Anda di halaman 1dari 20

PEMBERIAN TERAPI

TEKNIK RELAKSASI
NAFAS DALAM DAN
TEKNIK RELAKSASI
GENGGAM JARI
TERHADAP PENURUNAN
NYERI PADA PASIEN
FRAKTUR CLAVIKULA
PENGARUH EFEKTIFITAS PEMBERIAN TERAPI
TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DAN TEKNIK
RELAKSASI GENGGAM JARI TERHADAP PENURUNAN
JURNAL EBN: NYERI PADA PASIEN FRAKTUR CLAVIKULA DI IGD
RS ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG.

DISUSUN OLEH :

SRI ANGGRAINI

NIM : G3A018091
LATAR BELAKANG

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Depkes RI (2013) di Indonesia terjadi kasus fraktur yang disebabkan
oleh cedera antara lain karena jatuh, kecelakaan lalulintas dan trauma benda
tajam/tumpul. Dari 45.987 peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak 1.775
orang (3,8%), dari 20.829 kasus kecelakaan lalulintas, yang mengalami fraktur sebanyak
1.770 orang (8,5%) dari 14.127 trauma benda tajam/tumpul, yang mengalami fraktur
sebanyak 236 orang (1,7%) (Kemenkes RI, 2013).
LANJUTAN…

Fraktur yang terjadi dapat menimbulkan gejala yang umum yaitu nyeri atau rasa sakit,
pembengkakan dan kelainan bentuk tubuh. Nyeri merupakan perasaan yang tidak
nyaman dan bersifat subjektif dimana hanya penderita yang dapat merasakannya. Untuk
itu perlu mencari pendekatan yang paling efektif dalam upaya mengontrol nyeri
(Potter,2005). Oleh karena itu penulis ingin mengaplikasikan Evidence Based Nursing
terkait pemberian terapi komplementer/terapi nonfarmakologi yaitu terapi teknik
relaksasi nafas dalam dan teknik relaksasi genggam jari terhadap penurunan nyeri pada
pasien fraktur di IGD RS Roemani Muhammadiyah Semarang.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang yang umumnya disebabkan oleh
kecelakaan (Mansjoer et al, 2000).
Sedangkan menurut Linda Juall C. dalam buku
Nursing Care Plans and Dokumentation
menyebutkan bahwa Fraktur adalah rusaknya
kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan
eksternal yang datang lebih besar dari yang
dapat diserap oleh tulang.
PENYEBAB FRAKTUR

Trauma langsung/direct trauma



Benturan, pukulan yang mengakibatkan patah tulang
 Trauma yang tak langsung/ indirect trauma
 Jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pada pergelangan
tangan

 Trauma ringanpun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiri
rapuh/ ada resiko terjadinya penyakit yang mendasari dan hal ini disebut dengan
fraktur patologis

 Kekerasan akibat tarikan otot


 Deformitas : perubahan bentuk tulang
 Bengkak/edema
 Echimosis (Memar) : ekstravasasi daerah didalam
Tanda & Gejala jaringan subkutan
 Spasme otot : respon perlindungan terhadap injuri
dan fraktur
 Nyeri : spame otot akibat trauma langsung pada
jaringan, pergerakan pada daerah fraktur
 Kurang/hilang sensasi
 Krepitasi : pada palpasi adanya udara pada jaringan
akibat trauma terbuka
 Pergerakan abnormal
 Rontgen abnormal
Gambaran klinis pada patah tulang klavikula
biasanya penderita datang dengan keluhan jatuh
atau trauma. Pasien merasakan rasa sakit bahu
Gambaran Klinis dan diperparah dengan setiap gerakan lengan.
Pada pemeriksaan fisik pasien akan terasa nyeri
tekan pada daerah fraktur dan kadang-kadang
terdengar krepitasi pada setiap gerakan. Dapat
juga terlihat kulit yang menonjol akibat desakan
dari fragmen patah tulang. Pembengkakan lokal
akan terlihat disertai perubahan warna lokal pada
kulit sebagai akibat trauma dan gangguan
sirkulasi yang mengikuti fraktur. Untuk
memperjelas dan menegakkan diagnosis dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang.
RESUME KEPERAWATAN
Ny. D (29 Tahun)
Diagnosa Medis
Fraktur Clavikula Sinistra
No Analisa Data Problem Etiologi

