Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KONSEP RECOVERY DAN SUPPORTIVE

ENVIRONMENT

OLEH KELOMPOK 1

 MADINA AMALIA
 YULIA AGUSTINA WIKARSA
 SRI WULANDARI
 NUR ANNISA AMIR
 ROS ANRIANI A

STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR

2020/ 2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepadasayai, sehinggai kami dapat menyelesaikan
tugas makalah.

Naskah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki naskah ini.

 Akhir kata kami berharap semoga pembelajaran dalam naskah ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Takalar, 08 Februari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL...............................................................................................................................

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................

1.1 Latar Belakang......................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 2

1.3 Tujuan................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................

2.1 Konsep Recovery.................................................................................................3

2.2 Supportive Environment Therapy .......................................................................3

2.3 Mental Health Recovery Model & The Recovery Model in

Psychiatric Nursing.............................................................................................6

2.4 Manfaat dan Peran Perawat pada Pemberian Terapi pada proses

Penyembuhan......................................................................................................7

2.5 terapi generalis.....................................................................................................7

2.6 terapi spesialis.....................................................................................................9

BAB III PENUTUP...............................................................................................................

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................33

3.2 Saran...................................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................34

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai

dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan

menjadi optimal. Kebutuhan dan masalah klien dapat diidentifikasi,

diprioritaskan untuk dipenuhi, serta diselesaikan. Dengan menggunakan proses

keperawatan, perawat dapat terhindar dari tindakan keperawatan yang bersifat

rutin, intuisis, dan tidak unik bagi individu klien. Proses keperawatan mempunyai

ciri dinamis, siklik, saling bergantung, luwes, dan terbuka. Setiap tahap dapat

diperbaharui jika keadaan klien klien berubah.

Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan

menggunakan diri sendiri secara terapeutik. Metodologi dalam keperawatan jiwa

adalah menggunakan diri sendiri secara terapeutik dan interaksinya interpersonal

dengan menyadari diri sendiri, lingkungan, dan interaksinya dengan lingkungan.

Kesadaran ini merupakan dasar untuk perubahan. Klien bertambah sadar akan

diri dan situasinya, sehingga lebih akurat mengidentifikasi kebutuhan dan

masalah serta memilih cara yang sehat untuk mengatasinya. Perawat memberi

stimulus yang konstruktif sehingga akhirnya klien belajar cara penanganan

masalah yang merupakan modal dasar dalam menghadapi berbagai masalah.

1
1.2 Rumusan masalah

1.2.1 Bagaimana Konsep Recovery ?

1.2.2 Bagaimana Supportive Environment Therapy itu ?

1.2.3 Bagaimana Mental Health Recovery Model & The Recovery Model in

Psychiatric Nursing ?

1.2.4 Bagaimana Manfaat dan Peran Perawat pada Pemberian Terapi pada proses

Penyembuhan ?

1.2.5 Apa saja terapi generalis itu ?

1.2.6 Apa saja terapi spesialis itu ?

1.3 Tujuan makalah

1.3.1 Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Konsep Recovery

1.3.2 Untuk mengetahui Bagaimana Supportive Environment Therapy itu

1.3.3 Untuk mengetahui Bagaimana Mental Health Recovery Model & The

Recovery Model in Psychiatric Nursing

1.3.4 Untuk mengetahui Bagaimana Manfaat dan Peran Perawat pada Pemberian

Terapi pada proses Penyembuhan

1.3.5 Untuk mengetahui Apa saja terapi generalis itu

1.3.6 Untuk mengetahui Apa saja terapi spesialis itu

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Recovery


Orang dengan gangguan jiwa berat yang mendapatkan dukungan tepat dan secara
individual, dapat pulih dari penyakitnya dan memiliki kehidupan yang memuaskan
serta produktif. Recovery merupakan suatu proses perjalanan mencapai
kesembuhan dan transformasi yang memampukan seseorang dengan gangguan
jiwa untuk hidup bermakna di komunitas yang dipilihnya untuk mencapai potensi
yang dimilikinya (USDHHS, 2006 dalam Stuart, 2013). Recovery merupakan
proses dimana seseorang mampu untuk hidup, bekerja, belajar dan berpartisipasi
secara penuh dalam komunitasnya. Recovery berimplikasi terhadap penurunan
atau pengurangan gejala secara keseluruhan (Ware et al, 2008 dalam Stuart 2013).

