Anda di halaman 1dari 79

ANALISIS PENGARUH MEDIA INFORMASI TERHADAP PERILAKU GIZI

SEIMBANG MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS


ISLAM NEGERI ALAUUDDIN MAKASSAR ANGKATAN 2018-2021

Proposal penelitian
Diajukan Untuk Memenuhhi Tugas Akhir Mata Kuliah Epidemiologi Gizi Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin
Makassar

Oleh :
KELOMPOK 1
Pratiwi Maharani Achmad (70200118019)
Warda (70200118025)
Yuliana (70200118041)
Mutmainnah (70200118034)

PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, segala puji hanya milik Allah SWT dan kami panjatkan puja dan puji
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, serta shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah
SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya kami sebagai penyusun mampu
menyelesaikan Draft Proposal “Analisis Pengaruh Media Informasi Terhadap Perilaku
Gizi Seimbang Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Alauuddin
Makassar Angkatan 2018-2021”
Semoga proposal ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
wawasan supaya menjadi referensi pengembangan kepada pembaca khususnya
para mahasiswa UIN Alauddin Makassar Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Jurusan Kesehatan Masyarakat peminatan Gizi
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun,
khususnya dari dosen guna menjadi acuan untuk kedepannya.

Samata, 21 Desember 2021

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehata Republik Indonesia
Nomor 25 Tahun 2014 remaja merupakan penduduk dalam rentang
usia antara 10-18 tahun, dan Menurut World Health Organizatuon,
remaja yaitu penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, sedangkan
menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN)
rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Beberapa
perubahan terjadi pada remaja, salah satunya perubahan perilaku
makan, baik mengarah kepada perilaku makan yang sehat maupun
cenderung mengarah kepada perilaku makan tidak sehat. dari beberapa
penelitian menunjukkan bahwa pada remaja terjadi perubahan pola
makan kearah kurang baik, dan hal ini dalam jangka panjang akan
berdampak pada status gizi remaja baik kekurangan maupun kelebihan
gizi.
Gizi Seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang
mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman
pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan mempertahankan
berat badan normal untuk mencegah masalah gizi (Kemenkes RI,
2014). Pendidikan gizi penting dilakukan untuk mengubah perilaku
masyarakat yang salah di bidang gizi sehingga tercipta sumber daya
manusia yang berkualitas. Perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku
masyarakat di bidang gizi memerlukan berbagai alat bantu, baik cetak
maupun visual. Menurut pandangan Notoatmodjo (2003) Pengetahuan
gizi seimbang adalah pengetahuan tentang makanan dan zat gizi,
sumber – sumber zat gizi pada makanan yang aman dikonsumsi agar
tidak menimbulkan penyakit dengan cara pengelolahan makanan yang
baik supaya zat gizi yang terkandung dalam makanan tidak hilang serta
bagaimana hidup sehat.
Pendidikan adalah suatu usaha mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur
hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima
informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cendrung
untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media
masa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat tentang gizi seimbang . pengetahuan sangat
erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang
dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang
perpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah
pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan
formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.
Pengetahuan seseorang tentang sesuatu objek juga mengandung dua
aspek yaitu aspek positif dan negative. Kedua aspek inilah yang
akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu.
Semakin banyak aspek positifdari objek yang diketahui, akan
menumbuhkan sikap makin positif terhadap objek tertentu (Wawan,
2010).
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate imact)
sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
Majunya teknologi akan tersedia bermacam–macam media massa yang
dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.
Sebagian sarana komunikasi, berbagai bentuk media masa seperti
televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain – lain mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.
Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media masa
membawa pula pesan – pesan yang berisisugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang. Adamya informasi baru mengenai
sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya
pengetahuan terhadap hal tersebut.
Hal tersebut dapat di lihat pada persentase prevalensi kelebihan dan
kekurangan gizi remaja di Indonesiaa. Saat ini remaja berusia 13-15
tahun dengan prevalensi kurus sebesar 11,1% dan prevalensi gemuk
sebesar 10,8%. Pada remaja berusia 16-18 tahun dengan prevalensi
kurus sebesar 9,4% dan prevalensi gemuk sebesar 7,3%. Provinsi Jawa
Timur termasuk provinsi dengan prevalensi gemuk di atas rata-rata
Nasional pada remaja usia 13-18 tahun. Prevalensi kurus relatif sama
pada tahun 2007 dan 2013, dan prevalensi sangat kurus naik 0,4%,
sebaliknya prevalensi gemuk naik dari 1,4% pada tahun 2007 menjadi
7,3% pada tahun 2013.
Sumber daya manusia yang berkualitas akan membentuk generasi
yang sehat dan cerdas baik secara emosi, intelegensia, ataupun
spiritualnya serta tercermin dari status gizi optimal yang seimbang.
yang dicapai melalui konsumsi pangan beragam, bergizi, dan
berimbang (Health & Panaretto 2005). Pemerintah Indonesia telah
menerapkan kebijakan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia yaitu upaya pengaruh media informasi terhadap perbaikan
gizi masyarakat melalui penerapan gizi seimbang.
Islam menganjurkan supaya ketika mengonsumsi makanan dan
minuman yang seimbang namun mesti memperhatikan apa yang kita
makan dan minum baik dari sisi zatnya maupun cara memperolehnya
begitupun dalam pemenuhan gizi yang baik bagi manusia. Allah swt
berfirman dalam Q.S Al-Baqarah 168. “Wahai manusia! Makanlah
dari (makanan) yang halal dan baik” (Q.S Al-Baqarah 168) Ayat
tersebut memerintahkan kepada manusia untuk, memakan apa yang
Allah ciptakan di bumi dari segala yang halal yang Allah tidak
haramkan dan yang baik-baik yang disukai manusia. Selain halal,
makanan juga harus yang baik, yaitu yang sehat, aman, dan tidak
berlebihan. Makanan dimaksud adalah yang terdapat di bumi yang
diciptakan Allah untuk seluruh umat manusia, dan janganlah kamu
mengikuti langkah-langkah setan yang selalu merayu manusia agar
memenuhi kebutuhan jasmaninya walaupun dengan cara yang tidak
sesuai dengan ketentuan Allah. Meningkatkan permasalahan gizi pada
remaja salah satunya disebabkan oleh kurangnya pemahaman gizi dan
kebiasaan makan yang tidak sesuai dengan gizi seimbang.
Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Salmiah, et al (2015) yang
dilakukan di SMPN 35 Makassar menunjukkan bahwa pengetahuan
gizi responden masih masuk dalam kategori kurang. Sementara itu
berdasarkan penelitian yang dilakukan Sari, (2017) pada siswa MTs
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah tentang praktik gizi seimbang
menunjukkan bahwa 62,5% siswa memiliki kebiasaan makan sehari-
hari tidak sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang. Upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan remaja terkait gizi
seimbang yaitu dengan memberikan edukasi. Pemberian edukasi gizi
membutuhkan media untuk mempermudah responden dalam
memahami materi. Web merupakan salah satu media edukasi berbasis
teknologi edutainment yang sudah banyak diterapkan di Luar negeri
dan berpotensi diterap di Indonesia. Menurut 10 web merupakan
sekumpulan halaman yang terdiri dari beberapa halaman yang berisi
informasi dalam bentuk data digital baik berupa gambar, video, text,
audio dan animasi lainnya yang disediakan melalui jalur internet.
Berdasarkan hasil survei 2017 yang dilakukan oleh Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pertumbuhan pengguna
internet di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2017
pertumbuhan pengguna internet mencapai angka tertinggi
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yaitu sebesar 143,26 juta.
Sedangkan jika dikelompokkan berdasarkan usia, penetrasi pengguna
internet paling banyak berusia 13-18 tahun yaitu 75,5%. Sebanyak
44,16% perangkat yang digunakan untuk mengakses internet adalah
smartphone, 4,49% menggunakan komputer/laptop, dan 39,28%
menggunakan keduanya. Hasil survey tersebut menunjukkan bahwa
media berbasis internet memiliki potensi untuk membantu edukasi gizi
terkait gizi seimbang di kalangan remaja.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan suatu masalah:
Apakah ada pengaruh media informasi terhadap perilakuk gizi
seimbang pada mahasiswa kesehatan masyarakat Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar angkatan 2018-2021.

C. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini yaitu :
1. Ha : terdapat pengaruh media informasi terhadap perilaku gizi
seimbang pada mahasiswa kesehatan masyarakat Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar angkatan 2018-2021.
2. H0 : tidak terdapat pengaruh media informasi terhadap perilaku
gizi seimbang pada mahasiswa kesehatan masyarakat
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar angkatan 2018-
2021.

D. Definisi oprasional dan kategori objektif


1. Media informasi
Suatu sarana atau alat yang digunakan untuk menyampakan
sebuah pesan atau informasi dari komunikator (pemberi pesan)
kepada khalayak umum.
Kategori objektif :
Informasi kurang : 0-5
Informasi cukup : 6-10
Informasi baik : 11-15

2. Perilaku gizi seimbang


Perilaku gizi seimbang adalah tahap konsumsi pangan dalam
kehidupan sehar-hari yang tentunya mengandung zat gizi dengan
jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, namun tetap
memperhatikan keanekaragaman pangan, perilaku hidup bersih dan
sehat, aktivitas fisik dan selalu memantau berat badan normal.
Kategori objektif:
Perilaku kurang : 0-10
Perilaku cukup : 11-20
Perilaku baik : 21-30
3. Kajian pustaka

Metodologi Hasil penelitian


Judul/ nama
Subjek Jenis/pendekat Variabel Instrumen
peneliti/ tahun
an penlitian
1. Judul : pengaruh 10 Penelitian Media Uji analisis pada Hasil menunjukkan sebagian besar
media edukasi mahasiswa quasi edukasi gizi penelitian ini responden memiliki pengetahuan
gizi berbasis iain kudus eksperimental berbasis adalah uji paired yang baik terhadap pengetahuan
infografis dan dengan pretest infografis t-test dengan = gizi seimbang, sikap gizi seimbang
web terhadap posttest control dan web 0,05. Perubahan dan praktik gizi seimbang.
pengetahuan dan group design. terhadap pengetahuan dan Terhadap pengaruh signifikasi
perilaku makan Dengan teknik pengetahua perilaku gizi media edukasi gizi berbasis
gizi seimbang simple random n dan seimbang infografis dan web terhadap
mahasiswa iain sampling. perilaku sebelum dan pengetahuan, sikap dan praktik
kudus makan gizi sesudah intervensi mahasiswa. Pemberian edukasi
Peneliti : nurul seimbang diukur sebaiknya dilakukan bertahap dan
farikhah menggunakan berkelanjutan untuk mencapai
Tahun : 2021 kuesioner pemahaman dan perubahan perilaku
makan yang positif.
2. Judul : Kelas x Penelitian Media Data perilaku Nilai minimum konsumsi sayur
penggunaan dan xi di merupakan cakram gizi sebelum dan 14 gram/hari dan nilai
media cakram sma penelitian terhadap setelah maksimum 780 gram/hari. Nilai
gizi terhadap muhammad quasi perilaku intervensidikump minimum konsumsi buah 16
perilaku iyah 3 experimentden konsumsi ulkandengan food gram/hari dan nilai maksimum
konsumsi sayur yogyakarta gan rancangan sayur dan frequency 835 gram/hari. Kesimpulan:perlu
dan buah remaja sebanyak one group buah questionnaire(ffq) penelitian dan lebih lanjut
Peneliti : siska 61 orang pretest-postest yang sudah mengenai cakram gizi untuk
puspitasari dan design. divalidasi. meningkatkan konsumsi sayur
umi mahmudah Dengan Analisis data dan buah pada remaja
Tahun : 2020 tekhnik menggunakan
random wilcoxon rank
sampling. test
3 Pengaruh media 47 siswa metode Media Instrumen yang Hasil penelitian, ada pengaruh
puzzle terhadap siswa kelas penelitian ini puzzle digunakan pada pendidikan kesehatan dengan
pengetahuan dan ivdi sd menggunakan terhadap penelitian yaitu menggunakan media puzzle
sikap tentang negeri 001 metode pengetahua berupa angket. terhadap pengetahuan siswa tentang
gizi seimbang samarinda penelitian n dan sikap Angket gizi seimbang, dan tidak ada
pada siswa kelas seberang eksperimen tentang gizi menggunakan pengaruh pendidikan kesehatan
ivdi sd negeri semu (quasi seimbang skala guttman dan dengan menggunakan media puzzle
001 samarinda experiment skala likert. terhadap sikap siswa tentang gizi
seberang study) dengan seimbang. Pengetahuan p value
rancangan (0,000) dan sikap p value (0,752).
pretest-posttest
control group
design.
4 Pengaruh Responden Desain Penyuluhan Instrumen Hasil penelitian menunjukkan
penyuluhan gizi sebanyak 34 penelitian ini gizi penelitian yang karakteristik ibu dengan rata-rata di
seimbang balita ibu balita menggunakan seimbang digunakan berupa usia reproduktif 20-35 tahun, rata-
dengan media desain pada ibu media leaflet rata tingkat pendidikan yang ada
leaflet terhadap penelitian pre- balita dan yang peneliti buat yaitu tamat SMA, dan ibu yang
pengetahuan ibu eksperimental pengetahua sendiri dan tidak bekerja lebih banyak dari
rancangan one n ibu balita kuesioner yang pada ibu yang bekerja. Hasil
group pre-test digunakan adalah penelitian terkait perbedaan
post-test kuesioner h pengetahuan yang signifikan pada
dengan ibu balita nilai (Pvalue=0,005)
pendekatan sebelum dan setelah diberikan
kuantitatif. penyuluhan kesehatan dengan
media leaflet menggunakan uji
Wilcoxon. Simpulan, penyuluhan
gizi seimbang balita dengan media
leaflet berpengaruh dalam
meningkatkan pengetahuan ibu.
5. Pengembangan Siswa sdn Desain Media Data Sebelum intervensi, anak sekolah
media edukasi kebonsari ii, penelitian yang edukasi gizi dikumpulkan memiliki pengetahuan yang baik,
gizi berbasis sdn latsari, digunakan berbasis melalui sikap positif, dan praktik gizi
android dan sdn kutorejo adalah quasy android dan wawancara dan seimbang yang baik berturut-turut
website serta i, dan sdn experimental. website pengisian sebesar 72,9%, 78,5%, 54,9%.
pengaruhnya mondokan serta, kuesioner Setelah intervensi, pengetahuan,
terhadap perilaku sikap, dan praktik meningkat
perilaku tentang gizi sebesar 11,8%, 5,5%, 15,9% .
gizi seimbang seimbang Kelompok perlakuan android dan
siswa sekolah website menunjukkan tingkat
dasar pengetahuan gizi yang lebih baik
dibandingkan kelompok perlakuan
lainnya.
6. Pengaruh media Siswa sma Penelitian ini Media Data mengenai Sebelum intervensi, sampel pada
edukasi gizi khadijah merupakan edukadi gizi pengetahuan, kelompok perlakuan memiliki
berbasis web surabaya penelitian berbasisi sikap dan praktik pengetahuan yang baik, sikap
terhadap quasi web dan dikumpulkan positif, dan praktik gizi seimbang
perilaku makan eksperimental perilaku dengan yang baik berturut-turut sebesar
gizi seimbang dengan makan gizi menggunakan 55,6%, 55,6, 50%. Setelah
remaja sma rancangan seimbang kuesioner isian. intervensi, pengetahuan, sikap, dan
surabaya pretest posttest Data asupan praktik meningkat sebesar 44,4%,
control group energi, protein 33,3, dan 44,4%. Kelompok
design. dan lemak perlakuan (web) menunjukkan
dikumpulkan tingkat pengetahuan gizi yang lebih
dengan metode baik dibandingkan dengan
recall 2x24 jam. kelompok kontrol (leaflet).
Sehingga dapat disimpulkan
program edukasi gizi berbasis web
efektif untuk memperbaiki perilaku
makan gizi seimbang pada siswa
sma dengan kata lain sangat
berpengaruh.
7 Analisis 21 Siswa Penelitian Ini Pengetahua Wawancara Perilaku Gizi Informan Tampak
Pengetahuan Smpn 107 Menggunakan n Dan Kurang Sesuai Dengan Pugs. Hal
Dan Perilaku Jakarta Metode Perilaku Ini Disebabkan Oleh Minimnya
Gizi Seimbang Kualitatif. Gizi Informasi Kesehatan Yang Dimiliki
Menurut Seimbang Serta Kesadaran Untuk Menjaga
Pesan Ke-6, 10, Pola Hidup Sehat.
11, 12 Dari
Pedoman Umum
Gizi Seimbang
(Pugs)
Pada Remaja
8 Hubungan Populasinya Penelitian Ini Variabel Enggunakan Hasil Ini Menunjukkan Dari 50
Pengetahuan Adalah Menggunakan Independen Kusioner Dan Responden Didapatkan Mayoritas
Tentang Gizi Remaja Desain nya Adalah Status Gizi 27 Responden (54,0%)
Seimbang Putri Kelas Korelasional Pengetahua Menggunakan Mempunyai Pengetahuan Cukup,
Dengan Status XI Dengan n Remaja Lembar Minoritas 8 Responden (16,0%)
Gizi Akuntansi 2 Pendekatan Putri Observarsi Yang Mempunyai Pengetahuan
Pada Remaja Di SMK Crooss Tentang Mengukur Berat Kurang, Dan Mayoritas 26
Putri Kelas Xi PGRI 2 Sectional. Gizi Badan Dan Responden (52%) Mempunyai
Akuntansi 2 Kota Kediri Seimbang, Tinggi Badan Status Gizi Normal, Minoritas 10
(Di Smk Pgri 2 Sebanyak Variabel Remaja Putri, Responden
Kota Kediri) 50 Dependenn (20,0%) Yang Mempunyai Status
Responden ya Adalah Gizi Dengan Kriteria Kurus.
Sampel Status Gizi Diperoleh Nilai Signifikasi Sebesar
Diambil Remaja 0,003 <
Menggunak Putri. Σ (0,05) Maka Hipotesis H1
an Teknik Diterima Artinya Terdapat
Total Hubungan Yang Signifikasi Antara
Sampling Pengetahuan
Sehingga Tentang Gizi Seimbang Dengan
Populasi Status Gizi Remaja Putri.
Dijadikan
Sampel.
4. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Menganalisis pengaruh media informasi terhadap perilakuk
gizi seimbang pada mahasiswa kesehatan masyarakat Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar angkatan 2018-2021.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu :
a. Mengidentifikasi pengaruh media informasi pada
mahasiswa kesehatan masyarakat Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar angkatan 2018-2021
b. Mengidentifikasi perilaku gizi seimbang mahasiswa
kesehatan masyarakat Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar angkatan 2018-2021
c. Menganalisis pengaruh media informasi terhadap perilakuk
gizi seimbang pada mahasiswa kesehatan masyarakat
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar angkatan
2018-2021.

