MARASMIK-KWASHIORKOR
Oleh: Abdul Kadir Ahmad
I. Pendahuluan
Defisiensi gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan
masukan makanan dalam waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan
kekurangan gizi amat bervariasi dan masih merupakan masalah yang pelik.
Walaupun demikian, secara klinis digunakan istilah malnutrisi energi dan
protein (MEP) sebagai nama umum. Penentuan jenis MEP yang tepat harus
dilakukan dengan pengukuran antropometri yang lengkap (tinggi badan, berat
badan, lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit), dibantu dengan pemeriksaan
laboratorium (Ngastiyah, 1997).
II. Klasifikasi
Status sosial ekonomi rendah ----- + ----- Kurang pengetahuan ----- + ----- Sistem dukungan sosial tidak memadai
Pencernaan Pernapasan:
- mual/muntah - bronkhitis
- DEFISIT NUTRISI
- gastroenteritis - brokhopneumonia Ggn pola napas/bersihan jalan napas
SEMAKIN BERAT
- malabsorbsi - tuberkulosis)
- DEFISIT CAIRAN DAN
ELEKTROLIT.
Tindakan invasif:
- sonde/infus RISIKO INFEKSI
SEKUNDER
IV. Gambaran Klinik dan Diagnosis
Gambaran klinik antara Marasmus dan Kwashiorkor sebenarnya berbeda
walaupun dapat terjadi bersama-sama (Ngastiyah, 1997)
2. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama
jenis normositik normokrom karen
a adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sum-
sum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan,
kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar
albumin serum yang menurun. Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan
untuk menemukan adanya kelainan pada paru.
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin dapat ditemukan pada anak
dengan Marasmik-Kwashiorkor adalah:
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak
adekuat, anoreksia dan diare.
2) Kekurangan volume cairan b/d penurunan asupan peroral dan peningkatan
kehilangan akibat diare.
3) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein
yang tidak adekuat.
4) Risiko aspirasi b/d pemberian makanan/minuman personde dan
peningkatan sekresi trakheobronkhial.
5) Bersihan jalan napas tak efektif b/d peningkatan sekresi trakheobronkhial
sekunder terhadap infeksi saluran pernapasan
4. Rencana Keperawatan
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat, anoreksia dan diare (Carpenito, 2000, hal. 645-655).
Klien akan menunjukkan pening- 1. Jelaskan kepada keluarga tentang 1. Meningkatkan pemahaman keluarga tentang penyebab dan
katan status gizi. penyebab malnutrisi, kebutuhan kebutuhan nutrisi untuk pemulihan klien sehingga dapat
nutrisi pemulihan, susunan menu meneruskan upaya terapi dietetik yang telah diberikan selama
Kriteria: dan pengolahan makanan sehat hospitalisasi.
1. Keluarga klien dapat menjelaskan seimbang, tunjukkan contoh jenis
penyebab gangguan nutrisi yang sumber makanan ekonomis sesuai
dialami klien, kebutuhan nutrisi status sosial ekonomi klien.
pemulihan, susunan menu dan
pengolahan makanan sehat 2. Tunjukkan cara pemberian 2. Meningkatkan partisipasi keluarga dalam pemenuhan
seimbang. makanan per sonde, beri kebutuhan nutrisi klien, mempertegas peran keluarga dalam
2. Dengan bantuan perawat, kesempatan keluarga untuk upaya pemulihan status nutrisi klien.
keluarga klien dapat melakukannya sendiri.
mendemonstrasikan pemberian
diet (per sonde/per oral) sesuai 3. Laksanakan pemberian roborans 3. Roborans meningkatkan nafsu makan, proses absorbsi dan
program dietetik. sesuai program terapi. memenuhi defisit yang menyertai keadaan malnutrisi.
Klien akan menunjukkan keadaan 1. Lakukan/observasi pemberian 1. Upaya rehidrasi perlu dilakukan untuk mengatasi masalah
hidrasi yang adekuat. cairan per infus/sonde/oral sesuai kekurangan volume cairan.
program rehidrasi.
Kriteria:
1. Asupan cairan adekuat sesuai 2. Jelaskan kepada keluarga tentang 2. Meningkatkan pemahaman keluarga tentang upaya rehidrasi
kebutuhan ditambah defisit yang upaya rehidrasi dan partisipasi dan peran keluarga dalam pelaksanaan terpi rehidrasi.
terjadi. yang diharapkan dari keluarga
2. Tidak ada tanda/gejala dehidrasi dalam pemeliharan patensi
(tanda-tanda vital dalam batas pemberian infus/selang sonde.
normal, frekuensi defekasi 1
x/24 jam dengan konsistensi 3. Kaji perkembangan keadaan 3. Menilai perkembangan masalah klien.
padat/semi padat). dehidarasi klien.
Klien akan mencapai pertumbuhan 1. Ajarkan kepada orang tua tentang 1. Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang keterlambatan
dan perkembangan sesuai standar standar pertumbuhan fisik dan pertumbuhan dan perkembangan anak.
usia. tugas-tugas perkembangan sesuai
usia anak.
Kriteria:
1. Pertumbuhan fisik (ukuran 2. Lakukan pemberian makanan/ 2. Diet khusus untuk pemulihan malnutrisi diprogramkan secara
antropometrik) sesuai standar minuman sesuai program terapi bertahap sesuai dengan kebutuhan anak dan kemampuan
usia. diet pemulihan. toleransi sistem pencernaan.
2. Perkembangan motorik, bahasa/
kognitif dan personal/sosial 3. Lakukan pengukuran antropo- 3. Menilai perkembangan masalah klien.
sesuai standar usia. metrik secara berkala.
Klien tidak mengalami aspirasi. 1. Periksa dan pastikan letak selang 1. Merupakan tindakan preventif, meminimalkan risiko aspirasi.
sonde pada tempat yang
Kriteria: semestinya secara berkala.
1. Pemberian makan/minuman per
sonde dapat dilakukan tanpa 2. Periksa residu lambung setiap 2. Penting untuk menilai tingkat kemampuan absorbsi saluran
mengalami aspirasi. kali sebelum pemberian makan- cerna dan waktu pemberian makanan/minuman yang tepat.
2. Bunyi napas normal, ronchi an/minuman.
tidak ada.
3. Tinggikan posisi kepala klien 3. Mencegah refluks yang dapat menimbulkan aspirasi.
selama dan sampai 1 jam setelah
pemberian makanan/minuman.
4. Ajarkan/demonstrasikan tatacara 4. Melibatkan keluarga penting bagi tindak lanjut perawatan klien.
pelaksanaan pemberian makanan/
minuman per sonde, beri
kesempatan keluarga melakukan-
nya setelah memastikan
keamanan klien/kemampuan
keluarga.
Klien akan menunjukkan jalan napas 1. Lakukan fisioterapi dada dan 1. Fisioterapi dada meningkatkan pelepasan sekret. Suction
yang efektif. suction secara berkala. diperlukan selama fase hipersekresi trakheobronkhial.