Anda di halaman 1dari 52

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NN.

A DENGAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
DI RUANG FLAMBOYAN RSJ Dr. RADJIMAN
WEDIODININGRAT LAWANG

oleh:

Kelompok 1

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
Alamat : Jl. Kalimantan no. 37 Kampus Tegal Boto Jember
Telp/Fax : (0331) 323450

i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NN. A DENGAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
DI RUANG FLAMBOYAN RSJ Dr. RADJIMAN
WEDIODININGRAT LAWANG

Disusun guna memenuhi tugas pada Program Studi Pendidikan


Profesi Ners Stase Keperawatan Jiwa

oleh:
Kelompok 1

Lisnawati, S.Kep NIM 182311101012


Niken Oktaviani., S.Kep NIM 182311101022
Vidya Fajrin N., S.Kep NIM 182311101023
Candra Widhi Kurniya S., S.Kep NIM 182311101129
Cicik Lestari, S.Kep NIM 182311101330
Hamdani Rifki P., S.Kep NIM 182311101043

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
Alamat : Jl. Kalimantan no. 37 Kampus Tegal Boto Jember
Telp/Fax : (0331) 323450

ii
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NN. A DENGAN DIAGNOSA


KEPERAWATAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
DI RUANG FLAMBOYAN RSJ Dr. RADJIMAN
WEDIODININGRAT LAWANG

Telah Disahkan Dan Disetujui Oleh:

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ns. Enggal Hadi K., M.Kep. Ns. Siti Muntapiah, S.Kep

NRP 760016844 NIP. 19680524 198803 2 001

Mengetahui
Kepala Ruang Flamboyan

Ns. Siti Muntapiah, S.Kep


NIP. 19680524 198803 2 001

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang melimpahkan


karuniaNya sehingga penulis menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Nn. A Dengan Diagnosa Keperawatan Resiko Perilaku
Kekerasan Di Ruang Flamboyan Rsj Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang”.
Laporan ini disusun guna untuk memenuhi tugas laporan akhir Program Profesi
Ners Stase Keperawatan Jiwa Klinik.
Dalam kesempatan ini, kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian laporan
pertanggung jawaban ini, yakni :

1. Ns. Lantin Sulistyorini M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan


Keperawatan;
2. Ns. Fitrio Deviantony, M.Kep, selaku penanggung jawab mata kuliah Praktik
Profesi Ners Stase Keperawatan Jiwa Klinik yang telah membimbing;
3. Ns. Enggal Hadi, M.Kep, Ns. Emi Wuriruyaningsih, M.Kep., Sp.Kep.J dan Ns.
Erti Ikhtiarini, M.Kep., Sp.Kep.J yang telah membimbing;
4. Ns. Siti Muntapiah, S.Kep Selaku kepala ruang sekaligus pembimbing klinik
mahasiswa Profesi Ners Keperawatan Jiwa Klinik.
5. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan
Praktik Profesi Ners Stase Keperawatan Jiwa Klinik.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi
semua pihak yang membaca, serta dapat dijadikan sebagai bahan untuk
menambah pengetahuan bagi pembaca.

Malang, Juli 2019

Penulis

iv
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN SAMPUL..............................................................................................
i
HALAMAN JUDUL..................................................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................
iii
KATA PENGANTAR................................................................................................
iv
DAFTAR ISI..............................................................................................................
v
BAB 1. PENDAHULUAN.........................................................................................
1
1.1 Latar Belakang
...........................................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah
...........................................................................................................................
2
1.3 Tujuan Penelitian
...........................................................................................................................
2
1.3.1 Tujuan Umum
........................................................................................................................
2
1.3.2 Tujuan Khusus
........................................................................................................................
2
1.4 Manfaat
...........................................................................................................................
2

v
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................
3
2.1 Konsep Teori
...........................................................................................................................
3
2.1.1 Pengertian Resiko Perilaku Kekerasan
........................................................................................................................
3
2.1.2 Tanda Gejala Resiko Perilaku Kekerasan
........................................................................................................................
3
2.1.3 Rentang respon Resiko Perilaku Kekerasan
........................................................................................................................
3
2.1.4 Faktor Predisposisi Resiko Perilaku Kekerasan
........................................................................................................................
4
2.1.5 Faktor Presipitasi
........................................................................................................................
4
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Resiko Perilaku Kekerasan
...........................................................................................................................
5
2.2.1 Masalah Keperawatan
........................................................................................................................
5
2.2.2 Data yang perlu dikaji
........................................................................................................................
6
2.2.3 Diagnosa Keperawatan
........................................................................................................................
6
2.2.4 Rencana Tindakan
........................................................................................................................
6

vi
2.2.5 Terapi Farmakologi
........................................................................................................................
7
BAB 3. TINJAUAN KASUS.....................................................................................
9
BAB 4. PEMBAHASAN............................................................................................
32
BAB 5. PENUTUP.....................................................................................................
35
5.1 Kesimpulan
...........................................................................................................................
35
5.2 Saran
...........................................................................................................................
35
DAFTAR PUSTAKA
...........................................................................................................................
36
LAMPIRAN

vii
viii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Undang-Undang kesehatan jiwa Nomor 18 Tahun 2014 Bab 1
pasal 1 ayat 1 kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut
menyadari kemampiannya sendiri, dapat mengatasi tekenan, bekerja secara
produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk kelompoknya. Gangguan
jiwa menurut Towsand (2009), adalah respon maladaptif terrhadap stressor yang
berasal dari dalam dan luar lingkungan dibuktikan melalui pikiran dan perasaan
perilaku yang tidak sesuai dengan norma budaya yang mengganggu fungsi
pekerjaan, interaksi sosial individu dan fisik. Menurut Purnama, Yani, & Titin
(2016) mengatakan gangguan jiwa adalah seseorang yang terganggu dari segi
mental dan tidak bisa menggunakan pikirannya secara normal.
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa jumlah pasien
gangguan jiwa cukup tinggi hingga mencapai 450 juta orang diseluruh dunia pada
tahun 2013 (Jayanti dan Antari, 2019). Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013
menunjukkan Indonesia memiliki prevalensi gangguan jiwa berat sebesar 1,7 per
mil meningkat dibandingkan hasil Riskesdas 2012 sebesar 1, 4 per mil. Beberapa
daerah dengan gangguan jiwa berat terbanyak ada di Daerah Istimewa
Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah dan Bali menempati urutan ke
tiga dengan prevalensi sebesar 2,3 per mil (DepKes RI. 2013).
Pada pasien dengan gangguan jiwa umumnya memiliki gangguan terhadap
persepsi sensori yang terjadi dalam dirinya salah satunya yaitu perilaku kekerasan
yang munul akibat adanya persepsi individu tersebut. Perilaku kekerasan
merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan (Direja dalam Yuliawati, 2013). Menurut Kartikasari (2015), Perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain dan
lingkungan yang dirasakan sebagai ancaman.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah
mengenai tindakan assuhan keperawatan pada Ny. A dengan diagnosa resiko
perilaku kekerasan di ruang Falamboyan RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat
Lawang.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan ini adalah mengetahui tindakan asuhan keperawatan
pada Ny. A dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan di
ruang Falamboyan RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menambah wawasan pada penanganan pasien dengan resiko perilaku
kekerasan.
2. Meningkatkan pengetahuan tentang terapi pada pasien dengan resiko
perilaku kekerasan
3. Menerapkan tindakan asuhan keperawatan berdasarkan based nursing
practice
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Peneliti Keperawatan
Dapat digunakan untuk data tambahan terkait dengan penerapan asuhan
keperawatan pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan
1.4.2 Bagi Pelayanan Kesehatan
Dapat digunakan sebagai informasi tambahan perawat dirumah sakit jiwa
dalam melakuan tindakan assuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan
resiko perilaku kekerasan
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai tambahan dan referensi bagi mata kuliah
keperawatan jiwa. Selain itu juga dapat digunakan sebagai bahan referensi
bagi mahasiswa yang membacanya.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Risiko Perilaku kekerasan

2.1.1 Pengertian
Kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi
terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman,
pengungkapan marah yang konstruktif dapat membuat perasaan lega (Riyadi
dan Purwanto, 2019). Resiko perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan
dimana seseorang rentan melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara
fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (Stuart dan
Sundeen, 1995 dalam Fitria 2011)

2.1.2 Tanda dan Gejala


1. Mata melotot, pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku
2. Mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras, kasar,
dan ketus
3. Menyerang orang lain, melukai diri sendiri, merusak lingkungan, amuk atau
agresif
4. Emosi tidak adekuat, merasa terganggu, dendam, jengkel, ingin berkelahi,
menyalahkan, dan menuntut
5. Cerewet, berdebat meremehkan, dan tidak jarang mengeluarkan kata-kata
bernada sakarsme
6. Menahan diri berkuasa, merasa diri benar, tidak bermoral, kreativitas
terhambat

