Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KEPERAWATAN KELUARGA

TRAND DAN ISU DHF

DISUSUN OLEH :

Kelompok 6

1. Anggita Rachma Putri (201701004)


2. Auliya Alfatika Widodo (201701007)
3. Duwitayati Latifah (201701013)
4. Erisa Bekti Pratiwi (201701016)
5. Wulan Septianingtyas (201701037)
6. Yoga Deris Prasetiyo ( 201701038)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN PONOROGO

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah Keperawatan Anak yang berjudul “TREND DAN ISSUE DALAM
KEPERAWATAN KELUARGA” dengan baik. Shalawat serta salam kami
sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat
beliau, serta orang-orang mukmin yang tetap istiqamah di jalan-Nya.

Makalah ini kami rancang untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Keperawatan Anak dan agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “TREND
DAN ISSUE DALAM KEPERAWATAN KELUARGA”, yang disajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.

Kami sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu


dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini
tidaklah sempurna. Kami mengharapkan adanya sumbangan pikiran serta
masukan yang sifatnya membangun dari pembaca, sehingga dalam penyusunan
makalah yang akan datang menjadi lebih baik.
Terima kasih

Ponorogo, 14 Agustus 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................. i

Kata Pengantar ............................................................................................ ii

Daftar Isi .......................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .....................................................................


B. Rumusan Masalah ..............................................................................
C. Tujuan Masalah ..................................................................................

BAB II : TEORI

A. Definisi Trend ....................................................................................


B. Definisi Issu .......................................................................................
C. Definisi DBD .....................................................................................
D. Etiologi DBD .....................................................................................
E. Epidemiologi DBD ............................................................................
F. Cara Penularan DBD ..........................................................................
G. Cara Penanggulangan DBD ...............................................................

BAB III : PEMBAHASAN

A. Contoh Kasus DBD ............................................................................

BAB IV :

BAB V : PENUTUP

4.1 Kesimpulan .....................................................................................

4.2 Saran ..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang
secara terus menerus dan terlibat dalam masyarakat yang berubah,
sehingga pemenuhan dan metode keprawatan kesehatan berubah, karena
gaya hidup masyarakat berubah dan perawat sendiri juga dapat
menyesuaikan dengan perubahan tersebut. Definisi dan filosofi terkini dari
keperawatan memperlihatkan trend holistic dalam keperawatan yang
ditunjukkan secara keseluruhan dalam berbagai dimensi, baik dimensi
sehat maupun sakit serta dalam interaksinya dengan keluarga dan
komunitas. Tren praktik keperawatan meliputi perkembangan di berbagai
tempat praktik dimana perawat memiliki kemandirian yang lebih besar.
Perkembangan Keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini
disebabkan oleh :
1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat
sehingga informasi dengan cepat dapat diakses oleh semua orang
sehingga informasi dengan cepat diketahui oleh masyarakat
2. Perkembangan era globalisasi yang menyebabkan keperawatan di
Indonesia harus menyesuaikan dengan perkembangan keperawatan di
negara yang telah berkembang
3. Sosial ekonomi masyarakat semakin meningkat sehingga masyarakat
menuntut pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, tapi di lain
pihak bagi masyarakat ekonomi lemah mereka ingin pelayanan
kesehatan yang murah dan terjangkau.
Sejauh ini, bentuk-bentuk pelayanan kesehatan yang di kenal
masyarakat dalam system pelayanan kesehatan adalah pelayanan rawat
inap dan rawat jalan. Pada sisi lain, banyak anggota masyarakat yang
menderita sakit dan karena berbagai pertimbangan terpaksa di rawat di
rumah dan tidak di rawat inap di institusi pelayanan kesehatan, seperti
kasus-kasus penyakit terminal, keterbatasan kemampuan masyarakat untuk

iv
membiayai pelayanan kesehatan, manajemen rumah sakit yang
berorientasi pada profit, banyak orang merasakan bahwa di rawat inap
membatasi kehidupan manusia, lingkungan di rumah yang dirasakan lebih
nyaman ( Depkes RI,2002 ). Maka dari itu dalam makalah ini kami
membahas trend dan issue kesehatan keperawatan komunitas tentang
home care (Home Health Care), perawatan keluarga dan pondok kesehatan
desa.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Definisi Trand dan Isu ?
2. Bagaimana Definisi DBD?
3. Bagaimana Etiologi DBD?
4. Bagaimana Epidemiologi pada DBD?
5. Bagaimana Cara Penularan DBD?
6. Bagaimana Cara untuk Menanggulangi Kejadian DBD?

