1.1 KASUS
Ny. A usia 27 tahun, P110001 Jam 15.00 datang ke ruang bersalin Rumah
Sakit Sayang Semua. Ny. A mengeluh perutnya mules sejak jam 10.00 serta
mengeluarkan darah yang bercampur lendir. Hasil pemeriksaan didapatkan
TD : 120/80 mmHg. Suhu : 38oC, Nadi : 85x/menit, RR : 20x/menit, VT : 2
cm, Eff 30%, ketuban utuh, H1, DJJ : 120x/menit. Saat jam 24.00, Ny. A
melahirkan bayi perempuan. Hasil pemeriksaan didapatkan BB : 1550 gr,
PB : 41 cm, seluruh tubuh ditutupi dengan rambut halus, kesulitan saat
menyusu, kulit nampak tipis dan berwarna merah, bayi nampak sesak dan
mendapatkan terapi oksigen, bayi nampak tidur terus, ukuran kepala lebih
besar dari badannya, kulit tidak kencang, nampak tidak mempunyai bulu mata
dan saat ini bayi dimasukkan ke dalam inkunator karena hipotermi.
1.2 STEP 1
1. Eff 30%
2. H1
3. Inkubator
4. Hipotermi
5. VT
6. P110001
1.3 STEP 2
1
3. Alat untuk menghangatkan Bayi Baru Lahir agar tidak hipotermi.
4. Suhu tubuh yang kurang dari normal dengan nilai normal 36,5-37 oC.
5. Vagina Toucher adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan
memasukkan jari ke dalam liang senggama
6. Keadaan sudah melahirkan, atermnya 1, premature 1, imatur 0,
abortus 0, hidup 1.
1.4 STEP 3
1.5 STEP 4
1.7 STEP 6
Learning Objektif :
1. Definisi
2. Etiologi
3. WOC
4. Manifestasi Klinik
5. Penatalaksanaan
6. Asuhan Keperawatan\
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Persalinan merupakan suatu diagnosis klinis yang terdiri dari dua unsur,
yaitu kontraksi uterus yang frekuensi dan intensitasnya semakin meningkat, serta
dilatasi dan pembukaan serviks secara bertahap (Norwitz & Schorge, 2008).
Persalinan prematur adalah suatu persalinan dari hasil konsepsi yang dapat
hidup tetapi belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara 1000- 2500 gram atau
tua kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu (Wiknjosastro, 2007).
2.2 Klasifikasi
4
2.3 Etiologi
5
c. Trauma. Terjatuh, setelah berhubungan badan, terpukul
pada perut atau mempunyai luka bekas operasi/
pembedahan seperti bekas luka SC merupakan trauma fisik
pada ibu yang dapat mempengaruhi kehamilan. Sedangkan
trauma psikis yang dapat mempengaruhi kehamilan ibu
adalah stres atau terlalu banyak pikiran sehingga kehamilan
ibu terganggu. Ibu yang mengalami jatuh, terpukul pada
perut atau riwayat pembedahan seperti riwayat SC
sebelumnya (Oxorn, 2003). Melakukan hubungan seksual
dapat terjadi trauma kerena menimbulkan rangsangan pada
uterus sehingga terjadi kontraksi uterus (Bobak, 2004).
Sperma yang mengandung hormon prostaglandin
merupakan hormon yang dapat merangsang kontraksi
uterus.
d. Riwayat prematur sebelumnya. Persalinan prematur dapat
terjadi pada ibu dengan riwayat prematur sebelumnya
(Rayburn, 2001). Menurut Oxorn (2003) risiko persalinan
prematur berulang bagi wanita yang persalinan pertamanya
preterm, dapat meningkat tiga kali lipat dibanding dengan
wanita yang persalinan pertamanya mencapai aterm.
Riwayat prematur sebelumnya merupakan ibu yang pernah
mengalami persalinan prematur sebelumnya pada
kehamilan yang terdahulu (Hacker, 2001) . Ibu yang tidak
dapat melahirkan bayi sampai usia aterm dapat disebabkan
karena kandungan/ rahim ibu yang lemah atau faktor lain
yang belum diketahui jelas penyebabnya. Wanita yang telah
mengalami kelahiran prematur pada kehamilan terdahulu
memiliki risiko 20 % sampai 40 % untuk terulang kembali
(Varney, 2007). Persalinan prematur dapat terulang kembali
pada ibu yang persalinan pertamanya terjadi persalinan
prematur dan risikonya meningkat pada ibu yang kehamilan
pertama dan kedua juga mengalami persalinan prematur.
