Anda di halaman 1dari 24

Penyusunan Asuhan Keperawatan Komunitas pada Kasus Dewasa

Pria mengidap Benign Prostate Hyperplasia ( BPH )

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas 2

Dosen Pengampu:

Ns. Sang Ayu Made Adyani, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.Kom

Disusun oleh:

Syaffira Putri Affifah 1610711002

Dwi Kurniawati 1610711006

Luigisha Augusti 1610711012

Ziya Daturrahman 1610711013

Yesi Lamria Sitanggang 1610711014

Risma Awalia Permana 1610711017

Indah Nopiyanti 1610711023

Lycia Dwi Lindiyani 1610711025

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
TAHUN 2018
Kasus Dewasa Pria

Pengkajian pada Desa X di Bekasi didapatkan warga dewasa laki-laki sekitar 35 orang
dari 100 orang menderita Benign Prostate Hyperplasia/BPH. Penderita BPH sebanyak 5 orang
menyatakan malu karena bertambahnya ukuran prostat, sebanyak 15 orang mengeluhkan harus
mengedan buang air kecil, dan sebanyak 10 orang mengatakan pancaran buang air kecilnya
melemah. Hampir 57% dari penderita BPH mengeluhkan nyeri ketika buang air kecil dan
sebanyak 33% sering berulang gejala infeksi pada kandung kemih.

1. A. Program Kesehatan Terkait kasus merujuk Kemenkes, Depkes dan Puskesmas.

Prostat adalah kelenjar yang terdapat di bawah kandung kemih pria. Fungsi utama prostat
adalah memproduksi cairan yang melindungi dan menyalurkan sperma. Berdasarkan pusat
data dan informasi Kementerian Kesehatan pada 2013, prevalensi kanker prostat cukup tinggi
di Indonesia, yaitu sebesar 0,2% atau diperkirakan sebanyak 25.012 penderita.

Dalam dunia medis, kanker prostat ditangani bagian urologi. Urologi adalah cabang ilmu
kedokteran yang mempelajari dan menangani kelainan/penyakit pada sistem saluran kemih,
termasuk ginjal, ureter, kantong kencing, uretra pada pria dan wanita. Juga sistem reproduksi
pria termasuk prostat, testis, dan saluran sperma. Selain itu, urologi juga mempelajari
penanganan penyakit pada kelenjar anak ginjal, khususnya berkaitan dengan tumor pada
organ tersebut.

"Kanker prostat ditemukan umumnya pada pria berusia di atas 50 tahun. Mereka yang
memiliki kanker prostat pada riwayat keluarga berada pada risiko yang sedikit lebih tinggi,"
terang Chaidir.

Maka dianjurkan bagi pria dengan faktor risiko tersebut rutin melakukan deteksi dini
seperti pemeriksaan PSA total (Prostate Spesific Antigen). Harapannya adalah semakin awal
terdeteksi lebih cepat penanganannya sehingga tingkat kesembuhan semakin tinggi.
Skrinning Awal : Test PSA
Tes PSA adalah tes darah yang sering digunakan untuk skrining kanker prostat.
Tes ini mengukur jumlah Prostat Specific Antigen (PSA) dalam darah Anda. PSA itu
sendiri adalah protein yang khusus diproduksi oleh kelenjar prostat.
Setelah Anda ambil darah di klinik atau rumah sakit, sampel darah dikirim ke
laboratorium untuk dianalisis. Hasil tes biasanya dilaporkan sebagai nanogram per
mililiter (ng/mL).
Kadar PSA tiap orang bisa berbeda-beda, tergantung pada usianya. Berikut adalah
gambaran umum kadar PSA normal per kelompok usia:
• Usia 40-49 kadar PSA normal 2,5 ng/mL
• Usia 50-59 kadar PSA norma 4,5 ng/mL
• Usia 60-69 kadar PSA normal 5,0 ng/mL
• Usia 70-75 kadar PSA normal 7,2 ng/mL

Metode lain ini dimaksudkan untuk meningkatkan akurasi tes PSA sebagai alat
skrining meliputi:

