Pembinaan Terpadu/Posbindu) regularly. All
the elderly (32 persons) living at the only nursing house in the same area were also
recruited. By doing a bivariate analysis (chi square), it was known that there was a
significant relationship between education, smoking status, and carbohydrate intake with
the incidence of overweight in elderly live at home and nursing house. The lower level of
education, the more respondents who have overweight in both places. Among the elderly
live at home, ones who never smoked had more possibility to be overweight compared
with the ones who never and was smoking. The ones who consumed carbohydrates
exceed recommended dietary allowance (RDA) were more prone to overweight
compared with the ones who consemed according and less than the RDA. While among
the elderly in nursing house, the ones who never smoked and consumed less than the
carbohydrates RDA tend more likely to be overweight.
Based on these results, Puskesmas Ciputat Timur and Melania Nursing Home can
do the same intervention at educational level factor that can be done by proper counseling
for primary and secondary education level. For carbohydrates intake factor, puskesmas
can inform and educate the elderly participants at posbindu to decrease the consumption
of high carbohydrate foods. However, for the Melania Nursing Home can inform the
elderly to increase carbohydrate intake. For further research, we expected to examine the
factors that not examined in this study, using another the height conversion of elderly
method and physical activity method.
Keywords: Overweight, Elderly, Posbindu, Puskesmas, Nursing Home.
The reading list: 104 (2002-2016)
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS PRIBADI
PENGALAMAN ORGANISASI
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ―Studi Komparasi
Faktor Risiko Gizi Lebih Pada Lansia Peserta Posbindu di Wilayah Kerja
Puskesmas Ciputat Timur Dengan Penghuni Panti Werdha Melania Tahun
2017” dengan baik.
1. Orangtuaku tercinta (bapak Wasito Nawikartha Putra dan mama Aswati), serta
adikku tersayang (Kiki Setiawan) yang di setiap hembusan nafasnya, mereka
panjatkan doa serta dukungan yang tak terhingga kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
2. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Fajar Ariyanti, S.KM, M.Kes, PhD selaku kepala Program Studi Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Febrianti, S.p, M.Si dan Ibu Dela Aristi, M.KM selaku dosen pembimbing
skripsi yang sudah memberikan waktu, ilmu, dan arahan untuk membimbing
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Pihak Puskesmas Ciputat Timur dan Panti Werdha Melania yang telah
mengizinkan penulis untuk melaksanakan penelitian di posbindu dan panti
werdha, serta para kader posbindu dan perawat di panti werdha yang banyak
membantu penulis selama proses penelitian.
6. Sahabat kesayangan, NiNe (Ayunda, Apip, Fadiah, Nisol, Norin, Ratna, Reffi,
Yolan) yang selalu memberikan doa, dukungan, dan semangat kepada penulis
hingga skripsi ini selesai.
7. Sahabat yang mengisi hari-hari saat masa perkuliahan, Be’ (Andini, Gopit, Nuni)
dan Itik (Vira, Ika, Jijah, Yolan, Andini) yang telah memberikan doa, keceriaan,
canda, dan tawa sejak awal perkuliahan hingga skripsi ini selesai.
vii
8. Teman-teman KesMas 2012, khususnya peminatan Gizi 2012 (Riskah, Widia,
Cesil, Arina Muthia, Arina Khoirina, dan Amay) terima kasih untuk semua ilmu,
kritik, saran, dan bantuannya yang tak terhingga selama peneliti menyusun
skripsi.
9. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
dan memberikan dukungan dari awal perkuliahan hingga skripsi ini selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat keterbatasan
dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
berbagai pihak agar dapat menyempurnakan skripsi ini dan bermanfaat bagi pihak
yang membaca.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ix
2.3.4 Pola Konsumsi pada Lansia .................................................................... 32
2.4 Penilaian Asupan Pangan dengan Food Recall 24 Hours .............................. 38
2.5 Kerangka Teori ............................................................................................... 40
BAB III ...................................................................................................................... 43
x
BAB VI ...................................................................................................................... 76
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR BAGAN
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
(WHO, 2011). Tidak hanya itu, diketahui pula bahwa hanya kelompok lansia
Research Center, 2016). Padahal pada kelompok ini tujuan paling penting
zat gizi pada lansia semakin bertambah. Hal tersebut dapat memicu timbulnya
masalah gizi lebih pada lansia. Sehingga diperlukan perhatian khusus pada
Seseorang dikatakan mengalami gizi lebih apabila memiliki IMT sebesar 25,1
hingga lebih dari 27 (Kemenkes, 2012). Lansia yang mengalami gizi lebih
akan bermasalah pada kebugaran dan kurang mampu/sulit untuk berjalan kaki
2011). Obesitas sentral diketahui pula menjadi salah satu faktor risiko
1
penyakit jantung koroner karena menyebabkan kerentanan seseorang terhadap
(14,7%) dan obesitas (17,8%) pada lansia pria dan prevalensi overweight
(21,3%) dan obesitas (28,6%) pada lansia wanita di Banten lebih besar jika
pada lansia pria dan prevalensi overweight (20,3%) dan obesitas (27,8%)
Selain itu, diketahui pula bahwa Banten juga termasuk lima provinsi
terjadi peningkatan jumlah lansia dengan berbagai kendala yang salah satunya
sebesar 18,3% (BPS Kota Tangerang Selatan, 2015a). Angka gizi lebih lansia
di wilayah ini sebesar 5,19% yang termasuk ke dalam lima angka terbesar
2
masalah gizi lebih pada lansia di Kota Tangerang Selatan (Dinkes Kota
gizi makro (Brown dkk, 2011; Fatmah, 2010; Darmojo, 2011), pendapatan,
dan status perkawinan (Brown dkk, 2011). Selain itu, ternyata jenis tempat
spiritual, dan religius pada lansia yang dapat berpengaruh terhadap status
Hal tersebut dapat dilihat pada hasil penelitian Norhasanah dkk (2015)
tersebut sama-sama terjadi gizi lebih, namun memiliki faktor risiko yang
perbedaan penyediaan makanan dan aktifitas fisik yang lebih teratur disajikan
dan dilakukan di panti werdha daripada di rumah, serta makanan yang lebih
gizi lebih.
3
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Bakhshi dkk (2011) terhadap
Melania dan ada pula yang tinggal di rumah bersama keluarga serta
Timur. Lansia yang tinggal di panti werdha memiliki jadwal makan yang
teratur. Tidak hanya itu, lansia di panti werdha juga memiliki jadwal untuk
secara rutin diadakan oleh pihak panti werdha. Hal tersebut tentunya berbeda
dengan kemampuan ekonomi tiap keluarga. Selain itu terdapat pula kegiatan
pengajian dan kegiatan senam lansia yang secara rutin juga dilaksanakan di
tiap posbindu.
jenis aktifitas fisik yang ada pada lansia di rumah dan panti werdha di
(Norhasanah dkk, 2015; Bakhshi dkk, 2011; Zhang dkk, 2013) sehingga
4
gizi lebih di kedua jenis tempat tersebut. Sebab, menurut data di tiga
posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur dan data kesehatan lansia
penghuni Panti Werdha Melania pada bulan Januari hingga Oktober 2016
diketahui bahwa besar masalah gizi lebih di kedua tempat tersebut secara
berturut adalah 52,6% dan 39,1%. Data gizi lebih tersebut diperoleh
posbindu dan dokter terhadap lansia penghuni panti werdha sebulan sekali
Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan komparasi pada lansia peserta
dua jenis tempat tersebut juga memiliki perbedaan atau tidak. Sehingga,
risiko dari masalah gizi lebih tersebut. Di samping itu, faktor jenis tempat
gizi lebih yang juga berbeda. Sedangkan lansia di Ciputat Timur ada yang
tinggal di Panti Werdha Melania dan ada pula yang tinggal di rumah bersama
5
keluarga serta memeriksakan kesehatannya di posbindu wilayah kerja
atau tidak. Sehingga, peneliti ingin melakukan komparasi pada lansia peserta
Werdha Melania.
a. Apakah ada atau tidak ada perbedaan karakteristik lansia (jenis kelamin,
dan status merokok), dan pola konsumsi (total energi, asupan karbohidrat,
2017?
protein, dan lemak) dengan kejadian gizi lebih pada lansia peserta
6
status merokok), dan pola konsumsi (total energi, asupan karbohidrat,
protein, dan lemak) dengan kejadian gizi lebih pada lansia penghuni Panti
hidup (aktifitas fisik dan status merokok), dan pola konsumsi (total
7
c. Diketahuinya hubungan antara karakteristik lansia (jenis kelamin,
gizi lebih pada lansia penghuni Panti Werdha Melania tahun 2017.
1.5.1 Bagi Pihak Puskesmas Ciputat Timur dan Panti Werdha Melania
lansia di dua jenis tempat tinggal yang berbeda, yaitu di rumah dan
panti werdha.
8
b. Sebagai media pembelajaran, pengembangan kompetensi diri dan
bertujuan untuk mengetahui faktor risiko gizi lebih pada lansia peserta
Werdha Melania tahun 2017. Penelitian ini dimulai sejak bulan Desember
2016 hingga bulan Januari tahun 2017. Populasi penelitian ini adalah seluruh
dan pendidikan), gaya hidup (aktifitas fisik dan status merokok), dan pola
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Lebih spesifik, Kemenkes (2012)
membagi lanjut usia menjadi tiga kelompok, yaitu: pra lanjut usia (45-59
tahun), lanjut usia (60-69 tahun), dan lanjut usia risiko tinggi (≥70 tahun atau
membedakan lansia menjadi tiga kelompok, yaitu young old (65-74 tahun),
masalah gizi pada lansia sebagian besar merupakan masalah gizi lebih,
dimana masalah gizi lebih tersebut merupakan salah satu faktor risiko
10
Status fungsional yang menurun pada lansia dapat memperburuk
dan jumlah kalori melebihi yang dibutuhkan tubuh. Jumlah kalori yang
jumlah makan. Hal ini dikarenakan pada lansia proses metabolisme telah
Salah satu cara untuk mengetahui status gizi lebih pada lansia,
Tabel 2.1
Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan IMT yang digunakan di
Indonesia
IMT Status Gizi
< 17,0 Sangat kurus
17,0 -18,4 Kurus
18,5 – 25,0 Normal
25,1 -27,0 Gemuk
>27,0 Obesitas
Sumber: Kemenkes (2012)
11
Penilaian gizi lebih pada seseorang dapat diukur dengan
panjang depa, atau tinggi duduk (Fatmah, 2010). Hal ini dikarenakan
yang paling tepat dan dapat dilakukan untuk menentukan gizi lebih
pada lansia.
a. Berat Badan
(Kemenkes, 2012).
12
b. Panjang Depa
sepanjang dua meter pada lansia yang tidak mampu berdiri tegak,
ketelitian 0,1 cm mulai dari ujung jari tengah kanan hingga ujung
13
memiliki tingkat validitas lebih tinggi daripada tinggi lutut karena
(Fatmah dkk, 2008). Berikut prediksi tinggi badan lansia pria dan
Tabel 2.2
Angka Kecukupan Gizi (AKG) pada Lansia
Pria Wanita
No. Zat Gizi Umur (tahun)
50-64 65-79 80+ 50-64 65-79 80+
1 Energi (kkal) 2325 1900 1525 1900 1550 1425
2 Protein (gram) 65 62 60 57 56 55
3 Lemak (gram) 65 53 42 53 43 40
4 Karbohidrat 349 309 248 285 252 232
(gram)
14
2.3 Faktor Risiko Gizi Lebih pada Lansia
Jika ditinjau dari aspek kesehatan, proses penuaan pada lansia akan
aktifitas fisiologi berkaitan erat dengan masalah gizi yang dialami oleh lansia.
Hal ini makin diperparah dengan konsumsi makanan yang kurang seimbang
dan kondisi lansia yang secara alami sudah mengalami penurunan. Penurunan
gizi pada lansia yang umumnya lebih rendah jika dibandingkan dengan
metabolisme basal pada lansia, ditambah dengan aktifitas fisik yang juga
mulai menurun (Fatmah, 2010). Berikut beberapa faktor risiko gizi lebih pada
a. Usia
Selain itu, diketahui pula bahwa lansia wanita dan pria lebih
berisiko 4,9 kali dan 5,8 kali mengalami gizi lebih dibandingkan
15
Terjadinya kelebihan berat badan dan obesitas, tidak terlepas
b. Jenis Kelamin
16
berisiko 1,5 kali mengalami gizi lebih dibandingkan lansia pria
(Setiyanto, 2012).
Selain itu, wanita juga memiliki massa lemak yang relatif lebih
c. Status Perkawinan
17
Pada saat belum menikah, seseorang akan lebih
2008).
d. Pekerjaan
18
obesitas dimana lansia yang lama tidak bekerja berisiko 1,64 kali
samping itu, diketahui pula bahwa wanita dan pria yang memiliki
19
dapat menghambat terjadinya peningkatan berat badan (Schulte
dkk, 2007).
e. Pendidikan
20
Selain itu, hal ini juga cenderung lebih berpengaruh pada
f. Status Menopause
dengan tingkat estrogen yang lebih rendah baik pada pria maupun
21
penelitiannya, Gonçalves dkk (2016) menyatakan bahwa lansia
seperti kebiasaan makan dan gaya hidup yang buruk, maka wanita
22
itu, wanita juga rentan terhadap penyakit endokrin yang
a. Aktifitas Fisik
Selain itu, diketahui pula bahwa lansia wanita dan pria dengan
23
aktifitas fisik yang rendah berisiko 1,91 kali dan 1,5 kali
24
jantung, dan menurunkan risiko diabetes melitus karena aktifitas
Fatmah, 2010).
salah satu kuesioner yang dapat digunakan oleh responden lansia dan
2009).
25
Analisis hasil pengisian kuesioner GPAQ akan dikategorikan
yaitu:
b. Status merokok
lebih dan obesitas (Andrade dkk, 2012; Dare dkk, 2015; Kwon
lalu. Hal ini dapat dilihat pada hasil penelitian Dare dkk (2015),
26
yaitu mantan perokok berat berisiko 1,6 kali lebih berpeluang
perokok. Pria dan wanita mantan perokok berat berisiko 1,94 kali
27
menyebabkan perubahan berat badan. Hal yang sama juga
2012; Lei dkk, 2014; Zhang dkk, 2013). Hasil yang sama juga
2012).
28
Berdasarkan hasil dari penelitian Anggraeni (2013) diketahui
ini cukup tinggi. Hal ini disebabkan sebagian besar dari mereka
juga mereka peroleh dari para tamu, donatur, maupun LSM yang
tidak memiliki ahli gizi dan perawat yang tidak profesional dalam
29
aktifitas fisik yang seharusnya dilakukan oleh lansia. Sedangkan,
b. Pendapatan
30
lebih tinggi dibandingkan seseorang dengan pendapatan tinggi
31
gula, bahan pengawet, dan lemak yang menjadi pemicu terjadinya
gizi lebih.
a. Total Energi
32
lingkar pinggang seseorang. Selain itu, hasil penelitian ini juga
b. Asupan Karbohidrat
33
obesitas apabila membatasi jumlah asupan karbohidrat. Hasil
2005; Golay dkk, 1996 dalam van Dam & Seidell, 2007). Selain
asupan karbohidrat kurang dari sama dengan 600 gram per hari
34
dalam tubuh. Selain itu, insulin juga berperan untuk menahan
c. Asupan Lemak
Selain itu, lansia dengan asupan lemak lebih dari 20% AKG
35
sel-sel adiposa yang masuk ke dalam peredaran darah dan
darah yang berasal dari jaringan lemak yang banyak. Karena itu
nafsu makan sampai titik patokan yang lebih tinggi. Oleh sebab
36
akan membebani kerja usus. Sehingga, jika lansia
d. Asupan Protein
asupan protein yang melebihi 100 gram akan berisiko 1,6 kali
37
hipotalamus. Leptin merupakan penghubung antara sistem
syaraf pusat dan sel lemak dalam tubuh yang berperan dalam
titik patokan yang lebih tinggi. Oleh sebab itu, simpanan lemak
Metode food recall 24 hours dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah
38
(Supariasa et al, 2002). Metode ini sebaiknya dilakukan secara berulang dan
dalam ukuran URT selama kurun waktu 24 jam. Selanjutnya hasil pencatatan
Keunggulan dari metode ini yaitu dapat diterapkan pada populasi dengan
etnik yang berbeda-beda, tidak harus bisa membaca dan menulis, penolakan
lengkap dan rinci, serta ukuran porsi sulit untuk diestimasi secara tepat
(Fatmah, 2010).
hours. Hal ini dikarenakan menurut buku Pedoman Pelayanan Gizi Lanjut
dapat diketahui berapa besar pencapaian asupan zat gizi seseorang terhadap
AKG (Kemenkes, 2012). Selain itu, terdapat sebuah hasil penelitian yang
39
menunjukkan bahwa food recall 24 hours yang dilakukan selama tiga hari
cairan, kalium, dan kalsium yang hasilnya tidak berbeda dari yang diperoleh
2011) serta rata-rata asupan ternyata lebih tinggi pada saat weekend (Ma dkk,
2009).
Oleh karena itu, peneliti melakukan food recall 24 hours selama 3 hari,
yaitu dua hari weekday dan satu hari weekend untuk melihat keragaman
dan/atau output energi yang rendah melalui aktifitas fisik (Brown dkk, 2011).
Beberapa faktor risiko gizi lebih pada lansia antara lain: jenis kelamin,
dan aktifitas fisik serta faktor pekerjaan (Kemenkes, 2012; Fatmah, 2010,
Darmojo, 2011). Selain itu, faktor pendidikan, status merokok juga diketahui
sebagai faktor risiko terjadinya gizi lebih (Darmojo, 2011). Diketahui pula
asupan zat gizi makro (Brown dkk, 2011; Fatmah, 2010; Darmojo, 2011),
40
pendapatan, status perkawinan, dan statu`s tinggal lansia juga menjadi faktor
oleh faktor umur, jenis kelamin, aktifitas fisik, dan pekerjaan. Sedangkan
pada lansia adalah usia, jenis kelamin, penurunan aktifitas fisik, serta
kebutuhan zat gizi makro pada lansia yang dapat dilihat dari total energi,
asupan karbohidrat, protein, dan lemak. Di samping itu, menurut teori Brown
mengalami risiko gizi, yaitu status tinggal lansia, status menopause, serta
asupan pangan.
41
Bagan 2.1
Kerangka Teori
Karakteristik Lansia
Usia
Jenis kelamin
Status perkawinan
Pekerjaan
Pendidikan
Status menopause
Gaya Hidup
Aktifitas fisik Gizi Lebih pada
Status merokok Lansia
Sosial Ekonomi
Pendapatan
Status tinggal
lansia
Pola konsumsi
a. Total Energi
b. Asupan
Karbohidrat
c. Asupan Protein
d. Asupan Lemak
Adaptasi teori dari Brown dkk (2011), Darmojo (2011), Fatmah (2010), serta
Kemenkes (2011)
42
BAB III
bahwa faktor risiko gizi lebih pada lansia meliputi: usia, jenis kelamin, status
teori dari Fatmah (2010), Kemenkes (2011), Darmojo (2006), serta Brown
dkk (2011). Seluruh faktor akan dicantumkan dalam kerangka konsep, kecuali
ini sudah fokus pada kelompok lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun
ke atas. Selain itu, mengingat bahwa responden yang akan diteliti adalah
43
Bagan 3.2
Kerangka Konsep
Karakteristik Lansia
a. Jenis kelamin
b. Status perkawinan
c. Pekerjaan
d. Pendidikan
Gaya Hidup
Gizi lebih pada
a. Aktifitas fisik lansia
b. Status merokok
Pola konsumsi
a. Total Energi
b. Asupan
Karbohidrat
c. Asupan Protein
d. Asupan Lemak
44
3.2 Definisi Operasional
Adapun definisi operasional yang digunakan untuk mendefinisikan variabel dependen dan independen dijelaskan pada Tabel 3.1
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Variabel Dependen
1. Gizi lebih Klasifikasi gizi lebih hasil Penimbangan berat Timbangan 1. Ya (IMT <25,1) Ordinal
perbandingan antara berat badan badan dan injak (SECA), 2. Tidak (IMT ≥25,1)
(kg) dengan tinggi badan (m²). pengukuran alat ukur
Konversi tinggi badan diperoleh panjang depa panjang depa
berdasarkan hasil dari prediksi
pengukuran panjang depa yang
dilakukan pada lansia.
