Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

NARAPIDANA DAN ANAK JALANAN

(Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa )
Dosen Pengampu :

Kandar , S.Kep, M . Kes

Disusun Oleh :

Kelompok

Susilowati (2207015)

Tiara Savira Putri (2207016)

Budi pratiko ( 2207017)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


UNIVERSITAS KARYA HUSADA SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan


rahmat, taufik, serta hidayahnya, sehingga penulisan makalah yang berjudul
“Makalah Narapidana dan Anak Jalanan” telah diselesaikan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.
Makalah ini merupakan materi mengenai makalah narapidana dan anak
jalanan yang telah disebutkan dalam judul tugas terstruktur ini. Penulis berusaha
mendapatkan dan mengumpulkan beberapa materi dari berbagai referensi.
Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini. Namun,
kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan
dan kesalahan. Oleh karena itu, kami sangat menghargai apabila terdapat saran
maupun kritik yang membangun dari semua pihak. Kami berharap makalah ini
dapat memberikan manfaat dan wawasan bagi para pembacanya.

Semarang, 29 April 2023


Penulis

ii
DAFTAR ISI

MAKALAH ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan Makalah .......................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4
A. Pengertian .................................................................................................... 4
B. Penyebab/ faktor predisposisi...................................................................... 4
C. Klasifikasi.................................................................................................... 7
D. Patofisiologi/ pathway ................................................................................. 9
E. Proses keperawatan ................................................................................... 12
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 15
A. Kesimpulan................................................................................................ 15
B. Saran .......................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa menurut (WHO, 2019 dalam Direja, 2017) adalah berbagai
karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan
kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Kesehatan jiwa
adalah kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan
mempertahankan keselarasan dalam pengendalian diri, serta terbebas dari stress
yang serius (Kusumawati & Hartono, 2018)
Narapidana dan anak jalanan merupakan dua kelompok populasi yang
sering mengalami masalah kesehatan jiwa. Narapidana adalah orang yang
dipenjara karena melakukan tindakan kriminal, sedangkan anak jalanan adalah
anak-anak yang hidup di jalanan tanpa pengasuhan dan dukungan keluarga.
Kondisi kesehatan jiwa yang sering terjadi pada kedua kelompok ini antara lain
gangguan kecemasan, depresi, gangguan bipolar, skizofrenia, dan gangguan
stres pascatrauma (Puspitawati,2019).
Indonesia merupakan urutan ke sepuluh jumlah tahanan terbanyak di
dunia. Rasio jumlah tahanan Indonesia berada dalam posisi 180 dengan rasio
67 orang per 100.000 penduduk. Tahanan wanita berada dalam urutan 84.
Jumlah populasi penjara bertambah 20 % sejak tahun 2000. Total populasi
perempuan sebagai narapidanapun meningkat 50 %. Proporsi perempuan dan
anak perempuan dalam total populasi penjara perempuan meningkat 5,4 % sejak
tahun 2000, dan akhir akhir ini naik menjadi 6, 8 % (Maslihah,2012).
Narapidana dan anak jalanan juga memiliki faktor risiko yang sama
terhadap kondisi kesehatan jiwa, seperti pengalaman trauma, pengabaian, dan
penyalahgunaan zat. Kondisi lingkungan yang tidak sehat, seperti kekerasan,
kemiskinan, dan ketidakstabilan keluarga, juga dapat memperburuk kondisi
kesehatan jiwa mereka. Dampak dari kondisi kesehatan jiwa yang buruk pada
narapidana dan anak jalanan dapat berdampak pada kualitas hidup mereka,
interaksi sosial, serta kemampuan mereka untuk beradaptasi dan membangun

1
kehidupan yang lebih baik. Oleh karena itu, penting untuk memberikan
perhatian yang cukup pada kesehatan jiwa kedua kelompok ini agar mereka
dapat pulih dan kembali berkontribusi positif pada masyarakat (Andriani,2018.
Menurut Departemen Sosial RI (2015: 5), Anak jalanan adalah anak yang
menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup
sehari-hari di jalanan, baik untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalan dan
tempat-tempat umum lainnya. Anak jalanan mempunyai ciri-ciri, berusia antara
5 sampai dengan 18 tahun, melakukan kegiatan atau berkeliaran di jalanan,
penampilannya kebanyakan kusam dan pakaian tidak terurus, mobilitasnya
tinggi.
Adapun gejala-gejala gangguan jiwa merupakan hasil interaksi yang
kompleks antara berbagai factor somatic, psikologi dan social dan menandakan
dekompensasi proses penyesuaian diri. Gejala gangguan jiwa tersebut dapat
berupa gangguan pada penampilan. Bahasa, proses piker, sensorium dan fungsi
kognitif. Kewaspadaan keterjagaan kesadaran , perhatian dan konsentrasi,
ingatan, orientasi, fungsi luhur, kemampuan abstraksi, afek dan emosi, persepsi,
psikomotor, kemauan dorongan kehendak, kepribadian dan pola hidup
(Maramis & Maramis, 2019)
Penanganan dan intervensi yang tepat dapat membantu narapidana dan
anak jalanan dalam mengatasi kondisi kesehatan jiwa mereka. Terapi
psikologis, obat-obatan, dan program rehabilitasi merupakan beberapa bentuk
intervensi yang dapat membantu mereka mengelola gejala dan meningkatkan
kualitas hidup mereka. Namun, penyediaan layanan kesehatan jiwa yang
memadai dan aksesibilitas yang lebih luas masih menjadi tantangan, terutama
bagi narapidana dan anak jalanan yang memiliki keterbatasan finansial dan
aksesibilitas. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang lebih besar dari pihak
terkait untuk memberikan perhatian dan dukungan yang lebih pada kesehatan
jiwa narapidana dan anak jalanan.Berdasarkan Pasal 1 ayat (7) Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, narapidana adalah terpidana
yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan.
Menurut Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

2
Pemasyarakatan, terpidana adalah seseorang yang di pidana berdasarkan
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

B. Tujuan Penulisan Makalah


1. Tujuan umum
Mengetahui tentang narapidana dan anak jalanan.
2. Tujuan khusus
a. Menjelaskan pengertian narapidana dan anak jalanan.
b. Menjelaskan penyebab/ faktor predisposisi narapidana dan anak
jalanan.
c. Menjelaskan klasifikasi narapidana dan anak jalanan.
d. Menjelaskan patofisiologi/ pathway narapidana dan anak jalanan.
e. Menjelaskan proses keperawatan narapidana dan anak jalanan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Narapidana adalah manusia biasa seperti manusia lainnya hanya karena
melanggar norma hukum yang ada sehingga dipisahkan oleh hakim untuk
menjalani hukuman. Dirjosworo (Astri, 2014) narapidana adalah manusia biasa
seperti manusia lainnya hanya karena melanggar norma hukum yang ada, maka
dipisahkan oleh hakim untuk menjalani hukuman. Berdasarkan Pasal 1 ayat (7)
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 (dalam Lubis dkk, 2014) tentang
Pemasyarakatan, narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang
kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan. Menurut Pasal 1 ayat (6) Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 1995 (Desmita,2019) tentang Pemasyarakatan,
terpidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Anak jalanan adalah anak-anak yang tidak memiliki tempat tinggal yang
tetap dan hidup di jalanan. Mereka seringkali terlibat dalam kegiatan yang tidak
sehat seperti penyalahgunaan obat-obatan, kejahatan, dan pelecehan seksual.
Anak jalanan biasanya di klasifikasikan berdasarkan tingkat keterlibatan
mereka dalam kegiatan negatif dan usia mereka (Andriani,2018).

B. Penyebab/ faktor predisposisi


Sebagai salah satu perbuatan yang menyimpang dari norma pergaulan hidup
manusia, kejahatan (tindak pidana) merupakan masalah sosial, yaitu masalah
ditengah-tengah masyarakat, dimana pelaku dan korbannya adalah anggota
masyarakat juga. Menurut Willis (Lubis dkk, 2014) kenakalan remaja yang
1. Faktor dari dalam individu
a. Predisposing faktor
Yaitu faktor-faktor yang memberi kecenderungan tertentu terhadap
perilaku remaja. Faktor tersebut dibawa sejak lahir, atau oleh kejadian-

4
kejadian ketika kelahiran bayi, yang disebut birth injury, yaitu luka di
kepala ketika bayi ditarik dari perut ibu.
b. Lemahnya Pertahanan Diri
Yaitu faktor yang ada di dalam diri untuk mengontrol dan
mempertahankan diri terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari
lingkungan. Lemahnya pertahanan diri disebabkan karena faktor
pendidikan di keluarga. Hal tersebut dimanfaatkan oleh orang yang
bermaksud jahat untuk mempengaruhi anak melakukan perilaku
kejahatan seperti mencuri, memeras, membunuh dan lainlain.
2. Faktor yang berasal dari lingkungan keluarga
a. Lemahnya Keadaan Ekonomi Keluarga
Kondisi perekonomian yang lemah menyebabkan indivdu tidak dapat
memenuhi kebutuhan yang diinginkannya. Kondisi ini mendorong
individu untuk melakukan kejahatan seperti mencopet, merampok, dan
membunuh.
b. Keluarga tidak harmonis
Ketidakharmonisan dalam keluarga dapat menjadi penyebab tindak
kejahatan. Pertengkaran antara orang tua biasanya terjadi karena tidak
adanya kesepakatan dalam mengatur rumah tangga, terutama masalah
kedisiplinan, sehingga membuat anak merasa ragu akan kebenaran yang
harus ditegakkan dalam keluarga.
3. Faktor yang berasal dari lingkungan masyarakat
Masyarakat dapat pula menjadi penyebab munculnya kejahatan. Salah satu
faktor penyebabnya adalah kurangnya pendidikan pada masyarakat.
Minimalnya pendidikan bagi anggota masyarakat berpengaruh pada cara
orang tua dalam mendidik anaknya. Sehingga, orang tua tidakbisa memberi
pengarahan atau kontrol.

5
Anak jalanan sering mengalami masalah kesehatan jiwa yang kompleks dan
multifaktorial. Patofisiologi atau mekanisme biologis yang mendasari masalah
kesehatan jiwa pada anak jalanan sering kali disebabkan oleh kombinasi faktor-
faktor biologis, psikologis, dan lingkungan (Andriani,2018).
1. Faktor biologis
Beberapa faktor biologis yang dapat mempengaruhi masalah kesehatan
jiwa pada anak jalanan meliputi:
a. Ketidakseimbangan neurotransmitter: Zat kimia di otak seperti
serotonin, dopamin, dan norepinefrin dapat mempengaruhi suasana
hati, kecemasan, dan perilaku. Ketidakseimbangan atau gangguan
dalam produksi atau fungsi neurotransmitter ini dapat mempengaruhi
kesehatan jiwa anak jalanan.
b. Gangguan neurologis: Beberapa gangguan neurologis seperti epilepsi,
autisme, dan ADHD dapat mempengaruhi perkembangan otak dan
perilaku anak jalanan.
c. Faktor genetik: Faktor genetik dapat mempengaruhi risiko anak jalanan
mengalami gangguan kesehatan jiwa seperti depresi, kecemasan, dan
gangguan bipolar.
2. Fakror psikologis
Selain faktor biologis, faktor psikologis juga dapat mempengaruhi
kesehatan jiwa anak jalanan, antara lain:
a. Stres: Anak jalanan sering mengalami tekanan dan stres yang tinggi,
seperti kekurangan makanan dan tempat tinggal, kekerasan, dan
ketidakamanan. Stres kronis dapat memicu gangguan kesehatan jiwa
seperti depresi, kecemasan, dan PTSD.
b. Trauma: Anak jalanan juga sering mengalami pengalaman trauma,
seperti kekerasan fisik, seksual, atau emosional, serta kehilangan orang
tua atau keluarga. Pengalaman trauma dapat menyebabkan gangguan
kesehatan jiwa yang serius.

6
c. Keterasingan sosial: Anak jalanan sering merasa terisolasi dan
kesepian, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan jiwa seperti
depresi dan kecemasan.
3. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi kesehatan jiwa anak jalanan,
antara lain:
a. Faktor sosial: Anak jalanan sering mengalami diskriminasi dan
stigmatisasi dari masyarakat, yang dapat mempengaruhi kesehatan jiwa
mereka.
b. Faktor lingkungan fisik: Anak jalanan sering hidup di lingkungan yang
tidak sehat dan berbahaya, seperti lingkungan dengan kepadatan
penduduk yang tinggi, polusi udara, dan gangguan keamanan.

C. Klasifikasi
Klasifikasi narapidana dengan masalah kesehatan jiwa dibagi menjadi
beberapa kategori berdasarkan tingkat keparahan kondisi kesehatan mental dan
risiko keamanan yang terkait dengan kondisi tersebut. Berikut adalah beberapa
kategori yang mungkin digunakan dalam klasifikasi narapidana dalam
kesehatan jiwa (Andriani,2018):
1. Narapidana dengan gangguan mental ringan: Ini adalah narapidana yang
memiliki masalah kesehatan jiwa yang tidak parah dan tidak mengancam
keamanan di dalam penjara. Mereka mungkin membutuhkan perawatan
atau obat-obatan, tetapi mereka dapat diawasi oleh petugas keamanan dan
diatur dalam lingkungan yang aman.
2. Narapidana dengan gangguan mental sedang: Narapidana dalam kategori
ini memiliki masalah kesehatan jiwa yang lebih serius, tetapi masih dapat
diatasi dengan pengobatan dan perawatan medis yang tepat. Mereka
mungkin membutuhkan perawatan jangka panjang dan pengawasan ketat
oleh staf medis dan keamanan.
3. Narapidana dengan gangguan mental berat: Ini adalah narapidana yang
memiliki masalah kesehatan jiwa yang sangat serius dan memerlukan

7
perawatan intensif di lingkungan yang terkontrol dan diawasi secara ketat
oleh staf medis dan keamanan. Mereka mungkin memerlukan obat-obatan
dan terapi yang kompleks dan berkelanjutan.
4. Narapidana dengan gangguan mental berbahaya: Narapidana dalam
kategori ini memiliki masalah kesehatan jiwa yang sangat serius dan juga
merupakan ancaman bagi keamanan di dalam penjara. Mereka mungkin
memerlukan pengawasan ketat dan perawatan medis yang intensif, dan
mungkin juga harus diisolasi dari populasi narapidana yang lebih besar
Menurut Surjana (Siregar, dkk., 2016) menyebutkan bahwa faktor yang
mendorong anak turun ke jalan terbagi dalam tiga tingkatan, yakni:
1. Tingkat mikro memberikan penjelasan bahwa anak memilih untuk turun ke
jalanan lebih dilatar belakangi oleh anak itu sendiri dan dari keluarga. Sebab
dari disi si anak yaitu seperti lari dari rumah (sebagai contoh anak yang
selalu hidup dengan orang tua yang terbiasa dengan menggunakan
kekerasan, seperti sering menampar, memukul, menganiaya karena
kesalahan kecil, jika sudah melampaui batas toleransi anak, maka anak
cenderung memilih keluar dari rumah dan hidup di jalanan), disuruh bekerja
dengan kondisi masih sekolah atau disuruh putus sekolah, berpetualang,
atau bermain-main. Sebab-sebab yang berasal dari keluarga adalah
penelantaran, ketidakmampuan orangtua menyediakan kebutuhan dasar,
salah perawatan dari orang tua sehingga mengalami kekerasan di rumah
(childabuse), serta kesulitan berhubungan dengan keluarga karena terpisah
dari orangtua. Permasalahan atau sebab-sebab yang timbul baik dari anak
maupun keluarga ini saling terkait satu sama lain.
2. Tingkat messo memberikan penjelasan bahwa anak turun ke jalanan dilatar
belakangi oleh faktor masyarakat (lingkungan sosial) seperti kebiasaan yang
mengajarkan untuk bekerja, sehingga suatu saat menjadi keharusan
kemudian meninggalkan sekolah. Sebab-sebab yang dapat diidentifikasikan
ialah pada 3 komunitas masyarakat miskin, anak-anak adalah aset untuk
membantu meningkatkan ekonomi keluarga. Oleh karena itu anak-anak
diajarkan untuk bekerja pada masyarakat lain seperti pergi ke kota untuk

8
bekerja, hal ini sudah menjadi kebiasaan pada masyarakat dewasa dan anak-
anak.
3. Tingkat yang terakhir, yakni tingkat makro memberikan penjelasan seperti
peluang pekerjaan pada sektor informal yang tidak terlalu membutuhkan
modal dan keahlian yang besar, biaya pendidikan yang tinggi dan perilaku
guru yang diskriminatif, dan belum adanya kesamaan persepsi instansi
pemerintah terhadap anak jalanan. Oleh karenanya, anak dengan
keterbatasan kemampuan yang dimilikinya cenderung memilih untuk turun
kejalanan yang tidak memerlukan keahlian besar.

D. Patofisiologi/ pathway
Patofisiologi atau mekanisme biologis yang mendasari masalah kesehatan
jiwa pada narapidana dan anak jalanan sangat kompleks dan beragam
tergantung pada jenis gangguan kesehatan mental yang dialami. Beberapa
gangguan kesehatan mental yang paling umum pada narapidana termasuk
gangguan bipolar, depresi, skizofrenia, dan gangguan kecemasan. Secara
umum, gangguan kesehatan mental dapat terjadi karena ketidakseimbangan
atau kerusakan pada neurotransmitter di otak, yaitu zat kimia yang membantu
menjalankan sinyal saraf (Desmita,2019). Kerusakan atau ketidakseimbangan
ini dapat disebabkan oleh faktor genetik, lingkungan, dan faktor psikologis.
Narapidana dengan gangguan bipolar, misalnya, diketahui memiliki perubahan
pada neurotransmitter seperti dopamin, norepinefrin, dan serotonin. Gangguan
bipolar menyebabkan perubahan mood yang sangat ekstrem, dari fase mania
yang sangat tinggi hingga fase depresi yang sangat rendah. Depresi pada
narapidana juga dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan neurotransmitter,
terutama serotonin. Selain itu, depresi dapat dipengaruhi oleh faktor psikologis
seperti stres, kecemasan, dan trauma (Alwisol, 2016). Skizofrenia, gangguan
mental yang paling serius, melibatkan gangguan fungsi beberapa
neurotransmitter termasuk dopamin, glutamat, dan GABA. Skizofrenia ditandai
dengan gejala psikotik seperti halusinasi, delusi, dan gangguan pemikiran.
Gangguan kecemasan pada narapidana juga dapat dipicu oleh

9
ketidakseimbangan neurotransmitter seperti GABA dan serotonin, serta faktor
psikologis seperti stres dan trauma. Dalam beberapa kasus, faktor genetik dapat
mempengaruhi risiko seseorang mengalami gangguan kesehatan mental. Selain
itu, lingkungan seperti pengalaman trauma, kecanduan obat, dan kondisi
lingkungan yang buruk juga dapat memicu atau memperburuk masalah
kesehatan mental pada narapidana (Andriani,2018).

10
Pathway

Ketidakseimbangan atau
kerusakan pada
neurotransmitter di otak

Faktor genetik,
lingkungan, dan faktor
psikologis

Bipolar Depresi

Perubahan pada Stres, kecemasan,


neurotransmitter dan trauma
seperti dopamin,
norepinefrin, dan
serotonin
Skizofrenia

Perubahan mood
yang sangat Gangguan fungsi beberapa
ekstrem neurotransmitter termasuk
dopamin, glutamat, dan
GABA

Ansietas
Harga diri rendah

Gangguan
persepsi sensori

Sumber : (Desmita, 2019; Andriani, 2018)

11
E. Proses keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat,
tanggal pengkajian, nomor rekam medis.
b. Faktor predisposisi merupakan faktor pendukung yang meliputi faktor
biologis, faktor psikologis, sosial budaya, dan faktor genetic.
c. Faktor presipitasi merupakan faktor pencetus yang meliputi sikap
persepsi merasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa
gagal, merasa malang, kehilangan, rendah diri, perilaku agresif,
kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan penanganan gejala stress
pencetus pada umunya mencakup kejadian kehidupan yang penuh
dengan stress seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan
ansietas.
d. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social dan
spiritual.
e. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas
motorik, alam perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara,
persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
f. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun
maladaptive.
g. Aspek medik yang terdiri dari diagnosa medis dan terapi medis.
h. Riwayat kesehatan mental dan fisik: Termasuk riwayat pengobatan
sebelumnya, pengalaman trauma, dan kondisi fisik saat ini.
i. Tingkat pendidikan dan kemampuan literasi: Keterampilan literasi dan
pendidikan dapat memengaruhi kemampuan mereka dalam memahami
informasi dan mengambil keputusan yang tepat.
j. Lingkungan dan status sosial: Anak jalanan yang menjadi narapidana
mungkin mengalami keterasingan sosial, kemiskinan, dan masalah
lainnya yang berdampak pada kondisi kesehatan mereka.

12
k. Kondisi psikologis: Termasuk pengalaman kecemasan, depresi, dan
gejala lainnya yang terkait dengan kesehatan mental.
l. Kondisi perilaku: Termasuk masalah perilaku seperti agresi, konflik
interpersonal, dan perilaku merusak.
m. Penyalahgunaan zat: Termasuk penggunaan alkohol atau obat-obatan
terlarang yang dapat berdampak pada kondisi kesehatan mental dan
fisik.
n. Sistem dukungan: Anak jalanan yang menjadi narapidana mungkin
memiliki keluarga atau teman yang dapat memberikan dukungan, atau
mungkin tidak memiliki sistem dukungan yang memadai (Yusuf,2019)

2. Diagnosis Keperawatan
a. Ansietas b.d krisis situasional d.d tampak gelisah (D.0080)
b. Gangguan persepsi sensori b.d gangguan pendengaran d.d mendengar
bisikan (D.0085)
c. Harga diri rendah situasional b.d perubahan peran sosial d.d menilai
diri negatif (D.0087)

3. Intervensi Keperawatan
Dx Luaran Intervensi
Ansietas b.d Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas
krisis situasional keperawatan selmaa 3x24 (I.09314):
d.d tampak jam diharapkan tingkat a. O : identifikasi
gelisah (D.0080) ansietas (L.09093) tingkat ansietas
menurun denga kriteria b. T : temani pasien
hasil: untuk mengurangi
a. Verbalisasi kecemasan
kebingunang menurun c. E : latih kegiatan
b. Gelisah menurun pengalihan
c. Pusing menurun d. K : kolaborasi
d. Konsentrasi membaik pemberian obat
e. Pola tidur membaik antiansietas
Gangguan Setelah dilakukan Management
persepsi sensori tindakan keperawatan halusinasi (I.09288) :
b.d gangguan selmaa 3x24 jam a. O : monitor isi
pendengaran d.d diharapkan persepsi halusinasi
sensori (L.009083)

13
mendengar menurun dengan kriteria b. T : diskusikan
bisikan (D.0085) hasil : perasaan dan
a. Verbalisasi mendengar respons terhadap
bisikan menurun halusinasi
b. Distorsi sensori c. E : anjurkan untuk
menurun melakukan
c. Menarik diri menurun distraksi
d. Melamun menurun d. K : kolaborasi
e. Konsentrasi dalam pemberian
mendingkat obat antipsikotik
dan anti ansietas
Harga diri rendah Setelah dilakukan tindakan Manajemen perilaku
situasional b.d keperawatan selmaa 3x24 (I.12463)
perubahan peran jam diharapkan harga diri a. O : identifikasi
sosial d.d menilai (L.09060) meningkat harapan untuk
diri negatif denga kriteria hasil: mengendalikan
(D.0087) a. Penilaian diri positif perilaku
meningkat b. T : tingkatkan
b. Perasaan memiliki aktivitas fisik
kelebihan meningkat sesuai kemampuan
c. Minat mencoba hal c. E : informasikan
baru meningkat keluarga sebagai
d. Konsentrasi meningkat dasar
pembentukan
kofnitif

4. Implementasi keperawatan

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana

keperawatan atau intervensi yang telah disusun pada tahap perencanaan

(Nursalam, 2016).

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang

kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara

bersinambung dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatan

lainnya dengan format sumatif yaitu SOAP (subyektif, obyektif, analisis,

perencanaan) (Nursalam, 2016).

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa narapidana
dan anak jalanan adalah dua kelompok yang memiliki masalah kesehatan jiwa
yang kompleks dan membutuhkan perhatian khusus dari tenaga kesehatan.
Perawat dapat memainkan peran penting dalam membantu mereka memperoleh
kesehatan jiwa yang lebih baik melalui intervensi keperawatan yang holistik
dan komprehensif.
Dalam melakukan pengkajian keperawatan, perawat perlu memperhatikan
kondisi fisik, psikologis, dan sosial narapidana dan anak jalanan. Beberapa
diagnosis keperawatan yang mungkin relevan bagi mereka termasuk gangguan
citra diri, gangguan kecemasan, gangguan depresi, gangguan perilaku, dan
gangguan penyalahgunaan zat.
Dalam merencanakan intervensi keperawatan, perawat dapat
mempertimbangkan penggunaan terapi obat, terapi perilaku kognitif, terapi
kelompok, atau terapi alternatif lainnya. Tujuan utama dari intervensi
keperawatan adalah membantu narapidana dan anak jalanan memperoleh
kesehatan jiwa dan sosial yang lebih baik, serta meningkatkan keterampilan
adaptasi dan kemampuan coping mereka dalam menghadapi situasi yang
menantang.

B. Saran
Saran secara umum untuk membantu narapidana dan anak jalanan yang
mengalami masalah kesehatan jiwa:
1. Cari bantuan profesional: Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal
mengalami masalah kesehatan jiwa, segera cari bantuan dari tenaga
kesehatan yang berkualifikasi seperti dokter atau psikolog. Mereka dapat
membantu melakukan evaluasi dan memberikan saran serta perawatan yang
tepat.

15
2. Cari dukungan sosial: Dukungan sosial dapat membantu Anda merasa lebih
stabil dan kuat dalam menghadapi masalah kesehatan jiwa. Cari dukungan
dari keluarga, teman, atau kelompok dukungan.
3. Lakukan aktivitas fisik: Olahraga dan aktivitas fisik dapat membantu
memperbaiki mood dan mengurangi gejala kesehatan jiwa seperti
kecemasan dan depresi.
4. Kelola stres: Belajar teknik-teknik manajemen stres seperti meditasi, yoga,
atau relaksasi progresif dapat membantu mengurangi gejala kesehatan jiwa
dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.
5. Jangan malu untuk mencari bantuan: Mengalami masalah kesehatan jiwa
tidak harus menjadi rahasia atau menjadi hal yang memalukan. Jangan ragu
untuk mencari bantuan ketika Anda membutuhkannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

AH.Yusuf, dkk. 2019. Kesehatan Jiwa Pendekatan Holistik dalam Asuhan


Keperawatan. Jakarta : Mitra Wacana Media.
Alwisol. (2016). Psikologi Kepribadian. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang.
Andriani, P. P. (2018). Pola Asuh Orang Tua Pada Anak Jalanan. Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik. Universitas Bandar Lampung.
Astri, H. (2014) Kehidupan Anak Jalanan Di Indonesia: Faktor Penyeba, Tatanan
Hidup dan Kerentanan Berperilaku Menyimpang. Jurnal Masalah-masalah
Sosial. Jurnal DPR-RI
Desmita. (2019). Psikologi Perkembangan. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Hawari, D. (2012). Penyalahguna Narkoba dan Zat Adiktif. . Jakarta: FKUI.
Maslihah dan Lubis. (2012). Analisis Sumber-sumber Kebermaknaan Hidup
Narapidana Yang Menjalani Hukuman Seumur Hidup. Jurnal Psikologi
Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.
Naisaban dan Ladislaus, (2014). “Para Psikolog Terkemuka Dunia”, PT. Grasindo,
Jakarta, Hal 135
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
Puspitawati. (2019). Kenakalan Pelajar. Bogor: IPB Press.
RI. D.S. (2015). Petunjuk Tekinis Pelayanan Anak Jalanan. Jakarta: Departemen
Sosial Republik Indonesia.
Sarwono, W. S. (2014). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sumara, D., Humaedi, S., & Santoso, M. (2017). Kenakalan remaja dan
penanganannya. Jurnal Penelitian Dan PPM, 4(2), 346–353.

Anda mungkin juga menyukai