• Kecepatan PSA. Kecepatan PSA adalah perubahan tingkat PSA dari waktu ke


waktu. Kenaikan PSA yang cepat dapat mengindikasikan adanya kanker atau
bentuk kanker yang agresif. Namun, penelitian terbaru meragukan nilai kecepatan
PSA dalam memprediksi temuan kanker prostat dari biopsi.
• Persentase PSA terikat. PSA bersirkulasi dalam darah dengan dua bentuk, yaitu
menempel pada protein darah tertentu atau tidak terikat (bebas). Nah, jika Anda
memiliki tingkat PSA tinggi namun persentase PSA terikat yang rendah,
kemungkinan besar Anda terkena kanker prostat.
• Kepadatan PSA. Pengukuran kepadatan PSA menyesuaikan nilai PSA untuk
volume prostat. Mengukur kepadatan PSA umumnya membutuhkan MRI atau
USG transrectal.
1. C. Prevalensi Populasi Terkait Kasus Dan Masalah Kesehatannya Di Dunia, Indonesia,
Jawa Barat.

1. HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN BENIGN PROSTATE


HYPERPLASIA (Studi Di RSUD Dr. Soedarso Pontianak) Bagus Setyawan1 , Ismael
Saleh2 , Iskandar Arfan3 RELATIONS WITH THE LIFESTYLE OCCURRENCE
BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA (Study In The Hospital. Dr. Soedarso Pontianak)
Peminatan Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhamadiyah
(b_gu5@yahoo.com, ismael_irmawan@yahoo.com, iskandar_arfan@yahoo.com)

Isi :
Di seluruh dunia, diperkirakan bahwa kira-kira 50% kaum pria yang berusia
diatas 60 tahun mengalami keluhan Hipertropi Prostat, Sampai sekarang ini, penduduk di
11 negara anggota WHO kawasan Asia Tenggara yang berusia di atas 60 tahun berjumlah
142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga 3 kali lipat di tahun 2050.
Seiring dengan meningkatnya angka harapan hidup ini, WHO memperkirakan jumlah
penderita Hipertropi Prostat di dunia adalah sekitar 30 juta penderita dan akan meningkat
pula pada tahun-tahun mendatang.

2. Relaksasi Progresif terhadap Intensitas Nyeri Post Operasi BPH (Benigna Prostat
Hyperplasia) . Jurnal Kesehatan, Volume VIII, Nomor 2, Agustus 2017, hlm 289-295

Isi :
Menurut WHO pada tahun 2012, diperkirakan bilangan penderita BPH
(Benigna Prostat Hyperplasia) adalah sebanyak 30 juta, bilangan ini hanya pada kaum
pria kerana wanita tidak mempunyai kalenjar prostat, maka oleh sebab itu,
BPHterjadi hanya pada kaum pria (Samidah & Romadhon, 2015). BPH (Benigna
Prostat Hyperplasia) menjadi masalah global pada pria usia lanjut. Di dunia, hampir 30
juta pria menderita BPH(Benigna Prostat Hyperplasia). Pada usia 40 tahun sekitar 40%,
usia 60-70 tahun meningkat menjadi 50% dan usia lebih dari 70 tahun mencapai
90%. Diperkirakan sebanyak 60% pria usia lebih dari 80 tahun memberikan gejala
Lower Urinary Tract sympstons (LUTS). Di Amerika Serikat, hampir 14 juta pria
menderita BPH (Benigna Prostat Hyperplasia). Prevalensi dan kejadian BPH (Benigna
Prostat Hyperplasia) di Amerika Serikat terus meningkat pada tahun 1994-2000 dan
tahun 1998-2007. Peningkatan jumlah insiden ini akan terus berlangsung sampai
beberapa dekade mendatang (Sampekalo dkk, 2015). Data di USA menunjukkan
bahwa lebih dari 90% kanker prostat ditemukan pada stadium dini, sedangkan di
Indonesia banyak ditemukan pada stadium lanjut karena terjadi keterlambatan diagnosis.
Gejala pada kanker prostat berupa keluhan kemih atau retensi, sakit punggung dan
hematuria, namun gejala tersebut juga terdapat pada penyakit BPH (Benigna
Prostate Hyperplasia) sehingga pemeriksaan fisik saja tidak dapat diandalkan (Solang
dkk, 2016). Di Indonesia, berdasarkan data Globocan tahun 2012 menunjukan insidens
kanker prostat menempati urutan ke-3 kanker pada pria setelah kanker paru dan kanker
kolorektum, sedangkan angka kematian menempati urutan ke-4. Untuk kanker pada
kedua jenis kelamin, kanker prostat berada pada urutan ke-5, data menurut Globocan
tahun 2008 menunjukkan kanker prostat di Indonesia menempati urutan ke-5
(Solang dkk, 2016). Prevalensi kanker prostat di Indonesia tahun 2013 adalah
sebesar 0,2% atau diperkirakan sebanyak 25.012 penderita. Provinsi yang memiliki
prevalensi kanker prostat tertinggi adalah Yogyakarta, Bali, Sulawesi Utara, dan
Sulawesi Selatan yaitu sebesar 0,5%. Estimasi jumlah absolut penderita kanker
prostat di Sulawesi Utara adalah 601 penderita (Solang dkk, 2016). Data pre survey
di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek pasien dengan post op BPH (Benigna Prostat
Hyperplasia) adalah sebanyak 51 pasien yaitu dari Juli-Desember 2016.

