Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN INDIVIDU

MAGANG GIZI KESEHATAN MASYARAKAT


“PENYULUHAN GIZI ANAK SEKOLAH”

SEKOLAH DASAR 07 LENTENG AGUNG


DAN
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA 242 JAKARTA

OLEH:
ALMA RAHMAWATI (12190100001)

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
2023
LEMBAR PENGESAHAN
INDIVIDU

Laporan Lengkap Magang Gizi Kesehatan Masyarakat “Penyuluhan Gizi Anak


Sekolah” Telah disetujui:

Jakarta, 3 Oktober 2023


Pembimbing Matakuliah Pembimbing Lapangan

Siti Soraya, S.Gz, M.Si Retno Inten Rizqi P. S.Gz, MKM

Koordinator Program Studi

Lulu’ul Badriyah, SKM, MKM


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan PKL
Dietetik di RSUD Ciracas dengan baik dan selesai pada waktunya. Laporan ini
dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata (S1) pada
Program Studi Sarjana Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia
Maju.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah


membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
menyelesaikan laporan PKL ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:

1. Ibu Retno Inten Rizqi, S.Gz, MKM selaku pembimbing lapangan, terimakasih
atas bimbingan, waktu, dukungan serta pengalaman yang telah di berikan
kepada penulis.
2. Ibu Lulu’ul Badriyah, SKM, MKM selaku Koordinator Program Studi Sarjana
Gizi, sekaligus sebagai dosen pembimbing akademik.
3. Ibu Siti Soraya, S.Gz, M.Si selaku pembimbing mata kuliah PKL Gizi
Kesehatan Masyarakat. Terimakasih atas bimbingan, waktu, dukungan dan
fikiran yang telah di berikan kepada penulis sehingga tugas laporan magang
ini dapat selesai.
Saya sangat menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca. Saya selaku penulis berharap semoga laporan ini berguna dan
bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi penulis.

Jakarta, 3 Oktober 2023

Alma Rahmawati
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usia anak sekolah merupakan salah satu investasi bangsa karena
merupakan penerus generasi bangsa yang akan menentukan kualitas
bangsa di masa yang akan datang. Tumbuh kembang anak usia sekolah
yang optimal dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas asupan zat gizi yang
diberikan dalam makanannya. Anak pada usia sekolah tumbuh dengan
genetis masing-masing dengan perbedaan tinggi yang mulai terlihat.
Beberapa anak terlihat relatif lebih tinggi ataupun pendek (Dr. Tiurma
Sinaga, MFSA).
Menurut data riset kesehatan dasar (2013), prevalensi nasional
anak usia sekolah kurus (menurut IMT/U) adalah 11,2% terdiri dari 4,0%
sangat kurus dan 7,2% kurus. Prevalensi anak usia sekolah gemuk adalah
18,8%, terdiri dari gemuk 10,8% dan sangat gemuk (obesitas) 8,8%. Pada
wilayah DI Yogyakarta, prevalensi anak dengan kategori gemuk sebesar
9,1%, kategori sangat gemuk 6,9%, kategori normal 76,5%, kategori kurus
5,8%, dan kategori sangat kurus 1,7%. (Riskesdas, 2013)
Anak sekolah dasar merupakan salah satu kelompok yang rentan
terhadap ketidakcukupan gizi, sehingga anak sekolah harus dipantau agar
ketidakcukupan gizi bisa dihindari. Banyak masalah yang mungkin terjadi
selama proses pertumbuhan dan perkembangan. Masalah gizi pada anak
sekolah timbul karena perilaku gizi yang salah, yaitu ketidak seimbangan
antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan (Muhammad
Maki, 2014). Selain itu pada usia tersebut anak sangat aktif bermain dan
banyak kegiatan baik di sekolah maupun di lingkungan rumahnya, selain
itu pada usia sekolah terkadang nafsu makannya menurun. Menurunnya
nafsu makan anak disebabkan karena malas makan (Aji Surya, 2018).
Kebiasaan jajan anak sekolah di Yogyakarta cenderung meningkat
dan anak memilih konsumsi jajan yang kurang sehat. Kebiasaan jajan
cenderung menjadi bagian budaya dari satu keluarga. Makanan jajanan di
luar/di sekolah seringkali tidak memperhatikan mutu gizi, kebersihan, dan
keamanan bahan pangan. Tidak sedikit masalah yang timbul akibat orang
tua kurang peduli terhadap makanan yang dikonsumsi anak di sekolah.
Makanan yang tidak aman dan tidak bergizi menimbulkan penyakit,
seperti diare bahkan kanker dan dapat mengakibatkan tidak tercapainya
angka kecukupan gizi (Kurnia dkk, 2016).