Variabel Independen
2. Jenis kelamin Perbedaan seks sejak lahir yang Observasi Kuesioner 1. Wanita Nominal
dibedakan antara pria dan 2. Pria
wanita
45
No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
4. Pekerjaan Kegiatan yang dilakukan lansia Wawancara Kuesioner 1. Tidak bekerja Nominal
setiap hari yang dapat 2. Bekerja
menghasilkan uang baik di (Simanjuntak, 2010)
dalam maupun di luar rumah
5. Pendidikan Pendidikan formal terakhir yang Wawancara Kuesioner 1. Dasar (SD/sederajat dan Ordinal
ditempuh oleh responden SMP/sederajat
2. Menengah (SMA/sederajat)
3. Tinggi (Perguruan tinggi)
(UU RI No 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional, 2003)
6. Aktifitas fisik Aktifitas fisik yang dilakukan Wawancara Global Physical 1. Aktifitas ringan (orang yang Ordinal
sehari-hari, seperti saat bekerja, Activity memiliki total skor aktifitas fisik
olahraga, pergi ke suatu tempat, Questionnaire <600 MET-menit/minggu)
ataupun saat istirahat (GPAQ) 2. Aktifitas sedang (orang yang
memiliki total skor aktifitas fisik
minimal 600-1499 MET-
menit/minggu)
3. Aktifitas tinggi (orang yang
memiliki total skor aktifitas fisik
≥1500 MET-menit/minggu)
(WHO GPAQ, 2012).
7. Status merokok Status merokok yang dilakukan Wawancara Kuesioner 1. Tidak pernah merokok Ordinal
responden saat diwawancarai 2. Pernah merokok
3. Sedang merokok
(Dare dkk, 2015)
46
No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
8. Total energi Jumlah energi dalam satuan kkal Wawancara Formulir food Pria: Ordinal
yang dikonsumsi dalam sehari dengan metode recall 3x24 a. Usia 60-64 tahun
food recall 3x24 hours 1. Melebihi AKE (>2325 kkal)
hours 2. Sesuai AKE (=2325 kkal)
3. Kurang AKE (<2325 kkal)
b. Usia 65-79 tahun
1. Melebihi AKE (>1900 kkal)
2. Sesuai AKE (=1900 kkal)
3. Kurang AKE (<1900 kkal)
c. Usia 80+ tahun
1. Melebihi AKE (>1525 kkal)
2. Sesuai AKE (=1525 kkal)
3. Kurang AKE (<1525 kkal)
Wanita:
a. Usia 60-64 tahun
1. Melebihi AKE (>1900 kkal)
2. Sesuai AKE (=1900 kkal)
3. Kurang AKE (<1900 kkal)
b. Usia 65-79 tahun
1. Melebihi AKE (>1550 kkal)
2. Sesuai AKE (=1550 kkal)
3. Kurang AKE (<1550 kkal)
c. Usia 80+ tahun
1. Melebihi AKE (>1425 kkal)
2. Sesuai AKE (=1425 kkal)
3. Kurang AKE (<1425 kkal)
47
No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
(Kemenkes, 2014a)
9. Asupan Jumlah karbohidrat dengan Wawancara Formulir food 1. Melebihi AKG (>65% AKE) Ordinal
karbohidrat satuan gram yang dikonsumsi dengan metode recall 3x24 2. Sesuai AKG (60-65% AKE)
dalam sehari food recall 3x24 hours 3. Kurang AKG (<60% AKE)
hours (Kemenkes, 2014a)
10. Asupan protein Jumlah protein dengan satuan Wawancara Formulir food 1. Melebihi AKG (>15% AKE) Ordinal
gram yang dikonsumsi dalam dengan metode recall 3x24 2. Sesuai AKG (10-15% AKE)
sehari food recall 3x24 hours 3. Kurang AKG (<10% AKE)`
hours (Kemenkes, 2014a)
11 Asupan lemak Jumlah lemak dengan satuan Wawancara Formulir food 1. Melebihi AKG (>25% AKE) Ordinal
gram yang dikonsumsi dalam dengan metode recall 3x24 2. Sesuai AKG (20-25% AKE)
sehari food recall 3x24 hours 3. Kurang AKG (<20% AKE)
hours (Kemenkes, 2014a)
48
3.3 Hipotesis Penelitian
b. Ada hubungan antara karakteristik lansia, gaya hidup, dan pola konsumsi
dengan kejadian gizi lebih pada lansia peserta posbindu di wilayah kerja
c. Ada hubungan antara karakteristik lansia, gaya hidup, dan pola konsumsi
dengan kejadian gizi lebih pada lansia penghuni Panti Werdha Melania
tahun 2017.
49
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
(aktifitas fisik dan status merokok), serta pola konsumsi pada lansia (total
dependen dalam penelitian ini yaitu kejadian gizi lebih pada lansia peserta
Werdha Melania tahun 2017. Pengumpulan data dan informasi antara variabel
2017 di seluruh posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur dan Panti
Werdha Melania.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lansia (60 tahun atau lebih)
dan penghuni Panti Werdha Melania tahun 2017. Adapun besar sampel pada
50
penelitian ini didapat dengan menggunakan rumus uji hipotesis estimasi beda
{ √ ̅ ̅ √ }
⁄
Keterangan:
Tabel 4.1
Besar Sampel Minimal
No. Variabel P1 P2 n Sumber
1. Jenis kelamin 0,297 0,104 67 Andrade dkk, (2012)
2. Status perkawinan 0,285 0,078 54 Janghorbani dkk, (2008)
3. Pekerjaan 0,058 0,229 65 Simanjuntak (2010)
4. Pendidikan 0,15 0,32 76 Ma (2003)
5. Aktifitas fisik 0,368 0,632 44 Shebl (2015)
6. Status merokok 0,249 0,096 75 Andrade (2012)
7. Asupan protein 0,385 0,6 84 Setiani (2012)
yang kurang atau hilang maka peneliti menambahkan 10% dari jumlah
maka untuk satu kelompok minimal sampel yaitu 93 orang, sehingga untuk
51
dua kelompok menjadi 186 lansia. Namun, dikarenakan jumlah populasi
Bagan 4.1
Pembagian Jumlah Sampel Penelitian
n = 186 lansia
Keterangan:
52
Tabel 4.2
Pembagian Jumlah Sampel di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Ciputat Timur
Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu lansia yang menjadi peserta
ini yaitu lansia yang dalam keadaan sakit sehingga tidak dapat diwawancarai
oleh peneliti dan lansia yang didiagnosis menderita demensia menurut dokter
atau bidan.
a. Data primer
Data primer merupakan data yang dikumpulkan dari responden
secara langsung oleh peneliti dengan dibantu oleh dua orang
mahasiswa gizi kesehatan masyarakat. Data primer yang
dikumpulkan antara lain:
53
1. Data status gizi lebih lansia. Data ini diperoleh dengan
nilai IMT.
Questionnaire (GPAQ).
yaitu:
54
1. Peneliti membuat surat izin melakukan studi pendahuluan dari
55
memperkenalkan diri, menjelaskan maksud dan tujuan
lansia.
b. Data sekunder
56
dalam penelitian ini adalah daftar nama penghuni panti werdha
fisik dan formulir food recall 3x24 hours. Berikut alur pengumpulan
data tersebut:
ditentukan.
data identitas diri dan data antropometri (berat badan dan panjang
depa)
57
4.4.3 Instrumen Penelitian
f. Food model
4.4.4 Pengukuran
b. Data antropometri
58
selanjutnya diolah untuk mengetahui status gizi lebih pada
lansia pria dan wanita usia 55-85 tahun sehingga digunakan sebagai
tahap uji validitas dan reliabilitas. Selain itu, kuesioner ini juga
59
yang telah didapat dari responden selanjutnya akan dihitung dan
kg/kkal/jam.
dalam satuan MET menit/minggu. Level dari total aktifitas fisik akan
Data tentang pola konsumsi yang terdiri dari total energi, asupan
60
4.5 Manajemen Data
Semua data yang telah terkumpul berupa data primer akan diolah melalui
responden dan memastikan setiap lembar kuesioner yang telah diisi oleh
1. Variabel dependen
61
2. Variabel independen
a) Jenis kelamin
b) Status perkawinan
c) Pekerjaan
d) Pendidikan
e) Aktifitas fisik
62
sedang, sedangkan kode ―3‖ diberikan apabila responden
f) Status merokok
merokok.
g) Total energi
h) Asupan karbohidrat
i) Asupan protein
63
diberikan apabila responden mengkonsumsi protein kurang dari
AKG.
j) Asupan lemak
AKG.
data tersebut tidak ada yang salah, agar data siap diolah dan dianalisis.
(aktifitas fisik dan status merokok), serta pola konsumsi pada lansia
64
(total energi, asupan karbohidrat, protein, dan lemak). Dari data yang
variabel.
(aktifitas fisik dan status merokok), serta pola konsumsi pada lansia
dugaan terhadap perbandingan nilai dua populasi atau lebih (Gani &
Siti, 2015) serta dapat digunakan untuk membandingkan data pada dua
kelompok atau lebih yang berjenis nominal dan ordinal (Dahlan, 2008).
independen dan jika p-value >0,05 maka menunjukkan bahwa tidak ada
65
BAB V
HASIL
Tabel 5.1
Gambaran Komparasi Distribusi Karakteristik Lansia Peserta
Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur dan
Penghuni Panti Werdha Melania Tahun 2017
Tempat Tinggal
Posbindu wilayah
Karakteristik Panti Werdha
kerja Puskesmas P-value
lansia Melania
Ciputat Timur
n % n %
Jenis kelamin
Wanita 123 84,2 24 75
0,321
Pria 23 15,8 8 25
Total 146 100 32 100
Status perkawinan
Kawin 101 69,2 0 0
Cerai mati 31 21,2 21 65,6
0,000
Cerai hidup 12 8,2 8 25
Belum kawin 2 1,4 3 9,4
Total 146 100 32 100
Pekerjaan
Tidak bekerja 109 74,7 32 100
0,003
Bekerja 37 25,3 0 0
Total 146 100 32 100
Pendidikan
Dasar 89 61 7 21,9
Menengah 51 34,9 14 43,8 0,000
Tinggi 6 4,1 11 34,4
Total 146 100 32 100
*Uji chi square, CI:95%.
66
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa responden lansia
panti werdha lebih banyak berstatus cerai mati (65,6%). Selain itu,
persentase pada status tidak bekerja yaitu 74,7% dan 100%. Hasil
Selain itu, dari tabel diatas juga dapat diketahui bahwa tidak ada
67
5.2 Gambaran Komparasi Distribusi Gaya Hidup Lansia Peserta
Posbindu Di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur dan
Penghuni Panti Werdha Melania Tahun 2017
Tabel 5.2
Gambaran Komparasi Distribusi Gaya Hidup Lansia Peserta
Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur dan
Penghuni Panti Werdha Melania Tahun 2017
Tempat Tinggal
Posbindu wilayah
Gaya Hidup Panti Werdha
kerja Puskesmas P-value
Lansia Melania
Ciputat Timur
n % n %
Aktifitas Fisik
Aktifitas ringan 21 14,4 25 78,1
Aktifitas sedang 30 20,5 7 21,9 0,000
Aktifitas tinggi 95 65,1 0 0
Total 146 100 32 100
Status merokok
Pernah merokok 19 13 9 28,1
Tidak pernah
merokok 111 76 23 71,9 0,025
Sedang 16 11 0 0
merokok 146 100 32 100
Total
*Uji chi square, CI:95%.