6
Pemeriksaan dan perawatan antenatal yang ketat pada ibu
hamil yang pernah mengalami prematur sebelumnya
merupakan cara untuk meminimalkan risiko terjadinya
persalinan prematur kembali. Selain itu kesehatan ibu dan
janin dapat dijaga semaksimal mungkin untuk menghindari
besarnya persalinan prematur dapat terulang dan
membahayakan kelangsungan bayi yang dilahirkan.
e. Plasenta previa. Plasenta previa adalah posisi plasenta yang
berada di segmen bawah uterus, baik posterior maupun
anterior, sehingga perkembangan plasenta yang sempurna
menutupi os serviks (Varney, 2007). Plasenta yang
menutupi jalan lahir dapat menutupi seluruh osteum uteri
internum, sebagian atau tepi plasenta berada sekitar pinggir
osteum uteri internum (Wiknjosastro, 2007, p.365).
f. Inkompetensi serviks. Inkompetensi serviks merupakan
kondisi ketidakmampuan serviks untuk mempertahankan
kehamilan hingga waktu kelahiran tiba karena efek
fungsional serviks. Inkompetensi serviks ditandai dengan
terjadinya pembukaan serviks tanpa nyeri dan berakhir
dengan ketuban pecah dini saat preterm, sehingga terjadi
kelahiran preterm, bahkan lahirnya bayi sebelum mampu
bertahan hidup diluar rahim. Gejala yang terjadi dapat
berupa pengeluaran cairan vagina yang encer, tekanan pada
panggul, perdarahan per vaginam,dan ketuban pecah dini
preterm, namun pada sebagian besar wanita tidak terjadi
gejala apapun (Norwitz & Schorge, 2008).
g. Infeksi intra-amnion. Infeksi intra-amnion merupakan
infeksi yang terjadi akibat ketuban pecah lebih dari 18 jam.
Agar tidak terjadi infeksi ini harus menghindari ketuban
pecah lebih dari 18 jam dalam persalinan (Norwitz &
Schorge, 2008).
7
h. Hidramnion. Hidramnion merupakan kehamilan dengan
jumlah air ketuban lebih dari 2 liter. Produksi air ketuban
berlebih dapat merangsang persalinan sebalum kehamilan
28 minggu, sehingga dapat menyebabkan kelahiran
prematur dan dapat meningkatkan kejadian BBLR (Berat
Badan Lahir Rendah) pada bayi (Cunningham, 2006).
i. Hipertensi. Hipertensi yang menyertai kehamilan
merupakan penyebab terjadinya kematian ibu dan janin.
Hipertensi yang disertai dengan protein urin yang
meningkat dapat menyebabkan preeklampsia/ eklampsia.
Preeklampsia-eklampsia dapat mengakibatkan ibu
mengalami komplikasi yang lebih parah, seperti solusio
plasenta, perdarahan otak, dan gagal otak akut. Janin dari
ibu yang mengalami preeklampsia-eklampsia meningkatkan
risiko terjadinya kelahiran prematur, terhambatnya
pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR), dan hipoksia
(Bobak, 2004).
j. Malnutrisi. Kekurangan gizi selama hamil akan berakibat
buruk terhadap janin seperti prematuritas, gangguan
pertumbuhan janin, kelahiran mati maupun kematian
neonatal/ bayi. Penentuan status gizi yang baik yaitu
dengan mengukur berat badan ibu sebelum hamil dan
kenaikan berat badan selama hamil (Varney, 2007).
3) Faktor Janin.
a. Gemelli. Proses persalinan pada kehamilan ganda bukan
multiplikasi proses kelahiran bayi, melainkan multiplikasi
dari risiko kehamilan dan persalinan (Saifuddin, 2009).
Persalinan pada kehamilan kembar besar kemungkinan
terjadi masalah seperti resusitasi neonatus, prematuritas,
perdarahan postpartum, malpresentasi kembar kedua, atau
perlunya seksio sesaria (Varney, 2007). Berat badan kedua
janin pada kehamilan kembar tidak sama, dapat berbeda 50-
8
1000 gram, hal ini terjadi karena pembagian darah pada
plasenta untuk kedua janin tidak sama. Pada kehamilan
kembar distensi (peregangan) uterus berlebihan, sehingga
melewati batas toleransi dan sering terjadi persalinan
prematur. Kematian bayi pada anak kembar lebih tinggi
dari pada anak kehamilan tunggal dan prematuritas
meupakan penyebab utama (Wiknjosastro, 2007).