Pemenuhan gizi bagi anak sekolah menjadi hal yang penting dan
harus diperhatikan oleh berbagai pihak terutama orang tua. Masa sekolah
antara usia 8-9 tahun merupakan masa aktif bermain dan berlarian
sehingga mereka membutuhkan asupan gizi yang lebih banyak. Di lain hal
anak usia sekolah juga membutuhkan nutrisi guna menunjang
perkembangan motorik, kognitif dan intelegensinya. (Sutomo, 2010).

Kementerian Kesehatan mulai memperkenalkan slogan “Isi


Piringku” sebagai pengganti slogan “4 Sehat 5 Sempurna” untuk pedoman
makan sehari-hari guna memenuhi gizi seimbang. Konsep Isi Piringku
adalah satu piring makan yang terdiri dari 50 persen buah dan sayur, dan
50 persen sisanya terdiri dari karbohidrat dan protein. Dengan demikian,
masyarakat diharapkan dapat membatasi konsumsi karbohidrat serta lebih
banyak mengonsumsi serat dan vitamin, sehingga risiko masalah
kesehatan, seperti diabetes dan obesitas pun bisa berkurang (Veronica dkk,
2019).

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis melakukan kegiatan


pegabdian kepada masyarakat yang berjudul gizi anak sekolah.

B. Tujuan
Tujuan Umum:
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan para peserta atau siswa/i
sekolah dapat memahami tentang gizi seimbang.
Tujuan Khusus:
1) Memberikan pemahaman kepada siswa/i mengenai pentingnya
kebutuhan gizi seimbang pada anak sekolah.
2) Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada anak sekolah
mengenai gizi seimbang.
3) Memberikan pemahaman mengenai tumpeng gizi seimbang, isi
piringku serta pemahaman mengenai 10 pesan gizi seimbang.
4) Memberikan motivasi dan pemahaman mengenai pentingnya
menjaga pola makan bergizi seimbang saat usia sekolah.
C. Manfaat
1) Bagi Penulis:
Menambah wawasan tentang gizi pada anak sekolah serta
menambah pengetahuan dan informasi tentang permasalah gizi
pada anak sekolah.
2) Bagi Peserta:
Memberi pengetahuan dan informasi tentang gizi pada anak
sekolah serta menambah pengetahuan dan informasi tentang
permasalah gizi pada anak sekolah.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gizi Seimbang
Pada era globasisasi saat ini, orang terbiasa melakukan apapun
serba praktis begitu pula makanan yang dikonsumsi. Masyarakat lebih
terbiasa melakukan apapun serba praktis seperti mengkonsumsi makanan
cepat saji seperti hamburger, kentang goreng, hotdong dan lain sebagainya.
Padahal makanan tersebut memiliki kalori dan lemak jenuh yang lebih
besar dibandingkan vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh. Gizi yang
tidak optimal berkaitan dengan kesehatan yang buruk. Asupan gizi yang
buruk adalah faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) terkait gizi, maka
pola makan masyarakat perlu ditingkatkan kearah gizi seimbang
(Masrikhiyah, 2020). Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari
yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman atau
variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan dan berat badan ideal (BBI)
(Siahan dkk, 2021).

Gizi seimbang adalah pangan sehari-hari yang mengandung zat


gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan
memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktifitas fisik, perilaku
hidup bersih dan mempertahankan berat normal untuk mencegah masalah
gizi (Palupi dkk, 2018). Menurut Siahan, dkk (2021) gizi seimbang
merupakan rangkaian konsumsi pangan setiap hari yang memiliki zat gizi
dalam tipe serta jumlah yang sesuai dengan kebutuhan berperilaku hidup
bersih serta mempertahankan prinsip keanekaragaman pangan, beraktifitas
fisik, perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat tubuh wajar untuk
menghidari permasalahan gizi.