2.1.3 Rentang respon


1. Asertif : individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang
lain dan memberikan kenyamanan
2. Frustasi : individu gagal mencapai tujuan kepuasaan saat marah dan tidak
dapat menemukan alternatif
3. Pasif : individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya
4. Agresif : perilaku yang menyertai marah dan bermusuhan yang kuat serta
hilangnya kontrol
5. Kekerasan : suatu bentuk kekerasan yang menimbulkan kerusuhan

2.1.4 Faktor Predisposisi


1. Teori biologic
a. Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem neurologis
mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls
agresif
b. Pengaruh biokimia yaitu berbagai neurotransmiter (epineprin,
norepineprin, dopamin, asetil kolin dan serotonin sangat berperan
dalam memfasilitasi dan menghambat impuls negatif)
c. Pengaruh genetik, dalam gen manusia terdapat doman (potrensi )
agresif yang sedang tidur dan akan bangun jika terstimulasi oleh faktor
eksternal
d. Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan gangguan
sistem selebral, tumor otak, trauma otak, penyakit enchepalis epilepsi
terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan
2. Teori psikologik
Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego
dan dapat membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat
memberikan kekuatan yang dapat meningkatkan citra diri serta memberi
arti dalam kehidupan.
3. Teori sosiokultural
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima perilaku
kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam masyarakat

2.1.5 Faktor Presipitasi


1. Kesulitan kondisi sosial ekonomi
2. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu
3. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya
4. Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisocial
5. Kematian anggota keluarga yang terpenting

2.1.6 Pohon Masalah

Resiko tinggi mencederai diri, orang lain, dan lingkungan

Perilaku kekerasan PPS : Halusinasi


Regimen Terapeutik
Inefektif

Harga diri rendah Isolasi sosial


kronis menarik diri

Koping keluarga Berduka Disfungsional


Tidak efektif

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Resiko Perilaku Kekerasan


2.2.1 Masalah Keperawatan

a. Perilaku kekerasan
b. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
c. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
d. Harga diri rendah kronis
e. Isolasi sosial
f. Berduka disfungsional
g. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif
h. Koping keluarga inefektif

2.2.2 Data yang perlu dikaji


a. Subjektif
1. Klien mengancam
2. Klien mengumpat dengan kata-kata kasar
3. Klien mengatakan dendam dan jengkel
4. Klien mengatakan ingin berkelahi
5. Klien menyalahkan dan menuntut
6. Klien meremehkan
b. Objektif
1. Mata melotot dan pandangan tajam
2. Tangan mengepal
3. Rahang mengatup
4. Wajah memerah dan tegang
5. Postur tubuh kaku
6. Suara keras

2.2.3 Diagnosis Keperawatan


Risiko perilaku kekerasan

2.2.4 Rencana Tindakan Keperawatan


a. Tindakan keperawatan untuk klien
Tujuan:
1. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3. Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang dilakukannya
4. Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukannya
5. Klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasannya
6. Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya
Tindakan:
1. Bina hubungan saling percaya
2. Diskusikan tentang penyebab perilaku kekerasan yang terjadi dimasa
lalu
3. Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
4. Diskusikan bersama klien mengenai tanda dan gejala perilaku
kekerasan
5. Diskusikan bersama klien perilaku verbal yang biasa dilakukan saat
marah
6. Diskusikan bersama klien akibat yang ditimbulkan dari perilaku
kekerasan yang dilakukannya
b. Tindakan keperawatan untuk keluarga
Tujuan:
Keluarga dapat merawat klien dirumah
Tindakan:
1. Diskusi bersama keluarga tentang perilaku kekerasan
2. Latih keluarga untuk merawat anggota keluarga dengan perilaku
kekerasan
3. Anjurkan keluarga untuk selalu memotivasi klien agar melakukan
tindakan yang telah diajarkan oleh perawat
4. Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada klien
5. Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila klien
menunjukkan perilaku kekerasan
6. Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi klien yang perlu segera
dilaporkan kepada perawat
2.2.5 Terapi farmakologi untuk pasien jiwa menurut Kusumawati (2010) adalah
sebagai berikut:

a. Anti Psikotik : Clorpromazin (CPZ), Haloperidol (HLP)


b. Anti ansietas : Atarax, Diazepam (chlordiazepoxide)
c. Anti depresan : Elavil, asendin, anafranil, norpamin, sinequan, tofranil,
ludiomil, pamelor, vivactil, surmotil
d. Anti Manik : Lithoid, klonopin, lamictal
e. Anti Parkinson: Levodova, Trihexipenidyl (THP)
BAB 3. TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian
A Identifikasi Klien
Inisial : Nn. A
Umur : 06/06/1986, 33th
Alamat : Ds.Sudimoro, Pacitan
Pendidikan : Tidak tamat SD
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Pekerjaan : Asisten Rumah Tangga
Jenis Kelamin : Perempuan
No. CM :1158xx
B Alasan Masuk
1. Data Primer:
Klien mengatakan dibawa ke rumah sakit karena sering marah-marah,
menendang-nendang lemari, dan melempar piring. Klien juga
mengatakan mudah tersinggung dengan perkataan temannya.
2. Data Sekunder:
Berdasarkan data yang didapatkan dari perawat ruangan flamboyan,
klien marah-marah sampai mata melotot, nada bicara keras, teriak-
teriak hingga menendang-nendang barang.
3. Keluhan Utama Saat Pengkajian:
Klien mengatakan tidak memiliki keluhan saat pengkajian.
Berdasarkan data objektif didapatkan data bahwa klien tampak bicara
dengan nada keras dan sorot mata tajam.
C Faktor Presipitasi (Riwayat Penyakit Sekarang)
Klien mengatakan pada saat di Dinas Sosial Kediri, pasien sering
marah-marah histeris, berteriak, memuntahkan obat yang diberikan dan
melempar barang-barang sehingga pasien dimasukkan di RSJ Dr.
Radjiman Wediodiningrat. Klien masuk di IGD RSJ Radjiman
Wediodiningrat pada tanggal 09/05/2019 pukul 15.55 WIB dengan
keluhan bicara ngelantur dan mendengar bisikan-bisikan. Setelah
dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil TTV: 100/70 mmHg, Nadi:
80x/menit, Suhu: 36,8 derajat celcius, RR: 20x/menit. Selama di IGD klien
mendapatkan terapi Seroquel 400 mg XR (QUETIAPIN) | 5.00 | pukul 16,
saat perut kosong | 0-0-1-0 tab | per oral; Klorpromazin 100 mg MERSI |
12.50 | ½ - 1-0-1 tab | per oral ; Depakote 250 mg TAB (VALPROAT) |
10.00| 1-0-1-0 tab | per oral ; Lorazepam 2 mg MERSI |5.00 | 0-0-0-1 tab |
per oral; Zyprexa Inj Raim 10 mg (OLANZAPIN) | 1.00| 1 vial (dilarutkan
menjadi 3 ml) | intra muscular. Hasil pengkajian didapatkan diagnosa
keperawatan gangguan sensori persepsi (halusinasi). Setelah ± 1-2 jam
klien dipindah ke ruang mawar dengan kondisi yang cukup kooperatif
dengan keluhan masih mendengar suara-suara. Selama di ruang mawar,
klien mendapatkan terapi Depakote 250 mg TAB (VALPROAT) | 14.00| 1-
0-1-0 tab | per oral; Klorpromazin 100 mg MERSI | 20.00 | ½-1-0-1 tab |
per oral; 400 mg XR (QUETIAPIN) | 5.00 | pukul 16, saat perut kosong |
0-0-1-0 tab | per oral; Lorazepam 2 mg MERSI |5.00 | 0-0-0-1 tab | per
oral; Hidrokortison 2,5 krim | 1.00 | 1-0-1. Klien juga mengatakan bahwa
di ruang mawar diikat karena sering mengamuk. Pada tanggal 10/05/2019
klien dipindah ke Ruang Flamboyan dengan keadaan cukup kooperatif
namun klien mengatakan masih mendengar suara-suara bisikan.
D Faktor Predisposisi (Riwayat Penyakit Dahulu)
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
Ya
Jika Ya, Jelaskan kapan, tanda gejala/ keluhan:
Klien mengatakan pada saat kelas 2 SD (±8 Tahun), klien mulai marah
marah. Klien merasa seperti kerasukan, badannya terasa panas dan
mendengar bisikan-bisikan untuk melakukan hal yang tidak sesuai
seperti mengamuk, menendang lemari, memecahkan piring dan
mengacak-acak baju di rumahnya dahulu.
2. Faktor penyebab/pendukung
a) Riwayat Trauma :
Usia Pelaku Korban Saksi
1. Aniaya fisik 8 tahun Ibu Klien -
(Nn.A)
2. Aniaya seksual - - - -
3. Penolakan - - - -
4. Kekerasan - - - -
dalam
keluarga
5. Tindakan - - - -

Jelaskan :

Klien mengatakan pada usia 8 tahun, klien pernah dipukul ibunya


dengan sapu rumah karena menghabiskan bubur kacang hijau yang
akan dibuat untuk berjualan. Klien tidak menunjukkan tanda dan
gejala trauma.

