Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Keperawatan
Dosen Pengampu : Bapak H. Khosim, S.Kep., Ners., M.M.
UNIVERSITAS PADJAJARAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
GARUT
2018
NAMA ANGGOTA KELOMPOK
A. DESKRIPSI KASUS
Sebuah rumah sakit swasta bernama “X” berkapasitas 250 tempat
tidur yang terletak di Kota Bandung telah berdiri sejak 15 tahun yang lalu,
dipimpin oleh seorang Direktur Utama, ahli administrasi lulusan
Universitas Technology of Sydney (UTS). Rumah sakit (RS) ini memiliki
12 spesialisasi keilmuan kedokteran, namun belum terakreditasi, dan
mempekerjakan 327 tenaga Perawat, 156 non keperawatan (administrasi
dan lain-lain), 16 dokter umum, 2 dokter bedah, 1 dokter anesthesia, dan
30 dokter spesialis (berbagai spesialisasi) terdaftar di RS ini.
Pada lima tahun terakhir, kondisi ketenagaan (SDM) dan pelayanan
yang diberikan makin memprihatinkan, turn over tenaga Perawat
mencapai 19%, dokter-dokter spesialis banyak yang pindah ke RS lain.
Sedangkan yang masih terdaftar pun hanya bertahan dengan
memperlihatkan kinerja yang buruk, sering datang terlambat atau sangat
terlambat dalam menangani pasien-pasiennya, serta yang paling
mencemaskan adalah mereka tidak memiliki waktu yang cukup untuk
mendengarkan keluhan pasien dengan baik. Akibatnya tingkat hunian
(BOR) pada tiga tahun terakhir ini menurun drastis hingga 47%.
Di Ruang Perawatan Penyakit Dalam dewasa, dengan kapasitas 50
tempat tidur. BOR (tingkat Hunian) dalam 3 bulan terakhir 80%; sebaran
tingkat ketergantungan sebagai berikut : Tingkat ketergantungan minimal
30%, ketergantungan sebagian 50% dan ketergantungan total 20% dari
BOR.
Dalam tahun 2013 jumlah hari libur nasional adalah 14 hari,
perawat mendapatkan hak cuti selama 12 hari kerja pertahun, dan
kemungkinan sakit diperhitungkan sekitar 7 hari dalam satu tahun, dan
cuti karena hal lain sekitar 3 hari dan jam produktif perhari adalah 7 jam
selama 6 hari.
Untuk memperbaiki pelayanan kepada pasien, saat ini
direncanakan ruangan tersebut akan di bentuk dalam bentuk model
pelayanan keperawatan profesional rencana yang akan dipilih antara lain
metode tim, fungsional atau MPKP (disesuaikan kebutuhan ruangan).
Data ketenagaan yang ada adalah kualifikasi pendidikan 3 orang
perawat ners, 13 orang ahli madya keperawatan.
B. ANALISA KASUS
1. BERDASARKAN DESKRIPSI SITUASI DIATAS :
- TENTUKAN VOLUME KERJA
Diketahui:
Jumlah TT (tempat tidur) = 50 buah
BOR (tingkat hunian) = 80%
Tingkat ketergantungan minimal = 30%
Tingkat ketergantungan sebagian = 50%
Tingkat ketergantungan total = 20%
Jumlah pasien = TT x BOR
= 50 buah x 80%
= 40 pasien
Tingkat ketergantungan minimal = 40 x 30%
= 12 pasien
Tingkat ketergantungan sebagian = 40 x 50%
= 20 pasien
Tingkat ketergantungan total = 40 x 20%
= 8 pasien
Ditanyakan:
Volume kerja (work volume)?
Jawaban:
(𝟏𝟐 𝐱 𝟏)+(𝟐𝟎 𝐱 𝟑)+(𝟖 𝐱 𝟔) 120
- Direct Care = =
𝟒𝟎 40
= 3 jam
40 x 1 jam
- Indirect Care = 40
= 1 jam
40 x 0,25
- Penkes = 40
= 0,25 jam
Jumlah jam asuhan = 3 + 1 + 0,25
= 4,25 jam
Volume kerja = Jam asuhan x rata-rata pasien x 365
= 4,25 x 40 x 365
= 62.050 jam
Ditanyakan:
Kapasitas kerja (work capacity)?
Jawaban:
Kapasitas kerja = (365 - libur) x jam kerja
= (365 - 88 hari) x 7 jam/hari
= 277 x 7
= 1. 939 jam/tahun
Jawaban:
𝐉𝐚𝐦 𝐚𝐬𝐮𝐡𝐚𝐧 (𝐁𝐎𝐑+𝐓𝐓) 𝒙 𝟑𝟔𝟓
Kebutuhan perawat = (𝟑𝟔𝟓 − 𝐡𝐚𝐫𝐢 𝐥𝐢𝐛𝐮𝐫)𝒙 𝐣𝐚𝐦 𝐤𝐞𝐫𝐣𝐚/𝐡𝐚𝐫𝐢
4,25 (80%+50) 𝑥 365
= (365−88)𝑥 7
4,25 x 40 𝑥 365
= (365−88)𝑥 7
62050
= 1939
= 32 orang
b. WEAKNESS
- Sumber daya tenaga keperawatan yang kurang.
- 19% dokter pindah Rumah Sakit.
- Kinerja pegawai yang bertahan belum memenuhi standar pelayanan.
- Penurunan tingkat hunian (BOR) RS pada 3 tahun terakhir.
- Distribusi tenaga tidak merata dan pola penempatan tenaga belum
sesuai.
- Kurangnya kedisiplinan pada ketenaga kerjaan yaitu keterlambatan
penanganan pasien.
- Perawat tidak memiliki waktu mendengarkan keluhan pasien.
- Beban kerja perawat bertambah karna jumlah perawat yang kurang.
c. OPPORTUNITIES
- Masyarakat bersedia diberi pelayanan kesehatan.
- Berada didekat pusat keramaian sehingga bisa menjadi pusat
pelayanan gawat darurat.
- Dana operasional dapat menambah kesejahteraan personil.
- RS ini berpeluang menjadi RS rujukan.
- Kebijakan pemerintah tentang adanya RS.
- Memiliki beberapa dokter spesialis yang dapat meningkatkan jumlah
pasien tertentu.
- Karena perawat kurang, perawat menjadi lebih produktif dalam
memberikan pelayanan.
- Solidaritas meningkat antar pegawai karena saling membutuhkan.
- Kebijakan pemerintah tentang adanya RS.
d. THREATS
- Banyak berdiri balai pengobatan swasta yang memberikan pelayanan
yang sama.
- Adanya persepsi masyarakat bahwa biaya pelayanan kesehatan yang
mahal di RS Swasta.
- Budaya masyarakat untuk berobat ke faskes dari pada ke RS.
- Ancaman klinik dan RS pendatang baru.
- Nilai pajak yang besar atau yang di tetapkan pemerintah.
- Penurunan kualitas pelayanan karena kekurangan SDM.
- Penurunan kualitas RS menimbulkan masyarakat enggan berobat ke
RS.
- Penurunan tingkat hunian sudah terjadi 47%.