Salah satu upaya meningkatkan status gizi masyarakat adalah


dengan mensosialisasikan pedoman gizi seimbang melalui “Isi Piringku”.
“Isi Piringku” merupakan jargon pedoman makanan terkini sebagai
pengganti jargon lama “4 sehat 5 sempurna”. “Isi Piringku” mengajarkan 2
pesan penting, yakni keragaman pangan dan keseimbangan makanan. Pada
anjuran “Isi Piringku”, masyarakat diminta untuk meninjau isi piring
masing-masing sebelum makan. Pertama, “apakah isi piringnya sudah
bervariasi dari segi kelompok bahan pangan, jenis dan warna?” Kedua,
“apakah porsi dari semua kelompok bahan pangan sudah seimbang?”
(Fitriani, 2021).

Menurut Sufyan (2022) sejak tahun 2014 Indonesia telah


menerapkan pedoman gizi seimbang melalui “Isi Piringku” yang terdiri
dari 4 pilar, diantaranya:

1) Konsumsi Makanan Beragam


Keragaman pangan dapat diartikan sebagai tingkat variasi
kelompok bahan makanan yang dikonsumsi oleh seseorang dalam
periode waktu tertentu. Tingkat keragaman pangan makan
menentukan kecukupan gizi karena 6 zat gizi utama yang
diperlukan tubuh seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mineral dan air terkandung dalam beragam bahan pangan. Tidak
satupun bahan pangan yang mengandung keenam zat gizi tersebut
secara sempurna. Keragaman pangan menentukan kecukupan gizi
mereka yang berdampak pada status gizi, dimana semakin beragam
kelompok bahan pangan yang dikonsumsi maka semakin rendah
tingkat kegemukan, obesitas atau masalah gizi lainnya (Fitriani,
2021).
2) Melakukan Aktivitas Fisik
Tubuh memerlukan asupan energi untuk keberlangsungan
hidup dan aktivitas fisik. Menjaga berat badan perlu adanya
keseimbangan antara asupan yang masuk dan energi yang keluar
(Afrilia & Festilia, 2018). Ketidakseimbangan energi yang terjadi
dapat mengarah pada kelebihan berat badan. Salah satu yang
mempengaruhi status gizi adalah aktivitas fisik. Asupan energi
yang berlebih dan tidak diimbangi dengan pengeluaran energi yang
seimbang akan menyebabkan terjadinya penambahan berat badan
(Roring dkk, 2020).
3) Perilaku Hidup Bersih
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan
perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran yang menjadikan seseorang keluarga, kelompok atau
masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakat. Ditinjau dari sudut pandang epidemiologi, masalah
gizi sangat dipengaruhi oleh faktor penjamu, agens, dan
lingkungan. Faktor penjamu meliputi fisiologi, metabolisme atau
kebutuhan zat gizi. Faktor agens meliputi zat gizi makro dan mikro
serta faktor lingkungan (makanan) meliputi bahan makanan,
pengolahan, penyimpanan, penghidangan dan higienis serta
sanitasi makanan (Damayanti, 2020).
4) Pantau Berat Badan
Salah satu indikator yang menunjukkan bahwa telah terjadi
keseimbangan zat gizi didalam tubuh adalah terjapainya berat
badan normal yaitu berat badan yang sesuai untuk tinggi badan.
Indikator tersebut dikenal dengan Indeks Massa Tubuh (IMT).
Oleh karena itu, pemantauan berat badan normal merupakan hal
yang harus menjadi bagian pola hidup dan gizi seimbang sehingga
dapat mencegah penyimpangan berat badan dan apabila terjadi
penyimpangan dapat segera dilakukan langkah-langkah
pencegahan dan penanganannya. Yang dimaksud berat badan
normal adalah untuk orang dewasa memiliki IMT 18,5-25, bagi
anak balita menggunakan KMS dan berada didalam garis hijau
(Siahan dkk, 2021).
B. Status Gizi
A. Pengertian Status Gizi
Status gizi merupakan akibat dari keseimbangan antara konsumsi
dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau keadaan
fisikologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluruh tibuh. Menurut
Amelia dan Wahyani (2020) dalam menentukan status gizi, klasifikasi
status gizi dibagi menjadi 4 yaitu:

