Anda di halaman 1dari 26

STUDI DESKRIPTIF DISCHARGE PLANNING DENGAN

PASIEN HALUSINASI DI RUANG 12 RSJD Dr. AMINO


GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH

Disusun Oleh :
Kelompok IV
Eni Isriani Ulin Nikmah
Eny Purwati Kristiana Sari
Prema Rinawati Sri Anggraini
BAB I
LATAR BELAKANG
Gangguan jiwa adalah merupakan respon maladaptif terhadap
stressor dari dalam dan luar lingkungan yang berhubungan
dengan perasaan dan perilaku yang tidak sejalan dengan
budaya/kebiasaan/norma setempat dan mempengaruhi interaksi
sosial individu, dan fungsi tubuh (Townsend, 2009).
Jumlah gangguan jiwa berat atau psikosis/ skizofrenia tahun 2013
di Indonesia provinsi-provinsi yang memiliki gangguan jiwa
terbesar pertama antara lain adalah Daerah Istimewa Yogyakarta
(0,27%), kemudian urutan kedua Aceh ( 0,27%), urutan ketiga
Sulawesi selatan (0,26%), Bali menempati posisi keempat
(0,23%), dan Jawa Tengah menempati urutan kelima (0,23%) dari
seluruh provinsi di Indonesia (Riset Kesehatan Dasar, 2013).
TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui ketika pulang pasien tinggal dengan siapa


2. Untuk mengidentifikasi kekhawatiran klien ketika pulang
3. Untuk mengetahui ketika pulang pasien dirawat oleh siapa
4. Untuk mengidentifikasi jenis tempat tinggal klien
5. Untuk mengidentifikasi perawatan lanjutan yang harus
dilakukan klien dirumah
6. Untuk mengetahui tanggung jawab klien ketika dirumah
7. Untuk mengetahui apakah pasien pernah minum>3 obat
8. Untuk mengidentifikasi apakah klien membutuhkan
pendampingan dari rumah sakit
• MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi perawat agar dapat memahami pentingnya discharge
planning untuk klien
2. Bagi pasien agar dapat memahami apa yang disampaikan oleh
perawat

• RUMUSAN MASALAH
Mengidentifikasi discharge planning terhadap kekambuhan klien
halusinasi.
BAB II
PENGERTIAN DISCHARGE PLANNING
Discharge Planning adalah suatu proses yang bertujuan untuk
membantu pasien dan keluarga dalam meningkatkan atau
mempertahankan derajat kesehatannya. Discharge planning
dimulai pada saat penerimaan sampai kepada pemulangan pasien.
Hal ini bertujuan untuk memendekkan lama perawatan di rumah
sakit, mempengaruhi kebutuhan rumah sakit, menurunkan jumlah
pasien yang kembali kerumah sakit dan memberikan intervensi
pada saat pasien pulang.

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu


yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi, merasakan
sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan
atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya
tidak ada ( Keliat & Akemat, 2010 ).
TUJUAN DISCHARGE PLANNING

1. Mempersiapkan pasien atau keluarga secara fisik dan


psikologis untuk ditransfer ke lingkungan yang disetujui.
2. Memberikan informasi baik tertulis maupun lisan kebutuhan
pasien dan pelayanan kesehatan.
3. Mempersiapkan fasilitas yang digunakan.
4. Proses perpindahan yang nyaman.
5. Mempromosikan tahap kemandirian aktivitas perawatan
kepada pasien, orang orang yang ada di sekitar pasien.
MANFAAT DISCHARGE PLANNING

1. Menurunkan jumlah kekambuhan.


2. Menurunkan perawatan kembali di rumah sakit dan ke ruang
kedaruratan yang tidak perlu kecuali untuk beberapa
diagnosa.
3. Membantu klien untuk memahami kebutuhan setelah
perawatan di rumah sakit.
4. Mengevaluasi pengaruh dari rencana yang telah disusun dan
mengidentifikasi adanya.
MEKANISME DISCHARGE PLANNING

1. Melakukan Pengkajian
2. Merumuskan Diagnosa
3. Menyusun Perencanaan
4. Memberikan Implementasi
5. Melakukan Evaluasi
TANDA DAN GEJALA
1. Aspek fisik :
• Makan dan minum kurang
• Tidur kurang atau terganggu
• Penampilan diri kurang
• Keberanian kurang
2. Aspek emosi :
• Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil
• Merasa malu, bersalah
• Mudah panik dan tiba-tiba marah
3. Aspek sosial
• Duduk menyendiri
• Selalu tunduk
• Tampak melamun
• Tidak peduli lingkungan
• Menghindar dari orang lain
• Tergantung dari orang lain
4. Aspek intelektual
• Putus asa
• Merasa sendiri, tidak ada sokongan
• Kurang percaya diri
BAB III
JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
• Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.