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk Mengetahui Definisi Trand dan Isu
2. Untuk Mengetahui Definisi DBD
3. Untuk Mengetahui Apa saja Etiologi DBD
4. Untuk Mengetahui Epidemiologi pada DBD
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Cara Penularan DBD
6. Untuk Mengetahui Cara untuk Menanggulangi Kejadian DBD

v
BAB II
TEORI

A. DEFINISI TRAND
Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang
saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta. Setelah tahun 2000, dunia
khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi, pada tahun 2003
era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional
keluar dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi suatu masa
transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan
masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat yang maju. Keadaan
itu menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek kehidupan
masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang berupa masalah
urbanisaasi, pencemaran, kecelakaan, disamping meningkatnya angka
kejadian penyakit klasik yang berhubungan dengan infeksi, kurang gizi,
dan kurangnya pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai
dalam keluarga dan umur harapan hidup yang meningkat juga
menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan kelompok lanjut
usia serta penyakit degeneratif.
Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi
peningkatan kesempatan untuk meningkatkan pendidikan yang lebih
tinggi, peningkatan pendapatan dan meningkatnya kesadaran masyarakat
terhadap hukum dan menjadikan masyarakat lebih kritis. Kondisi itu
berpengaruh kepada pelayanan kesehatan dimana masyarakat yang kritis
menghendaki pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh tenaga yang
profesional. Keadaan ini memberikan implikasi bahwa tenaga kesehatan
khususnya keperawatan dapat memenuhi standart global internasional
dalam memberikan pelayanan kesehatan/keperawatan, memiliki
kemampuan professional, kemampuan intelektual dan teknik serta peka
terhadap aspek social budaya, memiliki wawasan yang luas dan menguasi
perkembangan Iptek.

vi
Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang
professional di Indonesia masih belum menggembirakan, banyak factor
yang dapat menyebabkan masih rendahnya peran perawat professional,
diantaranya :
1. Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan.
Tahun 1985 pendidikan S1 keperawatan pertama kali dibuka di UI,
sedangkan di negara barat pada tahun 1869.
2. Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.
3. Keterlambatan system pelayanan keperawatan., ( standart, bentuk
praktik keperawatan, lisensi )
Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam
dunia kesehatan akan berdampak negatif terhadap mutu pelayanan
kesehatan bagi tercapainya tujuan kesehatan “ sehat untuk semua pada
tahun 2010 “, maka solusi yang harus ditempuh adalah :
1. Pengembangan pendidikan keperawatan.
Sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dalam
pengembangan perawatan professional, pengembangan teknologi
keperawatan, pembinaan profesi dan pendidikan keperawatan
berkelanjutan. Akademi Keperawatan merupakan pendidikan
keperawatan yang menghasilkan tenaga perawatan professional
dibidang keperawatan. Sampai saat ini jenjang ini masih terus ditata
dalam hal SDM pengajar, lahan praktik dan sarana serta prasarana
penunjang pendidikan.
2. Memantapkan system pelayanan perawatan professional
Depertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun
registrasi, lisensi dan sertifikasi praktik keperawatan. Selain itu semua
penerapan model praktik keperawatan professional dalam memberikan
asuhan keperawatan harus segera di lakukan untuk menjamin kepuasan
konsumen/klien.
3. Penyempurnaan organisasi keperawatan
Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat
dan dinamis serta kemampuan mengakomodasi setiap kepentingan

vii
individu menjadi kepentingan organisasi dan mengintegrasikannya
menjadi serangkaian kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya.
Restrukturisasi organisasi keperawatan merupakan pilihan tepat guna
menciptakan suatu organisasi profesi yang mandiri dan mampu
menghidupi anggotanya melalui upaya jaminan kualitas kinerja dan
harapan akan masa depan yang lebih baik serta meningkat.
Komitmen perawat guna memberikan pelayanan
keperawatan yang bermutu baik secara mandiri ataupun melalui jalan
kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sangat penting dalam
terwujudnya pelayanan keperawatan professional. Nilai professional
yang melandasi praktik keperawatan dapat di kelompokkan dalam :
1. Nilai intelektual
Nilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari
a. Body of Knowledge
b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan
kreatif.
2. Nilai komitmen moral
Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic,
dan memperhatikan kode etik keperawatan. Menurut Beauchamp &
Walters (1989) pelayanan professional terhadap masyarakat
memerlukan integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik.

Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat adalah :


a. Beneficience selalu mengupayakan keputusan dibuat berdasarkan
keinginan melakukan yang terbaik dan tidak merugikan klien.
(Johnstone, 1994).
b. Fair Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras,
social budaya, keadaan ekonomi dan sebagainya, tetapi
memprlakukan klien sebagai individu yang memerlukan bantuan
dengan keunikan yang dimiliki.

viii
c. Fidelity Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin
membantu), selalu berusaha menepati janji, memberikan harapan
yang memadahi, komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan
spiritual klien.
3. Otonomi, kendali dan tanggung gugat
Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk
melakukan tindakan secara mandiri. Hak otonomi merujuk kepada
pengendalian kehidupan diri sendiri yang berarti bahwa perawat
memiliki kendali terhadap fungsi mereka. Otonomi melibatkan
kemandirian, kesedian mengambil resiko dan tanggung jawab serta
tanggung gugat terhadap tindakannya sendiribegitupula sebagai
pengatur dan penentu diri sendiri.
Kendali mempunyai implikasi pengaturan atau pengarahan
terhadap sesuatu atau seseorang. Bagi profesi keperawatan, harus ada
kewenangan untuk mengendalikan praktik, menetapkan peran, fungsi
dan tanggung jawab anggota profesi. Tanggung gugat berarti perawat
bertanggung jawab terhadap setiap tindakan yang dilakukannya
terhadap klien.

B. PENGERTIAN ISU
Isu, rumor, atau desas desus adalah sebagi suatu konsekuensi atas
beberapa tindakan yang dilakukan oleh satu atau beberapa pihak yang
dapat menghasilkan negosiasi dan penyesuaian sektor swasta, kasus
pengadilan sipil atau kriminal atau dapat menjadi masalah kebijakan
publik melalui tindakan legislatif atau perundangan menurut Hainsworth
& Meng. Sedangkan menurut Barry Jones & Cahse isu adalah sebuah
masalah yang belum terpecahkan yang siap diambil keputusannya.

C. PENGERTIAN DBD
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan dari orang ke orang melalui
gigitan nyamuk Aedes (Ae). Ae aegypti merupakan vektor yang paling

ix
utama, namun spesies lain seperti Ae.albopictus juga dapat menjadi vektor
penular. Nyamuk penular dengue ini terdapat hampir di seluruh pelosok
Indonesia, kecuali di tempat yang memiliki ketinggian lebih dari 1000
meter di atas permukaan laut. Penyakit DBD banyak dijumpai terutama di
daerah tropis dan sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB).
Beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya DBD antara lain
rendahnya status kekebalan kelompok masyarakat dan kepadatan populasi
nyamuk penular karena banyaknya tempat perindukan nyamuk yang
biasanya terjadi pada musim penghujan

D. ETIOLOGI
Virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus
(Arbovirus) yang sekarang dikenalsebagai genusflavivirus, familio
flavivisidae dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu : DEN –1, DEN –2,
DEN –3,DEN –4.Di Indonesia pengamatan virus dengue yang dilakukan
sejak tahun 1975 di beberapa Rumah Sakit menunjukkan keempat serotipe
di temukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN –3 merupakan
serotipe yang dominandan diasumsikan banyak yang menunjukkan
manifestasi klinik yang berat.

E. EPIDEMIOLOGI
Demam berdarah dengue di Indonesia pertama kali dicurigai
terjangkit di Surabaya pada tahun 1968, tetapi kepastian virologiknya baru
diperoleh pada tahun 1970.Demam berdarah dengue pada orang dewasa
dilaporkan pertama kali oleh Swandana (1970) yang kemudian secara
drastis meningkat dan menyebar ke seluruh Dati I di Indonesia(2).Faktor
yang mempengaruhi peningkatandan penyebaran kasus Demam Berdarah
Dengue sangat kompleks, yaitu:
(1) Pertumbuhan penduduk yang tinggi
(2) Urbanisasi yang tidak terencana dan tidakterkendali
(3) Tidak ada kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis dan
(4) Peningkatan sarana transportasi.

x
Di Indonesia, karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di
setiap tempat, maka pola terjadinya penyakit agak berbeda untuk setipa
tempat. Di Jawa pada umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai awal
Januari, meningkat terus sehingga kasus terbanyak terdapat pada
sekitarbulan April –Mei setiap tahun.