5. Manfaat penelitian
1. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi ilmiah
bagi penelitian selanjutnya dan memperkaya ilmu yang berguna
bagi pembaca yang ingin menambah wawasan mengenai pengaruh
media informasi terhadap perilakuk gizi seimbang pada mahasiswa
kesehatan masyarakat Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
angkatan 2018-2021.
2. Bagi pemerintah
Sebagai dasar informasi dalam melakukan berbagai upaya
promotif dan preventif melalui perbaikan perilaku gizi
seimbang
3. Bagi peneliti
Sebagai pengalaman yang sangat berharga bagi peneliti
dalam memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai
pengaruh media informasi terhadap perilakuk gizi seimbang
pada mahasiswa kesehatan masyarakat Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar angkatan 2018-2021.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum Gizi seimbang


1. Gizi Seimbang
a. Defenisi Gizi Seimbang
Gizi seimbang adalah Susunan pangan sehari-hari yang
mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman
pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan memantau berat
badan secara teratur dalam rangka mempertahankan berat badan
normal untuk mencegah masalah gizi (Peraturan Menteri Kesehatan
Repoblik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014).

2. Perilaku Gizi Seimbang


a. Prinsip Gizi Seimbang
Pedoman Gizi Seimbang yang telah diimplementasikan di
Indonesia sejak tahun 1955 merupakan realisasi dari rekomendasi
Konferensi Pangan Sedunia di Roma tahun 1992. Pedoman tersebut
menggantikan slogan “4 Sehat 5 Sempurna” yang telah diperkenalkan
sejak tahun 1952 namun sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam bidang gizi serta
masalah dan tantangan yang dihadapi. Diyakini dengan
mengimplementasikan Pedoman Gizi Seimbang secara benar, semua
masalah gizi dapat diatasi.
Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang pada
dasarnya merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara
zat gizi yang keluar dan zat gizi yang masuk dengan memantau berat
badan secara teratur.
Empat Pilar tersebut adalah:
a) Mengonsumsi anekaragam pangan
Tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua
jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk menjamin pertumbuhan
dan mempertahankan kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu (ASI)
untuk bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan. Contoh: nasi
merupakan sumber utama kalori, tetapi miskin vitamin dan
mineral; sayuran dan buah-buahan pada umumnya kaya akan
vitamin, mineral dan serat, tetapi miskin kalori dan protein; ikan
merupakan sumber utama protein tetapi sedikit kalori. Khusus
untuk bayi berusia 0-6 bulan, ASI merupakan makanan tunggal
yang sempurna. Hal ini disebabkan karena ASI dapat mencukupi
kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal, serta
sesuai dengan kondisi fisiologis pencernaan dan fungsi lainnya
dalam tubuh.
Yang dimaksudkan beranekaragam dalam prinsip ini selain
keanekaragaman jenis pangan juga termasuk proporsi makanan
yang seimbang, dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan
dilakukan secara teratur. Anjuran pola makan dalam beberapa
dekade terakhir telah memperhitungkan proporsi setiap kelompok
pangan sesuai dengan kebutuhan yang seharusnya. Contohnya, saat
ini dianjurkan mengonsumsi lebih banyak sayuran dan buah-
buahan dibandingkan dengan anjuran sebelumnya. Demikian pula
jumlah makanan yang mengandung gula, garam dan lemak yang
dapat meningkatkan resiko beberapa penyakit tidak menular,
dianjurkan untuk dikurangi. Akhir-akhir ini minum air dalam
jumlah yang cukup telah dimasukkan dalam komponen gizi
seimbang oleh karena pentingnya air dalam proses metabolisme
dan dalam pencegahan dehidrasi.

b) Membiasakan perilaku hidup bersih


Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi status gizi seseorang secara langsung, terutama
anakanak. Seseorang yang menderita penyakit infeksi akan
mengalami penurunan nafsu makan sehingga jumlah dan jenis zat
gizi yang masuk ke tubuh berkurang. Sebaliknya pada keadaan
infeksi, tubuh membutuhkan zat gizi yang lebih banyak untuk
memenuhi peningkatan metabolisme pada orang yang menderita
infeksi terutama apabila disertai panas. Pada orang yang menderita
penyakit diare, berarti mengalami kehilangan zat gizi dan cairan
secara langsung akan memperburuk kondisinya. Demikian pula
sebaliknya, seseorang yang menderita kurang gizi akan mempunyai
risiko terkena penyakit infeksi karena pada keadaan kurang gizi
daya tahan tubuh seseorang menurun, sehingga kuman penyakit
lebih mudah masuk dan berkembang. Kedua hal tersebut
menunjukkan bahwa hubungan kurang gizi dan penyakit infeksi
adalah hubungan timbal balik.
Budaya perilaku hidup bersih akan menghindarkan
seseorang dari keterpaparan terhadap sumber infeksi. Contoh: 1)
selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
sebelum makan, sebelum memberikan ASI, sebelum menyiapkan
makanan dan minuman, dan setelah buang air besar dan kecil, akan
menghindarkan terkontaminasinya tangan dan makanan dari
kuman penyakit antara lain kuman penyakit typus dan disentri; 2)
menutup makanan yang disajikan akan menghindarkan makanan
dihinggapi lalat dan binatang lainnya serta debu yang membawa
berbagai kuman penyakit; 3) selalu menutup mulut dan hidung bila
bersin, agar tidak menyebarkan kuman penyakit; dan 4) selalu
menggunakan alas kaki agar terhindar dari penyakit kecacingan.

c) Melakukan aktivitas fisik


Aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh
termasuk olahraga merupakan salah satu upaya untuk
menyeimbangkan antara pengeluaran dan pemasukan zat gizi
utamanya sumber energi dalam tubuh. Aktivitas fisik memerlukan
energi. Selain itu, aktivitas fisik juga memperlancar sistem
metabolisme di dalam tubuh termasuk metabolisme zat gizi. Oleh
karenanya, aktivitas fisik berperan dalam menyeimbangkan zat gizi
yang keluar dari dan yang masuk ke dalam tubuh.

d) Memantau Berat Badan (BB) secara teratur untuk mempertahankan


berat badan normal
Bagi orang dewasa salah satu indikator yang menunjukkan
bahwa telah terjadi keseimbangan zat gizi di dalam tubuh adalah
tercapainya berat badan yang normal, yaitu berat badan yang sesuai
untuk tinggi badannya. Indikator tersebut dikenal dengan Indeks
Masa Tubuh (IMT). Oleh karena itu, pemantauan BB normal
merupakan hal yang harus menjadi bagian dari ‘Pola Hidup’
dengan ‘Gizi Seimbang’, sehingga dapat mencegah penyimpangan
BB dari BB normal, dan apabila terjadi penyimpangan dapat segera
dilakukan langkah-langkah pencegahan dan penanganannya. Bagi
bayi dan balita indikator yang digunakan adalah perkembangan
berat badan sesuai dengan pertambahan umur. Pemantauannya
dilakukan dengan menggunakan KMS.

3. Pesan Umum Gizi Seimbang


a. Syukuri dan nikmati keanekaragaman makanan
Yaitu dengan mengkonsumsi lima kelompok pangan setiap
hari atau setiap kali makan. Kpelima kelompok pangan tersebut
adalah makanan pokok, lauk-pauk, sayuran, buah-buahan dan
minuman. Cara makan yang baik adalah makan yang tidak tergesa-
gesa. Dengan bersyukur dan menikmati makan keanekaragaman
makanan akan mendukung terwujudnya cara makan yang baik dan
tidak tergesa-gesa. Dengan demikian makanan dapat dikunyah,
dicerna dan diserap oleh tubuh lebih baik.
b. Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan
Badan Kesehatan Dunia (WHO) secara umum
menganjurkan konsumsi sayuran dan buah-buahan untuk hidup
sehat sejumlah 400 g perorang perhari, yang terdiri dari 250 g
sayur dan 150 g buah,. Bagi orang Indonesia dianjurkan konsumsi
sayuran dan buah-buahan 300-400 g perorang perhari bagi anak
balita dan anak usia sekolah, dan 400-600 g perorang perhari bagi
remaja dan orang dewasa. Sekitar dua pertiga dari jumlah anjuran
konsumsi sayuran dan buah-buahan tersebut adalah porsi sayur.

c. Biasakan mengonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi


Kebutuhan pangan
hewani 2-4 porsi, setara dengan 80-160 g (2-4 potong) ikan
ukuran sedang sehari. Kebutuhan pangan protein nabati 2-4 porsi
sehari, setara dengan 100-200 g (4-8 potong) tempe ukuran sedang.
15 Porsi yang dianjurkan tersebut tergantung kelompok umur dan
kondisi fisiologis (hamil, menyusui, lansia, anak, remaja, dewasa).

d. Biasakan mengkonsumsi keanekaragam makanan pokok


Yaitu dengan mengkonsumsi lebih dari satu jenis makanan
pokok dalam sehari atau sekali makan. e. Batasi konsumsi pangan
manis, asin dan berlemak Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30
tahun 2013 tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula,
Garam dan Lemak serta Pesan Kesehatan untuk Pangan Olahan
dan Pangan Siap Saji menyebutkan bahwa konsumsi gula tidak
lebih dari 50 g (4 sendok makan), natrium tidak lebih dari 2000 mg
(1 sendok teh) dan lemak/minyak total tidak lebih dari 67 g (5
sendok makan) per orang per hari karena akan meningkatkan risiko
hipertensi, stroke, diabetes, dan serangan jantung.
e. Biasakan sarapan
Sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan
antara bangun pagi sampai jam 9 untuk memenuhi sebagian
kebutuhan gizi harian (15-30% kebutuhan gizi) dalam rangka
mewujudkan hidup sehat, aktif, dan produktif.

f. Biasakan minum air putih yang cukup dan aman


Berbagai penelitian membuktikan bahwa kurang air tubuh
pada anak sekolah menimbulkan rasa lelah (fatigue) dan
menurunkan atensi atau konsentrasi belajar. Minum yang cukup
atau hidrasi tidak hanya mengoptimalkan atensi atau konsentrasi
belajar anak tetapi juga mengoptimalkan memori anak dalam
belajar.

g. Biasakan membaca label pada kemasan pangan


Semua keterangan yang rinci pada label makanan yang
dikemas sangat membantu konsumen untuk mengetahui bahan-
bahan yang terkandung dalam makanan tersebut. Selain itu dapat
memperkirakan bahaya yang mungkin terjadi pada konsumen yang
berisiko tinggi karena punya penyakit tertentu.

h. Cuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir


Penting agar kebersihan terjaga secara keseluruhan serta
mencegah kuman dan bakteri berpindah dari tangan ke makanan
yang akan dikonsumsi dan juga agar tubuh tidak terkena kuman.

i. Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan


normal
Aktivitas fisik yang teratur akan meningkatkan kesempatan
hidup sehat lebih panjang. Dasar sederhana adalah
mempertahankan berat badan normal, seimbang kalori yang
dimakan dan kalori yang digunakan (dibakar). Karena itu pola
konsumsi makanan yang sehat disertai aktivitas fisik dalam
lingkungan bebas polusi termasuk yang ada asap rokok akan
membantu mengontrol berat badan, sehingga badan akan menjadi
lebih sehat.

j. Pesan Gizi Seimbang Untuk Remaja


Masa remaja harus benar-benar diperhatikan asupan gizinya.
Terdapat beberapa alasan mengapa pada masa remaja rentan defiensi
zat gizi, antara lain:
a) Percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan
energi dan zat besi yang lebih banyak.
b) Perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut
penyeseuaian masukan energi dan protein yang tidak
memenuhi kebutuhan gizi para remaja.
c) Kehamilan yang mungkin terlalu dini yang dialami oleh
sebagian remaja.
d) Olah raga yang berlebihan sedangkan intake makanan dan zat
gizi kurang memadai.
e) Kecanduan alkohol dan rokok yang menyebabkan mengalami
kerusakan organ tubuh yang fatal dimasa selanjutnya.
f) Memakan makanan secara berlebihan yang menyebabkan
remaja rentan sekali mengalami kurang gizi namun mengidap
obesitas. (Istiany dan Rusilanti, 2013: 169-170).

k. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Gizi Seimbang


Adapun faktor internal yang memempengaruhi perilaku gizi
seimbang yaitu
1. Faktor internal
a) Faktor fisiologis: rasa lapar atau rasa kebutuhan untuk
makan dan rasa kenyang (menghentikan asupan
makanan/ mencegah proses makan selanjutnya).
b) Faktor Psikologis
1) Nafsu makan yaitu keinginan terhadap makanan
tertentu, berdasarkan pengalaman.
2) Aversi (pantangan) yaitu menghindari makanan
tertentu, berdasarkan (apa yang dianggap sebagai)
pengalaman masa lalu.
3) Preferensi (kesukaan), dibentuk dari seringnya
kontak dengan makanan tersebut dan proses belajar
dini (ketika pertama kali diperkenalkan pada
makanan).
4) Emosi (mood, stres), makanan tertentu dikaitkan
dengan emosi positif atau negatif.
5) Tipe kepribadian, kepekaan terhadap pemicu
eksternal dan internal yang mempengaruhi asupan
makan.
2. Faktor Eksternal
a) Budaya
Budaya adalah alah satu faktor penentu dalam
pemilihan makanan, budaya memberikan dan memperkuat
identitas dan rasa memiliki, dan mempertegas perbedaan
dari budaya lain. Pengaruh budaya mungkin sangat jelas
terlihat pada (makanan pokok, sebagian besar hidangan
populer) atau tersamar (bumbu yang digunakan, cara
memasak). Temuan bahwa imigran mempertahankan
identitas budayanya dengan mempertahankan pilihan
makanannya telah dilaporkan oleh banyak penelitian.

b) Agama
Agama sering menentukan konteks pemilihan
makanan secara luas. Beberapa agama di dunia memiliki
peraturan tentang makanan yang diperbolehkan, dan kapan
makanan tersebut boleh atau tidak boleh dimakan.
Larangan ditetapkan mengenai jenis daging, daging secara
umum dan cara memasak dan kombinasi makanan juga
diatur oleh ketentuan ini. Peraturan mungkin juga meliputi
lama puasa, ritual dan 12 perayaan. Penganut agama-agama
ini membatasi pilihan makanan mereka, tetapi juga
memperoleh rasa identitas.

c) Keputusan etis
Cara menghasilkan makanan dapat dipengaruhi
pemilihan makanan. Ada banyak keprihatinan mengenai
cara pemeliharaan hewan untuk dimakan dan cara bertani
yang merusak lingkungan. Pendukung suatu prinsip etika
mungkin mengubah pilihan makanannya agar sesuai
dengan prinsip yang dianutnya, memilih makanan produk
organik menjadi vegan atau vegetarian.

d) Faktor ekonomi
Dalam kelompok budaya atau agama manapun,
akses terhadap makanan (kemampuan memperoleh
makanan) dalam hal uang atau barang penukar merupakan
faktor kritikal dalam menentukan pilihan makanan.
Semakin tinggi status ekonominya, semakin banyak jumlah
dan jenis makanan yang dapat diperoleh.Sebaliknya, orang
yang hidup dalam kemiskinan atau berpenghasilan rendah
memiliki kesempatan yang sangat terbatas untuk memilih
makanan. Ini mungkin merupakan akibat dari tidak
tersedianya makanan di daerah mereka, kurangnya uang
untuk membeli makanan, atau keduanya.

e) Pendidikan/kesadaran tentang kesehatan


Faktor ini berasal dari lingkungan eksternal dan
menentukan besarnya perhatian terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan makanan dan gizi, dan seberapa jauh
masalah kesehatan menentukan pilihan makanan. Sebagian
besar penghalang, termasuk beberapa faktor eksternal yang
dibahas di sini, mungkin ikut mempengaruhi proses ini.
Pengenalan akan resiko dari diet yang tidak sehat,
relevansinya bagiseseorang, dan kemampuan untuk
menindaklanjutinya dengan pemilihan makanan merupakan
prasyarat kunci.

f) Media dan periklanan


Kedua hal ini memberi informasi tentang beberapa
makanan, biasanya makanan yang diproses atau diproduksi
di pabrik dan mungkin kurang baik nilai gizinya karena
banyak mengandung lemak, garam dan gula. Semakin
sering diiklankan, semakin dikenalilah produk tersebut dan
semakin banyak pula permintaan akan prosuk tersebut.
Anak dari keluarga berpenghasilan rendah yang sering
menonton televisi paling banyak mengkonsumsi makanan
yang diiklankan.

B. Tinjuan umum pola konsumsi makan


1. Pola Konsumsi Makanan
a. Pengertian pola konsumsi
Pola konsumsi adalah berbagai macam informasi yang
memberikan gambaran mengenai jenis bahan makanan
contohnya makanan pokok, sumber protein, sayur, dan buah,
jumlah bahan makanan berdasarkan porsi dan gram, dan
frekuensi bahan makanan berdasarkan harian, mingguan,
bulanan, tahunan, pernah dan tidak pernah yang dikonsumsi
atau yang dimakan setiap hari oleh kelompok masyarakat
tertentu (Baliwati, dkk., 2004). Diantara waktu makan, remaja
memiliki kebiasaan makan berupa jajanan baik di sekolah
maupun di luar sekolah. Pilihan jenis makanan yang mereka
lakukan lebih penting dari pada tempat atau waktu makan.
Makanan mereka pada umumnya kaya energi yang berasal dari
karbohidrat dan lemak sehingga orang tua dianjurkan untuk
menekankan pentingnya mengkonsumsi sayur dan buah segar
serta makanan sumber serat lainnya. Menurut hasil Riskesdas
2007 (Depkes RI, 2008) sebanyak 93,6% remaja usia 10 - 14
tahun dan 93,8% usia 15 - 24 tahun kurang mengkonsumsi
sayuran dan buah. Mengkonsumsi sayur dan buah kurang dari
lima kali sehari termasuk dalam katagori kurang (Riskesdas,
2007).

2. Faktor – faktor yang mempengaruhi pola konsumsi remaja


Faktor yang mempengaruhi pola konsumsi diantaranya
keterseduan waktu, pengaruh teman, jumlah uang yang tersedia
dan faktor kesukaan serta pengetahuan dan pendidikan gizi
(Suhardjo, 2006). Kebutuhan untuk makan bukanlah satu – satunya
dorongan untuk mengatasi rasa lapar, akan tetapi disamping itu ada
kebutuhan fisiologis dan psikologis yang ikut mempengaruhi.
Konsumsi pangan merupakan faktor yang secara serius
berpengaruh terhadap status gizi remaja.

3. Akibat pola konsumsi yang salah pada remaja


Bila asupan energi kurang dari makanan dibandingkan dengan
energi yang dikeluarkan maka tubuh akan mengalami keseimbangan
negatif akibatnya berat badan kurang dari berat badan seharusnya
(ideal), bila terjadi pada masa pertumbuhan maka akan menghambat
proses pertumbuhan dan pada orang dewasa menyebabkan penurunan
berat badan dan kerusakan jaringan. Asupan energi yang kurang juga
menyebabkan cadangan energi yang tersimpan dalam tubuh terkuras
untuk menghasilkan energi dan akhirnya akan berakibat pada
penurunan berat badan. Penelitian Soekirman (2000) di Jawa Tengah
mengemukakan bahwa masalah gizi, lebih banyak disebabkan karena
asupan energi yang kurang dari pada kekurangan protein. Hal ini
diduga terjadi disebabkan protein yang dikonsumsi berasal dari nabati
yang relatif murah sehingga dari angka kecukupan terpenuhi tapi
belum mempunyai mutu protein yang tinggi, sedangkan pertumbuhan
dan penambahan otot hanya akan optimal terjadi bila mutu protein itu
komplet atau protein dengan nilai biologi tinggi yang mengandung
semua jenis asam amino essensial dalam jumlah dan proporsi sesuai
dengan keperluan pertumbuhan. Penyebab lain kemungkinan protein
digunakan sebagai pengganti energi yang kurang, karena bila energi
didalam tubuh terbatas maka sel terpaksa menggunakan protein untuk
membentuk/menghasilkan energi. Bila asupan protein kurang dari
makanan maka jaringan dalam tubuh tidak dapat berkerja dengan
maksimal karena protein berfungsi sebagai memperbaiki jaringan yang
rusak dan sebagai pertumbuhan pada usia remaja. Konsumsi makan
golongan remaja yang salah akan mengakibatkan munculnya masalah
gizi karena ketidak seimbangan konsumsi makanan secara fisik.
Makanan disebabkan terlalu ketatnya berdiet. aspek pemilihan
makanan penting diperhatikan karena remaja sudah menginjak tahap
independensi dalam mengkonsumsi serat Dapat dilihat dalam bentuk
tubuh yang terlalu langsing atau kegemukan. Konsumsi makanan cepat
saji dapat mempengaruhi kesehatan remaja yang dibagi dalam 3
kategori yaitu :
a. aspek taksikologis, kategori residu bahan makanan yang
dapat bersifat racun terhadap organ tubuh manusia.
b. aspek microbiologis mikroba dalam bahan makanan yang
dapat mengganggu keseimbangan mikroba dalam saluran
pencernaan.
c. aspek imunopatologis, keberadaan residu yang dapat
menurunkan kekebalan tubuh (Majeed, A, 1996).
Islam merupakan agama yang sangat sempurna, Islam datang
sebagai agama untuk kepentingan duniawi dan ukhrawi secara
menyeluruh. Tidak terbatas jalur hubungan hamba dengan Tuhannya
(horizontal) saja tetapi Islam juga mengatur secara vertikal. Islam
sangat memperhatikan kondisi kesehatan, seperti dalam hadis
Rasulullah saw
Yang artinya:
Telah menceritakan kepada kami al-Makkibin Ibrahim telah
mengabarkan kepada kami Abdullah bin Sa‘id yaitu Ibnu AbuHind
dari Ayahnya dari Ibnu ‘Abbas radliallahu 'anhuma dia berkata; Nabi
saw. bersabda: "Dua kenikmatan yang sering dilupakan oleh
kebanyakan manusia adalah kesehatan dan waktu luang."
Islam sangat hati-hati dalam kesehatan, salah satunya dalam hal
makanan dari segi halal haram dan baik. Halal adalah suatu yang
dibolehkan secara agama, sedangkan baik adalah sesuatu yang pada
dasarnya tidak merusak fisik dan pikiran, dan harus memenuhi syarat
dari segi kebersihan. Pernyataan al-Mara>gi yang dikutip dalam buku
Syarfaini, mengatakan bahwa hendaklah manusia mau memikirkan
tentang kejadian dirinya dan makanan yang dimakannya. Cara
makanan diciptakan dan disediakan untuknya sehingga bisa dijadikan
menunjang kelangsung hidupnya. Disamping itu, dapat pula
merasakan kelezatan makanan yang menunjang kekuatan tubuhnya.
C. Tinjuan umum pengetahuan
1. Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan gizi seimbang merupakan pengetahuan tentang
makanan dan zat gizi, sumber – sumber zat gizi pada makanan,
makanan yang aman dikonsumsi sehingga tidak menimbulkan
penyakit dan cara mengolah makanan yang baik agar zat gizi dalam
makanan tidak hilang serta bagaimana hidup sehat (Notoatmodjo,
2003).

2. Pengetahuan Gizi Seimbang


Kategori pengetahuan gizi dibagi dalam tiga kelompok yaitu: baik,
cukup dan kurang. Cara pengkategorian dilakukan dengan menetapkan
cut off point dari skor yang dijadikan persen. Untuk keseragaman
maka digunakan, seperti tabel 2.1
Tabel 1
Kategori Tingkat Pengetahuan Gizi

Kategori Pengetahuan Gizi skor


Baik >80%
Cukup 60-80%
Kurang <60%
Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni:

a. Tahu (know) Diartikan hanya recall (memanggil) memori yang


telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
b. Memahami (comprehension) Memahami suatu objek bukan
sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat
menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui
tersebut.
c. Aplikasi (application) Diartikan apabila orang yang telah
memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau
mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi
yang lain.
d. Analisis (analysis) Adalah kemampuan seseorang untuk
menjabarkan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan
antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu
masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa
pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis
adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan atau
memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan)
terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
e. Sintesis (synthesis) Adalah suatu kemampuan seseorang untuk
merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis
dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan
kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation) Adalah kemampuan seseorang untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek
tertentu.
Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang
berlaku dimasyarakat. Pengetahuan didapat dari adanya proses
belajar. Dalam pemberian pengetahuan terdapat dua faktor
yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal (P.Solihin, 2008).
a) Faktor internal, meliputi:
1) Kesehatan Sehat berarti keadaan fisik, mental, dan sosial
anak berfungsi secara optimal dan seimbang.
Keseimbangan ini akan terganggu jika seorang anak berada
dalam keadaan yang tidak optimal baik fisik, mental,
maupun sosial.
2) Intelegensi Intelegensi sangat besar sekali pengaruhnya
terhadap pengetahuan. Anak yang mempunyai intelegensi
yang lebih tinggi akan lebih berhasil daripada anak yang
mempunyai intelegensi rendah.
3) Perhatian Jika perhatian anak kurang terhadap suatu materi,
maka pemahaman terhadap materi tersebut akan berkurang
dan menurun.
4) Minat Adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang berbagai kegiatan yang
diminati anak, diperhatikan terus menerus disertai rasa
senang. Berbeda dengan perhatian yang sifatnya sementara.
5) Bakat Kemampuan untuk belajar, kemampuan itu akan
terealisasi menjadi kecakapan nyata sesudah
belajar/berlatih.

b) Faktor eksternal, meliputi:


1) Keluarga Keluarga sangat menentukan dalam pendidikan
anak karena keluarga adalah lembaga pendidikan yang
utama dan pertama. Secara tradisional, ayah mempunyai
prioritas utama atas jumlah dan jenis makanan tertentu
dalam keluarga, dan justru golongan yang rawan terhadap
masalah gizi mempunyai prioritas paling akhir yaitu wanita
dan anak-anak.
2) Metode Pembelajaran Metode belajar adalah suatu cara
yang harus dilalui didalam mengajar, untuk menghindari
pelaksanaan cara belajar yang salah perlu suatu pembinaan.
Dengan metode belajar yang tepat dan efektif maka akan
efektif pula hasil belajar anak.
3) Masyarakat Merupakan faktor eksternal yang juga
mempengaruhi belajar anak. Pengaruh ini terjadi karena
keberadaannya dalam masyarakat adalah berhubungan
dengan media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan
masyarakat. Pengukuran pengetahuan dapat diukur
berdasarkan jenis penelitiannya (Notoatmodjo, 2010).

Dan pada penelitian ini karena merupakan jenis penelitian kualitatif


maka pengukuran dilakukan dengan wawancara atau memberikan
kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
responden. Dalam penelitian ini materi yang diukur adalah
pengetahuan gizi seimbang dengan cara mengisi kuesioner.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diartikan bahwa pengetahuan
gizi seimbang adalah hasil tahu seseorang tentang gizi seimbang yang
didapatkan dari hasil belajar. Dimana pengetahuan mengenai PUGS
meliputi 10 pesan, yaitu:
1. Syukuri dan nikmati keanekaragaman makanan
2. Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan
3. Biasakan mengkonsumsi lauk pauk yang mengandung protein
tinggi
4. Biasakan mengkonsumsi keanekaragaman makanan pokok
5. Batasi konsumsi pangan manis, asin, dan berlemak
6. Biasakan sarapan
7. Biasakan minum air putih yang cukup dan aman
8. Biasakan membaca label pada kemasan pangan
9. Cuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir
10. Lakukan aktifitas fisik yang cukup dan pertahankan berat
badan normal.

D. Tinjuan umum media informasi


Media Sosial menurut Hayes (2015) adalah media berbasis internet
yang memungkinkan pengguna berkesempatan untuk berinteraksi dan
mempresentasikan diri, baik secara seketika ataupun tertunda, dengan
khalayak luas maupun tidak yang mendorong nilai dari user-generated
content dan persepsi interaksi dengan orang lain
Divisi Media Komunikasi dan Informasi merupakan divisi yang
membidangi bagian publikasi segala informasi dan dokumentasi atas
kegiatan yang akan dilakukan oleh HMTP USK.
Media Informasi secara umum adalah alat untuk mengumpulkan dan
menyusun kembali sebuah informasi sehingga menjadi bahan yang
bermanfaat bagi penerima informasi.
1. Definisi Media
Secara umum, definisi media sosial adalah media online. Para
pengguna media social atau bisa juga disebut dengan user ini bisa
melakukan komunikasi atau interaksi, berkirim pesan, baik pesan
teks, gambar, audio hingga video, saling berbagi atau sharing, dan
juga membangun jaringan atau networking.( Dewi Nurmasari Pane,
SE., MM; Miftah El Fikri, S.E., M.Si.& Nurafrina Siregar, S.E., M.Si,
2020)
Menurut Antony, media sosial merupakan media yang
mempermudah penggunanya dalam berpartisipasi atau berinteraksi di
dunia maya. Sedangkan menurut Lisa Buyer, media sosial merupakan
hubungan masyarakat yang paling terbuka, menarik dan interaktif
untuk saat ini. Jadi pengertianmedia sosialdisini adalah sebuah
saluran atau sarana untuk pergaulan social yang dilakukan secara
online melalui jaringan internet.
Definisi media sosial menurut Cross (2013) : “Media sosial adalah
sebuah istilah yang menggambarkan bermacam-macam teknologi yang
digunakan untuk mengikat orang-orang ke dalam suatu kolaborasi,
saling bertukar informasi, dan berinteraksi melalui isi pesan yang
berbasis web.
Definisi media sosial menurut Parks (2012) ”media sosial adalah
media yang terdiri atas tiga bagian, yaitu : insfrastruktur informasi dan
alat yang digunakan untuk memproduksi dan mendistribusikan isi
media, isi media dapat berupa pesanpesan pribadi, berita, gagasan, dan
produk-produk budaya yang berbentuk digital, kemudian yang
memproduksi dan mengkonsumsi isi media dalam bentuk digital
adalah individu, organisasi, dan industry.( A.A Manik Pratiwi, 2021)
Beberapa manfaat media sosial menurut Puntoadi (2011: 5) sebagai
berikut:
a. Personal branding is not only figure, it’s for everyone
b. Fantastic marketing result throught social media. People
don’t watch TV’s anymore, they watch their mobile
phones.
c. Media sosial memberikan kesempatan untuk berinteraksi
lebih dekat dengan konsumen
d. Media sosial memilki sifat viral.
Media social memiliki beberapa peran dan fungsi bagi masyarakat
secara umum seperti sebagai alat atau media promosi. Penyampaian
pesan secara cepat danluas tentu bisa membantu seseorang untuk
mempromosikan bisnisnya. Kemudian media social juga berperan
dalam membangun hubungan ataupun relasi, bahkan dari jarak
jauh karena media social memiliki jangkauan global. Selain itu,
media social juga dapat berperan dalam membantu system
administrasi, memberi dan mendapatkan informasi, melihat
peluang dan pasar, perencanaan dan lain sebagainya.
Gamble, Teri dan Michael dalam Communication Work
menyebutkan bahwa media social mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Pesan yang disampaikan tidak hanya untuk satu orang saja
namun bisa keberbagai banyak orang contohnya pesan
melalui SMS ataupun internet,
b. Pesan yang disampaikan bebas, tanpa harus melalui suatu
Gatekeeper,
c. Pesan yang disampaikan cenderung lebih cepat di banding
media lainnya, dand.Penerima pesan yang menentukan
waktu interaksi.

2. Definisi informasi
Informasi merupakan kebutuhan dasar bagi setiap orang di era
globalisasi yang memicu kemajuan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) ini. Kebutuhan informasi ini diawali dengan
keingintahuan individu akan suatu hal sehingga mereka berusaha
mencari informasi dengan caranya masing-masing. Berbagai cara
dilakukan untuk mendapatkan informasi tersebut, baik dengan
pengamatan langsung atau pun dengan memanfaatkan teknologi untuk
mencari informasi agar lebih mudah.( Muhammad Nurfadillah,
Ardiansah, 2021)
Keingintahuan ini juga memacu para pengembang untuk
mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi yang dapat
membantu dan memudahkan pencarian informasi seperti saat ini. Hal
ini mengakibatkan perubahan bentuk pada sumber-sumber informasi.
Sebelumnya sumber informasi hanya ada dalam bentuk tercetak,
sedangkan saat ini bentuk sumber informasi sudah banyak dalam
bentuk elektronik atau digital. Perubahan ini juga dapat mempengaruhi
bagaimana perilaku individu dalam mencari informasi serta memilih
sumber informasinya.
Informasi merupakan data yang telah diproses dan memiliki makna
dan dapat memberikan pengetahuan bagi yang menggunakan. Dari
kedua definisi diatas (system dan informasi) maka definisi dari Sistem
Informasi adalah alat yang digunakan untuk mengolah data menjadi
sebuah informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
( Fendi Hidayat, 2021)
Sistem Informasi dapat didefinisikan sebagai berikut :Informasi is
data that has been processed to become significantly more
meaningful for is receiver and udeful in decision making. ([Devis &
Olson,1986]). Sistem Informasi adalah sebuah rangkaian prosedur
formal dimana data dikumpulkan, diproses menjadi informasi data
didistribusikan kepada para pemakai. ( Ahmad Ikhwan, Romi Hendri,
2020)
Wilson (2000), mendefinisikan perilaku pencarian informasi
sebagai usaha pencari informasi dalam melakukan pencarian informasi
ketika berinteraksi dengan sistem informasi. Pencari informasi sadar
dengan adanya kebutuhan informasi dan merasa harus dipenuhi untuk
kegiatan sehari-harinya. Kebutuhan informasi ini berbeda-beda
masing-masing individu sehingga menyebabkan perilaku pencarian
informasi yang berbeda pula.
Teknologi informasi merupakan salah satu cara atau alat yang
dapat membantu penyelesaian suatu pekerjaan. Setiap perusahaan baik
dalam skala kecil maupun besar dapat dipastikan membutuhkan
teknologi canggih seperti komputer, baik yang digunakan secara
manual maupun dengan menggunakan sistem. Saat ini kecepatan
pengolahan dan penyampaian informasi memiliki peran yang sangat
penting bagi setiap instansi atau perusahaan, terutama pada
perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat rutinitas tinggi dan
memiliki banyak data yang harus diolah. (Minda Mora Purba, 2020)

3. Macam-macam media informasi


Terdapat berbagai macam-macam media informasi diantaranya:
a. Media informasi internet
Jaman semakin berkembang dibarengi dengan berkembangnya
teknologi yang dapat membantu kehidpun manusia, termasuk remaja.
Internet salah satunya, internet merupakan salah satu jaringan yang
dapat membantu kita untuk mendapatkan segala infomasi. Adanya
internet dapat bermanfaat bagi remaja, namun juga dapat menimbulkan
dampak negatif yang besar bagi kehidupan mereka. Internet
memberikan limpahan manfaat bagi remaja, termasuk untuk
meningkatkan derajat kesehatan mereka. Namun banyak berita tersebar
di internet, hal inilah yang mengancam remaja terhadap informasi yang
tidak benar.( Desita Ria Yusian TB, Raudhatun Nuzul , Agus
Nunandar, 2020)
Di era globalisasi saat ini media massa mempunyai peranan
penting dalam membentuk pola hidup masyarakat. Media menjadi
patokan bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi, terutama bagi
masyarakat informasi, mereka dengan mudah dapat mengakses segala
informasi yang mereka butuhkan.Kehadiran media massa telah
bertransformasi, sehingga kini masyarakat dapat mengakses informasi
dari media massa melalui smartphone yang ditunjang dengan akses
internet.
Menurut survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
(APJII) terkait Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet Indonesia
2016, sebanyak 31,3 juta (25,3%) orang mengakses internet untuk
update informasi, baik melalui berita maupun lainnya. Keadaan
dimana masyarakat sangat bergantung pada informasi menjadikan
masyarakat sebagai Information society atau masyarakat informasi
adalah sebuah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan sebuah
masyarakat dan sebuah ekonomi yang dapat membuat kemungkinan
terbaik dalam menggunakan informasi dan teknologi komunikasi baru
(New Information and Communication Technologies (ICT's)).
Kehadiran Internet bisa dibilang terlambat di Indonesia, namun
perkembangannya pun sangat cepat.Pada awalnya Internet hanya
tersedia di media komputer, namun saat ini sudah ada di media
elektronik yang kita bisa bawa kemana mana seperti tablet, laptop dan
handphone. Saat ini media media konvensional seperti televisi, radio
dan koran telah dikesampingkan oleh masyarakat di dunia, termasuk di
Indonesia. Salah satu teknologi informasi komunikasi yang semakin
banyak digunakan saat ini adalah media sosial Instagram. Instagram
adalah bentuk komunikasi yang relatif baru yang dimanapengguna
dapat dengan mudah membagikan informasi berupa photo atau video
yang disebut dengan ―updates‖ (Dian Nurvita Sari, Abdul Basit,
2020)
Website juga merupakan salah satu tekhnologi informasi
komunikasi yang semakin banyak digunakan dikalangan remaja
maupun dewasa. Website atau situs dapat diartikan sebagai
kumpulan halaman yang menampilkan informasi data teks, data
gambar diam atau data gambar gerak, data animasi, suara, video
dan gabungan dari semuanya baik yang bersifat statis maupun
dinamis yang membentuk suatu rangkaian bangunan yang
saling terkait dimana masing-masing dihubungkan dengan
jaringan-jaringan halaman. Hal itu yang membuat Websitemenjadi
media informasi paling tepat, cepat dan akurat untuk digunakan,
karena setiap informasiyang diuraikan pada halaman Website dapat
disampaikan dengan jelas dan saling mendukung satu sama lain agar
penjelasan informasinya dapat dipahami dengan mudah, seperti
mendeskripsikan suatu hal melalui teks lalu bisa diperkuat dengan
menambahkan gambar ataupun video.
Website merupakan bagian dari teknologi internet, dimana
teknologi adalah sistem yang diciptakan oleh manusia untuk maksud
dan tujuan tertentu untuk mempermudah manusia dalam
meringankan usahanya, meningkatkan hasilnya, dan menghemat
tenaga dan sumber daya yang ada. Saat ini, internet menjadi sumber
informasi yang paling banyak digunakan untuk mencari informasi
yang dibutuhkan. arena pada jaringan internet terdapat sebuah search
engine atau mesin pencari yang dapat digunakan oleh pengguna
untuk mencari halaman-halaman web yang dibutuhkannya . Ketika
menuliskan informasi yang dibutuhkan pada search engine melalui
jaringan internet, yang akan tampil adalah berbagai halaman
web beserta informasi di dalamnya. Sebagai bentuk ciptaan
manusia, sudah seharusnya memberikan kemudahan dalam berbagai
aspek kehidupan, salah satunya dalam mencari informasi dimana
informasi yang tepatdan cepat diperlukan untuk mendukung
aktivitas kehidupan . Didukung oleh perkembangan berbagai
perangkat seperti tablet dan smartphoneyang semakin
memudahkan banyak orang untuk mengakses informasi menjadikan
internet sebagai media alternatif dalam memperoleh informasi dengan
biaya yang murah dan terjangkau dibandingkan dengan informasi yang
tersebar melalui media cetak ataupun elektronik berbasis televisi
dan radio dengan harga yang mahal.
Website yang akan dibuat berbasis Wordpress dan menggunakan
server lokal (localhost). Wordpressa dalah sebuah perangkat
lunak yang digunakan untuk membuat website. dan salah satu
dari CMS (Content Managemen System) yang merupakan sebuah
sistem yang memberikan kemudahan kepada para penggunanya
dalam mengelola dan mengadakan perubahan isi sebuah website
dinamis tanpa sebelumnya dibekali pengetahuan tentang hal-hal
yang bersifat teknis. Dengan kata lain, website yang dibangun
menggunakan platform Wordpress ini sangat mudah dikelola tanpa
harus memiliki skill programming. (Wendy Andriyan, Sarwan
Septiawan, Annisa Aulya, 2020)

b. Media informasi dari radio


Di era revolusi seperti sekarang ini perkembangan teknologi
mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kemudahan dalam
mengakses informasi pada era ICT (Information and
Communication Technology) sudah membuktikan bahwa saat ini
informasi bisa diakses dimanapun dan kapanpun saat dibutuhkan.
Salah satu teknologi yang berkembang untuk mengakses dan
menyampaikan informasi adalah radio. Kini radio tidak lagi
menjadi media lokal yang mempunyai keterbatasan wilayah dan
geografis . Sekarang radio sudah bisa didengarkan siapa saja dan
dimana saja melalui teknologi radio streaming via internet yang
bertujuan supaya bisa diakases oleh para pendengar radio yang
lokasinya tidak dapat menangkap siaran radio. Dengan
memanfaatkan teknologi radio streaming akan menjembatani para
pendengar radio sehingga tidak ada lagi keterbatasan dalam
jaringan jangkauan siaran radio. Radio streaming ini tidak
menggunakan frekuensi gelombang radio, melainkan dengan
menggunakan koneksi internet sebagai pengganti gelombang radio.
Radio streaming sama halnya dengan radio biasa yang siarannya
bisa di dengar oleh banyak pendengar, hanya saja dengan
menggunakan radio straming pendengar bisa mendengar radio
kapanpun dan dimanapun selama terhubung dengan internet.
Telah dibuat aplikasi radio streaming menggunakan winamp dan
shoutcast sebagai sebagai software untuk melakukan siaran radio.
Untuk server radio menggunakan Shoutcast DNAS tetapi masih
mengalami delay dalam melakukan siaran. Maka dalam penelitian
ini akan mengembangkan radio online dengan memakai server
streaming yang berbeda untuk mengatasi delay dan menambahkan
fitur menu crew yang akan menampilkan struktur organisasi dari
Radio Universitas Nasional. Serta menambah fitur jadwal siaran
sehingga pengunjung tahu kapan harus mendengarkan siaran radio
Universitas Nasional. Atas dasar inilah dibuat maka sistem
informasi radio online Universitas Nasional. Untuk membuat
aplikasi radio online membutuhkan hardware dan software. Untuk
hardware adalah seperangkat komputer dan jaringan internet.
Sedangkan software menggunakan Winamp dan edcast untuk
membantu dalam melakukan siaran radio. Serta icecast sebagai
server streaming radio. (Ibnu Bukhari, Moh. Iwan Wahyuddin,
Novi Dian Nathasia, 2020)
Radio komunitas bisa disebut juga sebagai radio sosial,
radio pendidikan atau radio alternatif, yang merupakan stasiun
radio yang di operasikan di suatu lingkungan, daerah atau wilayah
tertentu yang diperuntukkan khusus bagi warga setempat, berisi
acara dengan ciri utama informasi daerah setempat (local content),
diolah dan dikelola warga setempat. Radio komunitas dibentuk dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat setempat. Radio komunitas
mempunyai fungsi utama, yaitu; mendukung pembangunan dan
perubahan sosial, membangun masyarakat yang madani,
mengedepankan ide tentang good governance, mendorong
partisipasi melalui membagi informasi dan inovasi,
menyumbangkan pada keberagaman dalam kepemilikan siaran,
menyediakan berbagai program acara seperti hiburan, musik dan
berita informatif serta mengembangkan sumberdaya manusia
melalui program edukasi. Keberadaan radio komunitas ini dapat
menyuarakan berbagai aspirasi, keluh-kesah, persoalan serta
berbagai peristiwa lokal sehingga radio komunitas bisa menjadi
wadah sekaligus fasilitator bagi komunitasnya Radio komunitas
dibentuk khusus untuk melayani kebutuhan dan kepentingan
anggota komunitasnya. ( Bayu Prasetyo Abdillah, 2020)