2. Rancangan Penelitian
• Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah
suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat
gambaran atau deskripsi data yang telah terkumpul. Peniliti mengunakan
pendekatan Cross Sectional. Cross sectional merupakan penelitian yang
dilakukan pada satu waktu dan satu kali, tidak untuk ditindak lanjuti.
3. Alat Penelitian
• Alat penelitian dan pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah lembar assessment pasien halusinasi dan kuesioner tool discharge
planning.
POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

1. Populasi Penelitian
• Populasi dalam penelitian ini adalah pasien skizofrenia yang
mengalami halusinasi di ruang 12 RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa tengah.
2. Sampel Penelitian
• Sampel dalam penelitian ini sebanyak 5 responden halusinasi.

TEMPAT PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Ruang Madrim RSJD Dr. Amino
Gondhohutomo Provinsi Jawa Tengah.
HASIL DAN PEMBAHASAN

• Pembahasan Pernyataan Kognitif


• Pembahasan Pernyataan Affektif
• Pembahasan Pernyataan Fisiologis
• Pembahasan Pernyataan Perilaku
• Pembahasan Pernyataan Sosial
• Pembahasan Kemampuan Pasien
Diagram Data Kuesioner Discharge Planning
No Pernyataan Ya Tidak
1 Apakah pasien tinggal sendiri ? 0 (0%) 5 (100%)

2 Apakah pasien khawatir ketika pulang ke rumah ? 4 (80%) 1 (20%)

3 Apakah pasien di rumah ada yang merawat ? 5 (100%) 0 (0%)

4 Apakah saat pulang masih ada perawatan lanjutan 5 (100%) 0 (0%)


yang harus dilakukan di rumah ?

5 Apakah pasien mempunyai tanggung jawab 1 (20%) 4 (80%)


memelihara anak atau keluarga ?

6 Apakah pasien patuh minum obat? 5 (100) 0 (0%)

7 Apakah pasien mengajukan permohonan untuk 0 (0%) 5 (100%)


pendampingan dari rumah sakit ?
• Distribusi item Pertanyaan Discharge Planning
• Pembahasan pertanyaan apakah pasien tinggal sendiri ?
Di dapatkan hasil sebanyak (100%) 5 responden menyatakan tidak
tinggal sendiri melainkan tinggal bersama dengan keluarganya, di
ketahui bahwa semua responden tinggal bersama kedua orang tuanya
maupun saudaranya. Salah satu cara untuk mengontrol halusinasi yang
pernah digunakan untuk pasien halusinasi adalah bercakap-cakap.

Berdasarkan hasil penelitian dari Rochmawati dkk, (2015) tentang


efektifitas terapi individu bercakap-cakap dalam meningkatkan
kemampuan mengontrol halusinasi menjelaskan bahwa bercakap-cakap
dengan orang lain dapat dijadikan salah satu terapi yang efektif untuk
membantu mengontrol halusinasi, ketika pasien bercakap-cakap dengan
orang lain terjadi distraksi, fokus perhatian pasien akan beralih dari
halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain.
• Pembahasan apakah pasien khawatir ketika pulang kerumah ?