3.
2. A. Pengertian, Etiologi, Tanda gejala, Akibat dan Komplikasi.

PENGERTIAN
Benign Prostatic Hyperplasia adalah pembesaran prostat, kelenjaran prostat membesar
memanjang kearah depan kedalam kandung kemih dan menyumbat urine, dapat mengakibatkan
hidronefrosis dan hidroureter (Brunner & Suddart, 2013).
Benign Prostatic Hyperplasia adalah pembesaran dari beberapa kelenjar ini yang
mengakibatkan obstruksi urine (Mary Buradero dkk, 2010).

ETIOLOGI
Penyebab terjadinya Benigna Prostat Hipertropi belum diketahui secara pasti. Prostat
merupakan alat tubuh yang bergantung kepada endokrin dan dapat pula dianggap undangan
(counter part). Oleh karena itu dianggap etiologi adalah karena tidak adanya keseimbangan
endokrin. Namun menurut syamsum Hidayat dan Wim De Jong tahun 2011 etiologi dari Benigna
Prostat Hiperplasia (BPH) adalah :
1. Adanya hyperplasia periuretral yang disebabkan karena perubahan keseimbangan
testosterone dan estrogen. Dengan meningkatknya usia pada pria terjadi peningkatan
hormone estrogen dan penurunan testosterone sedangkan estradiol tetap yang
menyebabkan terjadinya hyperplasia stroma.
2. Ketidak seimbangan endokrin
3. Factor umur/ usia lanjut biasanya terjadi pada usia 50 tahun
4. Tidak diketahui secara pasti penyebab BPH tidak diketahui secara pasti (idiopatik), tetapi
biasanya disebabkan oleh keadaan testis dan usia lanjut.

MANIFESTASI KLINIS
Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan di luar
saluran kemih. Dan tanda, gejala dari BPH yaitu : keluhan pada saluran kemih bagian atas, dan
gejala di luar saluran kemih.
1. Keluhan pada saluran kemih bawah
a. Gejala obstruksi meliputi : restensi urin (urin tertahan dikandung kemih sehingga
urin tidak bisa keluar), pancaran miksi lemah, intemiten (kencing terputus-putus),
dan miksi tidak puas (menetes setelah miksi)
b. Gejala iritasi meliputi : frekuensi, nokturia, urgensi, dan dysuria

2. Gejala pada saluran kemih bagian atas


Keluhan akibat hiperplasi prostat pada saluran kemih bagian atas atau berupa adanya gejala
obstruksi, seperti nyeri pinggang, benjolan pinggang (merupakan tanda dari hidronefrosis), atau
demam yang merupakan tanda infeksi atau europsis
3. Gejala di saluran kemih
Pasien datang diawali dengan keluhan penyakit hernia inguinas atau hemoroid. Timbulnya
penyakit ini dikarenakan sering mengejan pada saat miksi sehingga mengakibatkan tekanan
intraabdominal. Adapun gejala dan tanda lain yang tampak pada pasien BPH, pada pemeriksaan
prostat di dapati membesar, kemerahan, dan tidak nyeri tekan, keletihan, anoreksia, mual dan
muntah, rasa tidaknyaman pada epigastrik dan gagal ginjal dapat terjadi dengan retensi kronis
dan volume residual yang besar.

