Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHLUAN

DAN ASUHAN KEPERAWATAN


GLOMERULONEFRITIS SINDROM

Disusun Oleh :

1. AHMAD YUSRON (201501101)


2. NOOR ARIEF BACHTIAR (201501124)
3. DWI FITRI APRILIA (201501108)
4. ARI BUDI C. (201501105)
5. EKO YUSWANTO (201501111)
6. IKA IRMA YUSTIANA (201501117)
7. NURUL CHOTIJAH (201501126)
8. RELA AYU YUSEFA (201501139)

STIKES KARYA HUSADA KEDIRI

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Laporan Pendahuluan dan
Asuhan Keperawatan tentang Glomerulonefritis Sindrom meskipun masih jauh dari
kesempurnaan.
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah sistem UROLOGI yang
dibimbing oleh bapak Ns. Moch. Maftuchul Huda, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Kom.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih yang kepada pembimbing yang telah
meluangkan waktu baik diwaktu jam pelajaran maupun diluar jam pelajaran untuk
membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini, serta pihak-pihak yang terlibat,
baik langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang konstruktif demi kemajuan dan kebaikan makalah ini
sangat penulis harapkan
Akhirnya penulis berharap makalah Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
tentang Glomerulonefritis Sindrom ini dapat bermanfaat bagi masyarakat secara umum
dan mahasiswa STIKES Karya Husada Kediri khususnya.

Pare, 15 Mei 2016

Penulis,
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i


KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................. 2
C. Manfaat 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Anatomi fisiologi sistem urologi .......................................... 3
B. Definisi ................................................................................. 3
C. Etiologi ................................................................................. 7
D. Patofisiologi ......................................................................... 8
E. WOC .................................................................................... 10
F. Manifestasi Klinis ................................................................ 11
G. Komplikasi.. . 13
H. Pemeriksaan fisik ................................................................. 14
I. Pemeriksaan Diagnostik ....................................................... 14
J. Penatalaksanaan Umum ....................................................... 15
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian ............................................................................ 17
B. Masalah Keperawatan .......................................................... 19
C. Rencana Keperawatan .......................................................... 20
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 23
B. Saran ........................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap

akhir dan tingginya angka morbiditas pada anak. Terminologi glomerulonefritis yang

dipakai disini adalah untuk menunjukkan bahwa kelainan yang pertama dan utama

terjadi pada glomerulus, bukan pada struktur ginjal yang lain.

Glomerulonefritis merupakan penyakit peradangan ginjal bilateral. Peradangan

dimulai dalam gromleurus dan bermanifestasi sebagai proteinuria dan atau

hematuria. Meskipun lesi utama pada gromelurus, tetapi seluruh nefron pada

akhirnya akan mengalami kerusakan, sehingga terjadi gagal ginjal. Penyakit yang

mula-mula digambarkan oleh Richard Bright pada tahun 1827 sekarang diketahui

merupakan kumpulan banyak penyakit dengan berbagai etiologi, meskipun respon

imun agaknya menimbulkan beberapa bentuk glomerulonefritis.

Indonesia pada tahun 1995, melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat di

rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di Surabaya

(26,5%), kemudian disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%), dan

Palembang (8,2%). Pasien laki-laki dan perempuan berbanding 2 : 1 dan terbanyak

pada anak usia antara 6-8 tahun (40,6%).

Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak (akut) atau secara

menahun (kronis) seringkali tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala.

Gejalanya dapat berupa mual-mual, kurang darah (anemia), atau hipertensi. Gejala

umum berupa sembab kelopak mata, kencing sedikit, dan berwarna merah, biasanya

disertai hipertensi. Penyakit ini umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan, 10%

menjadi kronis, dan 10% berakibat fatal.


Dari penjelasan di atas penulis ingin membuat makalah mengenai

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien dengan Glomerulonefritis

Sindrom

B. Tujuan Penulisan

Tujuan Umum

Secara umum penulis bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara

umum tentang asuhan keperawatan klien dengan Glomerulonefritis Sindrom

Tujuan Khusus

a. Mahasiswa dapat mengetahui tentang anatomi fisiologi sistem urologi

b. Mahasiswa dapat mengetahui definisi Glomerulonefritis Sindrom

c. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi Glomerulonefritis sindrom

d. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi Glomerulonefritis Sindrom

e. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi Glomerunefritis Sindrom

f. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis Glomerulonefritis Sindrom

g. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan diagnostik Glomerulonefritis

Sindrom

h. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan Glomerulonefritis Sindrom

i. Mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan Glomerulonefritis Sindrom


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi Sistem Urologi

Sistem urinary adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan

mengalirkan urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter,

kandung kemih, dan uretra.

1. Ginjal (www.pintarbiologi.com)

Kedudukan ginjal di belakang dari kavum abdominalis di belakang peritoneum

pada kedua sisi vertebra lumbalis iii melekat langsung pada dinding abdomen.

Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen.

Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di

bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar

suprarenal).

Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritoneum yang

melapisi rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3.
Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat

untuk hati.

Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas.

Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak

pararenal) yang membantu meredam goncangan.

Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang.

Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama

urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Cabang

dari kedokteran yang mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut nefrologi..

