YOGYAKARTA
2022
1. Indikasi
Lidah buaya adalah tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai antiinflamasi, anti jamur,
antibakteri, regenerasi sel, menurunkan kadar gula darah, mengontrol tekanan darah,
menstimulasi kekebalan tubuh terhadap kanker, sebagai shampo (membersihkan kulit
kepala, menghitamkan rambut, dan menghindari kerontokan rambut), melembabkan kulit,
melegakan tenggorokan, mengurangi batuk, melonggarkan tenggorokan,
meluruhkan/mengeluarkan cacing, dan sebagai bahan kosmetik (Marhaeni, 2020).
Berdasarkan penelitian Attah et al (2016) gel lidah buaya berguna untuk menyembuhkan
luka dan mengurangi efek peradangan (inflamasi), selain itu penelitian yang dilakukan
Akhtar (2011) dalam jurnal Kurnia (2019) menyebutkan bahwa lidah buya dapat dibuat
sediaan topikal krim M/A dimana lidah buaya memiliki efek melembabkan kulit dan
mengurangi angka TEWL (Transepidermal Water Loss).
Dapat disimpulkan bahwa indikasi dari lidah buaya yaitu sebagai antiinflamasi, anti jamur,
antibakteri, regenerasi sel, menurunkan kadar gula darah, mengontrol tekanan darah,
menstimulasi kekebalan tubuh terhadap kanker, melegakan tenggorokan, mengurangi batuk,
melonggarkan tenggorokan, meluruhkan/mengeluarkan cacing, menyembuhkan luka,
sebagai shampo (membersihkan kulit kepala, menghitamkan rambut, dan menghindari
kerontokan rambut) dan sebagai bahan kosmetik (melembabkan kulit dan mengurangi angka
TEWL (Transepidermal Water Loss).
2. Kontraindikasi
Untuk kontraindikasi dari lidah buaya yaitu:
a. Bagi ibu hamil dan menyusui sebaiknya menghindari mengkonsumsi lidah buaya dalam
bentuk apapun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan keguguran
kandungan dan dapat menyebabkan kecacatan pada bayi.
b. Lidah buaya tidak dianjurkan untuk anak dibawah usia 12 tahun.
c. Lidah buaya dapat berinteraksi dengan obat-obatan dan suplemen seperti obat diabetes,
obat jantung, pencahar, steroid, dan akar licorice. Mengonsumsi lidah buaya juga dapat
menghalangi penyerapan obat-obatan yang diminum pada waktu yang bersamaan.
Untuk itu, lidah buaya tidak boleh dikonsumsi jika memiliki masalah usus, penyakit
jantung, wasir, masalah ginjal, diabetes, atau ketidakseimbangan elektrolit.
d. Bagi yang memiliki alergi/hipersensitivitas, penggunaan lidah buaya juga tidak
dianjurkan.
Oleh karena itu, lidah buaya harus dikonsumsi dalam moderasi yang cukup dan lebih baik
jika Anda berkonsultasi pada dokter terlebih dahulu untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan (Marhaeni, 2020).
3. Efek Samping
Manfaat lidah buaya untuk kesehatan memang tidak diragukan lagi. Namun, lidah buaya
bukan berarti tidak memiliki efek samping karena adanya sebuah zat semacam lateks yang
berwarna kuning atau yang biasa disebut Aloin yang terkandung dalam lapisan terluar dari
lidah buaya. Jika mengkonsumsi terlalu banyak Aloin, dapat menyebabkan keracunan pada
tubuh. Berikut efek samping dari lidah buaya adalah (Kurnia, 2019):
a. Reaksi alergi
b. Kejang
c. Diare berdarah
d. Urine berwarna merah
e. Hipokalemia
f. Kontraksi rahim yang dapat menyebabkan keguguran dan persalinan prematur
g. Dermatitis kontak
h. Kerusakan permanen pada mukosa usus
i. Kalium rendah
j. Kelemahan otot
k. Penurunan berat badan
l. Gangguan jantung.
m. Gagal ginjal akut
n. Kanker
5. Klasifikasi
Lidah buaya termasuk keluarga Liliaceae terbagi dalam 240 marga dan 12 anak suku.
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio: Angiospermae
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Liliflorae
Familia : Liliaceae
Genus : Aloe
Spesies : Aloe vera Linn
Tiga jenis lidah buaya yang dibudidayakan secara komersial di dunia, yakni Curacao aloe
atau A. Barbadensis Miller, Cape aloe atau A. Ferox Miller, dan Socotrine aloe yang salah
satunya adalah A. chinensis Baker.
