A DENGAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
DI RUANG FLAMBOYAN RSJ Dr. RADJIMAN
WEDIODININGRAT LAWANG
oleh:
Kelompok 1
i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NN. A DENGAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
DI RUANG FLAMBOYAN RSJ Dr. RADJIMAN
WEDIODININGRAT LAWANG
oleh:
Kelompok 1
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
Kepala Ruang Flamboyan
iii
KATA PENGANTAR
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi
semua pihak yang membaca, serta dapat dijadikan sebagai bahan untuk
menambah pengetahuan bagi pembaca.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL..............................................................................................
i
HALAMAN JUDUL..................................................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................
iii
KATA PENGANTAR................................................................................................
iv
DAFTAR ISI..............................................................................................................
v
BAB 1. PENDAHULUAN.........................................................................................
1
1.1 Latar Belakang
...........................................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah
...........................................................................................................................
2
1.3 Tujuan Penelitian
...........................................................................................................................
2
1.3.1 Tujuan Umum
........................................................................................................................
2
1.3.2 Tujuan Khusus
........................................................................................................................
2
1.4 Manfaat
...........................................................................................................................
2
v
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................
3
2.1 Konsep Teori
...........................................................................................................................
3
2.1.1 Pengertian Resiko Perilaku Kekerasan
........................................................................................................................
3
2.1.2 Tanda Gejala Resiko Perilaku Kekerasan
........................................................................................................................
3
2.1.3 Rentang respon Resiko Perilaku Kekerasan
........................................................................................................................
3
2.1.4 Faktor Predisposisi Resiko Perilaku Kekerasan
........................................................................................................................
4
2.1.5 Faktor Presipitasi
........................................................................................................................
4
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Resiko Perilaku Kekerasan
...........................................................................................................................
5
2.2.1 Masalah Keperawatan
........................................................................................................................
5
2.2.2 Data yang perlu dikaji
........................................................................................................................
6
2.2.3 Diagnosa Keperawatan
........................................................................................................................
6
2.2.4 Rencana Tindakan
........................................................................................................................
6
vi
2.2.5 Terapi Farmakologi
........................................................................................................................
7
BAB 3. TINJAUAN KASUS.....................................................................................
9
BAB 4. PEMBAHASAN............................................................................................
32
BAB 5. PENUTUP.....................................................................................................
35
5.1 Kesimpulan
...........................................................................................................................
35
5.2 Saran
...........................................................................................................................
35
DAFTAR PUSTAKA
...........................................................................................................................
36
LAMPIRAN
vii
viii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Undang-Undang kesehatan jiwa Nomor 18 Tahun 2014 Bab 1
pasal 1 ayat 1 kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut
menyadari kemampiannya sendiri, dapat mengatasi tekenan, bekerja secara
produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk kelompoknya. Gangguan
jiwa menurut Towsand (2009), adalah respon maladaptif terrhadap stressor yang
berasal dari dalam dan luar lingkungan dibuktikan melalui pikiran dan perasaan
perilaku yang tidak sesuai dengan norma budaya yang mengganggu fungsi
pekerjaan, interaksi sosial individu dan fisik. Menurut Purnama, Yani, & Titin
(2016) mengatakan gangguan jiwa adalah seseorang yang terganggu dari segi
mental dan tidak bisa menggunakan pikirannya secara normal.
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa jumlah pasien
gangguan jiwa cukup tinggi hingga mencapai 450 juta orang diseluruh dunia pada
tahun 2013 (Jayanti dan Antari, 2019). Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013
menunjukkan Indonesia memiliki prevalensi gangguan jiwa berat sebesar 1,7 per
mil meningkat dibandingkan hasil Riskesdas 2012 sebesar 1, 4 per mil. Beberapa
daerah dengan gangguan jiwa berat terbanyak ada di Daerah Istimewa
Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah dan Bali menempati urutan ke
tiga dengan prevalensi sebesar 2,3 per mil (DepKes RI. 2013).
Pada pasien dengan gangguan jiwa umumnya memiliki gangguan terhadap
persepsi sensori yang terjadi dalam dirinya salah satunya yaitu perilaku kekerasan
yang munul akibat adanya persepsi individu tersebut. Perilaku kekerasan
merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan (Direja dalam Yuliawati, 2013). Menurut Kartikasari (2015), Perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain dan
lingkungan yang dirasakan sebagai ancaman.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah
mengenai tindakan assuhan keperawatan pada Ny. A dengan diagnosa resiko
perilaku kekerasan di ruang Falamboyan RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat
Lawang.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan ini adalah mengetahui tindakan asuhan keperawatan
pada Ny. A dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan di
ruang Falamboyan RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menambah wawasan pada penanganan pasien dengan resiko perilaku
kekerasan.
