SKRIPSI
Oleh:
Farida Hidayati
NIM : 107101003200
1432 H / 2011 M
i
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, November 2011
ABSTRAK
Menurut WHO (2005), ibu hamil dengan risiko Kurang Energi Kronis (KEK)
akan meningkatkan kesakitan maternal, terutama pada trimester ketiga (bulan 7-9) dan
meningkatkan risiko melahirkan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola konsumsi, penyakit Infeksi, dan
pantang makanan terhadap risiko KEK pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat Kota
Tangerang Selatan tahun 2011. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan desain studi cross sectional. Sampel penelitian ini adalah ibu hamil yang
melakukan kunjungan ke Puskesmas Ciputat sebanyak 108 ibu hamil. Uji statistik yang
digunakan adalah uji Chi-Square yaitu uji hipotesis beda dua proporsi.
Dari 108 responden, ibu hamil yang mengalami risiko KEK pada ibu hamil di
Puskesmas Ciputat yaitu sebesar 40,4%. Pola konsumsi makanan pokok ibu hamil yang
sesuai anjuran sebesar 42,6%, lauk hewani 46,3%, lauk nabati 67,6%, sayuran sebesar
39,8%, dan pola konsumsi buah sebesar 31,5%. Ibu hamil yang menderita penyakit
tuberculosis ada 8,3%, penyakit diare 32,4%. Sebagian besar ibu hamil memiliki
pantang makanan selama kehamilan yaitu sebesar 30,6%. Dari hasil analisis bivariat
diperoleh variabel yang berhubungan dengan risiko KEK pada ibu hamil adalah pola
konsumsi makanan pokok, lauk hewani , lauk nabati, dan pantang makanan, sedangkan
variabel pola konsumsi sayuran, konsumsi buah, penyakit tuberculosis, dan penyakit
diare tidak berhubungan dengan risiko KEK pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat.
Untuk penanggulangan risiko KEK pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat,
disarankan sebaiknya pada pemeriksaan antenatal untuk menambah satu kegiatan
pelayanan yaitu pengukuran LILA pada setiap ibu hamil terutama pada trimester awal,
sehingga dapat mendeteksi secara dini adanya risiko KEK, penyuluhan dan konseling
gizi untuk meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya gizi seimbang bagi ibu hamil
perlu dilakukan, dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) tinggi energi bagi ibu
hamil harus ditingkatkan.
ii
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STATE ISLAMIC UNIVERSITY
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
Undergraduated Thesis, November, 2011
Farida Hidayati, NIM: 1071010032000
A Relation of Consumption Habit, Infection Disease, and Food Taboo with Risk of
Chronic Energy Deficiency (CED) on Pregnant in Public Health Center of Ciputat
Tangerang Selatan City at 2011
ABSTRACT
Based on WHO (2005), pregnant with risk of CED will increase maternal
pain,especially on third trimester and increase risk of low birth weight babies. This study
aims to determine a relation of consumption habit, infection disease, and food taboos
with risk of chronic energy deficiency (CED) on pregnant in Public Health Center of
Ciputat at 2011. This study uses a quantitative approach with a cross sectional study
design. Samples are pregnant who visit to Public Health Center of Ciputat 108 pregnant.
The statistical test used was the Chi-Square test that is two different hypothesis test
proportions.
Of the 108 respondents, pregnant are at risk of CED in pregnant in Public
Health Center of Ciputat that of 40.4%. Consumption habits of staple food which
appropriate with suggestion 42,6%, consumption habit of animal side dish 46,3%,
consumption habit of vegetable side dish 67,6%, vegetable 39,8%, and fruit 31,5%.
Pregnant who suffer tuberculosis disease 8,3% and diarrhea disease 32,4%. Most
pregnant have food taboo during pregnancy 30,6%. From the results obtained by
bivariate analysis of variables associated with risk of CED in pregnant is consumption
habit of staple food, consumption of animal side dish, consumption of vegetable side
dish, and food taboo, whereas other variables is consumption habit of vegetable,
consumption habit of fruit, tuberculosis disease, and diarrhea disease not associated
with risk of CED in pregnant at Public Health of Ciputat .
To overcome CED in pregnant, should on antenatal examination to add one
service activities is measured upper arm circumference in every pregnant who visit
Public Health Center, especially on first trimester because this way easy, cheap and not
have special expertise, so that can early detection risk of CED. Nutrition counseling to
increase knowledge about important of balance nutrition for pregnant need held. PMT
Giving high energy for pregnant can also be enhanced.
iii
iv
v
DATA RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Agama : Islam
No.Kontak : 08569809005
E-mail : hidayati.farida@ymail.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
PENGALAMAN ORGANISASI
vi
LEMBAR PERSEMBAHAN
Yang diperlukan untuk menggapai mimpi adalah cuma kaki yang akan berjalan
lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya,
mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering
melihat ke atas, lapisan tekad yang 1000x lebih keras dari baja dan hati yang akan
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
ilmu dan pemilik kebenaran, yang karena keridhoan-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW
atas cintanya menuntun jalan kehidupan bagi umatnya sampai akhir zaman.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih atas
segala bantuan yang diberikan dalam rangka penyelesaian penulisan skripsi, terutama
kepada :
1. Tidak ada nama yang paling kusebut dalam doa-doa di setiap shalat-ku selain
teruntuk orangtua no.1 se-dunia dan tidak ada cita-cita yang paling aku perjuangkan
2. Kakaku terbaik se-dunia mbak Evy, mbak wati serta dek kybul yang tidak pernah
bosan untuk memberikan energi semangat untukku (aku sayang kalian ^_^).
3. Prof.Dr (hc). dr. M. K. Tajudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
viii
4. dr. Yuli Prapanca Satar, MARS selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
5. Ibu Catur Rosidati, MKM selaku Pembimbing 1, terimakasih atas segala bimbingan,
waktu dan fikiran yang ibu berikan kepada penulis sehingga penulis dapat
6. Ibu Febriati, M.Si selaku dosen Penanggung Jawab Peminatan Gizi, terima kasih
7. Seluruh dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah banyak memberikan
8. Ibu Wilda Welis, SP., M.Kes sebagai penguji sidang skripsi, terima kasih atas
masukannya.
10. Bpk. Purwo, terima kasih atas kemudahan perizinan penelitian, semoga Allah
11. Semua bidan-bidan yang bertugas di poli KIA (especially Bidan Oby, maaf sudah
12. Keluarga kedua yang selalu menjadikan hari-hari berwarna di perjalanan kuliahku,
Lisa Ellizabet Aula) Allah begitu berbaik hati untuk mempertemukanku dengan
13. Teman terbaikku yang selalu tulus dan setia memberikan dukungan di setiap saat
ix
14. Sahabat itu seperti bintang, walau jauh dia bercahaya. Meski kadang menghilang, dia
tetap ada dan selamanya di hati. Saudariku GAWAT07 (Ovi, Ami, Rizka... semoga
15. Partner penelitianku Winda chacha, makasih banyak atas kerjasamanya selama
penelitian.
17. Saudara-saudariku di KOMDA FKIK, terima kasih atas manisnya ukhuwah yang
18. Teman-teman seperjuangan kesmas 2007 yang selalu semangat untuk berjuang.
Skripsi masih jauh dari sempurna maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Penulis
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN....................................................................... i
ABSTRAK.................................................................................................. ii
ABSTRACT................................................................................................ iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN............................................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... v
DAFTAR ISI............................................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN
1.4 Tujuan..................................................................................... 10
xi
1.5 Manfaat Penelitian.................................................................. 11
cm................................................................................ 20
xii
2.3.3 Sosial Ekonomi........................................................... 46
2.3.3.1 Pekerjaan......................................................... 46
2.3.3.3 Pendidikan....................................................... 47
HIPOTESIS
3.3 Hipotesis................................................................................ 62
4.3.1 Populasi 63
4.3.2 Sampel. 63
xiii
4.4 Instrumen Penelitian... 64
BAB V. HASIL
xiv
5.2.2.5 Gambaran Pola Konsumsi Buah pada ibu
Puskesmas Ciputat 79
xv
Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat.. 81
Puskesmas Ciputat 85
Puskesmas Ciputat 86
Puskesmas Ciputat 87
xvi
6.2 Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) pada Ibu Hamil di
Puskesmas Ciputat.. 89
Ciputat. 92
di Puskesmas Ciputat.. 99
xvii
Ciputat. 103
Ciputat. 107
LAMPIRAN
xviii
DAFTAR TABEL
5.1 Distribusi Frekuensi Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) pada Ibu
5.3 Distribusi Pola Konsumsi Lauk Hewani pada Ibu Hamil di Puskesmas
5.4 Distribusi Pola Konsumsi Lauk Nabati pada Ibu Hamil di Puskesmas
5.6 Distribusi Pola Konsumsi Buah pada Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat
Tahun 2011...... 76
5.8 Distribusi Penyakit Diare pada Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat Tahun
2011..... 77
Tahun 2011..... 78
xix
5.10 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) berdasarkan
Tahun 2011.. 80
Tahun 2011.... 81
2011. 82
2011... 84
Tahun 2011.... 85
2011... 86
xx
5.17 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) berdasarkan Pantang
2011... 87
xxi
DAFTAR BAGAN
xxii
LAMPIRAN
xxiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Status gizi masyarakat yang baik merupakan salah satu faktor penentu
nasional secara keseluruhan. Hal ini tercermin pada Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) yang terdiri dari umur harapan hidup, tingkat melek huruf dan pendapatan per
kapita. IPM yang rendah antara lain dipengaruhi oleh status gizi dan kesehatan yang
berdampak pada tingginya angka kematian bayi, balita dan ibu (Kementerian
Kesehatan, 2010). Salah satu langkah yang telah diambil pemerintah untuk
menurunkan angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian ibu (AKI) adalah
dengan upaya penanggulangan Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil yang
merupakan salah satu cara untuk mencegah BBLR (Depkes RI, 1995).