Untuk A. Barbadensis Miller dikenal dengan nama West Indian aloe, pada awalnya lidah
buaya ini dikembangkan di Kepualauan Karibia dan Barbados pada abad ke-16, serta di
Aruba pada tahun 1836. Selanjutnya tanaman ini berkembang sampai ke Amerika Serikat,
Meksiko, Venezuela, Republik Dominika, dan Australia. A. Barbadensis menurut para ahli,
merupakan jenis A. vera yang paling berkhasiat obat. Bunga A. Barbadensis berwarna
kuning, menyerbuk akan tetapi tidak membentuk biji atau tidak mengalami germinasi.
Kegagalan ini diduga disebabkan oleh serbuk sari steril dan ketidaksesuaian diri (self
incompatibility), oleh karena itu jenis tanaman ini berkembang biak secara vegetatif melalui
anakan (Marhaeni, 2020).
DAFTAR PUSTAKA
Marhaeni, Luluk Sutji. (2020). Potensi Lidah Buaya (Aloe Vera Linn) Sebagai Obat dan Sumber
Pangan. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian (AGRISIA). Vol.13,No.1.
Kurnia, Dian. (2019). Review: Aktivitas Farmakologi dan Perkembangan Produk Dari Lidah
Buaya (Aloe Vera L.). Jurnal Pharmascience. Vol.06,No.01, hal:38-49.
Ariyanti, N. K., Darmayasa, I. B. D., Sudirga, S. K (2012). Daya Hambat Ekstrak Kulit Daun
Lidah Buaya (Aloe barbadensis Miller) terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus
aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 25922. Jurnal Biologi. 16(1): 1-4.
Attah, M. O., Jacks, T. W., Jacob, A., Eduitem, O., John, B. (2016). The Effect of Aloe vera
(Linn) on Cutaneous Wound Healing and Wound Contraction Rare in Adult Rabbits. Nova
Journal of Medical and Biological Sciences. 5(3): 1-8.
Biworo, A., Budianto, W. Y., Agustina, R., Suhartono, E. (2013). Potensi ADP dan Katalase
dalam Ekstrak Air Lidah BUaya (Aloe vera) sebagai Antiinflamasi pada Model Tikus Luka
Terkontaminasi. Mutiara Medika. 13 (1): 37-42.
Chabib, L., Indrati, O., Rizki, M. I. (2015). Formulasi Tablet Effervescent Ekstrak Lidah Buaya
(Aloe vera). Jurnal Pharmascience. 2(1): 71-80.
Galeri, I. T., Astuti, S. D., Barlian, A. A. (2015). Pengaruh Jenis Basis CMC Na terhadap
Kualitas Fisik Gel Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera L.). ejournal Politeknik Tegal. 4(1): 1-
5.
Kassama, L. S., Misir, J. (2017). Physicochemical Properties and Control Release of Aloe vera
(Aloe barbadensis Miller) Bioactive Loaded Poly (Lactic Co-Gylycolide Acid) Synthesized
Nanoparticles. Advance in Chemical Engineering and Science. 7: 333-348.
Putri, G. A., Supriatno., Medawati, A. (2012). Daya Hambat Ekstrak Etanol Aloe vera L.
terhadap Proliferasi Sel Kanker Rongga Mulut (Sp-C1) secara In Vitro. Mutiara Medika.
12(1): 19-23.
Rathod, S., Mehta, P., Sarda, P., Raj, A. (2015). Clinical Efficacy of Aloe vera Chip as an
Adjunct to Nonsugical Therapy in The Treatment of Chronic Periodontitis. International
Journal of Research in Ayurveda & Pharmacy. 6(4): 516- 519.
Sharma, M., Dorwal, R., Bhat, K. G., Kashyap, N., Chandrashekhar., Bagri, S. (2015).
Comperative Evaluation of the Antibacterial Efficacy of the Aloe Vera dan Tulsi: An in
Vitro Study. Journal of Research and Advancement in Dentistry. 4(1): 170-175.
Sianipar, Y., Isnawati, M. (2012). Pengaruh Pemberian Jus Lidah Buaya (Aloe vera) terhadap
Kadar Kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) dan High Density Lipoprotein (HDL).
Journal of Nutrition College. 1(1): 241-248.
Singh, B., Sharma, V., Dhiman, A., Devi, M. (2012). Design of Aloe veraAlginat
Gastroretentive Drug Delivery System to Improve the Pharmacotherapy. Polymer-Plastics
Technology and Engineering. 51: 1303-1314.