Diagnosa Keperawatan : Tidak ada

b) Pernah melakukan upaya/percobaan/bunuh diri :


Klien mengatakan tidak pernah melakukan upaya bunuh diri
ataupun percobaan bunuh diri

c) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (peristiwa


kegagalan, kematian, perpisahan) :
Klien mengatakan pernah merasakan kesedihan ketika ditinggal
oleh ayah dan ibunya meninggal dunia. Klien mengatakan
ayahnya meninggal pada tahun 2013 dengan penyebab sakit
diabetes mellitus sedangkan ibunya meninggal pada tahun 2014
dengan penyakit jantung dan diabetes mellitus.
Diagnosa Keperawatan : Duka Cita

d) Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh


kembang ) :
Kien tidak pernah mengalami penyakit fisik

e) Riwayat penggunaan NAPZA :


Klien mengatakan pernah merokok sekali sewaktu di Dinsos
Kediri namun klien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi
alkohol

3. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi di atas dan hasilnya :


Upaya yang telah dilakukan, klien diberikan pengobatan secara
rutin. Akan tetapi, klien sempat putus obat sehingga menyebabkan
klien kembali ke RSJ Lawang.

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Anggota keluarga yang gangguan jiwa ? : Tidak ada

E Pengkajian Psikososial (Sebelum dan Sesudah Sakit)


1. Genogram

Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Garis Pernikahan
: Garis Keturunan
: Tinggal Satu rumah
: Klien
:Meninggal

Jelaskan:
1. Pola Asuh : Klien mengatakan dibesarkan oleh kedua orang
tuanya namun setelah kedua orang tuanya meninggal, klien dibawa
oleh relawan ke Dinsos Magetan.
2. Pola Komunikasi: Pola komunikasi tertutup dalam
keluarga, klien tidak mau bercerita dengan keluarganya kalau ada
masalah. Hubungan klien dengan keluarganya saat ini terputus
karena klien mengatakan tidak pernah dikunjungi oleh keluarganya
selama di RSJ.
Diagnosa Keperawatan : Koping Keluarga inefektif
e. Konsep Diri:
1. Citra Diri: Klien mengatakan jika dirinya adalah seorang wanita
yang sederhana dan manja. Klien mengatakan menyukai seluruh
anggota tubuhnya.
2. Identitas: Klien mengatakan merasa nyaman menjadi seorang
wanita karena klien ingin segera menikah dan menjadi seorang ibu.
3. Peran:
a) Pada saat di Dinsos, klien mengatakan seorang pasien
dengan gangguan jiwa karena suka marah-marah.
b) Pada saat di RSJ Lawang, klien mengatakan seorang pasien
namun suka membantu perawat bersih-bersih.
4. Ideal Diri:
Klien mengatakan ingin segera menikah namun dia menunggu untuk
keluar dari RSJ terlebih dahulu. Klien mengatakan ingin memiliki
keluarga dan pasangan hidup.
5. Harga Diri: Klien mengatakan dirinya seorang yang sederhana dan
suka mengobrol dengan teman-temannya di ruangan.
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada
f. Hubungan Sosial:
1. Orang yang berarti/terdekat:
a) Pada saat di dinsos, klien mengatakan memiliki teman dekat,
sering berkumpul dan bergurau bersama.
b) Pada saat di RSJ, klien mengatakan tidak memiliki teman dekat.
2. Peran Serta dalam Kegiatan Kelompok/Masyarakat:
a) Pada saat di dinsos klien tidak aktif dalam kegiatan
kelompok/masyarakat karena klien sering kambuh saat di Dinsos
Kediri.
b) Pada saat di RSJ, Klien selalu aktif dalam kegiatan seperti
senam, TAK, membantu bersih-bersih di ruangan.
3. Hambatan dalam Berhubungan dengan Orang Lain:
Pada saat berinteraksi dengan orang lain, klien mudah tersinggung
dan emosi ketika apa yang diinginkannya tidak tercapai.
g. Spiritual:
1) Nilai dan Keyakikan: Klien mengatakan beragama islam
dan percaya akan adanya Tuhan. Klien mengatakan dalam berdoa ia
berharap dapat sembuh dari penyakitnya dan tidak kambuh kembali.
2) Kegiatan Ibadah: Klien mengatakan bahwa setiap hari solat.
Namun berdasarkan pengamatan, klien tidak pernah solat/ibadah.
F Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum: Keadaan klien tenang, baik
2. Kesadaran (Kuantitas): Compos mentis, GCS: Eye 4 Verbal
5 Motorik 6.
3. Tanda-tanda Vital: TD: 100/70 mmHg Suhu: 35,90C
N: 113 x/menit RR: 20x/menit
SpO2: 98%
4. Ukur:
BB 61,5 kg TB 151 cm
5. Keluhan Fisik: Klien mengatakan tidak ada keluhan.

G Status Mental
1) Penampilan (Penampilan usia, cara berpakaian, kebersihan)
DS: Klien mengatakan mandi 2 kali/hari

DO: klien bau badan, kulit kering dan terdapat bekas luka, gigi kuning,
kotor dan bau, tampak daki di lengan dan leher.

Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri

2) Pembicaraan:
Frekuensi bicara: cepat, volume suara : tinggi dan keras, jumlah kata
yang diucapkan : klien banyak bicara, karakter: sirkumtansial
Diagnosa Keperawatan : Hambatan Komunikasi Verbal

a Aktifitas Motorik/Psikomotorik:
Klien tidak mengalami hambatan dalam aktifitas motorik/psikomotorik
Diagnosa Keperawatan : Tidak ada

b Mood dan Afek:


← Mood: Berdasarkan pengamatan, perasaan klien terkadang mudah
bahagia, namun tiba-tiba juga mudah murung.
← Afek: Berdasarkan pengamatan, afek klien sesuai, apabila klien
bercerita tentang kebahagiaan maka klien tersenyum dan sebaliknya
apabila bercerita tentang kesedihan klien terlihat murung
c Interaksi Selama Wawancara:
Saat interaksi selama wawancara, klien kooperatif, kontak mata tajam
namun klien mudah tersinggung dan emosi. Hal ini dibuktikan ketika
wawancara bersama klien, klien marah karena terdapat salah satu
temannya di RSJ yang memberikan komentar tentang dirinya seperti
“Nn.A ini suka marah-marah, mendengar suara orang ngaji saja dia
tidak suka”.
Diagnosa Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
d Persepsi-Sensorik:
1. Halusinasi: Tidak ada
2. Ilusi: Tidak ada
Jelaskan: Klien tidak memiliki halusinasi dan ilusi
Diagnosa Keperawatan : Tidak ada

e Proses Pikir:
1. Arus Pikir: Sirkumtansial. Saat diajak berbicara, pembicaraan klien
berputar-putar/berbelit-belit namun tetap sampai pada tujuan.
2. Isi Pikir: Obsesif. Klien tampak menjadi pemimpin dari teman-
temannya di ruang flamboyan. Klien mengatakan bahwa di ruangan
dia adalah ketuanya.
3. Bentuk Pikir: Realistik. Klien berkata “bahawa klien menyadari hal-
hal yang ada pada dirinya sesuai dengan kenyataan yang ada pada
dirinya”
f Tingkat Kesadaran:
1) Orientasi Waktu: Orientasi klien baik, klien mengenali waktu saat
ini ( Hari Selasa, pagi, jam 09.00 WIB )
2) Orientasi Tempat: Orientasi klien baik, klien mampu mengenali
saat ini berada di Ruang Flamboyan RSJ
3) Orientasi Orang: Orientasi klien baik, klien mampu mengenali atau
mengingat nama orang lain
Jelaskan: Kesadaran klien normal karena orientasi klien baik (waktu,
tempat, orang).
g Memori:
1) Jangka Panjang (> 1 bulan).
Klien mampu menceritakan awal masuk RSJ, dapat menyebutkan
nama orang tuanya.
2) Jangka Menengah ( 24 sampai <1 bulan)
Klien mampu menyebutkan kegiatan di ruangan setiap hari
3) Saat ini (10 detik-15 menit).
Klien mampu menyebutkan nama perawat di akhir komunikasi.
h Tingkat Konsentrasi dan Berhitung:
1) Konsentrasi: Mudah beralih. Klien saat ditanya memahami apa
yang ditanyakan namun konsentrasi terpecah/kemana-mana.
2) Berhitung: Klien mampu berhitung dengan baik dibuktikan
klien mampu menghitung jumlah 12+5 = 17, 10-5= 5.
i Kemampuan Penilaian
Saat diberikan pilihan sebelum makan cuci tangan dahulu atau tidak,
klien memilih untuk cuci tangan.
j Daya Tilik Diri
Klien menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan jiwa dan klien
sadar bahwa klien sedang di rawat di RSJ untuk berobat dengan tujuan
biar cepat sembuh
H Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Tidak terkaji
2. Kegiatan Hidup Sehari-hari
Perawatan Diri
a) Mandi : Klien mengatakan mandi 2x sehari pukul 06.00 WIB dan
15.00 WIB
b) Berpakaian, berhias, dan berdandan : Klien dapat berpakaian
secara mandiri dengan rapi dan tidak terbalik
c) Makan : Klien mau mencuci tangan sebelum makan. Klien makan
3 kali/hari dan selalu menghabiskan porsinya.
d) Toileting (BAK,BAB) : Klien BAK secara mandiri dan normal ±
5x/hari, ± 2500 cc/hari. BAB secara mandiri dan normal ±2-3
kali/hari, ±250 gr/hari.