Kekuatan diri merupakan pondasi dari dukungan dan sistem recovery yang
berpusat pada diri sendiri dan motivasi diri. Aspek terpenting dari recovery
didefinisikan oleh setiap individu dengan pertolongan dari pemberi layanan
kesehatan jiwa dan orang orang yang sangat penting dalam kehidupannya (Stuart,
2010). Individu menerima dukungan pemulihan melalui aktivitas yang
didefinisikan sebagai rehabilitasi, yang merupakan proses menolong seseorang
kembali kepada level fungsi tertinggi yang dapat dicapai. Recovery gangguan jiwa
merupakan gabungan pelayanan sosial, edukasi, okupasi, perilaku dan kognitif
yang bertujuan pada pemulihan jangka panjang dan memaksimalkan kecukupan
diri (Stuart, 2013) Sejumlah praktik berbasis bukti mendukung dan meningkatkan
pemulihan meliputi : tritmen asertif komunitas komunitas, dukungan bekerja,
manajemen dan pemulihan penyakit, tritmen terintegrasi untuk mendampingi
kejadian berulang gangguan jiwa dan penyalahgunaan zat, psikoedukasi keluarga,
manajemen pengobatan. Dukungan pemulihan dalam asuhan keperawatan jiwa
meliputi bekerja dengan tim tritmen multidisiplin yang meliputi psikiater,
psikolog, pekerja sosial, konselor, terapis okupasi, pakar konsumen dan teman

3
sejawat,manajer kasus, pengacara keluarga, pakar pengambil kebijakan. Dukungan
ini juga membutuhkan perawat untuk berfokus pda tiga elemen yaitu : individu,
keluarga dan komunitas (Stuart, 2013)

2.2 Supportive Environment Therapy


Penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini adalah: factor biopsikososial dan respo
maladaptive saat ini. Aspek biologisnya menjadi masalah seperti: sering sakit
maag, migraine, batuk-batuk. Aspek psikologisnya mengalami banyak keluhan
seperti : mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu,
pemarah. Aspek sosialnya memiliki masalah seperti : susah bergaul, menarik
diri,tidak disukai, bermusuhan, tidak mampu mendapatkan pekerjaan, dan
sebagainya. Semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa.
Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmamupan dalam beradaptasi pada
masalah-masalah yang muncul saat ini dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu.
Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon copinh adaptif, individu
diupayakan mengenal telebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada pada
dirinya; kekuatan mana yang dapat dipakai alternative pemecahan masalahnya.
Perawat harus membantu individu dalam melakukan identifikasi coping yang
dimiliki dan yang biasa digunakan klien. Terapist berupaya menjalin hubungan
yang hangat dan empatik dengan klien untuk menyiapkan coping klien yang
adaptif.

2.3 Mental Health Recovery Model & The Recovery Model in Psychiatric Nursing
Selama ini kita mengetahui bahwa recovery sama halnya dengan kembali sehat
atau sembuh terhadap suatu penyakit, tetapi dalam kesehatan jiwa kita sepakati
bahwa recovery memiliki arti yang berbeda. Recover Model pada kesehatan jiwa
tidak berfokus pada pengobatan, tetapi sebagai gantinya lebih menekankan dapat
hidup beradaptasi dengan sakit jiwa yang sifatnya kronis. Pada model ini lebih
menekankan kepada hubungan sosial, pemberdayaan, strategi koping, dan makna
hidup. Peplau (1952 dalam Varcarolis 2013) menciptakan teori bahwa pentingnya
hubungan interpersonal terapeutik, model recovery berubah dari hubungan nurse-

4
patient menjadi nurse-partner. Berdasarkan penelitian Hanrahan et al (2011 dalam
Varcarolis 2013) menyatakan pentingnya meningkatkan peran individu dan
keluarga dalam proses recovery. Caldwell et al (2010 dalam Varcarolis 2013)
menegaskan perawat jiwa harus mengajarkan tenaga kesehatan lain tentang
konsep recovery dan menyarankan cara memberdayakan pasien dan memajukan
proses recovery.