Persalinan pada kehamilan kembar meningkat sesuai
dengan bertambahnya jumlah janin, yaitu lama kehamilan
rata-rata adalah 40 minggu pada kehamilan tunggal, 37
minggu pada kehamilan kembar dua, 33 minggu pada
kehamilan kembar tiga, dan 29 minggu pada kehamilan
kembar empat (Norwitz & Schorge, 2008).
b. Janin Mati Dalam Rahim (IUFD). Kematian janin dalam
rahim (IUFD) adalah kematian janin dalam uterus yang
beratnya 500 gram atau lebih dan usia kehamilan telah
mencapai 20 minggu atau lebih (Saifuddin, 2006).
c. Kelainan Kongenital. Kelainan kongenital atau cacat
bawaan merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur
bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur.
Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital,
umumnya akan dilahirkan sebagai BBLR atau bayi kecil.
BBLR dengan kelainan kongenital diperkirakan 20%
meninggal dalam minggu pertama kehidupannya
(Saifuddin, 2009).
4) Faktor Perilaku
a. Merokok. Merokok pada ibu hamil lebih dari 10 batang
setiap hari dapat mengganggu pertumbuhan janin dan risiko
terjadinya prematuritas sangat tinggi (Sujiyatini, 2009).
b. Minum alkohol. Alkohol dapat mengganggu kehamilan,
pertumbuhan janin tidak baik sehingga kejadian persalinan
9
prematur sangat tinggi pada ibu yang mengkonsumsi
minuman beralkohol (Sujiyatini, 2009).
2.4 Patofisiologi
10
Selain itu endotoksin dapat masuk kedalam rongga amnion secara difusi
tanpa kolonisasi bakteri dalam cairan amnion. Infeksi dan proses inflamasi
amnion merupakan salah satu faktor yang dapat memulai kontraksi uterus dan
persalinan preterm. Menurut Schwarz (1976), partus aterm diinisiasi oleh aktivasi
enzim phospholipase A2 yang dapat melepaskan asam arakidonat dari membran
janin sehingga terbentuk asam arakidonat bebas yang merupakan bahan dasar
sintesis prostaglandin.
Bejar dkk (1981) melaporkan sejumlah mikroorganisme mempunyai
kemampuan untuk menghasilkan enzim phospholipase A2 sehingga dapat
menginisiasi terjadinya persalinan preterm. Bennett dan Elder (1992),
menunjukkan bahwa mediator-mediator dapat merangsang timbulnya kontraksi
uterus dan partus preterm melalui pengaruhnya terhadap biosintesis prostaglandin.
11
2.5 WOC
Katuban
KatubanPecah
Pecahdini,
dini,kelainan
kelainanuterus
uterus
Infeksi
Menyebabkan suatu respon imunologik spesifik melalui aktifasi sel limfosit B dan limfosit T
Masuk kedalam rongga amnion secara difusi tanpa kolonisasi bakteri dalam cairan amnion
Persalinan prematur
Persalinan prematur
Kulit tipis dan merah Paru belum mengembang Sistem pengaturan suhu belum
sempurna sempurna
Hipoksia
MK : Bangguan Integritas Kulit MK : Hipotermi
12
2.6 Manifestasi Klinis
13
15. Labia mayora belum menutupi labia minora ( pada anak perempuan).
1. Bayi
Segera setelah tali pusat dipotong, dokter akan memantau dan
menjaga kestabilan bayi anda. Jika bayi anda lahir pada usia kurang dari
36 minggu masa kehamilan, dokter akan membawanya ke NICU
(Neonatal Intensive Care Unit) untuk observasi dan perawatan khusus.
14
Selama beberapa jam atau hari pertama, bayi anda akan menyesuaikan
diri hidup di luar rahim ibunya. Pada saat ini biasanya cacat lahir dan
komplikasi akibat kelahiran prematur mulai terlihat.
2. Ibu
Sebelum air susu anda keluar (3 – 4 hari setelah melahirkan), anda
akan diminta memutuskan apakah akan memberikan ASI secara langsung
atau melalui botol. Susu formula tidak memberi tambahan proteksi
terhadap infeksi pada bayi anda, jadi pompalah air susu untuk bayi anda
setidaknya untuk minggu-minggu pertama, sampai bayi anda cukup
mampu menyusu langsung dari payudara anda. ASI mengandung
antibodi yang membantu melindungi bayi anda yang rentan terhadap
infeksi dini yang serius, seperti sepsis dan necrotizing enterocolitis
(kematian jaringan usus akibat infeksi pada saluran pencernaan) juga
infeksi telinga dan saluran pernafasan atas pada masa kanak-kanak.
Kebaikan ASI dibanding susu formula antara lain penyerapan nutrisi
yang lebih baik, mengaktifkan fungsi saluran pencernaan dan
perkembangan sistem saraf. Pemberian ASI dapat menjadi satu hal yang
paling berharga yang pernah anda berikan pada bayi anda, walaupun sulit
dan melelahkan.
15
4 jam atau Ibuprofen 400 mg peroral tiap 8 jam sampai 2 hari bebas
kontraksi.
4. Persalinan tidak boleh ditunda bila ada kontraindikasi mutlak (gawat
janin, karioamnionitis, perdarahan antepartum yang banyak) dan
kontraindikasi relative (gestosis, DM, pertumbuhan janin terhambat
dan pembukaan serviks 4 cm).
Dirumah sakit dilakukan:
1. Observasi pasien selama 30 – 60 menit. Penatalaksanaannya
tegantung kontraksi uterus serta dilatasi dan pembukaan serviks.
2. Hidrasi dan sedasi, yaitu hidrasi dengan NaCl 0,9%, dekstrosa
5% atau ringer laktat, dekstrosa 5% sebanyak 1:1 dan sedasi
dengan morfin sulfat 6 – 12 mg Im selama 1 jam sambil
mengobservasi ibu dan janin.
3. Pasien kemudian dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu
a. Kelompok I : Pembukaan serviks terus berlangsung maka
diberikan takolisis.
b. Kelompok II : Tidak ada perubahan pembukaan dan
kontraksi uterus masih terjadi maka diberikan takolisis.
c. Kelompok III : Tidak ada perubahan pembukaan dan
kontraksi uterus berkurang maka pasien hanya diobservasi.
4. Berikan takolisis bila janin dalam keadaan baik. Kehamilan 20 –
37 minggu, pembukaan serviks kurang dari 4 cm dan selaput
ketuban masih ada. Jenis takolisis adalah Beta Mimetik
Adrenergik, Magnesium Sulfat 4 g (200 ml MgSO4 10% dalam
800 ml Dekstrosa 5% dngan tetesan 100 ml/jam), Etil Alkohol,
dan Glukokotikoid (contoh Deksametason 12 mg/hari selama 3
hari).
5. Lakukan persalinan pervaginam bila janin presentasi kepala atau
lakukan episiotomi lebar dan ada perlindungan forseps terutama
pada kehamilan 35 minggu. Lakukan persalinan dengan seksio
sesarea bila janin letak sungsang, gawat janin dengan syarat
partus pervaginam tidak terpenuhi, infeksi intrapartum dengan
16
syarat partus pervaginam tidak terpenuhi, janin letak lintang,
plasenta previa, dan taksiran berat janin 1.500 gram.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakmampuan paru
untuk mengembang optimal
2. Hipotermi berhubungan dengan ketidakmatangan sistem pengaturan suhu
neonatus
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan reflek mengisap pada bayi tidak adekuat
17
C. Intervensi Keperawatan
18
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Persalinan merupakan suatu diagnosis klinis yang terdiri dari dua unsur,
yaitu kontraksi uterus yang frekuensi dan intensitasnya semakin meningkat, serta
dilatasi dan pembukaan serviks secara bertahap (Norwitz & Schorge, 2008).
Persalinan prematur adalah suatu persalinan dari hasil konsepsi yang dapat
hidup tetapi belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara 1000- 2500 gram atau
tua kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu (Wiknjosastro, 2007).
3.2 Saran
19
Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan persalinan prematur
disarankan untuk menegakkan diagnosa yang akurat untuk mencegah terjadinya
kesalahan yang mengancam keselamatan ibu dan janin.
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin, A B. 2006. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi. Bagian
I. Jakarta: Gaya Baru
Saifuddin, A B. 2009. Buku Acuan PelayananKesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: YBPSPSastroasmoro, Sudigdo. 2008. Dasar-DasarMetodologi Penelitian
Klinis. Jakarta:Sagung Seto
20
21