2. Meningkatkan pengetahuan tentang terapi pada pasien dengan resiko
perilaku kekerasan
3. Menerapkan tindakan asuhan keperawatan berdasarkan based nursing
practice
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Peneliti Keperawatan
Dapat digunakan untuk data tambahan terkait dengan penerapan asuhan
keperawatan pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan
1.4.2 Bagi Pelayanan Kesehatan
Dapat digunakan sebagai informasi tambahan perawat dirumah sakit jiwa
dalam melakuan tindakan assuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan
resiko perilaku kekerasan
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai tambahan dan referensi bagi mata kuliah
keperawatan jiwa. Selain itu juga dapat digunakan sebagai bahan referensi
bagi mahasiswa yang membacanya.
2.1.1 Pengertian
Kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi
terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman,
pengungkapan marah yang konstruktif dapat membuat perasaan lega (Riyadi
dan Purwanto, 2019). Resiko perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan
dimana seseorang rentan melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara
fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (Stuart dan
Sundeen, 1995 dalam Fitria 2011)
a. Perilaku kekerasan
b. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
c. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
d. Harga diri rendah kronis
e. Isolasi sosial
f. Berduka disfungsional
g. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif
h. Koping keluarga inefektif
1. Pengkajian
A Identifikasi Klien
Inisial : Nn. A
Umur : 06/06/1986, 33th
Alamat : Ds.Sudimoro, Pacitan
Pendidikan : Tidak tamat SD
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Pekerjaan : Asisten Rumah Tangga
Jenis Kelamin : Perempuan
No. CM :1158xx
B Alasan Masuk
1. Data Primer:
Klien mengatakan dibawa ke rumah sakit karena sering marah-marah,
menendang-nendang lemari, dan melempar piring. Klien juga
mengatakan mudah tersinggung dengan perkataan temannya.
2. Data Sekunder:
Berdasarkan data yang didapatkan dari perawat ruangan flamboyan,
klien marah-marah sampai mata melotot, nada bicara keras, teriak-
teriak hingga menendang-nendang barang.
3. Keluhan Utama Saat Pengkajian:
Klien mengatakan tidak memiliki keluhan saat pengkajian.
Berdasarkan data objektif didapatkan data bahwa klien tampak bicara
dengan nada keras dan sorot mata tajam.
C Faktor Presipitasi (Riwayat Penyakit Sekarang)
Klien mengatakan pada saat di Dinas Sosial Kediri, pasien sering
marah-marah histeris, berteriak, memuntahkan obat yang diberikan dan
melempar barang-barang sehingga pasien dimasukkan di RSJ Dr.
Radjiman Wediodiningrat. Klien masuk di IGD RSJ Radjiman
Wediodiningrat pada tanggal 09/05/2019 pukul 15.55 WIB dengan
keluhan bicara ngelantur dan mendengar bisikan-bisikan. Setelah
dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil TTV: 100/70 mmHg, Nadi:
80x/menit, Suhu: 36,8 derajat celcius, RR: 20x/menit. Selama di IGD klien
mendapatkan terapi Seroquel 400 mg XR (QUETIAPIN) | 5.00 | pukul 16,
saat perut kosong | 0-0-1-0 tab | per oral; Klorpromazin 100 mg MERSI |
12.50 | ½ - 1-0-1 tab | per oral ; Depakote 250 mg TAB (VALPROAT) |
10.00| 1-0-1-0 tab | per oral ; Lorazepam 2 mg MERSI |5.00 | 0-0-0-1 tab |
per oral; Zyprexa Inj Raim 10 mg (OLANZAPIN) | 1.00| 1 vial (dilarutkan
menjadi 3 ml) | intra muscular. Hasil pengkajian didapatkan diagnosa
keperawatan gangguan sensori persepsi (halusinasi). Setelah ± 1-2 jam
klien dipindah ke ruang mawar dengan kondisi yang cukup kooperatif
dengan keluhan masih mendengar suara-suara. Selama di ruang mawar,
klien mendapatkan terapi Depakote 250 mg TAB (VALPROAT) | 14.00| 1-
0-1-0 tab | per oral; Klorpromazin 100 mg MERSI | 20.00 | ½-1-0-1 tab |
per oral; 400 mg XR (QUETIAPIN) | 5.00 | pukul 16, saat perut kosong |
0-0-1-0 tab | per oral; Lorazepam 2 mg MERSI |5.00 | 0-0-0-1 tab | per
oral; Hidrokortison 2,5 krim | 1.00 | 1-0-1. Klien juga mengatakan bahwa
di ruang mawar diikat karena sering mengamuk. Pada tanggal 10/05/2019
klien dipindah ke Ruang Flamboyan dengan keadaan cukup kooperatif
namun klien mengatakan masih mendengar suara-suara bisikan.