2.4 Manfaat dan Peran Perawat pada Pemberian Terapi pada Proses Penyembuhan
Pemberian terapi adalah berbagai pendekatan penenganan klien gangguan jiwa
yang bervariasi, yang bertujuan untuk mengubah perilaku klien dengan gangguan
jiwa dengan perilaku mal adaptifnya menjadi perilaku yang adaptif. Perawat
sebagai terapis mendasarkan potensi yang dimiliki pasien sebagai titik tolak terapi
atau penyembuhan dengan memberikan berbagai macam terapi Generalis maupun
Spesialis. Dalam pemberian terapi perawat seabagai terapis senantiasa berdasarkan
pada kompetensi yang dia miliki dan kondisi pasien yang menjadi titik tolak terapi
atau penyembuhan. Efektivitas terapi komplementer dan alternatif (CAM) telah
banyak dibuktikan oleh klinisi yang merujuk klien ke praktisi CAM baik sebagai
terapi tunggal ataupu terapi tambahan dalam terapi konvensional. Terapi CAM
dapat memberi dampak penting dalam praktik keperawatan kesehatan jiwa. Terapi
alternatif telah banyak dirasakan bermanfaat, aman, hemat biaya, dan mudah
dilaksanakan di tatanan kesehtan jiwa. Terapi alternatif komplementer (CAM)
dapat dilakukan oleh perawat (Stuart, 2013).
Keperawatan termasuk dalam posisi yang ideal dalam memberikan perawatan
dengan menggabungkan banyak terapi CAM untuk mengatasi gejala yang dialami
oleh klien dengan gangguan jiwa. Disamping itu terapi CAM yang
memberdayakan klien dapat memperkuat hubungan antar perawat dan klien dalam
meningkatkan proses pemulihan (Stuart, 2013).

5
2.5 Terapi Generalis
2.5.1 Terapi Psikofarmakologi
Psikofarmakologi merupakan sebuah standar yang telah ditetapkan dalam
menangani penyakik-penyakit neurobiologis. Namun, obat tidak dpat
berjalan sendiri dalam menangani masalah personal, social atau komponen
lingkungan klien atau respon terhadap penyakit. Kondisi-kondisi tersebut
membutuhkan pendekatan yang terintegrasi dan komperensif dalam
merawat individudan gangguan jiwa.
 Peran perawat dalam psikofarmakologi
a) Pengkajian Klien
Pada proses kolaborasi pemberian obat sangat penting melakukan
pengkajian dasar klien termvsuk riwayat, kondisi fisik dan asil
laboratorium , evaluasi kesehatan jiwa, pengkajian social budaya
dan yang paling utama adalah riwayat pengobatan untuk dilengkapi
pada setiap klien sebelum diberikan pengobatan.
b) Kordinasi Tritmen Modalitas
Perawat memiliki peran penting dalam merancang program tritmen
yang komprehensif. Pilihan tritmen yang paling tepat pada setiap
klien bersifat individu dan merupakan gambaran dari rencana
tritmen. Kordinasi dalam melakukan perawatan merupakan
tanggung jawab utama perawat yang bersama sama dengan klien
dalam membina hubungan terapiutik sebagai bagian dari tim
pelayanan kesehatan.
c) Pemberian Obat
Perawat memiliki peran penting terhadap pengealaman klien dalam
mendapatkan pengobatan psikofarmakologi. Pada beberapa
pelayanan perawat bertugas menentukan jadwal dosis berdasarkan
dosis kebutuhan obat seta kebutuhan klien, mengatur pemberian
obat dan selalu waspada terhadap efek serta penanganan efek obat.

