TESIS
manusia di masa depan sangat ditentukan sekali dari kualitas remaja dimasa sekarang,
oleh sebab itu pemenuhan kebutuhan remaja saat sekarang sangat diperhatikan sekali
mulai dari kebutuhan fisiologi dan psikologinya. Menurut World Health Organization
(WHO) yang disebut remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara
masa kanak-kanak dan dewasa yaitu 12-24 tahun. Pemenuhan zat gizi yang cukup
diamana adanya serat yang terdapat pada sayur dan buah merupakan pemenuhan
masyarakatnya rata-rata relatif rendah dalam mengnsumsinya. Asupan serat ini dapat
dicukupi dengan mengkonsumsi sayur dan buah sebagai sumber utama serat. Rata-
rata nasional konsumsi sayur dan buah usia di ≥ 10 tahun pada tahun 2013 tergolong
rendah hingga mencapai 93,5% dibawah anjuran 5 porsi per hari selama seminggu.
Sedangkan pada tahun 2018 meningkat menjadi 95,5%. Proporsi kurang konsumsi
sayur dan buah di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2018 adalah 98%. Dari data
buah dan sayur tetapi masyarakatnya rata-rata relatif rendah dalam mengonsumsinya
yang dianjurkan bagi orang Indonesia untuk laki-laki usia 19 – 29 tahun 37 gram/ hari
remaja saat ini yang lebih dikenal dengan kaum milineal dimana mereka lebih
mengikuti gaya hidup modern dan selalu mengikuti tren yang sedang berkembang.
Makanan cepat saji yang mengandung lemak tinggi, kalori tinggi, dan rendah serat
disukai remaja milenial. Remaja juga menyukai kebiasaan jajan bersama teman
sebayanya. Selain itu, pola konsumsi remaja yang diantaranya sering tidak teratur,
sering jajan, sering tidak sarapan, dan tidak makan siang mempengaruhi kebiasaan
konsumsi junk food pada remaja. Jika ketersediaan sumber serat terpenuhi maka
kebutuhan serat dalam tubuh juga akan terpenuhi. Oleh sebab itu perlunya pendidikan
memiliki ketersediaan buah dan sayur kurang baik yaitu sejumlah 15 orang (60%).
Sementara itu, responden perempuan yang memiliki ketersediaan buah dan sayur
yang kurang baik berjumlah 26 orang (43,3%) (Rachman, Mustika and Kusumawati,
2017).
pengetahuan, kesadaran dan perubahan perilaku untuk mencapai keadaan gizi dan
kesehatan yang optimal. Pendidikan gizi perlu ditingkatkan pada remaja dan dalam
kurikulum gizi sesuai dengan tingkatan pendidikan (D, Rattu and Korompis, 2021).
Pengetahuan gizi merupakan pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi,
serta interaksi zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan. Pengetahuan tentang
makanan yang sehat menjadi faktor yang penting dalam pemilihan makanan karena
merupakan salah satu faktor untuk perilaku makan yang sehat. Kurangnya
sehingga akan menurunkan konsumsi makanan sehat dan berdampak pada masalah
pendidikan pengetahuan gizi yang baik terhadap perilaku konsumsi buah dan sayur
perempuan memiliki pengetahuan gizi yang baik yaitu 54 orang (90%). Pengetahuan
serta pendidikan gizi itu sendiri merupakan pengarh dari perkembangan zaman saat
berbagai sector kehidupan masyarakat, dampak yang paling dapat dirasakan yaitu
kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Beragam inovasi baru telah mampu
merubah pola kehidupan masyarakat seperti pola berfikir, berperilaku, berinteraksi
dan gaya hidup. Hasil yang ditimbulkan akibat dari proses modernisasi dan kemajuan
teknologi yaitu, hadirnya media massa sebagai alat dalam membantu memenuhi
berbagai macam kebutuhan dan kepentingan, baik dalam segi sosial, ekonomi, politik
tidak terpapar oleh media, yaitu sebanyak 14 orang (56%). Sementara itu, sebagian
besar responden perempuan terpapar oleh media, yaitu sebanyak 43 orang (71,7%)
Faktor Yang Berhungan Dengan Konsumsi Serat Pada Gizi Mahasiswa Gizi
A. Rumusan Masalah
mahasiswa, tingkat kecukupan makanan sumber serat, media massa/ iklan serta
jumalah dan frekuensi serat pada Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Padang tahun
2022?
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
pendidikan mahasiswa, tingkat kecukupan makanan sumber serat, media massa/ iklan
serta jumalah dan frekuensi serat pada Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Padang tahun
2022.
2. Tujuan Khusus
2022.
2022.
serat, media massa/ iklan serta jumalah dan frekuensi serat pada Mahasiswa
Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa, dan peneliti sendiri.
1. Bagi Peneliti
pembelajaran.
2. Bagi Mahasiswa
makanan sumber serat, media massa/ iklan serta jumalah dan frekuensi serat pada
Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Padang tahun 2022 dan untuk dapat dijadikan
A. Konsumsi
pengaruh fisiologis, psikologis, budaya, dan sosial. Bahan makanan yang dikonsumsi
makanan dan minuman berserat selama periode tertentu. Penilaian frekuensi makanan
dan minuman berserat menggunakan food frekuensi yang memuat daftar makanan
menjadi 6 yaitu : lebih dari 1 kali per hari (> 1x per hari) artinya bahan makanan
dikonsumsi setiap kali makan, satu kali per hari (1x per hari), bahan makanan
dikonsumsi 4 sampai 6 kali per minggu, tiga kali per minggu (3x per minggu), kurang
dari 3x per minggu (< 3x per minggu) , bahan makanan dikonsumsi 1 sampai 2 kali
per minggu, kurang kurang dari 1x per minggu ( < 1x per minggu ), bahan makanan
1. Pengertian Serat
Serat pangan, dikenal juga sebagai serat diet atau dietary fiber, merupakan
bagian dari tumbuhan yang dapat dikonsumsi dan tersusun dari karbohidrat yang
memiliki sifat resistan terhadap proses pencernaan dan penyerapan di usus halus
(Anonim). Menurut Agus Santoso (2011:35) serat pangan merupakan bagian dari
tumbuhan yang dapat dikonsumsi dan tersusun dari karbohidrat yang memiliki sifat
resistan terhadap proses pencernaan dan penyerapan di usus halus manusia serta
makanan adalah keseluruhan komponen lignin dan polisakarida tanaman yang tidak
dapat dicerna oleh sekresi endogenus dari pencernaan mamalia, sedangkan menurut
Schmid dan Labuza adalah polisakarida non pati dan lignin. Yang termasuk
polisakarida non pati adalah selulosa, hemiselulosa, glukan, pektin, gum dan
mucilage. Lebih lanjut Trowell et al. dan Anik Herminingsih mendefiniskan serat
pangan adalah sisa dari dinding sel tumbuhan yang tidak terhidrolisis atau tercerna
oligosakarida, pektin, gum, dan lapisan lilin. Sedangkan Meyer mendefinisikan serat
sebagai bagian integral dari bahan pangan yang dikonsumsi sehari-hari dengan
pangan yang terlarut dan tidak terlarut. Didasarkan pada fungsinya di dalam tanaman,
(a) polisakarida struktural yang terdapat pada dinding sel, yaitu selulosa,
(c) polisakarida non-struktural, yaitu gum dan agar-agar. (Feri Kusnandar, 2010:56).
a. Soluble Fiber
Pectin terutama ditemukan dalam buah-buahan dan sayuran, seperti apel, jeruk dan
wortel. Bentuk lain soluble fiber/serat larut ditemukan pada gandum, padi dan polong
Serat pangan larut (soluble dietary fiber), termasuk dalam serat ini adalah pektin dan
gum merupakan bagian dalam dari sel pangan nabati. Serat ini banyak terdapat pada
buah dan sayur. Pengaruh serat larut dalam saluran cerna berhubungan dengan
kemampuan mereka untuk menahan air dan membentuk gumpalan/gel, serta berperan
sebagai substrat untuk fermentasi oleh bakteri yang berada di usus besar. (Agus
Santoso, 2011:37).
b. Insoluble Fiber
Insoluble fiber terutama terdiri dari cellulose dan hemicelluloses. Serat jenis
tersebut memberikan struktur pada sel tumbuhan dan ditemukan pada semua jenis
material tumbuhan. Sumber utama serat ini berada dalam padi, sereal dan biji-bijian
termasuk dalam serat ini adalah selulosa, hemiselulosa dan lignin, yang banyak
ditemukan pada seralia, kacang-kacangan dan sayuran. Lignin adalah sebuah material
utama yang ada di pohon dan memberikan struktur pada bagian batang tumbuhan.
Serat ini memiliki bagian yang sangat kecil sekali dalam konsumsi makanan
keseharian (1g/hari) dan paling sering ditemukan di kulit buah yang dapat dimakan
dan bijibijian. Serat tidak larut kurang mampu menahan air. Serat ini penting untuk
memperbesar massa feses (bulky stools). Serat tidak larut umumnya sukar atau
3. Sumber Serat
Sayur - sayuran dan buah-buahan adalah sumber serat pangan yang sangat
mudah ditemukan dalam bahan makanan. Sayuran dapat dikonsumsi dalam bentuk
mentah maupun setelah melalui proses perebusan (Agus Santoso, 2011:38). Semua
makanan yang berasal dari tanaman mengandung serat yang larut dalam air dan serat
4) Polong-polongan : navy bean, black bean, pinto bean, dan kidney bean.
6) Buah-buahan : apel, pear, mangga, anggur, buah citrus (jeruk, lemon, lime),
Akan tetapi dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi serat
masyarakat Indonesia masih jauh dari kebutuhan serat yang dianjurkan yaitu 30
gram/hari, konsumsi serat rata-rata antara 9,9 – 10,7 gram/hari (Jahari dan Sumarno,
2002 dalam Agus Santoso, 2011:38). Serat makanan dari jenis viscous, seperti gums
usus terhadap glukosa, asam amino dan obat-obatan seperti digoxin dan
acetaminophen. Serat juga berhubungan dengan peningkatan asam empedu pada usus
dan pengeluaran feses. Efek serat pada usus kecil dianggap karena kemampuannya
untuk meningkatkan ketebalan lapisan air dan bertindak sebagai penghalang untuk
difusi nutrisi ke brush border enterocyte. Preparat viscous fiber akan menstabilkan
emulsi lipid. Preparat viscous fiber digunakan dalam manajemen diabetes, serta
Santoso (2011), mengemukakan beberapa manfaat serat pangan (dietary fiber) untuk
kesehatan yaitu :
Serat larut air (soluble fiber), seperti pektin serta beberapa hemiselulosa
mempunyai kemampuan menahan air dan dapat membentuk cairan kental dalam
saluran pencernaan. Sehingga makanan kaya akan serat, waktu dicerna lebih lama
dalam lambung, kemudian serat akan menarik air dan memberi rasa kenyang lebih
gula dan lemak rendah yang dapat membantu mengurangi terjadinya obesitas.
kompleks karbohidrat dan serat, sehingga daya cerna karbohidrat berkurang. Keadaan
terkontrol.
Konsumsi serat pangan yang cukup, akan memberi bentuk, meningkatkan air
dalam feses menhasilkan feces yang lembut dan tidak keras sehingga hanya dengan
kontraksi otot yang rendah feces dapat dikeluarkan dengan lancar. Hal ini berdampak
Penyebab kanker usus besar diduga karena adanya kontak antara sel-sel
dalam usus besar dengan senyawa karsinogen dalam konsentrasi tinggi serta dalam
waktu yang lebih lama. Beberapa hipotesis dikemukakan mengenai mekanisme serat
pangan dalam mencegah kanker usus besar yaitu konsumsi serat pangan tinggi maka
akan mengurangi waktu transit makanan dalam usus lebih pendek, serat pangan
pangan bersifat mengikat air sehingga konsentrasi senyawa karsinogen menjadi lebih
rendah.
e. Mengurangi Tingkat Kolesterol dan Penyakit Kardiovaskuler
Serat larut air menjerat lemak di dalam usus halus, dengan begitu serat dapat
menurunkan tingkat kolesterol dalam darah sampai 5% atau lebih. Dalam saluran
pencernaan serat dapat mengikat garam empedu (produk akhir kolesterol) kemudian
mengurangi kadar kolesterol dalam plasma darah sehingga diduga akan mengurangi
yang merugikan. Adapun pengaruh yang merugikan serat pangan dilaporkan Leviele
(1977) dan Espinosa Nava, (1982) yang dikutip Agus Sntoso (2011:40); yaitu sebagai
larut dalam lemak (terutama vitamin D dan E), serta mempengaruhi enzim-enzim
protease. Ditambahkan oleh laporan Jansen Silalahi dan Netty Hutagalung (2010)
selain mengurangi abrsorbsi zat gizi juga menyebabkan flatulen, juga memberikan
pengaruh yang cukup besar terhadap penyerapan mineral dan dapat menyebabkan
Tensiska (2008:8).
Angka kecukupan serat pada wanita dewasa adalah 25g/hari dan 38 g/hari
untuk pria dewasa. Asupan rendah disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang
serat. Setidaknya mengkonsumsi gandum setiap harinya dan memakan sereal berserat
tinggi (≥3 g serat setiap hidangan) untuk sarapan, merupakan cara yang mudah untuk
penyerapan kalsium dan seng, terutama pada anak-anak dan orang tua (Mahan and
Stump, 2003). Asupan serat yang sangat tinggi (misalnya, 60g/hari) dapat
digunakan. Asupan serat tinggi terutama sekali memerlukan asupan cairan yang
banyak. Bila tidak cukup tinggi mengkonsumsi cairan, dapat meninggalkan kotoran
yang sangat keras dan membuatnya sulit serta menyakitkan untuk dikeluarkan.
ditemukan dalam serat makanan, dan hal ini akan mempengaruhi kondisinya di dalam
usus. Menurut menstimulir kerja maksimal dari bagian pharynx, namun saat terjadi
pada bread-cereals tidak berbeda nyata dengan yang ada pada whitebread. Di dalam
lambung, kelompok sayuran berserat tinggi, bila dimakan mentah akan lama berada
kacangan (nuts) yang berserat tinggi membutuhkan waktu pengosongan lebih lama
lemak.
relatif kaya karbohidrat akan lebih cepat meninggalkan lambung dan lebih cepat
melalui usus halus dibandingkan dengan diet yang mengandung roti yang terbuat dari
tepung rendah ekstraksi (Mc Cance et al., 1953). Namun demikian, sulit
memperlihatkan kontribusi serat pada fungsi normal organ pencernaan lain, seperti
pankreas dan kantong empedu dan penyerapan dalam usus halus berkaitan dengan
zat-zat gizi lainnya (Southgate, 1975). Hampir semua fungsi metabolisme serat
makanan berkaitan dengan kolon. Flora bakteri bekerja aktif di dalam kolon. Setelah
mencapai kolon, serat relatif tidak ada perubahan saat di lambung dan usus halus.
Lebih kurang separuh dari serat makanan (terutama yang termasuk unavailable
akan diurai oleh kerja enzim dan bakteri usus menjadi produk-produk sebagai
berikut :
1) Dirombak menjadi
b) 50 % asam lemak berantai pendek (short chain fatty acid), air, CO2, H dan
metana.
a) Sedikit fraksi air akan diserap oleh bakteri usus atau diserap oleh serat
acid diserap untuk membentuk koloni bakteri. Kedua asam empedu ini
dalam feses, kemurnian lemak larut air mempunyai efek osmotik, dan efek
Serat makanan dapat berikatan dengan garam asam lemak di dalam usus
halus, dan kemudian dilepaskan untuk kerja bakteri di dalam kolon. Kandungan serat
yang tinggi dalam diet akan meningkatkan fecal output. Di bagian atas usus,
conjugated bile acidsberperanan dalam pembentukan micelle dengan lipid dan tidak
diserap oleh serat (Eastwood et al., 1968). Di dalam kolon, asam empedu bebas akan
bakteri yang berada dan melalui saluran pencernaan. Pengaruh nyata yang telah
flatus, hasil produksi metabolisme bakteri dan keluaran anion organiknya akan
mengubah garam empedu dan asam lemak berantai pendek yang menguntungkan
makanan, namun data dari berbagai negara yang sudah berkembang menunjukkan
bahwa konsumsi serat makanan dalam jumlah yang besar juga akan menyebabkan
terjadinya penyumbatan usus yang disebut volvulus pada kolon. Heaton (1973),
memberi beberapa tanggapan bahwasanya serat makanan juga mempunyai pengaruh
Ada tiga hal yang harus dicermati dalam hal ini berkaitan dengan intik
energi:
displaces energy karena menempati ruang bagi aksi biologis zat-zat gizi lainnya
saliva/air ludah dan akan memperlambat fase cephalic sekresi cairan lambung.
3) Dietary fiber menurunkan efisiensi makanan yang diserap. Hal ini merupakan
pengaruh dari serat yang memberi muatan, menurunkan transit time sehingga
memperkecil waktu untuk pencernaan dan penyerapan yang terjadi dalam tubuh,
dan pada saat yang bersamaan difusi dari hasil proses pencernaan melalui hilus
menjadi terbatas. Dinding sel tanaman, akan membatasi proses difusi, akan
menahan zat gizi yang tersedia pada cairan usus dan enzim pencernaan
(Southgate,1975)
C. Pengetahuan Gizi
Pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi,
serta interaksi zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan. Pengetahuan tentang
makanan yang sehat menjadi faktor yang penting dalam pemilihan makanan karena
merupakan salah satu faktor untuk perilaku makan yang sehat. Kurangnya
sehingga akan menurunkan konsumsi makanan sehat dan berdampak pada masalah
gizi. Pengetahuan gizi merupakan modal utama sesorang dalam pemilihan makanan.
Hal ini menunjukan bahwa semakin baik pengetahuan gizi seseorang, maka semakin baik
kerabatan dekat. Peningkatan pengetahuan gizi tentang konsumsi buah dan sayur
agar mengkonsumsi makanan beraneka ragam serta makanan yang kaya serat seperti
seperti sumber zat gizi yang terdapat pada makanan, makanan yang aman dikonsumsi
dan cara mengolah makanan yang baik. Pengetahuan gizi juga bisa diartikan sebagai
pemahaman seseorang tentang gizi seimbang yang diperlukan oleh tubuh sehingga
dapat menjaga kesehatan secara optimal. Seseorang yang memiliki pengetahuan gizi
yang baik diharapkan memiliki asupan gizi yang baik pula (Notoatmodjo, 2005)
(Wiqoyatussakinah, 2016).
D. Pendidikan Gizi
Pendidikan kesehatan merupakan salah satu bentuk intervensi kesehatan
pengetahuan, kesadaran dan perubahan perilaku untuk mencapai keadaan gizi dan
kesehatan yang optimal. Pendidikan gizi perlu ditingkatkan pada remaja dan dalam
kurikulum gizi sesuai dengan tingkatan pendidikan (Novrian V.D, dkk, 2021).
Tingkat kecukupan serat yaitu data mengenai konsumsi serat dari bahan
F. Media Masa/Iklan
makan remaja (Rasmussen et al., 2006). Iklan makanan merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi perilaku makan pada remaja. Selain menjadi media pemasaran
makanan, media massa juga mempunyai peranan yang penting sebagai sumber
informasi mengenai gizi. Remaja yang mendapatkan informasi gizi dari booklet,
internet, artikel majalah, dan koran mengonsumsi buah dan sayur setiap hari.
Sedangkan remaja yang terpapar iklan komersial di televisi dan radio, kemungkinan
mengurangi konsumsi buah dan sayur setiap hari (Freisling, Haas & Elamdfa, 2009).
demikian tingkat konsumsi pangan sumber serat pada remaja semakin membaik,
Rendahnya asupan serat pada remaja juga merupakan salah satu faktor yang
yang dianjurkan bagi orang Indonesia untuk laki-laki usia 19 – 29 tahun 37 gram/ hari
H. Kerangka Teori
Konsumsi Serat
Gambar. 2.1 Kerangka Teori Sumber: Teori Lawrence Green (1980) dalam
Notoatmodjo (2010)
I. Kerangka Konsep
Konsumsi Serat
Skala
No Variabel Defenisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur
1 Konsumsi Serat Serat pangan, dikenal juga Wawancara SQFFQ 0 = cukup : >32 gr Ordinal
sebagai serat diet atau dietary 1 = kurang : < 32 gr
fiber, merupakan bagian dari (Sumber: AKG, 2019)
tumbuhan yang dapat
dikonsumsi.
2 Pengetahuan Pengetahuan gizi adalah Wawancara Kuesioner Persentase Interval
Gizi Mahasiswa pemahaman seseorang tentang Kurang (<60)
ilmu gizi, zat gizi, serta Cukup (6080)
interaksi zat gizi terhadap Baik (≥80)
status gizi dan kesehatan. (Sumber:
Wiqoyatussakinah,
2016)
3 Pendidikan Gizi Pendidikan kesehatan Wawancara Kuesioner 1 = D3 Gizi Ordinal
Mahasiswa merupakan salah satu bentuk 2 = D4 Gizi
intervensi kesehatan (Sumber: Panduan
masyarakat yang dapat Pendidikan Poltekkes
mempengaruhi perilaku hidup Kemenkes Padang,
sehat, yang pelaksanaannya 20212022)
dapat dilakukan di pusat
pendidikan.
4 Tingkat Jumlah serat yang Wawancara SQFFQ 0 = cukup : >32 gr Ordinal
Kecukupan dikonsumsi responden sehari 1 = kurang : < 32 gr
Serat dengan satuan gr/hari dibagi (Sumber: AKG, 2019)
AKG individu responden
dikalikan 100%.
5 Media Iklan makanan merupakan Wawancara Kuesioner 1. Pernah Ordinal
masa/iklan salah satu faktor yang 2. Tidak pernah
mempengaruhi perilaku makan (Sumber: Bahria, 2009)
pada remaja.
6 Jumlah dan Angka Kecukupan Gizi (AKG) Wawancara SQFFQ 0 = cukup : >32 gr Ordinal
frekuensi serat serat yang dianjurkan bagi 1 = kurang : < 32 gr
pada orang Indonesia untuk laki-laki (Sumber: AKG, 2019)
mahasiswa usia 19 – 29 tahun 37 gram/
hari sedangkan unruk
perempuan usia 19-29 tahun
32 gram/hari.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional study, dimana
variabel dependen dan variabel independen diteliti pada saat bersamaan. Variabel
massa/iklan), dan faktor penguat (jumlah dan frekuensi serat pada mahasiswa).
2022. Waktu penelitian dari bulan Januari 2022 s/d Maret 2022.
1. Populasi
2. Sampel
2
NxZ 1−α / 2 P ( 1− P )
n= 2
( N −1 ) d2 +Z 1−α / 2 P( 1− P )
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
Z2 = Confidence Limit (95%=1,96)
d = Presisi (10%)
Padang.
nomor urutnya
pertama dengan R
8) Sampel ketiga didapatkan dengan cara menambah nomor sampel
1. Data Primer
sampel, jenis kelamin, dan umur), serta asupan serat yaitu didapatkan
2. Data Sekunder
lain atau tempat lain dan bukan dilakukan oleh peneliti. Dalam penelitian ini
terdahulu.
3. Instrumen Peelitian
seluruh bahan makanan yang dikonsumsi selama satu bulan terakhir yang
dibagi menjadi 3 bagian yaitu harian (tidak dibagi), mingguan (dibagi 7),
dan bulanan (dibagi 30) yang dikonversikan dalam bentuk satuan gram
per individu sesuai umur (AKG) yang dianjurkan untuk usia dewasa,
1. Secara Manual
SQ FFQ
gram.
perhari.
2. Secara Komputerisasi
a. Editing
b. Coding
c. Entry
d. Cleaning
value.
F. Analisis Data
Kemenkes Padang, yang mana uji yang digunakan yaitu uji statistic Chi-