KOMPLIKASI
1. Retensi urin akut, terjadi apabila buli-buli menjadi dekompensasi
2. Infeksi saluran kemih
3. Involusi kontraksi kandung kemih
4. Refluk kandung kemih
5. Hidroureter dan hidronefrosis dapat terjadi karena produksi urin terus berlanjut maka
pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagi menampung urin yang akan mengakibatkan
tekanan intravesika meningkat.
6. Gagal ginjal bisa dipercepat jika terjadi infeksi
7. Hematuri, terjadi karena selalu terdapat sisa urin, sehingga dapat terbentuk batu endapan
dalam buli-buli, batu ini akan menambah keluhan iritasi. Batu tersebut dapat pula
menibulkan sistitis, dan bila terjadi refluks dapat mengakibatkan pielonefritis.
2. B. Cara pencegahan dan penatalaksanaan masalah kesehatan sesuai kasus di masyarakat.

PENCEGAHAN
Saat ini sudah banyak suplemen makanan yang dapat membantu mengatasi pembesaran
kelenjar prostat. Salah satunya adalah suplemen yang kandungan utamanya saw palmetto.
Berdasarkan hasil penelitian, saw palmetto menghasilkan sejenis minyak, yang bersama-sama
dengan hormon androgen dapat menghambat kerja enzim 5-alpha reduktase, yang berperan
dalam proses pengubahan hormon testosteron menjadi dehidrotestosteron (penyebab BPH)
Hasilnya, kelenjar prostat tidak bertambah besar.

Zat-zat gizi yang juga amat penting untuk menjaga kesehatan prostat di antaranya
adalah :

1. Vitamin A, E, dan C, antioksidan yang berperan penting dalam mencegah pertumbuhan


sel kanker, karena menurut penelitian, 5-10% kasus BPH dapat berkembang menjadi
kanker prostat.
2. Vitamin B1, B2, dan B6, yang dibutuhkan dalam proses metabolisme karbohidrat, lemak,
dan protein, sehingga kerja ginjal dan organ tubuh lain tidak terlalu berat. Copper
(gluconate) dan Parsley Leaf, yang dapat membantu melancarkan pengeluaran air seni
dan mendukung fungsi ginjal.
3. L-Glysine, senyawa asam amino yang membantu sistem penghantaran rangsangan ke
susunan syaraf pusat.
4. Zinc, mineral ini bermanfaat untuk meningkatkan produksi dan kualitas sperma.

Berikut ini beberapa tips untuk mengurangi risiko masalah prostat, antara lain:

- Mengurangi makanan kaya lemak hewan


- Meningkatkan makanan kaya lycopene (dalam tomat), selenium (dalam makanan laut),
vitamin E, isoflavonoid (dalam produk kedelai)
- Makan sedikitnya 5 porsi buah dan sayuran sehari
- Berolahraga secara rutin
- Pertahankan berat badan ideal
PENATALAKSANAAN
1. Observasi
Biasanya di lakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Pasien di anjurkan untuk
mengurangi minum setelah makan malam yang di tujukan agar tidak terjadi nokturia,
menghindari obat obatan dekongestan (paramsimpatolitik) mengurangi minum kopi dan tidak di
perbolehkan minum alcohol agar tidak terlalu sering miksi. Pasien di anjurkan untuk
menghindari mengangkat barang yang berat agar perdarahan dapat di cegah. Anjurkan pasien
agar sering mengosongkan kandung kemih untuk menghindari distensi kandung kemih dan
hipertrofi kandung kemih. Secara periodic pasien di anjurkan untuk melakukan control keluhan,
pemeriksaan laboratorium, sisa kencing dan pemeriksaan colok dubur (purnomo,2011).