68
merokok memiliki persentase terbanyak baik di posbindu (76%)
Selain itu, dari tabel diatas juga dapat diketahui bahwa terdapat
Tabel 5.3
Gambaran Komparasi Distribusi Pola Konsumsi Lansia Peserta
Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur Dan
Penghuni Panti Werdha Melania Tahun 2017
Tempat Tinggal
Posbindu wilayah
Pola Konsumsi Panti Werdha
kerja Puskesmas P-value
Lansia Melania
Ciputat Timur
n % n %
Total energi
Melebihi AKE 32 21,9 0 0 0,008
Kurang AKE 114 78,1 32 100
Total 146 100 32 100
69
Tempat Tinggal
Posbindu wilayah
Pola Konsumsi Panti Werdha
kerja Puskesmas P-value
Lansia Melania
Ciputat Timur
n % n %
Asupan
karbohidrat 75 51,4 4 12,5
Melebihi AKG 5 3,4 1 3,1
0,000
Sesuai AKG 66 45,2 27 84,4
Kurang AKG 146 100 32 100
Total
Asupan protein
Melebihi AKG 141 96,6 30 93,8
Sesuai AKG 3 2,1 1 3,1
0,760
Kurang AKG 2 1,4 1 3,1
Total 146 100 32 100
Asupan lemak
Melebihi AKG 115 78,8 22 68,8
Sesuai AKG 2 1,4 6 18,8 0,000
Kurang AKG 29 19,9 4 12,5
Total 146 100 32 100
*Uji chi square, CI:95%.
di panti werdha (100%) memiliki total energi yang masih kurang dari
pula bahwa sebanyak 96,6% dan 93,8% lansia di posbindu dan panti
Tidak hanya itu, pada asupan lemak baik lansia di posbindu maupun
70
Selain itu, dari tabel diatas juga dapat diketahui bahwa terdapat
Tabel 5.4
Hubungan Karakteristik, Gaya Hidup, dan Pola Konsumsi Lansia
Dengan Kejadian Gizi Lebih pada Lansia Peserta Posbindu di
Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur Tahun 2017
71
Status Gizi Lebih
Total
Karakteristik lansia Ya Tidak P value
n % n % n %
Pekerjaan
Tidak bekerja 56 51,4 53 48,6 109 100
0,217
Bekerja 14 37,8 23 62,2 37 100
Pendidikan
Dasar 65 73 24 27 89 100
Menengah 4 7,8 47 92,2 51 100 0,000
Tinggi 1 16,7 5 83,3 6 100
Status merokok
Tidak pernah merokok 50 45 61 55 111 100
0,000
Pernah merokok 18 94,7 1 5,3 19 100
Sedang merokok 2 12,5 14 87,5 16 100
Aktifitas Fisik
Aktifitas ringan 13 61,9 8 38,1 21 100
0,329
Aktifitas sedang 15 50 15 50 30 100
Aktifitas tinggi 42 44,2 53 55,8 95 100
Total energi
Melebihi AKE 17 53,1 15 46,9 32 100 0,643
Kurang AKE 53 46,5 61 53,5 114 100
Asupan karbohidrat
Melebihi AKG 43 57,3 32 42,7 75 100
0,038
Sesuai AKG 3 60 2 40 5 100
Kurang AKG 24 36,4 42 63,6 66 100
Asupan protein
Melebihi AKG 67 47,5 74 52,5 141 100
0,802
Sesuai AKG 2 66,7 1 33,3 3 100
Kurang AKG 1 50 1 50 2 100
Asupan lemak
Melebihi AKG 59 51,3 56 48,7 115 100
0,263
Sesuai AKG 1 50 1 50 2 100
Kurang AKG 10 34,5 19 65,5 29 100
*Uji chi square, CI:95%.
72
pula bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis
asupan protein, dan asupan lemak dengan gizi lebih pada lansia
konsumsi lansia dengan kejadian gizi lebih pada lansia penghuni Panti
Tabel 5.5
Hubungan Karakteristik, Gaya Hidup, dan Pola Konsumsi Lansia
Dengan Kejadian Gizi Lebih pada Lansia Penghuni Panti Werdha
Melania
Tahun 2017
Status Gizi Lebih
Total
Karakteristik lansia Ya Tidak P value
n % n % n %
Jenis kelamin
Wanita 10 41,7 14 58,3 24 100
0,703
Pria 4 50 4 50 8 100
Status perkawinan
Cerai mati 10 47,6 11 52,4 21 100
0,157
Cerai hidup 4 50 4 50 8 100
Belum kawin 0 0 3 100 3 100
Pekerjaan -
Tidak bekerja 14 43,8 18 56,2 32 100
Pendidikan
Dasar 6 85,7 1 14,3 7 100
0,031
Menengah 4 28,6 10 71,4 14 100
73
Status Gizi Lebih
Total
Karakteristik lansia Ya Tidak P value
n % n % n %
Tinggi 4 36,4 7 63,6 11 100
Status merokok
Tidak pernah merokok 6 26,1 17 73,9 23 100
0,004
Pernah merokok 8 88,9 1 11,1 9 100
Aktifitas Fisik
Aktifitas ringan 13 52 12 48 25 100
0,104
Aktifitas sedang 1 14,3 6 85,7 7 100
Total energi
Kurang AKE 14 43,8 18 56,2 32 100 -
Asupan karbohidrat \
Melebihi AKG 4 100 0 0 4 100
Sesuai AKG 0 0 1 100 1 100 0,016
Kurang AKG 10 37 17 63 27 100
Asupan protein
Melebihi AKG 14 46,7 16 53,3 30 100
Sesuai AKG 0 0 1 100 1 100 0,3
Kurang AKG 0 0 1 100 1 100
Asupan lemak
Melebihi AKG 12 54,5 10 45,5 22 100
Sesuai AKG 2 33,3 4 66,7 6 100 0,052
Kurang AKG 0 0 4 100 4 100
*Uji chi square, CI:95%.
asupan protein, dan asupan lemak dengan gizi lebih pada lansia
74
0,3; dan 0,052. Pada variabel pekerjaan dan total energi tidak muncul
nilai p-value, sebab seluruh lansia di panti werdha tidak bekerja dan
menjadi homogen.
75
BAB VI
PEMBAHASAN
76
menurut Bull dkk (2009) kuesioner ini dapat digunakan untuk
pada lansia
hal ini juga dapat dikaitkan dengan data dari Kemenkes (2013)
77
Keadaan tersebut disebabkan oleh lansia wanita yang lebih
wanita.
kawin (19,82%) dan cerai mati (7,67%) serta lansia pria yang
78
lansianya adalah cerai mati sehingga persentase lansia cerai
2015).
79
responden dalam penelitian ini sebagian besar adalah wanita
penelitian ini.
80
besar beraktifitas rendah (78,1%). Hal ini tidak sesuai dengan
81
merokok. Selain itu, juga sesuai dengan hasil penelitian
pada kategori kurang dari AKE. Hal tersebut dapat terlihat dari
96% dan 80% lansia di salah satu panti werdha wilayah Jakarta
82
Rendahnya total energi pada lansia tersebut dapat dikarenakan
83
kurang. Sedangkan pada asupan lemak, lansia peserta posbindu
bihun goreng, semur ayam, telur ayam, susu kental manis, dan
lain sebagainya.
84
a. Jenis Kelamin
85
posbindu dan panti werdha dikarenakan data jenis kelamin
86
b. Status Perkawinan
87
Tidak adanya hubungan tersebut bisa terjadi karena data
c. Pekerjaan
88
bekerja, namun lansia tesebut tetap melakukan kegiatan
89
Meskipun terdapat kecenderungan data bahwa lansia
d. Pendidikan
(43,8%).
90
dengan gizi lebih, baik pada peserta posbindu maupun
91
menghindari kebiasaan yang tidak sehat (Kemna,1987
2011).
a. Aktifitas Fisik
92
Adanya perbedaan aktifitas fisik di kedua tempat
93
dengan gizi lebih baik pada peserta posbindu maupun
94
aktifitas ringan dan mengalami gizi lebih persentasenya
b. Status Merokok
merokok.
95
terdapat hubungan yang signifikan antara status merokok
96
jumlah makanan yang dikonsumsi dalam waktu singkat
tubuh.
a. Total Energi
97
yang telah mengurangi jumlah konsumsi nasi dan
Simanjuntak, 2010).
terjadi karena data total energi yang relatif homogen. Hal ini
98
dapat dilihat pada tabel 5.3 bahwa persentase total energi
b. Asupan Karbohidrat
99
mengurangi jumlah konsumsi nasi dan menggantinya
100
menurut pendapat lansia, jenis makanan tersebut lebih sehat
daripada nasi.
101
insulin merupakan hormon penyimpan kelebihan
c. Asupan Protein
102
pihak panti werdha bahwa lebih banyak pada sumber
Simanjuntak, 2010).
103
ayam goreng, dan sarden bahkan dalam jumlah yang lebih
104
AKG. Sehingga, data yang homogen tersebut dapat
d. Asupan Lemak
105
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan lemak
106
goreng, ayam goreng, dan bihun goreng. Sehingga terdapat
107
BAB VII
7.1 Simpulan
108
peserta posbindu di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur tahun
2017.
7.2 Saran
dilakukan, yaitu:
109
7.2.1 Bagi Pihak Puskesmas Ciputat Timur
sehari-hari.
110
dengan tingkat pendidikan lansia di panti werdha yang
sehari-hari.
lansia.
111
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, Merryana., & Wirjatmadi, Bambang. 2012. Peranan Gizi Dalam Siklus
Kehidupan. Jakarta: Prenada Media Group.
Ahmed, H., dkk. (2016). The Association Between Physical Activity and
Overweight and Obesity in A Population of Children at High and Low
Altitudes in Southwestern Saudi Arabia. Journal of Family and Community
Medicine, 23(2), 82. http://doi.org/10.4103/2230-8229.181011
Allman-Farinelli, M. A., dkk. (2010). Occupational Risk of Overweight and
Obesity: An Analysis of The Australian Health Survey. Journal of
Occupational Medicine and Toxicology, 5(14), 1–9.
http://doi.org/10.1186/1745-6673-5-14
Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedian Pustaka
Utama.