D Faktor Predisposisi (Riwayat Penyakit Dahulu)
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
Ya
Jika Ya, Jelaskan kapan, tanda gejala/ keluhan:
Klien mengatakan pada saat kelas 2 SD (±8 Tahun), klien mulai marah
marah. Klien merasa seperti kerasukan, badannya terasa panas dan
mendengar bisikan-bisikan untuk melakukan hal yang tidak sesuai
seperti mengamuk, menendang lemari, memecahkan piring dan
mengacak-acak baju di rumahnya dahulu.
2. Faktor penyebab/pendukung
a) Riwayat Trauma :
Usia Pelaku Korban Saksi
1. Aniaya fisik 8 tahun Ibu Klien -
(Nn.A)
2. Aniaya seksual - - - -
3. Penolakan - - - -
4. Kekerasan - - - -
dalam
keluarga
5. Tindakan - - - -
Jelaskan :
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Garis Pernikahan
: Garis Keturunan
: Tinggal Satu rumah
: Klien
:Meninggal
Jelaskan:
1. Pola Asuh : Klien mengatakan dibesarkan oleh kedua orang
tuanya namun setelah kedua orang tuanya meninggal, klien dibawa
oleh relawan ke Dinsos Magetan.
2. Pola Komunikasi: Pola komunikasi tertutup dalam
keluarga, klien tidak mau bercerita dengan keluarganya kalau ada
masalah. Hubungan klien dengan keluarganya saat ini terputus
karena klien mengatakan tidak pernah dikunjungi oleh keluarganya
selama di RSJ.
Diagnosa Keperawatan : Koping Keluarga inefektif
e. Konsep Diri:
1. Citra Diri: Klien mengatakan jika dirinya adalah seorang wanita
yang sederhana dan manja. Klien mengatakan menyukai seluruh
anggota tubuhnya.
2. Identitas: Klien mengatakan merasa nyaman menjadi seorang
wanita karena klien ingin segera menikah dan menjadi seorang ibu.
3. Peran:
a) Pada saat di Dinsos, klien mengatakan seorang pasien
dengan gangguan jiwa karena suka marah-marah.
b) Pada saat di RSJ Lawang, klien mengatakan seorang pasien
namun suka membantu perawat bersih-bersih.
4. Ideal Diri:
Klien mengatakan ingin segera menikah namun dia menunggu untuk
keluar dari RSJ terlebih dahulu. Klien mengatakan ingin memiliki
keluarga dan pasangan hidup.
5. Harga Diri: Klien mengatakan dirinya seorang yang sederhana dan
suka mengobrol dengan teman-temannya di ruangan.
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada
f. Hubungan Sosial:
1. Orang yang berarti/terdekat:
a) Pada saat di dinsos, klien mengatakan memiliki teman dekat,
sering berkumpul dan bergurau bersama.
b) Pada saat di RSJ, klien mengatakan tidak memiliki teman dekat.
2. Peran Serta dalam Kegiatan Kelompok/Masyarakat:
a) Pada saat di dinsos klien tidak aktif dalam kegiatan
kelompok/masyarakat karena klien sering kambuh saat di Dinsos
Kediri.
b) Pada saat di RSJ, Klien selalu aktif dalam kegiatan seperti
senam, TAK, membantu bersih-bersih di ruangan.
3. Hambatan dalam Berhubungan dengan Orang Lain:
Pada saat berinteraksi dengan orang lain, klien mudah tersinggung
dan emosi ketika apa yang diinginkannya tidak tercapai.
g. Spiritual:
1) Nilai dan Keyakikan: Klien mengatakan beragama islam
dan percaya akan adanya Tuhan. Klien mengatakan dalam berdoa ia
berharap dapat sembuh dari penyakitnya dan tidak kambuh kembali.
2) Kegiatan Ibadah: Klien mengatakan bahwa setiap hari solat.
Namun berdasarkan pengamatan, klien tidak pernah solat/ibadah.
F Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum: Keadaan klien tenang, baik
2. Kesadaran (Kuantitas): Compos mentis, GCS: Eye 4 Verbal
5 Motorik 6.
3. Tanda-tanda Vital: TD: 100/70 mmHg Suhu: 35,90C
N: 113 x/menit RR: 20x/menit
SpO2: 98%
4. Ukur:
BB 61,5 kg TB 151 cm
5. Keluhan Fisik: Klien mengatakan tidak ada keluhan.
G Status Mental
1) Penampilan (Penampilan usia, cara berpakaian, kebersihan)
DS: Klien mengatakan mandi 2 kali/hari
DO: klien bau badan, kulit kering dan terdapat bekas luka, gigi kuning,
kotor dan bau, tampak daki di lengan dan leher.
