Anda di halaman 1dari 21

BAB I

SEVEN JUMP STEP 1-6

1.1 KASUS

Ny. A usia 27 tahun, P110001 Jam 15.00 datang ke ruang bersalin Rumah
Sakit Sayang Semua. Ny. A mengeluh perutnya mules sejak jam 10.00 serta
mengeluarkan darah yang bercampur lendir. Hasil pemeriksaan didapatkan
TD : 120/80 mmHg. Suhu : 38oC, Nadi : 85x/menit, RR : 20x/menit, VT : 2
cm, Eff 30%, ketuban utuh, H1, DJJ : 120x/menit. Saat jam 24.00, Ny. A
melahirkan bayi perempuan. Hasil pemeriksaan didapatkan BB : 1550 gr,
PB : 41 cm, seluruh tubuh ditutupi dengan rambut halus, kesulitan saat
menyusu, kulit nampak tipis dan berwarna merah, bayi nampak sesak dan
mendapatkan terapi oksigen, bayi nampak tidur terus, ukuran kepala lebih
besar dari badannya, kulit tidak kencang, nampak tidak mempunyai bulu mata
dan saat ini bayi dimasukkan ke dalam inkunator karena hipotermi.

1.2 STEP 1

1. Eff 30%
2. H1
3. Inkubator
4. Hipotermi
5. VT
6. P110001

1.3 STEP 2

1. Effacement adalah pemendekkan dan penipisan serviks selama tahap


pertama persalinan.
2. Hodge 1 adalah bidang pintu atas panggul dengan batas tepi atas
simfisis.

1
3. Alat untuk menghangatkan Bayi Baru Lahir agar tidak hipotermi.
4. Suhu tubuh yang kurang dari normal dengan nilai normal 36,5-37 oC.
5. Vagina Toucher adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan
memasukkan jari ke dalam liang senggama
6. Keadaan sudah melahirkan, atermnya 1, premature 1, imatur 0,
abortus 0, hidup 1.

1.4 STEP 3

1. Bayi dimasukkan ke dalam incubator karena hipotermi.


2. Kesulitan menyusui.
3. Ny. A mengeluh perutnya mules serta mengeluarkan darah yang
bercampur lendir.
4. Bayi nampak sesak dan mendapatkan terapi oksigen
5. Kulit nampak tipis dan berwarna merah.
6. Bayi nampak tidur terus, ukuran kepala lebih besar dari badannya,
kulit tidak kencang, nampak tidak mempunyai bulu mata.
7. Berat badan bayi 1550 gram dan panjang bayi 41 cm.

1.5 STEP 4

1. Mengapa kulit nampak tipis dan berwarna merah ?


2. Mengapa bayi hipotermi ?
3. Apa penyebab bayi sulit menyusu ?
4. Bagaimana bayi agar bisa menyusu ?
5. Apa yang menyebabkan kepala bayi lebih besar dari badan ?
6. Mengapa bayi nampak sesak dan kulit bayi tidak kencang serta tidak
mempunyai bulu mata?
7. Mengapa BB bayi 1550 gram dan panjang bayi 41 cm ?
1.6 STEP 5

1. Karena bayinya dilahirkan secara premature maka beberapa organ


belum terbentuk secara sempurna seperti kulit, bulu mata,
pengembangan paru-paru belum sempurna.
2. Karena proses adaptasi bayi yang baru lahir dengan lingkungan baru
dank arena kulitnya tipis.
3. Karena bayi tersebut sesak napas dan karena rangsangan saraf dan
organ belum sempurna (Refleks menghisap juga belum ada)
4. Dilakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan cara memompa
payudara ibu kemudian ASI nya dimasukkan ke dalam botol.
5. Karena adanya penumpukkan cairan cerebrospinal pada kepala bayi.
6. Karena bayinya dilahirkan secara premature maka beberapa organ
belum terbentuk secara sempurna seperti kulit, bulu mata.
7. Karena bayinya dilahirkan secara premature maka beberapa organ
belum terbentuk secara sempurna seperti kulit, bulu mata,
pengembangan paru-paru belum sempurna dan nutrisi, BB, PB belum
optimal.

