Oleh :
PROGRAM STUDI S1
KEPERAWATAN FAKULTAS
KEPERAWATAN UNIVERSITAS
ANDALAS
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami kirimkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa , karena atas rahmat
dan karunia-Nya kami dapat membuat dan menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Komunitas Agregat Dewasa Pria”. Pada makalah ini kami tampilkan
hasil diskusi kami, kami juga mengambil beberapa kesimpulan dari hasil diskusi yang kami
lakukan.
Kami mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu kami da
lam menyelesaikan makalah ini, diantaranya:
1. Yang terhormat, Dosen mata kuliah Kewirausahaan
2. Pihak-pihak lain yang ikut membantu dalam pelaksanaan maupun proses penyelesaianmak
alah ini.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para pe
mbaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses pembelajaran. Namun,
kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan maupun pembahasan dala
m makalah ini, sehingga belum begitu sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki kekurangan- kekurangan tersebut
sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang...................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................
2.1 Overview tumbuh kembang dewasa pria.............................................
2.2 Healthy world komunitas agregat deawasa pria...................................
2.3 Permasalahan kesehatan penyakit kronik pada dewasa pria...............
2.4 Permasalahan kesehatan reproduksi dewasa pria................................
2.5 Proses asuhan keperawatan komunitas pada dewasa pria..................
2.6 Promosi prevensi kesehatan pada dewasa pria...................................
2.7 Program kesehatan padadewasa pria..................................................
2.8 Analisis jurnal agregat dewasa pria.....................................................
2.9 Lampiran............................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................................
3.2 Saran ..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Komunitas adalah suatu kelompok populasi yang tinggal disutu kawasan tertentu, berada
dibawah suatu pengaturan dan memiliki nilai atau interes serta kebutuhan tertentu pula.
Konsep yang utama adalah konsep geografi (kawasan) dan adanya interaksi (Tamher, 2014,
halaman 99).
Kesehatan merupakansebuah kebutuhan yang sangat mendasar bagi setiap orang. Teori
klasik H.L.Bloom menyatakan bahwa ada 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan secara
berturut-turut yaitu : 1. Gaya hidup, 2. Lingkungan (sosial,ekonomi,budaya,politik), 3.
Pelayanan kesehatan dan, 4. Faktor genetik. Keempat determinan tersebut saling berinteraksi
dan mempengaruhi status kesehatan seseorang, yang nantinya akan berpengaruh pada
kesehatan komunitas. Kesehatan yang optimal bagi setiap individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat merupakan tujuan dari keperawatan khususnya keperawatan komunitas, yang
lebih menekankan kepada upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan terhadap berbagai
gangguan kesehatan dan keperawatan, dengantidak melupakan upaya-upaya pengobatan dan
perawatan serta pemulihan bagi yang sedang menderita penyakit maupun dalam kondisi
pemulihan terhadap penyakit
Didalam komunitas masyarakat suatu daerah bila diklasifikasikan berdasarkan kelompok
khusus, salah satu konidisi kesehatan rentan terganggu adalah kelompok dwwasa. Salah
satuupaya yang dilaksanakan adalah menigkatkan pola hidup masyarakat yang sehat dengan
melkukan kegiatan keperawatan pada komunitas atau masyarakat yang didalamnya terdapat
kelompok khusus dewasa. Dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal
dilakukan melalui peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif)
disemua tingkatan pencegahan (levels of prevention).
Begitu pula dengan prevalensi stroke naik dari 7 persen menjadi 10,9 persen,
sementara penyakit ginjal kronik naik dari 2 persen menjadi 3,8 persen. Berdasarkan
pemeriksaan gula darah, prevalensi diabetes melitus naik dari 6,9 persen menjadi 8,5 persen;
dan hasil pengukuran tekanan darah, hipertensi naik dari 25,8 persen menjadi 34,1 persen.
Kardiovaskular
Penyakit kardiovaskular (PKV) adalah penyakit yang disebabkan gangguan fungsi
jantung dan pembuluh darah. Penyakit tidak menular seperti penyakit jantung koroner
merupakan masalah kesehatanutama di negara maju dan negara berkembang. Di Amerika
Serikat, penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian pertama dengan Coronary
Heart Desease (CHD) (43,8%) adalah penyebab utama kematian diikuti dengan stroke
(16,8%), hipertensi (9,4%), gagal jantung (9%), penyakit pada arteri (3,1%), dan PKV
lainnya. Tiga faktor risiko utama untuk PKV yaitu tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan
merokok (Benjamin, et al., 2018).
Secara global, di Indonesia tidak jauh berbeda. PKV juga merupakan penyebab
kematian pertama, termasuk di NTB walaupun masih di bawah angka prevalensi PKV di
Indonesia (<1,5%) namun menunjukkan adanya peningkatan jumlah kasus pada hasil Riset
Kesehatan Dasar tahun 2018 dibandingkan tahun 2013 (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Data Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) 2015 menunju
kkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia menderita hipertensi. Artinya, 1 dari 3 orang di dunia
terdiagnosis menderita hipertensi. Jumlah penderita hipertensi di dunia terus meningkat setiap
tahunnya, diperkirakan pada 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena hipertensi dan setia
p tahunnya ada 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasi.
Di Indonesia, data Survei Indikator Kesehatan Nasional (Sirkesnas) tahun 2016 men
unjukkan peningkatan prevalensi hipertensi pada penduduk usia 18 tahun ke atas sebesar 32,4
%. Menurut data BPJS Kesehatan, biaya pelayanan hipertensi mengalami peningkatan setiap
tahunnya, yakni Rp2,8 triliun pada 2014, Rp3,8 triliun pada 2015, dan Rp4,2 triliun pada 201
6.
Un
t uk
me
ng
en
dal
i ka
nn
ya,
Pe
me
r int
ah
me
l aks
ana
ka
n Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) dan Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat (Germas). Harapannya, seluruh komponen bangsa dengan sadar mau membuday
akan perilaku hidup sehat dimulai dari keluarga. Germas dilakukan dengan melakukan aktifit
as fisik, menerapkan perilaku hidup sehat, konsumsi pangan sehat dan bergizi, melakukan pe
ncegahan dan deteksi dini penyakit, meningkatkan kualitas lingkungan menjadi lebih baik, da
n meningkatkan edukasi hidup sehat.
Karena itu, bertepatan dengan Hari Hipertensi Sedunia pada 17 Mei 2018, Kementerian
Kesehatan mengimbau seluruh masyarakat agar melakukan deteksi dini hipertensi secara terat
ur. Selain itu juga menerapkan pola hidup sehat dengan perilaku CERDIK (Cek kesehatan sec
ara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet sehat dan seimbang, Istirahat yan
g cukup, dan Kelola stres).
Kanker
Penyakit kanker menjadi salah satu penyakit kronis yang peningkatannya cukup tinggi
saat ini. Menurut World Health Organization atau WHO (2014) kanker merupakan suatu
istilah umum yang menggambarkan penyakit pada manusia berupa munculnya sel-sel
abnormal dalam tubuh yang melampaui batas. Sel-sel tersebut dapat menyerang bagian tubuh
lain.
Kanker merupakan salah satu penyakit kronis yang paling mematikan di dunia.
Menurut statistik Amerika Serikat, kanker menyumbang sekitar 23% dari total jumlah
kematian di negara tersebut dan menjadi penyakit kedua paling mematikan setelah penyakit
jantung (Anand, Kunnumakara, Sundaram, Harikumar, Tharakan, Lai, dan Aggarwal, 2008).
Berdasarkan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS), jumlah pasien rawat jalan maupun
rawat inap pada kanker payudara terbanyak yaitu 12.014 orang (28,7%) dan kanker serviks
5.349 orang (12,8%) dari jumlah penderita kanker kurang lebih 42.000 (Rahajeng, 2014).
Pada tahun 2004-2007 SIRS juga mencatat urutan jenis kanker dengan penderita terbanyak di
Indonesia adalah kanker payudara, kanker serviks, kanker hati, leukemia, dan kanker paru-
paru (Rasjidi, 2009).
Obesitas
Peningkatan prevalensi dari insiden obesitas di negara maju dan berkembang sudah
terjadi sejak 25 tahun terakhir. Di Indonesia sejak Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
kedua sudah mulai ada data kelebihan berat badan dan obesitas ini sejak dilaksanakan Riset
Kesehatan Dasar pada 2007 sampai dengan Riset Kesehatan Dasar pada 2013.
Dari publikasi di The Lancet Juni 2016 melaporkan bahwa pada tahun 1980 ditemukan
1,225 milyar orang dewasa di dunia sudah menderita kelebihan berat badan dan obesitas.
Pada tahun 2011 meningkat menjadi 1,6 milyar orang dewasa mengalami kelebihan berat
badan dan 400 juta sudah obesitas. Kemudian pada tahun 2013 menjadi 2,3 milyar orang
dengan kelebihan berat badan dan 700 juta sudah obesitas.
Masalah berat badan berlebih atau obesitas timbul saat kita mengonsumsi makanan den
gan kadar kalori dan lemak melebihi dari jumlah yang dibutuhkan. Kalori yang tidak berubah
menjadi energi dan tidak terpakai tersebut akan disimpan dalam bentuk lemak dalam tubuh. S
eiring waktu, penumpukan lemak ini menambah berat badan yang mengarah pada berat bada
n berlebih hingga obesitas.
Diabetes
Diabetes melitus atau yang sering disebut kencing manis merupakan penyakit kronik
yang akan diderita seumur hidup. Hal ini dipengaruhi oleh gangguan metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak. Diabetes melitus disebabkan oleh faktor genetik, pola hidup
tidak sehat, dan pengaruh lingkungan (Dinkes Prov. Jateng, 2015).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2015 memperkirakan adanya peningkatan jumlah
penyandang DM di seluruh dunia. WHO menyebutkan 415 juta orang menderita diabetes di
dunia pada tahun 2015 dan akan meningkat menjadi 642 juta orang pada tahun 2040.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang mempunyai angka kejadian DM
tinggi. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) tahun 2014, bahwa
penduduk Indonesia yang terdiagnosa penyakit DM sebanyak 9,1 juta orang. Jumlah tersebut
menyebabkan Indonesia menduduki urutan ketujuh di dunia, dibandingkan data IDF tahun
2013 Indonesia menduduki urutan ke-5 di dunia dengan jumlah pendeita DM sebanyak 7,6
juta orang.
Sehat Orang 2020 berkomitmen untuk visi masyarakat di mana semua orang hidup lama,
hidup sehat. Secara garis dasar, 40,5 persen pria berusia 65 tahun ke atas sudah sampai
sekarang menggunakan layanan pencegahan klinis di tahun 2012. Target 44,6 persen,
berdasarkan metode pengaturan target 10 persen perbaikan. Dekade ini, beberapa fitur baru
akan membantu membuat visi ini menjadi kenyataan:
a. Menekankan ide-ide kesetaraan kesehatan yang membahas determinan sosial
kesehatan dan meningkatkan kesehatan di semua tahap kehidupan
b. Mengganti publikasi cetak tradisional dengan situs Web interaktif sebagai kendaraan
utama untuk penyebaran
c. Mempertahankan sebuah situs Web yang memungkinkan pengguna untuk informasi
menyesuaikan dengan kebutuhan mereka dan mengeksplorasi sumber daya
evidencebased untuk implementasi.
Risiko tertular HIV juga lebih tinggi pada individu dengan sejumlah faktor, di antaranya:
d. Hubungan seks tanpa mengenakan kondom. Risiko penularan akan lebih tinggi melal
ui hubungan seks anal, dan hubungan seks dengan berganti pasangan.
e. Menderita infeksi menular seksual. Sebagian besar infeksi menular seksual menyeba
bkan luka terbuka di kelamin penderita, sehingga meningkatkan risiko tertular HIV.
f. Berbagi suntikan. Pengguna NAPZA suntik umumnya berbagi jarum suntik dalam me
nggunakan narkoba.
Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi DKI Jakarta disebut dengan KPA Provinsi
DKI Jakarta merupakan Lembaga nonsruktural di Daerah yang berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada Gubernur. Pembentukan KPA Provinsi DKI Jakarta dan KPA
Kota Administrasi bertujuan sebagai upaya penanggulangan HIV dan AIDS untuk
melindungi masyarakat dan mencegah terjadinya penularan melalui upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV dan AIDS secara intensif, menyeluruh, terkoordinasi, dan terpadu.
KPA Provinsi DKI Jakarta bertugas untuk menyusun Strategi dan Rencana Aksi Provinsi
Penanggulangan HIV dan AIDS, menyusun kebijakan dan program pelaksanaan upaya
penanggulangan HIV dan AIDS, melaksanakan kerjasama dengan sektor terkait dalam
rangka penanggulangan HIV dan AIDS, mengkoordinasikan, memantau, mengendalikan,
memfasilitasi kegiatan Penanggulangan HIV dan AIDS. Pemerintah, Lembaga Swadaya
Masyarakat, dan Masyarakat memiliki peran masing-masing yang saling bersinergi satu sama
lain dalam rangka pencegahan HIV dan AIDS di Provinsi DKI Jakarta yang tersaji dalam
tabel berikut :
Peran Pemerintah, LSM, dan Masyarakat dalam rangka Pencegahan HIV dan
AIDS di Provinsi DKI Jakarta Pencegahan HIV dan
Prostat
Kanker prostat adalah keganasan tersering dan penyebab kematian karena kanker
paling utama pada pria di negara Barat, menyebabkan 94.000 kematian di Eropa pada 2008
dan lebih dari 28.000 kematian di Amerika Serikat pada 2012. Data di Amerika Serikat
menunjukkan bahwa lebih dari 90% kanker prostat ditemukan pada stadium dini dan
regional, dengan angka kesintasan (survival rate) 5 tahun mendekati 100%. Angka ini jauh
lebih baik dibandingkan dengan 25 tahun lalu yang hanya mencapai 69%.
Di Asia, insiden kanker prostat rata-rata adalah 7,2 per 100.000 pria per-tahun. Di
Indonesia, jumlah penderita kanker prostat di tiga RS pusat pendidikan (Jakarta, Surabaya
dan Bandung) selama 8 tahun terakhir adalah 1.102 pasien dengan rerata usia 67,18 tahun.
Stadium penyakit tersering saat datang berobat adalah stadium lanjut sebesar 59,3% kasus,
dan terapi primer yang terbanyak dipilih adalah orkhiektomi sebesar 31,1 %, obat hormonal
182 (18%), prostatektomi radikal 89 (9%), radioterapi 63 (6%), sisanya adalah pemantauan
aktif, kemoterapi dan kombinasi. Modalitas diagnostik ya6ng digunakan terutama biopsi
57.9%
Penyebab kanker prostat adalah perubahan atau mutasi genetik pada sel di dalam kelenj
ar prostat. Mutasi ini menyebabkan sel tersebut berkembang secara tidak normal dan memben
tuk sel kanker. Namun, penyebab mutasi ini sendiri belum diketahui secara pasti. Ada bebera
pa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker prostat, yaitu:
a. Usia
Risiko kanker prostat akan semakin tinggi seiring pertambahan usia. Sebagian besar p
enderita kanker ini adalah pria berusia di atas 65 tahun.
b. Obesitas
Seseorang yang mengalami obesitas berisiko tinggi menderita kanker prostat yang leb
ih agresif.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Jika salah satu anggota keluarga pernah menderita kanker prostat, maka risiko terkena
kanker prostat makin meningkat.
d. Pola makan
Konsumsi makanan tinggi kalsium diduga dapat meningkatkan risiko berkembangnya
kanker prostat.
e. Paparan bahan kimia
Bahan kimia, seperti senyawa kadmium, dapat meningkatkan risiko kanker prostat. K
admium adalah senyawa logam yang terkandung di dalam rokok dan beberapa jenis m
akanan, seperti daging merah, ikan, dan gandum.
f. Penyakit menular seksual
Beberapa jenis penyakit menular seksual, seperti gonore dan chlamydia, dapat menye
babkan peradangan pada prostat dan memicu terjadinya kanker prostat.
Permalasahan yang ditemui yaitu kanker testis. Pemicu utama kanker testis tidak diketah
ui secara pasti sampai saat ini. Namun yang jelas, kanker testis terjadi ketika sel-sel di dalam
testis tumbuh secara abnormal dan tidak terkendali. Meski pemicunya belum diketahui secara
pasti, ada beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang untuk menderita
kanker testis, di antaranya:
a. Testis tidak turun (kriptorkismus). Testis dibentuk di abdomen dan biasanya turun
ke dalam skrotum setelah bayi laki-laki dilahirkan atau pada setahun pertama hidu
pnya. Pada kasus anomali, testis tidak turun. Istilah medis untuk kondisi ini adalah
undescended testicle atau kriptorkismus.
b. Pernah menderita kanker testis. Pria yang sudah pernah mengalami kanker testis d
isarankan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan setelah pengobatan. Mereka me
miliki risiko terkena kanker testis dengan kemungkinan 12 kali lipat lebih besar di
banding orang normal, pada bagian testis yang lain.
c. Riwayat kesehatan keluarga. Jika terdapat anggota keluarga, seperti ayah dan saud
ara kandung laki-laki yang menderita kanker testis, maka peluang seseorang meng
alami kondisi ini juga akan meningkat.
d. Usia. Kanker testis lebih sering terjadi pada usia antara 15-49 tahun. Kasus terban
yak terjadi pada pria usia 30-34 tahun. Meski begitu, tidak menutup kemungkinan
kanker ini terjadi di usia-usia yang lain.
e. Tinggi badan. Makin tinggi tubuh seorang pria, peluangnya untuk mengalami kan
ker testis juga makin besar. Hubungan antara tinggi badan dengan risiko terkena k
anker dilatarbelakangi oleh faktor makanan yang dikonsumsi. Anak berbadan ting
gi mungkin lebih banyak mengonsumsi makanan tinggi kalori saat masa pertumbu
han. Hal itu berpotensi meningkatkan risiko terkena kanker testis.
f. Pertumbuhan testis yang abnormal. Kondisi tertentu, seperti sindrom Klinefelter, b
isa menyebabkan testis tidak berkembang secara normal. Hal ini akan meningkatk
an risiko kanker testis.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gaya hidup monoton b.d kurang pengetahuan tentang keuntungan olahraga
bagi kesehatan : suatu kebiasaan hidup yang dicirikan dengan aktivitas fisik
yang rendah.
b. Perilaku kesehatan cenderung beresiko b.d kurang dukungan sosial :
Hambatan kemampuan untuk mengubah gaya hidup/perilaku dalam cara yang
memperbaiki status kesehatan.
c. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b.d keterampilan komunikasi yang
tidak efektif : ketidakmampuan mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mencari
bantuan untuk mempertahankan kesehatan.
d. Defisiensi kesehatan komunitas b.d ketidakcukupan akses pada pemberi
layanan kesehatan.
Diagnosa NOC NIC
Aktivitas:
-tentukan batasan
pergerakan sendi dan
efeknya terhadap fungsi
sendi
-jelaskan pada pasien atau
keluarga manfaat dan
tujuan melakukan latihan
sendi
-dukung latihan ROM
aktif, sesuai jadwal yang
teratur dan terencana
Lakukan latihan ROM
pasif atau ROM dengan
bantuan, sesuai indikasi
3. Bantuan
modifikasi
diri.
4. Fasilitasi
tanggung
jawab diri.
4. Dukungan
pengambila
n
keputusan.
4. Implementasi
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan untuk dapat menentukan
keberhasilan dalam asuhan keperawatan. Evaluasi pada dasarnya membandingkan status
keadaan kesehatan pasien dengan tujuan atau kriteria hasil yang telah ditetapkan. (Tarwoto,
2015)
2.6 Promosi Prevensi Kesehatan Pada Dewasa Pria
Promosi Kesehatan Pada Dewasa Awal/Dewasa Muda (20-40 Tahun)
Promosi Kesehatan untuk Dewasa Muda
Tes dan Skrining Kesehatan Keamanan
Pemeriksaan rutin (setiap 1- 3 tahun Tindakan perlindungan terhadap sina
untuk wanita; setiap 5 tahun untuk p r matahari
ria) Tindakan keselamatan di tempat kerj
Imunisasi seusai rekomendasi, sepert a
i booster tetanus-difteria Dukungan keselamatan di air (mis., t
Pemeriksaan gigi secara teratur (mi idak boleh menyelam di air yang dan
s., setiap tahun) gkal)
Penyaringan penglihatan dan penden Nutrisi dan Olahraga
garan secara berkala Pentingnya asupan zat besi yang kua
Pemeriksaan payudara profesional se t dalam diet
tiap 1-3 tahun Faktor nutrisi dan olahraga yang dap
Pemeriksaan Papanicolaou smear set at menyebabkam penyakit kardiovas
iap tahun atau saat mulai aktivitas se kular (mis., obesitas, asupan kolester
ksual ol dan lemak, kurang olahraga)
Interaksi Sosial
Pemeriksaan testikular sendiri setiap Mendukung hubungan personal yang
bulan mendorong diskusi mengenai perasa
Skrining, untuk penyakit kardiovask an, kekhawatiran dan rasa takut
ular (mis., tes kolesterol setiap 5 tah Menyusun tujuan jangka panjang da
un apabila hasilnya normal; rekanan n pendek mengenai pilihan pekerjaa
darah untuk mendeteksi hipertensi; n n dan karier
ilai dasar EKG pada usia 35 tahun u
ntuk pria
Uji kulit untuk tuberkulosis setiap 2
bulan
(Eliopoulos, 2004 ; Miller, 2003). Berikut ini adalah pembahasan kebutuhan ini sesuai dengan ke
giatan pencegahan primer, sekunder, dan tersier
1. Pencegahan Utama
Seperti dibahas sebelumnya dalam teks ini, kegiatan pencegahan primer melibatka
n tindakan-tindakan yang membuat seseorang tetap sehat. Kegiatan pencegahan primer se
perti pendidikan kesehatan, tindak lanjut dari praktik kesehatan pribadi yang sehat (misal
nya flossing, penggunaan sabuk pengaman, olahraga), penapisan rutin yang direkomenda
sikan, dan pemeliharaan jadwal imunisasi yang sesuai yang dilakukan oleh orang dewasa
yang lebih tua yang dapat mereka lakukan untuk menjaga kesehatan. menjaga kesehatan
mereka. Diambil dari berbagai sumber, ini menyediakan kegiatan pencegahan utama yan
g dapat digunakan petugas kesehatan masyarakat ketika bekerja dengan para penatua, bai
k secara individu atau dalam kelompok.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder berfokus pada deteksi dini penyakit dan intervensi segera (li
hat Bab 1). Sebagian besar waktu perawat kesehatan komunitas dihabiskan untuk mendid
ik masyarakat tentang tindakan pencegahan dan perilaku kesehatan yang positif. Ini terma
suk mendorong individu untuk mendapatkan skrining rutin untuk penyakit seperti hiperte
nsi, diabetes, atau kanker, yang, jika diidentifikasi lebih awal, dapat berhasil diobati (AH
RQ, 2002).
Banyak perawat, yang bekerja sama dengan lembaga-lembaga masyarakat, berada
dalam posisi untuk membuat program penyaringan berdasarkan keinginan dan demografi
komunitas dan fokus lembaga, membuat mereka dapat diakses oleh populasi yang dilayan
i. Orang dewasa yang lebih tua perlu didorong untuk mengikuti jadwal penyaringan kese
hatan yang ditentukan oleh klinik atau penyedia layanan kesehatan mereka. Jadwal skrini
ng kesehatan yang dijelaskan dalam, Healthwise Handbook (2006), Organisasi Pemelihar
aan Kesehatan terbesar di dunia, yang melayani jutaan klien, dan disajikan di sini sebagai
panduan. Gugus Tugas Pelayanan Preventif Amerika Serikat (USPSTF) (AHRQ, 2007)
mengusulkan pandangan yang lebih komprehensif tentang intervensi dan rekomendasi un
tuk pemeriksaan kesehatan berkala terhadap orang yang berusia lebih dari 65 tahun.
3. Pencegahan tersier
pencegahan tersier melibatkan tindak lanjut dan rehabilitasi setelah penyakit atau
kondisi telah terjadi atau didiagnosis dan perawatan awal telah dimulai. Penyakit kronis y
ang umum terjadi pada orang dewasa yang lebih tua, seperti gagal jantung, stroke, diabete
s, gangguan kognitif, atau radang sendi, tidak selalu dapat dicegah, tetapi sering kali dapa
t ditunda hingga tahun-tahun selanjutnya dari kehidupan melalui perilaku sehat seumur hi
dup (AHRQ, 2002) . Namun, ketika mereka terjadi, gejala yang melemahkan dan efek ya
ng merusak dapat dikontrol melalui saluran kesehatan yang didorong oleh perawat keseha
tan masyarakat dan direkomendasikan oleh praktisi perawatan primer (Hazard, 2003). Me
skipun banyak orang dewasa yang dianggap umumnya sehat, 80% memiliki setidaknya sa
tu kondisi kronis dan 50% memiliki setidaknya dua (CDC, 2003b). Sebagian kecil mende
rita penyakit yang mematikan, seperti penyakit obstruktif kronis (COPD), kecelakaan pe
mbuluh darah otak, kanker, atau diabetes mellitus (DM), yang terakhir memerlukan pera
watan luas dan manajemen medis yang sedang berjalan. Masalah kesehatan paling umum
dari lansia dalam komunitas adalah artritis, penglihatan berkurang, gangguan pendengara
n, penyakit jantung, penyakit pembuluh darah perifer, dan hipertensi. Pada tahun 2002, ti
ga penyebab utama kematian bagi orang dewasa A.S. di AS adalah penyakit jantung (32
% dari semua kematian), kanker (22%), dan stroke (8%). Ini menyumbang 61% dari sem
ua kematian dalam kelompok usia ini. Tragedi dari para pembunuh terkemuka ini adalah
bahwa mereka seringkali dapat dicegah. Meskipun risiko untuk ketidaknyamanan dan kec
acatan jelas meningkat dengan bertambahnya usia, kesehatan yang buruk tidak selalu mer
upakan konsekuensi yang tak terhindarkan dari pengerjaan. Tiga perilaku — merokok, po
la makan yang buruk, dan aktivitas fisik — adalah akar penyebab hampir 35% penyakit
A.Satha di tahun 2000 (Mokdad, Marks, Stroup, & Gerberding)
b. Karakteristik penduduk :
1. Perilaku :
Subsystem:
1. Lingkungan fisik : tidak terkaji
3. Pendidikan :
4. Sistem kesehatan :
Selain itu, populasinya kurang
pengetahuan tentang hipertensi, hubungan antara
dokter dan pasien, kepatuhan terhadap pengobat
an, dan karakteristik sistem kesehatan
direkomendasikan untuk memainkan peran penti
ng dalam perspektif
5. Komuniksi
- komunikasi formal
Semua informasi pribadi peserta disimpan secara
rahasia dan dienkripsi
Kriteria hasil :
- perilaku peningkatan kesehatan tidak ada
pengetahuan sampai ke pengetahuan sangat
banyak
(skala 1-5 )
- sumber informasi peningkatan kesehatan
terkemuka tidak ada pengetahuan sampai ke
pengetahuan sangat banyak
(skala 1-5 )
Kriteria hasil :
- layanan peningkatan kesehatan tidak ada 1. Ketidakefektifan koping
pengetahuan sampai ke pengetahuan sangat komunitas b.d tidak ada
banyak sistem komunitas
(skala 1-5 )
- layanan perlindungan kesehatan tidak ada
pengetahuan sampai ke pengetahuan sangat
banyak
(skala 1-5 )
Kriteria hasil :
- status kesehatan anak dari skala 1 ke 3
- tingkatkan partisipasi dalam pelayanan
perawatan kesehatan prevensi
- tingkat partisipasi dalam program kesehatan
komunitas
- tingkat partisipasi dalam program kesehatan
sekolah
3. Defisiensi kesehatan komunitas b.d
ketidakcukupan akses pada pemberi layanan
kesehatan.
Kriteria hasil :
Manajemen lingkungan :
komunitas
- monitor satatus resiko
kesehatan yang sudah
diketahui
- berpatisipasi dalam
program di komunitas
untuk mengatasi resiko
yang sudah diketahui
- berkolabirasi dan
mengembangkan program
1. Pengembangan
kesehatan
komunitas.
2. Manajemen sumber
daya keuangan.
3. Skrining kesehatan
LAMPIRAN
Format Bukti Diskusi Mahasiswa
N Nama Pengalaman Diskusi Simpulan Bacaan Diskusi
O
Yolanda Pengalaman saya dari disk Pertumbuhan (growth) dan
1 zulpendri usi kami saling membantu perkembangan (development) memilki
. (1711311014) dalam menyelesaikan definisi yang sama yaitu sama-sama
tugas mengalami perubahan, namun secara
kelompok,mendiskusikan khusus keduanya berbeda. Masa
ada yang kurang dari dari dewasa dapat ditinjau dari sisi:
hasil kerja masing-masing 1. Sisi biologis
dan menyelesaikan 2. Sisi psikologis
permasalahan tersebut,
bekerja sama untuk
menghasilkan diskusi yang
diinginkan
2 Intan delia Pengalaman saya selama Program kesehatan pada dewasa
. puspita sari menjalani diskusi selama antara lain :
(1711311026) kami bekerja sama, saling 1. Layanan komunikasi (telepon, ak
bertukar pikiran saling ses darurat ke perawatan kesehat
membantu serta saling an)
menyampaikan pendapat 2. Layanan perawatan gigi
masing-masing lalu 3. Layanan makanan dan panduan
mendiskusikan perbedaan makanan (seperti Roda Makana
itu menjadi satu n, program komoditas, atau layan
kesimpulan sehingga an makan kelompok)
menghasilkan diskusi yang 4. Layanan pendamping dan perlin
baik dungan
5. Latihan dan program kebugaran
6. Bantuan keuangan dan konseling
7. Kunjungan dan sahabat yang ber
sahabat
8. Pendidikan kesehatan
9. Tes pendengaran dan bantuan ala
t bantu dengar
10. Dan lain lain
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunitas adalah suatu kelompok populasi yang tinggal di suatu kawasan tertentu, berada
dibawah suatu pengaturan dan memilki nilai serta kebutuhan tertentu pula.
Didalam komunitas masyarakat suatu daerah bisa diklassifikasikan berdasarkan kelompok
khusus, salah satu kondisi kesehatan yang rentan terganggu adalah kelompok dewasa. Salah satu
upaya yang dilaksanakan adalah meningkatkan pola hidup masyarakat yang sehat dan
meningkatkan kesadaran serta pengetahuan masyarakat yang sehat dan meningkatkan kesadaran
serta pengetahuan masyarakat akan pentingnya lingkungan yang sehat. Hal ini dapat dilakukan
dengan melakukan kegiatan keperawatan pada komunitas atau masyarakat.
3.2 Saran
Kesehatan merupakan hal yang paling penting, diharapkan dengan adanya asuhan
keperawatan pada agregat dewasa dapat meningkatkan pemeliharaan kesehatan
2. Bagi pembaca
Makalah ini bisa digunakan sebagai tambahan bahan untuk menambah wawasan
mengenai asuahan keperawatan komunitas khususnya dewasa diharapkan para pembaca
dapatmenyempurnkan makalah ini lebih baik lagi
DAFTAR PUSTAKA
Black J.M & Hawks J>h (2014). Keperawatan medikal bedah: manajemen klinis untuk hasil
yang diharapkan (Edisi 8; Buku 2) Singapore: Elsevier
Efendi, F. 2009. Keperawatan kesehatan komunitas : teori dan praktek dalam keperawatan ,
Jakarta: Salemba Medika
Judit Ann Alender. Community Health Nursing. 2010 Wolters Kluwer Health | Lippincott
Williams & Wilkins.
Bulechek, Gloria m.dkk.2015.Nursing Interventions Cassifiction NIC. Edisi VI Ahli Bahasa:
Intrasi Nurjannah. Elesiver : Jakarta