Andrade, F. B. de, dkk. (2012). Prevalence of Overweight and Obesity in Elderly
People from Vitória-ES , Brazil. Ciência & Saúde Coletiva, 17(3), 749–756.
Anggraeni, W. C. (2013). Hubungan Antara Karakteristik Individu, Tingkat
Depresi, Status Kesehatan, Serta Asupan Zat Gizi Makro terhadap Status
Gizi Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budhi Mulia 1 dan 3
Jakarta Tahun 2013. Universitas Indonesia.
Aprillia, D. D., & Khomsan, A. (2014). Konsumsi Air Putih, Status Gizi, dan
Status Kesehatan Penghuni Panti Werda di Kabupaten Pacitan. Jurnal Gizi
Pangan, 9(3), 167–172. http://doi.org/1978-1059
Badan Pusat Statistik. (2015). Sosial dan Kependudukan. (online). Tersedia:
http://www.bps.go.id/Subjek/view/id/12 diakses pada 7 November 2015
pukul 21.26 WIB.
Badan Pusat Statistik. (2015). Statistik Penduduk Lanjut Usia. Badan Pusat
Statistik. Jakarta.
Bakhshi, E., dkk. (2011). Factors Associated With Obesity in Iranian Elderly
People: Results From The National Health Survey. BMC Research Notes,
112
4(1), 538. http://doi.org/10.1186/1756-0500-4-538
BPS Kota Tangerang Selatan. (2015). Kecamatan Ciputat Timur Dalam Angka
Tahun 2015. Tangerang Selatan.
Brown, Judith E., dkk. 2011. Nutrition Through the Life Cycle: Fourth Edition.
Wadsworth: Cengage Learning.
Bull, F. C., dkk. (2009). Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ): Nine
Country Reliability and Validity Study. Journal of Physical Activity &
Health, 6(6), 790–804. http://doi.org/10.1016/S0140-6736(12)60736-3.
Cawley, J., dkk. (2010). The Impact of Income on The Weight of Elderly
Americans. Health Economics, 19(8), 979–993.
http://doi.org/10.1002/hec.1541
Chiolero, A., dkk. (2008). Consequences of Smoking For Body Weight, Body Fat
Distribution, and Insulin Resistance. The American of Journal Clinical
Nutrition, 87, 801–809.
Clair, C., dkk. (2011). Dose-Dependent Positive Association Between Cigarette
Smoking, Abdominal Obesity and Body Fat: Cross-Sectional Data From a
Population-Based Survey. BMC Public Health, 11, 23.
http://doi.org/10.1186/1471-2458-11-23
Dahlan, M. Sopiyudin. 2008. Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan :
Deskriptif, Bivariat Dan Multivariat Dilengkapi Dengan Menggunakan
SPSS. Ed. 3. Jakarta: Salemba Medika.
Dare, S., dkk. (2015). Relationship Between Smoking and Obesity: A Cross-
Sectional Study of 499,504 Middle-aged Adults in The UK General
Population. Journal of PLos ONE, 10(4), 1–12.
http://doi.org/10.1371/journal.pone.0123579
Darmojo, Boedhi. 2011. Buku Ajar Boedhi Darmojo: Geriatri (Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut) Edisi ke-4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
De Keyzer, W., dkk. (2011). Repeated 24-Hour Recalls Versus Dietary Records
for Estimating Nutrient Intakes in a National Food Consumption Survey.
Food and Nutrition Research, 55(November).
http://doi.org/10.3402/fnr.v55i0.7307
113
de Lima, C. B. V., dkk. (2012). Nutritional Status and Associated Factors in
Institutionalized Elderly. Journal of Nutritional Disorders & Therapy, 2(3),
2–5. http://doi.org/10.4172/2161-0509.1000116
Devaux, M., dkk. (2011). Exploring the Relationship Between Education and
Obesity. OECD Journal: Economic Studies, 2011.
Dinas Kota Tangerang Selatan. 2015. Laporan Tahunan Dinas Kota Tangerang
Selatan Tahun 2015.
Dinour, L., dkk. (2012). The Association Between Marital Transitions, Body
Mass Index, and Weight: A Review of The Literature. Journal of Obesity,
2012. http://doi.org/10.1155/2012/294974
Drewnowski, A. (2007). The Real Contribution of Added Sugars and Fats to
Obesity. Epidemiologic Reviews, 29(1), 160–171.
http://doi.org/10.1093/epirev/mxm011
Drewnowski, A., Specter, S. (2004). Poverty and Obesity: The Role of Energy
Density and Energy Costs. The American of Journal Clinical Nutrition, 79,
6–16.
El Zoghbi, M., dkk. (2013). Association Between Cognitive Function and
Nutritional Status in Elderly: A Cross-Sectional Study in Three Institutions
of Beirut—Lebanon. Geriatric Mental Health Care, 1(4), 73–81.
http://doi.org/10.1016/j.gmhc.2013.04.007
Examine. 2016. How Are Carbohydrates Converted Into Fat Deposits?. Tersedia:
https://examine.com/nutrition/how-are-carbohydrates-converted-into-fat-
deposits/ (online). Diakses pada 8 September 2016 pukul 11.47 WIB.
Fatmah, dkk. (2008). Model Prediksi Tinggi Badan Lansia Etnis Jawa
Berdasarkan Tinggi Lutut, Panjang Depa, dan Tinggi Duduk. Maj Kedokt
Indon, 58(12), 509–516.
Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga
Fauziah, S. (2012). Konsumsi Pangan, Aktivitas Fisik, Status Gizi dan Status
Kesehatan Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Salam Sejahtera Bogor.
Institut Pertanian Bogor.
Flaherty, L. D. (2014). The Relationship Between Obesity and Occupations
114
Among The U.S. Population Based on Occupational Tasks. University of
Connecticut. Retrieved from http://digitalcommons.uconn.edu/gs_theses/537
Food Research and Action Center. (2015). Why Low-Income and Food Insecure
People are Vulnerable to Obesity. Tersedia: http://frac.org/initiatives/hunger-
and-obesity/why-are-low-income-and-food-insecure-people-vulnerable-to-
obesity/ (online). Diakses pada 7 September 2016 pukul 12.58 WIB.
Freeman, E. W., dkk. (2010). Obesity and Reproductive Hormone Levels in The
Transition to Menopause. Menopause, 17(4), 678–679.
http://doi.org/10.1097/gme.0b013e3181e3a10a
Gani, Irwan & Siti Amalia. 2015. Alat Analisis Data: Aplikasi Statistik Untuk
Penelitian Bidang Ekonomi Dan Sosial. Yogyakarta: Penebit ANDI.
Gille, D., dkk. (2015). Nutrition Behavior of The Middle-Aged and Elderly:
Compliance with Dietary Recommendations of The Food Pyramid. Clinical
Nutrition, XXX, 1–7. http://doi.org/10.1016/j.clnu.2015.04.002
Gonçalves, D., dkk. (2012). Nutritional Status and Epidemiological Profile of
Elderly People. Archives of Gerontology and Geriatrics, 55(1), 1–4.
http://doi.org/10.1016/j.archger.2011.05.017
Gonçalves, J. T. T., dkk. (2016). Overweight and Obesity and Factors Associated
with Menopause. Journal of Ciência & Saúde Coletiva, 21(4), 1145–1156.
http://doi.org/10.1590/1413-81232015214.16552015
Grantham, J. P., & Henneberg, M. (2014). The Estrogen Hypothesis of Obesity.
PLoS ONE, 9(6), 1–7. http://doi.org/10.1371/journal.pone.0099776
Gravena, A. a F., dkk. (2013). Excess Weight and Abdominal Obesity in
Postmenopausal Brazilian Women: A Population-Based Study. BMC
Women’s Health, 13, 46. http://doi.org/10.1186/1472-6874-13-46
Gunther, A. L., dkk. (2007). Early Protein Intake and Later Obesity Risk: Which
Protein Sources at Which Time Points Throughout Infancy and Childhood
are Important For Body Mass Index and Body Fat Percentage at 7 y of age ?
The American of Journal Clinical Nutrition, 86, 1765–72.
http://doi.org/10.3945/ajcn.115.120824.
Hajian-Tilaki, K. O., & Heidari, B. (2010). Association of Educational Level With
115
Risk of Obesity and Abdominal Obesity in Iranian Adults. Journal of Public
Health, 32(2), 202–209. http://doi.org/10.1093/pubmed/fdp083
Harvard Chan School. 2016. Obesity Prevention Source. Tersedia:
https://www.hsph.harvard.edu/obesity-prevention-source/obesity-
causes/physical-activity-and-obesity/ (online). Diakses pada 1 September
2016 pukul 13.39 WIB
Hill, J. O., Wyatt, H. R., & Peters, J. C. (2012). Energy Balance and Obesity.
Circulation, 126(1), 126–32.
http://doi.org/10.1161/CIRCULATIONAHA.111.087213
Janghorbani, M., dkk. (2008). Association of Body Mass Index and Abdominal
Obesity with Marital Status in Adults. Archives of Iranian Medicine, 11(3),
274–281.
Jin, M. J., dkk. (2013). Prevalence of overweight and obesity and their
associations with socioeconomic status in a rural han Chinese adult
population. PLoS ONE, 8(11), 1–9.
http://doi.org/10.1371/journal.pone.0079946
Jitnarin, N., dkk. (2010). Risk Factors for Overweight and Obesity Among Thai
Adults: Results of The National Thai Food Consumption Survey. Journal of
Nutrients, 2(1), 60–74. http://doi.org/10.3390/nu2010060
Kemenkes. (2011). Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan
2011-2014. Pusat Data dan Informasi. Indonesia.
Kemenkes. (2011). Promosi Kesehatan di Daerah Bermasalah Kesehatan.