1.7 STEP 6

Diagnosa Medis : Kehamilan Prematur

Learning Objektif :
1. Definisi
2. Etiologi
3. WOC
4. Manifestasi Klinik
5. Penatalaksanaan
6. Asuhan Keperawatan\
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Persalinan merupakan suatu diagnosis klinis yang terdiri dari dua unsur,
yaitu kontraksi uterus yang frekuensi dan intensitasnya semakin meningkat, serta
dilatasi dan pembukaan serviks secara bertahap (Norwitz & Schorge, 2008).
Persalinan prematur adalah suatu persalinan dari hasil konsepsi yang dapat
hidup tetapi belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara 1000- 2500 gram atau
tua kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu (Wiknjosastro, 2007).

2.2 Klasifikasi

Menurut usia kehamilannya maka prematur dibedakan menjadi beberapa,


yaitu:
1. Usia kehamilan 32 – 36 minggu disebut persalinan prematur (preterm)
2. Usia kehamilan 28 – 32 minggu disebut persalinan sangat prematur (very
preterm)
3. Usia kehamilan 20 – 27 minggu disebut persalinan ekstrim prematur
(extremely preterm)

Menurut berat badan lahir, bayi prematur dibagi dalam kelompok:


1. Berat badan bayi 1500 – 2500 gram disebut bayi dengan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR)
2. Berat badan bayi 1000 – 1500 gram disebut bayi dengan Berat Badan
Lahir Sangat Rendah (BBLSR)
3. Berat badan bayi < 1000 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir
Ekstrim Rendah (BBLER) (Krisnadi, 2009)

4
2.3 Etiologi

1. Faktor Iatrogenik (Indikasi Medis pada Ibu/ Janin) pengakhiran kehamilan


yang terlalu dini dengan seksio sesarea karena alasan bahwa bayi lebih
baik dirawat di bangsal anak daripada dibiarkan dalam rahim. Hal ini
dilakukan dengan alasan ibu atau janin dalam keadaan seperti diabetes
maternal, penyakit hipertensi dalam kehamilan dan terjadi gangguan
pertumbuhan intrauterin (Oxorn, 2003).
2. Faktor Maternal
1) Umur ibu. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20 –
35 tahun. Pada kehamilan diusia kurang dari 20 tahun secara fisik
dan psikis masih kurang, misalnya dalam perhatian untuk
pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya.
Sedangkan pada usia 10 lebih dari 35 tahun berkaitan dengan
kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai
penyakit yang sering menimpa diusia ini (Widyastuti, dkk, 2009).
Wanita yang berusia lebih dari 35 tahun berisiko lebih tinggi
mengalami penyulit obstetri serta morbiditas dan mortalitas
perinatal. Wanita berusia lebih dari 35 tahun memperlihatkan
peningkatan dalam masalah hipertensi, diabetes, solusio plasenta,
persalinan prematur, lahir mati dan plasenta previa (Cunningham,
2006).
2) Paritas ibu. Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan
bayi yang dapat hidup (Saifuddin, 2007). Paritas adalah jumlah
janin dengan berat badan lebih dari 500 gram yang pernah
dilahirkan, hidup maupun mati, bila berat badan tidak diketahui,
maka dipakai umur kehamilan lebih dari 24 minggu (Sumarah,
2008). Macam paritas menurut Varney (2008) dibagi menjadi:
a. Primiparitas Seorang wanita yang telah melahirkan bayi
hidup atau mati untuk pertama kali.
b. Multiparitas. Wanita yang telah melahirkan bayi hidup atau
mati beberapa kali (sampai 5 kali atau lebih).

