NARKOBA
KEL 11:
Aisyatul Widaad
Eriska Yunita s
Definisi NAPZA
Adiksi adalah suatu keadaan ketika seseorang yang bila mengurangi atau
menghentikan penggunaan NAPZA tertentu secara teratur, sering dan cukup
bnayak, ia akan mengalami sejumlah gejala fisik maupun mental, sesuai
dengan jenis NAPZA yang biasa digunakannya. Sekarang, pengertian adiksi
hanya dimaksudkan ketergantungan fisik saja (Sumiati, dkk.2009).
Ketergantungan terhadap NAPZA dibagi menjadi 2 (dua), menurut (Sumiati, dkk.2009) yaitu:
1. Ketergantungan fisik adalah keadaan bila seseorang mengurangi atau menghentikan
pengginaan NAPZA tertentu yang biasa ia gunakan, ia akan mengalami gejala putus zat (NAPZA).
Selain mengalami gejala putus zat (NAPZA), ketergantungan fisik juga dapat ditandai dengan adanya
toleransi.
Zat yang masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi sinyal penghantar syaraf (sistem
Neurotransmitter dalam sistem syaraf pusat) yang akan mengganggu fungsi-fungsi antara
lai kognitif (pikiran, memori), afektif (alam perasaan), dan psikomotor perilaku (Hawari,
2000).
1. Preventif
Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan cara:
a) Latihan Afirmasi, misalnya mengatakan kepada diri sendiri “Say no to drug”, tidak pernah mendoba
walaupun hanya 1 kali.
b) Menolak Ajakan (negosiasi) teman, sepeti:Menolak ajakan yang tidak bermanfaat (mabuk, nonton
film-film porno, mencuri, melakukan hubungan sek di luar pernikahan, dan mengedarkan NAPZA)
2. Kuratif
c) Detoksikasi, bertujuan untuk mengurangi gejala pengehentian NAPZA, membantu klien terhindar
dari pengobatan sendiri secara illegal.
d) Maintence (pemeliharaam), klien diberi susbsitusi setelah didetoksifikasi untuk jangka panjang,
misalnya dengan naltrekson, bufrenorfin, atau metado
e) Terapi psikososial seperti konsultasi terapeutik, psikoterapi, terapi kelompok, terapi keluarga, dan
terapi lingkungan.
f) Rehabilitasi dan terapi psikososial seperti rehabilitasi keagamaan dan teraapi komunitas
3. Memberikan Kekuatan dan Motivasi
Ada 5 (Lima) langkah kekuatan untuk meningkatkan motivasi kesembuhan
1. Niat
Fokuskan pikiran kepada apa yang diinginkan dan bairkan pikiran melayang dan menelusuri sesuatu yang diinginkan itu dan
niat untuk mendapatkannya, memperolehnya dan memilikinya.
2. Motivasi keinginan
Bangun motivasi dan keinginan yang kuat untuk meperolehnya, motivasi terus menerus diri dengan melipatgandakan
keinginan semakin kuat, semakin kuat hingga tak terbendung lagi mengalir mengisi seluruh pikiran, hati, untuk mendapatkan
apa yang diinginkan
3. Visualisasi-Membayangkan
Gunakan kekuatan dhikir, visualisasikan, bayangkan sesuatu yang diinginkan itu secara lengkap dan mantapkan, hadirkan
dihadapan saudara, bayangkan telah memperolehnya, menyentuhnya, merabanya, merasakannya dan telah ada dalam
genggaman sehingga bias meraihnya
4. Membangun-Keyakinan
Mempunyai kekuatan bahwa Allah selalu berada di dalam diri, dengan meyakini segala sesuatu kepada Allah, maka segala
doa, apa yang diinginkan dan yang diminta akan segera dijawab dan diwujudkan olehb Allah SWT.
5. Wujudkan jadi kenyataan
Yakinkan apa yang diinginkan akan memberikan hal kenyataan karena kekuatan Allah, Yakin bahwa kesembuhan hanya dari
Allah, yakin akan sehat kembali, akan sejahtera, akan bahagia dunia dan akhirat.
4. Menguatkan Harapan untuk Kesembuhan Pasien
a) Perawat
adalah tenaga profesional di bidang kesehatan, yang mempunyai peran bertanggung jawab untuk merawat,
melindungi, dan memulihkan orang yang luka atau pasien penderita penyakit akut atau kronis, pemeliharaan
kesehatan orang sehat, dan penanganan keadaan darurat yang mengancam nyawa. Selain itu, perawat juga terlibat
dalam riset medis dan merawat serta menjalankan beragam fungsi non-klinis yang diperlukan
Tanggung jawab perawat yang paling utama adalah tanggung jawab di hadapan Tuhannya. Karena sesungguhnya
penglihatan, pendengaran, dan hati akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Tuhan
c). Peran Doa Dalam Penyembuhan
Penelitian Snyderman (1996) menyebutkan bahwa terapi medis saja tanpa disertai dengan doa dan dzikir,
tidaklah lengkap. Sebaliknya doa dan dzikir saja tanpa disertai dengan terapi medis, tidaklah efektif. Sementara
itu Matthew (1996) menyatakan bahwa suatu saat kita para dokter dan perawat selain menuliskan resep obat juga
akan menuliskan doa dan dzikir pada kertas resep sebagai pelengkap.
Manfaat pendekatan keagamaan dibidang kesehatan jiwa oleh Dr. D.B. Larson (1992) dalam berbagai penelitian
yang berjudul religius commitment and health, menyimpulkan bahwa dalam memandu kesehatan
manusia yang serba kompleks ini dengan segala keterkaitannya, hendaknya komitmen agama
sebagai suatu kekuatan (spiritual power) jangan diabaikan begitu saja. Selanjutnya di kemukakan
bahwa agama dapat berperan sebagai pelindung dari pada penyebab masalah (religion may have actually been
protective rather than problem producing).
Berikut adalah beberapa makna doa yang disebutkan dalam Al-Qur’an:
Sebuah riset longitudinal (8-10 tahun) yang dilakukan oleh Robbins dan Metzner
terhadap 2.700 orang membuktikan bahwa angka kematian pada kelompok yang
rajin berdoa atau beribadah lebih rendah dibanding dengan kelompok yang
tidak rajin.
Riset yang dilakukan oleh Zuckerman, Kals, dan Ostfield terhadap warga
lanjut usia pun membuktikan hal yang sama: kelompok lansia yang lebih
rajin berdoa terbukti lebih panjang umur dibandingkan dengan yang
tidak rajin berdoa.
Penelitian yang dilakukan Cancerellaro, Larson, dan Wilson terhadap para pecandu alkohol,
narkotika, dan pasien gangguan jiwa skizofrenia (gila) membuktikan rendah/tidak adanya
komitmen terhadap agama. Riset juga membuktikan bahwa terapi atau pengobatan yang
diberikan kepada mereka berhasil secara optimal bila disertai terapi doa.
TERIMAKASIH