Anda di halaman 1dari 15

RESUME JURNAL TERAPI KOMPLEMENTER PADA PASIEN PALIATIVE

CARE
“Action Research Hypnotherapi Pada Penanganan Nyeri dan Kecemasan Pasien
Kanker Kolon”

NAMA: ZAKIAH HALWANI WAHDANIYAH


NIM:118128

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO
SEMARANG
2020
Judul Jurnal : Action Research Hypnotherapi Pada Penanganan Nyeri dan Kecemasan
Pasien Kanker Kolon

Pasien yang mengalami kanker memperlihatkan adanya stres dan depresi yang
ditunjukkan dengan perasaan sedih, putus asa, pesimis, merasa diri gagal, tidak puas
dalam hidup, merasa lebih buruk dibandingkan dengan orang lain. Kemungkinan
terjadinya gangguan psikologi seperti depresi, kecemasan, kemarahan, perasaan tidak
berdaya dan tidak berharga dialami antara 23%-66% pasien kanker. 09 Tahun 2007,
terapi komplementer bisa dilakukan di sarana kesehatan, Permenkes RI Nomor
HK.02.02/Menkes/148/1/2010 terapi komplementer yang bisa digunakan adalah terapi
hipnosis atau hypnotherapi.

Penelitian ini menghasikan 5 kategori tema yang menjelaskan proses hypnotherapi dan
respon partisipan terhadap hypnotherapi yang dilakukan dalam tiga siklus. Kategori
tema di uraikan berdasarkan tujuan khusus sebagai berikut :
1. Pra Induksi
Proses pre-induksi dilakukan 3 kali yaitu sebelum induksi hypnoyherapi 1,2 dan 3,
hasil pre induksi di dapatkan data partisipan mengeluh adanya nyeri yang dirasakan
yaitu sangat nyeri, nyeri berat dan juga kecemasan. Partisipan menginginkan nyeri
dan kecemasannya hilang atau berkurang.
2. Induksi dan Deepening
Proses induksi dan deepening dilakukan bersama-sama, pada proses hypnoterapi I
proses ini menggunakan metode nafas dalam, pada hypnotherapi tahap II
menggunakan metode nafas dalam dan metode mata berkedip sedangkan pada
hypnotherapi tahap III menggunakan metode nafas dalam, metode mata berkedip
dan metode imagery oleh terapis. Dari hasil penelitian di dapatkan data pada
induksi dan deepening siklus 1 partisipan merasakan otot terasa kendor, rileks,
nyaman, dan tidak terasa sakitnya, pada induksi dan deepening siklus 2 di dapatkan
data respon partisipan berupa mata semakin lama semakin berat, mengantuk, tidur,
lupa semua sakitnya, muncul rasa nyaman, pada induksi dan deepening siklus 3 di
dapatkan data partisipan merasakan berada di pantai, di gunung dan di hutan,
semuanya merasakan bisa tidur, badan terasa nyaman, terasa ringan dan hati
gembira.
3. Sugesti terapi
Proses pemberian sugesti terapi dilakukan setelah proses induksi dan deepening,
pada proses hypnoterapi I sugesti terapi yang diberikan berupa metode relaksasi,
pada hypnotherapi tahap II menggunakan sugesti terapi yang diberikan
menggunakan metode relaksasi dan metode perintah paradoks sedangkan pada
hypnotherapi tahap III sugesti yang diberikan menggunakan metode relaksasi,
metode perintah paradoks dan metode pemisahan/ disosiasi. Pada proses pemberian
sugesti terapi yang menggunakan metode relaksasi di dapatkan hasil semua
partisipan merasakan otot menjadi rileks, badan terasa nyaman, nyeri berkurang,
tidak terasa nyeri lagi, nyeri terasa lagi dan sakit belum hilang.
4. Alerting
Proses alerting bertujuan untuk membawa partisipan kembali ke alam sadar, pada
semua tahap hypnotherapi menggunakan metode menghitung 1- 10, berdasarkan
hasil penelitian di dapatkan data bahwa partisipan menghitung dan tiap hitungan
merasakan badan nyaman, segar dan hitungan ke sepuluh terbangun.

5. Penurunan Nyeri dan kecemasan


Penurunan tingkat nyeri dirasakan oleh semua partisipan setelah proses hypnoterapi
di lakukan terlihat dari penurunan scala nyeri yang di keluhkan partisipan,
walaupun rasa nyeri muncul lagi sebelum hypnotherapi tahap berikutnya,
penurunan yang paling banyak terjadi pada hypnotherapi tahap 3, rata-rata
penurunan scala nyeri pasca hypnotherapi tahap 1 adalah 4, pada hypnotherapi 2
adalah 4,3 dan pada hypnotherapi 3 sebesar 6,3 ini menunjukan bahwa angka rata-
rata penurunan nyeri terbanyak pada hypnotherapi tahap 3.