Nutrisi
1) Berapa frekuensi makan dan frekuensi kudapan dalam sehari
Klien makan 3x sehari, dengan 1 porsi makan habis. Pada pukul
10.00 WIB juga mendapatkan kudapan
2) Bagaimana nafsu makannya

Nafsu makannya sangat baik


3) Bagaimana berat badannya

IMT = BB/TB² = 61,5/1,51²= 27


Kesimpulan : BB berlebihan (BB normal 18,5-24,9)
Tidur
1) Istirahat dan Tidur

a) Tidur siang, lama: 13.00 sampai 15.00 WIB


b) Tidur malam, lama: 19.00 sampai 04.00 WIB
c) Aktivitas sebelum tidur: ngobrol sebentar dengan teman di
tempat tidur dan setelah tidur ke kamar mandi
Jelaskan: klien tidur dengan normal. Sebelum tidur mengobrol dengan
teman dan setelah tidur pergi ke kamar mandi.
2) Gangguan Tidur: Klien mengatakan tidak ada gangguan tidur.
Klien tidur dengan nyenyak dan teratur.
3) Kemampuan lain-lain
a. Mengantisipasi kebutuhan hidup: Dalam mengantisipasi
kebutuhan hidup, klien mengatakan bisa membantu
membersihkan pekerjaan rumah dengan baik.
b. Membuat keputusan berdasarkan keinginanya: Klien belum
mampu membuat keputusan dengan benar.
c. Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan
kesehatan : Klien belum mampu mengatur penggunaan obat
dan melakukan pemeriksaan kesehatannya
4) Sistem Pendukung: terapis. Klien mengatakan sistem
pendukungnya adalah terapis di RSJ.
I Mekanisme Koping
Jelaskan:
Maladaptif. Klien mengatakan ketika ada masalah / stress, klien marah-
marah.
Diagnosa keperawatan : Mekanisme Koping InefektiF

J Masalah Psikososial dan Lingkungan


1. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya:
DS: klien mengatakan tidak ada masalah.
DO: Klien aktif dalam segala aktifitas selama di ruang flamboyan
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan spesifiknya:
DS: Klien mengatakan tidak ada masalah dengan kondisi
lingkungnnya
DO: Klien mampu berinterkasi dengan semua klien di flamboyan
3. Masalah dengan pendidikan, spesifiknya: klien mengatakan tidak
tamat SD pada saat duduk di kelas 2 dengan penyebab kondisi klien
yang sering membuat keributan seperti mengamuk.
4. Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya: klien mengatakan pernah
bekerja dan mengasuh anak. Klien berhenti bekerja karena kondisinya
yang tiba-tiba bisa marah-marah.
5. Masalah dengan perumahan, spesifiknya: klien mengatakan tidak
memiliki tempat tinggal/rumah karena selama ini tinggal di Dinsos
Kediri.
6. Masalah dengan ekonomi, spesifiknya: Sebelum sakit, klien
bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Saat di RSJ, segala
kebutuhan dipenuhi oleh pihak RSJ.
7. Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya: klien
mengatakan jika ia sakit langsung di bawa ke pelayanan kesehatan
terdekat
8. Masalah lainnya, spesifiknya: tidak ada masalah.
K Aspek Pengetahuan
Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan
yang kurang tentang suatu hal?
(√) sistem pendukung
Jelaskan: sistem pendukung klien kurang karena tidak ada peran dari
keluarga. Keluarga tidak pernah menjenguk selama di RSJ.
L Aspek Medis
1. Diagnosa Medis: F.06.8 (Gangguan Mental Organik).
2. Diagnosa Multi Axis
Axis I: F.06.8 (Gangguan Mental Organik)
Axis II: F.60.3 Gangguan kepribadian emosionial tidak stabil
Axis III: L20-Atopic Dermatitis
Axis IV: Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
Axis V: 20-11 bahaya menciderai diri / orang lain, disabilitas sangat
berat dalam komunikasi dan mengurus diri
3. Terapi Medik:
a. Chlorpomazine 100 mg (1/2- 1-1-0)
b. Depakote 250 mg (1-0-1-0)
c. Seroquel XR 400 (0-0-1-0)
d. Lorazepam 2 mg (0-0-1-0)

ANALISA DATA

NO. DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. DS : Resiko Perilaku Kekerasan
- Klien mengatakan sering marah-marah,
menendang-nendang almari.
- Klien mengatakan mudah tersinggung dengan
perkataan dari temannya
DO :
- Klien tampak bicara dengan mata melotot, nada
keras dan tinggi, sorot mata tajam.
- Saat wawancara, klien marah karena salah satu
temannya memberikan komentar tentang
dirinya seperti misalnya “Nn.A ini suka marah-
marah, mendengar suara orang ngaji saja dia
tidak suka”.

2. DS : Klien mengatakan ketika ada masalah/stress , Koping Individu inefektif


klien marah-marah.
DO :
- Klien terkadang tiba-tiba marah
- Klien mondar mandir
3. DS: - Klien mengatakan dalam meminum obat, klien Ketidakpatuhan
masih dibantu perawat.
- Klien mengatakan dulu sewaktu di Dinsos
dan ruang mawar obatnya dimuntahkan
DO :
- klien sempat pernah putus obat
- klien belum mampu mengatur penggunaan obat
dan melakukan pemeriksaan kesehatannya
sendiri

4. DS : Hambatan Komunikasi Verbal


- Klien mengatakan kalau bicara suka dengan
nada keras.
DO :
- Frekuensi bicara cepat
- volume suara klien tinggi dank eras
- jumlah kata yang diucapkan klien banyak
- karakter bicara klien berbelit-belit namun
masih sampai pada tujuan
5. DS : Defisit Perawatan Diri
- Klien mengatakan mandi 2 kali sehari
DO :
- klien bau badan
- kulit kering dan terdapat bekas luka
- gigi kuning, kotor dan bau
- tampak daki di lengan dan leher

6. DS: - Klien mengatakan pernah merasakan Duka Cita


kesedihan ketika ditinggal oleh ayah dan
ibunya meninggal dunia.
- Klien mengatakan ayahnya meninggal pada
tahun 2013 dengan penyebab sakit diabetes
mellitus sedangkan ibunya meninggal pada
tahun 2014 dengan penyakit jantung dan
diabetes mellitus.
DO: Klien tampak sedih jika bercerita tentang kedua
orang tuanya
7. DS : - Klien mengatakan mengakui adanya Tuhan Distress Spiritual
dan agamanya islam
- Klien mengatakan selalu sholat
DO :
- Klien tidak pernah terlihat beribadah
- Klien menghindar saat ditanya terkait
beribadah

8. DS : - Resiko BB Berlebih
DO : IMT = BB/TB² = 61,5/1,51²= 27
Normal = 18,5 -24,9

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko Perilaku Kekerasan
2. Koping Individu Inefektif
3. Ketidakpatuhan
4. Hambatan Komunikasi Verbal
5. Defisit Perawatan Diri
6. Duka Cita
7. Distress Spiritual
8. Resiko BB Berlebih

POHON MASALAH

Akibat Resiko Cidera (Diri sendiri,


9.
orang lain, Lingkungan)

Alasan utama
10. Resiko Perilaku Kekerasan
(RPK)

Penyebab Koping Individu Inefektif


11.