6
d) Monitor Efek Obat
Perawat berperan penting dalam memantau efek obat psikofarmaka.
Peran dalam memantau efek obat seperti membuat standarisasi
pengukuran efek obat terhadap target gejala, mengevaluasi dan
meminimalisasi efek samping, mengatasi reaksi berlawanan dan
mencatat efek obat terhadap konsep diri klien, kepercayaan serta
keyakinannya terhadap perawatan. Obat harus diberikan sesuai
dengan dosis yang direnkomendasikan dan dalam jumlah yang tepat
sebelum menentukan apakah memiliki dampak terapiutik yang
adekuat pada klien.
e) Edukasi Pengobatan
Perawat merupakan pemegan posisi utama dalam memberikan
edukasi pada klien dan keluarga tentang pengobatan. Edukasi
meliputi pemberian informasi lengkap kepada klien dan keluarga
sehingga mereka dapat memahami, mendiskusikan dan
menerimanya. Edukasi tentang obat merupakan kunci penting agar
efektif dan aman dalam mengonsumsi obat-obat psikotropika,
kolaborasi klien dalam merencanakan tritmen dan kepatuhan klien
terhadap regimen terapi obat.

2.5.2 Terapi Kejang Listrik (Elektroconvulsive Therapis)


Terapi kejang listrik (elektroconvulsive therapis / ECT) pertama kali
dilakukan pada tahun 1938 sbagai tritmen untuk klien skizofrenia, ketika
diyakini bahwa klien epilepsy jarang mengalami skizofrenia, dan dianggap
bahwa pemberian kejang biasa menyembuhkan skizofrenia. Terapi Kejang
listrik adalah pengobatan dengan pemberian kejang yang cukup berat
melalui alat yang diindukdi pada klien yang yang dibius dengan
memeberikan arus listrik melalui elektroda yang dipasang pada klien
(Manked et al,2010). ECT merupakan tritmen gangguan jiwa yang efektif
dan umumnya dapat ditoleransi dengan baik oleh klien. Dalam beberapa
kasus, stelah program awal tritmen sukses, pemiliharaan ECT ditambah

7
dengan pemberian obat antridepresan: untuk bulan pertama setelah remisi
program remisi trigmen dilakukan seminggu sekali, kemudian berkurang
secara bertahap menjadi sebulan sekali (perbulan) (APA, 2001). Indikasi
utama ECT adalah depresi berat (Weiner dan Falcone,2011).
Beberapa ahli menganggap terapi ini digunakan sebagai standar emas untuk
mengatasi kodisi depresi yang bertahan (Nahas dan Anderson,2011).
Tingkat respon terhadap ECT 80% atau lebih untuk sebagian besar klien
lebih baik daripada tingkat respon terhadap obat antidepresan, sehingga
terapi dianggap sebai antidepresan yang paling efektif (Keltner dan
Boschini,2009).
 Peran perawat
Perawat kesehatan jiwa memiliki peran penting dalam melakukan ECT.
Peran ini meliputi tindakan keperawatan mandiri dan kolaborasi.
Dukungan Emosi dan Pendidikan. Asuhan keperawatan diberikan
kepada klien dan keluarga setelah dijelaskan bahwa ECT merupakan
pilihan program tritmen. Peran paling penting perawat adalah
memberikan kesempatan bagi klien untuk untuk mengespresikan
perasaan, termasuk masalah yang terkait dengan mitos atau yang
berkaitan dengan ECT. Perawat dapat mengajarkan klien dan keluarga,
mempertimbangkan ansietas, kesiapan untuk belajar, dan kemampuan
untuk memahami penjelasan yang diberikan. Asuhan Keperawatan
Sebelum Prosedur Tritmen, pemberian asuhan keperawatan ini meliputi
peninjauan kembali proses konsultasi, memastikan bahwa setiap
kelainan hasil tes laboratorium telah ditangani, dan memeriksa bahwa
peralatan dan perlengkapan yang diperlukan telah memadai dan
berfungsi. Asuhan keperawatan selama prosedur, klien harus dibawah
ke ruan tritmen, baik dengan berjalan kaki atau dibawah dengan
menggunakan kursi roda, didampingi seorang perwat dan dengan
siapapun klien merasa nyaman. Perawat harus tetap mendapingi klien
selama pelaksanaan terapi untuk memberikan dukungan pada klien.
Asuhan keperawatan setelah prosedur, ruang pemulihan harus