2) Pembicaraan:
Frekuensi bicara: cepat, volume suara : tinggi dan keras, jumlah kata
yang diucapkan : klien banyak bicara, karakter: sirkumtansial
Diagnosa Keperawatan : Hambatan Komunikasi Verbal
a Aktifitas Motorik/Psikomotorik:
Klien tidak mengalami hambatan dalam aktifitas motorik/psikomotorik
Diagnosa Keperawatan : Tidak ada
e Proses Pikir:
1. Arus Pikir: Sirkumtansial. Saat diajak berbicara, pembicaraan klien
berputar-putar/berbelit-belit namun tetap sampai pada tujuan.
2. Isi Pikir: Obsesif. Klien tampak menjadi pemimpin dari teman-
temannya di ruang flamboyan. Klien mengatakan bahwa di ruangan
dia adalah ketuanya.
3. Bentuk Pikir: Realistik. Klien berkata “bahawa klien menyadari hal-
hal yang ada pada dirinya sesuai dengan kenyataan yang ada pada
dirinya”
f Tingkat Kesadaran:
1) Orientasi Waktu: Orientasi klien baik, klien mengenali waktu saat
ini ( Hari Selasa, pagi, jam 09.00 WIB )
2) Orientasi Tempat: Orientasi klien baik, klien mampu mengenali
saat ini berada di Ruang Flamboyan RSJ
3) Orientasi Orang: Orientasi klien baik, klien mampu mengenali atau
mengingat nama orang lain
Jelaskan: Kesadaran klien normal karena orientasi klien baik (waktu,
tempat, orang).
g Memori:
1) Jangka Panjang (> 1 bulan).
Klien mampu menceritakan awal masuk RSJ, dapat menyebutkan
nama orang tuanya.
2) Jangka Menengah ( 24 sampai <1 bulan)
Klien mampu menyebutkan kegiatan di ruangan setiap hari
3) Saat ini (10 detik-15 menit).
Klien mampu menyebutkan nama perawat di akhir komunikasi.
h Tingkat Konsentrasi dan Berhitung:
1) Konsentrasi: Mudah beralih. Klien saat ditanya memahami apa
yang ditanyakan namun konsentrasi terpecah/kemana-mana.
2) Berhitung: Klien mampu berhitung dengan baik dibuktikan
klien mampu menghitung jumlah 12+5 = 17, 10-5= 5.
i Kemampuan Penilaian
Saat diberikan pilihan sebelum makan cuci tangan dahulu atau tidak,
klien memilih untuk cuci tangan.
j Daya Tilik Diri
Klien menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan jiwa dan klien
sadar bahwa klien sedang di rawat di RSJ untuk berobat dengan tujuan
biar cepat sembuh
H Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Tidak terkaji
2. Kegiatan Hidup Sehari-hari
Perawatan Diri
a) Mandi : Klien mengatakan mandi 2x sehari pukul 06.00 WIB dan
15.00 WIB
b) Berpakaian, berhias, dan berdandan : Klien dapat berpakaian
secara mandiri dengan rapi dan tidak terbalik
c) Makan : Klien mau mencuci tangan sebelum makan. Klien makan
3 kali/hari dan selalu menghabiskan porsinya.
d) Toileting (BAK,BAB) : Klien BAK secara mandiri dan normal ±
5x/hari, ± 2500 cc/hari. BAB secara mandiri dan normal ±2-3
kali/hari, ±250 gr/hari.
Nutrisi
1) Berapa frekuensi makan dan frekuensi kudapan dalam sehari
Klien makan 3x sehari, dengan 1 porsi makan habis. Pada pukul
10.00 WIB juga mendapatkan kudapan
2) Bagaimana nafsu makannya
ANALISA DATA
8. DS : - Resiko BB Berlebih
DO : IMT = BB/TB² = 61,5/1,51²= 27
Normal = 18,5 -24,9
POHON MASALAH
Alasan utama
10. Resiko Perilaku Kekerasan
(RPK)
Perilaku agresi dan kekerasan pada pasien kepada pasien lain ataupun
kepada petugas kesehatan menjadi masalah dalam lingkup perawatan di Rumah
Sakit Jiwa. Tujuan dari penelitian dalam jurnal dengan judul “Interventions
Following a High Violence Risk Assessment Score: A Naturalistic Study on a
Finnish Psychiatric Admission Ward” adalah untuk mengidentifikasi intervensi
apa yang diterapkan oleh staf bangsal rawat inap psikiatri pada pasien risiko
tinggi, seberapa sering intervensi digunakan dan seberapa efektif. Berdasarkan
jurnal di hasilkan sekitar 20% dari pasien rawat inap di bangsal mendapatkan nilai
tinggi pada penilaian risiko kekerasan. Intervensi yang paling sering digunakan
adalah psikofarmakologis atau koersif dan metode pengasingan. Metode
penanganan pasien menggunakan obat merupakan yang paling sering. Jurnal ini
juga menyebutkan bahwa metode pengasingan juga banyak digunakan, namun
penggunaan metode ini disangkal karena metode pengasingan menghasilkan
peningkatan insiden kekerasan oleh pasien. Saran dari jurnal diharapkan akan
mendorong tenaga kesehatan terutama perawat dapat menggunakan kreatifitasnya
ketika memilih teknik intervensi pengurangan risiko kekerasan (Kaunomaki, J et
al., 2017). Hal ini sejalan dengan keadaan di RSJ Dr Radjiman Wediodiningrat
yaitu intervensi menggunakan obat lebih diutamakan, intervensi keperawatan
menggunakan terapi aktivitas kelompok jarang dilakukan. Saran dalam jurnal juga
dapat diaplikasikan atau menjadi bahan pertimbangan untuk intervensi
keperawatan jiwa dengan menggunakan kreatifitas, keaktifan, dan imajinasi
perawat dalam menjalankan terapi yang mudah dilakukan untuk menurunkan
risiko perilaku kekerasan selain obat.