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


Resiko perilaku kekerasan

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESIKO


PERILAKU KEKERASAN
Nama Klien : Ny. A Dx. Medis : F.06.8
No. CM : 1158xx Ruangan :Flamboyan
Tgl. Dx. Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

25-6- Resiko TUM : Setelah dilakukan 5 x 1. Bina hubungan


2019 perilaku Klien dapat interaksi klien saling percaya
kekerasan melanjutkan menunjukkan tanda-tanda dengan
hubungan peran percaya kepada perawat : menggunakan
sesuai tanggung - Ekspresi wajah prinsip komunikasi
jawabnya bersahabat terapeutik :
- Menunjukan rasa - Sapa klien
TUK 1 : senang dengan ramah
Klien dapat - Ada kontak mata baik verbal
membina - Mau berjabat maupun non
hubungan saling tangan verbal
percaya - Perkenalkan
- Mau menjawab
salam nama, nama
- Mau menyebutkan panggilan dan
nama tujuan perawat
berkenalan
- Mau duduk
berdampingan - Tanyakan nama
dengan perawat lengkap dan
nama panggilan
- Bersedia
yang di sukai
mengungkapkan
klien
masalah yang di
hadapi - Buat kontrak
yang jelas
- Tunjukkan
sikap jujur dan
mnepati janji
setiap kali
interaksi
- Tunjukkan
sikap empati
dan menerima
apa adanya
- Beri perhatian
pada klien dan
perhatikan
kebutuhan
dasar klien
- Tanyakan
perasaan klien
dan masalah
yang dihadapi
klien
- Dengarkan
dengan penuh
perhatian
ekspresi
perasaan klien

26-6- TUK 2 : Setelah 5x interaksi klien 1. Adakan kontak


2019 Klien dapat menyatakan perasaan dan sering dan singkat
mengidentifikasi responnya: secara bertahap
penyebab marah - Pasien dapat 2. Observasi tingkah
atau perilaku mengungkapkan laku klien terkait
kekerasannya perasaannya dengan risiko
- Pasien dapat perilaku kekeasan,
menyebutkan 3. Beri kesempatan
perasaan klien untuk
marah/jengkel mengungkapkan
perasaannya
4. Bantu pasien untuk
mengungkapkan
marah/jengkel
26-6- TUK 3 : Setelah 5x interaksi klien 1. Observasi tanda
2019 Klien dapat menyebutkan tanda-tanda perilaku kekerasan
mengidentifikasi perilaku kekerasan klien pada klien
tanda-tanda dapat mengungkapkan saat 2. Anjurkan pasien
perilaku marah/ jengkel/ kesal mengungkapkan
kekerasan - Klien dapat perasaan saat
menyimpulkan marah/jengkel
tanda-tanda
marah/perilaku
kekerasan
26-6- TUK 4 : Setelah 5x interaksi klien 1. Anjurkan klien
2019 Klien dapat menyebutkan jenis perilaku mengungkapkan
menyebutkan kekerasan: marah yang biasa
jenis perilaku - Klien dapat dilakukan
kekerasan yang mengungkapkan 2. Bantu klien
pernah dilakukan marah yang biasa bermain peran
dilakukan sesuai perilaku
- Klien dapat bermain kekerasan yang
peran dengan perilaku biasa dilakukan
marah yang dilakukan 3. Bicarakan dengan
- Pasien dapat klien apa dengan
mengetahui cara cara itu bisa
marah yang dilakukan menyelesaikan
menyelesaikan masalah.
masalah atau tidak

26-6- TUK 5 : Setelah 5x interaksi 1. Diskusikan dengan


2019 Klien dapatklien dapat menjelaskan akibat klien tentang akibat
mengidentifikasi dari cara yang digunakan kerugian cara yang
akibat dari dilakukan
perilaku 2. Diskusikan
kekerasan bersama klien
bagaimana cara
yng digunakan
pasien
3. Tanyakan pasien
apakah ingin tahu
cara marah yang
sehat
29-6- TUK 6: Klien Setelah 5x interaksi klien dapat 1. Tanyakan pada klin
2019 dapat berespon terhadap apakah klien mau
menyebutkan cara kemarahan secara tahu cara
konstruksi/ konstrukstif mengontrol perilaku
mengontrol kekerasan yang
perilaku sehat
kekerasan 2. Beri pujian jika
pasien mengetahui
cara mengontrol
perilaku kekerasan
yang lain yang sehat
3. Dsikusikan cara
marah yang sehat
dengan pasien
4. Anjurkan pukul
bantal untuk
melampiaskan
marah
5. Ajarkan tarik nafas
dalam
6. Anjurkan pasien
sholat dan
29-6- TUK 7: Klien Setelah 5x interaksi klien dapat 1. Klien dapat
2019 dapat mendemonstrasikan cara memilih cara yang
mencegah/mengo mengontrol perilaku palin tepat
ntrol perilaku kekerasan 2. Klien dapat
kekerasannya 1. tarik nafas dalam mengidentifikasi
2. mengatakan secara manfaat yang
langsung tanpa terpilih
menyakiti 3. Bantu klien
3. dengan sholat/ berdoa menstimulasi cara
tersebut
4. beri reinforcement
positif atas
keberhasilan
5. Anjurkan klien
menggunakan cara
yang telah
dipelajari.
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/ Tanggal Tindakan Keperawatan Evaluasi
Selasa, 25 Juni 2019 1. Mengidentifikasi S:
faktor presipitasi
klien - Klien mengatakan
2. Mengidentifikasi sudah sering keluar
faktor presdiposisi masuk RSJ karena
klien sering kambuh yaitu
3. Mengidentifikasi mudah marah
sumber koping - Klien mengatakan
4. Mengidentifikasi dulu sering marah
mekanisme koping karena ada bisikan-
terhadap masalah bisikan
- Klien mengatakan
mudah marah sampai
melempar piring,
memukul dan
menendang lemari
serta berteriak-teriak
O:
- Klien kooperatif
- klien terbuka
- ekspresi wajah
antusias saat cerita
- kontak mata baik
A:
- Klien menerima
mawa
- Klien mau
menceritakan
pengalaman
P:
Lanjut intervensi
1. Menggali dan
mengidentifikasi
penyebab, tanda gejala
marah, cara
penegendalian PK
2. Klien mampu
menyebutkan dan
terbuka terkait
pengalaman penyakit
yang dialaminya.
Hari/ Tanggal Tindakan Keperawatan Evaluasi
Rabu, 26 Juni 2019 1. Membina hubungan S:
saling percaya
2. Mengidentifikasi Klien mengatakan bahwa
penyebab marah biasanya ia marah karena
3. Mengidentifikasi tanda kecapekan.
dan gejala yang Klien mengatakan saat
dirasakan klien
marah klien menendang,
4. Mengidentifikasi
memecahkan piring dan
perilaku kekerasan yang
dilakukan berkata kasar
5. Mengidentifikasi akibat Klien mengatakan saat
perilaku kekerasan marah jantungnya berdebar
6. Menyebutkan cara
mengendalikan PK O:
7. Membantu klien
mempraktekkan latihan - Klien kooperatif.
cara mengontrol PK - Wajah klien terlihat
secara fisik (latihan tenang saat bercerita
nafas dalam) - Klien mengikuti
8. Membantu klien instruksi mahasiswa
membuat jadwal latihan - Klien tampak ceria
- Pandangan klien
tajam
-
A:
Klien kooperatif, menerima
mahasiswa dan terlihat
tenang
Klien mampu
mempraktekkan cara nafas
dalam
Klien mengerti terkait tanda
dan gejala serta penyebab
perilaku kekerasan
.
P:
Lanjutkan intervensi SP.
1. Latih klien
mengendalikan PK
dengan pukul bantal
dan kasur
2. PR klien: melatih
nafas dalam 3x
sehari

Hari/ Tanggal Tindakan Keperawatan Evaluasi


Jumat, 28 Juni 1. Mengevaluasi jadwal S:
2019 latihan pasien “latihan
nafas dalam” Klien mengatakan kalau mulai
2. Melatih pasien marah dan sebal ke seseorang,
mengontrol perilaku dia tarik nafas.
kekerasan dengan cara Klien mengatakan senang
fisik 2 (pukul kasur dan
mengikuti latihan pukul bantal.
bantal)
3. Menganjurkan pasien O:
memasukkan jadwal
kegiatan harian - Klien kooperatif.
- Klien antusias
- Wajah klien terlihat
tenang, tersenyum dan
bersahabat.
A:
Klien mampu melakukan
kegiatan latihan nafas dalam
dan pukul bantal.
P:
Lanjutkan intervensi SP.
1. Evaluasi kembali
jadwal kegiatan harian
klien, melatih klien
mengontrol pasien
dengan cara
verbal/sosial.
2. Klien mampu
mempraktekkan cara
mengontrol arah
dengan puku kasur dan
bantal.