1 Ds : Nyeri Akut berhubungan dengan agen pecedera fisik


- Keluarga pasien mengatakan, pada tanggal 03 Oktober pasien mengalami kecelakaan (trauma)
lalulintas
- Pasien juga mengatakan nyeri pada bagian bahu kiri serta pada bagian lututnya
Do :
- Pasien tampak lemah
- Kesadaran : Composmentis
- GCS : 15 (E : 4, M : 6, V : 5)
- TD : 142/84 mmHg
- HR : 101 x/menit
- RR : 24 x/menit
- SPO2 : 93%
- S : 36,80C
- Nyeri tekan pada daerah clavukula sebelah kiri
- Tangan kanan tidak bisa digerakkan, nyeri saat di gerakkan
- Skala Nyeri :
P : Nyeri dirasakan saat bergerak
Q : Nyeri dirasakan seperti cekot-cekot
R : Nyeri pada bahu sebelah kiri
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri dirasakan terus menerus
2 Ds : Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan kerusakan
- Pasien mengatakan bahu kiri terasa sakit integritas struktur tulang
- Pasin juga mengatakan tidak bisa menggerakkan tangan kirinya
Do :
- Terdapat deformitas (perubahan bentuk pada tulang )
- Terdapat edema pada bahu kiri
- Terdapat nyeri pada daerah fraktur
- Fraktur komplek multiple pada os clavikula sinistra ⅓ tengah
Ds :Pasein mengeluh nyeri pada bahu kiri, nyeri bertambah saat bergerak
Do :Pasien tampak meringis kesakitan saat timbul nyeri
GCS : 15 (E : 4, M : 6, V : 5)
PENGKAJIAN : TD : 142/84 mmHg
Ny. D (29 Tahun) HR : 101 x/menit
Diagnosa Medis RR : 24 x/menit
Fraktur Clavikula SPO2 : 93%
Sinistra S : 36,80C
Nyeri tekan pada daerah clavukula sebelah kiri
Tangan kanan tidak bisa digerakkan, nyeri saat di gerakkan
Skala Nyeri :
P : Nyeri dirasakan saat bergerak
Q : Nyeri dirasakan seperti cekot-cekot
R : Nyeri pada bahu sebelah kiri
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri dirasakan terus menerus
Diagnosa Fokus yang berhubungan dengan Jurnal EBN
yang diaplikasikan
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
(Trauma)

Evidence Based Nursing Practice yang diterapkan pada


pasien
Pemberian Terapi Teknik Relaksasi Nafas Dalam Dan
Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan
Nyeri
Analisa Sintesa
Terjadinya fraktur sering ditandai dengan adanya tanda-tanda deformitas (perubahan bentuk
tulang), bengkak/edema, echimosis (memar), spasme otot,kurang/hilang sensasi, adanya krepitasi,
terjadi pergerakan yang abnormal dan hasil dari rontgen yang abnormal, serta sering ditandai
dengan adanya nyeri spame otot akibat trauma langsung pada jaringan, pergerakan pada daerah
fraktur.

Berdasarkan teori dan penelitian terkait peneliti berasumsi bahwa nyeri fraktur disebabkan
terputusnya kontinuitas jaringan sehingga mengirimkan impuls ke hipothalamus. Nyeri adalah
pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang
Landasan Teori actual dan potensial. Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh yang timbul bila ada
jaringan rusak dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan memindahkan stimulus
nyeri, nyeri seringkali dijelaskan dalam istilah proses distruktif, jaringan seperti ditusuk-tusuk,
panas terbakar dll.

Reseptor nyeri terletak pada semua saraf bebas yang terletak pada kulit, tulang, persendian,
dinding arteri, membran yang mengelilingi otak, dan usus (Solehati & Kokasih, 2015). Nosiseptor
(reseptor nyeri) akan aktif bila dirangsang oleh rangsangan kimia, mekanis dan suhu. Bila sel-sel
tersebut mengalami kerusakan maka zat-zat tersebut akan keluar merangsang reseptor nyeri
sedangkan pada mekanik umumnya karena spasme otot dan kontraksi otot. Spasme otot akan
menyebabkan penekanan pada pembuluh darah sehingga terjadi iskemia pada jaringan,
sedangkan pada kontraksi otot terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan nutrisi dan suplai
nutrisi sehingga jaringan kekurangan nutrisi dan oksitosin yang mengakibatkan terjadinya
mekanisme anaerob dan menghasilkan zat besi sisa, yaitu asam laktat yang berlebihan kemudian
asam laktat tersebut merangsang serabut rasa nyeri. Salah satu penatalaksanaan yang dapat
dilakukan untuk meringankan atau menghilangkan rasa nyeri adalah dengan menggunakan
Terapi Teknik Relaksasi Nafas Dalam Dan Teknik Relaksasi Genggam Jari (Solehati & Kokasih,
2015).
Tekhnik relaksasi nafas dalam adalah suatu tekhnik merilekskan ketegangan otot yang dapat
menunjang nyeri (Brunner dan Suddarth, 2002 : 233). Teknik Relaksasi nafas dalam merupakan
metode yang efektif terutama pada pasien yang mengalami nyeri kronis. Latihan pernafasan dan
teknik relaksasi nafas dalam menurunkan konsumsi oksigen, frekuensi pernafasan, frekuensi
jantung, dan ketegangan otot, yang menghentikan siklus nyeri, ansietas, ketegangan otot
(McCaffery, 1998) Relaksasi nafas dalam merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri
pada klien yang mengalami nyeri kronis. Relaksasi sempurna dapat mengurangi ketegangan otot,
Lanjutan… rasa jenuh dan kecemasan sehingga mencegah menghebatnya stimulus nyeri.