LAPISAN GINJAL (www.pintarbiologi.com)

Setiap ginjal terbungkus selaput tipis (kapsula renalis) berupa jaringan fibrus

berwarna ungu tua

Lapisan ginjal terbagi atas :lapisan luar (yaitu lapisan korteks / substantia

kortekalis) dan lapisan dalam (yaitu medulla (substantia medullaris). Bagian paling

luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi disebut medulla. Bagian
paling dalam disebut pelvis. Pada bagian medulla ginjal manusia dapat pula dilihat

adanya piramida yang merupakan bukaan saluran pengumpul. Ginjal dibungkus

oleh lapisan jaringan ikat longgar yang disebut kapsula.

UNIT FUNGSIONAL GINJAL (www.pintarbiologi.com)

Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih dari

satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron berfungsi sebagai

regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara

menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih

diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan

pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan

kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin.

Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula

(atau badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus).


Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus

yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari

arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau

penyaringan. Darah dapat disaring melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari

glomerulus dan kapsula Bowman karena adanya tekanan dari darah yang

mendorong plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus

ginjal. Darah yang telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen.

Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman. Bagian yang

mengalirkan filtrat glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus konvulasi

proksimal. Bagian selanjutnya adalah lengkung Henle yang bermuara pada tubulus

konvulasi distal.

Lengkung Henle diberi nama berdasar penemunya yaitu Friedrich Gustav Jakob

Henle di awal tahun 1860-an. Lengkung Henle menjaga gradien osmotik dalam

pertukaran lawan arus yang digunakan untuk filtrasi. Sel yang melapisi tubulus

memiliki banyak mitokondria yang menghasilkan ATP dan memungkinkan

terjadinya transpor aktif untuk menyerap kembali glukosa, asam amino, dan

berbagai ion mineral. Sebagian besar air (97.7%) dalam filtrat masuk ke dalam

tubulus konvulasi dan tubulus kolektivus melalui osmosis.

Cairan mengalir dari tubulus konvulasi distal ke dalam sistem pengumpul yang

terdiri dari:tubulus penghubung , tubulus kolektivus kortikal dan tubulus kloektivus

medularis

Tempat lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen disebut aparatus

juxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel juxtaglomerular. Sel


juxtaglomerular adalah tempat terjadinya sintesis dan sekresi renin. Cairan menjadi

makin kental di sepanjang tubulus dan saluran untuk membentuk urin, yang

kemudian dibawa ke kandung kemih melewati ureter.

1. Ureter (www.pintarbiologi.com)

Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil penyaringan

ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica urinaria.

Terdapat sepasang ureter yang terletak retroperitoneal, masing-masing satu untuk

setiap ginjal.

Syntopi ureter

Ureter kiri Ureter kanan

Anterior Kolon sigmoid Duodenum pars


descendens
a/v. colica sinistra
Ileum terminal
a/v. testicularis/ovarica
a/v. colica dextra
a/v.ileocolica
mesostenium
Posterior M.psoas major, percabangan a.iliaca communis

Laki-laki: melintas di bawah lig. umbilikal lateral dan


ductus deferens
Perempuan: melintas di sepanjang sisi cervix uteri dan
bagian atas vagina

Laki-laki: melintas di bawah ligamentum umbilikal lateral dan ductus deferens

Perempuan: melintas di sepanjang sisi cervix uteri dan bagian atas vagina

Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan m.psoas

major, lalu menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca communis. Ureter

berjalan secara postero-inferior di dinding lateral pelvis, lalu melengkung

secara ventro-medial untuk mencapai vesica urinaria. Adanya katup uretero-

vesical mencegah aliran balik urine setelah memasuki kandung kemih.

Terdapat beberapa tempat di mana ureter mengalami penyempitan yaitu

peralihan pelvis renalis-ureter, fleksura marginalis serta muara ureter ke dalam

vesica urinaria. Tempat-tempat seperti ini sering terbentuk batu/kalkulus.

Ureter diperdarahi oleh cabang dari a.renalis, aorta abdominalis, a.iliaca

communis, a.testicularis/ovarica serta a.vesicalis inferior. Sedangkan

persarafan ureter melalui segmen T10-L1 atau L2 melalui pleksus renalis,

pleksus aorticus, serta pleksus hipogastricus superior dan inferior.


2. Vesika Urinaria (www.pintarbiologi.com)

Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli, merupakan

tempat untuk menampung urine yang berasal dari ginjal melalui ureter, untuk

selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan eksternal tubuh melalui

mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria terletak di lantai pelvis (pelvic

floor), bersama-sama dengan organ lain seperti rektum, organ reproduksi,

bagian usus halus, serta pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan saraf.

Syntopi vesica urinaria

Vertex Lig. umbilical medial

Infero-lateral Os. Pubis, M.obturator internus, M.levator ani

Superior Kolon sigmoid, ileum (laki-laki), fundus-korpus uteri, excav.


vesicouterina (perempuan)

Infero-posterior Laki-laki: gl.vesiculosa, ampula vas deferens,rektum


Perempuan: korpus-cervis uteri, vagina

Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri atas

tiga bagian yaitu apex, fundus/basis dan collum. Serta mempunyai tiga permukaan

(superior dan inferolateral dextra dan sinistra) serta empat tepi (anterior, posterior,

dan lateral dextra dan sinistra). Dinding vesica urinaria terdiri dari otot m.detrusor
(otot spiral, longitudinal, sirkular). Terdapat trigonum vesicae pada bagian

posteroinferior dan collum vesicae. Trigonum vesicae merupakan suatu bagian

berbentuk mirip-segitiga yang terdiri dari orifisium kedua ureter dan collum vesicae,

bagian ini berwarna lebih pucat dan tidak memiliki rugae walaupun dalam keadaan

kosong. Vesicae urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior. Namun

pada perempuan, a.vesicalis inferior digantikan oleh a.vaginalis.