F. CARA PENULARAN
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan
infeksi virus dengue, yaitu mausia, virusdan vektor perantara.Virus dengue
ditularkan kepada manusia melalui nyamuk Aedes Aegypti. Aedes
Albopictus, Aedes Polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat juga
menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang
berperan.Aedes tersebut mengandung virus dengue pada saat menggigit
manusia yang sedang mengalamiviremia. Kemudian virus yang berada di
kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8 –10 hari (extrinsic
incubation period) sebelum dapat di tularkan kembali pada manusia pada
saat gigitan berikutnya. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di
dalam tubuh nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama
hidupnya (infektif).Ditubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas
4 –6 hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit.
Penularan dari manusia kepada nyamuk dapat terjadi bila nyamuk
menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum
panas sampai 5 hari setelah demam timbul.

G. CARA MENANGGULANGI DPD


Masyarakat perlu mewaspadai dan mengantisipasi serangan
penyakit DBD dengan menjaga kebersihan lingkungan di dalam rumah
maupun di luar rumah, antara lain melalui peningkatan Gerakan Jumat
Bersih untuk membrantas sarang dan jentik-jentik nyamuk.
Saat ini, pencegahan DBD yang paling efektif dan efisien adalah
kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus,
yaitu:

xi
1. Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat
penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan
air minum, penampung air lemari es, dan lain-lain.
2. Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air
seperti drum, kendi, toren air, dan sebagainya.
3. Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang
memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk
penular DBD.
Adapun yang dimaksud dengan Plus adalah segala bentuk
kegiatan pencegahan, seperti:
1. Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air
yang sulit dibersihkan
2. Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk
3. Menggunakan kelambu saat tidur
4. Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk
5. Menanam tanaman pengusir nyamuk
6. Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah
7. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah
yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain.
PSN perlu ditingkatkan terutama pada musim penghujan dan
pancaroba, karena meningkatnya curah hujan dapat meningkatkan tempat-
tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD, sehingga seringkali
menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) terutama pada saat musim
penghujan, tambah Pprof. Tjandra.
Untuk itu, perlu menjaga kesehatan dengan meningkatkan
kewaspadaan terhadap penularan demam berdarah, sehingga diperlukan
kepedulian peran serta aktif masyarakat untuk bergotong-royong
melakukan langkah-langkah pencegahan penularan penyakit DBD, melalui
kegiatan pemberantasan nyamuk dan jentik secara berkala dan PSN 3 Plus,
karena saat ini telah memasuki musim penghujan, bahkan pola curah hujan
yang tak menentu hingga awal tahun 2020.

xii
BAB III
KASUS

Aspandi Nyalakan Anti Nyamuk Non Stop, Akinat Satu Keluarga Kena DBD

Selasa, 29 Januari 2019 00:00

ANJARMASINPOST.CO.ID, BARABAI - Kasus DBD (Demam


Berdarah Dengue) di Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan mencapai
68 kasus pada Januari 2019 ini. Kasus DBD ini juga menyerang cucu Kepala Desa
Pengambauan Hilir Luar Kecamatan Haruyan Kabupaten Hulu Sungai Selatan,
Aspandi.Akibat DBD cucunya yang bernama M Rafa Rifaldi, harus dirawat di
klinik terdekat rumahnya selama empat hari.Tak ingin kasus DBD menyerang
keluarganya lagi, ia bahkan menyalakan anti nyamuk bakar selama 24 jam non
stop.Menurutnya, hal itu dapat mengurangi gangguan nyamuk berbahaya
termasuk nyamuk aedes aegypti. Dibeberkannya, di desanya tak kurang dari 10
orang terkena DBD. Apalagi, persoalan DBD di desanya bukan masalah
baru.DBD acap kali datang saat musim penghujan. Genangan air membuat jentik
cepat berkembang biak sehingga nyamuk dengan leluasa menularkan penyakit
DBD.