Kecukupan gizi sangat diperlukan oleh setiap individu sejak janin yang
masih dalam kandungan, bayi, anak-anak, remaja, dewasa sampai usia lanjut. Ibu
atau calon ibu merupakan kelompok rawan, karena membutuhkan gizi yang cukup
sehingga harus dijaga status gizi dan kesehatannya, agar dapat melahirkan bayi yang
sekitar 146.000 bayi usia 0-1 tahun dan 86.000 bayi baru lahir (0-28 hari) meninggal
setiap tahun di Indonesia. AKB di Indonesia adalah 34 per 1000 kelahiran hidup,
2
sedangkan angka kematian balita adalah 44 per 1000 kelahiran hidup, dan AKI
melahirkan di Indonesia adalah 228 per 100.000 bayi kelahiran hidup. Diharapkan
pada 2015 angka kematian bayi turun menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup dan
angka kematian balita turun menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup. Pencapaian pada
2010).
Ibu hamil merupakan salah satu kelompok sasaran yang perlu mendapat
perhatian khusus dalam penerapan pedoman umum gizi seimbang (PUGS) selain ibu
menyusui. Hal ini didasarkan pada jenis masalah gizi yang dijumpai pada ibu hamil
dan menyusui serta dampak negatif yang ditimbulkan karena status gizi yang buruk
pada ibu hamil dan menyusui tidak hanya mengenai diri yang bersangkutan, tetapi
juga pada perkembangan janin yang akan dilahirkan serta perkembangan dan
Sosial RI, 2000). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa status gizi ibu tidak hanya
memberikan dampak negatif terhadap status kesehatan dan risiko kematian dirinya,
dikandungnya dan lebih jauh lagi terhadap pertumbuhan janin tersebut sampai usia
masukan gizi pada ibu hamil sangat menentukan kesehatannya dan janin yang
dikandungnya. Apabila masukan gizi pada ibu hamil tidak sesuai kebutuhan maka
3
kemungkinan akan terjadi gangguan dalam kehamilan, baik terhadap ibu maupun
janin yang dikandungnya (Huliana, 2001 dalam Paath, E.F, et.al, 2004).
Menurut Klein, Susan, et.al (2009), masukan gizi yang buruk khususnya saat
kesehatan serius lainnya, keguguran atau bayi tidak bisa tumbuh dengan baik (kecil)
atau cacat lahir, serta meningkatkan peluang pada bayi dan ibu meninggal saat atau
sesudah kelahiran. Kebutuhan gizi ibu hamil dapat terpenuhi apabila ibu
gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh zat gizi dari makanan
kesehatan ibu hamil, karena makin beragam yang dikonsumsi, makin baik mutu
ditemukan larangan atau pantangan tertentu bagi makanan ibu hamil seperti berbagai
jenis ikan, telur, udang, cumi, dan sebagainya. Dengan adanya pantangan dalam
makanan maka semakin kecil peluang ibu untuk mengkonsumsi makan yang
jumlah yang kurang, dengan demikian penyakit kekurangan gizi akan mudah timbul
Menurut Depkes RI (1994), ibu hamil yang berisiko KEK adalah ibu hamil
yang mempunyai ukuran lingkar lengan atas (LILA) <23,5 cm, pengukuran LILA
adalah suatu cara untuk mengetahui risiko KEK wanita usia subur (WUS) termasuk
ibu hamil. Ibu hamil dengan risiko KEK kemungkinan akan mengalami kesulitan
pada saat persalinan, perdarahan, dan berpeluang untuk melahirkan bayi dengan
BBLR yang akhirnya menyebabkan kematian pada ibu atau bayi (Depkes RI, 1996).
intelektual serta produktivitas dikemudian hari, selain itu dampak pada ibu hamil itu
sendiri adalah akan mudah terkena penyakit dan resiko kematian (Kementerian
Dari penelitian Puffer diperoleh gambaran bahwa AKB dari BBLR adalah 5-
9 kali lebih besar dibandingkan dengan AKB dari bayi dengan berat lahir 2.500-
2.999 gram. Selanjutnya AKB pada BBLR apabila dibandingkan dengan AKB dari
bayi dengan berat lahir 3.000-3.499 gram adalah 7-13 kali lebih besar (Depkes RI,
penyebab terjadinya kasus BBLR adalah status gizi ibu (Achadi, E.L, 2007). Hasil
penelitian Rosikin di Kota Cirebon tahun 2004 menunjukkan bahwa ibu hamil
dengan risiko KEK berisiko melahirkan bayi BBLR sebanyak 3 kali dibanding ibu
dengan LILA normal. Demikian juga dengan penelitian Susanto tahun 2006 di Biak
mengatakan bahwa ibu hamil dengan risiko KEK berpeluang melahirkan bayi BBLR
sebanyak 7 kali dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak berisiko KEK.
5
pada WUS termasuk ibu hamil sebesar 13,6%. Dari data Survey Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas) pada tahun 1999 menunjukkan ibu hamil yang mengalami risiko
KEK 27,6%, sedangkan laporan surkesnas 2002 menunjukkan 34% ibu hamil
termasuk ke dalam risiko KEK, dan berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik
(BPS) tahun 2000-2005 ibu hamil yang menderita KEK sebesar 15,49%. Dalam
Riskesdas 2007, salah satu provinsi yang mempunyai prevalensi diatas 10% adalah
bagian timur Provinsi Banten, kota ini berasal dari sebagian wilayah Kabupaten
Tangerang. Menurut data dinas kesehatan Kota Tangerang Selatan 2010, AKI Kota
Tangerang Selatan 36 per 100.000 kelahiran hidup dimana salah satu penyebabnya
adalah penyakit infeksi sebesar 10%. Dalam jurnal Malnutrition and Infection:
Complex Mechanisms and Global Impacts oleh Schaible, et.al (2007) disebutkan
dengan lingkar lengan atas dan serum albumin. Selain itu, dalam jurnal Malnutrition
and Pregnancy Wastage In Zambia oleh Wamie, data survey status gizi FAO
menunjukkan 90,5% ibu hamil menderita infeksi. Penyakit infeksi merupakan faktor
yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan ibu. Status gizi kurang akan
meningkatkan kepekaan ibu terhadap risiko terjadinya infeksi, dan sebaliknya infeksi
Sedangkan untuk angka kematian bayi 2,76 per 1000 kelahiran hidup dan
jumlah kematian neonatal tahun 2010 sebanyak 54 bayi dan penyebab terbanyak
yaitu BBLR sebesar 46%. Meskipun untuk angka kematian masih jauh di bawah
angka kematian nasional, namun sebagai daerah perkotaan dimana berbagai sarana
telah tersedia, kualitas pelayanan kesehatan tentu saja harus lebih baik, sehingga bisa
menekan jumlah kematian, terutama kematian ibu dan bayi (Dinas kesehatan Kota
tertinggi dibandingkan dengan puskesmas lainnya. Prevalensi KEK pada ibu hamil
di Puskesmas Ciputat Tahun 2009 sebesar 0,24% dan tahun 2010 meningkat
menjadi 6,68%. Angka ini melebihi prevalensi KEK ibu hamil Kota Tangerang
Selatan yang hanya sebesar 1,26%. Menurut WHO apabila prevalensi KEK 3-5%
menunjukkan tidak ada kerawanan pangan di tingkat rumah tangga, 5-9% berarti
pangan pada tingkat rumah tangga sudah pada tingkat buruk, 20-30% situasi rawan
pangan gawat dan lebih dari 30% situasi rawan pangan adalah parah. Sedangkan
risiko KEK, yaitu <20% dikategorikan ringan, 20-30% termasuk sedang, dan >30%
Januari tidak terdapat ibu hamil yang KEK, tetapi pada bulan Februari terdapat 7
7
orang dari 25 ibu hamil, bulan Maret 6 orang dari 27 ibu hamil dan bulan April
Menurut Depkes (1995), penyebab langsung KEK pada ibu hamil yaitu pola
Soetjiningsih (1995) faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil adalah pola
konsumsi, faktor biologi yang termasuk didalamnya penyakit infeksi, dan factor
sosio-ekonomi.
lauk nabati mempunyai hubungan bermakna dengan ibu hamil risiko KEK. Selain
itu, hasil penelitian yang dilakukan Saraswati di Kota Sukabumi (2005) dan
penelitian Albugis di Depok Jawa Barat (2008) menunjukkan bahwa pola konsumsi
Hasil studi pendahuluan pada tanggal 11 Mei 2011 yang dilakukan dengan
cara pengukuran LILA dan wawancara pada 10 ibu hamil, didapatkan 60% ibu
termasuk kedalam risiko KEK, 80% pola konsumsi ibu tidak sesuai dengan anjuran
makan menurut Depkes RI serta 40% ada pantang makanan selama kehamilan
seperti telur, ikan, udang. Dari prevalensi KEK ibu hamil di Puskesmas Ciputat
yang sudah termasuk ke dalam kemungkinan rawan pangan dan berdasarkan acuan
Depkes (2003) dapat dikategorikan tingkat ringan, maka peneliti tertarik untuk
8
terhadap risiko KEK pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan
Tahun 2011.
Ibu hamil yang menderita gizi kurang, terutama Kurang Energi Kronis
(KEK) berisiko akan mengalami kesulitan pada saat persalinan, perdarahan, dan
kematian pada ibu atau bayi (Depkes RI, 1996). Pemeliharaan kehamilan dimulai
dari perencanaan menu yang benar, kebutuhan gizi ibu hamil dapat terpenuhi apabila
ditemukan larangan atau pantangan tertentu bagi makanan ibu hamil yang akan
beragam. Dengan demikian penyakit kekurangan gizi akan mudah timbul (Suhardjo,
1989).
satu penyebabnya adalah penyakit infeksi sebesar 10%. Penyakit infeksi merupakan
faktor yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan ibu. Status gizi kurang akan
meningkatkan kepekaan ibu terhadap risiko terjadinya infeksi, dan sebaliknya infeksi
Dari prevalensi KEK ibu hamil di Puskesmas Ciputat yang sudah termasuk
ke dalam kemungkinan rawan pangan yaitu sebesar 6,68% dan berdasarkan hasil
studi pendahuluan yang didapatkan 60% ibu termasuk kedalam risiko KEK, 80%
pola konsumsi ibu tidak sesuai dengan anjuran makan menurut Depkes RI serta 40%
ada makanan pantang selama kehamilan, maka peneliti tertarik untuk mengetahui
hubungan pola konsumsi, penyakit infeksi dan pantang makanan terhadap risiko
KEK pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011.
1. Bagaimana gambaran risiko kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil di
2. Bagaimana gambaran pola konsumsi (makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati,
Tahun 2011?
5. Apakah ada hubungan antara pola konsumsi (makanan pokok, lauk hewani, lauk
nabati, sayuran, buah-buahan) dengan risiko KEK pada ibu hamil di Puskesmas
6. Apakah ada hubungan antara penyakit infeksi (tuberculosis, diare) dengan risiko
KEK pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011?
7. Apakah ada hubungan antara pantang makanan dengan risiko KEK pada ibu
pantang makanan dengan risiko kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil di
hewani, lauk nabati, sayuran, buah-buahan) dengan risiko KEK pada ibu
dengan risiko KEK pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang
antara pola konsumsi, penyakit infeksi dan pantang makanan dengan risiko
KEK pada ibu hamil. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar
sebelumnya.
yang berkaitan dengan gizi masyarakat. Serta menjadi bahan bacaan dan
infeksi dan pantang makanan dengan risiko KEK pada ibu hamil di Puskesmas
Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011. Penelitian dilakukan oleh mahasiswa
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Juni-Juli 2011.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain studi cross
Ciputat.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Depkes (1995), ibu hamil yang berisiko KEK adalah ibu hamil yang
mempunyai ukuran LILA <23,5 cm, sedangkan ibu KEK adalah ibu yang
mempunyai ukuran LILA <23,5 cm dan dengan beberapa kriteria sebagai berikut:
Menurut WHO (2005), ibu hamil dengan risiko KEK akan meningkatkan
kemungkinan kesakitan maternal, terutama pada trimester ketiga (bulan 7-9) dan
meningkatkan risiko melahirkan BBLR. Ibu hamil dengan risiko KEK kemungkinan
akan mengalami kesulitan pada saat persalinan, perdarahan, dan berpeluang untuk
melahirkan bayi dengan BBLR yang akhirnya menyebabkan kematian pada ibu atau
Risiko KEK pada ibu hamil mempunyai akibat tidak saja pada terhambatnya
pertumbuhan janin, berat badan lahir, pertumbuhan bayi dan anak, tetapi juga
mempunyai pengaruh buruk pada generasi selanjutnya. Siklus status gizi yang
14
kurang baik ini berlanjut dari status gizi pada masa bayi, balita, masa remaja, dan
calon ibu sebagai generasi selanjutnya (Berg, A, 1986). Data menunjukkan bahwa
sepertiga (35,65%) wanita usia subur (WUS) KEK. Masalah ini akan menghambat
Ibu hamil KEK mempunyai risiko kesakitan yang lebih besar, terutama pada
melahirkan BBLR. Selain itu ibu hamil KEK yang telah melalui masa persalinan
dengan selamat, akan mengalami masa pascasalin yang sulit karena lemah dan
mudah mengalami gangguan kesehatan. Hal ini akan mempengaruhi produksi ASI
dan menurunkan kemampuan merawat anak serta dirinya sendiri (Depkes RI, 1995).
Menurut Guthrie (1995) dalam Hapni (2004), ibu hamil yang menderita KEK
dapat terjadi karena jumlah makanan yang dikonsumsi tidak cukup, atau penggunaan
zat gizi dalam tubuh tidak optimal, atau kedua-duanya. Hal ini menyebabkan
penurunan jumlah sel darah dalam tubuh, sehingga suplai darah dan zat-zat gizi yang
diberikan ke janin berkurang, maka pertumbuhan janin akan terhambat dan bayi
penyebab terjadinya kasus BBLR adalah status gizi ibu (Achadi, E.L, 2007). Hasil
penelitian Rosikin di Kota Cirebon (2004), menunjukkan bahwa ibu hamil dengan
risiko KEK berisiko melahirkan bayi BBLR sebanyak 3 kali dibanding ibu dengan
15
LILA normal. Demikian juga dengan penelitian Susanto (2006) dalam Khasanah
(2010) di Biak mengatakan bahwa ibu hamil dengan risiko KEK berpeluang
melahirkan bayi BBLR sebanyak 7 kali dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak
menunjukkan bahwa ibu hamil dengan KEK pada batas 23 cm mempunyai risiko
2,0087 kali untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang mempunyai
suatu cara untuk mengetahui risiko kurang energi kronis (KEK) wanita usia subur
penanggulangan terhadap ibu hamil KEK. Wanita usia subur adalah wanita usia 15-
45 tahun yang terdiri dari remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur
(PUS).
gizi dalam jangka pendek. Berbagai penelitian yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa penggunaan alat ukur LILA merupakan cara yang sederhana, sangat mudah
dan dapat dilakukan oleh siapa saja. Pengukuran LILA pada ibu hamil adalah salah
satu cara yang dilakukan untuk menanggulangi kejadian ibu hamil dengan risiko
KEK yang mengakibatkan kejadian BBLR dan juga sebaai usaha untuk menurunkan
Penggunaan LILA cukup representatif, ukuran LILA ibu hamil terkait erat
dengan indeks massa tubuh (IMT) ibu hamil. Semakin tinggi LILA ibu hamil diikuti
pula dengan semakin tinggi IMT ibu. Penggunaan LILA telah digunakan di banyak
sebagai indikator risiko KEK telah sering digunakan dalam penelitian. Selain murah,
mudah, cepat dan praktis untuk penggunaan di lapangan, LILA cukup representatif
dalam menentukkan status gizi ibu hamil terutama berkaitan dengan risiko KEK
yang lebih dikenal dengan LILA dapat melihat perubahan secara pararel dalam
Pada penelitian di India didapatkan hasil yaitu besar LILA relatif stabil atau
terhadap umur kehamilan. Oleh sebab itu, LILA hanya dapat digunakan untuk
misalnya dalam menentukan wanita hamil yang perlu mendapatkan PMT (pemberian
baik ibu hamil maupun calon ibu, masyarakat umum dan peran petugas lintas
17
sebagai berikut:
a. Mengetahui risiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk
rendah (BBLR).
menderita KEK.
23,5 cm. Apabila ukuran LILA kurang 23,5 cm atau dibagian merah pita
LILA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK, dan diperkirakan akan
pengukuran dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri.
Lengan harus dalam posisi bebas, lengan baju dan otot lengan dalam keadaan
tidak tegang atau kencang. Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti
23,5 cm dan diatas atau sama dengan 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran
<23,5 cm berarti risiko KEK dan 23,5 cm berarti tidak berisiko KEK
19
(Depkes RI, 1994). Skema tindak lanjut pengukuran LILA dapat dilihat pada
bagan 2.1
Bagan 2.1
Skema Tindak Lanjut Pengukuran LILA
<23,5 cm 23,5 cm
Anjuran: Anjuran:
2.2.5 Tindakan yang Dilakukan pada Wanita usia Subur (WUS) dengan
lain:
WUS/remaja/PUS
a. Tambah makan
Setiap kali makan satu piring lebih banyak dari biasa dengan
yang melelahkan.
c. Mengikuti KB
a. Tambah makan
memperhatikan PUGS.
yang melelahkan.
anak
b. Pelayanan kontrasepsi
c. Pemeriksaan kehamilan
d. PMT pemulihan
(1985) dalam Soetjiningsih (1995) faktor yang mempengaruhi status gizi ibu
tiap hari oleh suatu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu
konsumsi yang ada, pola konsumsi seseorang tidak lepas dari kebiasaan
suatu pola yang berulang atau bagian dari rangkaian panjang kebiasaan
biasanya berkembang dari pangan setempat atau dari pangan yang telah
1989).
makanan yang satu akan dilengkapi oleh zat gizi dari makanan
dari:
a) Satu jenis makanan pokok, misalnya nasi, jagung, roti, ubi, kentang,
b) Satu jenis lauk pauk, misalnya tempe, tahu, telur, ikan, daging, dsb
pengatur.
ibu hamil, akan terjadi kekurangan gizi. Kekurangan gizi pada ibu
a. Berat badan bayi pada waktu lahir rendah atau sering disebut Berat
2003).
dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Oleh karena itu, ibu hamil
seimbang sebagai salah satu upaya untuk menjaga keadaan gizi ibu dan
menu seimbang, yaitu mengandung semua unsure zat gizi, yaitu sumber
dipilih juga harus cukup mengandung serat, yaitu yang bersumber dari
Tabel 2.1
Anjuran Makan Ibu Hamil
*Keterangan:
umbian, sagu.
sehari terdiri dari campuran ketiga kelompok bahan makanan tersebut yang
terdiri dari:
terlihat lebih banyak dari bahan makanan lainnya (Santoso, dkk, 2004).
Porsi nasi dalam prinsip gizi seimbang untuk ibu hamil adalah 5 porsi
(energi) utama bagi tubuh. Karena sebagian besar energi berasal dari
kkal untuk trimester II dan III (Arisman, 2004 ). Intake energi yang
aktivitas).
beberapa ahli gizi sepakat sekitar 60% dari seluruh kalori yang
pokok dengan risiko KEK, selain itu wanita yang mempunyai frekuensi
prinsip ilmu gizi, seseorang tidak dapat bekerja dengan energi yang
dkk, 2003).
2011).
janin terhambat dan bayi yang dilahirkan akan BBLR. Hal ini terjadi
tidak sama, ada yang rendah dan ada pula yang tinggi, karena itu setiap
dengan lauk nabati dan ada pula yang berasal dari hewan yaitu lauk
nabati. Lauk hewani, seperti daging, ayam, ikan, udang dan telur
protein hewani ibu hamil harus lebih besar daripada ibu tidak hamil.
Bila kebutuhan energy ibu hamil 2.000 kkal per hari, maka kebutuhan
porsi daging (35 gram) dan 1 porsi tempe (50 gram). Adapun makanan
terjadinya:
faktor yang berpengaruh terhadap ibu hamil KEK. Pola konsumsi lauk
hewani pada ibu hamil yaitu sebesar 27,60% ibu hamil tidak pernah
nabati tidak sesuai mengalami risiko 30,4% dan 9,4% ibu hamil dengan
pola konsumsi lauk nabati sesuai. Ibu hamil dengan pola konsumsi lauk
nabati tidak sesuai mempunyai risiko untuk KEK sebesar 4,225 kali
dibanding dengan ibu hamil dengan pola konsumsi lauk nabati sesuai.