Hari/ Tanggal Tindakan Keperawatan Evaluasi


Sabtu, 29 Juni 1. Mengevaluasi S:
2019 jadwal kegiatan
harian klien Klien mengatakan senang bisa
2. Melatih klien diajari perawat cara
mengontrol perilaku mengontrol marah dengan
kekerasan dengan bicara yang baik
cara verbal/ sosial
O:
(latihan
mengungkapkan - Kontak mata baik
rasa marah secara - Klien tidak
verbal, menolak menghindar
dengan baik, - Klien kooperatif
meminta dengan A:
baik,
mengungkapkan - Klien memperhatikan
perasaan dengan terkait yang
baik) disampaikan
3. Menyusun jadwal mahasiswa
latihan - Klien memahami cara
mengungkapkan mengungkapkan rasa
rasa marah secara marahnya secara verbal
verbal - Klien mampu
menyontohkan cara
menolak dengan baik,
meminta dengan baik
P:
Lanjutkan intervensi
1. Evaluasi kembali klien
cara mengungkapkan
rasa marah secara
verbal dan ajarkan cara
mengontrol marah
selanjutnya
2. Klien mampu
mempraktekkan cara
mengungkapkan rasa
marah secara verbal
dengan baik

Hari/ Tanggal Tindakan Keperawatan Evaluasi


Selasa, 2 Juli 2019 1. Mengevaluasi S:
jadwalkegiatan
harian klien Klien mengatakan dia sholat
(mendiskusikan dan mampu menyebutkan
hasil latihan jumlah rekaat sholat
mengendalikan Klien mengatakan mengantuk
Perilaku kekerasan
saat diajak sholat
secara fisik,
sosial/verbal) O:
2. Melatih klien
mengontrol perilaku - Klien tidak pernah
kekerasan dengan sholat
cara spiritual - Klien menghindar jika
(latihan beibadah diajak sholat
dan berdoa) - Klien mengalihkan
3. Menganjurkan klien pembicaraan jika
memasukkan ke ditanya tentang ibadah
dalam jadwal A:
kegiatan harian
Klien dapat menyebutkan
jadwal yang telah dibuat untuk
mengontrol perilaku kekerasan
Klien belum mampu
mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara spiritual (latihan
beribadah dan berdoa)
Klien mengabaikan apa yang
disampaikan mahasiswa
P:
Lanjutkan intervensi
1. Melatih klien kembali
untuk mengontrol
perilaku kekerasan
dengan cara spiritual
(latihan beribadah dan
berdoa)
2. Klien dilatih kembali
dan diajarkan serta
disuruh untuk
mempraktekkan latihan
ibadah dan berdoa
BAB 4. PEMBAHASAN

Perilaku agresi dan kekerasan pada pasien kepada pasien lain ataupun
kepada petugas kesehatan menjadi masalah dalam lingkup perawatan di Rumah
Sakit Jiwa. Tujuan dari penelitian dalam jurnal dengan judul “Interventions
Following a High Violence Risk Assessment Score: A Naturalistic Study on a
Finnish Psychiatric Admission Ward” adalah untuk mengidentifikasi intervensi
apa yang diterapkan oleh staf bangsal rawat inap psikiatri pada pasien risiko
tinggi, seberapa sering intervensi digunakan dan seberapa efektif. Berdasarkan
jurnal di hasilkan sekitar 20% dari pasien rawat inap di bangsal mendapatkan nilai
tinggi pada penilaian risiko kekerasan. Intervensi yang paling sering digunakan
adalah psikofarmakologis atau koersif dan metode pengasingan. Metode
penanganan pasien menggunakan obat merupakan yang paling sering. Jurnal ini
juga menyebutkan bahwa metode pengasingan juga banyak digunakan, namun
penggunaan metode ini disangkal karena metode pengasingan menghasilkan
peningkatan insiden kekerasan oleh pasien. Saran dari jurnal diharapkan akan
mendorong tenaga kesehatan terutama perawat dapat menggunakan kreatifitasnya
ketika memilih teknik intervensi pengurangan risiko kekerasan (Kaunomaki, J et
al., 2017). Hal ini sejalan dengan keadaan di RSJ Dr Radjiman Wediodiningrat
yaitu intervensi menggunakan obat lebih diutamakan, intervensi keperawatan
menggunakan terapi aktivitas kelompok jarang dilakukan. Saran dalam jurnal juga
dapat diaplikasikan atau menjadi bahan pertimbangan untuk intervensi
keperawatan jiwa dengan menggunakan kreatifitas, keaktifan, dan imajinasi
perawat dalam menjalankan terapi yang mudah dilakukan untuk menurunkan
risiko perilaku kekerasan selain obat.

Pada jurnal yang berbeda menjelaskan bahwa tingkat kekerasan pada


pasien dengan gangguan mental akan lebih tinggi dibandingkan populasi umum
(Fazel, Wolf, Palm, dan Lichtenstein, 2014). Didukung oleh jurnal Gulati, et al
(2016) yaitu kecenderungan pasien dengan gangguan mental akan lebih tinggi
meskipun tingkat pengulangan setelah pulang dari rumah sakit yang aman dapat
dibandingkan dengan kelompok narapidana dengan usia dan jenis kelamin sama,
maka pada pasien dengan gangguan mental organik memiliki tingkat kekerasan
yang lebih tinggi. pada jurnal yang berjudul Violence Prevention In Psychiatry :
An Umbrella Review of Interventions in General and Forensic Psychiatry
menghasilkan temuan bahwa dari tiga tinjauan sistematis dan dua meta analisis
terdapat dua ulasan ditemukan pada pasien psikiatri umum, tiga pada pelaku
gangguan mental, dan tidak ada pada pasien psikiatri forensik. Dapat disimpulkan
bahwa kejadian perilaku kekerasan pada pasien dengan gangguan mental akan
lebih beresiko melakukan perilaku kekerasan (Wolf, Whiting dan Fazel, 2017).
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon maladaptif dari marah. Perilaku
kekerasan adalah akibat dari kemarahan yang ekstrim, atau kecemasan atau panik
(Stuart dan Laraia, 2005). Dalam jurnal “Anger Management and Contro in
Social and Behavioral Sciences : A Systematic Review of Literature on
Biopyschosocial Model” ditemukan intervensi untuk managemen kemarahan
yaitu cognitive behavioral therapy (CBT) yaitu managemen kemarahan
berdasarkan penilaian kembali kognitif, metode islami didasarkan pada sumber-
sumber utama islam dalam bentuk penasehat, dan salah satu metode eklektik
yaitu proses perubahan perilaku secara aktif, proses yang diarahkan pada suatu
tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati,
dan memahami sesuatu yang dipelajari (Shahsavarani, A.M et al., 2016).

Ekspresi marah dapat berupa ancaman mencederai orang lain, dan atau
merusak lingkungan. Santosa dan Ulumuddin (2018) melakukan penerapan terapi
relaksasi autogenic yaitu relaksasi yang bersumber dari diri sendiri berupa kata-
kata atau pikiran yang bisa membuat pikiran tentram. Hasil penelitian yaitu terapi
yang dilakukan selama 20 menit perhari yang diberikan 3 hari berturut-turut setiap
hari yaitu kemampuan mengontrol marah pada kelompok eksperimen yang
berespon positif sebanyak 16 responden (80%) dan respon negatif sebanyak 4
orang (20%). Respon positif klien berupa mulai bisa berkomunikasi dengan orang
lain. Sedangkan menurut Kaunomaki et, al (2017) menjelaskan bahwa pada
pasien dengan resiko perilaku kekerasan masih dominan menggunakan terapi
psikofarmakologi sebagai salah satu dari intervensi. Hal ini juga sesuai dengan
perawatan dan intervensi yang digunakan pada pasien dengan gangguan kejiwaan
di RS Radjiman Wedyodiningrat Lawang yaitu dengan diberikan obat dan
penanganan pertama kali yang dilakukan saat pasien dalam keadaan marah atau
berusaha mencederai diri orang lain ataupun lingkungan adalah di ikat atau di
restrain.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon maladaptif dari marah.
Ekspresi marah dapat berupa ancaman mencederai orang lain, diri sendiri dan atau
merusak lingkungan. Terapi yang digunakan untuk pasien dengan perilaku
kekerasan diantaranya psikofarmakologi dan non farmakologi. Kecenderungan
pasien dengan gangguan kejiwaan tersebut mendapat lebih banyak terapi obat atau
psikofarmako dibanding non farmakologi. Sejalan dengan beberapa penelitian
yang telah dilakukan pada klien dengan resiko perilaku kekerasan, terapi yang
diberikan pada klien di RSJ DR. Radjiman Wediodiningrat Lawang, Malang juga
lebih banyak menggunakan terapi psikofarmakologi. Terapi yang bersifat non
farmakologi (psikoterapi, terapi modalitas dan pendidikan kesehatan) belum
maksimal diterapkan, namun terapi ini tetap sangat diperlukan untuk dapat
merubah perilaku maladaptif pasien dengan gangguan kejiwaan menjadi perilaku
yang adaptif.

5.2 Saran
Penerapan terapi keperawatan sangat diperlukan untuk mengubah perilaku
pasien dengan gangguan kejiwaan dari maladaptif menjadi adapftif. Sehingga,
perawat yang sekaligus menjadi terapis bagi klien perlu menerapkan terapi
nonfarmakologi sebagai terapi utama tindakan keperawatan guna mempercepat
penyembuhan pasien, selain itu orang terdekat klien juga memiliki pengaruh besar
terhadap kejiwaan klien. Keluarga atau sistem pendukung lainnya merupakan
salah satu elemen yang sangat berpengaruh pada pemulihan pasien dirumah
setelah diijinkan pulang dari rumah sakit oleh karena itu perannya sangat penting
dalam perawatan klien dirumah untuk menghindari kambuh kembalinya gangguan
kejiwaan pada klien.

DAFTAR PUSTAKA

DepKes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Jayanti dan Antari. 2019. Terapi Aktivitas Kelompok Penyaluran Energi : Senam
Poco-Poco Menurunkan Gejala Perilaku Kekerasan Pada Pasien
Skizofrenia. STIKes Wira Medika Bali.
Purnama, G., Yani, D. I., & Titin, S. 2016. Gambaran Stigma Masyarakat
Terhadap Klien Gangguan Jiwa di RW 09 Desa Cileles Sumedang.
Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia, 2(1), 30. Retrieved from
http://ejournal.upi.edu/index.php/JPKI
Townsend, M.C. 2009. Psychiatric Mental health Nursing Concept Of care In
Evidance- based Practice. 6th Ed. Philadelphia: F.A Davis Company
Yuliawati, B. 2013. Studi Kasus Auhan Keperawatan Pada Tn S Dengan Perilaku
Kekerasan Di Ruang Pringondani Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta. Program Studi DIII keperawatan Sekolah Tinggi
Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.
Fitria, Nita. 2011. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7
Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S-1 Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Kusumawati F & Hartono, Y, 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta:
Salemba Medika
Riyadi, Sujono dan Teguh Purwanto. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Santosa, I. M. E. 2018. Pengaruh Terapi Relaksasi Autogenik Terhadap
Kemampuan Mengontrol Marah Pada Pasien Dengan Perilaku Kekerasan
Di Ruang Melati Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma NTB. PrimA: Jurnal
Ilmiah Ilmu Kesehatan. Vol. 4 No. 1: 1-6
Kaunomäki, J., Jokela, M., Kontio, R., Laiho, T., Sailas, E., & Lindberg, N.
(2017). Interventions following a high violence risk assessment score: a
naturalistic study on a Finnish psychiatric admission ward. BMC health
services research, 17(1), 26.
API (ANALISA PROSES INTERAKSI)

Inisial Klien : Nn. A Nama Mahasiswa : Lisnawati


Status Interaksi Perawat-Klien : Pertemuan 1 Tanggal : 25 Juni 2019
Lingkungan : Perawat dan klien duduk di ruang makan ruangan
Flamboyan
Jam : 09.00 WIB
Deskripsi Klien : Klien menerima kedatangan mahasiswa
Tujuan (Berorientasi pada Klien) : Bina Hubungan Saling Percaya

Komunikasi Verbal Komunikasi Non Verbal Analisis Berpusat Analisis Berpusat


Rasional
Perawat Klien Perawat Klien pada Klien pada Perawat
“Assalamualaikum. “Pagi” Mempertahankan Tatapan mata Pasien tampak Perawat memulai Memberikan salam
Selamat pagi ibu ?” kontak mata dan klien tajam ke bersedia interaksi percakapan terapeutik pada klien
tersenyum. arah perawat dengan sikap
Duduk sembari terbuka
berhadapan dan mengulukan
mengulurkan tangan.
tangan

“Perkenalkan bu “Andayani” Mempertahankan Tatapan mata Pasien terlihat Perawat mencoba Memperkenalkan
nama saya kontak mata, pasien tajam berhati-hati dalam membangun nama perawat
Lisnawati biasa tersenyum dan dan menatap untuk menjawab suasana yang
dipanggil Lisna menunjukkan dengan serius terapeutik
mahasiswi sikap terbuka.
keperawatan
UNEJ. Ibu
namanya siapa ?”
“Ibu Andayani “Yani” Mempertahankan Pasien menatap Pasien terlihat Perawat Menanyakan nama
senang di panggil kontak mata dan mata perawat tersenyum sambil berinteraksi kesukaan klien
apa ? “ tersenyum dengan serius menjawab dengan sikap
pertanyaan pasien terbuka
“Bu Yani, saya “Iya, boleh. Mempertahankan Mengangguk Pasien tampak Perawat Menanyakan
ingin mengobrol Dimana?” kontak mata dan dan melihat ke menerima berinteraksi kesediaan klien untuk
dengan Bu Yani tersenyum arah perawat kedatangan pasien dengan sikap berinteraksi
sebentar boleh?” dengan serius terbuka
“Disini saja bu. “Sehat-sehat Mempertahankan Pasien menatap Pasien mau Perawat Mengevaluasi kondisi
Baik, bagaimana saja” kontak mata dan perawat dengan mengungkapkan berinteraksi pasien
kabar Bu Yani hari tersenyum serius kondisinya. dengan sikap
ini?” terbuka
“Tujuan saya “Iya mbak.” Mempertahankan Pasien menatap Pasien menjawab Perawat Menjelaskan tujuan
kesini ingin kontak mata dan perawat dengan pertanyaan dengan berinteraksi interaksi
membantu tersenyum serius singkat dengan sikap
meningkatkan terbuka
kesehatan Bu Yani.
Selain itu juga
menemani Bu Yani
ngobrol jika ada
waktu senggang
seperti ini ya bu?”
“Ibu Yani datang “Saya kesini Mempertahankan Pasien kontak Pasien tampak Perawat Menggali keadaan
kesini diantar diantar oleh kontak mata dan matanya tidak tidak berinteraksi masalalu pasien
siapa? sudah Mobil Dinsos tersenyum selalu terarah berkonsentrasi dengan sikap
berapa lama Kediri. Saya kepada perawat saat bercakapan terbuka
tinggal disini? “ sudah hampir 3 berlangsung
bulan tinggal
disini.”
“Bu Yani, apakah “Iya mbak. Mempertahankan Pasien menatap Pasien tampak Perawat Menggali keadaan
ibu sebelumnya Saya dibawa kontak mata dan mata perawat menjawab berinteraksi masa lalu pasien
ada masalah di kesini karena tersenyum pertanyaan dengan sikap
rumah? Kok bisa suka marah- perawat dengan terbuka
masuk kesini marah dulu. kooperatif
kenapa? “ Semua tak
pukulin, lemari
tak tendang.“
“Berapa kali ibu “Bolak balik Mempertahankan Tatapan mata Pasien tampak Perawat Menggali keadaan
dirawat disini?” saya kesini. kontak mata dan pasien tajam menjawab berinteraksi secara masa lalu klien
Dulu sempat di tersenyum dan menatap pertanyaan kooperatif dengan
Mawar.” dengan serius perawat dengan klien
tenang
“Sebelum disini, “Tinggal di Mempertahankan Tatapan mata Pasien tampak Perawat Menggali keadaan
ibu tinggal Pacitan. Sama kontak mata dan klien tajam dan menjawab berinteraksi secara masa lalu klien
dimana? Sama mama sama tersenyum menatap pertanyaan kooperatif dengan
siapa?” ayah. Tapi dengan serius perawat dengan klien
sekarang sudah kooperatif
meninggal“
“Apakah Bu Yani “Pernah, ya itu Mempertahankan Tatapan mata Pasien tampak Perawat Menggali keadaan
pernah mengalami saya suka kontak mata dan klien tajam dan menjawab berinteraksi secara masa lalu klien
pengalaman yang marah-marah tersenyum menatap pertanyaan kooperatif dengan
tidak kalau merasa dengan serius perawat dengan klien
menyenangkan capek.” kooperatif
sebelumnya?”
“ Lalu bagaimana “Saya nafas Mempertahankan Tatapan mata Pasien tampak Perawat Menggali keadaan
ibu mengatasi dalam sama kontak mata dan klien tajam dan menjawab berinteraksi secara masa lalu klien
marah-marah kalau berwudhu tersenyum menatap ke pertanyaan kooperatif dengan
muncul?” mbak.” perawat perawat dengan klien
kooperatif
“O, ya apakah ibu “Iya mbak.” Mempertahankan Tatapan mata Pasien tampak Perawat Menggali keadaan
juga kontak mata dan klien tajam dan menjawab berinteraksi secara masa lalu klien
mengkonsumsi tersenyum menatap ke pertanyaan kooperatif dengan
obat?” perawat perawat dengan klien
kooperatif
“ Bagaimana “ Senang Mempertahankan Tatapan mata Pasien tampak Perawat
perasaan ibu mbak.” kontak mata dan klien tajam dan menjawab berinteraksi secara
setelah kita tersenyum menatap ke pertanyaan kooperatif dengan
berbincang- perawat perawat dengan klien
bincang?” kooperatif
“Bagaimana jika “Iya mbak. Jam Mempertahankan Tatapan mata Pasien tampak Perawat merasa Menanyakan terkait
besok kita berapa?” kontak mata dan pasien tajam tidak keberatan lega klien mau kontrak waktu
berbincang- tersenyum dan menatap untuk kontrak untuk kontrak interaksi
bincang lagi ibu dengan serius selanjutnya selanjutnya
tentang masalah
ibu dan mencari
jalan keluarnya?”
“Jam 9 ya. Ibu mau “Oke mbak.” Mempertahankan Tatapan mata Pasien tampak Perawat merasa Menanyakan terkait
mengobrol kontak mata dan klien tajam dan menjawab lega klien mau kontrak topik interaksi
dimana? Bagimana tersenyum menatap ke pertanyaan untuk kontrak pertemuan selanjutnya
kalau disini lagi?” perawat perawat dengan selanjutnya
kooperatif
“Kalau begitu saya “iya mbak” Mempertahankan Pasien Pasien menjawab Perawat menutup Memberikan salam
pamit dulu nggeh kontak mata dan menjawab salam perawat dan interaksi dengan terapeutik
bu. Permisi” mengulurkan salam dengan segera pasien agar
tangan afek datar meninggalkan memberikan
tempat waktu pasien
beristirahat
Inisial Klien : Nn. A Nama Mahasiswa : Lisnawati
Status Interaksi Perawat-Klien : Pertemuan 2 Tanggal : 26 Juni 2019
Lingkungan : Perawat dan klien duduk di ruang makan ruangan
Flamboyan
Jam : 09.00 WIB
Deskripsi Klien : Klien menerima kedatangan mahasiswa
Tujuan (Berorientasi pada Klien) : Klien dapat mengidentifikasi penyebab marah atau perilaku kekerasannya