"Kalau hujan di sibi banjir. Itu ada Sungai Pengambauan, setiap kali
musim hujan pasti meluap. Air menggenang. Untuk meminimalisir biasanya kami
bergotong royong tapi itu pun tak rutin," jelasnya.Bahkan, di Desa Pangambauan
Hilir Dalam Kecamatan Haruyan terdapat kasus DBD yang menyerang satu
keluarga. Kepala Desa Pengambauan Hilir Dalam, Zaleha, membeberkan kasus
DBD ini sudah terjadi sejak Desember 2018 lalu. Bahkan, hingga sekarang sudah
dua kali fogging di daerahnya."Setelah fogging terakhir tidak ada lagi kasus DBD.
Tapi saya akui ini kasus DBD terbanyak sepanjang sejarah. Sebab, di desa kami
tidak pernah ada serangan DBD seperti ini. Bahkan, ada beberapa yang satu
keluarga kena DBD," jelasnya.Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit, Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Salahuddin,
membeberkan kasus DBD terbanyak pada Januari 2019 ini ditemukan di
Kecamatan Haruyan. Totalnya ada 24 kasus DBD dari 68 kasus DBD se Hulu

xiii
Sungai Tengah.Sedangkan data DBD pada Tahun 2018, ada 186 kasus DBD.
"Selain fogging kami ingin, masyarakat juga gencar melakukan gerakan
masyarakat sehat," harapnya. (banjarmasinpost.co.id/wie)

xiv
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam kasus ini dapat disimpulkan bahwa peran perawat sebagai salah satu tenaga
kesehatan dinilai masih kurang. Hal itu dapat dilihat dari kurangnya edukasi
dilingkungan masyarakat terkait bagimana cara mencegah terjadinya penyebaran
Demam Berdarah. Banyak cara yang dapat dilakukan seperti berikut ini :

1. Perawat
a. Memberikan edukasi melalui penyuluhan terkait pencegahan dan
penanganan utama penyakit DBD pada masyarakat.
b. Perawat juga berperan sebagai koselor, yaitu memberikan pelayanan atau
informasi pada pasien untuk menolong memecahkan masalah spesifik
tentang pencegahan KLB, perawatan lingkungan, perawatan keluarga dan
pemanfaatan sarana kesehatan.
c. Perawata sebagai penemu kasus, yaitu mendeteksi dan menemukan kasus
secara aktif , serta melakukan penelusuran terjadinya penyakit, maupun
melaporkn jikalau terjadinya wabah
2. Pemerintah / pemangku kebijakan
a. Segera melakukan tindakan nyata berupa tindakan preventif seperti fogging ,
lalu membentuk PSN ( pembasmi sarang nyamuk ) , JUMANTIK ( juru
pemantau jentik jentik ) dan yang terakhir dengan metode 3M dilingkungan
masyarakat.
b. Lalu melakukan tindakan rehabilitatif berupa misalnya di ponorogo
pemerintah memberlakukan aturan memprioritaskan pasien DBD dengan
BPJS untuk mengakses rumah sakit tipe apasaja.
3. Dinas Kesehatan
a. Selaku pihak yang mengakumulasi data terkait penyakit yang terjadi di
wilayah tersebut lalu segera melaporkan ke pemerintah selaku pemangku
kebijakan agar dapat segera membuat kebijakan untuk menanggulanginya

xv
b. Menetapkan bersama pemerintah mengenai terjadinya suatu wabah / KLB (
kejadian luar biasa )
c. Melakukan riset kesehatan dasar (riskesdas) terkait wabah yang terjadi dan
memberikan solusi untuk mananggulangi masalah tersebut.
4. Puskesmas / Rumah sakit
a. Sebagai penyedia layanan kesehatan
b. Pendeteksi dini
5. Masyarakat
a. Ikut berpartisipasi aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan dan lebih
aware terhadap sesama anggota masyarakat jika ada yang terkena penyakit.
b. Ikut melaksanakan program yang dicanangkan pemerintah untuk
menanggulangi suatu wabah / KLB

xvi
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa demam berdarah
disebabkan terutama pada musim penghujan dan pancaroba, karena
meningkatnya curah hujan dapat meningkatkan tempat-tempat
perkembangbiakan nyamuk penular DBD, sehingga seringkali
menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) terutama pada saat musim
penghujan,
Dan peran perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan dinilai masih
kurang. Hal itu dapat dilihat dari kurangnya edukasi dilingkungan
masyarakat terkait bagimana cara mencegah terjadinya penyebaran
Demam Berdarah.

B. Saran
Diharapkan dengan adanya kejadian ini peran tenaga kesehatan
memberikan edukasi dilingkungan masyarakat bagaimana mencegah
terjadinya penyebaran demam berdarah,dan masyarakat harus lebih
mawas diri terkait keadaan dilingkungan sekitar.

xvii

Anda mungkin juga menyukai