1) Status Gizi Baik


Status gizi normal merupakan suatu ukuran status gizi dimana
keseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh
dan energi yang dikeluarkan dari luar tubuh sesuai dengan
kebutuhan individu. Energi yang masuk kedalam tubuh dapat
berasal dari krbohidrat, protein, lemak dan zat gizi lainnya. Status
gizi normal atau baik merupakan keadaan yang sangat diinginkan
oleh semua orang (Hasrul dkk, 2020)
2) Status Gizi Kurang
Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut undernutrition
merupakan keadaan gizi seseorang dimana julah energi yang
masuk lebih sedikit dari energi yang keluar, halini dapat terjadi
karena jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari anjuran
kebutuhan individu (Hasrul dkk, 2020).
3) Status Gizi Lebih
Status gizi lebih (overnutrition) merupakan keadaan jumlah gizi
seseorang yang masuk ke dalam tubuh lebih besar dari jumlah
energi yang dikeluarkan. Hal ini terjadi karena jumlah energi yang
masuk melebihi kecukupan energi yang dianjurkan untuk
seseorang, akhirnya kelebihan zat gizi disimpan dalam bentuk
lemak yang dapat mengakibatkan seseorang menjadi gemuk
(Intantiyana dkk, 2018).

4) Status Gizi Buruk


Status gizi buruk adalah keadaan kurang energi dan protein (KEP)
tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan bergizi
dan/atau menderita sakit dalam waktu lama. Ditandai dengan status
gizi sangat kurus (menurut BB/TB) dan atau hasil pemeriksaan
klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik
kwashiorkor (Anisa dkk, 2018).
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi status gizi
seseorang adalah sebagai berikut:

1) Faktor Lingkungan
Lingkungan yang buruk seperti air minum yang tidak
bersih, tidak adanya saluran penampungan air limbah, tidak
menggunakan kloset yang baik, juga kepadatan penduduk yang
tinggi dapat menyebabkan penyebaran pathogen (Boli, 2018).
Rendahnya kualitas sanitasi lingkungan dan kebersihan lingkungan
dapat memicu terjadinya gangguan saluran cerna yang
mengakibatkan energi yang dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan
teralihkan menjadi perlawanan tubuh melawan infeksi. Jika balita
sering mengalami infeksi maka akan timbul masalah gizi, salah
satunya stunting. Hal ini sejalan dengan penelitian Rahayu, dkk
(2018) yang menunjukkan bahwa rumah tangga yang tidak
memiliki akses air yang sesuai kriteria akan berisiko lebih besar
untuk terjadinya stunting.
2) Faktor Ekonomi
Pendapatan yang dimiliki oleh keluarga dapat
mencerminkan tingkat kemampuan keluarga tersebut dalam
konsumsi sehari-harinya. Di banyak negara yang secara ekonomis
kurang berkembang, sebagian besar penduduknya berkurang lebih
pendek karena gizi yang tidak mencukupi dan pada umumnya
masyarakat yang berpenghasilan rendah mempunyai ukuran badan
yang lebih kecil. Masalah gizi di 9 negara miskin yang
berhubungan dengan pangan adalah mengenai kuantitas dan
kualitas. Kuantitas menunjukkan penyediaan pangan yang tidak
mencukupi kebutuhan energy bagi tubuh. Kualitas berhubungan
dengan kebutuhan tubuh akan zat gizi khusus yang diperlukan
untuk petumbuhan, perbaikan jaringan, dan pemeliharaan tubuh
dengan segala fungsinya (Widiyanto dkk, 2019).
Status ekonomi kurang dari keluarga menyebabka daya beli
kurang terhadap makanan yang memiliki zat gizi baik sehingga
berisiko terjadinya kekurangan zat gizi makro dan mikro,
kekurangan zat gizi pada balita atau ibu hamil dapat meningkatkan
risiko terjadinya stunting pada anak. Hal ini sejalan dengan
penelitian Rahayu, dkk (2018) yang menyatakan bahwa kejadian
stunting lebih banyak terjadi pada sosial ekonomi yang rendah.
Pendapatan keluarga terkait pemenuhan asupan energi dan protein
untuk anak bisa menjadi faktor tidak langsung terkait kejadian
stunting.
3) Faktor Sosial Budaya
Indikator masalah gizi dari sudut pandang sosial-budaya
antara lain stabilitas keluarga dengan ukuran frekuensi nikah-cerai-
rujuk, anak-anak yang dilahirkan di lingkungan keluarga yang
tidak stabil akan sangat rentan terhadap penyakit gizi kurang. Juga
indikator demografi yang meliputi susunan dan pola kegiatan
penduduk seperti peningkatan jumlah penduduk, tingkat urbanisasi,
jumlah anggota keluarga serta jarak kelahiran (Hayat dkk, 2021)
4) Faktor Pengetahuan
Pengetahuan gizi akan berpengaruh terhadap pola konsumsi
pangan sehari-hari dalam menyediakan kebutuhan pangan.
Pengetahuan ibu tentang Kesehatan dan gizi mempunyai hubungan
yang erat dengan pendidikan. Kurangnya pengetahuan tentang gizi
akan mengurangi kemampuan untuk menerapkan informasi dalam
kehidupan sehari-hari merupakan penyebab kejadian gangguan
kurang gizi (Angesti dan Manikan, 2020).
5) Faktor Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan
sikap dan perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang lebih
tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk
menyerap informasi dan menerapkan dalam perilaku dan gaya
hidup sehari-hari khususnya dalam kesehatan dan gizi. Pendidikan
orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh
kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik, maka
orangtua dapat menerima segala informasi dari luar terutama
tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga
kesehatan anaknya, pendidikan dan sebagainya (Widiyanto et.al,
2019).
Pendidikan ibu merupakan kebutuhan dasar manusia yang
sangat diperlukan untuk mengembangkan diri. Orang
berpendidikan tidak akan memberikan respon yang lebih rasional
dibandingakn orang yang berpendidikan rendah maupun yang tidak
berpendidikan. Semakin tinggi pendidikan semakin mudah
mengembangkan pengetahuan dan tekhnologi sehingga dapat
meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan keluarga (Zogara
dkk, 2021).
6) Faktor Penyakit Infeksi
Timbulnya masalah gizi tidak hanya karena makanan yang
kurang tetapi juga karena penyakit infeksi. Anak yang
mendapatkan makanan cukup baiktetapi diserang diare atau
demam, akhirnya dapat menderita kurang gizi. Demikian juga pada
anak yang makan tidak cukup baik, maka daya tahan tubuhnya
akan melemah. Dalam keadaan demikian, tubuh mudah tererang

