A. Pendahuluan
I. Latar Belakang
Peningkatan pembangunan disegala bidang memberikan kontribusi sangat
penting bagi penduduk Indonesia. Hasil pembangunan tersebut dibuktikan dengan
meningkatnya umur harapan hidup. Semakin meningkat umur harapan hidup
mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia semakin bertambah banyak, bahkan
cenderung lebih cepat dan pesat (Martono & Pranarka, 2011). Menurut Menkokesra
pada tahun 2008, Indonesia termasuk negara yang memasuki era penduduk
berstruktur lanjut usia, karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun keatas sekitar
7,18%. Jumlah penduduk lansia pada tahun 2006 sebesar kurang lebih 19 juta, usia
harapan hidup 66,2 tahun, pada tahun 2010 ini diperkirakan sebesar 23,9 juta
(9,77%), usia harapan hidupnya 67,4 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan sebesar
28,8 juta (11,34%), dengan usia harapan hidup 71,1 tahun.
Salah satu bentuk dari terapi perilaku terhadap penurunan insomnia adalah
dengan teknik relaksasi. Senam lansia adalah olahraga yang ringan yang mudah
dilakukan tidak memberatkan, yang dapat diterapkan pada lansia. Pada kondisi ini
akan meningkatkan relaksasi lansia. Selain itu sekresi melatonin yang optimal dan
pengaruh beta endhorphin dan membantu peningkatan pemenuhan kebutuhan tidur
lansia (Rahayu, 2008).
Pada kelompok lansia di wisma cinta kasih ditemukan 10 kasus yang
mengeluh mengenai masalah tidur hanya dapat tidur tidak lebih dari lima jam sehari.
Hal yang sama ditemukan pada 6 kasus kelompok lanjut usia lebih banyak mengeluh
terbangun lebih awal dan 8 dari kelompok lanjut usia tersebut banyak yang terbangun
di malam hari. Selain itu 15 lansia mengalami kesulitan dalam menggerakkan kaki.
Sehingga senam lansia berupa olahraga jari sangat efektif diberikan.
Olah raga tangan dan jari tidak harus dilakukan dengan berdiri, tetapi dengan
duduk sambil melihat televisi jari dapat melakukan olah raga. Bangun tidur atau
berjalan di dalam rumah dapat melakukan olah raga dengan menganyunkan tangan,
sehingga tepat dan cocok untuk para lansia (Suti Kamilowati, 2015)
Berdasarkan hal tersebut, mahasiswa fakultas keperawatan universitas andalas
bermaksud untuk melaksanakan penyuluhan terkait senam terhadap lansia yang
mengalami gangguan tidur di wisma cinta kasih.
II. TUJUAN
A. TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan terkait latihan progresif terhadap lansia
yang mengalami gangguan tidur di wisma cinta kasih diharapkan dapat
mengurangi masalah gangguan tidur yang dialami lansia.
B. TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan tentang persiapan persalinan, audience
mampu:
- Menyebutkan pengertian atau konsep tidur
- Menyebutkan manfaat tidur
- Menyebutkan berbagai gangguan tidur lansia
- Menyebutkan pengertian senam lansia
- Menyebutkan manfaat senam lansia
- Menyebutkan langkah senam tangan
1. Topik
Teknik Senam pada Lansia
2. Sasaran
Lansia yang ada di Wisma Cinta Kasih Padang
Jumlah peserta : 20 orang
3. Materi
Terlampir
4. Metoda
Ceramah, tanya jawab, dan diskusi, role play.
5. Media dan Alat
Infocus dan leaflet
6. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Jumat/ 23 Maret 2018
Waktu : 09.00 – 09.45 WIB
Tempat : Aula Wisma Cinta Kasih
7. Pengorganisasian
i. Moderator : Widynanda Septrya, S. Kep.
Tugas moderator
1. Membuka penyuluhan
2. Memperkenalkan diri sendiri, pemteri, notulen, fasilitator dan observer
3. Memberitahu pokok bahasan penyuluhan kepada peserta
4. Kontrak waktu dengan peserta penyuluhan
5. Menyampaikan rute atau tahap-tahap dalam penyuluhan
6. Menguraikan secara singkat latar belakang dan tujuan penyuluhan
7. Mepersilahkan pemateri untuk menyampaikan materi
8. Membuka sesi tanya jawab
9. Mempersilahkan peserta untuk bertanya
10. Mempersilahkan pemateri untuk menjawab pertanyaan peserta
11. Merangkum isipresentasi pemateri
12. Mengucapkan terimakasih kepada pemateri dan peserta
Tugas pemateri
1. Menyampaikan materi untuk penyuluhan.
2. Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peserta
iii. Fasilitator :
Yuza Kemala, S. Kep.
Yoshi Hernanda, S. Kep.
Paramitha Rosani, S. Kep.
Yana Zakaria, S. Kep.
Stevani Erni, S. Kep.
Arselina Riski Herdika, S. Kep.
Husni Fadhilah, S. Kep.
Helvia Rahayu, S. Kep.
Sri Erlita Dongoran, S. Kep.