c. Media informasi dari buku ilmiah


Daya saing suatu bangsa dapat diukur dari kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan salah satu indikatornya
tecermin dari jumlah publikasi ilmiah, baik nasional maupun
internasional serta produk-produk inovasi yang dihasilkan. Oleh
karenanya, tidak heran apabila dalam lima tahun terakhir,
Indonesia melalui Kemenristekdikti (sekarang Kemenristek/
BRIN) terus berupaya meningkatkan daya saing bangsa melalui
strategi peningkatan jumlah publikasi ilmiah.
Peningkatan jumlah publikasi ilmiah tentu berdampak pada
penerbit ilmiah yang menaungi proses penerbitan ilmiah. Khusus
untuk penerbitan ilmiah berupa pengelolaan jurnal, melalui
akreditasi jurnal oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang
kemudian dilanjutkan oleh Kemenristekdikti melalui Akreditasi
Jurnal Nasional (Arjuna) berdasar Permen Ristekdikti No. 9 Tahun
2018 tentang Akreditasi Jurnal Ilmiah telah memberikan standar
dan membentuk sebuah ekosistem yang mapan untuk pengelola
jurnal yang berkualitas, baik di perguruan tinggi maupun di
lembaga litbang.
Namun demikian, nasib berbeda bagi penerbit ilmiah yang
mengakomodasi penerbitan buku, monografi, atau bunga rampai.
Dikutip dari Perka LIPI Nomor 17 Tahun 2016 tentang Pedoman
Akreditasi Penerbit Ilmiah pada bagian latar belakang menyatakan
bahwa saat ini, banyak usaha penerbitan ilmiah yang digunakan
untuk menerbitkan hasil penelitian, tetapi tidak memiliki standar
baku, baik persyaratan administrasi maupun kualitas substansi dan
penerbitannya (LIPI, 2016). Beberapa institusi litbang membentuk
lembaga penerbitan sendiri hanya dengan mencantumkan kata
“press” pada unit yang sebelumnya memiliki tugas cetak mencetak.
Padahal untuk memenuhi kelayakan terbit, fokus utama penerbit
ilmiah terletak pada penyuntingan substansi. Hal inilah yang
membedakan penerbit ilmiah dengan penerbit umum, yang
biasanya menerbitkan buku-buku populer untuk segmen pasar yang
lebih luas (Helmi, Safitri, et al., 2019)
Oleh karena itu, penerbit ilmiah yang mengelola buku
ilmiah, baik monografi maupun bunga rampai, perlu meniru
strategi meningkatkan kualitas pengelolaan jurnal ilmiah di
Indonesia di mana salah satu upaya percepatan yang dilakukan
Kemenristekdikti adalah dengan menekankan penggunaan jurnal
elektronik berbasis Open Journal System(OJS)
(Kemenristek/BRIN, 2017). Penggunaan OJS selain menunjang
akuntabilitas penyaringan naskah, kelayakan pengelolaan, dan
ketepatan waktu penerbitan jurnal ilmiah, juga mempunyai urgensi
pada sisi diseminasi yang lebih luas dan indeksasi secara daring
yang berujung pada sitasi atau sitiran terhadap suatu artikel jurnal.
Secara keseluruhan proses penerbitan ilmiah hampir sama
dengan penerbitan umum atau konvensional yang mencakup
rangkaian kegiatan copyediting, proofreading, tata letak & desain
halaman, distribusi (Zlodi, 2018), yang bertujuan untuk menambah
nilai suatu naskah/artikel sehingga menjadi terbitan (baik tercetak
maupun elektronik) yang layak bagi pembaca sasaran. Perbedaan
atau kekhususan yang mendasar dari penerbitan ilmiah menurut
Perka LIPI Nomor 17 Tahun 2016 adalah pada proses yang
menekankan pada aspek penyuntingan substansi melalui penilaian
dan penelaahan naskah untuk menghasilkan terbitan karya tulis
ilmiah sesuai dengan kaidah yang ditetapkan (LIPI, 2016).
Penekanan pada aspek penyuntingan substansi menuntut
penerbitan ilmiah memiliki proses bisnis penelaahan substansi
sehingga muncul kekhususan penerbit ilmiah yang melaksanakan
proses penerbitan ilmiah. Penerbit ilmiah dalam Perka LIPI Nomor
17 Tahun 2016 didefinisikan sebagai organisasi atau badan hukum
yang memiliki tugas dan fungsi utama melaksanakan penerbitan
ilmiah untuk mengomunikasikan ilmu pengetahuan kepada
masyarakat, dalam pelaksanaan penerbitan menekankan pada
proses penelaahan dan penyuntingan substansi untuk menghasilkan
terbitan/karya tulis ilmiah sesuai dengan kaidah yang ditetapkan
(LIPI, 2016).Kaidah tersebut antara lain kode etika publikasi
ilmiah yang bersumber pada Committee on Publication Ethics
(COPE) yang pada prinsipnya menjunjung tiga nilai etik dalam
publikasi, antara lain:
a. Kenetralan, yakni bebas dari pertentangan kepentingan
dalam pengelolaan publikasi
b. Keadilan, yakni memberikan hak kepengarangan kepada
yang berhak sebagai pengarang;
c. Kejujuran, yakni bebas dari duplikasi, fabrikasi, falsifikasi,
dan plagiarisme dalam publikasi.

Kualitas publikasi ilmiah seperti itu dapat dicapai apabila penerbit


ilmiah memiliki dewan editor dan panduan terstandar dalam proses
penelaahan dan penilaian naskah. Keberadaan dewan editor dan adanya
panduan penelaahan dan penilaian merupakan kunci bagi penerbit ilmiah.
(Dhevi Enlivena Ir ene Restia Mahelingga, 2020)

d. Media informasi dari poster kesehatan


Dengan melakukan sosialisasi tentang protokol kesehatan
di masa new normal menggunakan media poster, diharapkan dapat
meningkatkan kedisiplinan masyarakat dalam melakukan kegiatan
di new normal. Selain itu melalui kegiatan ini juga diharapkan
dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dan dapat memutus
rantai penyebaran covid19. Menggunakan poster karena poster
adalah salah satu media edukasi visual yang didesain secara
menarik sehingga efektif digunakan dalam proses pembelajaran.
Menurut Rizawayani, Sari, & Safitri (2017) dalam Yusandika dkk.,
(2018), poster merupakan salah satu media yang terdiri dari
lambang atau kata simbol yang sangat sederhana, poster juga
sebagai kombinasi visual dari rancangan yang kuat, dengan warna
dan pesan dengan maksud untuk menangkap perhatian peserta
didik. Dengan melihat keunggulan media poster ini, banyak para
akademisi dan praktisi menggunakan poster untuk mendukung
programnya seperti Subianto (2018) seorang guru yang
menggunakan media poster untuk menangani masalah yang ada di
lingkungan sekolah tentang cara berbusana yang sopan dan
menghindari bahaya narkoba.
Supaya poster dapat diakses secara lebih luas oleh
masyarakat maka poster disebar melalui media sosial. Berdasarkan
kajian studi, saat ini media social adalah agenda teratas bagi para
eksekutif bisnis untuk memanfaatkan aplikasi yang
menguntungkan seperti Wikipedia, YouTube, Facebook, Second
Life, dan Twitter untuk mengembangkan bisnis mereka (Kaplan
dan Haenlein, 2010). Dari sini dapat dilihat bahwa media sosial
adalah media efektif untuk mensosialisasikan informasi dan
mempengaruhi perilaku masyarakat. (Rahmawati , Sari Fathu
Rahmah et,all, 2020)

e. Media informasi penyuluhan kesehatan


Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan pendidikan
kesehtan, yang dilakukan dengan menyebarkan pesan,
menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu
dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat melakukan anjuran yang
berhubungan dengan kesehatan. Penggunaan media dalam
penyuluhan kesehatan langsung dan melalui media massa harus
mempertimbangkan usia dan minat peserta. Media yang dapat
digunakan dalam penyuluhan kesehatan dapat menggunakan media
power point, flip chart, media audiovisual, koran, majalah, televisi,
radio, dan media lainnya.
Penyuluhan dengan metode ceramah lebih efektif
dibandingkan dengan demonstrasi terhadap peningkatan
pengetahuan kesehatan. Hal tersebut dikarenakan metode ceramah
di nilai lebih efektif digunakan pada pendengar yang lebih dari
sepuluh orang namun sering menimbulkan kebosanan jika materi
yang disampaikan kurang menarik dan terlalu panjang. (Yulianis ,
Ayu Ulil Fauziah , Diah Kusumawati, 2020)
Komunikasi kesehatan adalah penggunaan strategi
komunikasi untuk menginformasikan dan mempengaruhi individu
akan keputusan ataupun perilakunya untuk meningkatkan
kesehatannya (“What Is Health Communications?” 2019). Salah
satu bagian dari strategi komunikasi yang praktis dilakukan adalah
pemilihan media komunikasi, dimana media komunikasi sendiri
dapat menentukan apakah sebuah komunikasi akan sampai kepada
para audiens ataupun tidak. Banyaknya media yang tersedia
dewasa ini tidak menjadi sebuah jaminan bahwa sebuah informasi
atau komunikasi akan dapat menjangkau audiens-audiensnya.
Justru banyaknya akses memerlukan adanya pemilahan dan
pemilihan media yang tepat untuk dapat menyampaikan informasi
yang diharapkan. (Brian Alvin Hananto, Felicia Violetta , Shienny
Wongso, 2019)

f. Dampak media informasi


Ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi pada saat
ini berkembang semakin pesat, dan masyarakat tidak bisa
dipisahkan dengan peng-gunaan internet. Perkembangan
internet ber-banding lurus dengan perkembangan media sosial
yang merambat luas dan membawa dampak yang cukup
signifikan pada masyarakat di seluruh belahan dunia Peng-
guna media sosial mulai dari usia anak-anak, remaja, hingga
usia dewasa. Media Sosial sebagai kumpulan perangkat
lunak yang me-mungkinkan individu maupunkomunitas untuk
berkumpul, berbagi, berkomunikasi, dan saling berkolaborasi
atau bermain.
Media sosial sangat beragam seperti whatsapp,
instagram, facebook, line, twitter, dan lain seba-gainya. Media
sosial biasa digunakan sebagai tempat curhat dan mencari
teman baru. Aktivitas daring yang dilakukan oleh masyarakat
terbilang masif dan intensif, pola penyebaran informasi di
tingkat perguruan tinggi juga mengalami per-geseran.
Mahasiswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengakses
media sosial sehingga informasi yang diperoleh juga dari
media sosial tersebut. (Funsu Andiarna , Linda Prasetyaning
Widayanti et.all ., 2020)
a) Dampak positif
Media sosial membawa dampak positif bagi mahasiswa
yaitu memudahkan untuk saling tukar menukar informasi dan
mudah untuk mendapat-kan literatur online.
b) Dampak negative
Disamping dampak positif, media sosial juga
membawa dampak negatif, yaitu dapat menimbulkan
kecanduan terhadap penggunaan media sosial sehingga hal ini
dapat merubah cara berpikir serta perilaku seseorang (Drakel et
al., 2018). Perubahan perilaku sese-orang salah satunya
adalah terganggunya pola tidur. Kondisi tersebut dicirikan dengan
adanya gangguan dalam jumlah, kualitas, dan waktu tidur
seseorang.
Tidur merupakan suatu proses yang sangat penting bagi
manusia. Dalam tidur, terjadi suatu proses pemulihan dari
kondisi tubuh yang mengalami kelelahan menjadi segar
kembali atau kembali pada keadaan semula. Proses pemulihan
yang terhambat dapat mengakibatkan tubuh tidak mampu bekerja
secara maksimal, sehingga akan terjadi penurunan konsentrasi.

g. Pemanfaatan media islami


Kehadiran teknologi digital menjadi bagian penting yang
perlu diperhatikan oleh pondok pesantren sebagai lembaga
pendidikan Islam di nusantara. Kecepatan informasi dan
komunikasi yang saat ini menguasai masyarakat tentu juga
berpengaruh bagi kehidupan sosial dan keagamaan umat Islam.
Sehingga dalam hal ini pesantren harus tetap berada di garda
terdepan untuk menyelamatkan arus informasi khususnya terkait
keagamaan agar tidak terjadi perpecahan, ujaran kebencian antar
umat, antar agama, kiai dengan masyarakat, dan semua hal negatif
dikarenakan informasi mengandung hoaks ulah orang-orang yang
punya kepentingan dan tidak bertanggungjawab . Dalam kondisi
yang menggetirkan ini, tentu peran pesantren untuk menyebarkan
dakwahnya sangat diharapkan oleh masyarakat.Persoalan-
persoalan yang begitu mengkhawatirkan dan sering tercipta dari
media sosial menjadikan salah satu pesantren terbesar di Indonesia,
yaitu Pesantren Tebuireng berusaha meningkatkan gerakan
literasi (kemampuan membaca, menulis, mengolah informasi,
menyebarkan informasi) yang merupakan dasar ilmu dalam
berdakwah melalui media sosial di pesantren.
Perlu kita pahami dan ketahui bersama, pada mulanya
bentuk komunikasi antar pesantren dan masyarakat sebagai bentuk
gerakan literasi berwujud dakwah disampaikan dalam format
tulisan di media tradisional seperti buku, majalah, buletin atau
secara lisan baik di musala atau masjid . Namun berbeda dengan
era ini, di mana pesantren dituntut untuk mampu memanfaatkan
perkembangan media digital, sehingga pihak pesantren yang
dipimpin oleh KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah) dan didirikan
oleh pimpinan organisasi terbesar umat Islam (Nahdlatul Ulama)
Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari, merasa perlu adanya
perkembangan dalam dunia literasi yang selama ini dijadikan
media dakwah bagi pesantren yang dirintis. Adapun dakwah yang
disampaikan tentu sebagai upaya menyadarkan dan
memberdayakan masyarakat untuk membaca, memahami
informasi, mampu menelaah tulisan-tulisan yang bersifat moderat
dan benar sehingga masyarakat tidak lagi terpancing dengan
dakwah yang mengarah para radikalisme, terorisme, atau bahkan
adu domba dan hal-hal negatif lainnya.
Selain menguasai literasi membaca dan menulis dalam
media massa dan metode konvensional lainnya, era ini pesantren
perlu menguasai pengetahuan tentang literasi digital. Visser
(Mauludi, 2018) menjelaskan bahwa literasi digital merupakan
kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi
untuk menemukan, mengevaluasi, menciptakan, dan
mengomunikasikan ulang informasi, di mana literasi digital
memerlukan kemampuan teknis dan kecerdasan kognitif.
Sedangkan menurut UNESCO, literasi digital tersebut adalah
kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi
(TIK) untuk menemukan, mengevaluasi, memanfaatkan, membuat,
dan mengomunikasikan konten atau informasi dengan kecakapan
kognitif, etika, sosial emosional, dan aspek teknis atau teknologi.
(Munawara et.all ., 2020

KERANGKA TEORI

Faktor Internal - Faktor


Fisiologis, meliputi:
kelelahan, kurang gizi,
kondisi panca indera - Pemberian media sound
Faktor Psikologis, slide sebagai media
meliputi: minat, bakat, penyuluhan gizi seimbang
motivasi, intelegensi, sikap
- Usia - Pengalaman
Sumber : Notoatmodjo(2003), Sukiarko(2007), Indriani(2011), dan
Supardi(2011)

KERANGKA KONSEP

Pengaruh Media Gizi Seimbang


Informasi
KETERANGAN :

: VARIABEL INDEPENDEN

: VARIABEL DEPENDEN

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantiatif dengan
pendekatan cross sectional karena penelitian ini ingin melihat
pengaruh media informasi terhadap perilaku gizi seimbang pada
mahasiswa kesehatan masyarakat universitas islam negeri alauddin
Makassar angkatan 2018-2020.

B. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini berada di kampus II universitas islam negeri
alauddin Makassar.

C. Populasi dan sampel


1. Populasi
Populasi merupakan subjek pada wilayah dan waktu yang
akan diteliti yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneleiti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.
Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa kesehatan
masyarakat universitas islam negeri alauddin Makassar angkatan
2018-2020.

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti.
Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik
purposive sampling, dengan pengambilan sampel penelitian
menggunakan metode acak sederhana. Besar sampel pada penelitian
ini menggunakan rumus lemeshow yaitu :
Z2 x P (1-P)
n=
d2
Keterangan :
N = jumlah sampel minimal yang diperlukan
Z2 = derajat kepercayaan, dengan 1,96 untuk CI 95%
P = estimasi proporsi = 0,5
D = simpangan mutlak
1,962 x 0,5 (1-0,5)
n=
0,102
1,962 x 0,5 (0,5)
n=
0,102
3,8416 x 0,25
n=
0,102
0,9604
n=
0,01
n = 96,04
Jadi, berdasarkan hasil perhitungan besar sampel maka diperoleh 96,04
yang kemudian dibulatkan menjadi 100. Jadi sampel pada penelitian ini adalah
minimal 100 responden

D. Metode pengumpulan data


1. Data primer
Data perimer didapatkan langsung oleh peneliti dengan
hasil kuesioner mahasiswa melalui google from.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang telah diolah dari data
primer serta data yang diperoleh oleh orang lain dan bukan
langsung dari peneliti. Berupa data dari internet, catatan-catatan
kejadian ataupun keluhan pada mahasiswa, studi literature dari
penelitian-penelitian sebelumnya.

E. Instrument penelitian
1. Hp
Alat yang digunakan untuk mengisi kkuesioner online
melalui google from.
2. Kuesioner
Lembaran yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai
penelitian.

F. Teknik pengumpulan data


1. Pengolahan data
Pada persiapan analisis data, dilakukan pengolahan data
melalui tahap editing, coding, enty dan tabulation.
a. Editing merupakan kegiatan cek data data, memeriksa
atau mengoreksi data yang telah dikumpulkan.
b. Coding adalah pemberian kode-kode tertentu pada tiap-
tiap data termasuk pemberian kategori unutk jenis data
yang sama.
c. Skoring adalah pemberian nama pada masing – masing
jawaban yang dipilih responden sesuai kriteria
instrument.
d. Tabulating adalalah pengelompokan data berdasarkan
variabel dan memasukkan kedalam tabel. Data tentang
karakteristik umum responden diubah dalam bentuk
prosentase.
2. Analisis data
a. Analisis univariat
Bertujan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel.

b. Analisis bivariate
Analisis bivariat adalah analisa yang
dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan. Uji yang dipakai adalah spearman
rank dengan software SPSS dimana p < 0,05 maka
ada hubungan antara pengaruh media informasi
terhadap perilaku gizi seimbang pada mahasiswa
kesehatan masyarakat universitas islam negeri
alauddin Makassar angkatan 2018-2021. Sedangkan
p > 0,05 tidak ada hubungan antara pengaruh
media informasi terhadap perilaku gizi seimbang
pada mahasiswa kesehatan masyarakat universitas
islam negeri alauddin Makassar angkatan 2018-
2021.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. HASIL
1. Analisis Univariat
a. Distribusi Mahasiswa Berdasarkan Jenis kelamin Mahasiswa
jurusan Kesehatan masyarakan UIN Alauddin Makassar angkatan
2018-2021

Tabel Distribusi Mahasiswa Berdasarkan Jenis Kelamin


Mahasiswa Kesehatan masyarakan UIN Alauddin Makassar
angkatan 2018-2021

Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)


Laki-laki 18 16.4
Perempuan 92 83.6
Total 110 100
Sumber; data primer 2021

Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa dari 110 responden


terdapat 92 mahasiswa (83.6%) berjenis kelamin laki-laki dan 18
mahasiswa (16.4%) berjenis kelamin perempuan.

b. Distribusi Mahasiswa Berdasarkan umur Mahasiswa jurusan


Kesehatan masyarakan UIN Alauddin Makassar angkatan 2018-
2021

Tabel Distribusi Mahasiswa Berdasarkan umur Mahasiswa


Kesehatan masyarakan UIN Alauddin Makassar angkatan
2018-2021

umur Jumlah (n) Persentase (%)


17 2 1.8

18 27 24.5

19 27 24.5

20 17 15.5

21 34 30.9
22 3 2.7

Total 110 100.0

Sumber; data primer 2021

Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa dari 110 responden


terdapat 2 mahasiswa (1.8%) berumur 17 tahun, 27 mahasiswa
berumur 18 dan 19 tahun (24.5%), 17 mahasiswa (15.5%) berumur
20 tahun, 34 mahasiswa (30.9%) berumur 21 tahun, dan 3
mahasiswa (2.7%) berumur 22 tahun.

c. Distribusi Mahasiswa Berdasarkan angkatan Mahasiswa jurusan


Kesehatan masyarakan UIN Alauddin Makassar angkatan 2018-
2021

Tabel Distribusi Mahasiswa Berdasarkan angkatan Mahasiswa


Kesehatan masyarakan UIN Alauddin Makassar angkatan
2018-2021

umur Jumlah (n) Persentase (%)


2018 42 38.2
2019 5 4.5
2020 32 29.1
2021 31 28.2
Total 110 100.0
Sumber; data primer 2021

Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa dari 110 responden


terdapat 42 mahasiswa (38.2%) dari angkatan 2018, 5 mahasiswa
(4.5%) dari angkatan 2019, 32 mahasiswa (29.1%) dari angkatan
2020, dan 31 mahasiswa (28.2%) dari angkatan 2021.
d. Distribusi Mahasiswa Berdasarkan kategori media informasi
Mahasiswa jurusan Kesehatan masyarakan UIN Alauddin
Makassar angkatan 2018-2021

Tabel Distribusi Mahasiswa Berdasarkan kategori media


informasi Mahasiswa Kesehatan masyarakan UIN Alauddin
Makassar angkatan 2018-2021

Kategori media informasi Jumlah Persentase


(n) (%)
INFORMASI KURANG 40 36.4
INFORMASI CUKUP 64 58.2
INFORMASI BAIK 6 5.5
Total 110 100.0
Sumber; data primer 2021

Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa dari 110 responden


terdapat 40 mahasiswa (36.4%) yang mendapat informasi kurang,
64 mahasiswa (58.2%) yang mendapat informasi cukup, dan 6
mahasiswa (5.5%) yang mendapat informasi baik.

e. Distribusi Mahasiswa Berdasarkan kategori perilaku gizi seimbang


Mahasiswa jurusan Kesehatan masyarakan UIN Alauddin
Makassar angkatan 2018-2021

Tabel Distribusi Mahasiswa Berdasarkan kategori perilaku


gizi seimbang Mahasiswa Kesehatan masyarakan UIN
Alauddin Makassar angkatan 2018-2021

Kategori perilaku gizi seimbang Jumla Persentase


h (n) (%)
PERILAKU KURANG 101 91.8
PERILAKU CUKUP 9 8.2
Total 110 100.0
Sumber; data primer 2021

Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa dari 110 responden


terdapat 101 mahasiswa (91.8%) yang berperilaku kurang dan 9
mahasiswa (8.2%) yang berperilaku cukup.

2. Analisis bivariat

Hubungan Antara Kategori Media Informasi Dengan Kategori


Perilaku Gizi Seimbang Seimbang Mahasiswa Jurusan
Kesehatan Masyarakan Uin Alauddin Makassar Angkatan
2018-2021

Kategori media kategori perilaku gizi


informasi seimbang
PERILAKU Total
PERILAKU KURANG
CUKUP
INFORMASI
37 3 40
KURANG
INFORMASI
59 5 64
CUKUP
INFORMASI
5 1 6
BAIK
Total 101 9 110
Sumber; data primer 2021

Berdasarkan tabel di atas Hasil Analisis Bivariat Pada Mahasaiswa


jurusan kesehatan masyarakat UIN Alauddin Makassar angkatan
2018-2021menunjukkan bahwa tidak ada Hubungan antara
Kategori media informasi dengan kategori perilaku gizi seimbang
seimbang dengan hasil uji statistic chi squre diperoleh p-Vlue 0.737
> 0.05.
B. PEMBAHASAN
Media informasi secara umum adalah alat untuk mengumpulkan dan
menyusun kembali sebuah informasi sehingga menjadi bahan yang bermanfaat
bagi penerima informasi. Sedangkan pengertian dari informasi adalah kumpulan
data yang di olah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang
menerima. Media infromasi atau biasanya disebut dengan media sosial adalah
sebuah media online, dengan para penggunaannya bisa dengan mudah
berpartisipasi, berbagi dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki,
forum dan dunia virtual.Perkembangan teknologi infromasi membawa sebuah
perubahan dalam masyarakat. Lahirnya media sosial menjadikan pergeseran baik
budaya, etika dan norma yang ada. Media informasi adalah suatu alat atau sarana
yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepad khalayak.
(Perdana et al., 2017)

Pengaruh media informasi atau media sosial terhadap gizi seimbang pada
remaja memang sangat berpengaruh. Salah satu yang membut meningkatnya
permasalahan gizi pada remaja adalah disebabkan oleh kurangnya pemahaman
gizi dan kebiasaan makan yang tidak sesuai dengan gizi seimbang. Pola makan
yang tidak sehat dan tinggi kalori pad usia remaja dapat mengakibatkan masalah
gizi yang serius. Banyak alat dan cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan
pengetahuan, kewaspadaan, dan perilaku makan pada seseorang. Pemberian
edukasi gizi atau infromasi gizi membutuhkan media untuk mempermudah
responden dalam memahami materi. Web merupakan salah satu media edukasi
berbasis teknologi edutiment yang sudah banyak diterapkan di Luar negeri dan
berpotensi diterapkan di Indonesia. Makanan yang mengandung gizi seimbang
berarti makanan yang dikonsumsi mengandung zat gizi yang lengkap untuk
menjamin metbolisme tubuh berjalan dengan baik. Faktor gizi memegang peran
penting dalam pertumbuhan, kecerdasan, penceghan terhadap infeksi, produktivits
kerja, dan pencegahan terhadap penyakit kronis. Dalam mengkonsmsi makanan
dengan gizi seimbang harus menerapkan prinsip tidak dari suatu makanan yang
mengandung seluruh zat gizi yang diperlukan tubuh, kecuali ASI untuk bayi
hingga umur 6 bulan. Pola makan dengan gizi seimbang bukan hanya
memperhatikan sumber zat gizi makro (karbohidrat, lemak, dan protein) tapi juga
zat gizi mikro, seperti vitamin dn mineral. (Doni, 2017)

Konsep konsumi makan Muslim adalah kegiatan seseorang atau perilaku


seseorang terhadap makanan dan kepuasan dalam memenuhi kebutuhannya. Islam
menganjurkan umat muslim untuk berkonsumsi secara wajar dan tidak berlebihan.
Hal ini sebagaiman firman Allah SWT Artinya: “Hai anak Adam, pakailah
pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah dan
janganlah berlebih-lebihan” (Surat Al- A’raf ayat 31).

Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan serta
peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan berbagai jenis dan jumlah
makanan yang dikonsumsi. Pendidikan atau penyuluhan gizi adalah pendekatan
eduktif untuk menghasilkan perilaku individu atau masyarakat yang diperlukan
dalam meningkatkan perbaikan pangan dan status gizi. Konsumsi gizi seimbang
merupkan konsumsi makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jumlah
dan jenis yang sesuia dengan kebutuhan tubuh dengan prinsip keanekaragaman
makanan. Ketika makanan yang dikonsumsi tidak mengandung gizi seimbang
maka akan mempengaruhi status gizi seseorang. Kekurangan gizi akan
menyebabkan seseorang mengalami gagal tumbuh, terganggunya perkembangan,
menurunkan produktivitas kerja, serta dapat berakibat pada morbilitas karena
penururnan imunitas tubuh dan mortalitas (Fauzi, 2012)

Gizi seimbang adalah makanan yang dikonsumsi oleh seseorang seharihari


yang beraneka rgam dan memenuhi 5 kelompok zat gizi dalam jumlah yang
cukup, tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Berdasarkan Riskesdas (2018)
menunjukan prevalensi gizi kurang secara nasional prevalensi gizi kurang 11,4% .
Untuk pengenalan gaya hidup sehat melalui pola makan gizi seimbang harus
dimulai sejak dini untuk mencegah masalah gizi ganda dan penyakit degeneratif di
kemudian hari. Oleh sebab itu, Kementrian Kesehatan RI telah mengeluarkan 10
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yaitu, Biasakan mengkonsumsi aneka
ragam makanan pokok, batasi konsumsi pangan manis, asin, dan berlemak,
lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan ideal, biasakan
mengkonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi, cuci tangan pakai
sabun dengan air yang mengalir, biasakan sarapan pagi, Biasakan minum air putih
yang cukup dan aman, Banyak makan buah dan sayur, biasakan membaca label
pada kemasan pangan, syukuri dan nikmati aneka ragam makanan. (Irnani &
Sinaga, 2017)

Gizi merupakan komponen utama dalam penyiapan sumber daya manusia


yang berkualitas di Indonesia. Status gizi yang baik dapat dipenuhi apabila pangan
yang dikonsumsi harus dalam jumlah yang cukup, bermutu, dan beragam jenisnya
agar dapat memenuhi kebutuhan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia
(Kemenkes RI, 2018).

