KECACATAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH : KELOMPOK 4
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia yang diberikan
pada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Kesehatan Komunitas
Populasi Rentan :Kecacatan” ini tepat waktu.Dalam penyusunan makalah ini kami tidak lupa untuk
mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing kami yang telah
memberikan kesempatan, saran serta masukan untuk kami dalam mengikuti dan menyelesaikan tugas
makalah ini.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna baik dari teknik
penulisan maupun materi.Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar
kami dapat memperbaikinya.Akhir kata, kami mengucapkan banyak terimakasih dan semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
Kelompok 4
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………………………………… 2
Daftar Isi…………………………………………………...…………………………………………... 3
BAB 1 Pendahuluan……………………………………………………...…………………………… 4
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………………. 4
1.2 Tujuan………………………………………………………………………………........................... 5
BAB2 Pembahasan……………………………………………………………………………………. 6
2.1 Pengertian……………………………………….. ……………………………………….................. 6
2.2 jenis-jenis………….………………………………………………………………………………. 9
2.3 Kebijakan Publik…………………………………………………………………………………… 10
2.4 Strategi Pelaksanaan…………….………………………………………………...………………... 11
2.5 Pengkajian Dan Diagnosa Keperawatan........................................................................................... 12
2.6 Rencana keperawatan dan Intervensi keperawatan………………………………………………... 14
BAB 3 Penutup………………………………………………………………………………………... 14
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………....................... 14
3.2 Saran……………………………………………………………………………............................. 14
Daftar Pustaka .. ……………………………........................................................................................ 15
BAB 1
PENDAHULUAN
Populasi berasal dari bahasa latin yaitu populous (rakyat, berarti penduduk). Didalam Pelajaran
ekologi, populasi adalah sekelompok individu yang sejenis. Apabila kita membicarakan
populasi, haruslah disebut jenis individu yang dibicarakan dengan menentukan batas –batas
waktunya serta tempatnya. Jadi, populasi adalah Kumpulan individu sejenis yang hidup pada suatu
daerah dan waktu tertentu. Populasi rentan atau populasi beresiko adalah kondisi yang
mempengaruhi kondisi seseorang atau populasi untuk menjadi sakit atau sehat (Kaakinen, Hanson,
Birenbaum dalam Stanhope & Lancaster, 2004).
Penyandang cacat merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang mempunyai kedudukan,
hak, kewajiban dan peran yang sama dengan masyarakat Indonesia lainnya di segala aspek kehidupan dan
penghidupan. Pengertian penyandang cacat menurut PP no. 36 tahun 2009 adalah seseorang yang
menurut ilmu kesehatan dinyatakan mempunyai kelainan tubuh, dan atau mental yang oleh karenanya
dapat merupakan rintangan atau hambatan baginya untuk melakukan kegiatan selayaknya. Kriteria cacat
tubuh antara lain: anggota tubuh tidak lengkap putus/amputasi tungkai, lengan atau kaki, cacat
tulang/persendian, cacat sendi otot dan tungkai, lengan atau kaki, dan lumpuh. 2 Seseorang yang
mengalami cacat pada masa pertumbuhan akan lebih banyak menunjukkan adanya gangguan emosi dan
reaksi menolak pada kecacatan yang dideritanya sehingga akan lebih sulit dalam mengadakan
penyesuaian di kehidupannya. Kartono (2007) mengemukakan penyandang cacat biasanya merasa malu
dan menderita batinnya, selalu dibayangi ketakutan serta keraguraguan, sehingga timbullah rendah diri.
Berdasarkan data WHO tahun 2010, 10 persen dari jumlah penduduk dunia merupakan penyandang
cacat, kira-kira mencapai 600 juta jiwa. Data dari Kementrian Sosial, penyandang cacat di Indonesia
sebanyak 7 Juta jiwa atau 3 persen dari populasi penduduk Indonesia 238 juta jiwa (tribunbekasi.com).
Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2004 mencatat, jumlah penderita tunadaksa atau cacat
fisik di Indonesia mencapai 1.652.741 jiwa dan diperkirakan jumlahnya telah meningkat
(wartajakarta.com). Kaum difabel di Indonesia sering kali diposisikan sebagai kaum minoritas, baik
secara struktural maupun kultur. Lebih dari itu, mereka juga merupakan kelompok yang selama ini
terpinggirkan di tengah kehidupan bermasyarakat. Mereka 2 terpinggirkan dalam berbagai dimensi mulai
dari ekonomi, pendidikan, akses publik, akses pekerjaan, akses politik dan lainnya. Difabel (different
abilility) lebih familier di masyarakat umum disebut penderita cacat fisik atau penyandang cacat. Istilah
ini diberikan oleh almarhum Mansoer Fakih, seorang tokoh Indonesia yang berjasa memperjuangkan
kaum difabel dengan melakukan perlawanan atas kuasa normalitas (republika.co.id). Kondisi sosial
penyandang cacat pada umumnya dinilai dalam keadaan rentan. Secara ekstern, bahkan masih ada
keluarga yang menyembunyikan anggota keluarganya yang cacat terutama dipedesaan, dan masih
masyarakat yang memandang dengan sebelah mata terhadap keberadaan dan kemampuan para
penyandang cacat. (Gemari, 2009).
1.2 Tujuan
1. Mampu menjelaskan Pengertian Kecacatan
2. Mampu menjelaskan Jenis-jenis Kecacatan
3. Mampu Menjelaskan strategi perawatan Penyandang Kecacatan
4. Mampu Menjelaskan Asuhan Kesehatan Komunitas Populasi Rentan Kecacatan
BAB 2
PEMBAHASAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) penyandang diartikan dengan orang yang
menyandang (menderita) sesuatu. Sedangkan disabilitas merupakan kata bahasa Indonesia yang berasal
dari kata serapan bahasa Inggris disability (jamak: disabilities) yang berarti cacat atau ketidakmampuan.
Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pengesahan Hak-Hak Penyandang Disabilitas,
penyandang disabilitas yaitu orang yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual atau sensorik
dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat
menemui hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak.
(Triutari, 2014)
Disabilitas adalah suatu kehilangan atau ketidaknormalan baik psikologis, fisiologis maupun
kelainan struktur atau fungsi anatomis. Difabel merupakan seseorang yang mempunyai kelainan fisik dan
atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan suatu rintangan dan hambatan baginya untuk
melakukan aktifitas secara layak atau normal.( John C. Maxwell,2006)
Anak dengan disabilitas dapat dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu anak dengan penurunan fungsi
tubuh, keterbatasan dalam beraktivitas dan pembatasan dalam berprestasi. Anak-anak disabilitas termasuk
orang-orang dengan kondisi kesehatan seperti cerebral palsy, spina bifida, distrofi otot,cedera tulang
belakang traumatik, down sindrom, dan anak-anak dengan gangguan pendengaran, visual,
fisik,komunikasi dan gangguan intelektual (WHO, 2012)
Terdapat beberapa jenis orang dengan difabel. Ini berarti bahwa setiap penyandang difabel
memiliki defenisi masing-masing yang mana ke semuanya memerlukan bantuan untuk tumbuh dan
berkembang secara baik. Jenis-jenis penyandang difabel:
1) Mental Tinggi : Sering dikenal dengan orang berbakat intelektual, dimana selain memiliki
kemampuan intelektual di atas rata-rata individu juga memiliki kreativitas dan tanggung
jawab terhadap tugas (Reefani, 2013).
2) Kelainan Indera Penglihatan (Tuna Netra). Tunanetra adalah orang yang memiliki
ketajaman penglihatan 20/200 atau kurang pada mata yang baik, walaupun dengan memakai
kacamata, atau yang daerah penglihatannya sempit sedemikian kecil sehingga terbesar jarak
sudutnya tidak lebih dari 20 derajat (Geniofam, 2010).
Ciri-ciri atau tanda-tanda: - Mata tampak merah. - Bola mata tampak keruh (putih-putih
ditengah), dan kadang-kadang seperti mata kucing (bersinar). - Bola mata bergerak sangat
cepat. - Penglihatan hanya mampu merespon terhadap cahaya, benda ukuran besar dengan
warna mencolok. - Memicingkan mata pada saat terkena sinar matahari. - Melihat obyek,
menonton televisi, membaca buku atau melihat gambar di buku sangat dekat. - Menonton
televisi sangat dekat. - Bila berjalan ditempat yang belum dikenal sering tersandung dan
menabrak. - Pada saat matahari tenggelam tidak bisa melihat jelas (rabun senja). - Sering
membentur-benturkan kepala ke tembok.