Pemeriksaan derajat obstruksi prostat menurut purnomo (2011) dapat di perkirakan dengan
mengukur residual urine dan pancaran urine
a. Residual urine, yaitu jumlah sisa urine setelah miksi. Sisa urine dapat di ukur dengan cara
melakukan kateterisasi setelah miksi atau di tentukan dengan pemeriksaan USG setelah
miksi.
b. Pancaran urine (flow rate), dapat di hitung dengan cara menghitung jumlah urine di bagi
dengan lamanya miksi berlangsung (ml/detik) atau dengan alat urofrometri yang
menyajikan gambaran grafik pancaran urine
2. Terapi bedah
Pembedahan adalah tindakan pilihan, keputusan untuk dilakuk an pembedahan didasarkan
pada beratnya obstruksi, adanya ISK, retensio urin berulang, hematuri, tanda penurunan fungsi
ginjal, ada batu saluran kemih dan perubahan fisiologi pada prostat. Menurut Smeltzer dan Bare
(2002) intervensi bedah yang dapat dilakukan meliputi : Pembedahan terbuka dan pembedahan
endourologi.
a. Pembedahan terbuka, beberapa teknik operasi prostatektomi terbuka yang biasa digunakan
adalah :
1. Prostatektomi suprapubik
Adalah salah satu metode mengangkat kelenjar melalui insisi abdomen. Insisi
dibuat dikedalam kandung kemih, dan kelenjar prostat diangat dari atas.
2. Prostatektomi perineal
Adalah suatu tindakan dengan mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam
perineum. Teknik ini lebih praktis dan sangat berguan untuk biopsy terbuka
3. Prostatektomi retropubik
Adalah tindakan lain yang dapat dilakukan, dengan cara insisi abdomen rendah
mendekati kelenjar prostat, yaitu antara arkus pubis dan kandung kemih tanpa
memasuki kandung kemih.Teknik ini sangat tepat untuk kelenjar prostat yang
terletak tinggi dalam pubis.

b. Pembedahan endourologi, pembedahan endourologi transurethral dapat dilakukan dengan


memakai tenaga elektrik diantaranya:
1. Transurethral Prostatic Resection (TURP)
Merupakan tindakan operasi yang paling banyak dilakukan, reseksi kelenjar
prostat dilakukan dengan transuretra menggunakan cairan irigan (pembilas) agar daerah
yang akan dioperasi tidak tertutup darah. Indikasi TURP ialah gejala-gejala sedang
sampai berat, volume prostat kurang dari 90 gr.Tindakan ini dilaksanakan apabila
pembesaran prostat terjadi dalam lobus medial yang langsung mengelilingi uretra.
Setelah TURP yang memakai kateter threeway. Irigasi kandung kemih secara terus
menerus dilaksanakan untuk mencegah pembekuan darah

2. Transurethral Incision of the Prostate (TUIP)


Adalah prosedur lain dalam menangani BPH. Tindakan ini dilakukan apabila
volume prostat tidak terlalu besar atau prostat fibrotic. Indikasi dari penggunan TUIP
adalah keluhan sedang atau berat, dengan volume prostat normal/kecil (30 gram atau
kurang). Teknik yang dilakukan adalah dengan memasukan instrument kedalam uretra
2. C. Karakteristik dan Tumbuh kembang kelompok terkait kasus.

KARAKTERISTIK

1. Stadium I
Ada obstruktif tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine sampai habis.
2. Stadium II
Ada retensi urine tetapi kandung kemih mampu mengeluarkanurine walaupun tidak sampai habis,
masih tersisa kira-kira 60-150cc. Ada rasa ridak enak BAK atau disuria dan menjadi nocturia.
3. Stadium III
Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc.
4. Stadium IV
Retensi urine total, buli-buli penuh pasien tampak kesakitan, urinemenetes secara periodik (over
flow inkontinen).

Menurut Brunner and Suddarth (2013) menyebutkan bahwa :

Karakteristik dari BPH adalah peningkatan frekuensi penuh, nokturia,dorongan ingin berkemih,
anyang-anyangan, abdomen tegang, volume urineyang turun dan harus mengejan saat berkemih, aliran
urine tak lancar, dribbing(urine terus menerus setelah berkemih), retensi urine akut.Adapun pemeriksaan
kelenjar prostat melalui pemeriksaan di bawah ini :

1. Rectal Gradding
Dilakukan pada waktu vesika urinaria kosong :
a. Grade 0 : Penonjolan prostat 0-1 cm ke dalam rectum.
b. Grade 1 : Penonjolan prostat 1-2 cm ke dalam rectum.
c. Grade 2 : Penonjolan prostat 2-3 cm ke dalam rectum.
d. Grade 3 : Penonjolan prostat 3-4 cm ke dalam rectum.
e. Grade 4 : Penonjolan prostat 4-5 cm ke dalam rectum.