Sedangkan persarafan pada vesica urinaria terdiri atas persarafan simpatis dan

parasimpatis. Persarafan simpatis melalui n.splanchnicus minor, n.splanchnicus

imus, dan n.splanchnicus lumbalis L1-L2. Adapun persarafan parasimpatis melalui

n.splanchnicus pelvicus S2-S4, yang berperan sebagai sensorik dan motorik.

3. Uretra (www.pintarbiologi.com)

Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju

lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita. Uretra

pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual

(berhubungan dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita panjangnya

sekitar 3.5 cm. selain itu, Pria memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna

(otot polos terusan dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa

(di uretra pars membranosa, bersifat volunter), sedangkan pada wanita hanya
memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat

volunter

Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars

membranosa dan pars spongiosa.

Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek

superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter urethrae

internal yang berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh

persarafan simpatis.

Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar

prostat. Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya.

Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan tersempit.

Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma

urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae eksternal

yang berada di bawah kendali volunter (somatis).


Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang

dari pars membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini

dilapisi oleh korpus spongiosum di bagian luarnya.

B. Definisi Glomerulonefritis Sindrom

Glomerulonefritis akut juga disebut dengan glomerulonefritis akut post

streptokokus (GNAPS) adalah suatu proses radang non-supuratif yang mengenai

glomeruli, sebagai akibat infeksi kuman streptokokus beta hemolitikus grup A,

tipe nefritogenik di tempat lain. Istilah yang digunakan yang mengacu pada

sekelompok penyakit ginjal dimana inflamasi terjadi di glomerulus.

Glomerulonefritis akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis pada ginjal

terhadap bakteri atau virus tertentu.Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman

streptococcus.

Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan

berbagai ragam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan inflamasi

glomerulus yang disebabkan oleh suatu mekanisme imunologis. Sedangkan istilah

akut (glomerulonefritis akut) mencerminkan adanya korelasi klinik selain

menunjukkan adanya gambaran etiologi, patogenesis, perjalanan penyakit dan

prognosis.

Glomerulonefritis kronik adalah suatu gejala yang menggambarkan penyakit

peradangan pada glomerulus tahap akhir yang ditandai kerusakan glomerulus

secara progresif lambat akibat glomerulonefritis yang perkembangannya

perlahan-lahan dan membahayakan serta berlangsung lama (10-30 tahun)


C. Klasifikasi

1. Congenital (herediter)
a) Sindrom Alport

Suatu penyakit herediter yang ditandai oleh adanya glomerulonefritis progresif

familial yang seing disertai tuli syaraf dankelainan mata seperti lentikonus

anterior. Diperkirakan sindrom alport merupakan penyebab dari 3% anak

dengan gagal ginjal kronik dan 2,3% dari semua pasien yang mendapatkan

cangkok ginjal. Dalam suatu penelitian terhadap anak dengan hematuria yang

dilakukan pemeriksaan biopsi ginjal, 11% diantaranya ternyata penderita

sindrom alport. Gejala klinis yang utama adalah hematuria, umumnya berupa

hematuria mikroskopik dengan eksasarbasi hematuria nyata timbul pada saat

menderita infeksi saluran nafas atas. Hilangnya pendengaran secara bilateral

dari sensorineural, dan biasanya tidak terdeteksi pada saat lahir, umumnya baru

tampak pada awal umur sepuluh tahunan.

b) Sindrom Nefrotik Kongenital

Sinroma nefrotik yang telah terlihat sejak atau bahkan sebelum lahir. Gejala

proteinuria massif, sembab dan hipoalbuminemia kadang kala baru terdeteksi

beberapa minggu sampai beberapa bulan kemudian. Proteinuria terdapat pada

hamper semua bayi pada saat lahir, juga sering dijumpai hematuria

mikroskopis. Beberapa kelainan laboratories sindrom nefrotik

(hipoproteinemia, hiperlipidemia) tampak sesuai dengan sembab dan tidak

berbeda dengan sindrom nefrotik jenis lainnya.


2. Glomerulonefritis Primer

a) Glomerulonefritis membranoproliferasif

Suatu glomerulonefritis kronik yang tidak diketahui etiologinya dengan gejala

yang tidak spesifik, bervariasi dari hematuria asimtomatik sampai

glomerulonefitis progresif. 20-30% pasien menunjukkan hematuria

mikroskopik dan proteinuria, 30 % berikutnya menunjukkan gejala

glomerulonefritis akut dengan hematuria nyata dan sembab, sedangkan sisanya

40-45% menunjukkan gejala-gejala sindrom nefrotik. Tidak jarang ditemukan

25-45% mempunyai riwayat infeksi saluran pernafasan bagian atas, sehingga

penyakit tersebut dikira glomerulonefritis akut pasca streptococcus atau

nefropati IgA.

b) Glomerulonefritis membranosa

Glomerulonefritis membranosa sering terjadi pada keadaan tertentu atau setelah

pengobatan dengan obat tertentu. Glomerulopati membranosa paling sering

dijumpai pada hepatitis B dan lupus eritematosus sistemik. Glomerulopati

membranosa jarang dijumpai pada anak, didapatkan insiden 2-6% pada anak

dengan sindrom nefrotik. Umur rata-rata pasien pada berbagai penelitian

berkisar antara 10-12 tahun, meskipun pernah dilaporkan awitan pada anak

dengan umur kurang dari 1 tahun. Tidak ada perbedaan jenis kelamin.

Proteinuria didapatkan pada semua pasien dan sindrom nefrotik merupakan

80% sampai lebih 95% anak pada saat awitan, sedangkan hematuria terdapat

pada 50-60%, dan hipertensi 30%.


c) Nefropati IgA (penyakit berger)

Nefropati IgA biasanya dijumpai pada pasien dengan glomerulonefritis akut,

sindroma nefrotik, hipertensi dan gagal ginjal kronik. Nefropati IgA juga sering

dijumpai pada kasus dengan gangguan hepar, saluran cerna atau kelainan sendi.

Gejala nefropati IgA asimtomatis dan terdiagnosis karena kebetulan ditemukan

hematuria mikroskopik. Adanya episode hematuria makroskopik biasanya

didahului infeksi saluran nafas atas atau infeksi lain atau non infeksi misalnya

olahraga dan imunisasi.

3. Glomerulonefritis sekunder

Golerulonefritis sekunder yang banyak ditemukan dalam klinik yaitu

glomerulonefritis pasca streptococcus, dimana kuman penyebab tersering

adalah streptococcus beta hemolitikus grup A yang nefritogenik terutama

menyerang anak pada masa awal usia sekolah. Glomerulonefritis pasca

streptococcus datang dengan keluhan hematuria nyata, kadang-kadang disertai

sembab mata atau sembab anasarka dan hipertensi.

D. Etiologi

Glomerulonefritis akut didahului oleh infeksi ekstra renal terutama di traktus

respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman streptococcus beta hemoliticus

golongan A tipe 12,4,16,25,dan 29. Hubungan antara glomerulonefritis akut

dan infeksi streptococcus dikemukakan pertama kali oleh Lohlein pada tahun

1907 dengan alasan timbulnya glomerulonefritis akut setelah infeksi

skarlatina,diisolasinya kuman streptococcus beta hemoliticus golongan A, dan

meningkatnya titer anti- streptolisin pada serum penderita.


Antara infeksi bakteri dan timbulnya glomerulonefritis akut terdapat masa

laten selama kurang 10 hari. Kuman streptococcus beta hemoliticus tipe 12 dan

25 lebih bersifat nefritogen daripada yang lain, tapi hal ini tidak diketahui

sebabnya. Kemungkinan factor iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan factor

alergi mempengaruhi terjadinya glomerulonefritis akut setelah infeksi kuman

streptococcus.

Glomerulonefritis akut pasca streptococcus adalah suatu sindrom nefrotik akut

yang ditandai dengan timbulnya hematuria, edema, hipertensi, dan penurunan

fungsi ginjal. Gejala-gejala ini timbul setelah infeksi kuman streptococcus beta

hemoliticus golongan A disaluran pernafasan bagian atas atau pada kulit.

Glomerulonefritis akut pasca streptococcus terutama menyerang pada anak

laki-laki dengan usia kurang dari 3 tahun.Sebagian besar pasien (95%) akan

sembuh, tetapi 5 % diantaranya dapat mengalami perjalanan penyakit yang

memburuk dengan cepat.

Penyakit ini timbul setelah adanya infeksi oleh kuman streptococcus beta

hemoliticus golongan A disaluran pernafasan bagian atas atau pada kulit,

sehingga pencegahan dan pengobatan infeksi saluran pernafasan atas dan kulit

dapat menurunkan kejadian penyakit ini. Dengan perbaikan kesehatan

masyarakat, maka kejadian penyakit ini dapat dikurangi.

Glomerulonefritis akut dapat juga disebabkan oleh sifilis, keracunan seperti

keracunan timah hitam tridion, penyakitb amiloid, trombosis vena renalis,

purpura anafilaktoid dan lupus eritematosus.

E. Tanda dan Gejala

Sakit kepala

Malaise
Edema

Proteinuria

Hematuria

Oliguria

Anoreksia

Kadang-kadang demam

Mual

Muntah

Nyeri panggul

Hipertensi

F. Patofisiologi

Sebenarnya bukan streptokokus yang menyebabkan kerusakan pada ginjal.

Diduga terdapat suatu antibodi yang ditujukan terhadap suatu antigen khusus yang

merupakan unsur membran plasma sterptokokal spesifik. Terbentuk kompleks

antigen-antibodi didalam darah dan bersirkulasi kedalam glomerulus tempat

kompleks tersebut secara mekanis terperangkap dalam membran basalis.selanjutnya

komplomen akan terfiksasi mengakibatkan lesi dan peradangan yang menarik

leukosit polimorfonuklear (PMN) dan trombosit menuju tempat lesi, yang kemudian

terbentuk jaringan parut dan kehilangan permukaan penyaring.