5
c. Trauma. Terjatuh, setelah berhubungan badan, terpukul
pada perut atau mempunyai luka bekas operasi/
pembedahan seperti bekas luka SC merupakan trauma fisik
pada ibu yang dapat mempengaruhi kehamilan. Sedangkan
trauma psikis yang dapat mempengaruhi kehamilan ibu
adalah stres atau terlalu banyak pikiran sehingga kehamilan
ibu terganggu. Ibu yang mengalami jatuh, terpukul pada
perut atau riwayat pembedahan seperti riwayat SC
sebelumnya (Oxorn, 2003). Melakukan hubungan seksual
dapat terjadi trauma kerena menimbulkan rangsangan pada
uterus sehingga terjadi kontraksi uterus (Bobak, 2004).
Sperma yang mengandung hormon prostaglandin
merupakan hormon yang dapat merangsang kontraksi
uterus.
d. Riwayat prematur sebelumnya. Persalinan prematur dapat
terjadi pada ibu dengan riwayat prematur sebelumnya
(Rayburn, 2001). Menurut Oxorn (2003) risiko persalinan
prematur berulang bagi wanita yang persalinan pertamanya
preterm, dapat meningkat tiga kali lipat dibanding dengan
wanita yang persalinan pertamanya mencapai aterm.
Riwayat prematur sebelumnya merupakan ibu yang pernah
mengalami persalinan prematur sebelumnya pada
kehamilan yang terdahulu (Hacker, 2001) . Ibu yang tidak
dapat melahirkan bayi sampai usia aterm dapat disebabkan
karena kandungan/ rahim ibu yang lemah atau faktor lain
yang belum diketahui jelas penyebabnya. Wanita yang telah
mengalami kelahiran prematur pada kehamilan terdahulu
memiliki risiko 20 % sampai 40 % untuk terulang kembali
(Varney, 2007). Persalinan prematur dapat terulang kembali
pada ibu yang persalinan pertamanya terjadi persalinan
prematur dan risikonya meningkat pada ibu yang kehamilan
pertama dan kedua juga mengalami persalinan prematur.

6
Pemeriksaan dan perawatan antenatal yang ketat pada ibu
hamil yang pernah mengalami prematur sebelumnya
merupakan cara untuk meminimalkan risiko terjadinya
persalinan prematur kembali. Selain itu kesehatan ibu dan
janin dapat dijaga semaksimal mungkin untuk menghindari
besarnya persalinan prematur dapat terulang dan
membahayakan kelangsungan bayi yang dilahirkan.
e. Plasenta previa. Plasenta previa adalah posisi plasenta yang
berada di segmen bawah uterus, baik posterior maupun
anterior, sehingga perkembangan plasenta yang sempurna
menutupi os serviks (Varney, 2007). Plasenta yang
menutupi jalan lahir dapat menutupi seluruh osteum uteri
internum, sebagian atau tepi plasenta berada sekitar pinggir
osteum uteri internum (Wiknjosastro, 2007, p.365).
f. Inkompetensi serviks. Inkompetensi serviks merupakan
kondisi ketidakmampuan serviks untuk mempertahankan
kehamilan hingga waktu kelahiran tiba karena efek
fungsional serviks. Inkompetensi serviks ditandai dengan
terjadinya pembukaan serviks tanpa nyeri dan berakhir
dengan ketuban pecah dini saat preterm, sehingga terjadi
kelahiran preterm, bahkan lahirnya bayi sebelum mampu
bertahan hidup diluar rahim. Gejala yang terjadi dapat
berupa pengeluaran cairan vagina yang encer, tekanan pada
panggul, perdarahan per vaginam,dan ketuban pecah dini
preterm, namun pada sebagian besar wanita tidak terjadi
gejala apapun (Norwitz & Schorge, 2008).
g. Infeksi intra-amnion. Infeksi intra-amnion merupakan
infeksi yang terjadi akibat ketuban pecah lebih dari 18 jam.
Agar tidak terjadi infeksi ini harus menghindari ketuban
pecah lebih dari 18 jam dalam persalinan (Norwitz &
Schorge, 2008).

