Anda di halaman 1dari 12

EBN

PENGARUH HIPNOTERAPI TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN


POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI RUANG RAWAT INAP BEDAH RUMAH
SAKIT ORTOPEDI SURAKARTA

Disusun Guna Memenuhi Tugas :

MATA AJAR MUSKULOSKELETAL

Pembimbing/Koordinator :

Ns. Ratna Sari Dinaryanti M.Kep., SP. KMB

Oleh:

Harnika Yafisa Asri

NIM : 11151021

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA

2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu teknik relaksasi non-farmakologi dan terapi yang dapat


dilakukan di Indonesia adalah Hipnoterapi, selama bertahun-tahun hipnosis telah
menerima berbagai definisi, apakah hipnosis itu memang benar-benar ada.
Definisi yang dibuat mengidentifikasikan pikiran berpikir diskursif (yang oleh
sebagian besar dari kita diidentifikasikan sebagai perasaan biasa yang kita
miliki terhadap diri kita) sebagai sebuah proses hipnotik yang sedang
berlangsung. Dari perspektif ini, pikiran sadar bisa biasa mengandung semua unsur
dari proses yang secara tradisional disebut sebagai fenomena trans (Elias,
2009). Kunci dari hypnosis adalah adanya kekuatan sugesti atau keyakinan
terhadap sesuatu hal yang positif yang muncul berdasarkan pada konsep dalam
pikiran, sehingga akan memberikan energi positif bagi suatu tindakan yang
dilakukan.

Post Operasi adalah masa setelah dilakukan pembedahan yang


dimulai saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai
evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat, 2008). Tahap pasca-operasi dimulai
dari memindahkan pasien dari ruangan bedah ke unit pasca-operasi dan berakhir
saat pasien pulang. Hasil studi pendahuluan pada pasien post operasi dalam
penanganan manajemen nyeri dilakukan dengan pemberian analgesic. Tujuan
Penelitian penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian hipnoterapi
terhadap penurunan nyeri pasien post operasi fraktur femur.

Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba tiba dan
berlebihan, yang dapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran, penekukan atau
terjatuh dengan posisi miring, pemuntiran, atau penarikan. Akibat trauma pada tulang
bergantung pada jenis trauma, kekuatan, dan arahnya. Kita harus dapat
membayangkan rekonstruksi terjadinya kecelakaan agar dapat menduga fraktur yang
dapat terjadi. Setiap trauma yang dapat mengakibatkan fraktur juga dapat sekaligus
merusak jaringan lunak di sekitar fraktur mulai dari otot, fascia, kulit, tulang, sampai
struktur neurovaskuler atau organ organ penting lainnya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pemberian hipnoterapi terhadap penurunan nyeri pasien post operasi fraktur
femur.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui gambaran nyeri sebelum dilakukan pemberian hipnoterapi pada
pasien post operasi di ruang rawat inap bedah Rumah Sakit Orthopedi
Surakarta.
b. Mengetahui gambaran nyeri sesudah dilakukan pemberian hipnoterapi pada
pasien post operasi di ruang rawat inap bedah Rumah Sakit Orthopedi
Surakarta.
c. Untuk mengetahui pengaruh pemberian Hipnoterapi pada pasien post
op fraktur femur di ruang rawat inap bedah Rumah Sakit Orthopedi
Surakarta.

C. Manfaat
1. Bagi Klien pasca operasi fraktur femur
Untuk meningkatkan pemahaman klien tentang cara termudah dan efektif
dalam mengatasi nyeri yang dihadapi, serta mengurangi pemberian
analgetik yang nanti akhirnya dapat meringankan biaya pengobatan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menjadi bahan referensi bagi perpustakaan dan dapat menjadi bahan
masukan mengenai pemberian hipnoterapi untuk menurunkan nyeri serta
dapat digunakan sebagai bahan masukan penelitian sejenis lainnya.

D. Sistematika
Bab I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang tujuan dan sistematika
penulisan, bab II tinjauan pustaka , bab III hasil analisis jurnal, dan bab VI penutup.
BAB II
KONSEP DASAR

A. Hipnoterapi
Hypnotherapy adalah suatu metode dimana pasien dibimbing untuk
melakukan relaksasi, dimana setelah kondisi relaksasi dalam ini tercapai maka secara
alamiah gerbang pikiran bawah sadar sesesorang akan terbuka lebar, sehingga yang
bersangkutan cenderung lebih mudah untuk menerima sugesti penyembuhan yang
diberikan. Jaringan nyeri berfungsi seperti system relay. Input signal nyeri berasal
dari saraf perifer di daerah dimana rangsang nyeri diberikan, kemudian masuk ke
dalam spinal cord dimana informasi diproses dan disalurkan ke dalam batang otak.
Dari sini signal menuju area otak tengah dan akhirnya masuk ke dalam korteks otak
yang berkaitan dengan persepsi sadar terhadap stimulus eksternal seperti nyeri. Proses
yang terjadi pada jaringan nyeri bagian bawah gambarannya terlihat sama antara saat
kondisi hypnosis ataupun tidak, namun pada kondisi hypnosis aktivitasnya menurun
pada daerah atas (korteks) yang berperan terhadap persepsi nyeri.
Hipnoterapi menggunakan sugesti atau pengaruh kata - kata yang
disampaikan dengan teknik - teknik tertentu. Satu - satunya kekuatan dalam
hipnoterapi adalah komunikasi. Setiap perawat sudah cukup akrab dengan namanya
komunikasi karena pekerjaannya adalah langsung berinteraksi dengan orang banyak,
termasuk klien dan keluarga. Oleh karena itu tak akan banyak makan waktu jika
dibutuhkan latihan, sebab hampir setiap hari kita berkomunikasi dengan orang asing.
Perawat mampu menghipnotis pasien jika dia memahami bahasa yang perawat
gunakan.

B. Nyeri
Nyeri didefinisikan sebagai pengalaman sensoris dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial akan
menyebabkan kerusakan jaringan. Persepsi yang disebabkan oleh ransangan yang
potensial dapat menimbulkan kerusakan jaringan disebut nosisepsion. Nosisepsion
merupakan langkah awal proses nyeri. Reseptor neurologik yang dapat membedakan
antara rangsangan nyeri dengan rangsangan lain disebut nosiseptor. Nyeri dapat
mengakibatkan impairement dan disabilitas. Impairment adalah abnormalitas atau
hilangnya struktur atau fungsi anatomik, fisiologik maupunpsikologik. Sedangkan
disabilitas adalah hasil dari impairment, yaitu keterbatasan atau gangguan
kemampuan untuk melakukan aktivitas yang normal. Persepsi yang diakibatkan oleh
ransangan yang potensial dapat menyebabkan kerusakan jaringan disebut nosisepti,
yang merupakan tahap awal proses timbulnya nyeri.
Reseptor yang dapat membedakan langsung noksius dan non noksius disebut
nosiseptor. Pada manusia nosiseptor merupakan terminal yang tidak terdiferensiasi
serabut a-delta dan serabut c serabut a-delta merupakan serabut syaraf yang dilapisi
oleh mielin yang tipis dan berperan menerima rangsangan mekanik dengan intensitas
menyakitkan, dan disebut juga high threshold mechanoreseptor, sedangkan serabut c
merpakan serabut yang tidak dilapisi mielin.

C. Post Operasi
Post Operasi adalah masa setelah dilakukan pembedahan yang
dimulai saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai
evaluasi selanjutnya (Uliyah &Hidayat, 2008). Tahap pasca-operasi dimulai
dari memindahkan pasien dari ruangan bedah ke unit pasca-operasi dan berakhir
saat pasien pulang.
Jenis-jenis operasi
a. Menurut fungsinya (tujuannya), Potter dan Perry (2006) membagi menjadi:
1) Diagnostik: biopsi, laparotomi eksplorasi
2) Kuratif (ablatif): tumor, appendiktom
3) Reparatif: memperbaiki luka multiple
4) Rekonstruktif: mamoplasti, perbaikan wajah.
5) Paliatif: menghilangkan nyeri,
6) Transplantasi: penanaman organ tubuh untuk menggantikan organ atau
struktur tubuh yang malfungsi (cangkok ginjal, kornea).
b. Menurut Luas atau Tingkat Resiko:
1) Mayor
Operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan mempunyai
tingkat resiko yang tinggi terhadap kelangsungan hidup klien.
2) Minor
Operasi pada sebagian kecil dari tubuh yang mempunyai resiko
komplikasi lebih kecil dibandingkan dengan operasi mayor.
D. Fraktur Femur
Fraktur femur adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang
femur (Mansjoer, 2000). Sedangkan menurut Sjamsuhidajat (2004) fraktu femur
adalah fraktur pada tulang femur yang disebabkan oleh benturan atau trauma
langsung maupun tidak langsung. Fraktur femur juga didefinisikan sebagai
hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur femur secara klinis bisa berupa
fraktur femur terbuka yang disertai adanya kerusakan jaringan lunak (otot, kulit,
jaringan saraf dan pembuluh darah) dan fraktur femur tertutup yang dapat
disebabkan oleh trauma langsung pada paha (Helmi, 2012) Dari beberapa penjelasan
tentang fraktur femur di atas, dapat disimpulkan bahwa fraktur femur merupakan
suatu keadaan dimana terjadi kehilangan kontinuitas tulang femur yang dapat
disebabkan oleh trauma langsung maupun trauma tidak langsung dengan adanya
kerusakan jaringan lunak.
BAB III
PEMECAHAN MASALAH MELALUI ANALISA JURNAL

A. Analisa PICO

1. Problem
Penyebab terjadinya fraktur fremur pada responden hampir seimbang antar
responden yang mengalami fraktur fremur dari jatuh atau pun dari kecelakaan.
Faktor penyebab ini berkaitan dengan aktivitas responden. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sehono (2010) yang meneliti
mengenai pengaruh teknik relaksasi guided imagery terhadap penurunan nyeri
pada pasien pasca operasi fraktur di RSUD DR. Moewardi Surakarta. Hasil
penelitian menunjukkan dari 40 responden terdapat 36 responden mengalami
fraktur fremur yang disebabkan oleh kecelakaan sementara 3 responden
mengalami fraktur fremur disebabkan oleh jatuh.

Beberapa pekerjaan memiliki resiko yang tinggi terhadap terjadinya fraktur, salah
satu contohnya adalah sebagai seorang yang bekerja di sektor swasta yaitu sebagai
salesman. Aktivitas dalam bekerja sehari-hari seorang salesman adalah
memasarkan produk yang dibawanya dengan menggunakan sepeda motor. Hal ini
terjadi karena sistem dalam bekerja seorang salesman adalah target penjualan
produk yang telah ditetapkan oleh perusahaan untuk dipasarkan. Jika target
penjualan terpenuhi, akan berdampak kepada seberapa besar pendapatan seorang
salesman setiap bulannya, demikian juga apabila target penjualan yang ditetapkan
perusahaan tidak terpenuhi akan mempengaruhi pendapatannya.

2. Intervention
Tindakan untuk mengatasi nyeri adalah manajemen nyeri. Manajemen nyeri
terdiri dari non pharmacological treatment dan pharmacological treatment.
Manajemen nyeri farmakologi menurut Corwin (2001) meliputi penggunaan
analgesik, obat anti-inflamasi nonsteroid, dan narkotik yang bertujuan
menurunkan nyeri. Salah satu cara yang digunakan untuk menurunkan nyeri
akibat dari fraktur adalah dengan cara hipnoterapi. Corwin (2001) menyatakan
manfaat dari hipnoterapi adalah dapat mengurangi nyeri, meningkatkan
penyembuhan luka dan tulang, mengurangi nyeri kepala, dan membantu tubuh
mengurangi berbagai macam penyakit seperti depresi, alergi dan asma.
Penggunaan terapi yang disampaikan oleh hipnoterapist diharapkan akan
mempercepat proses penyembuhan fraktur pada responden, dimana penggunaan
hipnoterapi merupakan salah satu cara untuk mengurangi rasa nyeri selain
penggunaan obat analgesik.

3. Comparison
Berbagai strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri, yaitu Teknik
relaksasi nafas dalam, spritual emotional freedom technique dan nyeri pasien
pasca operasi fraktur femur, latihan isotonik dan isometri. Berdasarkan hasil
penelitian ternyata hipnoterapi merupakan tindakan yang paling efektif untuk
membantu murunkan nyeri post operasi fraktur femur.

4. Outcome
Setelah dilakukan hipnoterapi diharapkan pasien dapat mengurangi nyeri pada
saat post operasi fraktur femur.

B. Analisa Jurnal/EBN
1. Jurnal Pendukung
a. Pengaruh pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri
pada pasien post op fraktur femur. Penelitian dilakukan oleh dua peneliti,
peneliti utama adalah Wiwi Kustio Pritiana di bantu oleh Ni Ketut
Kardiyudiani. Penelitian ini di lakukan pada tahun 2013 di Bangsal Bedah
RSPAU dr. S. Hardjo Lukito.

Berdasarkan hasil analisa univariat terhadap karakteristik dari sampel


penelitian terkait karakteristik nyeri, menunjukan bahwa kelompok perlakukan
pretest mempunyai rata-rata skala nyeri adalah 6,2 dengan skala nyeri
maksimal 8 dan minimal 5 sedangkan di kelompok kontrol rata-rata pretest
skala nyeri 6.0 dengan skala nyeri maksimal 8 dan minimal 4. Hal ini
menunjukan kesetaraan antara karakteristik nyeri sampel. selanjutnya
karakteristik sampel pada posttest di kelompok perlakuan posttest rata-rata
skala nyeri 3.2 dengan skala nyeri maksimal 5 dan minimal 2 dan di kelompok
kontrol rata-rata skala nyeri maksimal 8 dan minimal 4. Hal ini menunjukan
secara distribusi terdapat perbedaan yang bermakna akibat pengaruh
pemberian Tekni nafas dalam pada pasien yang mengalami nyeri.

b. Spritual emotional freedom technique dan nyeri pasien pasca operasi fraktur
femur Penelitian dilakukan oleh M. Mudatsyir, Heru Purbo K, Tavaria
Sundari. Penelitian ini di lakukan pada tahun 2010 di RSUI Kustati.

penelitian ini adalah eksperimental menggunakan rancangan two group pre


test-post test design dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh
Emotional Freedom Technique pada pasien pasca operasi fraktur femur.
Populasi dalam penelitian ini terbagi dalam dua kelompok yaitu kelompok I
sejumlah 20 responden dan kelompok II sejumlah 20 responden yaitu pada
semua pasien-pasien pasca operasi fraktur femur yang menjalani operasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemberian penguluran pasif dapat mengurangi
nyeri pada pasien pasca operasi fraktur femur, pemberian penguluran pasif +
SEFT dapat mengurangi nyeri pada pasien pasca operasi fraktur femur,
pemberian penguluran pasif + SEFT lebih baik dari pada pemberian
penguluran pasif saja terhadap pengurangan nyeri pada pasien pasca operasi
fraktur femur

c. Pengaruh latihan isotonik dan isometri terhadap penurunan rasa nyeri pada
pasien fraktur femur. Penelitian ini dilakukan oleh Gustop Amatiria, Efa
Trisna. Penelitian ini di lakukan pada tahun 2012 di Rumah Sakit Se Kota
Bandar Lampung.

Dari hasil penelitian bahwa nilai ratarata nyeri sebelum Latihan isotonik dan
isometrik adalah 6,70 dan nilai rata-rata nyeri sesudah Latihan isotonic dan
isometrik adalah 5,06. Hasil analisis lebih lanjut menunjukan ada pengaruh
latihan isotonik dan isometrik dengan nyeri pasien fraktur femur (p value =
0,001). diharapkanbpada perawat menerapkan latihan isotonik dan isometrik
pada pasien fraktur sehingga pasien tidak harus diberikan obat analgetik untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Pembahasan
a. Validity
Berdasarkan hasil penelitian oleh Rizqi Yulida Astari, Arina Maliya di
dapatkan bahwa tindakn hipnoterapi untuk mengurangi nyeri ternyata lebih
efektif untuk membantu mengurangi nyeri pada fraktur femur.
Hasil penelitian menunjukan adanya efektivitas penggunaan hipnoterapi dalam
menurunkan tingkat nyeri. Dengan demikian, penggunaan terapi hipnoterapi
ini tentunya menjadi salah satu acuan pihak rumah sakit untuk sebagai salah
satu alternatif terapi bagi penurunan nyeri pasien pasca operasi.

b. Importance
Penelitian Ginandes dalam (Farida, 2008),membuktikan hipnoterapi juga bisa
digunakan untuk meredakan nyeri, melancarkan pernapasan, serta mengatasi
gangguan pencernaan. Dengan hipnoterapi, dapat meningkatkan kadar
endorphin dalam tubuh. Endophrin adalah neuropeptide yang dihasilkan tubuh
pada saat rileks atau tenang. Hal tersebut dapat digunakan untuk mengurangi
rasa nyeri.

c. Applicability
Salah satu tindakan yang dilakukan untuk membantu menurunkan nyeri yaitu
dengan hipnoterapi. Tindakan ini sudah terbukti lebih efektif dibandingkan
dengan alternatif tindakan-tindakan yang lain. Penggunaan terapi hipnoterapi
ini tentunya menjadi salah satu acuan pihak rumah sakit untuk sebagai salah
satu alternatif terapi bagi penurunan nyeri pasien pasca operasi

d. Rencana Penerapan
Setelah seluruh hasil studi dan literatur yang mendukung dianalisis dan
disintesis, tahap selanjutnya adalah melakukan uji coba intervensi/prosedur
baru. Berikut ini beberapa kegiatan dalam tahap uji coba EBN:
1. Menentukan tujuan
2. Mengumpulkan data dasar
3. Membuat desain/ petunjuk penerapan EBN
4. Mengimplementasikan EBN pada unit percontohan
5. Melakukan evaluasi proses dan evaluasi hasil
BAB IV
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
1. Mayoritas responden penelitian sebelum dilakukan hipnoterapi mengalami
intensitas nyeri sedang,
2. Mayoritas responden penelitian sedudah dilakukan hipnoterapi mengalami
intensitas nyeri ringan
3. Ada pengaruh hipnoterapi terhadap penurunan nyeri pada pasien post operasi
fraktur femur di ruang rawat inap bedah Rumah Sakit Orthopedi Surakarta

B. Saran
Hasil penelitian menunjukan adanya efektivitas penggunaan hipnoterapi dalam
menurunkan tingkat nyeri. Dengan demikian, penggunaan terapi hipnoterapi ini
tentunya menjadi salah satu acuan pihak rumah sakit untuk sebagai salah satu
alternatif terapi bagi penurunan nyeri pasien pasca operasi. Salah satu langkah yang
perlu dilakukan adalah meningkatkan ketrampilan tenaga kesehatan rumah sakit
dalam pelaksanaan hipnoterapi sehingga tenaga kesehatan memiliki kemampuan dan
ketrampilan dalam memberikan pelayanan dengan menggunakan teknik hipnoterapi.
DAFTAR PUSTAKA

Rizqi Yulida Astari, Arina Maliya, 2O10, Pengaruh Hipnoterapi terhadap penutunan nyeri
post operasi fraktur femur di ruang rawat inap bedah rumah sakit ortopedi
surakarta

Wiwi Kustio Pritiana, Ni Ketut Kardiyudiani, 2013, Pengaruh pemberian teknik relaksasi
nafas dalam terhadap penurunan nyeri pada pasien post op fraktur femur

M. Mudatsyir, Heru Purbo K, Tavaria Sundari, 2010, Spritual emotional freedom technique
dan nyeri pasien pasca operasi fraktur femur

Gustop Amatiria, Efa Trisna, 2012, Pengaruh latihan isotonik dan isometri terhadap
penurunan rasa nyeri pada pasien fraktur femur

Chairuddin Rasjad. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi,Ujung Pandang. Edisi ke


dua . Penerbit Bintang Lamunpatung, 2003

Anda mungkin juga menyukai