34
sendirinya akan terjadi pertumbuhan yang kurang baik, daya tahan tubuh
amino dalam jumlah dan kualitas yang cukup. Asam amino arginin dan
asam amino maka sintesis dan degradasi protein akan terjadi setiap hari
2010).
menerima asam amino dari ibu melalui plasenta dengan sistem transport
tidak aktif (difasillitasi). Konsentrasi asam amino pada janin lebih tinggi
tubuh janin mencapai kurang lebih 3.5 kg, protein juga digunakan untuk
myelin selama masa janin dan berkaitan erat dengan kecerdasan. Selain
periode tersebut dan hal ini tidak terlepas dari peran plasenta
(Sulistyoningsih, 2011).
36
dan buah, khususnya yang berwarna kuning dan hijau gelap. Vitamin
yang terdapat dalam buah dan sayuran berfungsi sebagai enzim yang
ibu hamil yang menderita risiko KEK lebih banyak dijumpai pada ibu
hamil dengan frekuensi konsumsi sayur <3 kali sehari (29,6%) dan
22,4% ibu hamil yang frekuensi konsumsi sayur 3 kali sehari. Ibu
37
hamil yang frekuensi konsumsi sayur <3 kali sehari mempunyai risiko
Bogor, sebagian besar pola konsumsi sayuran pada ibu hamil tidak
kaya akan provitamin A, sedangkan buah seperti jeruk, jambu biji, dan
dalam buah dan sayuran berfungsi sebagai enzim yang penting untuk
fungsi normal syaraf, otot dan jantung serta vitamin B6 berperan dalam
dalam jumlah yang terbatas di dalam hati, jantung, otot dan otak.
dalam darah oleh sel darah putih yang mempunyai inti dengan vitamin
banyak pula, salah satu contoh bagi ibu-ibu yang sedang hamil atau
menderita risiko KEK lebih banyak dijumpai pada ibu hamil dengan
frekuensi konsumsi <2 kali sehari sebesar 30,7% dan 24,2% ibu hamil
Begitu juga dengan hasil penelitian Hapni (2004) dan penelitian Yuliani
(2002).
Sebagian besar zat gizi esensial ada dalam susu, yaitu protein bernilai
cerna. Balita, ibu hamil dan ibu menyusui dianjurkan paling kurang
minum satu gelas susu sehari, atau hasil olahannya berupa yogurt,
faktor fisik (seperti luka bakar) atau kimia (seperti keracunan). Penyakit
gizi oleh adanya penyakit. Kaitan penyakit infeksi dengan keadaan gizi
infeksi dapat memperburuk keadaan gizi dan keadaan gizi yang jelek
antara penyakit infeksi dengan lingkar lengan atas dan serum albumin.
lainnya dapat menyebabkan cachexia dan anemia, dan (3) parasit usus
dapat menyebabkan anemia dan gizi buruk. Selain itu, dalam jurnal
infeksi.
pula sebaliknya, orang yang kena penyakit infeksi dapat mengalami gizi
penting dari status kesehatan seseorang. Tidak hanya status gizi yang
bahwa ada hubungan yang sangat erat antara interaksi (bakteri, virus
sinergis antara malnutrisi dengan penyakit infeksi dan juga infeksi akan
sakit.
1. Tuberculosis
terdapat pada paru tetapi mungkin juga terdapat pada organ lain
batuk, demam, berat badan menurun, dan badan lemah. Hal ini
b. Batuk berdarah
c. Sesak nafas
d. Nyeri dada
2. Diare
gejala dan tanda diare antara lain: berak cair atau lembek dan sering
(Widoyono, 2008). Gejala dan tanda dari diare yaitu buang air besar
lembek atau cair bahkan dapat berupa cairan saja yang frekuensinya
lebih sering dari biasanya (biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari)
1980).
2.3.3.1 Pekerjaan
(Khumaidi, 1989).
2.3.3.3 Pendidikan
ibu hamil atau suami akan semakin rendah kejadian KEK pada
(Swasono, 1998).
agama (kepercayaan)
kesehatan.
seperti ikan, dan sebagainya. Ada juga wanita hamil yang hanya
jika dilihat dari nilai gizi, bahan makanan tersebut mungkin saja
tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah
makanan adalah:
masyarakat.
ukuran porsinya.
pada beberapa hari. Oleh karena itu, perkiraan asupan pangan secara
Bagan 2.2
Kerangka Teori
Faktor sosio-ekonomi
1. Pekerjaan
2. Jumlah anggota keluarga
3. Pendidikan ibu
4. Tabu/pantang makanan
Pola Konsumsi
1. Makanan pokok
2. Lauk hewani
3. Lauk nabati
4. Sayuran
5. Buah-buahan Risiko
KEK
Penyakit Infeksi
BAB III
Dari kerangka teori yang terdapat pada bagan 2.2, maka disusunlah
kerangka konsep yang terdiri dari variabel dependen dan variabel independen.
Variabel dependen adalah risiko KEK, sedangkan variabel independen terdiri dari
pola konsumsi makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran, buah-buahan,
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
Pola konsumsi
- Penyakit tuberculosis
- Penyakit diare
Pantang makanan
58
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
I. Dependen
1 Risiko kurang Ibu hamil yang 1. Pita LILA 1. Pengukuran 0. Risiko KEK (LILA Ordinal
energi kronis mempunyai ukuran 2. Timbangan Lingkar <23,5 cm, BB sebelum
(KEK) pada lingkar lengan atas BB Lengan Atas hamil >42 kg, TB
ibu hamil (LILA) < 23,5 cm, 3. Microtoise (LILA) >145cm, BB ibu pada
BB sebelum hamil 4. Alat ukur 2. Penimbangan kehamilan trimester III
>42 kg, TB kadar Hb berat badan >45 kg), IMT sebelum
>145cm, BB ibu (sian- (BB) hamil >17 dan kadar Hb
pada kehamilan methemogl 3. Pengukuran >11 gr%)
trimester III >45 obin) tinggi badan 1. Tidak berisiko KEK
kg), IMT sebelum (TB) 23,5 cm
hamil >17 dan 4. Pemeriksaan (Depkes, 1995).
kadar Hb >11 gr%) kadar Hb
(Depkes, 1995).
II. Independen
1 Pola Gambaran jumlah FFQ Wawancara 0. Tidak sesuai Ordinal
konsumsi dan frekuensi Semikuantitatif Jika <5 porsi nasi atau
makanan makanan pokok setara dengan bahan
pokok yang dikonsumsi makanan penukar.
responden sehari- 1. Sesuai
hari. Jika 5 porsi nasi atau
setara dengan bahan
makanan penukar.
(PGS, 2010).
59
1. Sesuai
Jika 3 porsi daging atau
setara dengan bahan
makanan penukar
(trimester I). Jika 4
porsi daging atau setara
dengan bahan makanan
penukar (trimester II dan
III).
(PGS, 2010).
3 Pola Gambaran jumlah FFQ Wawancara 0. Tidak sesuai
konsumsi dan frekuensi lauk semikuantitatif Jika <3 porsi tempe atau
lauk nabati nabati yang setara dengan bahan
dikonsumsi makanan penukar.
responden sehari-
hari. 1. Sesuai
. Jika 3 porsi tempe atau
setara dengan bahan
makanan penukar.
(PGS, 2010).
60
(PGS, 2010).
makanan penukar
(trimester I). Jika 5
porsi buah atau setara
dengan bahan makanan
penukar (trimester II dan
III).
(PGS, 2010).
6 Penyakit Jika responden Kuesioner Wawancara 0. Ya Ordinal
tuberculosis mengalami gejala 1. Tidak
yang termasuk ke
dalam gejala
penyakit
tuberculosis dalam
waktu 1 tahun (Riskesdas, 2007)
terakhir.
7 Penyakit diare Jika responden Kuesioner Wawancara 0. Ya Ordinal
mengalami gejala 1. Tidak
yang termasuk ke
dalam gejala
penyakit diare
dalam waktu 1 (Riskesdas, 2007)
bulan terakhir.
8 Pantang Tidak boleh makan Kuesioner Wawancara 0. Ada Ordinal
makanan jenis makanan 1. Tidak ada
tertentu yang
merupakan sumber
energi (protein,
karbohidrat, lemak) Sediaoetama (1990).
karena alasan
budaya dan
kesehatan.
46
3.3 Hipotesis
1. Ada hubungan antara pola konsumsi makanan pokok dengan risiko KEK
2011.
2. Ada hubungan antara pola konsumsi lauk hewani dengan risiko KEK
2011.
3. Ada hubungan antara pola konsumsi lauk nabati dengan risiko KEK
2011.
4. Ada hubungan antara pola konsumsi sayuran dengan risiko KEK pada
2011.
6. Ada hubungan antara penyakit tuberculosis dengan risiko KEK pada ibu
7. Ada hubungan antara penyakit diare dengan risiko KEK pada ibu hamil
8. Ada hubungan antara pantang makanan dengan risiko KEK pada ibu
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
yang bersamaan.
4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang melakukan
4.3.2 Sampel
rumus uji hipotesis beda dua proporsi (Ariawan, 1998), sebagai berikut:
n=
64
Keterangan:
n = Besar sampel
pada uji dua sisi (two tail), yaitu sebesar 95% = 1,96.
Z1- = Nilai Z pada kekuatan uji 1-, yaitu sebesar 80% = 0,84.
nabati 3 kali/hari).
1. Pita LILA untuk mengukur lingkar lengan atas ibu hamil. Pengukuran LILA
dilakukan melalui urutan yang telah ditetapkan. Ada tujuh urutan pengukuran
2. Timbangan yang telah dikalibrasi untuk mengetahui berat badan (BB) ibu.
Cara mengukurnya yaitu: orang yang diukur harus menggunakan baju seminal
mungkin dan tanpa alas kaki.