7
h. Hidramnion. Hidramnion merupakan kehamilan dengan
jumlah air ketuban lebih dari 2 liter. Produksi air ketuban
berlebih dapat merangsang persalinan sebalum kehamilan
28 minggu, sehingga dapat menyebabkan kelahiran
prematur dan dapat meningkatkan kejadian BBLR (Berat
Badan Lahir Rendah) pada bayi (Cunningham, 2006).
i. Hipertensi. Hipertensi yang menyertai kehamilan
merupakan penyebab terjadinya kematian ibu dan janin.
Hipertensi yang disertai dengan protein urin yang
meningkat dapat menyebabkan preeklampsia/ eklampsia.
Preeklampsia-eklampsia dapat mengakibatkan ibu
mengalami komplikasi yang lebih parah, seperti solusio
plasenta, perdarahan otak, dan gagal otak akut. Janin dari
ibu yang mengalami preeklampsia-eklampsia meningkatkan
risiko terjadinya kelahiran prematur, terhambatnya
pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR), dan hipoksia
(Bobak, 2004).
j. Malnutrisi. Kekurangan gizi selama hamil akan berakibat
buruk terhadap janin seperti prematuritas, gangguan
pertumbuhan janin, kelahiran mati maupun kematian
neonatal/ bayi. Penentuan status gizi yang baik yaitu
dengan mengukur berat badan ibu sebelum hamil dan
kenaikan berat badan selama hamil (Varney, 2007).
3) Faktor Janin.
a. Gemelli. Proses persalinan pada kehamilan ganda bukan
multiplikasi proses kelahiran bayi, melainkan multiplikasi
dari risiko kehamilan dan persalinan (Saifuddin, 2009).
Persalinan pada kehamilan kembar besar kemungkinan
terjadi masalah seperti resusitasi neonatus, prematuritas,
perdarahan postpartum, malpresentasi kembar kedua, atau
perlunya seksio sesaria (Varney, 2007). Berat badan kedua
janin pada kehamilan kembar tidak sama, dapat berbeda 50-

8
1000 gram, hal ini terjadi karena pembagian darah pada
plasenta untuk kedua janin tidak sama. Pada kehamilan
kembar distensi (peregangan) uterus berlebihan, sehingga
melewati batas toleransi dan sering terjadi persalinan
prematur. Kematian bayi pada anak kembar lebih tinggi
dari pada anak kehamilan tunggal dan prematuritas
meupakan penyebab utama (Wiknjosastro, 2007).
Persalinan pada kehamilan kembar meningkat sesuai
dengan bertambahnya jumlah janin, yaitu lama kehamilan
rata-rata adalah 40 minggu pada kehamilan tunggal, 37
minggu pada kehamilan kembar dua, 33 minggu pada
kehamilan kembar tiga, dan 29 minggu pada kehamilan
kembar empat (Norwitz & Schorge, 2008).
b. Janin Mati Dalam Rahim (IUFD). Kematian janin dalam
rahim (IUFD) adalah kematian janin dalam uterus yang
beratnya 500 gram atau lebih dan usia kehamilan telah
mencapai 20 minggu atau lebih (Saifuddin, 2006).
c. Kelainan Kongenital. Kelainan kongenital atau cacat
bawaan merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur
bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur.
Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital,
umumnya akan dilahirkan sebagai BBLR atau bayi kecil.
BBLR dengan kelainan kongenital diperkirakan 20%
meninggal dalam minggu pertama kehidupannya
(Saifuddin, 2009).
4) Faktor Perilaku
a. Merokok. Merokok pada ibu hamil lebih dari 10 batang
setiap hari dapat mengganggu pertumbuhan janin dan risiko
terjadinya prematuritas sangat tinggi (Sujiyatini, 2009).
b. Minum alkohol. Alkohol dapat mengganggu kehamilan,
pertumbuhan janin tidak baik sehingga kejadian persalinan

9
prematur sangat tinggi pada ibu yang mengkonsumsi
minuman beralkohol (Sujiyatini, 2009).