Fagositosis dan pelepasan enzim lisosom juga merusak endothel dan membran

basalis glomerulus (IGBM). Sebagai respon terhadap lesi yang terjadi, timbu

proliferasi sel-sel endotel yang diikuti sel-sel mesangium dan selanjutnya sel-sel

epitel. Semakin meningkatnya kebocoran kapiler gromelurus menyebabkan protein

dan sel darah merah dapat keluar ke dalam urine yang sedang dibentuk oleh ginjal,

mengakibatkan proteinuria dan hematuria. Agaknya kompleks komplomen antigen-


antibodi inilah yang terlihat sebagai nodul-nodul subepitel pada mikroskop elektron

dan sebagai bentuk granular dan berbungkah-bungkah pada mikroskop

imunofluoresensi, pada pemeriksaan cahaya glomerulus tampak membengkak dan

hiperseluler.

G. Pemeriksaan Diagnostik

Urinalisis menunjukkan adanya proteinuria (+1 sampai +4),

Hematuria akroskopik ditemukan hampir pada 50% penderita

Kelainan sedimen urine dengan eritrosit disformik

Granular

Hb menurun ( 8-11 )

Ureum dan serum kreatinin meningkat.

( Ureum : Laki-laki = 8,84-24,7 mmol/24jam atau 1-2,8 mg/24jam, wanita =

7,9-14,1 mmol/24jam atau 0,9-1,6 mg/24jam, Sedangkan Serum kreatinin :

Laki-laki = 55-123 mikromol/L atau 0,6-1,4 mg/dl, wanita = 44-106

mikromol/L atau 0,5-1,2 mg/dl ).

Elektrolit serum (natrium meningkat, normalnya 1100 g)

Urinalisis (Berat Jenis Urine meningkat : 1,015-1,025 , albumin , Eritrosit ,

leukosit )

Pada rontgen: IVP abnormalitas pada sistem penampungan (Ductus koligentes)

H. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan adalah untuk melindungi fungsi ginjal dan menangani

komplikasi dengan tepat.

a. Medis

1) Pemberian penisilin pada fase akut. Pemberian antibiotika ini tidak

mempengaruhi beratnya glomerulonefritis, melainkan mengurangi


menyebarnya infeksi Streptococcus yang mungkin masih, dapat

dikombinasi dengan amoksislin 50 mg/kg BB dibagi 3 dosis selama 10

hari. Jika alergi terhadap golongan penisilin, diganti dengan eritromisin 30

mg/kg BB/hari dibagi 3 dosis.

2) Pengobatan terhadap hipertensi. Pemberian cairan dikurangi, pemberian

sedativa untuk menenangkan penderita sehingga dapat cukup beristirahat.

Pada hipertensi dengan gejala serebral diberikan reserpin dan hidralazin.

Mula-mula diberikan reserpin sebanyak 0,07 mg/kgbb secara

intramuskular. Bila terjadi diuresis 5-10 jam kemudian, maka selanjutnya

reserpin diberikan peroral dengan dosis rumat, 0,03 mg/kgbb/hari.

Magnesium sulfat parenteral tidak dianjurkan lagi karena memberi efek

toksis.

3) Pemberian furosemid (Lasix) secara intravena (1 mg/kgbb/kali) dalam 5-10

menit tidak berakibat buruk pada hemodinamika ginjal dan filtrasi

glomerulus

4) Bila timbul gagal jantung, maka diberikan digitalis, sedativa dan oksigen.

5) Hemodialisis

Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk mencegah gejala

toksik azotemia dan malnutrisi. Tetapi terapi dialisis tidak boleh terlalu

cepat pada pasien GNS kronis yang belum tahap akhir akan memperburuk

faal ginjal.

Indikasi terapi dialisis yaitu indikasi absolut dan indikasi elektif. Beberapa

yang termasuk indikasi absolut yaitu perikarditis,ensefalopati/neuropati

azotemik, bendungan paru dan kelebihan cairan yang tidak renponsif

dengan diuretik, hipertensi refrakter, muntah persisten dan blood uremic


nitrogen (BUN) lebih dari 120 mg% dan creatinin lebih dari 10 mg%.

Indikasi elektif antara lain mual, anorexia, muntah dan astenia berat.

6) Transplantasi ginjal, merupakan terapi pengganti ginjal (anatomi dan faal)

pertimbangan program transplantasi ginjal yaitu:

Cangkok ginjal (kidney transplant) dapat mengambil alih seluruh

(100%) faal ginjal sedangkan hemodialisis hanya mengambil alih

70-80% faal ginjal alamiah

kualitas hidup normal kembali

masa hidup (survival rate) lebih lama

Komplikasi terutama berhubungan dengan obat imunosupresif

untuk mencegah reaksi penolakan.

b. Keperawatan

1) Istirahat mutlak selama 3-4 minggu. Dulu dianjurkan istirahat mutlah

selama 6-8 minggu untuk memberi kesempatan pada ginjal untuk

menyembuh. Tetapi penyelidikan terakhir menunjukkan bahwa mobilisasi

penderita sesudah 3-4 minggu dari mulai timbulnya penyakit tidak

berakibat buruk terhadap perjalanan penyakitnya.

2) Pada fase akut diberikan makanan rendah protein (1 g/kgbb/hari) dan

rendah garam (1 g/hari). Makanan lunak diberikan pada penderita dengan

suhu tinggi dan makanan biasa bila suhu telah normal kembali.

3) Bila ada anuria atau muntah, maka diberikan IVFD dengan larutan glukosa

10%. Pada penderita tanpa komplikasi pemberian cairan disesuaikan

dengan kebutuhan

4) Bila ada komplikasi seperti gagal jantung, edema, hipertensi dan oliguria,

maka jumlah cairan yang diberikan harus dibatasi.


