Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

BAHAYA DEBU

I. Metode penyuluhan : Ceramah, Demonstration and Return Demonstration,


Group Discussion
II. Media penyuluhan : Poster dan Leaflet
III. Tujuan
Tujuan umum :
Setelah melakukan pendidikan kesehatan selama 45 menit diharapkan pekerja mebel
“Harapan Jaya” Rt 05/06, Kel. Binong dapat memahami mengenai penyakit yang disebabkan
oleh debu dan penanganannya.

Tujuan Khusus :
Setelah melakukan pendidikan kesehatan selama 45 menit diharapkan pemilik dan pekerja
mebel dapat :
1. Menjelaskan kembali pengertian debu
2. Menyebutkan 3 dari 4 mikroorganisme yang terdapat pada debu.
3. Menyebutkan 2 penyakit yang ditimbulkan debu.
4. Mempraktikan 4 langkah cara pemakaian masker dengan benar.

IV. Latar belakang masalah

Bernapas adalah kebutuhan dasar manusia, dalam kegiatan bernapas terdapat pertukaran
gas oksigen dengan karbondioksida yang didapat melalui menghirup udara. Kualitas udara
yang dihirup dapat menjadi indikator sehatnya pernapasan seseorang. Udara yang dihirup
dapat berupa udara bersih maupun kotor. Pada udara yang kotor, ada banyak sekali komponen
penyebab penyakit, penyakit yang paling sering diderita akibat udara kotor adalah penyakit
pernapasan. Salah satu komponen penyebab penyakit tersebut adalah debu. Debu adalah zat
kimia padat yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan alami atau mekanis seperti pengolahan,
penghancuran, pengepakan yang cepat, peledakan, dan sebagainya dari benda, baik organik
maupun anorganik (Suma’mur, 2009).
Debu masuk bersamaan dengan udara yang dihirup, lewat melalui saluran pernapasan
kemudian disaring. Debu yang berukuran antara 5-10 mikron akan ditahan oleh saluran
pernapasan atas, sedangkan yang berukuran 3-5 mikron ditahan oleh bagian tengah saluran
pernapasan. Dimana bersama dengan debu yang terhirup terdapat juga mikroorganisme yang
dapat hidup dan membahayakan kesehatan pernapasan. Penimbunan udara yang berukuran
besar dapat disebabkan oleh paparan terlalu intens dengan debu, hal ini dapat mengganggu
proses pernapasan dan menyebabkan penyakit.

Penyakit yang disebabkan oleh debu antara lain adalah Silikosis dan Asbestosis. Silikosis
adalah penyakit yang disebabkan oleh silikon bebas (SiO2) yang terdapat dalam debu yang
dihirup ketika bernapas dan ditimbun dalam paru-paru dengan masa inkubasi 2-4 tahun.
Asbestosis adalah jenis penyakit yang disebabkan oleh asbes dengan masa inkubasi 10-20
tahun. Gejala yang ditimbulkan berupa sesak napas, batuk berdahak, dan bibir yang terlihat
kebiruan.
Di Indonesia, penyakit atau gangguan paru akibat kerja yang disebabkan oleh debu
diperkirakan cukup banyak, meskipun data yang ada masih kurang. Hasil pemeriksaan
kapasitas paru yang dilakukan di Balai HIPERKES dan Keselamatan Kerja Sulawesi Selatan
pada tahun 1999 terhadap 200 tenaga kerja di delapan perusahaan, diperoleh hasil sebesar 45%
responden yang mengalami restrictive (penyempitan paru), 1% responden yang mengalami
obstructive (penyumbatan paruparu), dan 1% responden mangalami combination (gabungan
antara restrictive dan obstructive). Debu yang terhirup oleh tenaga kerja dapat menimbulkan
kelainan fungsi atau kapasitas paru. Kelainan tersebut terjadi akibat rusaknya jaringan paru-
paru yang dapar berpengaruh terhadap produktivitas dan kualitas kerja. Dalam hal ini, kami
melakukan studi kasus yang berhubungan dengan bahaya debu, terlebih bagi pekerja yang
dalam pekerjaan kesehariannya terpapar dengan debu. Adapun studi kasus kelompok kami
adalah sebagai berikut :