2.4 Patofisiologi

Berbagai sebab dan faktor demografik diduga sebagai penyebab persalinan


preterm, seperti: solusio plasenta, kehamilan ganda, kelainan uterus,
polihidramnion, kelainan kongenital janin, ketuban pecah dini, dan lain-lain.
Penyebab persalinan preterm bukan tunggal tetapi multikompleks, antara lain
karena infeksi. Infeksi pada kehamilan akan menyebabkan suatu respon
imunologik spesifik melalui aktifasi sel limfosit B dan T dengan hasil akhir zat-
zat yang menginisiasi kontraksi uterus. Terdapat makin banyak bukti yang
menunjukkan bahwa mungkin sepertiga kasus persalinan preterm berkaitan
dengan infeksi membran korioamnion.
Dari penelitian Lettieri dkk. (1993), didapati 38% persalinan preterm
disebabkan akibat infeksi korioamnion. Knox dan Hoerner (1950) telah
mengetahui hubungan antara infeksi jalan lahir dengan kelahiran prematur.
Bobbitt dan Ledger (1977) membuktikan infeksi amnion subklinis sebagai
penyebab kelahiran preterm. Dengan amniosentesis didapati bakteri patogen pada
+ 20% ibu yang mengalami persalinan preterm dengan ketuban utuh dan tanpa
gejala klinis infeksi (Cox dkk., 1996 ; Watts dkk., 1992). Cara masuknya kuman
penyebab infeksi amnion, dapat sebagai berikut :
1. Melalui jalur transervikal mesuk kedalam selaput amniokorion dan cairan
amnion. E. coli dapat menenbus membran korioamnion. (Gyr dkk, 1994).
2. Melalui jalur transervikal ke desidua/chorionic junction pada segmen
bawah rahim.
3. Penetrasi langsung kedalam jaringan serviks.
4. Secara hematogen ke plasenta dan selaputnya.
5. Secara hematogen ke miometrium.

10
Selain itu endotoksin dapat masuk kedalam rongga amnion secara difusi
tanpa kolonisasi bakteri dalam cairan amnion. Infeksi dan proses inflamasi
amnion merupakan salah satu faktor yang dapat memulai kontraksi uterus dan
persalinan preterm. Menurut Schwarz (1976), partus aterm diinisiasi oleh aktivasi
enzim phospholipase A2 yang dapat melepaskan asam arakidonat dari membran
janin sehingga terbentuk asam arakidonat bebas yang merupakan bahan dasar
sintesis prostaglandin.
Bejar dkk (1981) melaporkan sejumlah mikroorganisme mempunyai
kemampuan untuk menghasilkan enzim phospholipase A2 sehingga dapat
menginisiasi terjadinya persalinan preterm. Bennett dan Elder (1992),
menunjukkan bahwa mediator-mediator dapat merangsang timbulnya kontraksi
uterus dan partus preterm melalui pengaruhnya terhadap biosintesis prostaglandin.

11
2.5 WOC

Katuban
KatubanPecah
Pecahdini,
dini,kelainan
kelainanuterus
uterus

Infeksi

Menyebabkan suatu respon imunologik spesifik melalui aktifasi sel limfosit B dan limfosit T

Zat menginisiasi kontraksi uterus

Adanya bakteri patogen

Masuk kedalam rongga amnion secara difusi tanpa kolonisasi bakteri dalam cairan amnion

Terjadinya kontraksi uterus akibat aktivasi enzim phospholipase A2

Persalinan prematur
Persalinan prematur

Kulit tipis dan merah Paru belum mengembang Sistem pengaturan suhu belum
sempurna sempurna

Turgor kulit jelek Sesak napas


Suhu rendah

Hipoksia
MK : Bangguan Integritas Kulit MK : Hipotermi

MK : Gangguan Pertukaran Gas

12
2.6 Manifestasi Klinis

Menurut FKUI, Kapita Selekta Kedokteran, 2001 yaitu :


1. Kontraksi uterus yang teratur sedikitnya 3 – 5 menit sekali selama 45
detik dalam waktu minimal 2 jam.
2. Pada fase aktif, intensitas dan frekuensi kontraksi meningkat saat pasien
melakukan aktivitas.
3. Usia kehamilan antara 20 – 37 minggu.
4. Taksiran berat janin sesuai usia kehamilan antara 20 – 37 minggu.
5. Presentasi janin abnormal lebih sering ditemukan pad persalinan preterm.
Bila persalinan kemudian menjadi nyata, maka pengobatan dapat
dimulai. Bila tidak fungsi uterus dievaluasi lebih lanjut dengan menggunakan
topografi ekstenal untuk merekam dan lamanya kontraksi, pembukaan serviks
yang progresif, merupakan tanda persalinan.