3. Microtoise untuk mengukur tinggi badan (TB) ibu. Cara mengukur TB, yaitu:
a) Subjek berdiri tegak dan telapak kaki rata dengan lantai. Micotoise diukur
pada tengkorak kepala yang menonjol dan tinggi badan dicatat yang
mendekati 0,5 cm
b) Perlu diperhatikan, kepala mesti dalam posisi frankfurt plane, telinga sejajar
dengan garis mata.
4. Pemeriksaan kadar Hb dengan cara fotoelektrik yaitu sian methemoglobin untuk
sianmethemoglobin.
66
5. Kuesioner yang terdiri dari data identitas ibu, penyakit infeksi, dan pantangan
terhadap makanan.
Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer yaitu
data yang diperoleh dari pengukuran LILA, penimbangan BB, pengukuran TB, hasil
1. Editing
2. Coding
setiap jawaban yang terdiri variabel risiko KEK, pola konsumsi, penyakit infeksi
a. Risiko KEK
(LILA) Ibu hamil . Dikategorikan menjadi dua, yaitu risiko KEK dan tidak
0. Risiko KEK ( LILA <23,5 cm, BB sebelum hamil >42 kg, TB >145cm,
BB ibu pada kehamilan trimester III >45 kg), IMT sebelum hamil >17
b. Pola konsumsi
1) Makanan pokok
0. Tidak sesuai, jika: <5 porsi nasi atau setara dengan bahan makanan
penukar.
1. Sesuai, jika frekuensi 5 porsi nasi atau setara dengan bahan
makanan penukar.
2) Lauk hewani
0. Tidak sesuai jika: <3 porsi daging atau setara dengan bahan makanan
penukar (trimester I). Jika <4 porsi daging atau setara dengan bahan
penukar (trimester I). Jika 4 porsi daging atau setara dengan bahan
3) Lauk nabati
0. Tidak sesuai jika: <3 porsi tempe atau setara dengan bahan makanan
penukar.
1. Sesuai jika: 3 porsi tempe atau setara dengan bahan makanan
penukar.
4) Sayuran
0. Tidak sesuai jika: <4 porsi sayur atau setara dengan bahan makanan
penukar (trimester I). Jika <3 porsi sayur atau setara dengan bahan
makanan penukar (trimester II dan III).
1. Sesuai jika: 4 porsi sayur atau setara dengan bahan makanan
penukar (trimester I). Jika 3 porsi sayur atau setara dengan bahan
makanan penukar (trimester II dan III).
5) Buah-buahan
0. Tidak sesuai jika: <4 porsi buah atau setara dengan bahan makanan
penukar (trimester I). Jika <5 porsi buah atau setara dengan bahan
makanan penukar (trimester II dan III).
1. Sesuai jika: 4 porsi buah atau setara dengan bahan makanan
penukar (trimester I). Jika 5 porsi buah atau setara dengan bahan
makanan penukar (trimester II dan III).
c. Penyakit infeksi
terkait status gizi yang diderita oleh ibu hamil yaitu penyakit tuberculosis dan
1) Penyakit tuberculosis
0. Ya
1. Tidak
2) Penyakit diare
0. Ya
1. Tidak
d. Pantangan makan
kebiasaan tidak boleh makan jenis makanan tertentu pada responden karena
0. Ada
1. Tidak ada
3. Entry
lanjut.
70
4. Cleaning
data yang sudah dimasukkan, baik dalam pengkodean maupun kesalahan dalam
distribusi frekuensi dari setiap variabel yang diteliti dalam bentuk presentase
dan disajikan dalam bentuk tabel. Analisis univariat dalam penelitian ini
X2 = (O-E)2
dF = (k-1) (b-1)
71
Keterangan:
X2 = Chi square
O = Nilai observasi
E = Nilai ekspektasi
k = Jumlah kolom
b = Jumlah baris
Melalui uji statistic chi square akan diperoleh nilai P, dimana dalam
BAB V
HASIL
Luas wilayah Kecamatan Ciputat kira-kira 13.311 Ha dengan sebagian besar berupa
tanah darat atau kering (93,64%) sisanya adalah rawa atau danau. Letak Puskesmas
atas tanah seluas 693 m2 dengan luas bangunan 1200 m2 yang terdiri dari 2 lantai.
sebagai ruang kepala puskesmas dan staff, data, serta ruang rapat. Di lantai 2 juga
terdapat ruang pelayanan pengobatan TB paru, klinik sanitasi, klinik Pusat Terapi
(PTRM) dan laboratorium. Wilayah kerja puskesmas terdiri dari 2 kelurahan yaitu
variabel dependen yaitu risiko KEK pada ibu hamil beserta variabel independennya
yaitu pola konsumsi (makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran, dan buah-
5.2.1 Gambaran Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) pada Ibu Hamil di
Puskesmas Ciputat
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) pada Ibu Hamil di
Puskesmas Ciputat Tahun 2011
Berdasarkan tabel 5.1, risiko Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu
Puskesmas Ciputat
Tabel 5.2
Distribusi Pola Konsumsi Makanan Pokok pada Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat
Tahun 2011
orang ( 57,4%).
Puskesmas Ciputat
Tabel 5.3
Distribusi Pola Konsumsi Lauk Hewani pada Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat
Tahun 2011
orang (53,7%).
Puskesmas Ciputat
Tabel 5.4
Distribusi Pola Konsumsi Lauk Nabati pada Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat
Tahun 2011
orang (32,4%).
Puskesmas Ciputat
Tabel 5.5
Distribusi Pola Konsumsi Sayuran pada Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat
Tahun 2011
Puskesmas Ciputat
Tabel 5.6
Distribusi Pola Konsumsi Buah-buahan pada Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat
Tahun 2011
(68,5%).
77
Ciputat
Tabel 5.7
Distribusi Penyakit Tuberculosis pada Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat Tahun
2011
Tabel 5.8
Distribusi Penyakit Diare pada Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat Tahun 2011
Ciputat
Tabel 5.9
Distribusi Pantang Makanan pada Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat Tahun
2011
independen yaitu pola konsumsi (makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran,
dengan variabel dependennya yaitu risiko KEK pada ibu hamil di Puskesmas
Ciputat. Melalui uji Chi Square akan diperoleh nilai P, dimana dalam penelitian ini
digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian antara dua variabel dikatakan
79
bermakna jika mempunyai nilai P0,05 dan dikatakan tidak bermakna jika
Ciputat
dengan risiko KEK pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat Tahun 2011
Tabel 5.10
Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) berdasarkan Pola Konsumsi
Makanan Pokok pada Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat Tahun 2011
hamil (54,8%) yang risiko KEK. Sedangkan dari 46 ibu yang pola
dengan risiko KEK pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat Tahun 2011
Tabel 5.11
Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) berdasarkan Pola Konsumsi Lauk
Hewani pada Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat Tahun 2011
Risiko KEK
Pola Konsumsi Total
Ya Tidak P-value
Lauk Hewani
N % n % n %
Tidak sesuai 36 62,1 22 37,9 58 100 0,000
Anjuran
Sesuai anjuran 8 16,0 42 84,0 50 100
Total 44 40,7 64 59,3 108 100
pola konsumsi lauk hewani tidak sesuai anjuran, terdapat 36 ibu hamil
(62,1%) yang risiko KEK. Sedangkan dari 50 ibu yang pola konsumsi
dengan risiko KEK pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat Tahun 2011
Tabel 5.12
Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) berdasarkan Pola Konsumsi Lauk
Nabati pada Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat Tahun 2011
Risiko KEK
Pola Konsumsi Total
Ya Tidak P-value
Lauk Nabati
N % n % N %
Tidak sesuai 22 62,9 13 37,1 35 100 0,002
Anjuran
Sesuai anjuran 22 30,1 51 69,9 73 100
Total 44 40,7 64 59,3 108 100
82
pola konsumsi lauk nabati tidak sesuai anjuran, terdapat 22 ibu hamil
(62,9%) yang risiko KEK. Sedangkan dari 73 ibu yang pola konsumsi
risiko KEK pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat Tahun 2011 dapat
Tabel 5.13
Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) berdasarkan Pola Konsumsi
Sayuran pada Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat Tahun 2011
Risiko KEK
Pola Konsumsi Total
Ya Tidak P-value
Sayuran
N % n % n %
Tidak sesuai 29 44,6 36 55,4 65 100 0,419
Anjuran
Sesuai anjuran 15 34,9 28 65,1 43 100
Total 44 40,7 64 59,3 108 100
83
(44,6%) yang risiko KEK. Sedangkan dari 43 ibu yang pola konsumsi
risiko KEK pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat Tahun 2011 dapat
Tabel 5.14
Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) berdasarkan Pola Konsumsi Buah
pada Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat Tahun 2011
Risiko KEK
Pola Konsumsi Total
Ya Tidak P-value
Buah
N % n % n %
Tidak sesuai 30 40,5 44 59,5 74 100 1,000
Anjuran
Sesuai anjuran 14 41,2 20 58,8 34 100
Total 44 40,7 64 59,3 108 100
Ciputat tahun 2011 diperoleh bahwa diantara 74 ibu hamil yang pola
risiko KEK pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat Tahun 2011 dapat
Tabel 5.15
Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) berdasarkan Penyakit Tuberculosis
pada Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat Tahun 2011
Risiko KEK
Penyakit Total
Ya Tidak P-value
Tuberculosis
N % n % n %
Ya 3 33,3 6 66,7 9 100 0,735
Tidak 41 41,4 58 58,6 99 100
Total 44 40,7 64 59,3 108 100
yang risiko KEK. Sedangkan dari 99 ibu hamil yang tidak menderita
risiko KEK.
86
KEK pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat Tahun 2011 dapat dilihat
Tabel 5.16
Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) berdasarkan Penyakit Diare pada
Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat Tahun 2011
Risiko KEK
Total
Penyakit Diare Ya Tidak P-value
N % n % n %
Ya 19 54,3 16 45,7 35 100 0,076
Tidak 25 34,2 48 65,8 73 100
Total 44 40,7 64 59,3 108 100
pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat Tahun 2011 dapat dilihat pada tabel
5.17.
Tabel 5.17
Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) berdasarkan Pantang Makanan
pada Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat Tahun 2011
Risiko KEK
Pantang Total
Ya Tidak P-value
Makanan
N % n % n %
Ada 19 57,6 14 42,4 33 100 0,032
Tidak 25 33,3 50 66,7 75 100
Total 44 40,7 64 59,3 108 100
makanan dengan risiko KEK pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat tahun
makanan selama kehamilan, terdapat 19 ibu hamil (57,6%) yang risiko KEK.
Dari hasil uji statistik pada tingkat kemaknaan 0,05 diperoleh nilai
p=0,032 ( 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara pantang
BAB VI
PEMBAHASAN
1. Penggunaan desain studi cross sectional hanya dapat melihat hubungan antar
variabel tetapi tidak dapat menjelaskan hubungan sebab akibat antar variabel
tersebut.
2. Variabel penyakit infeksi tidak dilakukan pemeriksaan klinis atau hanya dilihat
mendalam.
6.2 Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) pada Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat
Dari hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa risiko Kurang Energi Kronis
(KEK) pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat sebesar 40,7%. Hasil penelitian ini
tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Surasih (2005) di
Kabupaten Banjarnegara yang memperlihatkan fakta bahwa risiko KEK pada ibu
Hasil penelitian ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan Susenas (Survey
Sosial Ekonomi Nasional) pada tahun 1999 yang menunjukkan ibu hamil yang
mengalami risiko KEK berkisar 27,6%. Hasil penelitian ini juga lebih tinggi
dibanding hasil survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2000-2005 bahwa ibu
90
hamil risiko KEK sebesar 15,49%. Selain itu hasil penelitian ini lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hapni (2004) di DKI
Jakarta dimana didapatkan ibu hamil yang mengalami risiko KEK adalah 17,1%, dan
pada penelitian yang dilakukan Azma (2002) di Kota Sukabumi didapatkan risiko
tingkat rumah tangga sudah pada tingkat buruk, 20-30% situasi rawan pangan gawat
dan lebih dari 30% situasi rawan pangan adalah parah. Sedangkan berdasarkan
acuan Departemen Kesehatan tahun 2003 tentang tingkat besaran masalah risiko
Menurut WHO (2005), ibu hamil dengan risiko KEK akan meningkatkan
kemungkinan kesakitan maternal, terutama pada trimester ketiga (bulan 7-9) dan
meningkatkan risiko melahirkan BBLR. Ibu hamil dengan risiko KEK akan
melahirkan bayi dengan BBLR yang akhirnya menyebabkan kematian pada ibu atau
kekurangan energi, maka dapat terjadi penurunan berat badan dengan aktifitas ringan
sekali pun dan pada tingkat permintaan energi BMR yang rendah sehingga mereka
91
badan dan simpanan energi dalam tubuhnya akan menyebabkan kurang energi kronis
(KEK). KEK mengacu pada lebih rendahnya masukan energi dibandingkan besarnya
energi yang dibutuhkan yang berlangsung pada periode tertentu, bulan hingga tahun
Dalam penelitian ini, sebagian besar pola konsumsi ibu tidak sesuai anjuran
makan ibu hamil seperti pola konsumsi makanan pokok yang sesuai 42,6%, lauk
hewani 46,3%, lauk nabati 67,6%, sayuran 39,8%, dan buah hanya 31,5%. Menurut
Guthrie (1995) dalam Hapni (2004), ibu hamil yang menderita risiko KEK dapat
terjadi karena jumlah makanan yang dikonsumsi tidak cukup, atau penggunaan zat
gizi dalam tubuh tidak optimal, atau kedua-duanya. Hal ini menyebabkan penurunan
jumlah sel darah dalam tubuh, sehingga suplai darah dan zat-zat gizi yang diberikan
ke janin berkurang, maka pertumbuhan janin akan terhambat dan bayi yang
6.3 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) berdasarkan Pola Konsumsi
beras, jagung, gandum, kentang, ubi jalar, ubi kayu, dan sagu (Arisman,
2004).
tambahan energi sebesar 180 kkal untuk trimester 1, 300 kkal untuk trimester
93
pokok tidak sesuai anjuran lebih banyak (62%) dari pada ibu dengan pola
konsumsi makanan pokok sesuai anjuran (46%). Berdasarkan uji chi square
didapatkan bahwa ibu dengan pola konsumsi makanan pokok tidak sesuai
anjuran dengan risiko KEK lebih tinggi dibandingkan dengan ibu dengan
responden pola konsumsi makanan pokok tidak sesuai anjuran dengan risiko
KEK sebesar 54,8% dan pada kelompok responden pola konsumsi makanan
pokok dengan risiko KEK. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
KEK.
Karbohidrat dikenal sebagai zat gizi makro sumber bahan bakar (energi)
94
utama bagi tubuh. Karena sebagian besar energi berasal dari karbohidrat,
kurang dari kebutuhan tubuh, maka tidak ada simpanan cadangan energi
dalam hati dan otot dalam bentuk glikogen yang sewaktu-waktu diperlukan
dkk, 2003).
seseorang tidak dapat bekerja dengan energi yang melebihi dari apa yang
juga terjadi pertumbuhan janin dan plasenta serta cairan amnion akan
dan bayi yang dilahirkan akan BBLR. Hal ini terjadi karena pentingnya
Kadar zat makanan (gizi) pada setiap bahan makanan memang tidak
sama, ada yang rendah dan ada pula yang tinggi, karena itu setiap bahan
makanan (gizi) yang diperlukan tubuh manusia ada yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan atau biasa disebut dengan lauk nabati dan ada pula yang
tidak sesuai anjuran lebih banyak (53,7%) dari pada ibu dengan pola lauk
96
proporsi dari kelompok responden pola konsumsi lauk hewani tidak sesuai
anjuran dengan risiko KEK sebesar 62,1% dan pada kelompok responden
pola konsumsi lauk hewani sesuai anjuran dengan risiko KEK sebesar 16,0%.
Begitu juga dengan hasil uji chi square diperoleh nilai p-value= 0,000 (p-
hewani dengan risiko KEK. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Lauk sebaiknya terdiri dari atas campuran lauk hewani dan nabati.
Lauk hewani, seperti daging, ayam, ikan, udang dan telur mengandung
protein dengan nilai biologi lebih tinggi daripada lauk nabati (Almatsier,
2001).
pertumbuhan yang kurang baik, daya tahan tubuh menurun, rentan terhadap
Ketika zat gizi yang masuk ke dalam tubuh berkurang atau tidak
dan penurunan fungsi imun ibu. Karena cadangan lemak dalam tubuh habis,
dengan cara menggunakan cadangan protein yang ada di hati dan otot untuk
pertumbuhan janin terhambat dan bayi yang dilahirkan akan BBLR. Hal ini
suplai ke janin.
tidak sesuai anjuran sebesar 32,4%, sedangkan ibu dengan pola konsumsi
diketahui bahwa ibu dengan pola konsumsi lauk nabati tidak sesuai anjuran
dengan risiko KEK lebih tinggi dibandingkan dengan ibu dengan pola
konsumsi lauk nabati sesuai anjuran. Proporsi dari kelompok responden pola
konsumsi lauk nabati tidak sesuai anjuran dengan risiko KEK sebesar 62,9%
dan pada kelompok responden pola konsumsi lauk nabati sesuai anjuran
dengan risiko KEK sebesar 30,1%. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p-
pola konsumsi lauk nabati dengan risiko KEK pada ibu hamil.
daripada lauk hewani karena mengandung lebih sedikit asam amino esensial
kacangan menjadi tempe, tahu, susu kedelai, dan oncom tidak saja
berbagai kegiatan dan kondisi tubuh yang demikian tentunya akan banyak
99
untuk pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak dan myelin selama masa
janin dan berkaitan erat dengan kecerdasan. Selain untuk pertumbuhan dan
Ketika asupan tidak adekuat, hal ini menyebabkan penurunan volume darah
buah, khususnya yang berwarna kuning dan hijau gelap. Vitamin dan mineral
adalah zat gizi makro yang memperlancar proses pembuatan energi dan
Oleh sebab itu didalam tumpeng gizi seimbang, sayuran dan buah dianjurkan
tidak sesuai anjuran sebesar 68,5% lebih tinggi daripada ibu dengan pola
tidak sesuai anjuran dengan risiko KEK sebesar 44,6% dan pada kelompok
responden pola konsumsi sayuran sesuai anjuran dengan risiko KEK sebesar
34,9%.
artinya pada alpha 5% tidak terdapat hubungan signifikan proporsi ibu hamil
risiko KEK dengan pola konsumsi sayuran sesuai anjuran dengan proporsi
ibu hamil risiko KEK dengan pola konsumsi sayuran tidak sesuai anjuran.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Azma
hubungan antara pola konsumsi sayuran dengan risiko KEK pada ibu hamil.
terdapat dalam buah dan sayuran berfungsi sebagai enzim yang penting untuk
niasin. Padahal fungsi niasin sangat penting yaitu untuk akivitas metabolisme
glukosa, dan lemak. Vitamin B6 ini banyak terkandung pada sayur mayur.
konsumsi buah dengan risiko KEK pada ibu hamil, kemungkinan hal ini
dicukupi dengan konsumsi protein hewani seperti daging, hati dan ikan,
hewani adalah juga sumber vitamin dan mineral penting khususnya vitamin
A, zat besi, dan folat yang sangat dibutuhkan bagi ibu hamil.
tubuh. Vitamin B1 yang terdapat dalam buah dan sayuran berfungsi sebagai
serta membantu fungsi normal syaraf, otot dan jantung serta vitamin B6
sesuai anjuran sebesar 68,5% lebih tinggi daripada ibu yang pola konsumsi
bahwa proporsi dari kelompok responden pola konsumsi buah tidak sesuai
102
anjuran dengan risiko KEK sebesar 40,5% dan pada kelompok responden
pola konsumsi buah sesuai anjuran dengan risiko KEK sebesar 41,2%.
artinya pada alpha 5% tidak terdapat hubungan signifikan proporsi ibu hamil
risiko KEK dengan pola konsumsi buah sesuai anjuran dengan proporsi ibu
hamil risiko KEK dengan pola konsumsi buah tidak sesuai anjuran. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hapni (2004),
tidak ada hubungan antara pola konsumsi buah dengan risiko KEK pada ibu
hamil.
jumlah yang terbatas di dalam hati, jantung, otot dan otak. Sebagai cadangan
dalam pembakaran karbohidrat dan diangkat di dalam darah oleh sel darah
putih yang mempunyai inti dengan vitamin B1. Dari fungsi tersebut, dapat
kebutuhan akan vitamin B1 akan banyak pula, salah satu contoh bagi ibu-ibu
yang sedang hamil atau menyusui sudah tentu akan memerlukan vitamin B1
konsumsi buah dengan risiko KEK pada ibu hamil, kemungkinan hal ini
103
dicukupi dengan konsumsi protein hewani seperti daging, hati, ikan, sebab
adalah juga sumber vitamin dan mineral penting khususnya vitamin A, zat
6.4 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) berdasarkan Penyakit Infeksi
saluran pencernaan atau peningkatan kebutuhan zat gizi oleh adanya penyakit.
Kaitan penyakit infeksi dengan keadaan gizi kurang merupakan hubungan timbal
balik, yaitu hubungan sebab akibat. Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan
gizi dan keadaan gizi yang jelek dapat mempermudah infeksi. Penyakit yang
umumnya terkait dengan masalah gizi antara lain diare, tuberculosis, malaria
(Supariasa, 2002).
paru tetapi mungkin juga terdapat pada organ lain seperti pada kelenjar getah
bening, ginjal, jantung dan lain sebagainya. Reaksi pertama akibat penyakit
104
tuberculosis adalah batuk, demam, berat badan menurun, dan badan lemah.
membutuhkan energi lebih yang diperoleh dari makanan. Badan yang lemah
1547 sampel yang diteliti didapatkan ibu hamil yang memiliki penyakit
infeksi yang melahirkan bayi BBLR lebih banyak daripada ibu yang tidak
dengan risiko KEK sebesar 41,4%. Begitu juga dengan hasil uji chi square
(tuberculosis, diare) dengan keadaan risiko KEK pada ibu hamil. Menurut
Schaible & Kauffman (2007) hubungan antara kurang gizi dengan penyakit
sejumlah infeksi terhadap status gizi itu sendiri. Artinya jika infeksi masih
akut dan derajat parahnya infeksi masih rendah tidak terlalu berpengaruh
terhadap status gizi seseorang. Sebaliknya jika infeksi sudah kronis dan
asupan gizi, dan diare juga dapat mengurangi daya serap usus terhadap sari
kekurangan gizi. Beberapa gejala dan tanda diare antara lain: berak cair atau
106
lembek dan sering adalah gejala khas diare, muntah, demam dan gejala
bahwa disamping asupan makanan yang inadekuat, KEK pada seseorang juga
tubuh.
Pada penyakit diare, absorpsi lemak dari makanan hanya 58% dari keadaan
normalnya, dan absorpsi protein dari makanan hanya 44% dari keadaan
normalnya. Karena hal inilah, absorpsi energi dari makanan hanya sekitar
menderita diare dengan risiko KEK sebesar 54,3% dan pada kelompok
responden yang tidak menderita diare dengan risiko KEK sebesar 34,2%.
Begitu juga dengan hasil uji chi square diperoleh nilai p-value= 0,076 (p-
menunjukkan tidak ada hubungan antara penyakit infeksi (tbc, diare, dll)
dengan risiko KEK). Hal ini terjadi karena ibu hamil selalu memeriksakan
diare dengan keadaan risiko KEK pada Ibu hamil di Puskesmas Ciputat.
6.5 Analisis Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) berdasarkan Pantang Makanan
beberapa jenis makanan tertentu yang jika dilihat dari nilai gizi, bahan makanan
tersebut mungkin saja dibutuhkan oleh ibu. Secara umum, tidak ada pantang
makanan bagi ibu hamil selama ibu tidak mengalami komplikasi ataupun mengalami
penyakit lain. Ibu hamil boleh mengkonsumsi makanan yang diinginkan dengan
jumlah yang tidak berlebihan. Adanya pantangan seperti itu akan menghambat
pemenuhan kebutuhan gizi ibu yang akhirnya berbahaya bagi kesehatan ibu serta
pertumbuhan dan perkembangan janin, sehingga perlu penjelasan kepada ibu tentang
selama kehamilan sebesar 30,6%, sedangkan ibu yang tidak ada pantang makanan
kehamilan dengan risiko KEK sebesar 57,6% dan pada kelompok responden yang
tidak ada pantang makanan selama kehamilan dengan risiko KEK sebesar 33,3%.
dengan risiko KEK lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang tidak ada pantang
makanan selama kehamilan. Begitu juga dengan hasil uji chi-square diperoleh nilai
(karbohidrat, protein dan lemak). Dalam hasil penelitian ini sebesar 30,6% ibu hamil
memiliki pantang makanan yang merupakan sumber protein yaitu ikan, udang, cumi
dan telur, dimana fungsi protein sangat penting dalam tubuh. Protein selain akan
akan disimpan untuk digunakan dalam keadaan darurat, sehingga pertumbuhan terus
yang tidak seimbang, dengan sendirinya akan terjadi pertumbuhan yang kurang baik,
daya tahan tubuh menurun, rentan terhadap penyakit, dll (Kartasapoetra, dkk, 2003).
Dari 30,6%, sebesar 72,7% pantang makanan disebabakan alasan budaya, sedangkan
sisanya karena alasan kesehatan. Apabila alasan kesehatan, ibu hamil dapat
mengganti dengan bahan makanan lain yang setara nilai gizi yang dikandungnya
ditemukan fakta adanya 27 jenis ikan yang merupakan makanan pantangan. Selain
109
itu hasil penelitian Yuliani (2002) di Bogor, didapatkan proporsi ibu hamil yang
39,20% dan dari 39,20% yang berpantangan tersebut didapat 44,73% ibu hamil
ibu hamil KEK memiliki pantangan, seperti mengkonsumsi ikan, cumi-cumi, dll.
Apabila diamati jenis makanan yang dipantang dikonsumsi sebagian besar adalah
jenis makanan yang bernilai gizi tinggi. Disisi lain kelompok yang berpantang
mengkonsumsi adalah mereka yang tergolong kelompok rawan gizi yaitu ibu hamil.
Kondisi demikian, tentunya akan memperburuk keadaan ibu hamil. Ibu hamil
merupakan kelompk yang paling rawan terhadap makanan sumber protein hewani.
Hal ini seharusnya tidak dilakukan, karena pangan sumber protein ini sangat
makanan maka semakin kecil peluang untuk mengkonsumsi makan yang beragam.
Beberapa jenis bahan makanan dilarang dimakan oleh anak-anak, ibu hamil, ibu
menyusui ataupun kaum remaja. Jika ditinjau dari konteks gizi, bahan makanan
tersebut justru mengandung nilai gizi yang tinggi, tetapi tabu itu tetap dijalankan
dengan alasan takut menanggung risiko yang akan timbul. Sehingga masyarakat
yang demikian akan mengkonsumsi bahan makanan bergizi dalam jumlah yang
kurang, dengan demikian maka penyakit kekurangan gizi akan mudah timbul di
7.1 Simpulan
1. Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat yaitu
sebesar 40,7%.
2. Sebagian besar pola konsumsi pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat tidak sesuai
anjuran yaitu pola konsumsi makanan pokok, pola konsumsi lauk hewani, pola
konsumsi sayuran dan pola konsumsi buah. Sedangkan pola konsumsi lauk
3. Gambaran penyakit infeksi pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat yaitu penyakit
5. Variabel yang berhubungan dengan risiko KEK pada ibu hamil di Puskesmas
Ciputat adalah pola konsumsi makanan pokok, pola konsumsi lauk hewani, pola
konsumsi lauk nabati, dan pantang makanan. Sedangkan variabel yang tidak
7.2 Saran
1. Puskesmas Ciputat
bahan makanan pengganti bagi ibu hamil yang mempunyai pantang makanan
Puskesmas, terutama pada trimester awal karena cara ini mudah dilakukan,
secara dini adanya risiko KEK. Pelayanan atau asuhan ANC standar minimal
c. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) tinggi energi bagi ibu hamil harus
ditingkatkan.
2. Ibu hamil
3. Penelitian selanjutnya
berhubungan dengan risiko Kurang Energi Kronis (KEK) ibu hamil diluar
111
DAFTAR PUSTAKA
Achadi, Endang. L. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat, dalam Departemen Gizi dan
Kesehatan Masyarakat, FKM UI. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Anonimous. 2010. Tuberkulosis. Diakses pada tanggal 1 Mei 2011 dari situs
http://digulib.unimus.ac.id
Ariawan, Iwan. 1998. Besar dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan. FKM UI.
Aritonang, Evawany. 2010. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil. Bogor: IPB Press.
Azma, N. 2003. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ibu Hamil Risiko
KEK di Kota Sukabumi. Skripsi. FKM UI. Depok.
Baliwati, Yayuk Farida, dkk. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Berg, Alan. 1986. Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: CV Rajawali.
Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI. 2000. Menuju Hidup Sehat bagi
Ibu Hamil dan Ibu Menyusui. Jakarta:Direktorat Gizi Masyarakat.
112
Depkes RI. 1994. Pedoman Penggunaan Alat Ukur LILA pada WUS. Jakarta: Direktorat
Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI.
. 1994. Pedoman Penanggulangan Ibu Hamil Kekurangan Enargi Kronis.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat.
. 1999. Ibu Sehat Bayi Sehat. Jakarta: Depkes RI.
Desmawita. 2002. Pola Konsumsi, Status Gizi dan Status Anemia pada Remaja Puteri
Hartriyanti, dkk. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat, dalam Departemen Gizi dan
Kesehatan Masyarakat, FKM UI. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Irawati, Anies. 2006. Antropometri Maternal dan Outcome Kehamilan. FKM UI.
Kamarullah. 2001. Identifikasi Faktor-Faktor Sosial, Ekonomi dan Kesehatan pada Ibu
Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) di Daerah Pantai. Fakultas Pertanian IPB.