8
berdekatan dengan dengan ruang tritmen untuk memudahkan akses staf
anastesi keluar masuk dalam keadaan darurat. Setelah klien berada
diruan pemulihan perawat harus harus mengokservasi klien sampai
benar-benar pulih. Perawat harus meyakinkan kodisi klien dan secara
periodic mengorentasikan klien. Pemberian penjelasan yang singkat,
sangat membantu klien dalam proses pemulihan. Perawat haru
menjelaskan bahwa sebagian besar masalah memori akan hilang dalam
beberapa minggu.

2.5.3 Terapi Tindakan Pada Keluarga


Tindakan pada keluarga merupakan terapi yang ditujukan untuk melibatka
keluarga dan mendorong mereka untuk menjadi peserta aktif dalam ritmen
da pemulihan, sehingga meningkatkan keterampilan koping pada klien dan
keluarga mereka. Peran Perawat dalam terapi keluarga yaitu untuk
mendorong hubunga keluarga yang sehat melalui psikoedukasi, penguatan
kekuatan, konseling sportif dan rujukan untuk terapi dan dukungan. Perawat
sudah dipersiapkan dengan bai untuk meningkatkan fungsi keluarga dalam
pengaturan klinis tradisional dan nontradisional. Perawat harus
mengintegrasikan teori berbasis keluarga dengan ilmu tindakan pada
keluarga dalam program klinis, memberikan dan mempromosikan tindakan
pada keluarga berbasis-bukti, dan advokasi untuk keluarga dan penggantian
pihak ketiga untuk tindakan pada keluarga.
 Advokasi Keluarga merupakan model bekerja dengan orang tua dan
anggota keluarga untuk membantu mereka bertindak sebagai advokat
dengan dan atas nama anggotakeluarga yang memiliki ketidakmampuan
 Praktik yang berorientasi pada keluarga mengacu pada tindakan tertentu
pada keluarga dan kerangka konseptual yang lebih luas untuk tindakan
yang mencakup asuhan keperawatan yang berpusat pada keluarga.
 Ilmu tindaka keluarga merupakan area keilmuan yang didefinisikan
dengan penelitian dalam mengubah perilaku keluarga.

9
2.5.3 Iktisas Terapi Kelompok
Kelompok menawarkan berbagai hubungan antara anggota karena setiap
anggota kelompok akan berinteraksi satu sama lain dengan pemimpin
kelompok. Anggota kelompok berasal dari berbagai latar belakang dan
masing-masing memiliki kesempatan untuk belajar dari orang lain diluar
lingkaran sosialnya.mereka dihadapkan dengan rasa iri hati, daya tarik, daya
saing, dan banyak emosi lainnya dan perasaan yang diungkapkan oleh orang
lain (Yalom,2005).
Kelompok terapiutik memiliki tujuan bersama yaitu kelompok memiliki
tujuan kelompok untuk membantu anggota yang secara konsisten terlibat
dalam mengidentifikasi hubungan destruktif dan mengubah perilaku
maladaptive mereka.
 Peran Perawat
Perawat sebagai pemimpin kelompok harus dapat mengkordinir dan
mempelajari kelompok dan berpartisipasi di dalamnya pada waktu
bersamaan. Pemimpin harus selalu memantau kelompok dan bila
diperlukan, membantu kelompok mencapai tujuannya. Kualitas
pemimpin perawat yang efektif merupakan kualitas yang sama
pentingnya dalam hubungan terapiutik, secara khusus kemampuan
perawat meliputi sikap responsive dan aktif berimpati, ketulusan, dan
kemampuan konfrontasi

2.6 Terapi Spesialis


 Guided Imagery Guided Imagery merupakan program yang mengarahkan
pikiran dengan memandu imajinasi seseorang terhadap situasi santai, fokus
pada kondisi untuk mengurangi stres dan meningkatkan kenyaman serta
suasana hati (Stuart, 2013). Klien yang menerima GI memiliki tingkat
kenyamanan yang lebih tinggi dan tingkat depresi, ansietas dan stres yang
lebih rendah dibandingkan dengan klien yang tidak menerima GI (Apostolo
dan Kolcaba, 2009). Selain itu teknik imagery telah digunakan dalam
berbagai kondisi dan populasi. Nyeri dan kanker adalah dua kondisi di mana

10
teknik imagery telah membantu baik pada orang dewasa ataupun anak-anak
(Lindquist, 2014).