Gambaran fisik bayi prematur :


1. Ukuran kecil.
2. Berat badan lahir rendah (kurang dari 2,5 kg).
3. Kulitnya tipis, terang dan berwarna pink (tembus cahaya).
4. Vena di bawah kulit terlihat (kulitnya transparan).
5. Lemak bawah kulitnya sedikit sehingga kulitnya tampak keriput.
6. Rambut yang jarang.
7. Telinga tipis dan lembek.
8. Tangisannya lemah.
9. Kepala relatif besar.
10. Jaringan payudara belum berkembang.
11. Otot lemah dan aktivitas fisiknya sedikit (seorang bayi prematur
cenderung belum memiliki garis tangan atau kaki seperti pada bayi cukup
bulan) 5.
12. Refleks menghisap dan refleks menelan yang buruk
13. Pernafasan yang tidak teratur.
14. Kantung zakar kecil dan lipatannya sedikit ( anak laki – laki ).

13
15. Labia mayora belum menutupi labia minora ( pada anak perempuan).

2.7 Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Saifuddin (2001), kriteria persalinan prematur antara lain


kontraksi yang teratur dengan jarak 7-8 menit atau kurang dan adanya
pengeluaraan lendir kemerahan atau cairan pervaginam dan diikuti salah satu
berikut ini :
1. Pada periksa dalam, pendataran 50-80 persen atau lebih, pembukaan 2
cm atau lebih.
2. Mengukur panjang serviks dengan vaginal probe USG: panjang servik
kurang dari 2 cm pasti akan terjadi persalinan prematur, tujuan utama
adalah bagaimana mengetahui dan menghalangi terjadinya persalinan
prematur, cara edukasi pasien bahkan dengan monitoring kegiatan di
rumah tampaknya tidak memberi perubahan dalam insidensi kelahiran
prematur.
Menurut FKUI, Kapita Selekta Kedokteran, 2001 yaitu
1. Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis.
2. Urinalisis.
3. Ultrasonografi untuk melihat taksiran berat janin, posisi janin dan letak
plasenta.
4. Amniosentesis untuk melihat kematangan beberapa organ janin, seperti
rasio lasitin, spingo myelin, surfaktan dan lain-lain

2.8 Penatalaksanaan Bayi Prematur

1. Bayi
Segera setelah tali pusat dipotong, dokter akan memantau dan
menjaga kestabilan bayi anda. Jika bayi anda lahir pada usia kurang dari
36 minggu masa kehamilan, dokter akan membawanya ke NICU
(Neonatal Intensive Care Unit) untuk observasi dan perawatan khusus.

14
Selama beberapa jam atau hari pertama, bayi anda akan menyesuaikan
diri hidup di luar rahim ibunya. Pada saat ini biasanya cacat lahir dan
komplikasi akibat kelahiran prematur mulai terlihat.
2. Ibu
Sebelum air susu anda keluar (3 – 4 hari setelah melahirkan), anda
akan diminta memutuskan apakah akan memberikan ASI secara langsung
atau melalui botol. Susu formula tidak memberi tambahan proteksi
terhadap infeksi pada bayi anda, jadi pompalah air susu untuk bayi anda
setidaknya untuk minggu-minggu pertama, sampai bayi anda cukup
mampu menyusu langsung dari payudara anda. ASI mengandung
antibodi yang membantu melindungi bayi anda yang rentan terhadap
infeksi dini yang serius, seperti sepsis dan necrotizing enterocolitis
(kematian jaringan usus akibat infeksi pada saluran pencernaan) juga
infeksi telinga dan saluran pernafasan atas pada masa kanak-kanak.
Kebaikan ASI dibanding susu formula antara lain penyerapan nutrisi
yang lebih baik, mengaktifkan fungsi saluran pencernaan dan
perkembangan sistem saraf. Pemberian ASI dapat menjadi satu hal yang
paling berharga yang pernah anda berikan pada bayi anda, walaupun sulit
dan melelahkan.