7) Pola Makan
Pola makan adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang
dikonsumsi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu terdiri
dari frekuensi makanan, jenis makanan dan porsi makanan (Afrilia
& Festilia, 2018). Status gizi seseorang dianalisis berdasarkan
asupan gizi dan kemampuan tubuh dalam menyerap zat-zat gizi
tersebut. Pada masa pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun
mental, anak akan lebih peka terhadap rangsangan dari luar.
Memperhatikan pola makan merupakan salah satu faktor yang
penting dalam menentukan potensi pertumbuhan dan
perkembangan anak (Sir dkk, 2021).
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Gambaran Umum program


Pelaksanaan penyuluhan dilakukan di dua tempat, yaitu di SDN 07
Lenteng Agung dan SMPN 242 Jakarta, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta
Selatan. Kegiatan ini dilakukan dalam satu hari pada Selasa 3 Oktober
2023. Sasaran yang diambil yaitu siswa/i kelas 5 SD dan 7 SMP dengan
melakukan koordinasi terlebih dahulu dengan pihak sekolah setempat
untuk mengawal pelaksanaan kegiatan dengan memperhatikan protokol
kesehatan.

Sebelumnya para siswa/i diberikan informasi/sosialisasi dan


edukasi terkait gizi pada anak sekolah yang kemudian dilanjut dengan
pengukuran antropometri guna mengetahui status gizi pada siswa/i di
sekolah tersebut. Setelah dilakukan pengukuran selanjutnya siswa/i diberi
snack sehat berupa susu dan crakers.

B. Gambaran Umum Target Populasi


1. Sasaran
Sasaran kegiatan penyuluhan gizi anak sekolah ini yaitu siswa/i
kelas 5 SDN 07 Lenteng Agung dan 7 SMPN 242 Jakarta dengan
jumlah 68 siswa/i
2. Lokasi Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan di dua sekolah yaitu, SDN 07
Lenteng Agung dan SMPN 242 Jakarta yang terletak di Kecamatan
Jagakarsa, Jakarta Selatan
3. Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Selasa, 3 Oktober 2023
Waktu : SD 08.00-09.00 WIB
SMP 10.00-11.00 WIB
4. Kerjasama Lintas Sektor
1) Dosen Pembimbing
2) Kepala Sekolah
3) Wakil Kepala Sekolah
C. Implementasi Program
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan gizi anak sekolah ini dimulai
dengan melakukan presentasi yang menjelaskan tentang gizi seimbang
serta permasalahan gizi yang sering terjadi pada anak sekolah,
kemudian dilanjut dengan pemeriksaan status gizi. Strategi yang
digunakan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan siswa/i tentang gizi
seimbang, mengontrol status gizi supaya optimal, menghindari
makanan dan minuman yang terdat interaksi dengan zat besi, serta
kebersihan lingkungan/sanitasi.