I. Kompilkasi

Gagal ginjal akut & kronik

Hipertensi ensefalopati yang merupakan gejala serebrum karena hipertensi.

Terdapat gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-

kejang. Ini disebabkan spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan

edema otak.

Gagal jantung kongestif

Edema pulmoner

Gangguan sirkulasi berupa dispne, ortopne, terdapatnya ronki basah,

pembesaran jantung dan meningginya tekanand arah yang bukan saja

disebabkan spasme pembuluh darah, melainkan juga disebabkan oleh

bertambahnya volume plasma.

Jantung dapat membesar dan terjadi gagal jantung akibat hipertensi yang

menetap dan kelainan di miokardium.

Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia di samping sintesis

eritropoetik yang menurun.


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN GLOMERULONEFRITIS SINDROM

A. Pengkajian

1. Biodata meliputi nama, tempat, tanggal lahir, usia, jenis kelamin,

diagnose medis.

2. Keluhan utama

Pada pasien glomerulonefritits sindroma biasanya terdapat keluhan

berupa mual/muntah.

3. Riwayat penyakit sekarang

Biasanya didapatkan gejala berupa mual, muntah sehingga tidak nafsu

makan.

4. Riwayat penyakit terdahulu

Riwayat penyakit yang mungkin muncul sebelum masuk rumah sakit,

serta pemicu penyakit jika penyakit yang sama berulang. Biasanya

terdapat penyakit hipertensi, gagal ginjal ataupun penyakit

kardiovaskuler

5. Riwayat penyakit keluarga

Kemungkinan didapatkan riwayat penyakit glomerulonefritits

sindrom,hipertensi,gagal ginjal, penyakit kardiovaskuler pada anggota

keluarga yang lain

6. Data psikososial

7. Pemeriksaan fisik
a) Pengkajian primer

Pengkajian primer yang dilakukan terdiri atas pengkajian

B1- B6 :

B1 (Breathing)

Apabila terdapat komplikasi biasanya pasien terlihat sesak

dengan frekuensi nafas melebihi normal, adanya crakles. Sesak

terjadi karena retensi cairan/adanya edema pada mukosa saluran

pernafasan serta kemungkinan komplikasi pada kardiovaskuler

B2 (Bleeding)

Kemungkinan terdapat peningkatan tekanan darah jika pasien

terdapat penyakit penyerta misalnya hipertensi/decompensasi

cordis sehingga terdapat penurunan perfusi jaringan

B3 (Brain)

Kesadaran composmentis tetapi tergantung pada keadaan umum

pasien, terkadang didapatkan keluhan berupa sakit kepala

karena suplai oksigen ke cerebral menurun.

B4 (Blader)

Pengukuran volume urine berhubungan dengan adanya

penurunan suplai darah ke ginjal yang merupakan manifestasi

dari penurunan perfusi jaringan. Produksi urin normal 0,5

sampai dengan 1 cc/kg BB/jam. Pada hasil pemeriksaan Urin

Lengkap pasien GNS ditemukan protein. eritrosit, granular

karena kerusakan filtrasi ginjal

B5 (Bowel)
Terdapat nyeri abdomen, mual,muntah dan penurunan nafsu

makan

B6 (Bone)

Terdapat penurunan aktifitas dikarenakan adanya kelemahan,

kelelahan, tidak dapat tidur, tidak didapatkan kelainan tulang.

adanya edema sebagai indikasi retensi cairan

b. Pengkajian Sekunder

Aktifitas/istirahat

Data subyektif : kesulitan dalam beraktifitas, kelemahan,

mudah lelah, kesulitan beristirahat.

Data obyektif : tampak adanya kelemahan umum

Sirkulasi

Data subyektif : Kemungkinan terdapat peningkatan

tekanan darah jika pasien terdapat

penyakit penyerta berupa hipertensi dan

terdapat penurunan perfusi jaringan karena

sesak

Data obyektif : Terdapat penurunan capillary refill lebh

dari 3 detik

Integritas ego

Data subyektif : Perasaan tidak berdaya, hilang harapan

Data obyektif : Emosi yang labil, mudah marah

Eliminasi

Data subyektif : Kemungkinan terdapat penurunan jumlah


produksi urin jika ada penyakit penyerta

gagal ginjal/jika pasien dehidrasi serta

gangguan elimminasi alvi jika intake

cairan dan makanan tidak adekuat

Data obyektif : Produksi urin sedikit/oliguria, kadang-

kadang terdapat hematuri,adanya

protein,granular,eritrosit pada hasil

pemeriksaan lab urin.

Makan/minum

Data subyektif : Terdapat keluhan tidak nafsu makan

Data obyektif : Pasien tampak tidak nafsu makan, porsi

makan tidak habis

Sensasi

Data subyektif : -

Data obyektif : -

Nyeri/neural

Data subyektif : Adanya keluhan nyeri kepala

Data obyektif : Nyeri kepala, peningkatan suhu tubuh


B. Diagnosa Keperawatan

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin, diet

kelebihan dan retensi cairan natrium

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual,muntah,anoreksia,

pembatasan diet dan perubahan mambran mukosa mulut

Defisit pengetahuan tentang kondisi dan penanganan

Intoleransi aktivitas b/d keletihan, anemia, retensi produk sampah dan prosedur

dialisis

Gangguan citra tubuh b/d ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra tubuh

dan fungsi seksual.