Bogor.
Kartasapoetra, G. 2003. Ilmu Gizi (Korelasi Gizi, Kesehatan dan Produktivitas Kerja).
Jakarta: Rineka Cipta.
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Gizi Ibu Hamil dan Pengembangan
Makanan Tambahan Ibu Hamil Berbasis Pangan Lokal. Jakarta: Direktorat
Bina Gizi Masyarakat.
113
Khasanah, Nur. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kurang Energi Kronis
(KEK) pada Wanita Hamil di Indonesia Tahun 2007 (Analisis Data Riskesdas
2007). Skripsi. PSKM UIN Syahid.
Khumaidi, M. 1989. Gizi Masyarakat. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut
Pertanian Bogor.
Kurniasih, dkk. 2010. Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta: PT Gramedia.
Marlenywati. 2010. Risiko KEK pada Ibu Hamil Remaja di Kota Pontianak Tahun 2010.
Tesis. FKM UI. Depok.
Moehji, Sjahmien. 2003. Ilmu Gizi 2 Penanggulangan Gizi Buruk. Jakarta:Papas Sinar
Sinanti.
Paath, E.F, et.al. 2004. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC.
Pudjiadi, S. 2000. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Edisi Keempat. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UI.
114
Saraswati, dkk. 1998. Resiko Ibu Hamil KEK dan Anemia untuk Melahirkan Bayi
dengan BBLR. Penelitian Gizi dan Makanan. Jilid 21. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Gizi. Dekes RI. Bogor.
Sarjana dan Hoirun Nisa. 2007. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: UIN Press.
Schaible, et.al. 2007. Malnutrition and Infection: Complex Mechanisms and Global
Impacts.
Sediaoetama, A.D. 1990. Ilmu Gizi Menurut Pandangan Islam. Jakarta: Dian Rakyat.
Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Departemen Pendidikan dan kebudayaan Institut
Pertanian Bogor.
Sulistyoningsih, Hariyani. 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
115
Syahnimar, Lenny. 2004. Analisis Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan Faktor-
faktor yang Berhubungan pada Wanita Usia Subur (WUS) di Kabupaten
Lampung Barat Tahun 2004. Skripsi. FKM UI. Depok.
Yuliani, Essy. 2002. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Risiko KEK pada Ibu
Hamil di Kabupaten Bogor Tahun 2002. Skripsi. FKM UI. Depok.
116
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Saya Farida Hidayati mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sedang melakukan penelitian tentang
Hubungan antara Pola Konsumsi, Penyakit Infeksi dan Pantang Makanan terhadap Risiko
Kurang Energi Kronis (KEK) pada Ibu Hamil di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan
Tahun 2011. Untuk itu saya memohon kesediaan Ibu untuk menjawab pertanyaan dengan jujur
guna menjaga validitas penelitian. Identitas dan jawaban Ibu akan dijaga dan dirahasiakan.
Bersedia
Tidak Bersedia
Responden,
( )
KUESIONER PENELITIAN
Data Responden
1. No. Responden
2. Nama ibu
3. Alamat /No.kontak
a. Trimester I
b. Trimester II
c. Trimester III
5. LILA Cm
6. BB sebelum hamil Kg
7. TB sebelum hamil Cm
8. TB sekarang Cm
10. IMT
11. Kadar hb
0. Ya
1. Tidak
A. Pantangan Makanan
KODE
PERTANYAAN
(Diisi oleh Peneliti)
KODE
PERTANYAAN
(Diisi oleh Peneliti)
B. Penyakit Diare
0. Ya B3
1. Tidak
B2. Apakah ibu pernah menderita buang air besar lebih dari 3 kali dalam [ ] B2
0. Ya
1. Tidak C1
0. Dokter
1. Perawat
2. Bidan
B5. Jika ya, apakah pada saat diare, diatasi dengan pemberian [ ] B5
0. Ya
1. Tidak
C. Penyakit Tuberculosis
0. Ya C8
1. Tidak
C2. Apakah ibu pernah menderita batuk 2 minggu disertai dahak dan [ ] C2
nafsu makan menurun?
0. Ya
1. Tidak
C3. Apakah ibu pernah menderita batuk 2 minggu disertai dahak dan [ ] C3
berat badan menurun/sulit bertambah?
0. Ya
1. Tidak
C4. Apakah ibu pernah menderita batuk 2 minggu disertai dahak dan [ ] C4
demam,?
0. Ya
1. Tidak
C5. Apakah ibu pernah menderita batuk 2 minggu disertai dahak dan [ ] C5
sesak nafas?
0. Ya
1. Tidak
C6. Apakah ibu pernah menderita batuk 2 minggu disertai dahak dan [ ] C6
nyeri dada?
0. Ya
1. Tidak
C7. Apakah ibu pernah menderita batuk 2 minggu disertai dahak dan [ ] C7
keringat pada malam hari?
0. Ya
1. Tidak
C8. Siapa yang mendiagnosis/ menetapkan ibu menderita TB [ ] C8
paru?
0. Dokter
1. Perawat
2. Bidan
Pola Konsumsi
1. Nasi ..x/hari
2. Lauk hewani.x/hari
4. Sayuran x/hari
5. Buah.x/hari
6. Susu..x/hari
FFQ SEMI KUANTITATIF
Tidak Pernah
1-3x/minggu
2-4x/minggu
Nama Bahan
1-3x/bulan
1x/minggu
2-3x/hari
4-6x/hari
1x/bulan
1x/hari
Makanan URT (gram)
Makanan Pokok
1. Nasi gelas 100
2. Roti 3 iris 70
3. Mie 1 gelas 50
4. Singkong 1 ptg 120
5. Kentang 2 bj bsr 200
6.
7.
Lauk Hewani
1. Ikan 1 ptg sdg 50
2. Daging ayam 1 ptg sdg 50
3. Daging sapi 1 ptg sdg 50
4. Telur 1 butir 60
5. Udang gelas 50
6.
7.
Lauk Nabati
1. Tempe 2 ptg sdg 50
2. Tahu 2 ptg sdg 110
3. Kacang hijau 2 sdm 20
4.
5.
Jumlah Frekuensi Konsumsi
Tidak Pernah
1-3x/minggu
2-4x/minggu
Nama Bahan
1-3x/bulan
1x/minggu
2-3x/hari
4-6x/hari
1x/bulan
1x/hari
Makanan URT (gr)
Sayuran
1. Bayam 1 mngkk 100
2. Daun singkong
3. Kacang panjang
4. Sawi
5. Wortel
6.
7.
Buah-buahan
1. Pepaya 1 ptg sdg 100
2. Jeruk 1 buah sdg 100
3. Apel buah sdg 75
4. Pisang 1 buah sdg 50
5.
6.
Susu dan olahannya
1. Susu 1 gls 200
2.
3.
Lainnya
1. Air putih
2. Gula 1 sdm 10
3. Minyak
Analisis Univariat
risiko_kek
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid ya 44 40.7 40.7 40.7
tidak 64 59.3 59.3 100.0
Total 108 100.0 100.0
makanan_pokok
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid tidak sesuai 62 57.4 57.4 57.4
sesuai 46 42.6 42.6 100.0
Total 108 100.0 100.0
lauk_hewani
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid tidak sesuai 58 53.7 53.7 53.7
sesuai 50 46.3 46.3 100.0
Total 108 100.0 100.0
lauk_nabati
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid tidak
35 32.4 32.4 32.4
sesuai
sesuai 73 67.6 67.6 100.0
Total 108 100.0 100.0
konsumsi_sayur
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid tidak sesuai 65 60.2 60.2 60.2
sesuai 43 39.8 39.8 100.0
Total 108 100.0 100.0
konsumsi_buah
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid tidak sesuai 74 68.5 68.5 68.5
sesuai 34 31.5 31.5 100.0
Total 108 100.0 100.0
diare
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid ya 35 32.4 32.4 32.4
tidak 73 67.6 67.6 100.0
Total 108 100.0 100.0
tuberculosis
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid ya 9 8.3 8.3 8.3
tidak 99 91.7 91.7 100.0
Total 108 100.0 100.0
pantang_makanan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid ada 33 30.6 30.6 30.6
tidak 75 69.4 69.4 100.0
Total 108 100.0 100.0
Analisis Bivariat
Crosstabs
Cases
risiko_kek
ya tidak Total
sesuai Count 10 36 46
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18.74.
Risk Estimate
Cases
risiko_kek
ya tidak Total
sesuai Count 8 42 50
Chi-Square Tests
Risk Estimate
Crosstabs
[DataSet1] C:\Documents and Settings\ACER\My Documents\SPSS SKRIPSI\SKRIPSI.sav
Case Processing Summary
Cases
risiko_kek
ya tidak Total
sesuai Count 22 51 73
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.26.
Crosstabs
[DataSet1] C:\Documents and Settings\ACER\My Documents\SPSS SKRIPSI\SKRIPSI.sav
Cases
risiko_kek
ya tidak Total
sesuai Count 15 28 43
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.52.
Risk Estimate
Cases
risiko_kek
ya tidak Total
sesuai Count 14 20 34
Chi-Square Tests
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.85.
Crosstabs
[DataSet1] C:\Documents and Settings\ACER\My Documents\SPSS SKRIPSI\SKRIPSI.sav
Cases
risiko_kek
ya tidak Total
Diare ya Count 19 16 35
tidak Count 25 48 73
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.26.
Risk Estimate
Crosstabs
[DataSet1] C:\Documents and Settings\ACER\My Documents\SPSS SKRIPSI\SKRIPSI.sav
Cases
Cases
risiko_kek
ya tidak Total
tuberculosis ya Count 3 6 9
tidak Count 41 58 99
Chi-Square Tests
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.67.
Crosstabs
[DataSet1] C:\Documents and Settings\ACER\My Documents\SPSS SKRIPSI\SKRIPSI.sav
Cases
pantang_makanan *
108 100.0% 0 .0% 108 100.0%
risiko_kek
risiko_kek
ya tidak Total
tidak Count 25 50 75
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.44.
Risk Estimate
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
risiko_kek
ya tidak Total
trimester 2 Count 12 20 32
trimester 3 Count 25 39 64