2. Clinical Gradding
Banyaknya sisa urine diukur tiap pagi hari setelah bangun tidur, disuruhkencing dahulu kemudian
dipasang kateter.
a. Normal : Tidak ada sisa
b. Grade I : sisa 0-50 cc
c. Grade II : sisa 50-150 cc
d. Grade III : sisa > 150 cc
e. Grade IV : pasien sama sekali tidak bisa kencing.

DAMPAK PSIKOSOSIAL
Manusia merupakan satu kesatuan dari sistem tubuh, merupakan makluk yang holistik
meliputi aspek bio-psikososial, kultural, dan spiritual. Karena suatu sitem yang utuh, maka bila
ada gangguan pada salah satu aspek maka akan mengganggu pada aspek yang lain, dan respon
terhadap perubahan atau gangguan tersebut adalah berbeda –beda (unik) pada masing – masing
individu.
Indivudu yang sakit secara fisik dan harus dirawat dirumah sakit, akan mengalami
perubahan pada status psikologisnya, individu tersebut mungkin menangis, marah, depresi,
regresi dan sebagainya. Sebagai manifestasi psikologis dari ketidak pastian akibat penyakit dan
mungki kita yang dideritanya secara spesifik respon klien yang dirawat di RS berhubungan
dengan kehilangan pada aspek biologis, psikologi, sosial dan spiritual.
Faktor –faktor yang mempengaruhi sress akibat dan dirawat adalah :
1. Lingkungan yang baru
2. Kehilangan kemandirian
3. Berpisah dari suami / istri / orang yang terdekat.
4. Berpisah dengan keluarga.
5. Masalah finansial
6. Isolasi dari yang lain.
7. Kurangnya informasi
8. Penyakit yang serius
9. Masalah yang berhubungan dengan tindakan yang dilakukan
Respon individu terhadap sakit dan dirawat berhubungan dengan :
1. Pengalaman masa lalu yang berhubungan dengan penyakit dan hospitalisasi
2. Persepsi terhadap penyakitnya
3. Kepercayaan terhadap penyakit
4. Percaya terhadap sistem perawatan kesehatan
5. Proses penyakit yang aktual/serius
Dimensi peran sakit berhubungan dengan sakit dan dirawat klien adalah:
1. Bebas dan tanggung jawab sosial
2. Kesehatan optimal tidak tercapai
3. Memerlukan bantuan profesional di bidang kesehatan
4. Melakukan kerjasama dengan ahli untuk membantu

1.

1. Hopefullness (Penuh Harapan)


Adalah respon psikologis yang berhubungan dengan adanya sejumlah harapan individu
(klien) untuk sembuh (recovery). Respon psikologis klien yang mempunyai pengharapan
adalah :
a. Sikap positif
b. Membantasi penggunaan defense mechanisme
c. Mempunyai koping yang adekuat untuk mengelola disekuilibrium oleh karena sakit

2. Uncertainly (Ketidakpastian)
Adalah respon psikologis dimana individu tidak mampu menentukan makna suatu
kejadian. Hal ini berhubungan dengan :
a. Kekhawatiran terhadap penyakitnya
b. Kompleksitas “treatment” yang diberikan atau sistem pelayanan kesehatan
c. Informasi yang tidak adekuat tentang diagnosa dan keseriusan penyakitnya
d. Penyebab dan prognosis sakit/penyakit yang tidak diprediksi
3. Pengkajian Kasus Kesehatan sesuai dengan format Asuhan Keperawatan Komunitas.