Pengkajian dilakukan di usaha mebel yang memiliki karyawan sebanyak 5 orang. Berdasarkan
wawancara secara langsung kepada pemilik usaha mebel mengatakan mengatakan bahwa
usahanya sudah dibuka selama 5 tahun di daerah Binong. Usaha berjalan apabila ada pesanan
mebel, namun bila tidak ada pesanan para pekerja diliburkan pada hari minggu. Berdasarkan hasil
observasi di temukan banyak sekali debu, sampah kayu hasil ketam disekitar rumah dan tempat
kerja. Para pekerja sesekali tampak batuk-batuk. Pemilik usaha juga mengatakan bahwa pemilik
usaha memiliki masker untuk melindungi pernafasannya dan pekerja-pekerjanya dan telah
diberikan kepada pekerja-pekerjanya namun tidak digunakfan dengan alasan penggunaan masker
membuat pekerja-pekerjanya sesak nafas dan merasa terganggu.

Berdasarkan pada fakta yang telah disebutkan di atas, kelompok kami bermaksud untuk
melakukan pendidikan kesehatan dengan tujuan untuk mengedukasi masyarakat mengenai
wawasan tentang debu agar penyakit pernapasan yang disebabkan oleh debu dapat meningkat
sehingga kesadaran untuk melakukan pencegahan terhadap bahaya debu meningkat.

V. Pelaksanaan kegiatan
Hari/Tanggal : Senin, 26 November 2018
Waktu : 09.00-09.45 WIB
Tempat : Toko Mebel Harapan Jaya
Sasaran : Pekerja dan Pemilik Mebel

VI. Rencana Kegiatan :

Waktu Durasi Kegiatan Penyuluh Respon Metode Media PIC

09.00- 5’ Persiapan Mempersiapkan Peserta siap  Poster Mikha


09.05 alat dan media mengikuti  Leaflet
yang digunakan pendidikan  APD
kesehatan
09.05- 5’ Pembukaa  Memberi  Peserta Inri
09.10 n salam, membalas
salam
memperkenalk  mengikuti
an diri doa dengan
 doa Pembuka khidmat
09.10- 20’ Pelaksana  Pemateri  Peserta  Ceramah  Poster Dona
09.30 an memaparkan memperhat  Demonst  Leaflet
materi ikan ration  APD
 fasilitator pendidikan and

kesehatan Return
membantu
Demonst
mendemonstr  antusias
ration
asikan memprakti
pemakaian kan
APD pemakaian
APD
09.30- 5’ Tanya Moderator Peserta Diskusi  Poster Rachel
09.35 jawab membuka sesi memberikan  Leaflet
tanya jawab pertanyaan
09.35- 10’ Penutup  Pemateri  Peserta dapat Diskusi Dicky
09.45 mengevaluasi menjawab
pemahaman pertanyaan
peserta  mengikuti
 doa Penutup doa dengan
khidmat

VII. Tata letak/setting tempat:


 Keterangan gambar :
: Moderator
: Pemateri
: Fasilitator
: Peserta
: Time keeper/Notulen
: Observer

VIII. Tugas dan tanggungjawab:


1. Pemateri : Christin Natalia
Menyampaikan materi yang akan dibahas, juga menjawab pertanyaan dari peserta.
2. Moderator : Siti Renciana Sihombing
Mengatur jalannya acara, membuka dan memulai acara, memperkenalkan anggota,
mengatur jalannya diskusi, dan penutup acara.
3. Fasilitator :, Angelika Anselniat, Jewel Panani, Anita Marpaung, Yulinda Oriansa
Membantu peserta sepanjang proses berjalannya acara, memberikan saran agar acara
dapat berlangsung dengan baik, mencegah hambatan-hambatan yang mungkin muncul,
maupun mengatasi hambatan yang terjadi
4. Time Keeper : Mersi Septiani
Mencatat hal-hal penting selama acara berlangsung.
5. Observer/ Notulen : Aghnes Manikha
Mengamati proses berjalannya acara, menyampaikan hasil pengamatan.