Komunikasi Verbal Komunikasi Non Verbal Analisis Analisis


Berpusat pada Berpusat pada Rasional
Perawat Klien Perawat Klien
Klien Perawat
“Assalamualaikum. “Pagi” Mempertahankan Tatapan mata Klien tampak Perawat memulai Memberikan salam
Selamat pagi ibu ?” kontak mata dan klien tajam ke bersedia interaksi percakapan terapeutik pada klien
tersenyum. arah perawat dengan sikap
Duduk sembari terbuka
berhadapan dan mengulukan
mengulurkan tangan.
tangan

“Saya Lisna bu. “iya ingat. Mempertahankan Tatapan mata Klien terlihat Perawat mencoba Memperkenalkan dan
Mahasiswa Unej Mbak Lisna kontak mata, pasien tajam berhati-hati dalam membangun membangun ingatan
yang kemarin kan” tersenyum dan dan menatap untuk menjawab suasana yang klien
ngobrol sama menunjukkan dengan serius terapeutik
ibu.Masih ingat sikap terbuka.
tidak?”
“Bagimana perasaan “Senang mbak” Mempertahankan Pasien menatap Klien terlihat Perawat Menanyakan kondisi
ibu hari ini?” kontak mata dan mata perawat tersenyum sambil berinteraksi klien
tersenyum dengan serius menjawab dengan sikap
pertanyaan terbuka
perawat
“Bu Yani. Kemarin “Iya mbak.” Mempertahankan Mengangguk Pasien tampak Perawat Menanyakan
kan kita sudah janjian kontak mata dan dan melihat ke menyetujui berinteraksi kesediaan klien untuk
buat ngobrol ya. Ibu tersenyum arah perawat perjanjian dengan dengan sikap berinteraksi
sekarang kita dengan serius perawat terbuka
mengobrol penyebab
dan gejala ibu marah-
marah ya.”
“Apa yang Ibu tahu “suka nendang- Mempertahankan Pasien menatap Pasien mau Perawat Mengevaluasi kondisi
tentang perilaku nendang, suka kontak mata dan perawat dengan mengungkapkan berinteraksi pasien
kekerasan atau teriak-teriak” tersenyum serius kondisinya. dengan sikap
marah-marah?” terbuka
“Baik, seperti itu ya “Biasanya Mempertahankan Pasien menatap Pasien menjawab Perawat Menjelaskan tujuan
bu. Apa yang kalau saya kontak mata dan perawat dengan pertanyaan berinteraksi interaksi
membuat ibu marah- kecapek’an, tersenyum serius dengan singkat dengan sikap
marah seperti itu?” saya terus terbuka
marah-marah
mbak”
“Biasanya perilaku “ya nendang Mempertahankan Pasien kontak Pasien tampak Perawat Menggali keadaan
marah-marah yang lemari, kontak mata dan matanya tidak tidak berinteraksi masalalu pasien
ibu lakuakan seperti mecahkan tersenyum selalu terarah berkonsentrasi dengan sikap
apa?” piring, teriak- kepada perawat saat bercakapan terbuka
teriak juga.” berlangsung
“Bu Yani, tahu tidak “Ngga sadar Mempertahankan Pasien menatap Pasien tampak Perawat Menggali keadaan
kalau marah-marah mbak. Tahu kontak mata dan mata perawat menjawab berinteraksi masa lalu pasien
itu perilaku yang kok kalau tersenyum pertanyaan dengan sikap
tidak baik, yang bisa nggak baik.” perawat dengan terbuka
menyakiti oang lain? kooperatif
Apakah ibu sadar
melakukannya? “
“Kalau sudah capek “Saya nafas Mempertahankan Pasien menatap Pasien tampak Perawat Menggali
kan bawaannya dalam biasanya kontak mata dan mata perawat menjawab berinteraksi pengetahuan klien
marah-marah ya, sama wudhu” tersenyum pertanyaan secara kooperatif terkait pengontrolan
apakah ibu tahu cara perawat dengan dengan klien PK
mencegah agar tidak kooperatif
marah-marah dan
melempar barang-
barang lagi?”
Nah bagus Bu Yani, “Bisa” Mempertahankan Pasien menatap Pasien tampak Perawat Menggali
cara mengontrol kontak mata dan mata perawat menjawab berinteraksi pengetahuan klien
marah salah satunya tersenyum pertanyaan secara kooperatif terkait pengontrolan
dengan nafas dalam. perawat dengan dengan klien PK
Apa ibu bisa kooperatif
mempraktekkannya?”
“Bagaimana “Iya lega” Mempertahankan Pasien menatap Pasien tampak Perawat Menggali keadaan
perasaannya bu kontak mata dan mata perawat menjawab berinteraksi klien
setelah kita ngobrol tersenyum pertanyaan secara kooperatif
tentang perasaan perawat dengan dengan klien
marah-marahnya? kooperatif
Lebih lega?”
“ Ternyata Bu Yani “Iya mbak” Mempertahankan Pasien menatap Pasien tampak Perawat Memberikan pujian
sudah mampu ya kontak mata dan mata perawat menjawab berinteraksi terkait pengetahuan
mempraktekkan salah tersenyum pertanyaan secara kooperatif klien
1 cara mengendalikan perawat dengan dengan klien
marah-marahnya.” kooperatif
“Sekarang mari kita “Dimana Mempertahankan Pasien menatap Pasien tampak Perawat merasa Menanyakan terkait
lanjut ya bu pada mbak?” kontak mata dan mata perawat tidak keberatan lega klien mau kontrak topik
jadwal harian. Mau tersenyum untuk kontrak untuk kontrak interaksi pertemuan
berapa kali sehari? selanjutnya selanjutnya selanjutnya
Bagaimana kalau 2
kali jam 09.30 dan
jam 10.30?”
“Mau dimana? “Iya mbak Mempertahankan Pasien menatap Pasien tampak Perawat merasa Menanyakan terkait
Bagaimana kalau di mau” kontak mata dan mata perawat tidak keberatan lega klien mau kontrak topik
tempat tidur Bu Yani? tersenyum untuk kontrak untuk kontrak interaksi pertemuan
Sekalian kita juga selanjutnya selanjutnya selanjutnya
latihan mengendlikan
marah dengan cara
yang lain.”
“Kalau begitu saya “iya mbak” Mempertahankan Pasien Pasien menjawab Perawat menutup Memberikan salam
pamit dulu nggeh bu. kontak mata dan menjawab salam perawat dan interaksi dengan terapeutik
Permisi” mengulurkan salam dengan segera pasien agar
tangan afek datar meninggalkan memberikan
tempat waktu pasien
beristirahat

Anda mungkin juga menyukai