1. PENGKAJIAN
a. Core
1) Sejarah
Penduduk tinggal di daerah Bekasi. Dimana kota tersebut mrupakan
kota padat penduduk dan kota yang banyak terdapat proyek
pembangunan
2) Demografi
Desa X di Bekasi
3) Etnis
Mayoritas penduduk berasal dari pulau Jawa
4) Nilai dan Keyakinan
Mayoritas penduduk beragama Islam
5) Data statistik
 Warga dewasa laki-laki sekitar 35 orang dari 100 orang yang
menderita BPH
 Sebanyak 5 orang menyatakan malu karena bertambah ukuran
prostat
 Sebanyak 15 orang mengeluhkan harus mengedan BAK
 Sebanyak 10 orang mengatakan pancaran BAK melemah
 Hampir 57% mengeluhkan nyeri saat BAK
 33% sering berulang gejala infeksi pada kandung kemih
6) Karakteristik Penduduk
 Fisik :
- Ukuran prostat semakin bertambah
- Hampir 30% dari penduduk mengalami obesitas
 Psikologis :
- Pasien mengeluh malu karena bertambahnya ukuran prostat
 Sosial :
- Pasien jarang memperhatikan dan mengecek kesehatannya
 Perilaku :
- Pasien jarang melakukan olahraga
- Pasien sering merokok
- Pasien jarang memeriksa kesehatannya
- Pasien bekerja menjadi kuli bangunan
b. Data Subsistem
1. Lingkungan Fisik
 Pasien tinggal di Daerah Bekasi, dimana kota tersebut kota
yang banyak proyek pembangunan. Dan hampir semua
penderita BPH bekerja menjadi kuli bangunan diproyek
tersebut
2. Sistem Kesehatan
 Pusat pelayanan: terdapat 1 puskesmas
3. Keamanan dan Transportasi
 Banyak kendaraan melintas di daerah tempat tinggal
4. Pendidikan
 Rata-rata penderita hanya lulusan SMP
5. Ekonomi
Mayoritas penderita BPH bekerja sebagai kuli bangunan
6. Politik dan Pemerintahan
Pasien tinggal di daerah berpolitik
7. Komunikasi
Mayoritas penduduk dapat berkomunikasi baik dengan
lingkungannya
8. Rekreasi
Penduduk mengatakan jarang melakukan rekreasi
c. Persepsi dalam lingkungan masyarakat
1. Mayoritas penduduk tidak peduli dengan kesehatannya
2. Mayoritas penduduk jarang memeriksa kesehatannya
3. Mayoritas penduduk tinggal di kawasan perokok
ANALISA DATA

Data Masalah

Ds:

1. Pasien mengeluh harus mengedan


buang air kecil
2. Pasien mengeluh pancaran air kecilnya
melemah
3. Pasien mengeluh malu karena
Gangguan Pola Eliminasi Urine
bertambah ukuran postat
4. Pasien mengatakan sering berkemih

Do:

1. Hasil Flow Rate 9ml/dtk


2. Adanya pembesaran postat
3. Pasien terlihat sering buang air kecil

Ds:

1. Pasien mengeluh nyeri ketika buang air


kecil
2. Pasien mengatakan slalu adanya
dorongan untuk berkemih
3. Pasien mengatakan sulit tidur

Nyeri Akut
Do:
(00132)
1. Pasien nampak menahan nyeri, dengan
skala 5
2. Pasien terbatas dalam gerak
3. Pasien terlihat gelisah
Ds:

1. Pasien mengatakan tidak tau tentang


penyakitnya
2. Pasien mengatakan tidak pernah
mendengar penyakit prostat
3. Pasien mengatakan malas ntuk
Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan
memeriksakan penyakitnya pada
pusat kesehatan (00099)

Do:

1. Pasien menanyakan tentang


Penyakitnya
2. Pasien banyak bertanya
Ds:

1. Rata-rata pasien mengatakan


seorang perokok aktif
2. Beberapa pasien mengatakan dapat
menghabiskan 1 bungkus rokok
dalam 1 hari Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko

(00188)

Do:

1. Pasien merupakan penduduk asli di


wilayah tersebut
2. Mayoritas penduduk tinggal di
kawasan perokok
INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan Rencana Kegiatan