116
Kwon, J. D., dkk. (2013). The relationship between cigarette smoking and obesity
in the adolescents. Journal of Experimental and Clinical Medicine, 30, 311–
315. http://doi.org/10.4082/kjfm.2010.31.5.369
Laitinen, J., dkk. (2002). Unemployment and Obesity Among Young Adults in a
Northern Finland 1966 Birth Cohort. International Journal of Obesity and
Related Metabolic Disorders, 26(10), 1329–1338.
http://doi.org/10.1038/sj.ijo.0802134
Lei, X., dkk. (2014). Health Outcomes and Socio-economic Status Among The
Mid-aged and Elderly in China: Evidence from the CHARLS National
Baseline Data. The Journal of the Economics of Ageing, 3, 29–43.
http://doi.org/10.1016/j.jeoa.2014.05.001
Levine, J. A. (2011). Poverty and Obesity in The U.S. Journal of Diabetes,
60(11), 2667–2668. http://doi.org/10.2337/db11-1118
Lizcano, F., dkk. (2014). Estrogen Deficiency and The Origin of Obesity During
Menopause. BioMed Research International, 2014, 757461.
http://doi.org/10.1155/2014/757461
Ma, Y., dkk. (2003). Association Between Eating Patterns and Obesity in a Free-
Living US Adult Population. American Journal of Epidemiology, 158(1), 85–
92. http://doi.org/10.1093/aje/kwg117
Ma, Y., dkk. (2005). Association between dietary carbohydrates and body weight.
American Journal of Epidemiology, 161(4), 359–367.
http://doi.org/10.1093/aje/kwi051
Ma, Y., dkk. (2009). Number of 24-Hour Diet Recalls Needed to Estimate Energy
Intake. Ann Epidemiol NIH, 19(8), 553–559.
http://doi.org/10.1016/j.annepidem.2009.04.010.Number
Mahan, L. K. (2008). Krause’s Food & Nutrition Therapy: International Edition
(12th Editi). Canada: Elsevier Inc.
Mendoza, J. a., Drewnowski, A., & Christakis, D. a. (2007). Dietary Energy
Density is Associated with Obesity and The Metabolic Syndrome in US
Adults. Diabetes Care, 30(4), 974–9. http://doi.org/10.2337/dc06-
2188.Abbreviations
117
Mobbs, C. V, dkk. (2009). Reverse Obesity: a Metabolic Mechanism Resolving
The Paradox. National Institute of Health, 48(2), 135–138.
http://doi.org/10.1016/j.appet.2006.06.007.Low-carbohydrate
Must, A., & Tybor, D. J. (2005). Physical Activity and Sedentary Behavior: A
Review of Longitudinal Studies of Weight and Adiposity in Youth.
International Journal of Obesity, 29 Suppl 2, S84–S96.
http://doi.org/10.1038/sj.ijo.0803064
Noh, J. W., dkk. (2014). Gender Differences and Socioeconomic Status in
Relation to Overweight among Older Korean People. PLoS ONE, 9(5).
http://doi.org/10.1371/journal.pone.0097990
Norhasanah, dkk. (2015). Analysis of Factors Affecting Nutritional Status of
Elderly at State Nursing Home and Non-Governmental Organization.
Pakistan Journal of Nutrition, 14(3), 180–187.
http://doi.org/10.3923/pjn.2015.180.187
Nurokhmah, Siti & Kusharisupeni Djokosujono. (2013). Pengukuran Persen
Lemak Tubuh MenggunakanAntropometri Sederhana: Studi Validasi pada
Mahasiswi Program Sarjana Ekstensi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia Tahun 2013. Universitas Indonesia.
Ovesen, L. (2000). Validity of Dietary Assessment Methods in Children and
Older People. TNO Report, Annex B-11, 72–75.
Petersen, L., dkk. (2004). Longitudinal Study of The Long-Term Relation
Between Physical Activity and Obesity in Adults. International Journal of
Obesity and Related Metabolic Disorders, 28(1), 105–12.
http://doi.org/10.1038/sj.ijo.0802548
Pew Research Center. 2016. Global Population Estimates by Ages, 1950-2050
(online). Tersedia: http://www.pewglobal.org/2014/01/30/global-population/.
Diakses pada 28 Juli 2016 pukul 21:20 WIB.
Plurphanswat, N., & Rodu, B. (2014). The Association of Smoking and
Demographic Characteristics on Body Mass Index and Obesity Among
Adults in the U.S 1999–2012. BMC Obesity, 1(1), 1–9.
http://doi.org/10.1186/s40608-014-0018-0
118
Profil Kesehatan Tahun 2015 UPT Puskesmas Ciputat Timur
Public Health England. (2012). Adult Obesity and Socioeconomic Status.
National Obesity Observatory.
Riskesdas. (2010). Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan
RI.
Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan
RI.
Sabanayagam, C., dkk. (2009). The Association Between Socioeconomic Status
and Overweight/Obesity in a Malay Population in Singapore. Asia-Pacific
Journal of Public Health, 21(4), 487–496.
http://doi.org/10.1177/1010539509343957
Sarma, H., dkk. (2016). Determinants of Overweight or Obesity Among Ever-
Married Adult Women in Bangladesh. Bio Med Central Obesity, 3, 1–11.
http://doi.org/10.1186/s40608-016-0093-5
Sassi, F., dkk. (2011). Exploring The Relationship Between Education and
Obesity. OECD Journal: Economic Studies, 2011(1), 121–159.
http://doi.org/10.1787/eco_studies-2011-5kg5825v1k23
Schulte, P. A., dkk. (2007). Work, obesity, and occupational safety and health.
American Journal of Public Health, 97(3), 428–436.
http://doi.org/10.2105/AJPH.2006.086900
Setiani, W. D. (2012). Hubungan antara Riwayat Penyakit, Asupan Protein dan
Faktor-Faktor Lain dengan Status Gizi Peserta Posyandu Lansia di
Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat Tahun 2011. Universitas
Indonesia.
Setiyanto, B. (2012). Perbandingan status gizi dan faktor-faktor yang
berhubungan pada lansia di Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha dan
Posbindu Cempaka di Kota Bogor = Comparison of nutritional status and
related factors to the elderly at Tresna Werdha Home Nursing and P.
Universitas Indonesia.
Shebl, A. M., dkk. (2015). Prevalence and Risk Factors of Obesity among Elderly
Attending Geriatric Outpatient Clinics in Mansoura City. Journal of
119
Education and Practice, 6(30), 136–147. Retrieved from
http://ezproxy.si.unav.es:2048/login?url=http://search.ebscohost.com/login.as
px?direct=true&AuthType=ip,url&db=eric&AN=EJ1081347&lang=es&site
=eds-live
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem Edisi. Jakarta:
EGC.
Simanjuntak, E. (2010). Status Gizi Lanjut Usia di Daerah Pedesaan, Kecamatan
Porsea, Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010.
Universitas Indonesia.
Sunusi, Makmur. (2006). Kebijakan Pelayanan Sosial Lanjut Usia. Ditjen
Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI, Jakarta.
Supariasa, I Dewa Nyoman., dkk. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Syawal, Aulia., dkk . (2008). Gaya Hidup dan Penyakit Modern. Yogyakarta:
Kanisius.
Tabar, Pamela. (2015). Obesity and Nursing Home. Tersedia:
http://www.ltlmagazine.com/article/obesity-nursing-homes (online). Diakses
pada 6 September 2016 pukul 20.24 WIB.
Teta, Jade. (2013). Female Hormon: Estrogen (Oestrogen) & Weight Loss.
Tersedia: https://www.metaboliceffect.com/female-hormones-estrogen/
(online). Diakses pada 24 September 2016 pukul 09.37 WIB.
Thompson, Derek. (2013). The Messy, Messy Relationship Between Income (and
Race) and Obesity. Tersedia:
http://www.theatlantic.com/business/archive/2013/11/the-messy-messy-
relationship-between-income-and-race-and-obesity/281434/ (online).
Diakses pada 7 September 2016 pukul 14.24 WIB.
Tzotzas, T., dkk. (2010). Marital Status and Educational Level Associated to
Obesity in Greek Adults: Data From The National Epidemiological Survey.
Bio Med. Central Public Health, 10(732), 1–8.
http://doi.org/http://dx.doi.org/10.1186/1471-2458-10-732
UU RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. (2003). Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
120
Pendidikan Nasional. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4301. Indonesia. http://doi.org/10.1024/0301-1526.32.1.54
van Dam, R., & Seidell, J. C. (2007). Carbohydrate intake and obesity. European
Journal of Clinical Nutrition, 61, S75–S99.
http://doi.org/10.1038/sj.ejcn.1602939
Velasquez, M. T., & Bhathena, S. J. (2007). Role of Dietary Soy Protein in
Obesity. International Journal of Medical Sciences, 4(2), 72–82.
http://doi.org/10.7150/ijms.4.72
Villareal, D. T., dkk. (2005). Obesity in Older Adults: Technical Review and
Position Statement of The American Society for Nutrition and NAASO, The
Obesity Society. American Journal of Clinical Nutrition, 82(5), 923–934.
http://doi.org/10.1038/oby.2005.228
Watanabe, T., dkk. (2016). Association Between Smoking Status and Obesity in a
Nationwide Survey of Japanese Adults. Journal of Plos One, 11(3),
e0148926. http://doi.org/10.1371/journal.pone.0148926
Westerterp-Plantenga, M., dkk. (2004). Dietary Protein, Metabolism, and Body-
Weight Regulation: Dose– Response Effects. International Journalof
Obesity, 28, 57–64. http://doi.org/10.1038/sj.ijo.0803487
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4301. http://doi.org/10.1024/0301-
1526.32.1.54
WHO GPAQ. (2012). Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) Analysis
Guide.
WHO. (2003). Diet, Nutrition and The Prevention of Chronic Diseases. World
Health Organization Technical Report Series, 916, i–viii– 1–149–
backcover. http://doi.org/ISBN 92 4 120916 X ISSN 0512-3054 (NLM
classification: QU 145)
WHO. (2011). World Health Statistic. Who Library Cataloguing In Publication
Data
121
WHO. (2015). World Population Prospects: The 2015 Revision. New York.
Wulandari, A. F. S. (2011). Kejadian dan Tingkat Depresi Pada Pada Lanjut
Usia: Studi Perbandingan di Panti Wreda dan Komunitas. Universitas
Diponegoro.
Zhang, N., dkk. (2013). Prevalence of Obesity in New York Nursing Homes:
Associations with Facility Characteristics. Gerontologist, 53(4), 567–581.
http://doi.org/10.1093/geront/gnt011
122
LAMPIRAN
123
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
Perkenalkan saya Tyas Widya Utami, mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidyatullah Jakarta
bermaksud mengadakan penelitian mengenai studi komparasi faktor risiko gizi lebih pada
lansia peserta posbindu di wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur dengan penghuni Panti
Werdha Melania tahun 2017. Maka dari itu, saya akan menanyakan kepada Bapak/Ibu
mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan faktor risiko gizi lebih. Selain itu, saya juga
akan melakukan pengukuran panjang depa dan berat badan kepada Bapak/Ibu. Jawaban yang
Bapak/Ibu berikan akan sangat bermanfaat bagi penelitian saya dan akan terjamin
kerahasiaannya. Atas kesediaan Bapak/Ibu, saya mengucapkan terima kasih.