IX. Materi

1. Definisi Debu
Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel yang melayang
di udara (Suspended Particulate Matter/SPM) dengan ukuran 1 mikron sampai dengan 500
mikron. Dalam pencemaran udara baik dalam maupun di luar gedung (Indoor and Out Door
Pollution) debu sering dijadikan salah satu indikator pencemaran yang digunakan untuk
menunjukan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan maupun terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja.

2. Macam-macam Debu
Dari macamnya debu dikelompokan ke dalam :
a. Debu Organik (debu kapas, debu daun daunan, tembakau dan sebagainya).
b. Debu Mineral (merupakan senyawa komplek : SiO2, SiO3, arang batu) dan
c. Debu Metal (debu yang mengandung unsur logam: Pb, Hg, Cd, Arsen).

B. Pengaruh Debu Terhadap Pernafasan


Ada empat alternative pengaruh fisik dari partikel debu yang mengendap :
a. Debu berukuran 5 mikron yang mengendap pada saluran pernapasan bagian atas
dapat menimbulkan efek berupa iritasi yang ditandai dengan gejala faringitis.
b. Debu berukuran 2-3 mikron yang mengendap lebih dalam pada
bronkus/bronkiolus dapat menimbulkan efek berupa bronchitis, alergi, atau asma.
c. Debu yang berukuran 1-3 mikron yang mengendap di alveoli, dimana gerakannya
sejalan dengan kecepatan konstan.
d. Debu yang berukuran 0.1-1 mikron karena terlalu ringan tidak dapat menempel
pada saluran napas tetapi mengikuti gerak brown dan berada dalam bentuk suspensi
(Fume atau Smoke). Menurut WHO 1996 ukuran debu partikel yang
membahayakan adalah berukuran 0,1 – 5 atau 10 mikron. Kemenkes mengisaratkan
bahwa ukuran debu yang membahayakan berkisar 0,1 sampai 10 mikron

C. Macam Penyakit Akibat Pencemaran Debu di Tempat Kerja


Secara umum partikel yang mencemari udara dapat merusak lingkungan, tanaman,
hewan dan manusia. Partikel-partikel tersebut sangat merugikan kesehatan
manusia. Pada umumnya udara yang telah tercemar oleh partikel dapat
menimbulkan berbagai macam penyakit saluran pernapasan atau pneumoconiosis.
Pada saat orang menarik nafas, udara yang mengandung partikel akan terhirup ke
dalam paru-paru. Ukuran partikel (debu) yang masuk ke dalam paru-paru akan
menentukan letak penempelan atau pengendapan partikel tersebut. Partikel yang
berukuran kurang dari 5 mikron akan tertahan di saluran nafas bagian atas,
sedangkan partikel berukuran 3 sampai 5 mikron akan tertahan pada saluran
pernapasan bagian tengah. Partikel yang berukuran lebih kecil, 1 sampai 3 mikron,
akan masuk ke dalam kantung udara paruparu, menempel pada alveoli. Partikel
yang lebih kecil lagi, kurang dari 1 mikron, akan ikut keluar saat nafas
dihembuskan. Pneumoconiosis adalah penyakit saluran pernapasan yang
disebabkan oleh adanya partikel (debu) yang masuk atau mengendap di dalam paru-
paru. Penyakit pnemokoniosis banyak jenisnya, tergantung dari jenis partikel
(debu) yang masuk atau terhisap ke dalam paru-paru. Beberapa jenis penyakit
pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah yang memiliki banyak kegiatan
industri dan teknologi, yaitu Silikosis dan Asbestosis.