Tugas fasilitator :
1. Mempersiapkan dan bertanggung jawab atas setting tempat
penyuluhan, seperti susunan dan jumlah meja dan kursi yang
digunakan dalam penyuluhan
2. Mempersiapkan dan bertanggung jawab atas segala media dan alat
peraga yang digunakan oleh pemateri dalam penyuluhan
3. Selalu memfasilitasi semua kebutuhan peserta dalam penyuluhan dan
menyesuaikan dengan kondisi saat penyuluhan, sehingga penyuluhan
berjalan lancar.
8. Setting Tempat
Keterangan:
= Moderator = Peserta
= Pemateri = Fasilitator
= Pembimbing = Observer
= Operator
III.Kegiatan Penyuluhan
5 Pembukaan:
menit
Perkenalan mahasiswa. Memperhatikan.
IV.Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Ruangan tersedia untuk pelaksanaan penyuluhan
b. Waktu penyuluhan sesuai dengan jadwal yang ditentukan
c. Alat-alat untuk pelaksanaan penyuluhan tersedia lengkap
d. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
2. Evaluasi Proses
Proses
Bagaimana proses jalannya penyuluhan
- 80% peserta tidak meninggalkan penyuluhan hingga selesai
- 80% peserta aktif dalam bertanya terkait materi penyuluhan
Kehadiran
80% jumlah peserta yang hadir saat penyuluhan sesuai dengan jumlah
sasaran
3. Evaluasi Hasil
a. 80% Peserta penyuluhan dapat memahami materi yang disampaikan
- Menyebutkan pengertian atau konsep tidur
- Menyebutkan Manfaat tidur
- Menyebutkan berbagai gangguan tidur Lansia
- Menyebutkan pengertian senam lansia
- Menyebutkan manfaat senam lansia
- Menyebutkan langkah senam tangan lansia
b. Peserta dapat dengan antusias memberikan pertanyaan selama
penyuluhan berlangsung
c. 80% Peserta dapat mengulangi kembali dan mencobakan terapi relaksasi
otot progresif
LAMPIRAN MATERI
Pola tidur biasa Non – REM (Non Rapid Eye Morement). Pada
keadaan ini, sebagian besar organ tubuh berangsur – angsur menjadi kurang
aktif, pernapasan teratur, otot mulai berlelaksasi, mata dan muka diam tanpa
gerak. Fase Non – REM berlangsung ± 1 jam, dan pada fase ini biasanya
orang masih bias mendengarkan suara disekitarnya, sehingga akan mudah
terbangun dari tidurnya.
Pola tidur paradoksal disebut juga sebagai tidur REM (Rapid Eye
Morement).
Pada fase ini, akan terjadi gerakan – gerakan mata secara cepat,
denyut jantung dan pernapasan yang naik turun, sedangkan otot – otot
mengalami pengendoran (relaksasi total). Proses relaksasi total ini sangat
berguna bagi pemulihan tenaga dan penghilangan semua rasa lelah. Fase
tidur REM (fase tidur nyenyak) berlangsung selama ± 20 menit. Pada fase
ini, sering timbul mimpi – mimpi, mengigau, atau bahkan mendengkur.
Dalam tidur malam yang berlangsung selama ± 6-8 jam, kedua pola tidur
tersebut (REM dan Non - REM) terjadi secara bergantian sebanyak 4 – 6
siklus. (Gunawan, 2001).
c. Manfaat Tidur
Manfaat tidur dalam menjaga kesehatan fisik pada lansia sering kali
disepelekan atau diabaikan, terutama di lingkungan lembaga tempat rutinitas
sangat penting. Istirahat dan tidur menjalankan fungsi pemulihan baik secara
fisiologis maupun psikologis. Secara fisiologis, tidur mengistirahatkan organ
tubuh, menyimpan energi, menjaga irama biologis, dan memperbaiki
kesadaran mental dan efisiensi neurologis. Secara psikologis, tidur
mengurangi ketegangan dan meningkatkan perasaan sejahtera (Strockslager,
2007).
d. Gangguan Tidur Lansia
Gangguan tidur biasanya muncul dalam bentuk kesulitan untuk tidur,
sering terbangun atau bangun terlalu awal. Perubahan normal terjadi secara
bertahap sehingga masih menyisakan waktu untuk beradaptasi. Banyak
gangguan tidur yang dialami oleh lansia. Namun, saat ini orang-orang
beranggapan bahwa hanya insomnia semata yang menjadi gangguan tidur.
Padahal masih banyak gangguan tidur lain yang perlu diketahui, seperti
narkolepsi, sleep apnea, restless legs syndrome (RLS), parasomnia, dan REM
behavior disorder (RBD) (Andreas, 2009).
Mubarak, W. (2006). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Komunitas 2: Teori & Aplikasi
Dalam Praktik Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas,
Gerontik dan Keluarga. Jakarta: Sagung Seto.
Heri, C. K. (2014). Pengaruh senam lansia terhadap kualitas tidur pada lansia di
desa lelayangan kecamatan unggaran timur kabupaten semarang. Stikes Ngudi
Waluyo Ungaran. Semarang. Diperoleh pada tanggal 21 Maret 2018 dari
http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/doc uments/3556.pdf
Widianti, A. T., & Proverawati, A. (2010). Senam kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika
Khasanah., & Hidayati. (2012). Kualitas tidur lansia balai rehabilitasi sosial
“MANDIRI” Semarang. Jurnal Nursing Studie