LEMBAR PERSETUJUAN
Setelah membaca penjelasan diatas, saya memahami tujuan dan manfaat penelitian ini, saya
mengerti bahwa peneliti akan menghargai dan menjunjung tinggi hak-hal saya sebagai
responden dan saya menyadari bahwa penelitian ini tidakakan berdampak negatif bagi saya.
Saya mengetahui bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini sangat besar manfaatnya bagi
saya, pihak panti werdha/posbindu, dan peneliti. Maka saya bersedia berpartisipasi dalam
penelitian ini.
Responden
124
KUESIONER PENELITIAN
Studi Komparasi Faktor Risiko Gizi Lebih Pada Lansia Peserta Posbindu di Wilayah Kerja
Puskesmas Ciputat Timur Dengan Penghuni Panti Werdha Melania Tahun 2017
No. Responden :
Hari/tanggal :
Diisi oleh
A. IDENTITAS RESPONDEN
peneliti
A1 Nama
A2 Jenis kelamin 1. Wanita A2 ( )
2. Pria
A3 Status 1. Kawin A3 ( )
perkawinan 2. Belum kawin
3. Cerai hidup
4. Cerai mati
A4 Pekerjaan 1. Tidak bekerja A4 ( )
2. Bekerja
A5 Pendidikan 1. SD/sederajat A5 ( )
2. SMP/sederajat
3. SMA/sederajat
4. Perguruan tinggi
A6 Status tinggal 1. Rumah A6 ( )
2. Panti werdha
A7 Status 1. Tidak pernah merokok A7 ( )
merokok 2. Pernah merokok
3. Sedang merokok
B. PENILAIAN ANTROPOMETRI
Berat badan : ................... kg
Panjang depa : ................... cm
Konversi TB
a. Lansia pria : 23,247 + 0,826 (...........cm) = ............ cm
b. Lansia wanita : 28,312 + 0,784 (...........cm) = ............ cm
IMT : ................... kg/m2
Silahkan mengingat-ingat mengenai aktifitas Anda sehari-hari dan isi pertanyaan berikut.
a. Aktifitas/kerja berat adalah aktifitas yang membutuhkan kerja fisik yang berat sehingga
membuat napas berat serta jantung terasa berdebar
b. Aktifitas/kerja sedang adalah aktifitas yang membutuhkan kerja fisik sedang sehingga membuat
napas sedikit lebih berat dan jantung terasa lebih berdebar.
No. Pertanyaan Jawaban Kode
Aktifitas saat bekerja
(Gunakan GPAQ showcards)
C1 Apakah pekerjaan sehari-hari Anda memerlukan kerja berat Ya (1)
minimal 10 menit per hari? Tidak (2), (lanjut ke P1
no. 4)
C2 Berapa hari dalam seminggu Anda melakukan kerja berat? .......... hari P2
C3 Berapa lama dalam 1 hari biasanya Anda melakukan kerja Jam : Menit P3 (a-b)
125
No. Pertanyaan Jawaban Kode
berat? ........ : ..........
C4 Apakah pekerjaan Anda memerlukan aktifitas sedang Ya (1)
minimal 10 menit per hari? Tidak (2), (lanjut ke P4
no. 7)
C5 Berapa hari dalam seminggu Anda melakukan kerja
.......... hari P5
sedang?
C6 Berapa lama dalam 1 hari biasanya Anda melakukan kerja Jam : Menit
P6 (a-b)
sedang? ........ : ..........
Perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain
Pertanyaan berikut tidak termasuk kegiatan fisik di tempat kerja yang telah disebutkan, melainkan tentang
aktifitas perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain misalnya saat pergi bekerja, belanja, ke pasar, atau
tempat ibadah
(Gunakan GPAQ showcards)
C7 Apakah Anda berjalan kaki atau bersepeda minimal 10 Ya (1)
menit setiap harinya untuk pergi ke suatu tempat? Tidak (2), (lanjut ke P7
no. 10)
C8 Berapa hari dalam seminggu Anda berjalan kaki atau
.......... hari P8
bersepeda (minimal 10 menit) untuk pergi ke suatu tempat?
C9 Berapa lama dalam 1 hari biasanya Anda berjalan kaki atau Jam : Menit
P9
bersepeda untuk pergi ke suatu tempat? ........ : ..........
Aktifitas rekreasi
Pertanyaan berikut tidak termasuk aktifitas kerja dan aktifitas perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain
yang telah disebutkan, melainkan tentang olahraga, kebugaran, dan kegiatan rekreasi
(Gunakan GPAQ showcards)
C10 Apakah Anda melakukan olahraga, fitness, atau rekreasi Ya (1)
yang merupakan aktifitas berat minimal 10 menit per hari? Tidak (2), (lanjut ke P10
no. 13)
C11 Berapa hari dalam seminggu biasanya Anda melakukan
olahraga, fitness, atau rekreasi yang merupakan aktifitas .......... hari P11
berat?
C12 Berapa lama Anda melakukan olahraga, fitness, atau Jam : Menit
P12
rekreasi yang merupakan aktifitas berat dalam 1 hari? ........ : ..........
C13 Apakah Anda melakukan olahraga, fitness, atau rekreasi Ya (1)
yang merupakan aktifitas sedang minimal 10 menit per Tidak (2), (lanjut ke P13
hari? no. 16)
C14 Berapa hari dalam seminggu biasanya Anda melakukan
olahraga, fitness, atau rekreasi yang merupakan aktifitas .......... hari P14
sedang?
C15 Berapa lama Anda melakukan olahraga, fitness, atau Jam : Menit
P15
rekreasi yang merupakan aktifitas sedang dalam 1 hari? ........ : ..........
Perilaku sedentary
Aktifitas seperti duduk atau berbaring baik di tempat kerja, di rumah, di perjalanan dari suatu tempat ke
tempat lain, atau dengan teman, membaca, bermain kartu atau menonton televisi, kecuali tidur.
(Gunakan GPAQ showcards)
C16 Berapa lama Anda duduk atau berbaring dalam 1 hari? Jam : Menit
P16
........ : ..........
Total Aktifitas Fisik MET-menit/minggu
= [(P2*P3*8) + (P5*P6*4) + (P8*P9*4) + (P11*P12*8) + (P14*P15*4)]
= ...................................................................................................................
126
Lampiran 2
No. Responden :
Nama :
Usia :
Hari/tanggal :
Hari yang di-recall : Weekday/Weekend
Banyak
Makan pagi Selingan pagi
Gram URT
Banyak
Makan siang Selingan siang
Gram URT
Banyak
Makan malam Selingan malam
Gram URT
AKG
127
Lampiran 3
Dokumentasi Kegiatan
128
Lampiran 4
Output Analisis Univariat dan Bivariat
Status_Tinggal
b. Status perkawinan
Status_Tinggal
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 52.409 3 .000
Likelihood Ratio 63.892 3 .000
N of Valid Cases 178
a. 3 cells (37,5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,90.
129
129
c. Pekerjaan
Status_Tinggal
d. Pendidikan
Status_Tinggal
130
Aktifitas_Fisik * Status_Tinggal Crosstabulation
Status_Tinggal
b. Status merokok
Status_Tinggal
131
Crosstab
Status_Tinggal
b. Asupan karbohidrat
Crosstab
Status_Tinggal
hi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 16.650 2 .000
Likelihood Ratio 18.575 2 .000
N of Valid Cases 178
Crosstab
Status_Tinggal
132
Sesuai AKG Count 3 1 4
% within Status_Tinggal 2.1% 3.1% 2.2%
Kurang AKG Count 2 1 3
% within Status_Tinggal 1.4% 3.1% 1.7%
Total Count 146 32 178
% within Status_Tinggal 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square .635 2 .728
Likelihood Ratio .550 2 .760
N of Valid Cases 178
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,54.
d. Asupan lemak
Crosstab
Status_Tinggal
Status_Gizi_Lebih
Ya Tidak Total
Jenis_Kelamin Wanita Count 62 61 123
% within Jenis_Kelamin 50.4% 49.6% 100.0%
Pria Count 8 15 23
% within Jenis_Kelamin 34.8% 65.2% 100.0%
Total Count 70 76 146
% within Jenis_Kelamin 47.9% 52.1% 100.0%
133
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square a
1.895 1 .169
b
Continuity Correction 1.321 1 .250
Likelihood Ratio 1.926 1 .165
Fisher's Exact Test .182 .125
b
N of Valid Cases 146
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,03.
b. Computed only for a 2x2 table
b. Panti werdha
Crosstab
Status_Gizi_Lebih
Ya Tidak Total
Jenis_Kelamin Wanita Count 10 14 24
% within Jenis_Kelamin 41.7% 58.3% 100.0%
Pria Count 4 4 8
% within Jenis_Kelamin 50.0% 50.0% 100.0%
Total Count 14 18 32
% within Jenis_Kelamin 43.8% 56.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square a
.169 1 .681
b
Continuity Correction .000 1 1.000
Likelihood Ratio .168 1 .681
Fisher's Exact Test .703 .496
b
N of Valid Cases 32
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,50.
b. Computed only for a 2x2 table
5. Hubungan Status Perkawinan dengan Gizi Lebih
a. Posbindu
Crosstab
Status_Gizi_Lebih
Ya Tidak Total
Status_Perkawinan Kawin Count 51 50 101
% within Status_Perkawinan 50.5% 49.5% 100.0%
Cerai mati Count 15 16 31
% within Status_Perkawinan 48.4% 51.6% 100.0%
Cerai hidup Count 4 8 12
% within Status_Perkawinan 33.3% 66.7% 100.0%
Belum kawin Count 0 2 2
% within Status_Perkawinan .0% 100.0% 100.0%
Total Count 70 76 146
% within Status_Perkawinan 47.9% 52.1% 100.0%
134
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 3.134 3 .371
Likelihood Ratio 3.927 3 .269
N of Valid Cases 146
a. 2 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,96.
b. Panti werdha
Crosstab
Status_Gizi_Lebih
Ya Tidak Total
Total Count 14 18 32
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
a
Pearson Chi-Square 2.588 2 .274
N of Valid Cases 32
Status_Gizi_Lebih
Ya Tidak Total
Pekerjaan Tidak bekerja Count 56 53 109
% within Pekerjaan 51.4% 48.6% 100.0%
Bekerja Count 14 23 37
% within Pekerjaan 37.8% 62.2% 100.0%
Total Count 70 76 146
% within Pekerjaan 47.9% 52.1% 100.0%
135
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square a
2.029 1 .154
b
Continuity Correction 1.522 1 .217
Likelihood Ratio 2.047 1 .152
Fisher's Exact Test .184 .108
b
N of Valid Cases 146
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,74.
b. Computed only for a 2x2 table
b. Panti werdha
Crosstab
Status_Gizi_Lebih
Ya Tidak Total
Pekerjaan Tidak bekerja Count 14 18 32
% within Pekerjaan 43.8% 56.2% 100.0%
Total Count 14 18 32
% within Pekerjaan 43.8% 56.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value
a
Pearson Chi-Square .