Dan teknik relaksasi genggam jari (finger hold) merupakan teknik relaksasi dengan jari tangan
serta aliran energi didalam tubuh. Relaksasi genggam jari menghasilkan impuls yang dikirim
melalui serabut saraf aferen non-nosiseptor. Serabut saraf non-nosiseptor mengakibatkan
“gerbang” tertutup sehingga stimulus pada kortek serebri dihambat atau dikurangi akibat counter
stimulasi relaksasi dan mengenggam jari. Sehingga intensitas nyeri akan berubah atau mengalami
modulasi akibat stimulasi relaksasi genggam jari yang lebih dahulu dan lebih banyak mencapai
otak (Pinandita, 2012).

Teknik relaksasi nafas dalam dan teknik relaksasi genggam jari dapat mengurangi rasa nyeri,
menyembuhkan ketegangan fisik dan emosi serta menjadikan tubuh lebih rileks memberikan
perasaan tenang dan nyaman. Perasaan rileks akan diteruskan ke hipotalamus untuk
menghasilkan conticothropin releaxing factor (CRF). CRF akan merangsang kelenjar dibawah
otak untuk meningkatkan produksi proopiod melanocorthin (POMC) sehingga produksi
enkephalin oleh medulla adrenal meningkat. Kelenjar dibawah otak juga menghasilkan
endorphine sebagai neurotransmitter (Yusliana, 2015).
Lanjutan…

Tekhnik relaksasi nafas dalam adalah suatu tekhnik merilekskan ketegangan otot yang dapat menunjang nyeri (Brunner dan
Suddarth, 2002 : 233). Teknik Relaksasi nafas dalam merupakan metode yang efektif terutama pada pasien yang mengalami
nyeri kronis. Latihan pernafasan dan teknik relaksasi nafas dalam menurunkan konsumsi oksigen, frekuensi pernafasan,
frekuensi jantung, dan ketegangan otot, yang menghentikan siklus nyeri, ansietas, ketegangan otot (McCaffery, 1998)
Relaksasi nafas dalam merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada klien yang mengalami nyeri kronis.
Relaksasi sempurna dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh dan kecemasan sehingga mencegah menghebatnya
stimulus nyeri.

Dan teknik relaksasi genggam jari (finger hold) merupakan teknik relaksasi dengan jari tangan serta aliran energi didalam
tubuh. Relaksasi genggam jari menghasilkan impuls yang dikirim melalui serabut saraf aferen non-nosiseptor. Serabut saraf
non-nosiseptor mengakibatkan “gerbang” tertutup sehingga stimulus pada kortek serebri dihambat atau dikurangi akibat
counter stimulasi relaksasi dan mengenggam jari. Sehingga intensitas nyeri akan berubah atau mengalami modulasi akibat
stimulasi relaksasi genggam jari yang lebih dahulu dan lebih banyak mencapai otak (Pinandita, 2012).