Penyakit Silikosis
Silikosis adalah penyakit yang paling penting dari golongan penyakit paru
akibat kerja. Penyebabnya adalah silika bebas (SiO2) yang terdapat dalam debu
yang dihirup waktu bernafas dan ditimbun dalam paru paru dengan masa
inkubasi 2-4 tahun. Debu silika bebas ini banyak terdapat di pabrik besi dan
baja, keramik, pengecoran beton, bengkel yang mengerjakan besi (mengikir,
menggerinda).
Penyakit Asbestosis
Asbestosis ditunjukkan dengan plak di atas diafragma (pencitraan dengan
sinar-x) Penyakit Asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh
debu atau serat asbes yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari
berbagai macam silikat, namun yang paling utama adalah Magnesium silikat.
Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan industri yang menggunakan
asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes dan lain sebagainya.

D. Pencegahan Penyakit Respirasi Akibat Kerja


Tindakan pencegahan merupakan tindakan yang paling penting pada
penatalaksanaan penyakit sistem respirasi akibat kerja. Berbagai tindakan
pencegahan perlu dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit atau
mengurangi laju penyakit. Five level prevention atau lima tingkat pencegahan
umum dari Leavell and Clark yang dapat dilakukan adalah :
1. Health Promotion (Promosi Kesehatan)
Langkah pencegahan awal untuk menghindari adanya penyakit paru akibat
kerja, yaitu : Pengenalan lingkungan kerja kepada tenaga kerja agar tenaga
kerja dapat mengetahui bahaya – bahaya apa saja yang dapat terjadi di
lingkungan kerjanya dan tenaga kerja dapat mencegahnya.
b. Membentuk peraturan tentang perlindungan paru para pekerja untuk
mencegah adanya penyakit paru akibat kerja.
c. Membentuk program perlindungan dan perawatan yang diikutsertakan
dalam program pendidikan, yaitu memuat informasi tentang paru sehat dan
penyakit paru yang terkait dengan pekerjaan.
d. Memberikan pengenalan diri tentang penyakit paru dan penggunaan
prosedur perlindungan, sebagai contoh, program perlindungan paru pada
pekerja di daerah yang kering dan berpotensi timbulnya angin yaitu dengan
menggunakan masker penutup hidung.
f. Menempatkan posisi ventilasi yang tepat dan cukup apabila tempat kerja
tertutup.
2. Specific Protection (Pemberian Perlindungan Khusus)
a. Menciptakan kondisi tempat kerja yang baik dan sanitasinya baik.
c. Tenaga kerja hendaknya memakai masker agar tidak terpapar oleh
agenagen penyebab penyakit paru. Selain itu, pekerja dilarang untuk
merokok karena akan menyebabkan paru pekerja lebih rentan apabila
terpapar oleh agen – agen penyebab penyakit, baik debu, mikroorganisme,
bahan kimia, dan sebagainya.
d. Isolasi sumber agar tidak mengeluarkan debu diruang kerja denga “Local
Exhauster‟ atau dengan melengkapi water sprayer pada cerobong asap.
e. Substitusi alat yang mengeluarkan debu dengan yang tidak
mengeluarkan debu.
f. Memakai metode basah yaitu, penyiraman lantai dan pengeboran basah
(Wet Drilling) dengan alat berupa Scrubber, Elektropresipitator, dan
Ventilasi Umum.
X. Evaluasi
1. Evaluasi struktur :
1. Perlengkapan sudah berada dalam kondisi baik
2. Tempat kegiatan sudah berada dalam lingkungan yang kondusif
3. Peserta pendidikan kesehatan hadir 5 menit sebelum kegiatan dimulai

2. Evaluasi proses :
1. Peserta memperhatikan pemaparan materi dengan baik
2. Peserta aktif bertanya tentang penjelasan yang disampaikan
3. Peserta aktif menjawab pertanyaan yang diajukan

3. Evaluasi hasil :
Peserta dapat mengetahui dan memahami :
1. Pencegahan dan bahaya debu
2. Cara pemakaian masker dengan baik
3. Cara pemakaian APD dengan lengkap dan benar
4. Tujuan pemakaian APD

Anda mungkin juga menyukai