N of Valid Cases 32
a. No statistics are computed
because Pekerjaan is a constant.
7. Hubungan Pendidikan dengan Gizi Lebih
a. Posbindu
Crosstab
Status_Gizi_Lebih
Ya Tidak Total
Tingkat_Pendidikan Dasar Count 65 24 89
% within Tingkat_Pendidikan 73.0% 27.0% 100.0%
Menengah Count 4 47 51
% within Tingkat_Pendidikan 7.8% 92.2% 100.0%
Tinggi Count 1 5 6
% within Tingkat_Pendidikan 16.7% 83.3% 100.0%
Total Count 70 76 146
% within Tingkat_Pendidikan 47.9% 52.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
a
Pearson Chi-Square 57.660 2 .000
Likelihood Ratio 64.943 2 .000
Linear-by-Linear Association 48.761 1 .000
N of Valid Cases 146
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 2,88.
136
b. Panti werdha
Crosstab
Status_Gizi_Lebih
Ya Tidak Total
Tingkat_Pendidikan Dasar Count 6 1 7
% within Tingkat_Pendidikan 85.7% 14.3% 100.0%
Menengah Count 4 10 14
% within Tingkat_Pendidikan 28.6% 71.4% 100.0%
Tinggi Count 4 7 11
% within Tingkat_Pendidikan 36.4% 63.6% 100.0%
Total Count 14 18 32
% within Tingkat_Pendidikan 43.8% 56.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 6.564 2 .038
Likelihood Ratio 6.946 2 .031
Linear-by-Linear Association 3.163 1 .075
N of Valid Cases 32
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 3,06.
8. Hubungan Aktifitas Fisik dengan Gizi Lebih
a. Posbindu
Crosstab
Status_Gizi_Lebih
Ya Tidak Total
Aktifitas_Fisik Aktifitas ringan Count 13 8 21
% within Aktifitas_Fisik 61.9% 38.1% 100.0%
Aktifitas sedang Count 15 15 30
% within Aktifitas_Fisik 50.0% 50.0% 100.0%
Aktifitas tinggi Count 42 53 95
% within Aktifitas_Fisik 44.2% 55.8% 100.0%
Total Count 70 76 146
% within Aktifitas_Fisik 47.9% 52.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 2.221 2 .329
Likelihood Ratio 2.232 2 .328
Linear-by-Linear Association 2.128 1 .145
N of Valid Cases 146
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 10,07.
137
b. Panti werdha
Crosstab
Status_Gizi_Lebih
Ya Tidak Total
Aktifitas_Fisik Aktifitas ringan Count 13 12 25
% within Aktifitas_Fisik 52.0% 48.0% 100.0%
Aktifitas sedang Count 1 6 7
% within Aktifitas_Fisik 14.3% 85.7% 100.0%
Total Count 14 18 32
% within Aktifitas_Fisik 43.8% 56.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square a
3.161 1 .075
b
Continuity Correction 1.814 1 .178
Likelihood Ratio 3.501 1 .061
Fisher's Exact Test .104 .087
Linear-by-Linear Association 3.062 1 .080
b
N of Valid Cases 32
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,06.
b. Computed only for a 2x2 table
Status_Gizi_Lebih
Ya Tidak Total
Status_Merokok Pernah Count 18 1 19
merokok
% within Status_Merokok 94.7% 5.3% 100.0%
Tidak pernah Count 50 61 111
merokok
% within Status_Merokok 45.0% 55.0% 100.0%
Sedang Count 2 14 16
merokok
% within Status_Merokok 12.5% 87.5% 100.0%
Total Count 70 76 146
% within Status_Merokok 47.9% 52.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 25.096 2 .000
Likelihood Ratio 29.474 2 .000
N of Valid Cases 146
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 7,67.
138
b. Panti werdha
Crosstab
Status_Gizi_Lebih
Ya Tidak Total
Status_Merokok Pernah merokok Count 8 1 9
% within Status_Merokok 88.9% 11.1% 100.0%
Tidak pernah Count 6 17 23
merokok
% within Status_Merokok 26.1% 73.9% 100.0%
Total Count 14 18 32
% within Status_Merokok 43.8% 56.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square a
10.367 1 .001
b
Continuity Correction 7.972 1 .005
Likelihood Ratio 11.179 1 .001
Fisher's Exact Test .004 .002
b
N of Valid Cases 32
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,94.
b. Computed only for a 2x2 table
Status_Gizi_Lebih
Ya Tidak Total
Total_Energi Melebihi AKE Count 17 15 32
% within Total_Energi 53.1% 46.9% 100.0%
Kurang AKE Count 53 61 114
% within Total_Energi 46.5% 53.5% 100.0%
Total Count 70 76 146
% within Total_Energi 47.9% 52.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square a
.441 1 .507
b
Continuity Correction .215 1 .643
Likelihood Ratio .440 1 .507
Fisher's Exact Test .552 .321
Linear-by-Linear Association .438 1 .508
b
N of Valid Cases 146
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,34.
b. Computed only for a 2x2 table
139
b. Panti werdha
Crosstab
Status_Gizi_Lebih
Ya Tidak Total
Total_Energi Kurang AKE Count 14 18 32
% within Total_Energi 43.8% 56.2% 100.0%
Total Count 14 18 32
% within Total_Energi 43.8% 56.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value
a
Pearson Chi-Square .
N of Valid Cases 32
a. No statistics are computed
because Total_Energi is a constant.
11. Hubungan Asupan Karbohidrat dengan Gizi Lebih
a. Posbindu
Crosstab
Status_Gizi_Lebih
Ya Tidak Total
Asupan_Karbohidrat Melebihi AKG Count 43 32 75
% within
57.3% 42.7% 100.0%
Asupan_Karbohidrat
Sesuai AKG Count 3 2 5
% within
60.0% 40.0% 100.0%
Asupan_Karbohidrat
Kurang AKG Count 24 42 66
% within
36.4% 63.6% 100.0%
Asupan_Karbohidrat
Total Count 70 76 146
% within
47.9% 52.1% 100.0%
Asupan_Karbohidrat
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
a
Pearson Chi-Square 6.487 2 .039
Likelihood Ratio 6.546 2 .038
Linear-by-Linear Association 6.110 1 .013
N of Valid Cases 146
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 2,40.
b. Panti werdha
Crosstab
Status_Gizi_Lebih
Ya Tidak Total
Asupan_Karbohidrat Melebihi AKG Count 4 0 4
% within
100.0% .0% 100.0%
Asupan_Karbohidrat
Sesuai AKG Count 0 1 1
140
% within
.0% 100.0% 100.0%
Asupan_Karbohidrat
Kurang AKG Count 10 17 27
% within
37.0% 63.0% 100.0%
Asupan_Karbohidrat
Total Count 14 18 32
% within
43.8% 56.2% 100.0%
Asupan_Karbohidrat
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 6.415 2 .040
Likelihood Ratio 8.266 2 .016
Linear-by-Linear Association 4.490 1 .034
N of Valid Cases 32
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,44.
12. Hubungan Asupan Protein dengan Gizi Lebih
a. Posbindu
Crosstab
Status_Gizi_Lebih
Ya Tidak Total
Asupan_Protein Melebihi Count 67 74 141
AKG
% within Asupan_Protein 47.5% 52.5% 100.0%
Sesuai Count 2 1 3
AKG
% within Asupan_Protein 66.7% 33.3% 100.0%
Kurang Count 1 1 2
AKG
% within Asupan_Protein 50.0% 50.0% 100.0%
Total Count 70 76 146
% within Asupan_Protein 47.9% 52.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
a
Pearson Chi-Square .435 2 .805
Likelihood Ratio .441 2 .802
Linear-by-Linear Association .155 1 .694
N of Valid Cases 146
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,96.
b. Panti werdha
Crosstab
Status_Gizi_Lebih
Ya Tidak Total
Asupan_Protein Melebihi AKG Count 14 16 30
% within Asupan_Protein 46.7% 53.3% 100.0%
Sesuai AKG Count 0 1 1
% within Asupan_Protein .0% 100.0% 100.0%
Kurang AKG Count 0 1 1
% within Asupan_Protein .0% 100.0% 100.0%
141
Total Count 14 18 32
% within Asupan_Protein 43.8% 56.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 1.659 2 .436
Likelihood Ratio 2.405 2 .300
Linear-by-Linear Association 1.437 1 .231
N of Valid Cases 32
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,44.
13. Hubungan Asupan Lemak dengan Gizi Lebih
a. Posbindu
Crosstab
Status_Gizi_Lebih
Ya Tidak Total
Asupan_Lemak Melebihi AKG Count 59 56 115
% within Asupan_Lemak 51.3% 48.7% 100.0%
Sesuai AKG Count 1 1 2
% within Asupan_Lemak 50.0% 50.0% 100.0%
Kurang AKG Count 10 19 29
% within Asupan_Lemak 34.5% 65.5% 100.0%
Total Count 70 76 146
% within Asupan_Lemak 47.9% 52.1% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
a
Pearson Chi-Square 2.629 2 .269
Likelihood Ratio 2.671 2 .263
Linear-by-Linear Association 2.572 1 .109
N of Valid Cases 146
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,96.
b. Panti werdha
Crosstab
Status_Gizi_Lebih
Ya Tidak Total
Asupan_Lemak Melebihi AKG Count 12 10 22
% within Asupan_Lemak 54.5% 45.5% 100.0%
Sesuai AKG Count 2 4 6
% within Asupan_Lemak 33.3% 66.7% 100.0%
Kurang AKG Count 0 4 4
% within Asupan_Lemak .0% 100.0% 100.0%
Total Count 14 18 32
% within Asupan_Lemak 43.8% 56.2% 100.0%
142
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 4.418 2 .110
Likelihood Ratio 5.906 2 .052
Linear-by-Linear Association 4.219 1 .040
N of Valid Cases 32
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1,75.
143
143
143
143