D. Capaian Program
Tujuan dan manfaat dari penyuluhan gizi anak sekolah, diantaranya
adalah meningkatnya pengetahuan siswa/i tentang gizi seimbang,
sehingga siwa/i mau merubah sikap dan perilaku untuk menerapkan pola
hidup sehat guna mencegah terjadinya permasalahan gizi pada anak
sekolah serta terlaksananya pengukuran status gizi pada siswa/i SD 07
Lenteng Agung dan SMPN 242 Jakarta. Dengan penilaian status gizi yang
baik, diharapkan terwujud generasi sehat, cerdas dan produktif serta
mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta diwaktu
mendatang, diharapkan kegiatan penyuluhan gizi anak sekolah ini
menjadi motivasi bagi pengembangan inovasi lainnya.

E. Analisis SWOT
Tabel 1. 1 Analisis SWOT

Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman


Adanya media Kurangnya tenaga Program yang Kurangnya minat
promosi berupa untuk membantu terencana mampu siswa/i untuk
power point pelaksanaan diaplikasikan di membaca
Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman
tentang gizi yang kegiatan Masyarakat. informasi yang
sudah disiapkan. penyuluhan. Adanya diberikan.
pemberdayaan
Koordinasi lintas siswa/i dalam Kurangnya
program dan meningkatkan pengetahuan
sektoral. perilaku makan tentang gizi pada
dengan gizi anak sekolah.
Kegiatan yang seimbang.
terjadwal.

Sarana dan
prasarana
pendukung
penyuluhan yang
lengkap.

Memiliki buku
panduan PKL gizi
Kesehatan
Masyarakat.

Keramahan guru
serta siswa/i
dalam menerima
kunjungan
mahasiswa.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Sekolah
1. SDN 07 Lenteng Agung
Sekolah ini terletak di Jl. Raya Depok Gg. Subur Lenteng Agung,
Kec. Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan Prov. D.K.I. Jakarta, 12610. SDN
07 Lenteng Agung memiliki luas tanah sebesar 832,000 M² dengan
fasilitas ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboraturium, ruang
praktik, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang TU, ruang konseling,
ruang osis, ruang ibadah, ruang UKS, ruang gudang, ruang sirkulasi
dan ruang toilet.

Dilihat dari halaman profile SDN 07 Lenteng Agung sekolah ini


terakreditasi dengan predikat nilai A. Sekolah ini berstatus negeri
dengan bentuk Pendidikan SD dan berstatus kepemilikan pemerintah
daerah. SDN 07 Lenteng Agung memiliki jumlah guru sebanyak 29
guru, 360 siswa dan 322 siswi.

2. SMPN 242 Jakarta


Sekolah ini terletak di Jl. Raya Depok Gg. Subur Lenteng Agung,
Kec. Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan Prov. D.K.I. Jakarta, 12610.
SMPN 242 memiliki luas bangunan 1.930 m2 yang berdiri diatas lahan
seluas 4.500 m2 dengan fasilitas ruang kelas, ruang perpustakaan,
ruang laboraturium, ruang praktik, ruang kepala sekolah, ruang guru,
ruang TU, ruang konseling, ruang osis, ruang ibadah, ruang UKS,
ruang gudang, ruang sirkulasi dan ruang toilet.

Dilihat dari halaman profile SMPN 242 Jakarta sekolah ini


terakreditasi dengan predikat nilai A. Sekolah ini berstatus negeri
dengan bentuk Pendidikan SMP dan berstatus kepemilikan pemerintah
daerah. SMPN 242 Jakarta memiliki jumlah guru sebanyak 41 guru,
392 siswa dan 352 siswi.
Damayanti, L. et al., 2020. Pelatihan mempersiapkan ibu menyusui sadari, pahami
dan tingkat kebutuhan MPASI anak ke kader Posyandu. Jurnal Peduli Masyarakat,
2(4), pp. 35-39

Anda mungkin juga menyukai