Firman Allah Ta’ala :

۟ ‫ت ما َرزَ ْق ٰنَ ُك ْم َوٱ ْش ُكر‬ ۟ ۟ ٓ


َ‫ُوا هَّلِل ِ إِن ُكنتُ ْم إِيَّاهُ تَ ْعبُ ُدون‬ َ ِ َ‫ٰيَأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُوا ُكلُوا ِمن طَيِّ ٰب‬

"Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik


yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar
kepada-Nya kamu menyembah." (QS Al Baqarah : 172)

Gizi merupakan zat-zat makanan yang terkandung dalam suatu bahan


pangan yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Sedangkan zat gizi merupakan zat
atau unsur kimia yang terkandung dalam makanan yang diperlukan untuk
metabolisme dalam tubuh secara normal. Menurut Hasdianah (2014) gizi
seimbang merupakan susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi
dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan
memperhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik,
kebersihan, dan berat badan (BB) ideal. (Albertina Elpa Liana et.all ., 2017)

Tabel distribusi mahasiswa berdasarkan jenis kelamin diperoleh bahwa


dari 110 responden terdapat 92 mahasiswa (83.6%) berjenis kelamin laki-laki dan
18 mahasiswa (16.4%) berjenis kelamin perempuan. Maka dari itu Persentase
ini menunjukkan bahwa responden Pria lebih banyak daripada
responden Wanita.

Tabel Distribusi Mahasiswa Berdasarkan Kategori Perilaku Gizi


Seimbang Mahasiswa Kesehatan masyarakan UIN Alauddin Makassar angkatan
2018-2021 diperoleh bahwa dari 110 responden terdapat 101 mahasiswa (91.8%)
yang berperilaku kurang dan 9 mahasiswa (8.2%) yang berperilaku cukup.
Pendidikan atau pengetahuan seseorang dapat mempengaruhi cara bersikap dan
wawasan seseorang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Tapi pengetahuan
bukan menjadi tolak ukur utama dalam menentukan tinggi atau rendahnya sikap
seseorang melainkan bagaimana suatu pengetahuan diperoleh melalui apa yang
dilihat atau disaksikan, didengar atau dialami sendiri (Roficha et al., 2018: 44).
Pendidikan gizi seimbang mempengaruhi peningkatan kesadaran mahasiswa
dalam memilih dan menentukan kebutuhan sesuai yang dianjurkan (Nuryani &
Paramata, 2018: 107).

Menurut Cecep (2015) bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini
terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni: indera pengelihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.Pengetahuan gizi yang didasari dengan
pemahaman yang tepat akan menumbuhkan perilaku yang diharapkan, khususnya
tentang pengetahuan gizi. Pengetahuan gizi yang baik akan mempengaruhi
tindakan dari seseorang dalam hal pemenuhan akan kebutuhan gizi melalui
konsumsi makanannya.

Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa dari 110 responden terdapat 40


mahasiswa (36.4%) yang mendapat informasi kurang, 64 mahasiswa (58.2%)
yang mendapat informasi cukup, dan 6 mahasiswa (5.5%) yang mendapat
informasi baik. Dapat dilihat pada hasil penelitian dari 110 orang responden,
masih lebih unggul mahasiswa yang mendapatkan informasi cukup terkait
perilaku gizi seimbang dibandingkan dengan mahasiswa yang mendapatkan
informasi kurang adapun mahasiswa yang mendapatkan informasi baik hanya 6
mahasiswa saja.
Kurangnya pengetahuan responden disebabkan oleh kurangnya
penyuluhan maupun pendidikan tentang gizi seimbang sebelumnya. Padahal
pendidikan tentang gizi sangatlah penting sebagai upaya agar setiap orang
mengetahui fngsi dari zat gizi, kebutuhan gizi, serta dampak yang akan
ditimbulkan dari kekurangan maupun kelebihan gizi setiap orang, baik itu
individu maupun orang terdekat. Tingkat pengetahuan yang kurang selain
berdampak pada status gizi juga dapat berdampak pada berkurangnya kecerdasan
serta produktivitas seseorang (Olivia Fatharanni et al., 2019: 32). Kebiasaan
makan yang kurang maupun berlebih berawal dari kebiasaan atau pola makan
dalam keluarga yang juga kurang dan sudah terbiasa sejak kecil dan terus menerus
hingga kehidupan selanjutnya (Pakhri et al., 2018: 39).

Pengetahuan gizi sangat penting diterapkan bagi mahasiswa, karena


mahasiswa merupakan sekelompok individu yang termasuk dalam usia remaja.
Usia remaja menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) remaja yaitu mereka yang digolongkan dalam usia 10-24 tahun dan
masih berstatus belum menikah. Pada periode remaja inilah kebutuhan dari zat
gizi akan semakin meningkat untuk membantu peningkatan pertumbuhan dan
perkembangan tubuh, serta perubahan pola hidup yang dapat mempengaruhi
kebiasaan makan yang buruk dari seseorang tanpa memperhatikan zat gizi yang
terkandung pada makanan yang akan dikonsumsi, sehingga rentan terhadap
masalah gizi yang ada.

Jika diamati dari beberapa penelitian sebelumnya yang relevan dengan


penelitian penulis ini, ada perbedan yang signifikan menguatkan pentingnya
penelitian yang dilakukan penulis ini. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Buyung (2015) membahas kecanggihan teknologi media informasi yang
dimanfaatkan untuk proses penyebaran infromasi kesehatan bagi secara aktif, dan
bertanggung jawab untuk meningkatkan keseimbangan gizi pada masyarakat.
Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Mochamad, Badra, dan Yuli (2012)
juga berbicara tentang pengruh penyebaran informasi melalui media informasi
seperti Web, Fcebook dll yang begitu cepat saat ini menjadi tantangan bagi
masyarakta generasi sekarang untuk memenuhi gizi seimbang. (Kurus, 2018)

1. Media informasi

Media sosial atau biasa disebut dengan media informasi adalah sebuah
media yang dapat memudahkan dalam mengetahuai informasi secara luas seperti
forum, dunia virtual dan jejaring sosial. (Rafiq, 2015). Sedangkan Informasi
merupakan suatu yang mendasar bagi suatu pengetahuan dan pendidikan dimana
seseorang berpatisipasi dalam urusan sosial dan kemajuan suatu pengetahuan
(Dharlinda Suri, 2019). (Pembangunan & Suri, 2019)

Pada saat ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat


canggih dan lebih berkulitas sehinggah memudahkan seseorang mendapatkan
informasi dalam kehidupan sehar-hari baik dari internet, radio, poster kesehatan,
buku ilmia, penyuluhan tenaga kesehatan dan lain-lain. Penggunaan internet
dalam mencari informasi merupakan hal biasa pada masyarakat dimana, internat
merupakan salah satu media yang paling mudah dicari, paling mudah diakses dan
paling mudah mencari informasi apapun termasuk dalam dunia kesehatan (Sari
Mellina Tobing, 2019). (Pekan et al., 2019)

Untuk mengetahui pengaruh perilaku sebagai media informasi


digunakan kuesioner dengan pilihan sangat sering, sering, kadang-kadang, tidak
pernah. Kuesioner tersebut terdiri dari pernyataan tentang media informasai gizi
seimbang.

Hasil penelitian ini, sejalan dengan penelitian (Shofia lathifa dan Trias
Muhmudiono 2020) yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memiliki pengetahuan baik (100%), sikap positif (88,9%) dan praktik baik
(94,4%). Bardasarkan penelitian ini, dapat diketahui bahwa ada pengaruh media
web atau internet terhadap gizi sembang (p value = 0,000), sehingga hal ini
menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh media informasi
dengan status gizi seimbang. (Access, 2020)
2. Gizi seimbang
Gizi seimbang merupakan sebuah susunan pola makanan sehari-hari yang
mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan Yang
dibutuhkan oleh tubuh, dengan tetap memerhatikan prinsip keanekaragaman atau
variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan dan berat badan ideal. Secara umum
komposisi makanan yang seimbang adalah bila komposisi energi dari karbohidrat
50-65%, protein 10-20%, dan lemak 20-30%.
Konsumsi gula sebaiknya dibatasi sampai 5% dari jumlah kecukupan
energi atau hanya sekitar 3-4 sendok makan setiap hari. Terdapat beberapa
pedoman untuk menjalankan gizi seimbang yakni: membiasakan sarapan pagi,
selalu mencuci tangan sebelum makan, minum air putih yang cukup,
mengkonsumsi buah dan sayur, membiasakan mengkonsumsi makan makanan
pokok yang beraneka ragam, membatasi makanan manis/asin/dan berlemak,
sering melakukan aktivitas fisik, mengkonsumsi makanan yang mengandung
protein seperti lauk pauk, membaca label pada kemasan sebelum mengkonsumsi,
dan yang terakhir yaitu selalu mensyukuri Reski yang di dapatkan.
Hasil penelitian perilaku gizi seimbang pada 110 responden terdapat 101
responden (91,8%) perilaku gizi seimbang kurang dan 9 responden (8,2%)
perilaku gizi seimbang cukup. Dapat disimpulkan dari hasil analisis diatas bahwa,
masih banyak mahasiswa yang kurang menerapkan perilaku gizi seimbang dalam
kehidupan sehari-hari.
Hasil penelitian ini, sejalan dengan penelitian Linda Dwi Jayanti, Yekti
Hartati Effendi, dan Dadang Sukandar (2011) yang berjudul Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat (Phbs) Serta Perilaku Gizi Seimbang Ibu Kaitannya Dengan
Status Gizi Dan Kesehatan Balita Di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur yang
menunjukkan Pengetahuan gizi berkorelasi positif dengan PHBS dalam keluarga
(p0.05). (Cetak & Online, 2019)
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Media informasi merupakan suatu alat yang digunakan untk


menyampaikan suatu pesan atau informasi dari informan ke umum. Dari hasil
penelitia pengaruh media informasi terhadap perilaku gizi seimbang mahasiswa
jurusan kesehatan masyarakan UIN Alauddin Makassar angkatan 2018-2021
menunjukkan hasil uji statistic chi squre diperoleh p-Vlue 0.737 > 0.05. yang
berarti bahwa tidak ada pengaruh antara antara Kategori media informasi dengan
kategori perilaku gizi seimbang. Berdasarkan Distribusi Mahasiswa Berdasarkan
kategori media informasi dari 110 responden terdapat 40 mahasiswa (36.4%) yang
mendapat informasi kurang, 64 mahasiswa (58.2%) yang mendapat informasi
cukup, dan 6 mahasiswa (5.5%) yang mendapat informasi baik. Sedangkan
berdasarkan Distribusi Mahasiswa Berdasarkan kategori perilaku gizi seimbang,
dari 110 responden terdapat 101 mahasiswa (91.8%) yang berperilaku kurang dan
9 mahasiswa (8.2%) yang berperilaku cukup.

B. SARAN

Mahasiswa jurusan kesehatan masyarakat harusnya lebih sering mencari dan


membaca informasi-informasi dalam dunia kesehatan guna untuk meningkatkan
pengetahuan kemudian informasi yang didapatkan bisa diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari supaya selalu hidup sehat dan supaya bisa menjadi
pedoman yang baik bagi lingkungan sekitar.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber: Notoatmodjo (2003), Sukiarko (2007), Indriana (2011), dan Supardi


(2011).