Ekspresi marah dapat berupa ancaman mencederai orang lain, dan atau
merusak lingkungan. Santosa dan Ulumuddin (2018) melakukan penerapan terapi
relaksasi autogenic yaitu relaksasi yang bersumber dari diri sendiri berupa kata-
kata atau pikiran yang bisa membuat pikiran tentram. Hasil penelitian yaitu terapi
yang dilakukan selama 20 menit perhari yang diberikan 3 hari berturut-turut setiap
hari yaitu kemampuan mengontrol marah pada kelompok eksperimen yang
berespon positif sebanyak 16 responden (80%) dan respon negatif sebanyak 4
orang (20%). Respon positif klien berupa mulai bisa berkomunikasi dengan orang
lain. Sedangkan menurut Kaunomaki et, al (2017) menjelaskan bahwa pada
pasien dengan resiko perilaku kekerasan masih dominan menggunakan terapi
psikofarmakologi sebagai salah satu dari intervensi. Hal ini juga sesuai dengan
perawatan dan intervensi yang digunakan pada pasien dengan gangguan kejiwaan
di RS Radjiman Wedyodiningrat Lawang yaitu dengan diberikan obat dan
penanganan pertama kali yang dilakukan saat pasien dalam keadaan marah atau
berusaha mencederai diri orang lain ataupun lingkungan adalah di ikat atau di
restrain.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon maladaptif dari marah.
Ekspresi marah dapat berupa ancaman mencederai orang lain, diri sendiri dan atau
merusak lingkungan. Terapi yang digunakan untuk pasien dengan perilaku
kekerasan diantaranya psikofarmakologi dan non farmakologi. Kecenderungan
pasien dengan gangguan kejiwaan tersebut mendapat lebih banyak terapi obat atau
psikofarmako dibanding non farmakologi. Sejalan dengan beberapa penelitian
yang telah dilakukan pada klien dengan resiko perilaku kekerasan, terapi yang
diberikan pada klien di RSJ DR. Radjiman Wediodiningrat Lawang, Malang juga
lebih banyak menggunakan terapi psikofarmakologi. Terapi yang bersifat non
farmakologi (psikoterapi, terapi modalitas dan pendidikan kesehatan) belum
maksimal diterapkan, namun terapi ini tetap sangat diperlukan untuk dapat
merubah perilaku maladaptif pasien dengan gangguan kejiwaan menjadi perilaku
yang adaptif.
5.2 Saran
Penerapan terapi keperawatan sangat diperlukan untuk mengubah perilaku
pasien dengan gangguan kejiwaan dari maladaptif menjadi adapftif. Sehingga,
perawat yang sekaligus menjadi terapis bagi klien perlu menerapkan terapi
nonfarmakologi sebagai terapi utama tindakan keperawatan guna mempercepat
penyembuhan pasien, selain itu orang terdekat klien juga memiliki pengaruh besar
terhadap kejiwaan klien. Keluarga atau sistem pendukung lainnya merupakan
salah satu elemen yang sangat berpengaruh pada pemulihan pasien dirumah
setelah diijinkan pulang dari rumah sakit oleh karena itu perannya sangat penting
dalam perawatan klien dirumah untuk menghindari kambuh kembalinya gangguan
kejiwaan pada klien.
DAFTAR PUSTAKA
DepKes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Jayanti dan Antari. 2019. Terapi Aktivitas Kelompok Penyaluran Energi : Senam
Poco-Poco Menurunkan Gejala Perilaku Kekerasan Pada Pasien
Skizofrenia. STIKes Wira Medika Bali.
Purnama, G., Yani, D. I., & Titin, S. 2016. Gambaran Stigma Masyarakat
Terhadap Klien Gangguan Jiwa di RW 09 Desa Cileles Sumedang.
Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia, 2(1), 30. Retrieved from
http://ejournal.upi.edu/index.php/JPKI
Townsend, M.C. 2009. Psychiatric Mental health Nursing Concept Of care In
Evidance- based Practice. 6th Ed. Philadelphia: F.A Davis Company
Yuliawati, B. 2013. Studi Kasus Auhan Keperawatan Pada Tn S Dengan Perilaku
Kekerasan Di Ruang Pringondani Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta. Program Studi DIII keperawatan Sekolah Tinggi
Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.
Fitria, Nita. 2011. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7
Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S-1 Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Kusumawati F & Hartono, Y, 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta:
Salemba Medika
Riyadi, Sujono dan Teguh Purwanto. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Santosa, I. M. E. 2018. Pengaruh Terapi Relaksasi Autogenik Terhadap
Kemampuan Mengontrol Marah Pada Pasien Dengan Perilaku Kekerasan
Di Ruang Melati Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma NTB. PrimA: Jurnal
Ilmiah Ilmu Kesehatan. Vol. 4 No. 1: 1-6
Kaunomäki, J., Jokela, M., Kontio, R., Laiho, T., Sailas, E., & Lindberg, N.
(2017). Interventions following a high violence risk assessment score: a
naturalistic study on a Finnish psychiatric admission ward. BMC health
services research, 17(1), 26.
API (ANALISA PROSES INTERAKSI)
“Perkenalkan bu “Andayani” Mempertahankan Tatapan mata Pasien terlihat Perawat mencoba Memperkenalkan
nama saya kontak mata, pasien tajam berhati-hati dalam membangun nama perawat
Lisnawati biasa tersenyum dan dan menatap untuk menjawab suasana yang
dipanggil Lisna menunjukkan dengan serius terapeutik
mahasiswi sikap terbuka.
keperawatan
UNEJ. Ibu
namanya siapa ?”
“Ibu Andayani “Yani” Mempertahankan Pasien menatap Pasien terlihat Perawat Menanyakan nama
senang di panggil kontak mata dan mata perawat tersenyum sambil berinteraksi kesukaan klien
apa ? “ tersenyum dengan serius menjawab dengan sikap
pertanyaan pasien terbuka
“Bu Yani, saya “Iya, boleh. Mempertahankan Mengangguk Pasien tampak Perawat Menanyakan
ingin mengobrol Dimana?” kontak mata dan dan melihat ke menerima berinteraksi kesediaan klien untuk
dengan Bu Yani tersenyum arah perawat kedatangan pasien dengan sikap berinteraksi
sebentar boleh?” dengan serius terbuka
“Disini saja bu. “Sehat-sehat Mempertahankan Pasien menatap Pasien mau Perawat Mengevaluasi kondisi
Baik, bagaimana saja” kontak mata dan perawat dengan mengungkapkan berinteraksi pasien
kabar Bu Yani hari tersenyum serius kondisinya. dengan sikap
ini?” terbuka
“Tujuan saya “Iya mbak.” Mempertahankan Pasien menatap Pasien menjawab Perawat Menjelaskan tujuan
kesini ingin kontak mata dan perawat dengan pertanyaan dengan berinteraksi interaksi
membantu tersenyum serius singkat dengan sikap
meningkatkan terbuka
kesehatan Bu Yani.
Selain itu juga
menemani Bu Yani
ngobrol jika ada
waktu senggang
seperti ini ya bu?”
“Ibu Yani datang “Saya kesini Mempertahankan Pasien kontak Pasien tampak Perawat Menggali keadaan
kesini diantar diantar oleh kontak mata dan matanya tidak tidak berinteraksi masalalu pasien
siapa? sudah Mobil Dinsos tersenyum selalu terarah berkonsentrasi dengan sikap
berapa lama Kediri. Saya kepada perawat saat bercakapan terbuka
tinggal disini? “ sudah hampir 3 berlangsung
bulan tinggal
disini.”
“Bu Yani, apakah “Iya mbak. Mempertahankan Pasien menatap Pasien tampak Perawat Menggali keadaan
ibu sebelumnya Saya dibawa kontak mata dan mata perawat menjawab berinteraksi masa lalu pasien
ada masalah di kesini karena tersenyum pertanyaan dengan sikap
rumah? Kok bisa suka marah- perawat dengan terbuka
masuk kesini marah dulu. kooperatif
kenapa? “ Semua tak
pukulin, lemari
tak tendang.“
“Berapa kali ibu “Bolak balik Mempertahankan Tatapan mata Pasien tampak Perawat Menggali keadaan
dirawat disini?” saya kesini. kontak mata dan pasien tajam menjawab berinteraksi secara masa lalu klien
Dulu sempat di tersenyum dan menatap pertanyaan kooperatif dengan
Mawar.” dengan serius perawat dengan klien
tenang
“Sebelum disini, “Tinggal di Mempertahankan Tatapan mata Pasien tampak Perawat Menggali keadaan
ibu tinggal Pacitan. Sama kontak mata dan klien tajam dan menjawab berinteraksi secara masa lalu klien
dimana? Sama mama sama tersenyum menatap pertanyaan kooperatif dengan
siapa?” ayah. Tapi dengan serius perawat dengan klien
sekarang sudah kooperatif
meninggal“
“Apakah Bu Yani “Pernah, ya itu Mempertahankan Tatapan mata Pasien tampak Perawat Menggali keadaan
pernah mengalami saya suka kontak mata dan klien tajam dan menjawab berinteraksi secara masa lalu klien
pengalaman yang marah-marah tersenyum menatap pertanyaan kooperatif dengan
tidak kalau merasa dengan serius perawat dengan klien
menyenangkan capek.” kooperatif
sebelumnya?”