Ciri-ciri atau tanda-tanda anak buta total: - Tidak mampu melihat cahaya. - Kerusakan
nyata pada kedua bola mata. - Sering meraba-raba bila mencari sesuatu benda dan jika
berjalan sering menabrak dan tersandung. - Bagian bola mata tampak jernih tetapi tidak bisa
melihat cahaya maupun benda. - Sering menekan bola mata dengan jari
Pada hari minggu Tanggal 03 maret 2019, kami mengunjungi SLB Kota B, Hasil
pengamatan terhadap perilaku anak tuna netra dan cara bimbingan guru SLB terhadap siswa
dengan tunanetra. Pada saat berkunjung sedang di adakan kegiatan membuat sate dan cara
memanggang sate. Asuhan keperawatan yang dilakukan pada anak dengan tunanetra,
meliputi: pengkajian, diagnose keperawatan, rencana tindakan, implementasi dan evaluasi.
Data Diagnosa
DS:Ibu pasien mengatakan adanya Gangguan (persepsi sensori) penglihatan
kelainan mata dimana kedua kelopak total berhubungan dengan cacat sejak lahir
matanya tidak bisa membuka dan bola
mata kecil dari sejak lahir menjelang
besar anak tidak mampu melihat apa-
apa
DO:Anak berumur 13 tahun, jenis
kelamin laki-laki kelas 5 SD tampak
kedua bola mata kecil, kelopak mata
atas tidak bisa dibuka hanya ada
keryitan kedua kornea mata tampak
putih tidak bisa mengidentifikasi
objek di depan matanya.
DS:ibu pasien mengatakan sejak kecil Defisit kemandirian berhubungan dengan
selalu dibantu oleh ibunya untuk keterbatasan aktifitas fisik
melakukan aktifitas sehari-hari.
Kebutuhan menuju tempat eliminasi
masih dibantu.
DO: pasien harus dibantu dalam
mengenali tempat tempat tertentu
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyandang cacat merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang mempunyai kedudukan,
hak, kewajiban dan peran yang sama dengan masyarakat Indonesia lainnya di segala aspek kehidupan dan
penghidupan. Pengertian penyandang cacat menurut PP no. 36 tahun 2009 adalah seseorang yang
menurut ilmu kesehatan dinyatakan mempunyai kelainan tubuh, dan atau mental yang oleh karenanya
dapat merupakan rintangan atau hambatan baginya untuk melakukan kegiatan selayaknya. Kriteria cacat
tubuh antara lain: anggota tubuh tidak lengkap putus/amputasi tungkai, lengan atau kaki, cacat
tulang/persendian, cacat sendi otot dan tungkai, lengan atau kaki, dan lumpuh. 2 Seseorang yang
mengalami cacat pada masa pertumbuhan akan lebih banyak menunjukkan adanya gangguan emosi dan
reaksi menolak pada kecacatan yang dideritanya sehingga akan lebih sulit dalam mengadakan
penyesuaian di kehidupannya. Kartono (2007) mengemukakan penyandang cacat biasanya merasa malu
dan menderita batinnya, selalu dibayangi ketakutan serta keraguraguan, sehingga timbulah rendah diri.
3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah kita ini,kita dapat lebih mudah dalam memahami apa itu
Disabilitas dan dapat kita aplikasikan dalam praktek lapangan langsung dengan klien yang mengalami
disabilitas.
DAFTAR PUSTAKA
Millati, Sofiana.(2016) Social-Relational Model Dalam Undang-Undang P Penyandang
Disabilitas Sofiana Millati .Journal Of Disability Studies, Vol. 3, No. 2,Jakarta.
Salim, I. (2016). Perspektif Disabilitas Dalam Pemilu 2014 Dan Kontribusi
Gerakan Difabel Indonesia Bagi Terbangunnya Pemilu Inklusif Di
Indonesia. The Politics : Jurnal Magister Ilmu Politik Universitas
Hasanuddin, 1(2), 127–156.
Anne Marie W.H, Albert P. Chaki, Dan Ruth Mlay. Occupational Therapy Synergy B
Between Comprehensive Community Based Rehabilitation Tanzania And Heifer I
International To Reduce Poverty. Diakses 07 November 2015, Dari African Journal
Of Disability.