 Music Intervention
Terapi musik digunakan dengan menerapkan unsur-unsur penyembuhan
untuk memenuhi kebutuhan spesifik pada individu. Di Amerika Serikat dan di
seluruh dunia, terapis musik bekerja di berbagai fasilitas dan perawatan
kesehatan. Meskipun terapis musik secara khusus dilatih untuk menggunakan
musik dalam berbagai cara terapi, ada banyak situasi di mana perawat dapat
menerapkan intervensi musik ke dalam rencana perawatan pasien (Lindquist,
2014). Musik dan proses fisiologis (detak jantung, tekanan darah, gelombang
otak, suhu tubuh, pencernaan, dan hormon adrenal) melibatkan irama dan
getaran yang terjadi secara rutin, berkala dan terdiri dari osilasi (Crowe, 2004
dalam Lindquist, 2014). Intervensi musik memberikan pasien / klien stimulus
menghibur yang dapat membangkitkan sensasi menyenangkan sambil
memfokuskan perhatian individu ke musik bukan pada pikiran stres, nyeri,
ketidaknyamanan, atau rangsangan lingkungan lainnya (Lindquist, 2014).

 Yoga
Yoga merupakan kegiatan yang mengatur tubuh secara fisik dan emosional
dengan menggunakan berbagai posisi tubuh, latihan peregangan, kontrol
nafas dan meditasi. Teknik pernapasan yang digunakn dalam yoga dapat
berhubungan dengan stimulasi saraf vagus dan menyeimbangkan sistem saraf
otonom. Kegiatan yoga dapat ini dapat mengurangi agitasi dan aktivitas pada
beberapa klien depresi saat berlatih meditasi (Stuart, 2013). Sebuah studi
menunjukkan bahwa yoga dua kali seminggu selama 8 minggu diberikan
tritmen standar untuk gangguan makan lebih bermanfaat dalam mengurangi
gejala gangguan makan daripada tritmen standar saja. Setelah selesai yoga,
klien mengalami sedikit rangsangan terhadap makanan dan cara makan,
sehingga hal ini menunjukkan efektivitas yoga dalam memfokuskan pikiran
dan tidak terokupasi pada pemikiran obsesif patologi

11
 Meditation
Meditasi kesadaran (Mindfulness meditation) mengajarkan klien berfokus
pada pengalaman mereka. Klien diajarkan untuk menyadari sensasi, pikiran
dan perasaan yang dialami saat ini yang bertujuan untuk memungkinkan diri
mengamati pengalaman membuat tujuan, tidak menghakimi, serta menerima
cara dan menemukan sifat yang lebih dalam dari pengalaman (Tusaie dan
Edds, 2009 dalam Stuart, 2013). Praktik meditasi harus diawasi pada klien
dengan masalah kesehatan jiwa tertentu karena terapi ini memiliki potensi
untuk menginduksi tingkat kesadaran tertentu. Pendekatan meditasi yang
berbeda dapat menghasilkan efek merangsang yang dapat membangkitkan
mania pada klien bipolar (Stuart, 2013).

 Journaling
Istilah journal, buku harian, menulis reflektif, dan menulis ekspresif sering
digunakan secara bergantian. Diari lebih sering fokus pada rekaman peristiwa
dan pertemuan, sedangkan journal berfungsi sebagai alat untuk merekam
proses kehidupan seseorang (Cortright 2008 dalam Lindquist, 2014).
Peristiwa dan pengalaman yang dicatat dalam jurnal berisi refleksi seseorang
tentang peristiwa dan makna pribadi yang pernah dialami mereka. Dalam
penulisan jurnal, interaksi antara sadar dan tidak sadar sering terjadi. Bentuk
penulisan ekspresif seperti puisi, cerita, dan pesan memo adalah metode
individu dapat menggunakan untuk mengeksplorasi perasaan batin dan
pikiran (Lindquist, 2014). Pada mereka yang baru didiagnosis dengan
penyakit kronis, journal tentang perspektif mereka tentang bagaimana
penyakit dapat mempengaruhi kehidupan mereka serta dapat membantu
mereka mengungkap kekhawatiran sehingga bisa didiskusikan dengan
profesional kesehatan. Perawat dan keluarga dapat menyiapkan catatan
pasien, Kemudian digunakan dalam program tindak lanjut untuk membantu
subjek memperoleh pemahaman tentang waktu mereka di unit perawatan
intensif, termasuk mimpi dan saat saat ketika pasien bingung atau tidak sadar.
Program ini terbukti berguna bagi pasien dan staf. Menulis jurnal juga telah

12
digunakan untuk membantu orang mengembangkan spiritual. Journal juga
dapat membantu dalam berdoa. Tindakan menulis membantu menjaga
seseorang berpusat pada percakapan dengan Tuhan. Seperti yang disarankan
oleh Chittister, sebuah bagian dari kitab suci dapat menjadi stimulus untuk
menggunakan journal untuk berdoa (Lindquist, 2014).

 Storytelling
Mendongeng/ bercerita didefinisikan sebagai seni atau tindakan bercerita
(Dictionary.com, 2013). Sebuah cerita adalah narasi, baik benar atau fiktif,
dalam bentuk prosa atau ayat yang dirancang untuk menarik, menghibur, atau
menginstruksikan pendengar atau pembaca. Penggunaan cerita di layanan
kesehatan, penelitian kesehatan, dan pendidikan tidak terbatas. Perawat dapat
menggunakan cerita dalam beberapa situasi di masa hidup untuk berbagai
tujuan. Cerita dapat digunakan dalam terapi keluarga dan dapat membantu
anggota dalam memasuki makna dari masa lalu, sekarang, dan masa depan
serta membantu pasien untuk "membuat makna" dan penyembuhan (Roberts,
1994 dalam Lindquist, 2014).

 Massage
Pijat istilah berasal dari kata Yunani massein, yang berarti uleni (Calvert,
2002). Kata Arab massal atau mash, untuk menekan lembut, juga berarti pijat
(Goodall-Copestake, 1919). Keperawatan merupakan salah satu disiplin ilmu
pertama yang menggunakan pijat. Dokter, terapis fisik, terapis pijat, dan
bahkan cosmetologists juga menggunakan pijat. Orang-orang Yunani dan
Romawi dipengaruhi dokter untuk menggunakan pijat. Terapis fisik
menggunakan pijat di kedokteran olahraga untuk mengurangi rasa sakit
merehabilitasi, dan meningkatkan kinerja fisik bagi para atlet (Brummitt
2008).
Perawat menggunakan pijat sebagai intervensi untuk menghilangkan stres
fisiologis dan psikologis dan mempromosikan relaksasi (Harris & Richards,
2010). Dalam review dari 22 studi yang pijat telah digunakan, Richards,

13
Gibson, dan Overton-McCoy (2000) menemukan bahwa hasil yang palin
sering dilaporkan adalah pengurangan kecemasan. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa terapi pijat juga bermanfaat bagi klien
depresi. Mekanisme terapi ini adalah menekan sumbu HPA dengan
berkurangnya hormon stres dan meningkatkan aktivasi sistem saraf
parasimpatis sehingga menurunkan denyut nadi, relaksasi serta menurunkan
nyeri (Stuart, 2013).

 Aromaterapi
Styles (1997) mendefinisikan aromaterapi sebagai penggunaan minyak
esensial untuk tujuan terapi yang mencakup pikiran, tubuh, dan jiwa-luas,
definisi yang konsisten dengan praktik keperawatan holistik. Institute Cancer
Nasional mendefinisikan aromaterapi sebagai "penggunaan terapi
menggunakan minyak dari bunga, tumbuh-tumbuhan, dan pohon-pohon untuk
perbaikan fisik, emosional, dan spiritual kesejahteraan "(National Cancer
Institute [NCI], 2012).