“ Lalu bagaimana “Saya nafas Mempertahankan Tatapan mata Pasien tampak Perawat Menggali keadaan
ibu mengatasi dalam sama kontak mata dan klien tajam dan menjawab berinteraksi secara masa lalu klien
marah-marah kalau berwudhu tersenyum menatap ke pertanyaan kooperatif dengan
muncul?” mbak.” perawat perawat dengan klien
kooperatif
“O, ya apakah ibu “Iya mbak.” Mempertahankan Tatapan mata Pasien tampak Perawat Menggali keadaan
juga kontak mata dan klien tajam dan menjawab berinteraksi secara masa lalu klien
mengkonsumsi tersenyum menatap ke pertanyaan kooperatif dengan
obat?” perawat perawat dengan klien
kooperatif
“ Bagaimana “ Senang Mempertahankan Tatapan mata Pasien tampak Perawat
perasaan ibu mbak.” kontak mata dan klien tajam dan menjawab berinteraksi secara
setelah kita tersenyum menatap ke pertanyaan kooperatif dengan
berbincang- perawat perawat dengan klien
bincang?” kooperatif
“Bagaimana jika “Iya mbak. Jam Mempertahankan Tatapan mata Pasien tampak Perawat merasa Menanyakan terkait
besok kita berapa?” kontak mata dan pasien tajam tidak keberatan lega klien mau kontrak waktu
berbincang- tersenyum dan menatap untuk kontrak untuk kontrak interaksi
bincang lagi ibu dengan serius selanjutnya selanjutnya
tentang masalah
ibu dan mencari
jalan keluarnya?”
“Jam 9 ya. Ibu mau “Oke mbak.” Mempertahankan Tatapan mata Pasien tampak Perawat merasa Menanyakan terkait
mengobrol kontak mata dan klien tajam dan menjawab lega klien mau kontrak topik interaksi
dimana? Bagimana tersenyum menatap ke pertanyaan untuk kontrak pertemuan selanjutnya
kalau disini lagi?” perawat perawat dengan selanjutnya
kooperatif
“Kalau begitu saya “iya mbak” Mempertahankan Pasien Pasien menjawab Perawat menutup Memberikan salam
pamit dulu nggeh kontak mata dan menjawab salam perawat dan interaksi dengan terapeutik
bu. Permisi” mengulurkan salam dengan segera pasien agar
tangan afek datar meninggalkan memberikan
tempat waktu pasien
beristirahat
Inisial Klien : Nn. A Nama Mahasiswa : Lisnawati
Status Interaksi Perawat-Klien : Pertemuan 2 Tanggal : 26 Juni 2019
Lingkungan : Perawat dan klien duduk di ruang makan ruangan
Flamboyan
Jam : 09.00 WIB
Deskripsi Klien : Klien menerima kedatangan mahasiswa
Tujuan (Berorientasi pada Klien) : Klien dapat mengidentifikasi penyebab marah atau perilaku kekerasannya
“Saya Lisna bu. “iya ingat. Mempertahankan Tatapan mata Klien terlihat Perawat mencoba Memperkenalkan dan
Mahasiswa Unej Mbak Lisna kontak mata, pasien tajam berhati-hati dalam membangun membangun ingatan
yang kemarin kan” tersenyum dan dan menatap untuk menjawab suasana yang klien
ngobrol sama menunjukkan dengan serius terapeutik
ibu.Masih ingat sikap terbuka.
tidak?”
“Bagimana perasaan “Senang mbak” Mempertahankan Pasien menatap Klien terlihat Perawat Menanyakan kondisi
ibu hari ini?” kontak mata dan mata perawat tersenyum sambil berinteraksi klien
tersenyum dengan serius menjawab dengan sikap
pertanyaan terbuka
perawat
“Bu Yani. Kemarin “Iya mbak.” Mempertahankan Mengangguk Pasien tampak Perawat Menanyakan
kan kita sudah janjian kontak mata dan dan melihat ke menyetujui berinteraksi kesediaan klien untuk
buat ngobrol ya. Ibu tersenyum arah perawat perjanjian dengan dengan sikap berinteraksi
sekarang kita dengan serius perawat terbuka
mengobrol penyebab
dan gejala ibu marah-
marah ya.”