No Keperwatan Intervensi Strategi

1 Gangguan Pola Eliminasi Tujuan Umum: a. Dorongkan pasien untuk berkemih 2-4 a. Medis
Urine a. Diharapkan gangguan pola jam dan tiba-tiba dirasakan
eliminasi BAK tidak terjadi b. Observasi aliran urine, perhatkan
keluaran dan kekuatan
Tujuan Khusus: c. Awasi, catat dan jumlah tiap berkemih
a. Pasien dapat BAK dengan d. Perkusi/palpasi area suprapubik
legah tanpa harus mengedan e. Awasi TTV dengan ketat
dan frekuensi, Panacaran
BAK kembali pada semula
b. Ukuran Prostat dapat
berkurang
c. Flaw Rate ...
2 Nyeri Akut berhubungan Tujuan Umum: Manajemen nyeri a. Terapi SEFT
dengan agen injuri biologi a. Diharapakan Nyeri yang
a. Lakukan pengkajian nyeri secara
dirasakan dapat berkurang
komprehensif meliputi lokasi,
Tujuan Khusus: karakteristik, awitan dan durasi,
a. Pasien dapat beraktivitas frekuensi, kualitas, intensitas atau
dan beristirahat dengan keparahan nyeri dan faktor
mudah presipitasinya
b. - Pasien dapat relaks/tidak b. Ajarkan teknik nonfarmakologi
gelisah (relaksasi, distraksi, terapi)
3 Ketidakefektifan Outcomes: Status Kesehatan Pendidikan Kesehatan a. Penyuluhan
Pemeliharaan Kesehatan Komunitas (2800) a. Identifikasi faktor internal atau eksternal b. Penkes
Berhubungan dengan sumber yang dapat meningkatkan atau mengenai
Indikator
daya (pengetahuan) tidak mengurangi motivasi untuk [ber]perilaku penyakit
a. Status kesehatan orang
cukup (00099) sehat c. Posbindu
dewasa dalam rentang baik
b. Bantu individu, keluarga, dan masyarakat
b. Prevalensi program
untuk memperjelas keyakinan dan nilai-
peningkatan kesehatan
nilai kesehatan
dalam rentang baik
c. Berikan ceramah untuk menyampaikan
c. Tingkat partisipasi warga
informasi dalam jumlah besar, [pada] saat
dalam program kesehatan
yang tepat
dalam rentang baik
Panduan Sistem Pelayanan Kesehatan
a. Jelaskan sistem perawatan kesehatan
segera, cara kerjanya dan apa yang bisa
diharapkan pasien/keluarga
b. Anjurkan pasien mengenai jenis
layanan yang bisa diharapkan dari
setiap jenis penyedia layanan kesehatan
(misalnya, perawat spesialis, ahli gizi
berlisensi, perawat berlisensi, perawat
praktisi berlisensi, terapi fisik, ahli
jantung, internis, dokter mata, dan
psikolog)

Dukungan Kelompok
a. Kaji tingkatan dan kesesuaian sistem
pendukung yang telah ada
b. Ciptakan suasana yang menyenangkan
c. Buat kelompok dengan jumlah
anggotayang sesuai (misalnya, 5-12
orang/kelompok)
d. Dorong agar setiap peserta dapat
menyampaikan pikiran dan
pengetahuannya
4 Perilaku kesehatan cenderung Outcomes: Kontrol risiko Bantuan Penghentian Merokok a. Melakukan
berisiko berhubungan dengan komunitas: tradisi budaya yang a. Catat status merokok saat ini dan senam sehat
merokok (00188) tidak sehat riwayat merokok bersama
b. Berikan saran yang konsisten dan jelas b. Pembuatan
Indikator:
untuk berhenti merokok poster bahaya
a. Program pendidikan untuk
c. Dorong pasien untuk bergabung dengan merokok
penguatan praktik budaya
kelompok pendukung berhenti merokok c. Penkes bahaya
yang sehat dalam rentang
yang bertemu setiap minggu merokok
normal
d. Rujuk pada program kelompok atau
b. Penguatan praktik budaya
terapis individu, yang sesuai
yang sehat menggunakan
e. Bantu pasien merencanakan strategi
sumber-sumber daya
koping tertentu dan menyelesaikan
komunitas dalam rentang
masalah yang timbul dari [rencana]
normal
berhenti merokok
f. Informasikan pasien bahwa mulut
kering, batuk, tenggorokan gatal, dan
perasaan gelisah adalah gejala yang
mungkin terjadi setelah berhenti
merokok; tambalan atau permen karet
dapat membantu [meredakan] keinginan
merokok

Terapi Kelompok
a. Tentukan tujuan dari keompok
(misalnya memelihara testing realita,
memfasilitasi komunikasi, memeriksa
keterampilan interpersonal, dan
dukungan) serta kealamiahan dari
proses kelompok
b. Bentuk kelompok dengan jumlah
optimal: 5-12 anggota
c. Berikan struktur latihan kelompok
(dengan cara yang tepat, untuk
mendukung fungsi dan kesadaran
kelompok
d. Gunakan [teknik] bermain peran dan
penyelesaian masalah, dengan cara
yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2.
Jakarta EGC

Bustan,M.N. 2011. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai