Anda di halaman 1dari 7

PATHWAY, FARMAKOLOGI DAN DIIT

PADA PASIEN DENGAN OVERDOSIS

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat
yang dibina oleh Bapak Rudi Hamarno S.Kep., Ns. M.Kep

Oleh Kelompok 10:


Ardhia Winda Prastia
Muh. Ikhwan
Putri Asni Nilam
Rizky Ahmad Giantaka
Wahyuwati Handayani

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
Juli 2019
A. PATHWAY
Overdosis atau kelebihan dosis terjadi akibat tubuh mengalami keracunan
akibat obat. OD sering terjadi bila menggunakan narkoba dalam jumlah banyak
dengan rentang waktu terlalu singkat, biasanya digunakan secara bersamaan
antara putaw, pil, heroin digunakan bersama alkohol. Atau menelan obat tidur
seperti golongan barbiturat (luminal) atau obat penenang (valium, xanax,
mogadon/BK).
B. FARMAKOLOGI
Dalam terapi, obat biasanya memberikan berbagai efek, namun biasanya
hanya 1 efek terapi yang diharapkan sedangkan efek-efek lain tidak diharapkan
dapat dianggap sebagai efek samping. Efek-efek samping ini biasanya
mengganggu namun tidak membahayakan. Efek yang tidak diinginkan dan
membahayakan dianggap sebagai efek toksik. Efek toksik obat dapat
dikelompokan sebagai efek farmakologis, patologis dan genotoksik. Biasanya
keparahan toksisitas secara proporsional terkait dengan konsentrasi obat dalam
tubuh dan durasi paparan. Overdosis obat adalah contoh toksisitas obat terkait
dosis.
1. Toksisitas Farmakologis
Depresi sistem saraf pusat terkait penggunaan barbiturat dipengaruhi oleh
dosis. Efek klinis berkembang mulai dari efek ansiolitik, sedasi hingga koma.
Demikian pula tingkat hipotensi yang dihasilkan oleh nifedipin sangat
dipengaruhi oleh dosis yang diberikan. Tardive dyskinesia adalah gangguan
motorik ekstrapiramidal yang berhubungan dengan penggunan obat antipsikotik,
tampaknya tergantung pada durasi paparan. Toksisitas farmakologi juga dapat
terjadi ketika dosis yang diberikan tepat, misalnya pada kasus pasien yang diobati
dengan tetrasiklin, sulfonamida, klorpromazin dan asam nalidiksat yang
disebabkan adanya efek fototoksisitas oleh sinar matahari terhadap pasien.
2. Toksisitas Patologis
Parasetamol dimetabolisme menjadi glukoronida nontoksik dan sulfat
terkonjugasi, dan metabolit yang sangat reaktif N-acetyl-p-
benzoquinoneimine (NAPQI) melalui isoform CYP. NAPQI disebut sebagai
senyawa biologis reaktif menengah yang sering timbul dari hasil metabolisme
obat. Pada dosis terapi NAPQI mengikat glutation nukleofilik tapi dalam kondisi
overdosis penipisan glutation dapat menyebabkan nekrosis hati patologis.

Kondisi-kondisi yang memungkinkan terjadinya keracunan:


1. Toksisitas obat terapeutik
2. Paparan eksplorasi oleh anak-anak muda
3. Paparan lingkunan
4. Pajanan
5. Penyalahgunaan obat
6. Kesalahan dalam pengobatan
7. Upaya bunuh diri
8. Upaya meracuni orang lain
Obat-obat yang sering berhubungan dengan resiko kematian diantaranya:
1. Kokain
2. Opioid
3. Benzodiazepin
4. Alkohol
5. Antidepresan
Senyawa-senyawa yang paling sering berhubungan dengan risiko keracunan pada
manusia:
1. Analgesik
2. Produk perawatan diri
3. Produk pembersih rumah tangga
4. Sedatif/ antipsikotik dan hipnotik
5. Benda asing
6. Sediaan obat lokal
7. Obat flu dan batuk
8. Antidepresan
Tindakan yang dilakukan:
1. Tindakan emergensi
a Airway : Bebask an jalan nafas, kalau perlu lakukan intubasi.
b Breathing : Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak bernafas
spontanatau pernapasan tidak adekuat.
c Circulation: Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan perbaiki
perfusi jaringan.
2. Identifikasi penyebab overdosis
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab overdosis , tapi hendaknya
usaha mencari penyebab overdosis ini tidak sampai menunda usaha-usaha
penyelamatan penderita yang harus segera dilakukan.
3. Eliminasi racun obat
Racun obat yang ditelan, dilakukan dengan cara:
a. Rangsang muntah akan sangat bermanfaat bila dilakukan dalam 1 jam
pertama sesudah menelanbahan beracun, bila sudah lebih dari 1 jam
tidak perlu dilakukan rangsangmuntah kecuali bila bahan beracun
tersebut mempunyai efek yang menghambatmotilitas (memperpanjang
pengosongan) lambung. Rangsang muntah dapat dilakukan secara
mekanis dengan merangsang palatum mole atau dinding belakang
faring,atau dapat dilakukan dengan pemberian obat- obatan :
 Sirup Ipecac, diberikan sesuai dosis yang telah ditetapkan.
 Apomorphine, sangat efektif dengan tingkat keberhasilan hampir
100%,dapat menyebabkan muntah dalam 2 - 5 menit. Dapat
diberikan dengan dosis 0,07 mg/kg BB secara subkutan.
Kontraindikasi rangsang muntah :
 Keracunan hidrokarbon, kecuali bila hidrokarbon tersebut
mengandungbahan-bahan yang berbahaya seperti camphor, produk-
produk yang mengandung halogenat atau aromatik, logam berat dan
pestisida, keracunan bahan korossif , keracunan bahan - bahan
perangsang CNS ( CNS stimulant, seperti strichnin)
 Penderita kejang
 Penderita dengan gangguan kesadaran
b. Kumbah Lambung akan berguna bila dilakukan dalam 1-2 jam sesudah
menelan bahan beracun, kecuali bila menelan bahan yang dapat
menghambat pengosonganl ambung. Kumbah lambung seperti pada
rangsang muntah tidak boleh dilakukan pada :
 Keracunan bahan korosif
 Keracunan hidrokarbon
 Kejang pada penderita dengan gangguan kesadaran atau penderita-
penderita dengan resiko aspirasi jalan nafas harus dilindungi dengan
cara pemasangan pipa endotracheal.
Penderita diletakkan dalam posisi trendelenburg dan miring kekiri,
kemudian di masukkan pipa orogastrik dengan ukuran yang sesuai dengan
pasien, pencucian lambung dilakukan dengan cairan garam fisiologis (
normal saline/ PZ ) atau ½ normal saline 100 ml atau kurang berulang-
ulang sampai bersih
c. Pemberian Norit ( activated charcoal )Jangan diberikan bersama obat
muntah, pemberian norit harus menunggu paling tidak 30 - 60 menit
sesudah emesis.
Indikasi pemberian norit untuk keracunan :
 Obat2 analgesik/ antiinflammasi : acetamenophen, salisilat,anti
inflamasi non steroid, morphine, propoxyphene.·
 Anticonvulsants/ sedative : barbiturat, carbamazepine,
chlordiazepoxide, diazepam phenytoin, sodium valproate.·
 Lain-lain : amphetamine, chlorpheniramine, cocaine, digitalis,quinine,
theophylline, cyclic anti – depressants Norit tidak efektif pada
keracunan Fe, lithium, cyanida, asam basa kuat dan alkohol.
 Catharsis Efektivitasnya masih dipertanyakan. Jangan diberikan bila
ada gagal ginjal, diare yang berat (severe diarrhea), ileus paralitik atau
trauma abdomen.
 Diuretika paksa (Forced diuretic) Diberikan pada keracunan salisilat
dan phenobarbital (alkalinisasi urine). Tujuan adalah untuk
mendapatkan produksi urine 5,0 ml/kg/jam,hati-hati jangan sampai
terjadi overload cairan. Harus dilakukan monitor dari elektrolit serum
pada pemberian diuresis paksa. Kontraindikasi : udema otak dan gagal
ginjal
C. TERAPI DIIT
Terapi diit pada pasien dengan overdosis adalah Antidot. Terapi antidot
melibatkan mekanisme antagonisme atau dengan menginaktivasi racun secara
kimiawi. Farmakodinamika racun dapat diubah dengan jalan memberikan
kompetitornya pada reseptor, seperti pada antagonisme nalokson dalam mengobati
overdosis heroin. Antidot fisiologis dapat ditempuh melalui mekanisme seluler
yang berbeda, seperti pada penggunaan glukagon untuk merangsang pemblokiran
alternatif terhadap reseptor adrenergik dan meningkatkan siklik AMP seluler pada
terapi overdosis propranolol. Antivenom dan agen pengkhelat mengikat dan
secara langsung menonaktifkan racun. Biotransformasi racun juga dapat diubah
oleh antidot; seperti pada kasus fomepizol yang akan menghambat dehidrogenasi
alkohol dan menghentikan pembentukan metabolit asam beracun dari etilen glikol
dan metanol. Banyak jenis obat yang dapat digunakan dalam perawatan
pendukung pasien keracunan (misal; antikonvulsan, vasokonstriktor yang dapat
dianggap sebagai antidot fungsional yang tak spesifik.

Daftar Pustaka
Ganiswara, S.G, dkk. 2012. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Bagian
Farmakologi FK UI
Hayes, E.R, et.al. 2011. Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta:
EGC
Noer, Syaefullah. 2009. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI

Anda mungkin juga menyukai