C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)


(NOC)
Kelebihan volume cairan Elektrolit and acid Fluid Management
Definisi : Peningkatan base balance Catat intake dan
Retensi cairan isotonik Fluid Balance output yang akurat
Batasan Karakteristik: Hidration Monitor hasil lab yang
Gangguan elektrolit Kriteria Hasil : sesuai dengan retensi
Anasarka Pasien terbebas dari cairan(BUN/SC,
Peningkatan tekanan edema dan anasarka hematokrit,osmolalita
darah Bunyi nafas bersih, s urin)
Oliguria tidak ada dyspneu Monitor vital sign
Tanda-tanda vital Monitor indikasi
dalam batas normal retensi cairan (crakles,
Pasien mampu edema, anasarka,
menjelaskan indikator asites)
kelebihan cairan Observasi lokasi dan
luas edema
Kolaborasikan
pemberian diuretik
Fluid Monitoring
Monitor berat badan,
dan tanda-tanda vital
Monitor serum dan
elektrolit urin
Monitor serum dan
osmolalitas urin
Monitor tanda dan
gejala edema
Ketidakseimbangan nutrisi Nutritional Status : Nutrition Management
kurang dari kebutuhan Food and Fluid Anjurkan pasien
tubuh intake untuk meningkatkan
Definisi : Asupan nutrisi Weight Control intake makanan sesuai
tidak cukup untuk Kriteria Hasil : program diit
memenuhi kebutuhan Berat badan ideal Pastikan diit yang
metabolik sesuai dengan tinggi dimakan mengandung
Batasan Karakteristik: badan tinggi serat untuk
Nyeri abdomen Tidak ada tanda-tanda menghindari
Diare malnutrisi konstipasi
Bising usus hiperaktif Tidak terjadi Berikan makanan
Kurang makan penurunan berat badan yang terpilih sesuai
Kurang minat pada yang berarti program diit
makanan Monitor jumlah
nutrisi dan jumlah
kalori
Nutrition Monitoring
BB dalam batas
normal
Monitor adanya
penurunan berat
badan
Monitor turgor kulit
Monitor mual dan
muntah
Monitor kalori dan
intake nutrisi
Monitor kadar
albumin dan Hb

Defisiensi pengetahuan Knowledge:Disease Teaching: Disease


Definisi: Ketiadaan atau process process
defisiensi informasi Knowledge:Health Berikan penilaian
kognitif yang berkaitan Behaviour tentang tingkat
dengan topik tertentu Kriteria Hasil: pengetahuan pasien
Faktor yang Pasien dan keluarga tentang proses penyakit
berhubungan: menyatakan yang spesifik
Keterbatasan kognitif pemahaman tentang Jelaskan patofisiologi
Salah intrepetasi penyakit, dari penyakit dan
kognitif kondisi,prognosis dan bagaimana hal ini
Kurang dapat program pengobatan berhubungan dengan
mengingat Pasien dan keluarga anatomi dan fisiologi
mampu melaksanakan dengan cara yang tepat
prosedur yang Gambarkan tanda dan
dijelaskan secara gejala yang biasa
benar muncul pada penyakit
Pasien dan keluarga dengan cara yang tepat
mampu menjelaskan Gambarkan proses
kembali apa yang penyakit dengan cara
dijelaskan perawat/tim yang tepat
kesehatan Identifikasi
kemungkinan penyebab
dengan cara yang tepat
Sediakan informasi
pada pasien tentang
kondisi dengan cara
yang tepat
Hindari jaminan
kosong
Sediakan sumber
informasi tentang
kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi dimasa
yang akan datang

Intoleransi aktivitas Energy Ciononservation Activity Therapy


Definisi: Ketidakcukupan Activity Tolerance Bantu klien
energi psikologis untuk Self care mengidentifikasi
melanjutkan atau Kriteria Hasil: aktifitas yang mampu
menyelesaikan aktifitas Pasien mampu dilakukan
kehidupan sehari-hari melaksanakan Bantu klien
yang harus atau yang ingin aktivitas sehari-hari mengidentifikasi
dilakukan secara mandiri aktifitas yang disukai
Batasan Karakteristik: Tanda-tanda vital Bantu klien untuk
Ketidaknyamanan normal mengidentifikasi
setelah beraktifitas kekurangan dalam
Menyatakan merasa beraktifitas
letih Monitor respon fisik
Menyatakan merasa terhadap aktifitas
lemah Bantu pasien
Faktor yang mengembangkan
berhubungan: motivasi diri
Kelemahan umum
Imobilitas
Gangguan citra tubuh Body image Body image
Definisi: konfusi dalam Self esteem enhancement
gambaran mental tentang Kriteria Hasil: Kaji secara verbal dan
diri-fisik individu Body image positif nonverbal respon klien
Batasan karakteristik: Mampu terhadap fungsi
Respon nonverbal mengidentifikasi tubuhnya
terhadap perubahan kekuatan personal Monitor frekuensi
aktual pada tubuh Mendiskripsikan mengkritik dirinya
(penampilan,struktur, kekuatan personal Jelaskan tentang
fungsi) Mempertahankan pengobatan, perawatan,
Mengungkapkan interaksi soisal kemajuan dan prognosa
perasaan yang penyakit
mencerminkan Dorong klien
pandangan tentang mengungkapkan
tubuh individu perasaannya
Perubahan aktual pada Fasilitasi kontak
fungsi dengan individu lain
Perubahan aktual pada dalam kelompok kecil
struktur

D. Implementasi Keperawatan

Impementasi merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai

tujuan yang spesifik. tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun

dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapaitujuan yang

diharapkan. Oleh karena itu rencana yang spesifik dilaksanakan untuk

memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien

Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan,

penyakit pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Dalam implementasi

keperawatan memerlukan beberapa pertimbangan, antara lain:

Individualitas klien dengan mengkomunikasikan makna dasar dari suatu

implementasi keperawatan yang akan dilkukan

Melibatkan klien dengan mempertimbangkan energi yang dimiliki, penyakitnya,

hakikat stressor, keadaan sosio psikokultural, pengertian terhadap penyakit dan

intervensi

Pencegahan komplikasi yang mungkin terjadi


Mempertahankan kondisi tubuh agar penyakit tidak menjadi lebih parah dan

upaya peningkatan kesehatan

Upaya rasa aman dan bantuan kepada klien dalam memenuhi kebutuhannya

Penampilan perawat yang bijaksana dari segala kegiatan yang dilakukan pada

klien

E. Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah suatu tindakan intelektual untuk melengkapi

proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan ,

rencana tindakan, dan pelaksanaanya sudah berhasil dicapai. Meskipun tahap

evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan bagian

integral pada setiap tahap proses keperawatan.

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai

tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien.
BAB IV

KESIMPULAN & SARAN

A. Kesimpulan

Glomerunefritis merupakan penyakit perdangan ginjal bilateral.

Glomerulonefritis akut paling lazim terjadi pada anak-anak 3 sampai 7 tahun

meskipun orang dewasa muda dan remaja dapat juga terserang , perbandingan

penyakit ini pada pria dan wnita 2:1.

GNA ialah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau virus

tertentu.Yang sering terjadi ialah akibat infeksi2. tidak semua infeksi streptokokus

akan menjadi glomerulonefritis, hanya beberapa tipe saja. Timbulnya GNA didahului

oleh infeksi ekstra renal, terutama di traktus respirotorius bagian kulit oleh kuman

streptokokus beta hemolitikus golongan A tipe 12, 4, 16, 25 dan 49. dari tipe tersebut

diatas tipe 12 dan 25 lebih bersifat nefritogen disbanding yang lain. Mengapa tipe

tersebut lebih nefritogen dari pada yang lain tidak di ketahui.

Gejala-gejala umum yang berkaitan dengan permulaan penyakit adalah rasa

lelah, anoreksia dan kadang demam,sakit kepala, mual, muntah. Gambaran yang

paling sering ditemukan adalah :hematuria, oliguria,edema,hipertensi.

Tujuan utama dalam penatalaksanaan glomerulonefritis adalah untuk Meminimalkan

kerusakan pada glomerulus, Meminimalkan metabolisme pada ginjal, Meningkatkan

fungsi ginjal.

Tidak ada pengobatan khusus yang mempengaruhi penyembuhan kelainan

glomerulus. Pemberian pinisilin untuk membrantas semua sisa infeksi,tirah baring

selama stadium akut, diet bebas bila terjadi edema atau gejala gagal jantung
danantihipertensi kalau perlu,sementara kortikosteroid tidak mempunyai efek pada

glomerulofritis akut pasca infeksi strepkokus.

B. Saran

1. Bagi Klien dan keluarga

Dapat mengenal gejala Glomerulonefritis Akut sedini mungkin

Mengetahui tindakan pencegahan terhadap penyakit Glomerulonefritis Akut

Segera berobat ke fasilitas kesehatan terdekat

2. Bagi perawat

Terus belajar tentang konsep penyakit dan asuhan keperawatan Glomerulonefritis

Akut sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan secara profesional

kepada klien.

3. Bagi institusi / lembaga

Memberikan bimbingan dan latihan kepada mahasiswa tentang penulisan

karya tulis dalam bentuk penugasan.

Menerapkan budaya membaca dikalangan mahasiswa di kampus.

Menyiapkan fasilitas yang memadai terutama buku-buku yang berhubungan

dengan kesehatan atau keperawatan.

4. Bagi mahasiswa

Belajar terus-menerus dengan banyak membaca di perpustakaan, latihan

menulis karya tulis sederhana sesuai dengan teori yang diberikan oleh dosen.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn, E. dkk. 2009. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC, Jakarta

Ganong, William, F., 1998, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, EGC,
Jakarta.

Mansjoer, A., et. al. 2001, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi III, Cetakan IV, Media
Aekulapius. FK-UI, Jakarta.

Closkey ,Joane C. Mc, Gloria M. Bulechek.(1996). Nursing Interventions Classification


(NIC). St. Louis :Mosby Year-Book.

Johnson,Marion, dkk. (2000). Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis :Mosby
Year-Book

Juall,Lynda,Carpenito Moyet. (2003).Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi


10.Jakarta:EGC

Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah :
Brunner Suddarth, Vol. 3. EGC : Jakarta.

www.pintarbiologi.com/2016/01/ginjal-pengertian-anatomi-fungsi.html?m=1 diakses
tanggal 04 juni 2016

Anda mungkin juga menyukai