Menurut FKUI, Kapita Selekta Kedokteran, 2001 :


Setiap persalinan preterm harus dirujuk ke rumah sakit. Cari
apakah faktor penyulit ada. Dinilai apakah termasuk risiko tinggi atau
rendah.
1. Sebelum dirujuk, berikan air minum 1.000 ml dalam waktu 30 menit
dan nilai apakah kontraksi berhenti atau tidak.
2. Bila kontraksi masih berlanjut, berikan obat takolitik seperti
Fenoterol 5 mg peroral dosis tunggal sebagai pilihan pertama atau
Ritodrin mg peroral dosis tinggi sebagai pilihan kedua, atau
Ibuprofen 400 mg peroral dosis tungga sebagai pilihan ketiga.
3. Bila pasien menolak dirujuk, pasien harus istirahat baring dan bayak
minum, tidak diperbolehkan bersenggama. Pasien diberi takolitik
seperti Fenoterol 5 mg peroral 6 jam atau Ritodrin 10 mg peroral tiap

15
4 jam atau Ibuprofen 400 mg peroral tiap 8 jam sampai 2 hari bebas
kontraksi.
4. Persalinan tidak boleh ditunda bila ada kontraindikasi mutlak (gawat
janin, karioamnionitis, perdarahan antepartum yang banyak) dan
kontraindikasi relative (gestosis, DM, pertumbuhan janin terhambat
dan pembukaan serviks 4 cm).
Dirumah sakit dilakukan:
1. Observasi pasien selama 30 – 60 menit. Penatalaksanaannya
tegantung kontraksi uterus serta dilatasi dan pembukaan serviks.
2. Hidrasi dan sedasi, yaitu hidrasi dengan NaCl 0,9%, dekstrosa
5% atau ringer laktat, dekstrosa 5% sebanyak 1:1 dan sedasi
dengan morfin sulfat 6 – 12 mg Im selama 1 jam sambil
mengobservasi ibu dan janin.
3. Pasien kemudian dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu
a. Kelompok I : Pembukaan serviks terus berlangsung maka
diberikan takolisis.
b. Kelompok II : Tidak ada perubahan pembukaan dan
kontraksi uterus masih terjadi maka diberikan takolisis.
c. Kelompok III : Tidak ada perubahan pembukaan dan
kontraksi uterus berkurang maka pasien hanya diobservasi.
4. Berikan takolisis bila janin dalam keadaan baik. Kehamilan 20 –
37 minggu, pembukaan serviks kurang dari 4 cm dan selaput
ketuban masih ada. Jenis takolisis adalah Beta Mimetik
Adrenergik, Magnesium Sulfat 4 g (200 ml MgSO4 10% dalam
800 ml Dekstrosa 5% dngan tetesan 100 ml/jam), Etil Alkohol,
dan Glukokotikoid (contoh Deksametason 12 mg/hari selama 3
hari).
5. Lakukan persalinan pervaginam bila janin presentasi kepala atau
lakukan episiotomi lebar dan ada perlindungan forseps terutama
pada kehamilan 35 minggu. Lakukan persalinan dengan seksio
sesarea bila janin letak sungsang, gawat janin dengan syarat
partus pervaginam tidak terpenuhi, infeksi intrapartum dengan

16
syarat partus pervaginam tidak terpenuhi, janin letak lintang,
plasenta previa, dan taksiran berat janin 1.500 gram.

2.9 Asuhan Keperawatan Bayi Prematur


A. Pengkajian
1. Anamnesa
Pada anamnesa dapat diketahui adanya kesulitan bayi untuk menyusu,
rambut ditutupi bulu, kulit tipis dan berwarna merah serta tampak sesak
karena organ paru belum mengembang sempurna.
2. Pemeriksaan fisik.
a. Inspeksi
Dapat ditemukan adanya turgor kulit buruk karena kulit bayi masih
tipis dan merah. Ditemukan adanya sesak napas karena organ paru
belum mengembang sempurna dan ditemukan adanya kepala yang
lebih besar dari badan.
b. Palpasi
Terkadang ditemukan adanya kelainan antara dada kanan dengan dada
kiri (tidak simetris)
c. Auskultasi
Adanya suara napas tambahan karena organ paru belum mengembang
sempurna

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakmampuan paru
untuk mengembang optimal
2. Hipotermi berhubungan dengan ketidakmatangan sistem pengaturan suhu
neonatus
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan reflek mengisap pada bayi tidak adekuat

17
C. Intervensi Keperawatan

No Tujuan & kriteria Rencana tindakan Rasional


Dx hasil (NIC)
(NOC)
1. Setelah dilakukan 1. pantau status oksigen pasien 1. status oksigen pasien
tindakan tindakan selalu dipantau untuk
keperawatan 2x24 menghindari terjadinya
jam pasien akan 2.berikan oksigen yang telah hipoksia pada bayi.
mempunyai fungsi dilembabkan sesuai dengan 2. oksigen yang
paru dalam batas kebijakan institusi. dilembabkan dapat
normal. membantu pengembangan
kriteria hasil : 3. auskultasi bagian dada anterior paru.
kemudahan dan posterior untuk mengetahui 3. adanya suara napas
bernapas penurunan atau keadaan ventilasi tambahan berarti adanya
dan adanya suara napas tambahan cairan dalam paru-parunya.
2. Setelah dilakukan 1. kaji gejala hipotermi 1. dengan pengkajian yang
tindakan Misalnya : perubahan warna kulit, tepat dapat diputuskan
keperawatan 2x24 menggigil. tindakan keperawatan yang
jam pasien akan tepat, cepat, dan efisien.
menunjukkan 2. suhu ruangan dapat
termoregulasi 2. pertahankan suhu ruangan diatas membantu kenaikan suhu
kriteria hasil : 22,2 C.
o
tubuh.
penurunan suhu 3. membantu
tidak ada 3. letakkan bayi dalam mengoptimalkan suhu tubuh
gangguan. incubator/dibawah lampu pemanas dalam rentang normal.
jika perlu.
3. Setelah dilakukan 1. pantau nilai laboratorium 1. untuk mengetahui apakah
tindakan khususnya cairan elektrolit. cairan elektrolit bayi
keperawatan adekuat/tidak.
selama 2x24 jam 2. perawat membantu ibu dalam 2. asi sangat penting bagi
pasien mampu pemberian asi. nutrisi bayi.
memperlihatkan 3. pantau pemberian nutrisi lewat 3.nasal kanul membantu
status gizi. nasal kanul. transportasi nutrisi pada bayi
kriteria hasil : premature.
asupan makanan
dan cairan adekuat

18
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Persalinan merupakan suatu diagnosis klinis yang terdiri dari dua unsur,
yaitu kontraksi uterus yang frekuensi dan intensitasnya semakin meningkat, serta
dilatasi dan pembukaan serviks secara bertahap (Norwitz & Schorge, 2008).
Persalinan prematur adalah suatu persalinan dari hasil konsepsi yang dapat
hidup tetapi belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara 1000- 2500 gram atau
tua kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu (Wiknjosastro, 2007).

3.2 Saran

19
Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan persalinan prematur
disarankan untuk menegakkan diagnosa yang akurat untuk mencegah terjadinya
kesalahan yang mengancam keselamatan ibu dan janin.

DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin, A B. 2006. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi. Bagian
I. Jakarta: Gaya Baru
Saifuddin, A B. 2009. Buku Acuan PelayananKesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: YBPSPSastroasmoro, Sudigdo. 2008. Dasar-DasarMetodologi Penelitian
Klinis. Jakarta:Sagung Seto

20
21

Anda mungkin juga menyukai