(Andiarna et al., 2020; Aziz, 2019; Bukhari et al., 2020; Dwi Jayanti & Elsa
Novananda, 2019; Fadhilah et al., 2018, 2018; Fauzi, 2012; Fitria, 2013;
Goyena & Fallis, 2019; Nurfadillah & Ardiansah, 2021; Pane et al., 2020;
Pekelitian, 1990; Purba, 2014; Rahmah et al., 2020; Saat & Pandemi, 2021,
2021, 2021; Sari & Mahmudah, 2020; Tarbiyah & Kudus, 2021; et al.,
2020)Andiarna, F., Widayanti, L. P., Hidayati, I., & Agustina, E. (2020).
Analisis Penggunaan Media Sosial Terhadap Kejadian Insomnia Pada
Mahasiswa. PROFESI (Profesional Islam): Media Publikasi Penelitian,
17(2), 37–42.
Aziz, I. (2019). Pengaruh Uang Saku, Gaya Hidup, dan Perilaku Menabung
terhadap Pola Konsumsi Non Makanan Mahasiswa (Studi Pada: Mahasiswa
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Brawijaya). Jurnal Ilmiah
Mahasiswa FEB UB, 8, 1–16.
Bukhari, I., Wahyuddin, M. I., & Nathasia, N. D. (2020). Perancangan Sistem
Informasi Radio Online Universitas Nasional Berbasis Web. Jurnal Media
Informatika Budidarma, 4(3), 715. https://doi.org/10.30865/mib.v4i3.2214
Dwi Jayanti, Y., & Elsa Novananda, N. (2019). Hubungan Pengetahuan Tentang
Gizi Seimbang Dengan Status Gizi Pada Remaja Putri Kelas Xi Akuntansi 2
(Di Smk Pgri 2 Kota Kediri). Jurnal Kebidanan, 6(2), 100–108.
https://doi.org/10.35890/jkdh.v6i2.38
Fadhilah, F. H., Widjanarko, B., Shaluhiyah, Z., Pendidikan, B., & Perilaku, I.
(2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Makan Pada
Anak Gizi Lebih Di Sekolah Menengah Pertama Wilayah Kerja Puskesmas
Poncol Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 6(1),
734–744.
Fauzi, C. A. (2012). Analysis of The Knowledge and Behaviour of Adolescents
Based on The General Guidelines of Balanced Nutrition (PUGS) Point 6 ,
10 , 11 , and 12. Kesehatan Reproduksi, 3(4), 91–105.
Fitria. (2013). Faktor-faktor Pola makan. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.
Goyena, R., & Fallis, A. . (2019). Tinjauan Pustaka: Pengetahuan Gizi Seimbang.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Nurfadillah, M., & Ardiansah, A. (2021). Perilaku Pencarian Informasi
Mahasiswa Dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Sebelum Dan Saat
Pandemi Covid-19. Fihris: Jurnal Ilmu Perpustakaan Dan Informasi, 16(1),
21. https://doi.org/10.14421/fhrs.2021.162.21-39
Pane, D. N., Fikri, M. E., & Siregar, N. (2020). Upaya Peningkatan Repurchase
Intention Melalui Sosial Media Dan Word of Mouth Terhadap Hotel Parbaba
Beach Di Daerah Pariwisata Kabupaten Samosir. Jurnal Manajemen Tools,
12(1), 12–20. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Pekelitian, L. (1990). Populasi Dan Sampel Penelitian. April 1952, 100–108.
Purba, M. M. (2014). Analisa Sistem Informasi Logbook Maintenance Pada Pusat
Jaringan Komunikasi Di Bmkg. Jurnal Sistem Informasi) Universitas
Suryadarma, 7(1), 65–84. https://doi.org/10.35968/jsi.v7i1.383
Rahmah, S. F., Mahda, D. R., Purwati, T., Suryo, B., & Nasution, A. M. (2020).
Edukasi Protokol Kesehatan dalam Menjalankan New Normal di Masa
Pandemik Melalui Media Poster Corona virus adalah keluarga besar virus
yang menyebabkan penyakit mulai ( MERS ) dan Severe Acute Respiratory
Distancing , Stay at Home , memakai Covid-19 Mengg. Seminar Nasional
Pengabdian Masyarakat LPPM UMJ, 1–5.
http://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaskat
Saat, S., & Pandemi, M. (2021). Gambaran Penerapan Prinsip Gizi Seimbang
Pada Pemuda Di Desa Pinasungkulan Kecamatan Modoinding Kabupaten
Minahasa Selatan Saat Masa Pandemi Covid-19. Kesmas, 10(1), 194–202.
Sari, D. N., & Basit, A. (2020). Media Sosial Instagram Sebagai Media Informasi
Edukasi. Persepsi: Communication Journal, 3(1), 23–36.
https://doi.org/10.30596/persepsi.v3i1.4428
Sari, S. P., & Mahmudah, U. (2020). Penggunaan Media Cakram Gizi terhadap
Perilaku Konsumsi Sayur dan Buah Remaja. Jurnal Nutrisia, 22(1), 1–7.
https://doi.org/10.29238/jnutri.v22i1.202
Tarbiyah, F., & Kudus, I. (2021). NCOINS : National Conference Of Islamic
Natural Science ( 2021 ). 23–34.
Andiarna, F., Widayanti, L. P., Hidayati, I., & Agustina, E. (2020). Analisis
Penggunaan Media Sosial Terhadap Kejadian Insomnia Pada Mahasiswa.
PROFESI (Profesional Islam): Media Publikasi Penelitian, 17(2), 37–42.
Aziz, I. (2019). Pengaruh Uang Saku, Gaya Hidup, dan Perilaku Menabung
terhadap Pola Konsumsi Non Makanan Mahasiswa (Studi Pada: Mahasiswa
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Brawijaya). Jurnal Ilmiah
Mahasiswa FEB UB, 8, 1–16.
Bukhari, I., Wahyuddin, M. I., & Nathasia, N. D. (2020). Perancangan Sistem
Informasi Radio Online Universitas Nasional Berbasis Web. Jurnal Media
Informatika Budidarma, 4(3), 715. https://doi.org/10.30865/mib.v4i3.2214
Dwi Jayanti, Y., & Elsa Novananda, N. (2019). Hubungan Pengetahuan Tentang
Gizi Seimbang Dengan Status Gizi Pada Remaja Putri Kelas Xi Akuntansi 2
(Di Smk Pgri 2 Kota Kediri). Jurnal Kebidanan, 6(2), 100–108.
https://doi.org/10.35890/jkdh.v6i2.38
Fadhilah, F. H., Widjanarko, B., Shaluhiyah, Z., Pendidikan, B., & Perilaku, I.
(2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Makan Pada
Anak Gizi Lebih Di Sekolah Menengah Pertama Wilayah Kerja Puskesmas
Poncol Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 6(1),
734–744.
Fauzi, C. A. (2012). Analysis of The Knowledge and Behaviour of Adolescents
Based on The General Guidelines of Balanced Nutrition (PUGS) Point 6 ,
10 , 11 , and 12. Kesehatan Reproduksi, 3(4), 91–105.
Fitria. (2013). Faktor-faktor Pola makan. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.
Goyena, R., & Fallis, A. . (2019). Tinjauan Pustaka: Pengetahuan Gizi Seimbang.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Nurfadillah, M., & Ardiansah, A. (2021). Perilaku Pencarian Informasi
Mahasiswa Dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Sebelum Dan Saat
Pandemi Covid-19. Fihris: Jurnal Ilmu Perpustakaan Dan Informasi, 16(1),
21. https://doi.org/10.14421/fhrs.2021.162.21-39
Pane, D. N., Fikri, M. E., & Siregar, N. (2020). Upaya Peningkatan Repurchase
Intention Melalui Sosial Media Dan Word of Mouth Terhadap Hotel Parbaba
Beach Di Daerah Pariwisata Kabupaten Samosir. Jurnal Manajemen Tools,
12(1), 12–20. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Pekelitian, L. (1990). Populasi Dan Sampel Penelitian. April 1952, 100–108.
Purba, M. M. (2014). Analisa Sistem Informasi Logbook Maintenance Pada Pusat
Jaringan Komunikasi Di Bmkg. Jurnal Sistem Informasi) Universitas
Suryadarma, 7(1), 65–84. https://doi.org/10.35968/jsi.v7i1.383
Rahmah, S. F., Mahda, D. R., Purwati, T., Suryo, B., & Nasution, A. M. (2020).
Edukasi Protokol Kesehatan dalam Menjalankan New Normal di Masa
Pandemik Melalui Media Poster Corona virus adalah keluarga besar virus
yang menyebabkan penyakit mulai ( MERS ) dan Severe Acute Respiratory
Distancing , Stay at Home , memakai Covid-19 Mengg. Seminar Nasional
Pengabdian Masyarakat LPPM UMJ, 1–5.
http://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaskat
Saat, S., & Pandemi, M. (2021). Gambaran Penerapan Prinsip Gizi Seimbang
Pada Pemuda Di Desa Pinasungkulan Kecamatan Modoinding Kabupaten
Minahasa Selatan Saat Masa Pandemi Covid-19. Kesmas, 10(1), 194–202.
Sari, D. N., & Basit, A. (2020). Media Sosial Instagram Sebagai Media Informasi
Edukasi. Persepsi: Communication Journal, 3(1), 23–36.
https://doi.org/10.30596/persepsi.v3i1.4428
Sari, S. P., & Mahmudah, U. (2020). Penggunaan Media Cakram Gizi terhadap
Perilaku Konsumsi Sayur dan Buah Remaja. Jurnal Nutrisia, 22(1), 1–7.
https://doi.org/10.29238/jnutri.v22i1.202
Tarbiyah, F., & Kudus, I. (2021). NCOINS : National Conference Of Islamic
Natural Science ( 2021 ). 23–34.
Andiarna, F., Widayanti, L. P., Hidayati, I., & Agustina, E. (2020). Analisis
Penggunaan Media Sosial Terhadap Kejadian Insomnia Pada Mahasiswa.
PROFESI (Profesional Islam): Media Publikasi Penelitian, 17(2), 37–42.
Aziz, I. (2019). Pengaruh Uang Saku, Gaya Hidup, dan Perilaku Menabung
terhadap Pola Konsumsi Non Makanan Mahasiswa (Studi Pada: Mahasiswa
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Brawijaya). Jurnal Ilmiah
Mahasiswa FEB UB, 8, 1–16.
Bukhari, I., Wahyuddin, M. I., & Nathasia, N. D. (2020). Perancangan Sistem
Informasi Radio Online Universitas Nasional Berbasis Web. Jurnal Media
Informatika Budidarma, 4(3), 715. https://doi.org/10.30865/mib.v4i3.2214
Dwi Jayanti, Y., & Elsa Novananda, N. (2019). Hubungan Pengetahuan Tentang
Gizi Seimbang Dengan Status Gizi Pada Remaja Putri Kelas Xi Akuntansi 2
(Di Smk Pgri 2 Kota Kediri). Jurnal Kebidanan, 6(2), 100–108.
https://doi.org/10.35890/jkdh.v6i2.38
Fadhilah, F. H., Widjanarko, B., Shaluhiyah, Z., Pendidikan, B., & Perilaku, I.
(2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Makan Pada
Anak Gizi Lebih Di Sekolah Menengah Pertama Wilayah Kerja Puskesmas
Poncol Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 6(1),
734–744.
Fauzi, C. A. (2012). Analysis of The Knowledge and Behaviour of Adolescents
Based on The General Guidelines of Balanced Nutrition (PUGS) Point 6 ,
10 , 11 , and 12. Kesehatan Reproduksi, 3(4), 91–105.
Fitria. (2013). Faktor-faktor Pola makan. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.
Goyena, R., & Fallis, A. . (2019). Tinjauan Pustaka: Pengetahuan Gizi Seimbang.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Nurfadillah, M., & Ardiansah, A. (2021). Perilaku Pencarian Informasi
Mahasiswa Dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Sebelum Dan Saat
Pandemi Covid-19. Fihris: Jurnal Ilmu Perpustakaan Dan Informasi, 16(1),
21. https://doi.org/10.14421/fhrs.2021.162.21-39
Pane, D. N., Fikri, M. E., & Siregar, N. (2020). Upaya Peningkatan Repurchase
Intention Melalui Sosial Media Dan Word of Mouth Terhadap Hotel Parbaba
Beach Di Daerah Pariwisata Kabupaten Samosir. Jurnal Manajemen Tools,
12(1), 12–20. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Pekelitian, L. (1990). Populasi Dan Sampel Penelitian. April 1952, 100–108.
Purba, M. M. (2014). Analisa Sistem Informasi Logbook Maintenance Pada Pusat
Jaringan Komunikasi Di Bmkg. Jurnal Sistem Informasi) Universitas
Suryadarma, 7(1), 65–84. https://doi.org/10.35968/jsi.v7i1.383
Rahmah, S. F., Mahda, D. R., Purwati, T., Suryo, B., & Nasution, A. M. (2020).
Edukasi Protokol Kesehatan dalam Menjalankan New Normal di Masa
Pandemik Melalui Media Poster Corona virus adalah keluarga besar virus
yang menyebabkan penyakit mulai ( MERS ) dan Severe Acute Respiratory
Distancing , Stay at Home , memakai Covid-19 Mengg. Seminar Nasional
Pengabdian Masyarakat LPPM UMJ, 1–5.
http://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaskat
Saat, S., & Pandemi, M. (2021). Gambaran Penerapan Prinsip Gizi Seimbang
Pada Pemuda Di Desa Pinasungkulan Kecamatan Modoinding Kabupaten
Minahasa Selatan Saat Masa Pandemi Covid-19. Kesmas, 10(1), 194–202.
Sari, D. N., & Basit, A. (2020). Media Sosial Instagram Sebagai Media Informasi
Edukasi. Persepsi: Communication Journal, 3(1), 23–36.
https://doi.org/10.30596/persepsi.v3i1.4428
Sari, S. P., & Mahmudah, U. (2020). Penggunaan Media Cakram Gizi terhadap
Perilaku Konsumsi Sayur dan Buah Remaja. Jurnal Nutrisia, 22(1), 1–7.
https://doi.org/10.29238/jnutri.v22i1.202
Tarbiyah, F., & Kudus, I. (2021). NCOINS : National Conference Of Islamic
Natural Science ( 2021 ). 23–34.
(Doni, 2017; Fauzi, 2012; Hager & Wellein, 2021; Ifroh et al., 2019; Lathifa &
Mahmudiono, 2019; Nurfatmi et al., 2021; Rafiq, 2020; Sary, 2021; Suri,
2019)Doni, F. R. (2017). Perilaku Penggunaan Smartphone Pada Kalangan
Remaja. Journal Speed Sentra Penelitian Engineering Dan Edukasi, 9(2),
16–23.
Fauzi, C. A. (2012). Analysis of The Knowledge and Behaviour of Adolescents
Based on The General Guidelines of Balanced Nutrition (PUGS) Point 6 ,
10 , 11 , and 12. Kesehatan Reproduksi, 3(4), 91–105.
Hager, G., & Wellein, G. (2021). Pppp. Introduction to High Performance
Computing for Scientists and Engineers, 194–210.
https://doi.org/10.1201/ebk1439811924-14
Ifroh, R. H., Susanti, R., Permana, L., & Noviasty, R. (2019). Peran Petugas
Promosi Kesehatan Dalam Penggunaan Audiovisual Sebagai Media
Komunikasi Informasi Dan Edukasi. Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(2), 281–289.
Lathifa, S., & Mahmudiono, T. (2019). Pengaruh Media Edukasi Gizi Berbasis
Web Terhadap Perilaku Makan Gizi Seimbang Remaja Sma Surabaya the
Effect of Web-Based …. August 1945, 4–9. https://www.e-
journal.unair.ac.id/MGK/article/view/20950
Nurfatmi, R., Pratiwi, F., Achmad, M., & Hidayanti, N. (2021). Analisis
Pengaruh Media Informasi Terhadap Perilaku Gizi Seimbang Mahasiswa
FKIK UINAM 2021. X(X), 1–13.
Rafiq, A. (2020). Dampak Media Sosial Terhadap Perubahan Sosial Suatu
Masyarakat. Global Komunika, 1(1), 18–29.
Sary, Y. N. E. (2021). Pendidikan Kesehatan Tentang Sarapan Pagi Seimbang
Berpengaruh Terhadap Perubahan Status Gizi Remaja Putri. Syifa’
MEDIKA: Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 12(1), 11.
https://doi.org/10.32502/sm.v12i1.2539
Suri, D. (2019). Pemanfaatan Media Komunikasi dan Informasi dalam
Perwujudan Pembangunan Nasional. Jurnal Komunikasi Pembangunan,
17(2), 177–187. https://doi.org/10.46937/17201926848

LAMPIRAN

KUESIONER ANALISIS PENGARUH MEDIA INFORMASI TERHADAP


PERILAKU GIZI SEIMBANG MAHASISWA KESEHATAN
MASYARAKAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR ANGKATAN 2018-2021

A. Identitas Responden

Nama :

Umur :

Jurusan :

Angkatan :

Jenis kelamin :
No. wa :

B. Kuesioner penalitian
Keterangan :
1. SS : Sangat Sering (6-7 Hari seminggu)
2. S : Sering (3-5 Hari seminggu)
3. KK : kadang-kadang (1-2 Hari seminggu)
4. TP : Tidak Pernah (0)

NO. PERTANYAAN SS S KK TP
TENTANG MEDIA
INFORMASI GIZI
SEIMBANG

1. Seberapa sering anda


memperoleh informasi
tentang Gizi seimbang
melalui internet ?
2. Seberapa sering anda
memperoleh informasi
tentang Gizi seimbang
melalui Radio?
3. Seberapa sering anda
memperoleh informasi
tentang Gizi seimbang
melalui Buku ilmiah?
4. Seberapa sering anda
memperoleh informasi
tentang Gizi seimbang
melalui poster-poster
kesehatan?
5. Seberapa sering anda
memperoleh informasi
melalui penyuluhan terkait
Gizi seimbang dari tenaga
kesehatan?
PERTANYAAN
TENTANG PENERAPAN
GIZI SEIMBANG
1. Seberapa sering anda sarapan
pagi dalam seminggu?
2. Seberapa sering anda
mengonsumsi buah-buahan
dalam seminggu?
3. Seberapa sering anda
mengomsumsi sayur-sayuran
dalam seminggu?
4. Seberapa sering anda
mengonsumsi lauk pauk yang
mengandung protein tinggi
dalam seminggu?
Seberapa sering anda
5. mengonsumsi Makanan
pokok (Nasi, mie, kentang,
roti) yang beraneka ragam
dalam seminggu?
6. Seberapa sering anda minum
susu dalam seminggu?
7. Seberapa sering anda
mengonsumsi minuman yang
berwarna ataupun bersoda
dalam seminggu?
8. Seberapa sering anda
mengomsumsi air putih
(mineral) 6-8 gelas/hari
dalam seminggu?
9. Seberapa sering anda
mengonsumsi makanan yang
manis dalam seminggu?
10. Seberapa sering anda
mengonsumsi gorengan
dalam seminggu?

Anda mungkin juga menyukai