“Apa yang Ibu tahu “suka nendang- Mempertahankan Pasien menatap Pasien mau Perawat Mengevaluasi kondisi
tentang perilaku nendang, suka kontak mata dan perawat dengan mengungkapkan berinteraksi pasien
kekerasan atau teriak-teriak” tersenyum serius kondisinya. dengan sikap
marah-marah?” terbuka
“Baik, seperti itu ya “Biasanya Mempertahankan Pasien menatap Pasien menjawab Perawat Menjelaskan tujuan
bu. Apa yang kalau saya kontak mata dan perawat dengan pertanyaan berinteraksi interaksi
membuat ibu marah- kecapek’an, tersenyum serius dengan singkat dengan sikap
marah seperti itu?” saya terus terbuka
marah-marah
mbak”
“Biasanya perilaku “ya nendang Mempertahankan Pasien kontak Pasien tampak Perawat Menggali keadaan
marah-marah yang lemari, kontak mata dan matanya tidak tidak berinteraksi masalalu pasien
ibu lakuakan seperti mecahkan tersenyum selalu terarah berkonsentrasi dengan sikap
apa?” piring, teriak- kepada perawat saat bercakapan terbuka
teriak juga.” berlangsung
“Bu Yani, tahu tidak “Ngga sadar Mempertahankan Pasien menatap Pasien tampak Perawat Menggali keadaan
kalau marah-marah mbak. Tahu kontak mata dan mata perawat menjawab berinteraksi masa lalu pasien
itu perilaku yang kok kalau tersenyum pertanyaan dengan sikap
tidak baik, yang bisa nggak baik.” perawat dengan terbuka
menyakiti oang lain? kooperatif
Apakah ibu sadar
melakukannya? “
“Kalau sudah capek “Saya nafas Mempertahankan Pasien menatap Pasien tampak Perawat Menggali
kan bawaannya dalam biasanya kontak mata dan mata perawat menjawab berinteraksi pengetahuan klien
marah-marah ya, sama wudhu” tersenyum pertanyaan secara kooperatif terkait pengontrolan
apakah ibu tahu cara perawat dengan dengan klien PK
mencegah agar tidak kooperatif
marah-marah dan
melempar barang-
barang lagi?”
Nah bagus Bu Yani, “Bisa” Mempertahankan Pasien menatap Pasien tampak Perawat Menggali
cara mengontrol kontak mata dan mata perawat menjawab berinteraksi pengetahuan klien
marah salah satunya tersenyum pertanyaan secara kooperatif terkait pengontrolan
dengan nafas dalam. perawat dengan dengan klien PK
Apa ibu bisa kooperatif
mempraktekkannya?”
“Bagaimana “Iya lega” Mempertahankan Pasien menatap Pasien tampak Perawat Menggali keadaan
perasaannya bu kontak mata dan mata perawat menjawab berinteraksi klien
setelah kita ngobrol tersenyum pertanyaan secara kooperatif
tentang perasaan perawat dengan dengan klien
marah-marahnya? kooperatif
Lebih lega?”
“ Ternyata Bu Yani “Iya mbak” Mempertahankan Pasien menatap Pasien tampak Perawat Memberikan pujian
sudah mampu ya kontak mata dan mata perawat menjawab berinteraksi terkait pengetahuan
mempraktekkan salah tersenyum pertanyaan secara kooperatif klien
1 cara mengendalikan perawat dengan dengan klien
marah-marahnya.” kooperatif
“Sekarang mari kita “Dimana Mempertahankan Pasien menatap Pasien tampak Perawat merasa Menanyakan terkait
lanjut ya bu pada mbak?” kontak mata dan mata perawat tidak keberatan lega klien mau kontrak topik
jadwal harian. Mau tersenyum untuk kontrak untuk kontrak interaksi pertemuan
berapa kali sehari? selanjutnya selanjutnya selanjutnya
Bagaimana kalau 2
kali jam 09.30 dan
jam 10.30?”
“Mau dimana? “Iya mbak Mempertahankan Pasien menatap Pasien tampak Perawat merasa Menanyakan terkait
Bagaimana kalau di mau” kontak mata dan mata perawat tidak keberatan lega klien mau kontrak topik
tempat tidur Bu Yani? tersenyum untuk kontrak untuk kontrak interaksi pertemuan
Sekalian kita juga selanjutnya selanjutnya selanjutnya
latihan mengendlikan
marah dengan cara
yang lain.”
“Kalau begitu saya “iya mbak” Mempertahankan Pasien Pasien menjawab Perawat menutup Memberikan salam
pamit dulu nggeh bu. kontak mata dan menjawab salam perawat dan interaksi dengan terapeutik
Permisi” mengulurkan salam dengan segera pasien agar
tangan afek datar meninggalkan memberikan
tempat waktu pasien
beristirahat