 Obat herbal
Herbal dan produk-produk alami terkait seperti rempah-rempah, banyak
digunakan untuk pengobatan di dunia. Penggunaan herbal untuk pengobatan
penyakit dan menjaga kesehatan bisa digunakan pada banyak budaya didunia
setidaknya sejak 2.500 tahun yang lalu. Sebagai contoh, di sM abad ke-5,
Hippocrates direkomendasikan daun dan kulit kayu dari willow tree (genus
Salix) untuk rasa sakit dan peradangan. obat-obatan herbal, atau terapi nabati,
terus menduduki tempat penting dalam banyak tradisi penyembuhan dunia.

 Functional Foods and Nutraceuticals


Menurut Haller (2010), istilah nutraceutical diambil dari kata-kata nutrisi dan
farmasi. Awalnya diciptakan oleh Dr Stephen DeFelice, nutraceuticals
didefinisikan sebagai "makanan, atau bagian dari makanan, yang berfungsi
untuk pengobatan atau memiliki manfaat untuk kesehatan, termasuk

14
pencegahan dan pengobatan penyakit "(National Nutraceutical Pusat, 2012).
Kategori nutraceutical termasuk suplemen makanan seperti Ginkgo biloba,
makanan fungsional seperti produk susu, dan makanan makanan lainnya yang
nantinya dapat di tambahkan dengan nutraceuticals (National Nutraceutical
Pusat, 2012). Nutraceuticals adalah makanan yang menawarkan manfaat bagi
kesehatan (Haller, 2010).

 Akupresur
Akupresur didefinisikan oleh Gach (1990) sebagai "seni penyembuhan kuno
yang menggunakan jari-jari untuk menekan titik-titik tertentu pada tubuh
untuk merangsang kemampuan penyembuhan tubuh secara mandiri"

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi
tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunya
sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Secara umum diketahui bahwa
gangguan jiwa disebabkan oleh adanya gangguan pada otak tapi tidak diketahui
secara pasti apa yang mencetuskannya. Stress diduga sebagai pencetus dari
gangguan jiwa tapi stress dapat juga merupakan hasil dari berkembangnya mental
illness pada diri seseorang.

3.2 Saran

Diharapkan perawat lebih mempelajari mengenai fungsi dan perannya dalam


penanganan masalah kesehatan jiwa dengan memahami masalah kesehatan jiwa
yang ada serta upaya penanganannya dengan baik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Caldwell, Barbara A,PhD., A.P.N.-B.C., Sclafani, Michael, MS,M.Ed, R.N., Swarbrick,


Margaret, PhD,O.T.R., C.P.R.P., & Piren, Karen, MSN,R.N., A.P.N. (2010). Psychiatric
nursing practice & the recovery model of care.

Davidson, L., O'Connell, M., Tondora, J., Styron, T., & Kangas, K. (2006). The top ten
concerns about recovery encountered in mental health system transformation.
Psychiatric Services, 57(5), 640-5.

Drake, R. E., Goldman, H. H., Leff, H. S., Lehman, A. F., Dixon, L., Mueser, K. T., &
Torrey, W. C. (2001). Implementing evidence-based practices in routine mental health
service settings. Psychiatric Services, 52, 179-182.

Linquist, R.,Snyder, M.,Tracy, F. Mary. (2014). Complementary & Alternative


Therapies in Nursing. Springer Publishing Company

O'Connell, M., Tondora, J., Croog, G., Evans, A., & Davidson, L. (2005). from rhetoric
to routine: assessing perceptions of recovery-oriented practices in a state mental health
and addiction system. Psychiatric Rehabilitation Journal, 28(4), 378-86.

Stuart, W. Gail. (2013). Principles of Psychiatric Nursing, 10 Edition. ELSEVIER

Varcarolis, M. Elizabeth. (2013). Essentials of Psychiatric Mental Health Nursing; A


Communication Approach to Evidence-Based Care Second Edition. ELSEVIER

17

Anda mungkin juga menyukai