Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ISOLASI


SOSIAL DI RSJD SURAKARTA

Disusun Oleh :
Anggita Dewi Saputri
(201601067)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III - KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

Laporan pendahuluan dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien


_________________ di RSJD Surakarta” telah diselesaikan oleh mahasiswa Akademi
Keperawatan Pemerintah Kabupaten Ponorogo yang bernama
________________________, dan telah diperiksa dan disetujui oleh :

Ponorogo, ________________ 2018

Penyusun,

Anggita Dewi Saputri

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan


Akper Pemkab Ponorogo, RSJD Surakarta,

_________________________ __________________________
LAPORAN PENDAHULUAN

MASALAH UTAMA
Isolasi Sosial

PROSES TERJADINYA MASALAH


A. PENGERTIAN
Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain.
B. RENTANG RESPON
Suatu hubungan antarmanusia akan berada pada rentang respons adaptif dan
maladaptif seperti tergambar di bawah ini.

• Menyendiri (solitude) • Merasa sendiri • Manipulasi


• Otonomi (loneliness) • Impulsif
• Bekerja sama • Menarik diri • Narsisme
(mutualisme) (withdrawal)
• Saling bergantung • Tergantung
(interdependence) (dependent)

Keterangan :
• Menyendiri (solitude) : respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenung apa
yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara untuk menentukan
langkahnya.
• Otonomi : kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
• Bekerja sama (mutualisme) : perilaku saling ketergantungan dalam membina
hubungan interpersonal.
• Saling bergantung (interdependence) : suatu kondisi dalam hubungan
interpersonal dimana hubungan tersebut mampu untuk saling memberi dan
menerima.
• Merasa sendiri (loneliness) : kondisi dimana seseorang merasa sendiri, sepi,
tidak adanya perhatian dari orang lain maupun lingkungannya.
• Menarik diri (withdrawal) : menemukan kesulitan dalam membina hubungan
dengan orang lain.
• Tergantung (dependent) : sangat bergantung pada orang lain sehingga individu
mengalami kegagalan dalam mengembangkan rasa percaya diri.
• Manipulasi : individu berorientasi pada diri sendiri dan tujuan yang hendak
dicapainya tanpa memperdulikan orang lain dan lingkungan, dan cenderung
menjadikan orang lain sebagai objek.
• Impulsif : keadaan dimana individu tidak mampu merencanakan sesuatu,
mempunyai penilaian yang buruk dan tidak dapat diandalkan.
• Narsisme : secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian,
individu akan marah jika orang lain tidak mendukungnya.
C. FAKTOR PREDISPOSISI
• Faktor tumbuh kembang
Pada masa tumbuh kembang seorang individu ada perkembangan tugas yang
harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial.
• Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung untuk
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial.
• Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan faktor
pendukung untuk terjadinya gangguan hubungan sosial.
• Faktor biologis
Faktor keturunan juga merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan dalam
hubungan sosial.
D. FAKTOR PRESIPITASI
• Stressor sosial budaya
Stressor sosial budaya seperti keluarga yang labil, berpisah dengan orang yang
terdekat atau berarti.
• Faktor hormonal
Ganggan dari fungsi kelenjer pituitari
• Hipotesa virus
Virus HIV dapat menyebabkan tingkah laku psikotik
• Hipotesa biological lingkungan sosial
Tubuh akan menggambarkan ambang toleransi seseorang terhadap stress pada
saat terjadinya interaksi dengan stresor di lingkungan sosial.
E. TANDA DAN GEJALA
a. Karakteristik Mayor
• Mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan.
• Keinginan untuk kontak lebih banyak dengan orang lain tetapi tidak mampu.
• Melaporkan ketidaknyamanan dalam situasi sosial.
• Menggambarkan kurang hubungan yang berarti.
b. Karakteristik Minor
• Merasakan waktu berjalan lambat.
• Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi dan mengambil keputusan.
• Perasaan tidak berguna.
• Perasaan penolakan.
• Kurang aktivitas secara verbal maupun fisik.
• Tampak depresif, cemas, atau marah.
• Kegagalan untuk berinteraksi dengan orang lain didekatnya.
• Sedih, afek dangkal.
• Tidak komunikatif.
• Menarik diri.
• Kontak mata buruk.
• Larut dalam pikiran dan ingatan sendiri.
POHON MASALAH

MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


Subjektif
1. Pasien menjawab dengan singkat “ya”, “tidak”, “tidak tahu”.
2. Pasien tidak menjawab sama sekali.

Objektif
1. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
2. Menghindari orang lain, tampak menyendiri, dan memisahkan diri dari orang lain.
3. Komunikasi kurang/tidak ada, pasien tidak tampak bercakap-cakap dengan orang
lain.
4. Tidak ada kontak mata dan sering menunduk.
5. Berdiam diri di kamar.
6. Menolak berhubungan dengan orang lain, memutuskan pembicaraan, atau pergi saat
diajak bercakap-cakap.
7. Tidak tampak melakukan kegiatan sehari-hari, perawatan diri kurang, dan kegiatan
rumah tangga tidak dilakukan.
8. Posisi janin pada saat tidur.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko perubahan sensori persepsi: halusinasi berhubungan dengan menarik diri.
2. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
RENCANA TINDAKAN
1) Tindakan Keperawatan untuk Klien
a. Tujuan
• Pasien mampu mengenal penyebab isolasi sosial, keuntungan memiliki teman,
dan kerugian tidak memiliki teman.
• Pasien mampu berkenalan dengan perawat atau pasien lain.
• Pasien mampu bercakap-cakap dalam melakukan kegiatan harian.
• Pasien mampu berbicara sosial: meminta sesuatu, berbelanja, dan sebagainya.
b. Tindakan
• SP 1 Pasien : Kaji penyebab isolasi sosial, keuntungan mempunyai teman dan
kerugian tidak mempunyai teman.
• SP 2 Pasien : Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan 2
orang lain), latih bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan
harian.
• SP 3 Pasien : Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan 4-5
orang), latihan bercakap-cakap saat melakukan 2 kegiatan harian
baru.
• SP 4 Pasien : Mengevaluasi kemampuan berinteraksi dan melatih cara bicara
saat melakukan kegiatan sosial.

2) Tindakan Keperawatan untuk Keluarga


a. Tujuan
• Keluarga mampu menjelaskan isolasi sosial: pengertian, tanda dan gejala, serta
proses terjadinya masalah.
• Keluarga mampu mengenal masalah dalam merawat pasien isolasi sosial, dan
melatih keluarga dalam membimbing pasien berkenalan dan bercakap-cakap
saat melakukan kegiatan harian.
• Keluarga mampu merawat dengan melatih bicara sosial.
• Keluarga mampu menganal tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan
rujukan dan melakukan follow-up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara
teratur.
b. Tindakan
• SP 1 Keluarga : Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya
isolasi sosial, menjelaskan cara merawat pasien isolasi sosial,
serta melatih dua cara merawat: berkenalan dan melakukan
kegiatan harian.
• SP 2 Keluarga : Melatih cara merawat dengan melatih berkomunikasi saat
melakukan kegiatan sosial.
• SP 3 Keluarga : Melatih keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk
follow-up pasien isolasi sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Stuart, G. W., & Sundeen, S. J. (2002). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta:
EGC.
Suliswati, dkk. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Yusuf, A., Fitryasari, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai