Anda di halaman 1dari 7

EVIDENCE BASED PRACTICE INTERVENSI SISTEM GASTROINTESTINAL PADA

PASIEN INTENSIFE CARE UNIT (ICU)

Di susun oleh:

ANDINI RIZKA SEFIOLA (16142014244010)

AQUAR FEBRIYANA (16142014248014)

ARI RACHMAT (16142014249016)

RAMADANNI (16142014309075)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

2019
Masalah gastrointertinal yang kelompok kami ambil adalah pasien dengan laparotomy (internal
bleeding, cancer, trauma, rupture organ) tanpa penurunan kesadaran dan tanpa adanya
pemasangan alat bantu nafas (ventilator). Masalah utama yang umumnya timbul adalah nyeri
berhubungan dengan prosedur pembedahan, kecemasan, dan hal-hal yang kaitannya dengan
proses anesthesia selama proses pembedahan misal masalah puasa pasien

1. Jurnal pertama
“Pengaruh Sentuhan Spiritual Quantum terhadap Nyeri Saat Perubahan Posisi
pada Pasien Paska Operasi di Ruang Perawatan Intensif.”
Intervensi yang diberikan dalam jjurnal tersebut berupa terapi sentuhan quantum
untuk mengurangi nyeri saat perubahan posisi post-operative (Sectio, Cholelithotomy,
Laparatomy, Nefrectomy, Appendictomy). Dijelalskan dalam jurnal bahwa tindakan
operasi akan membuat pasien menggunakan obat-obat anestesi dan akan terjadi
manipulasi organ tubuh yang lebih lama pada operasi besar yang akan menyebabkan
proses pemulihan paska operasi juga lebih kompleks karena memengaruhi berbagai organ
dan sistem tubuh.
Risiko gangguan fungsi tubuh yang dapat mengancam kehidupan pada pasien
paska operasi besar diantaranya atelektosis, pneumonia hipostatik, hipoksemia, masalah
sirkulasi seperti atrial fibrilasi dan Deep Vein Thrombosiss (DVT). Risiko risiko tersebut
juga diperberat dengan keadaan imobilisasi. Dengan demikian mobilisasi menjadi bagian
penting dalam manajemen paska operasi untuk mencegah komplikasi. Secara umum
mobilisasi dini meningkatkan fungsi seluruh organ tubuh.
Mobilisasi memiliki efek yang signifikan dalam pemulihan dan mencegah
terjadinya komplikasi paska operasi. Namun pada saat melakukan mobilisasi dini pada
pasien post-operative, pasien akan merasakan rasa sakit yang luar biasa yang biasanya
menyebabkan pasien enggam melakukan mobilisasi. Ada beberapa teknik yang dapat
digunakan dalam mengurangi rasa nyeri tersebut yaitu dengan farmakologi dan
nonfarmakologi. Berdasarkan manajemen farmakologis untuk mengatasi nyeri post
operasi, obat obatan yang biasa diberikan segera setelah operasi adalah opioid dan non-
opioid, sedangkan teknik nonfarmakologi bisa dilakukan terapi dan salah satunya yang
dipilih peneliti adalah terapi sentuhan spiritual quantum.
Sentuhan Spiritual Quantum di definisikan sebagai seni penyembuhan dengan
sentuhan tangan yang didasari cinta dan kasih sayang yang tulus, dilakukan dengan hati
ikhlas disertai doa, sehingga memungkinkan penyembuhan itu terjadi.
Prosedur kerjanya melalui prosedur yang sama pada setiap sampel penelitian.
Setiap pasien paska operasi yang telah sesuai dengan kriteria dan menyetujui untuk
terlibat dalam penelitian dinilai intensitas nyeri saat istirahat dalam posisi terlentang,
pasien dimiringkan untuk menilai intensitas nyeri saat perubahan posisi tanpa terapi
sentuhan quantum (SSQ). Setelah didapatkan kedua nilai tersebut maka peneliti
melakukan terapi SSQ selama 20 menit dan pasien kembali dimiringkan untuk dinilai
intensitas nyeri saat perubahan posisi paska terapi. Pasien dipertahankan dalam posisi
miring selama dua jam, setelah dua jam pasien kembali terlentang dan dilakukan terapi
kembali selama 20 menit. Setelah terapi, pasien kembali dimiringkan untuk dinilai
intensitas nyeri saat miring.

2. Jurnal kedua
“Action Research: Hypnotherapy to Overcome Pain and Anxiety in Colon Cancer
Patients”
Intervensi dalam penelitian Ini adalah dengan memberikan teknik relaksasi
hipnoterapi untuk keluhan nyeri dan ansietas pada pasien dengan ca colon. Menurut
Naibaho (2002), Hipnosis adalah keadaan dimana fungsi analitis logis pikiran direduksi
sehingga memungkinkan individu masuk ke dalam kondisi bawah sadar, dalam kondisi
ini dimungkinkan untuk mengakses beragam potensi internal yang dapat dimanfaatkan
untuk lebih meningkatkan kualitas hidup. Dalam prosesnya, tahapan
hypnotherapi/clinical hypnosis dalam penelitian ini meliputi:
a. Pre induksi
Hasil pre induksi di dapatkan data partisipan mengeluh adanya nyeri yang dirasakan
yaitu sangat nyeri, nyeri berat dan juga kecemasan. Partisipan menginginkan nyeri
dan kecemasannya hilang atau berkurang.
b. Induksi dan Deepening
Proses induksi dan deepening dilakukan bersama-sama, pada proses hypnoterapi I
proses ini menggunakan metode nafas dalam, pada hypnotherapi tahap II
menggunakan metode nafas dalam dan metode mata berkedip sedangkan pada
hypnotherapi tahap III menggunakan metode nafas dalam, metode mata berkedip dan
metode imagery oleh terapis. Dari hasil penelitian di dapatkan data pada induksi dan
deepening siklus 1 partisipan merasakan otot terasa kendor, rileks, nyaman, dan tidak
terasa sakitnya, pada induksi dan deepening siklus 2 di dapatkan data respon
partisipan berupa mata semakin lama semakin berat, mengantuk, tidur, lupa semua
sakitnya, muncul rasa nyaman, pada induksi dan deepening siklus 3 di dapatkan data
partisipan merasakan berada di pantai, di gunung dan di hutan, semuanya merasakan
bisa tidur, badan terasa nyaman, terasa ringan dan hati gembira.
c. Sugesti terapi
Proses pemberian sugesti terapi dilakukan setelah proses induksi dan deepening, pada
proses hypnoterapi I sugesti terapi yang diberikan berupa metode relaksasi, pada
hypnotherapi tahap II menggunakan sugesti terapi yang diberikan menggunakan
metode relaksasi dan metode perintah paradoks sedangkan pada hypnotherapi tahap
III sugesti yang diberikan menggunakan metode relaksasi, metode perintah paradoks
dan metode pemisahan/ disosiasi. Pada proses pemberian sugesti terapi yang
menggunakan metode relaksasi di dapatkan hasil semua partisipan merasakan otot
menjadi rileks, badan terasa nyaman, nyeri berkurang, tidak terasa nyeri lagi sampai
pasien bangun dari tidurnya.
d. Alerting
Proses alerting bertujuan untuk membawa partisipan kembali ke alam sadar, pada
semua tahap hypnotherapi menggunakan metode menghitung 1-10, berdasarkan hasil
penelitian di dapatkan data bahwa partisipan menghitung dan tiap hitungan merasakan
badan nyaman, segar dan hitungan ke sepuluh terbangun.
e. Penurunan nyeri dan kecemasan
Penurunan tingkat nyeri dirasakan oleh semua partisipan setelah proses hypnoterapi
di lakukan terlihat dari penurunan scala nyeri yang di keluhkan partisipan, walaupun
rasa nyeri muncul lagi sebelum hypnotherapi tahap berikutnya, penurunan yang
paling banyak terjadi pada hypnotherapi tahap 3, rata-rata penurunan scala nyeri
pasca hypnotherapi tahap 1 adalah 4, pada hypnotherapi 2 adalah 4,3 dan pada
hypnotherapi 3 sebesar 6,3 ini menunjukan bahwa angka rata-rata penurunan nyeri
terbanyak pada hypnotherapi tahap 3.
3. Jurnal ketiga
” Pengaruh teknik relaksasi genggam jari terhadap penurunan intensitas nyeri
pada pasien post operasi laparatomi”
Intervensi dalam penelitian ini adalah teknik relaksasi genggap jari. Menggunakan
pendekatan nonfarmakologis untuk menghilangkan rasa nyeri. Manajemen nyeri
merupakan salah satu cara yang digunakan dibidang kesehatan untuk mengatasi nyeri
yang dialami oleh pasien. Manajemen nyeri yang tepat haruslah mencakup penanganan
secara keseluruhan, tidak hanya terbatas pada pendekatan farmakologi saja, karena nyeri
juga dipengaruhi oleh emosi dan tanggapan individu terhadap dirinya. Secara garis besar
ada dua manajemen untuk mengatasi nyeri yaitu manajemen farmakologi dan manajemen
non farmakologi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa proses tersebut dapat dijelaskan
dengan teori gate control. Adanya stimulasi nyeri pada area luka bedah menyebabkan
keluarnya mediator nyeri yang akan menstimulasi transmisi impuls disepanjang serabut
saraf aferen nosiseptor ke substansia gelatinosa (pintu gerbang) di medula spinalis untuk
selajutnya melewati thalamus kemudian disampaikan ke kortek serebri dan
diinterpretasikan sebagai nyeri. Perlakuan relaksasi genggam jari akan menghasilkan
impuls yang dikirim melalui serabut saraf aferen nonnosiseptor. Serabut saraf
nonnosiseptor mengakibatkan “pintu gerbang” tertutup sehingga stimulus nyeri terhambat
dan berkurang. Teori two gate control menyatakan bahwa terdapat satu “pintu gerbang”
lagi di thalamus yang mengatur impuls nyeri dari nervus trigeminus. Dengan adanya
relaksasi, maka impuls nyeri dari nervus trigeminus akan dihambat dan mengakibatkan
tertutupnya “pintu gerbang” di thalamus. Tertutupnya “pintu gerbang” di thalamus
mengakibatkan stimulasi yang menuju korteks serebri terhambat sehingga intensitas nyeri
berkurang untuk kedua kalinya.

4. Jurnal keempat
“Exploratory Laparotomy”
Intervensi untuk perawatan post-operative pascalaparatomi dalam jurnal ini
dilakukan dengan pemenuhan kebutuhan cairan dan pemberian opioid seperti morfin dan
buprenorfin selama 48 jam pasca operasi, kemudian beralih ke analgesic oral setelah
pasien tidak lagi puasa.
Luka insisi akibat pos laparotomy baru akan sembuh dalam periode waktu 10-14
hari, meskipun sebenarnya linea pada masa itu masih agak lemah. Pemberian intervensi
perawatan luka juga sangat penting dengan mengedepankan teknik steril.

5. Jurnal kelima
“The Effect of Nursing Intervention of Postoperative Thirst in Patients after
Laparoscopic Cholecystectomy”
Jurnal ini membahas mengenai intervensi untuk pasien post-operasi
cholescystectomy yang telah berpuasa sebelum operasi dan beberapa jam setelah operasi.
Pasien biasanya menyampaikan banyak keluhan setelah ia sadar dari efek anesthesia yang
berhubungan dengan puasa sebagai bagian dari prosedur bedah.
Kolesistektomi laparoskopi biasanya menyebabkan rasa tidak nyaman seperti rasa
haus karena puasa dan pengobatan sebelum operasi. Sekitar 62% pasien setelah
kolesistektomi laparoskopi mengeluh haus sedang atau berat, dan 10% dari mereka
mengeluh haus ringan. Beberapa pasien mengangggap bahwa pra operasi dan pasca
operasi dapat menjadi penyebab utama rasa haus pasca operasi.
Penelitian ini mengambil intervensi berupa menyemprotkan air dengan spray ke
rongga mulut pasien, bibir dan bagian mukosa setiap jam, 2-3 ml air matang hangat di
masukan dalam botol spray/spuit 10 ml, disemprotkan ke permukaan sublingual, mukosa
bukal kiri dan kanan pasien ketika sudah bangun dari anestesi. Sebelum menyemprot,
operator/ perawat harus menyemprotkan air ke bagian belakang tangannya dua kali untuk
mengeluarkan udara di mulut botol atau spuit. Dan keluarga harus diajari oleh perawat
terlebih dahulu untuk menggunakan taburan untuk menyemprotkan air agar pasien
merasa selalu terhidrasi dan pasien merasa nyaman selama masa puasanya belum
berhenti.
DAFTAR PUSTAKA

Haryani A, Susilaningsing F, Sri A.2016. Pengaruh Sentuhan Spiritual Quantum terhadap Nyeri
Saat Perubahan Posisi pada Pasien Paska Operasi di Ruang Perawatan Intensif JKP-
Volume 4 Nomor 3. Diakses tanggal 13 desember 2019.

Sakiyan1, Rosa M E.2012. Action Research: Hypnotherapy to Overcome Pain and Anxiety in
Colon Cancer Patients. Diakses tanggal 13 desember 2019.

Pinandita I, Purnanti E, Utoyo B.2012. Pengaruh teknik relaksasi genggam jari terhadap
penurunan intensitas nyeri pada pasien post operasi laparatomi Volume 8, No. 1.
Diakses tanggal 13 desember 2019.

King M.2013. Exploratory Laparotomy. Diakses tanggal 13 desember 2019.

Xiaolan W, Cuiking L, Yulan Z, Lu H.2018. The Effect of Nursing Intervention of Postoperative


Thirst in Patients after Laparoscopic Cholecystectomy. Diakses tanggal 13 desember
2019.

Anda mungkin juga menyukai