Teknik relaksasi nafas dalam dan teknik relaksasi genggam jari dapat mengurangi rasa nyeri, menyembuhkan ketegangan
fisik dan emosi serta menjadikan tubuh lebih rileks memberikan perasaan tenang dan nyaman. Perasaan rileks akan
diteruskan ke hipotalamus untuk menghasilkan conticothropin releaxing factor (CRF). CRF akan merangsang kelenjar
dibawah otak untuk meningkatkan produksi proopiod melanocorthin (POMC) sehingga produksi enkephalin oleh medulla
adrenal meningkat. Kelenjar dibawah otak juga menghasilkan endorphine sebagai neurotransmitter (Yusliana, 2015).
1. Terapi teknik relaksasi nafas dalam dan teknik relaksasi genggam jari dilakukan sebelum
diberikannya terapi medic atau terapi farmakologi.
Mekanisme 2. Sebelum dilakukannya terapi teknik relaksasi nafas dalam dan teknik relaksasi genggam jari lakukan
Penerapan terlebih dahulu pengukuran nyeri menggunakan Numeric rating Scale dan berikan edukasi terkait
tindakan yang akan diberikan.
EBN 3. Usahakan situasi ruangan atau lingkungan relatif tenang.
4. Berikan posisi senyaman mungkin (bisa dengan posisi tidur terlentang) berikan posisi yang dirasakan
paling nyaman oleh pasien.
5. Edukasi pasien untuk merelaksasikan tubuh kemudian instruksikan pasien untuk mulai menggenggam
jari
6. Lakukan nafas dalam dengan menghirup udara dari hidung dan membuangnya melalui mulut secara
perlahan secara berulang setelah melakukan relaksasi nafas dalam, ulangi gerakan ini sebanyak tiga kali
lakukan semala 5-10 menit.
7. Lepaskan genggaman jari dan membuka mata secara perlahan
8. Tiap-tiap gerakan baik dari gerakan terapi tekni relaksasi nafas dalam maupun gerakan teknik
relaksasi genggam jari dapat diulang sebanyak tiga kali
9. Setelah selesai melakukan latihan terapi teknik relaksasi nafas dalam dan teknik relaksasi genggam jari
pasien dapat diistirahatkan selama kurang lebih 5 menit.
10. Kemudian kembali dilakukan pengukuran nyeri pada Ny.D dengan menggunakan Numeric rating
Scale.
11. Setelah dilakukannya latihan terapi teknik relaksasi nafas dalam dan teknik relaksasi genggam jari
serta pengukuran skala nyeri menggunakan Numeric rating Scale pada Ny.D dapat diberikan terapi
medic sesuai dengan program terapi medic yang diberikan.
12. Teknik relaksasi nafas dalam dan teknik relaksasi genggam jari dapat dilakukan setiap nyeri terasa.
Sebelum Diberikan Terapi Setelah Diberikan Terapi
Teknik Relaksasi Nafas Dalam Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Dan Teknik Relaksasi Genggam Dan Teknik Relaksasi Genggam
Jari Jari
- Kesadaran : Composmentis - Kesadaran : Composmentis
Hasil Yang Dicapai : - GCS : 15 (E : 4, M : 6, V : 5) - GCS : 15 (E : 4, M : 6, V :
- TD : 142/84 mmHg 5)
- HR : 101 x/menit - TD : 128/92 mmHg
- RR : 24 x/menit - HR : 87 x/menit
- SPO2 : 93% - RR : 20 x/menit
- S : 36,80C - SPO2 : 98%
- Skala Nyeri :6 - S : 36,30C
- Skala Nyeri :5
1. Kelebihan
♥ Sebagai salah satu cara memanajemen nyeri nonfarmakologi
Kelebihan, ♥ Latihan teknik relaksasi nafas dalam dan teknik relaksasi genggam jari
Kekurangan Dan adalah latihan yang ringan bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja
♥ Tidak menimbulkan efek samping dan tidak membutuhkan alat bantu
Hambatan Yang dan bisa dilakukan secara mandiri
Ditemui Selama ♥ Berdasarkan jurnal penelitian yang telah dilakukan latihan teknik
relaksasi nafas dalam dan teknik relaksasi genggam jari mampu
Aplikasi Evidence menghambat impuls noxius pada system control descending dan dapat
Based Nursing meningkatkan control terhadap nyeri serta dapat melancarkan peredaran
Practice darah serta dapat menurunkan tekanan darah tinggi
2. Kekurangan
♣ Meskipun latihan teknik relaksasi nafas dalam dan teknik relaksasi
genggam jari dapat diberikan pada pasien yang mengalami nyeri dan apat
membantu mengalihkan terhadap respon nyeri namun relaksasi ini tidak
dapat sepenuhnya menghilangkan nyeri
3. Hambatan
♠ Tidak terdapat hambatan saat pemeberian terapi nonfarmakologi/
manajemen nyeri berupa teknik relaksasi nafas dalam dan teknik relaksasi
genggam jari
TERIMA KASIH…

Anda mungkin juga menyukai