Didapatkan data bahwa dari 5 responden terdapat (20%) 1 responden menyatakan


tidak khawatir ketika kembali kerumah dikarenakan ada keluarga yang selalu
mendampingi dan selalu memberikan support serta orang-orang dilingkungan
tempat tinggalnya bemberikan pengertian dan sudah mengerti akan kondisi pasien
sehingga pasien tidak merasa khawatir akan dikucilkan oleh masyarakat
dilingkungan tempat tinggalnya.
Sementara terdapat (80%) 4 responden menyatakan khawatir ketika kembali
kerumah. (80%) 4 dari 5 responden mengatakan khawatir ketika pasien pulang
kerumah, hal yang di khawatirkan oleh pasien adalah tanggapan dari orang-orang
disekitar tempat tinggalnya mengenai kondisi yang dialami oleh pasien. Pasien
mengatakan ada rasa khawatir apabila diejek dan pasien merasa tidak percayadiri
dengan lingkungan disekitarnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Siti Aini, (2015) mengenai faktor kekambuhan dari
pasien skizofrenia sebagian besar terjadi disebabkan oleh faktor lingkungan baik
dari masyarakat maupun dari keluarga, dari penelitian tersebut dijelaskan bahwa
pasien yang tinggal dengan keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi
diperkirakan kambuh dalam waktu 9 bulan serta lingkungan disekitar tempat
tinggal pasien yang tidak mendukung dapat juga meningkatkan frekuensi
kekambuhan. Misalnya masyarakat menganggap pasien sebagai individu yang
tidak berguna, mengucilkan pasien, mengejek pasien dan seterusnya.
• Pembahasan pertanyaan apakah pasien di rumah ada
yang merawat ?
Didapatkan data bahwa dari 5 responden terdapat 5 (100%)
responden menyatakan jika pasien ada yang merawat ketika
kembali kerumah. Penelitian yang telah dilakukan Nurdiana
(2007) dalam Khoirul Amin ditemukan bahwa salah satu faktor
penyebab terjadinya kekambuhan penderita skizofrenia
khususnya halusinasi adalah kurangnya peran serta keluarga
dalam perawatan terhadap anggota keluarga yang menderita
penyakit tersebut. Salah satu penyebabnya adalah karena keluarga
yang tidak tahu cara menangani penderita halusinasi di rumah.
• Pembahasan pertanyaan apakah saat pulang masih
ada perawatan lanjutan yang harus dilakukan di
rumah ?
Didapatkan data bahwa dari 5 responden terdapat 5 (100%)
menyatakan jika masih membutuhkan perawatan lanjutan saat
kembali kerumah. Adapun beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kekambuhan penderita gangguan jiwa menurut
Keliat (1996) dalam Siti Aini (2015) salah satunya yaitu
Penanggung jawab pasien (case manager) atau perawat
puskesmas tetap bertanggung jawab atas program adaptasi pasien
dirumah setalah pasien pulang kerumah. Setelah pulang dari
Rumah Sakit Jiwa, pasien menjalani rawat jalan di Puskesmas
masing-masing. Kendala yang terdapat di lapangan adalah
ketersediaan obat yang yang terkadang kurang dari rangkaian
resep yang disarankan oleh Rumah Sakit Jiwa tempat perawatan
sebelumnya. Hal ini di sebabkan karena keterbatasan anggaran
dari pemerintah untuk penderita gangguan jiwa.
• Pembahasan pertanyaan apakah pasien mempunyai
tanggung jawab memelihara anak atau keluarga
Didapatkan data bahwa dari 5 responden 1 responden
menyatakan masih memiliki tanggung jawab terhadap keluarga
dan anak, sedangkan 4 responden menyatakan tidak memiliki
tanggung jawab terhadap anak dan keluarga.
Responden megatakan semenjak sakit untuk mendapatkan
pekerjaan sangatlah sulit padahal pasien masih memiliki
tanggung jawab untuk membiayai dan memenuhi kebutuhan
keluarganya.
Salah satu hal yang sering menjadi faktor kekambuhan terjadi
adalah faktor ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian dari Siti Aini
(2015) faktor penyebab tersering pasien skizofrenia selain
diakibatkan oleh ketidakpatuhan dan ketidakteraturan minum
obat dapat juga diakibatkan oleh adanya masalah kehidupan yang
berat yang dialami oleh pasien yang membuat stress.
• Pembahasan pertanyaan apakah pasien patuh minum
obat ?
Didapatkan data bahwa 5 responden semua menyatakan patuh minum obat.
Menurut Keliant (1996) dalam jurnal Siti Aini (2015) kepatuhan dalam minum
obat secara teratur dapat mengurangi frekuensi kekambuhan, namun
pemakaian obat neuroleptic yang lama dapat menimbulkan efek samping
Tardive Diskinesia yang dapat mengganggu hubungan sosial seperti gerakan
tidak terkontrol. Selain karena ketidaknyamanan yang dirasakan akibat obat
yang dikonsumsi, alasan lainnya adalah karena merasa tidak sakit. Hal ini
dialami oleh seluruhan pasien skizofrenia.

• Pembahasan pertanyaan apakah pasien mengajukan


permohonan untuk pendampingan dari rumah sakit ?
Setelah dilakukan pendataan didapatkan data bahwa dari 5 responden semua
menyatakan jika tidak mengajukan permohonan untuk pendampingan dari
rumah sakit. Pasien mengatakan tidak didampingi oleh pihak rumah sakit saat
pasien di perbolehkan pulang dan pasien hanya dijemput oleh keluarga.
PENUTUP

KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian dan pembahasan mini riset mengenai Disharge Planning
pada pasien Halusinasi maka peneliti mengambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut :

1. Masih banyak pasien yang khawatir ketika pulang kerumah.


2. Semua pasien ada yang merawat saat kembali kerumah.
3. Pasien masih emerlukan perawatan lanjutan dirumah.
4. Kepapatuhan minum obat merupakan salah satu kunci keberhasilan
kesehatan pasien.
5. Pasien membutuhkan pendampingan dari rumah sakit setelah pulang
kerumah

Anda mungkin juga menyukai