Kesimpulan
Simpulan Penelitian ini mendapatkan gambaran tentang manfaat hypnotherapi
untuk mengatasi nyeri dan kecemasan pada pasien dengan kanker kolon yang
sedang menjalani kemotherapi, gambaran tersebut sebagai berikut : Penurunan
tingkat kecemasan dirasakan oleh semua partisipan setelah dilakukan pada masing-
masing siklus. Pada penurunan kecemasan paling besar terjadi pada siklus 3,
dengan rata-rata ratarata penurunan kecemasan pada hypnotherapi tahap 1 adalah
sebanyak 15,8 pada tahap 2 sebanyak 7, pada tahap hypnotherai 3 sebanyak 9,83.
ACTION RESEARCH HYPNOTHERAPI PADA PENANGANAN NYERI DAN
KECEMASAN PASIEN KANKER KOLON

Sakiyan, Program Studi Diploma Keperawatan Akademi Keperawatan Cilacap;


e-mail : kian_175@yahoo.co.id

ABSTRACT

Based Permenkes RI. No. 1109 of 2007 legalized complementary therapies carried out in
health facilities, Permenkes RI No. HK.02.02 / Menkes / 148/1/2010 on the Implementation
of License and Nurse Practice, hypnotherapy has become a complementary therapy used
by nurses.
Qualitative research design was used with action research approach to implement the
method hypnotherapy. The study population was patients who had undergone colon cancer
surgery and is undergoing chemotherapy who experience pain and anxiety. The study was
conducted for 6 weeks in the Banyumas General Hospital, with purposive sampling
technique gained 6 participants. The research instrument used in-depth interviews and
participant observation after getting the hypnotherapy intervention. Data processing and
data interpretation using NVivo software 9.0.204.0. research shows the level of pain and
anxiety hypnotherapy respondents declined after 1-3 cycles, the average decrease in pain
every cycle between 4 to 6.3, while the average decrease anxiety decrease between 7 to
15.8. Conclusions in hypnotherapy research helpful in reducing pain and anxiety of
patients who suffer from colon cancer and is undergoing chemotherapy in Banyumas
General Hospital.

Keywords: hypnotherapy, colon cancer, pain, anxiety.

PENDAHULUAN memberikan hypnoterapi untuk menangani


Pasien yang mengalami kanker masalah pasien.
memperlihatkan adanya stres dan depresi Hasil wawancara pada studi pendahuluan
yang ditunjukkan dengan perasaan sedih, di dapatkan informasi tentang masalah
putus asa, pesimis, merasa diri gagal, tidak keperawatan yang sering ditemukan pada
puas dalam hidup, merasa lebih buruk pasien kanker kolon yang menjalani
dibandingkan dengan orang lain, penilaian kemoterapi adalah nyeri dan kecemasan,
rendah terhadap tubuhnya, dan merasa tidak perawat di RSU Banyumas menggunakan
berdaya. Kemungkinan terjadinya gangguan intervensi kolaboratif farmakologis dengan
psikologi seperti depresi, kecemasan, pemberian analgetik dan motivasi spiritual
kemarahan, perasaan tidak berdaya dan tidak untuk mengatasinya, penggunaan hypnosis
berharga dialami antara 23%-66% pasien sangat jarang dilakukan karena merasa belum
kanker 5. menguasai, serta tidak ada standar operasional
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 1109 prosedur penerapannya.
Tahun 2007, terapi komplementer bisa Penelitian penggunaan hipnosis sebagai
dilakukan di sarana kesehatan, Permenkes terapi untuk nyeri dan kecemasan sudah
RI Nomor cukup banyak, tetapi sering dianggap belum
HK.02.02/Menkes/148/1/2010 terapi mampu menjawab keraguan masyarakat
komplementer yang bisa digunakan adalah tentang aspek ilmiah dan kecenderungan
terapi hipnosis atau hypnotherapi, berdasarkan anggapan bahwa hypnosis sebagai terapi
ketentuan di atas maka perawat mempunyai bertentangan dengan keyakinan kepercayaan/
kewenangan agama

Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.1 No.1 November 2014 | 1


tertentu, sehingga diperlukan penelitian lebih interpretasi tersebut meliputi
lanjut untuk menjawab kebutuhan dan mendeskripsikan fenomena yang
keraguan masyarakat tersebut. diteliti, mengumpulkan deskripsi
METODE PENELITIAN fenomena melalui pendapat
1. Desain Penelitian partisipan, membaca seluruh deskripsi
Penelitian ini menggunakan desain fenomena yang telah disampaikan oleh
penelitian kualitatif dengan pendekatan partisipan, membaca kembali transkrip
penelitian tindakan/ action hasil wawancara dan
research dengan mengutip pernyataan-pernyataan yang
mengimplementasikan metode bermakna, meneliti membaca kembali
hypnotherapi sebagai upaya penangan transkrip hasil wawancara, memilih
nyeri dan kecemasan pada pasien kanker pernyataan-pernyataan dalam
colon yang mendapatkan terapi transkrip yang signifikan dan sesuai
kemoterapi di RSU Banyumas. dengan tujuan khusus penelitian dan
2. Variabel Penelitian memilih kata kunci pada pernyataan
Variabel dalam penelitian ini adalah : yang telah dipilih dengan cara
a. Variabel bebas pada penelitian ini memberikan penanda dan kode tujuan
adalah hypnotherapi pada pasien khusus, menguraikan arti yang ada
kanker kolon. dalam pernyataan-pernyataan
b. Variabel terikat pada penelitian ini signifikan, peneliti membaca kembali
kata kunci yangtelah diidentifikasi dan
ada dua yaitu nyeri dan
berusaha menemukan esensi atau makna
kecemasan. dari kata kunci untuk
3. Populasi dan Sampel Penelitian membentuk kategori, mengorganisir
Populasi dalam penelitian ini adalah kumpulan-kumpulan makna yang
pasien kanker kolon yang sudah terumuskan ke dalam kelompok tema.
menjalani operasi Peneliti membaca seluruh kategori yang
pengangkatan kanker dan ada, membandingkan dan
mendapatkan kemoterapi yang mencari persamaan diantara kategori
mengalami nyeri dan kecemasan di RSU tersebut, dan pada akhirnya
Banyumas. Pengambilan partisipan mengelompokkan kategori-kategori
menggunakan teknik purposif sampling yang serupa ke dalam sub-sub tema,
berdasarkan karakteristik bersedia sub tema dan tema.
menjadi partisipan yang dinyatakan
dalam lembar persetujuan dan tidak HASIL
terdapat gangguan komunikasi verbal Penelitian ini menghasikan 5 kategori tema
maupun nonverbal, setelah dilakukan
yang menjelaskan proses hypnotherapi dan
penelitian di dapatkan partisipan respon partisipan terhadap hypnotherapi yang
sebanyak 6 orang.
dilakukan dalam tiga siklus. Kategori tema di
4. Prosedur Pengumpulan dan Analisa uraikan berdasarkan tujuan khusus sebagai
Data berikut :
Data dikumpulkan dengan wawancara 1. Pra Induksi
mendalam dan observasi partisipan Proses pre-induksi dilakukan 3 kali yaitu
sebelum dan sesudah dilakukan sebelum induksi hypnoyherapi 1,2 dan 3, hasil
hipnotherapi. Pengolahan data pre induksi di dapatkan data partisipan
menggunakan software NVivo mengeluh adanya nyeri yang dirasakan yaitu
9.0.204.0. Peneliti melakukan analisa sangat nyeri, nyeri berat dan juga kecemasan.
data menggunakan metode interpretasi Partisipan menginginkan nyeri dan
data Speziale, & Carpenter (2007) 29, kecemasannya
langkah-langkah

Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.1 No.1 November 2014 | 2


hilang atau berkurang, pernyataan partisipan “...dangu-dangu matane kulo abot
seperti diungkapkan sebagai berikut :
terus turu...dadi kelalen kabeh larane,
“Nggih niki sakite, ora mari-mari karo penyakite / lama-kelaman
larane,...mbuh kapan marine, ora bisa mata saya berat mengantuk terus
turu, nek turu ngimpi ketemu karo sing tidur dan saya lupa rasa sakite”. (P2)
wis mati /Ya ini sakitnya, tidak “....rasane mripate
sembuh-sembuh, entah kapan tambah abot...tambah
sembuhnya, tidak bisa tidur, kalau ngantukterus kulo
tidur mimpi ketemu sama orang-orang turu...../... saya rasakan mata saya
yang sudah meninggal semakin berat, semakin
(Partisipan mengantuk terus saya
terlihat emosional, mata berkaca- tertidur” (P5)
kaca. )” (P2) “Nggih situasi pas teng gunung /ya
“Nggih sakit sekali niki, kulo situasi di gunung,.... Nggih niku
manut sing penting sakitnya saged wau sedoyo rasane mpun sekeca,
ical...mantun/ iya sakit sekali, saya ndamelaken pikirane tenang/ semua
nurut yang penting nyeri ini bisa rasanya nyaman, membuat pikiran
hilang. sembuh”(P2) tenang”. (P2)
2. Induksi dan Deepening “Niku pas jalan-jalan teng
Proses induksi dan deepening dilakukan
bersama-sama, pada proses hypnoterapi I
alas...hawane seger...akeh wit-wit sing
proses ini menggunakan metode nafas dalam, ijo, suara manuk pada moni rasane
pada hypnotherapi tahap II menggunakan kepenak/ itu pas jalan-jalan di
metode nafas dalam dan metode mata berkedip hutan...hawanya segar. banyak pohon-
sedangkan pada hypnotherapi tahap III pohon hijau...suara
menggunakan metode nafas dalam, metode burung berkicau...rasanya
mata berkedip dan metode imagery oleh enak di badan”. (P5)
terapis. “Yang tadi itu pas ke sawah, jalan-
Dari hasil penelitian di dapatkan data pada jalan di sawah sedang panen padi,
induksi dan deepening siklus jalan ke gubuk, masuk ke gubuk dan
1 partisipan merasakan otot terasa kendor,
tertidur. ”.(P6)
rileks, nyaman, dan tidak terasa sakitnya, pada
Dari hasil induksi dan deepening ini tingkat
induksi dan deepening siklus 2 di dapatkan
sugestifitas partisipan di ukur menggunakan
data respon partisipan berupa mata semakin
Davis-Husband Scale dan di dapatkan tingkat
lama semakin berat, mengantuk, tidur, lupa
sugestifitas sebagai berikut :
semua sakitnya, muncul rasa nyaman, pada
induksi dan deepening siklus 3 di dapatkan 30
Skala
data partisipan merasakan berada di pantai, di 25
Sugestifitas
gunung dan di hutan, semuanya merasakan bisa 20 Induksi 1
tidur, badan terasa nyaman, terasa ringan dan 15 Skala
hati gembira, hal tersebut diungkapkan 10 Sugestifitas
partisipan sebagai berikut : Induksi 2
5 Skala
“Niku sing tarik nafas...teras otote
0 Sugestifitas
sami kendo...teras rileks. ngantos
P1 P2 P3 P4 P5 P6 Induksi 3
turu...sekeca/ yang tarik nafas, semua
otot terasa rileks
dan tertidur. Grafik 1. Tingkat sugestifitas partisipan
nyaman”. (P4) 3. Sugesti terapi
Proses pemberian sugesti terapi dilakukan
setelah proses induksi dan deepening, pada
proses hypnoterapi I sugesti terapi yang
diberikan berupa metode relaksasi, pada
hypnotherapi

Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.1 No.1 November 2014 | 3


tahap II menggunakan sugesti terapi yang tidur tadi rasanya enak, tidak terasa
diberikan menggunakan metode relaksasi dan
sakitnya”.(P2)
metode perintah paradoks sedangkan pada
hypnotherapi tahap III sugesti yang diberikan
Pada hypnotherapi tahap III sugesti
menggunakan metode relaksasi, metode yang diberikan menggunakan metode
perintah paradoks dan metode pemisahan/ relaksasi, metode perintah paradoks
disosiasi. dan metode pemisahan/
Pada proses pemberian sugesti terapi yang disosiasi partisipan yang
menggunakan metode relaksasi di dapatkan merasakan melihat semua
hasil semua partisipan merasakan otot menjadi rasa sakit dan kecemasan,
rileks, badan terasa nyaman, nyeri berkurang, memasukannya ke dalam botol, badan
tidak terasa nyeri lagi, nyeri terasa lagi dan menjadi nyaman dan kecemasan
sakit belum hilang. Data tersebut di atas hilang, seperti data wawncara berikut :
dinyatakan partisipan sebagai berikut :
“Nggih pas weruh sakite terus kulo
“...otote sedoyo kendo, terus rasane lebetaken teng botol terus kulo
awak kepenak mandan bucal teng jurang....teras rasane
mengurangi...ning siki malah krasa awak kepenak...tambah kepenak
maning larane nang weteng/ niku/ Ya tadi pada saat melihat rasa
otot sakit saya terus saya masukan ke botol
terasa kendor semua, rasanya badan terus saya buang ke jurang....setelah
nyaman....agak mengurangi,. itu rasanya badan saya
tetapi nyaman...tambah nyaman” (P2)
nyerinya sekarang terasa di perut “banjur kulo saged weruh werna-
saya” (P2) werni sakite kulo, saged nyekel sakite
kulo...lajeng kulo pundhuti...teras kulo
“.... rileks, otote kendo, ...Sing pas
lebokaken teng botol niku. kulo buang
turu....niku rasane kepenak../ ya itu ...
teng laut....kendang adoh pisan. ora
rileks, ototnya kendor, lemas, yang
keton malih.........bar niku kolo raose
dalam kondisi tidur”. (P3)
lega....kepenak awake kulo / saya juga
Pada hypnotherapi tahap II dengan
bisa melihat semua rasa sakit dan
menggunakan sugesti terapi yang
ketidaknyamanan saya, saya bisa
diberikan menggunakan metode
memegangnya...lalu saya pegang,...
relaksasi dan metode perintah paradoks
saya masukan ke dalam botol
di dapatkan data pasrtisipan merasakan
tadi....saya buang ke laut....jauh sekali
badan terasa nyaman, semua rasa
terbawa ombak laut...setelah itu sata
hilang, tenang, tidak terasa sakit.
merasa lega...nyaman badan saya”.
Pernyataan partisipan sebagai berikut :
(P3)
“Wau niku sing pas ngitung siji
sampai seket, ...., terus kula mboten
4. Alerting
kraos napa-napa,..../ Tadi itu yang Proses alerting bertujuan untuk
berhitung satu sampai lima puluh, ..., membawa partisipan kembali ke alam
terus tidak terasa apa-apa,”.(P1) sadar, pada semua tahap hypnotherapi
menggunakan metode menghitung 1- 10,
Nggih niku sing kula ngitung. genah berdasarkan hasil penelitian di dapatkan
dadi turu terus kelalen databahwa partisipan
kabeh....kepenak/ Iya itu tadi pas menghitung dan tiap hitungan
menghitung jadi tertidur terus lupa merasakan badan nyaman, segar dan
semuanya.....Ya pas turu krasane hitungan ke sepuluh terbangun. Data
kepenak niku, ora krasa sakite/ Ya wawancara partisipan pada saat proses
pas alerting sebagai sebagai berikut : “.......
pas ngitung sampe sepuluh
rasane awak kulo tambah

Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.1 No.1 November 2014 | 4


kepenak....terus kulo tangi /Pada saat
mengantuk dan tidur ya tidak 6
merasakan apa-apa, pada saat
4 Hypno 1
mengitung sampai sepuluh badan
terasa semakin enak.....terus saya 2 Hypno 2
bangun”. (P1) Hypno 3
0
“Pas ngitung satu sampai P1 P2 P3 P4 P5 P6
sepuluh....teras setiap hitungan rasane
awak tambah seger, kepenak...lajeng Grafik 2. Penurunan Nyeri
itungan sing kaping sepuluh kulo
tangi....ketika menghitung satu sampai 40
sepuluh,...setiap hitungan badan 30
rasanya segar dan nyaman...terus saya Hypno 1
20
terbangun ketika hitungan ke Hypno 2
sepuluh”. (P3) 10
Hypno 3
0
5. Penurunan nyeri dan kecemasan
P1 P2 P3 P4 P5 P6
Penurunan tingkat nyeri dirasakan
oleh semua partisipan setelah proses Grafik 3. Penurunan Kecemasan
hypnoterapi di lakukan terlihat dari penurunan
scala nyeri yang di keluhkan partisipan,
walaupun rasa nyeri muncul lagi sebelum PEMBAHASAN
hypnotherapi tahap berikutnya, penurunan Pada pelaksanaan hypnotherapi peneliti
yang paling banyak terjadi pada hypnotherapi menggunakan komunikasi terapeutik
tahap 3, rata-rata penurunan scala nyeri pasca dengan pendekatan
hypnotherapi tahap 1 adalah 4, pada interpersonal agar supaya segala sesuatu yang
hypnotherapi 2 adalah 4,3 dan pada berkaitan dengan nyeri dan kecemasan
hypnotherapi 3 sebesar 6,3 ini menunjukan partisipan dapat terungkap dan kemudian
bahwa angka rata-rata penurunan nyeri pesan-pesan hynotherapi dapat diterima
terbanyak pada hypnotherapi tahap 3. sehingga akan membawa manfaat/ efektif
Penurunan nyeri juga di kemukakan oleh pada nyeri dan kecemasan yang dialami
responden sebagai berikut : partisipanhal ini sesuai dengan Nurindra
“Nggih kirang sakite Nggih wau pas (2008) 17, hypnosis adalah suatu seni
turu sekeca, ..../ Iya berkurang komunikasi yang persuasif untuk membuka
sakitnya....Tadi pas tidur rasanya pintu gerbang alam sadar seseorang sehingga
nyaman, ”(P4) sugesti bisa di berikan, Sendjaja (2004)24 juga
menyampaikan bahwa dalam komunikasi
interpersonal memliki karakter humanistik
“Rasanya enak, sakitnya berkurang,
yaitu keterbukaan, empati, perilaku suportif,
otot tubuh rileks ya.., di badan terasa perilaku positif.
semua. ”(P6) Komunikasi interpersonal akan efektif
bila memiliki perilaku positif, 24 Sikap positif
“Nggih alhamdulillah berkurang dalam komunikasi interpersonal yang peneliti
sanget... /iya berkurang,berkurang lakukan adalah dengan memandang positif
sekali” (P1) terhadap diri sendiri sehingga yakin akan
Penurunan nyeri dan kecemasan tergambar keberhasilan hypnotherapi dan akan
dalam grafik berikut : menularkan keyakinan tersebut kepada
partisipan, di samping itu peneliti juga
senantiasa

Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.1 No.1 November 2014 | 5


menjaga perasaan positif terhadap partisipan Kecemasan/ ansietas adalah perasaan atau
terkait dengan respon partisipan pada saat tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar
hypnotherapi dan interaksi lainnya sepanjang disertai respon autonom (sumber seringkali
waktu penelitian. tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
1. Pra Induksi individu); perasaan takut yang disebabkan oleh
Tahap pra induksi bertujuan untuk antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan
mendapatkan data terkait dengan hal- hal yang isyarat kewaspadaan yang memperingatkan
dirasakan oleh partisipan, termasuk harapan individu akan adanya bahaya yang
dan keinginan terhadap penyelesaian masalah memampukan individu untuk bertindak
yang dihadapi. Informasi mengenai hal tersebut menghadapi ancaman (NANDA, 2012).
akan dapat diperoleh jika terjadi hubungan Sejalan dengan hal tersebut menyatakan bahwa
saling percaya antara terapis dengan partisipan, ansietas/ cemas meningkatkan persepsi
dalam hal ini adalah peneliti dengan partisipan. terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan
Interaksi antara peneliti dan partisipan seseorang cemas.
dilakukan menggunakan pendekatan Seseorang yang mengalami kecemasan akan
komunikasi terapeutik yaitu dengan menunjukan perilaku penurunan produktifitas,
berhadapan dengan partisipan, menampilkan gelisah, insomnia, kesedihan yang mendalam,
sikap tubuh yang rileks, mempertahankan ketakutan, perasaan ketidakberdayaan,
kontak mata, mempertahanan sikap terbuka. bingung, khawatir, rasa tidak percaya diri.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi Secara fisiologis juga akan nampak
pra induksi diketahui bahwa partisipan ketegangan di wajah, suara bergetar,
mengalami nyeri dan kecemasan. Patisipan peningkatan ketegangan, hal ini tentu saja akan
yang mengalami nyeri dalam kategori sangat berdampak kepada penurunan kualitas
nyeri sejumlah 3 orang dan 3 orang mengalami hidup
nyeri berat. Sedangkan yang mangalami penderitanya31. Kondisi
kecemasan terdiri dari ketidaknyamanan ini tentu saja membuat
5 orang mengalami kecemasan berat dan 1 partisipan memerlukan bantuan untuk
orang mengalami kecemasan sedang hal ini penanganan keperawatan
tidak sesuai dengan yang menyatakan bahwa yang sesuai, dan mau bekerja sama dalam
lansia cenderung memendam nyeri yang upaya mengatasi masalah nyeri dan kecemasan
dialami, karena mereka menganggap nyeri yang dihadapi, dengan dasar inilah maka
adalah hal alamiah yang harus dijalani dan peneliti membuat suatu perencanaan untuk
mereka takut kalau mengalami penyakit berat melakukan hipnotherapi sebagai upaya
atau meninggal jika nyeri diperiksakan. Perry penanganan nyeri dan kecemasan yang dialami
& Potter, (2010)21, oleh partisipan.
Partisipan mengalami kecemasan karena 2. Induksi dan Deepening
sakit yang tidak kunjung sembuh, nyeri yang Induksi adalah merupakan suatu metode
dirasakan yang menyebabkan terjadinya yang digunakan oleh terapis (peneliti) untuk
gangguan tidur baik kualitas maupun membimbing pasien (partisipan) untuk
kuantitasnya, cerita orang-orang tentang mengalami suatu trance hypnotheray. Kondisi
penderita penyakit kanker yang tidak berumur ini merupakan proses ini terjadi perpindahan
panjang, kekhawatiran tidak bisa beribadah pikiran pasien dari pikiran sadar (conscious
dengan sempurna, serta sering mengalami mind) ke alam pikiran
mimpi buruk.

Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.1 No.1 November 2014 | 6


bawah sadar (sub-conscious mind). Trance mudah karena tidak banyak perintah yang
hypnosis adalah suatu kondisi kesadaran rumit sehingga tidak memerlukan banyak
dimana bagian kritis pikiran sadar tidak aktif, waktu bagi partisipan untuk mencerna,
sehingga partisipan sangat reseptif terhadap serta karena tidak adanya masukan dan
sugesti yang diberikan oleh hypnotist27. saran dari partisipan pada masing-masing
Deepening merupakan kelanjutan metode karena dirasakan sesuai dengan
dari induksi yang bertujuan untuk kondisi partisipan.
membawa partisipan pada tingkatan
trance hypnosis sehingga akan 3. Sugesti therapi
meningkatkan kemampuan partisipan Sugesti terapi yang di berikan kepada
untuk menerima sugesti. Trance partisipan pada penelitian ini
hypnosis dibagi menjadi beberapa menggunakan metode relaksasi, perintah
tahap berdasarkan Davis-Husband paradoks dan pemisahan/ disosiasi,
Scale menjadi Hypnoidal, light trance, pemberian dilakukan ketika partisipan
sudah memasuki kondisi trance, akan lebih
medium trance, deep trance atau
efektif apabila sampai pada deep trance
somnambulism 7. atau somnabulism karena pada tahap ini
Berdasarkan pengukuran tingkat sugestifitas kondisi mental atau pikiran pasien menjadi
setelah dilakukan induksi dan deepening sangat sugestif 27.
diketahui ada perbedan yang cukup tajam Setelah menjalani semua siklus
terkait dengan tingkat sugestifitas pada hypnotherapi di dapatkan data terjadi
masing- masing tahap siklus hypnotherapi, penurunan nyeri dan kecemasan pada
pada siklus 1 diketahui rata-rata partisipan masing-masing siklus, penurunan nyeri
masih berada pada tahap midle trance, dalam kisaran 4 sampai 6,3 dan penurunan
sedangkan pada siklus 2 dan siklus 3 partisipan kecemasan pada kisaran 7 sampai 15,8.
sudah bisa mencapai tahap deep trance, Rata-rata penurunan nyeri tertinggi
sehingga lebih sugestif terhadap sugesti pada siklus hypnotherapi 3 yaitu pada
therapi, hal ini juga di dukung dengan hasil angka 6,3, hal ini kemungkinan disebabkan
penurunan nyeri dan kecemasan yang lebih karena pada tahap induksi dan deepening
dirasakan pada hypnotherapi siklus 2 dan siklus 3 ini semua partsipan bisa memasuki
semakin meningkat pada sikul 3, hal ini sesuai level deep trance yang lebih dalam
dengan Sovodka (2010) 27 bahwa pada kondisi sehingga partisipan lebih sugestif terhadap
deep trance pasien akan lebih sugestif terhadap sugesti terapi yang peneliti berikan, hal ini
sugesti therapi. Ada banyak metode yang dapat sesuai dengan Sovodka (2010)27. Berbeda
digunakan dalam rangka untuk induksi dan dengan penurunan kecemasan yang
deepening dalam hypnotherapi. berdasarkan pengukuran dengan
Ada banyak ragam metode induksi dan menggunakan HARS ternyata di dapatkan
deepening tetapi peneliti hanya menggunakan penurunan kecemasan angka rata-rata
metode nafas dalam/ deepth breathing, metode tertinggi pada siklus 1 disusul siklus 3 dan
membuka dan menutup mata/ mata berkedip paling sedikit penurunan kecemasan pada
dan metode imagery oleh terapis, hal ini siklus 2, hal ini dimungkinkan karena
dilakukan dengan beberapa sebelum siklus 1 parisipan banyak
pertimbangan yaitu untuk keseragaman mengalami gangguan tidur/ insomnia dan
perlakuan, kondisi latar belakang pendidikan setelah hypnotherapi siklus 1 partisipan
partisipan yang sebagian besar berpendidikan menyatakan bisa tidur walaupun masih
sekolah dasar,

Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.1 No.1 November 2014 | 7


belum puas tidurnya, hal tersebut dijelaskan yang terjadi di sekitarnya berikut dengan
oleh Stuart31, Sundeen (2007)27 bahwa berbagai stimulus yang diberikan oleh terapis.
kecemasan akan menimbulkan respon Kolcaba (2003)1 menyatakan seseorang
fisiologis terhadap tubuh, di mana akan yang mengalami nyeri berarti tidak terpenuhi
menimbulkan respon neuromuscular berupa kebutuhan rasa nyaman dari partisipan,
insomnia, gelisah, wajah tegang, kelemahan seseorang yang nyeri akan mencari pertolongan
umum dll, selain itu hasil penelitian ini juga untuk memenuhi kebutuhan rasa nyamannya,
didukung oleh penelitian Wahyu dan Arif dengan hipnosis peneliti dapat memenuhi
(2008)35 yang menyatakan bahwa ada kebutuhan rasa nyaman partisipan sejak tahap
hubungan antara kecemasan lansia dengan pra induksi, yaitu dengan menggali
kecenderungan insomnia di Panti Wredha permasalahan yang melatar belakangi nyeri
Dharma Bakti Surakarta. kemudian membantu menyelesaikannya
Partisipan mengungkapkan bahwa mereka sehingga partisipan merasa terbebas dari
bisa memenuhi kebutuhan tidur mereka dengan permasalahan dan tentram (ease), partisipan
hypnosis, lebih rileks dan nyaman serta tidak juga merasa mampu mengatasi
lagi mengalami mimpi buruk yang permasalahannya
mengganggu kualitas tidur mereka. Hal ini (transendece) karena ada orang yang akan
didukung oleh penelitian Iriana (2014) Analisa membantunya, hal tersebut terbukti saat
menunjukkan ada hubungan antara kecemasan penelitian, partisipan menyatakan nyerinya
dengan kualitas tidur ibu hamil di Poliklinik berkurang langsung setelah selesai sesi
KIA Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2013. hipnosis, partisipan juga merasa lebih lega dan
Pada Penelitian Schnur, dkk. (2009)30. lebih segar saat terbangun dari hipnosis,
menggunakan pendekatan RCT dengan partisipan tampak lebih bersemangat dan lebih
menggabungkan terapi perilaku (Cognitive- bugar.
Behavioral Therapy and Hypnosis Intervention/ Kondisi ketidaknyamanan berupa nyeri dan
CBTH) pada pasien kanker payudara yang kecemasan yang dialami akan membawa
menjalani radiotherapi di dapatkan hasil partisipan untuk mendapatkan tipe-tipe
bahwa CBTH memiliki potensi untuk kenyamanan didefiniskan sebagai dorongan
meningkatkan motivasi dari perempuan yang (relief) berupa kondisi partisipan yang
menjalani kanker payudara radioterapi. membutuhkan kebutuhan yang spesifik dan
Gunawan (2007)17 menjelaskan saat segera, ketenteraman (ease) yaitu kondisi yang
seseorang terhipnosis, fungsi analitis logis tenteram atau kepuasan hati dan transcedence
pikiran direduksi sehingga memungkinkan yaitu suatu kondisi dimana individu mampu
individu masuk ke dalam kondisi bawah sadar, mengatasi nyeri dan kecemasanya.
dimana tersimpan beragam potensi internal Berdasarkan teori Orem1,19, maka praktek
yang dapat dimanfaatkan untuk lebih dari aktivitas yang dimulai individu untuk
meningkatkan kualitas hidup. Individu yang menjaga kehidupan dan kesehatannya dalam
berada pada kondisi hypnotic trance lebih hal ini adalah kegiatan partisipan untuk
terbuka terhadap sugesti dan dapat dinetralkan penanganan masalah nyeri dan kecemasannya
dari berbagai rasa takut berlebih, trauma disebut self care. Hal yang dibutuhkan untuk
ataupun rasa sakit. Individu yang mengalami menjaga kegiatan Self care adalah self care
hipnosis masih dapat menyadari apa requisites, yang terdiri tiga bagian, yaitu
universal self care

Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.1 No.1 November 2014 | 8


requisites, developmental self care, nyeri sedang, kecemasan sedang maka
health deviation self care requisites. partisipan pada posisi partly compensatory
Kebutuhan universal self care system, partisipan hanya membutuhkan
requisites yaitu kebutuhan yang sebagian pelayanan keperawatan,
dibutuhkan oleh manusia berupa udara, partisipan masih bekerjasama dengan
air, makanan, eliminasi, aktivitas dan peneliti untuk memenuhi kebutuhannya,
istirahat, menyendiri dan bersosialisasi dan pada kondisi ini perawat bisa memulai
serta pencegahan bahaya, sedangkan mempertimbangkan untuk memberikan
pembelajaran tentang self hypnotherapi
developmental self care requisites
kepada pasien untuk mengatasi
adalah kebutuhan tumbuh kembang masalahnya, ketika sudah berada pada
dari manusia sepanjang perjalanan level nyeri ringan, kecemasan ringan,
kehidupan, sedangkan health deviation partisipan berada pada situasi Supportive
self care requisites adalah ketika educative system dimana partisipan bisa
seseorang sakit dan menggangu fungsi memenuhi sebagian kebutuhannya namun
seseorang maka dia akan membutuhkan masih membutuhkan bimbingan, ketika
bantuan seseorang1. Berdasarkan data pasien sudah berada pada kondisi nyeri
penelitian kebutuhan universal self ringan dan kecemasan ringan maka pasien
care requisites yang belum terpenuhi sudah bisa melakukan self hypnosis.
oleh partisipan adalah kebutuhan akan
istirahat, aktifitas dan pencegahan dari 4. Alerting
Alerting sering disebut juga dengan
bahaya nyeri sehingga mendorong
awakening merupakan tahap akhir dari
health deviation self care requisite seluruh proses terapi. Nurindra (2008)17
untuk meminta dukungan dan bantuan menyebutkan pengakhiran adalah tahap
orang lain sehingga kebutuhan self untuk mengakhiri hipnotis dan membawa
care/ menjaga kehidupan dan partisipan kembali ke kondisi normal.
kesehatannya terpenuhi. Pada tahap ini pasien perlahan-lahan
Nursing system dibagi menjadi tiga bagian dibangunkan dari tidur hypnosis dan
yaitu wholly compensatory nursing system mengembalikan sepenuhnya kepada
yaitu orang yang membutuhkan pelayanan kesadaran, tahap yang paling
keperawatan secara total, Partly compensatory menyenangkan dari serangkaian tahap
system yaitu orang yang membutuhkan pelayan hypnotherapi adalah ketika partisipan
keperawatan sebagian, perawat dan pasien terbangun, membuka mata dan tersenyum
bekerja sama untuk memenuhi kebutuhannya, kepada therapis, hal ini menandakan proses
Supportive educative system, adalah situasi hypnosis telah memberikan manfaat
dimana pasien dapat memenuhi kebutuhannya kepada pasien. Pada pelaksanaan alerting
namun masih membutuhkan bimbingan1. pada 3 siklus hypnotherapi peneliti
Dalam konteks menggunakan metode menghitung 1-10
permasalahan nyeri dan kecemasan yang di secara perlahan-lahan dengan memberikan
hadapi oleh partisipan, ketika partisipan berada ucapan yang menguatkan terhadap proses
pada kondisi sangat nyeri, nyeri berat, sugesti, hal ini sesuai dengan Sovodca
kecemasan berat maka patisipan berada pada (2010)28 bahwa untuk mengakhiri proses
wholly compensatory sehingga membutuhkan hypnotherapi, seorang therapis boleh
secara total pelayanan keperawatan untuk mengucapkan
mengatasinya, dan hypnotherapi layak menjadi
salah satu pilihan untuk mengatasi masalah
nyeri dan kecemasan, ketika sudah sampai
pada

Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.1 No.1 November 2014 | 9


kata-kata yang semakin membuat pasien menguasai teknik ketrampilan hypnotherapi
bersemangat dan yakin bahwa masalahnya mulai dari proses pendidikan.
sudah terselesaikan. Hal yang paling banyak
ditemukan adalah ekspresi senyum partisipan,
yang menunjukan bahwa nyeri dan
KEPUSTAKAAN
kecemasannya berkurang atau hilang.
1. Alligood , MR; Tomey, AM;. (2006).
Nursing theory utilization &
SIMPULAN DAN SARAN
application, third edition. ST Louis:
Simpulan Mosby, Inc.
Penelitian ini mendapatkan gambaran 2. Boyle, P., & Leon, M. E. (2002).
tentang manfaat hypnotherapi untuk Epidemiology of colorectal cancer.
mengatasi nyeri dan kecemasan pada pasien British Medical Bulletin, 1–25.
dengan kanker kolon yang sedang menjalani 3. Brunicardi, F Charles; Andersen,
kemotherapi, gambaran tersebut sebagai Dana K; Billiar, Timothy R; Hunter,
berikut : Penurunan tingkat nyeri dirasakan John G; Dunn, David L; Matthews,
oleh semua partisipan setelah hypnoterapi di Jeffrey B; Pollock, Raphael E;.
lakukan pada masing- masing siklus. (2009). Schwartz's Principles Of
Penurunan tingkat nyeri yang paling besar Surgery. USA: The McGraw-Hill
dirasakan pada hypnotherapi tahap 3, rata-
Companies, Inc.
rata penurunan scala nyeri pasca hypnotherapi
siklus 1 adalah 4, pada hypnotherapi siklus 2
4. Brunner, Sudarth. (2002). Brunner,
adalah 4,3 dan pada hypnotherapi siklus 3 2002, Buku ajar keperawatan
sebesar 6,3.Penurunan tingkat kecemasan medikal-bedah, EGC, Jakarta.
dirasakan oleh semua partisipan setelah Jakarta: EGC.
dilakukan pada masing-masing siklus. Pada 5. Hadjam, M. (2000). Tinjauan
penurunan kecemasan paling besar terjadi Psikologis Tentang Kanker.
pada siklus 3, dengan rata-rata rata- rata Yogyakarta: Fakultas Psikologi
penurunan kecemasan pada hypnotherapi UGM.
tahap 1 adalah sebanyak 15,8 pada tahap 2 6. Hakim, A. (2010). Hipnoterapi :
sebanyak 7, pada tahap Cara Tepat Mengatasi Stress, Fobis,
hypnotherai 3 sebanyak 9,83.
Trauma dan Gangguan Mental
Saran
Lainnya. Cet. I. Jakarta.:
Berdasarkan simpulan hasil penelitian di PT.Transmedia Pustaka.
atas, peneliti memberikan saran sebagai 7. Heap, Michael; Aravind, Kottiyattil
berikut : K;. (2007). Hartland's Medical and
a. Diharapkan pemberian hypnotherapi Dental Hypnosis. London: Churchill
menjadi salah satu intervensi Livingstone.
keperawatan yang diatur dengan 8. Kemmis, S; McTaggart, R;. (2000).
standar operasional yang berlaku pada Participatory Action Research. New
tataran pelayanan kesehatan. York: Denzin & Y. Lincoln.
b. Penguasaan terapi hypnosis untuk 9. Koshy, V. (2005). Action Research
mengurangi nyeri dan kecemasan for Improving Practice, A Practical
hendaknya dimasukan dalam Guide. London : A SAGE
kurikulum pendidikan keperawatan Publications Company.
sehingga perawat akan belajar 10. Kroger, W. S. (2008). Clinical &
Experimental Hypnosis In Medicine,
Densistry and Psychology.
Philadelphia USA: Lippincott
William & Wilkins.

Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.1 No.1 November 2014 | 10


11. March, Angela ; Cormack, Dianne 23. Sadock, Benjamin James; Sadock,
Mc;. (2009). Modifying Kolcaba’s Virginia Alcot;. (2010). Kaplan &
Comfort Theory as an institution. Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis.
Holistic Nursing Practice, 78. Jakarta: EGC.
12. Marijata. (2006). Pengantar Dasar 24. Sendjaja, D.S. (2004). Pengantar Ilmu
Bedah Klinis. Yogyakarta: UPK- FK Komunikasi. Jakarta : Universitas
UGM. Terbuka
13. M., Kojima, et al. (2005). Perceived 25. Siregar, G. A. (2007). Deteksi Dini
Psychologic Stress and Colorectal Dan Penatalaksanaan Kanker Usus
Cancer Mortality:. Psychosomatic Besar. Medan: USU.
Medicine, the 26. Sjamsuhidajat , R, Wim de Jong.
American Psychosomatic Society, (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah.
pp.67:72–77. Jakarta: EGC.
14. McCloskey, J., & Bulechek, G. (. 27. Smeltzer, S. C; Bare, B;. (2006).
(2000). Nursing Interventions Buku Ajar Keperawatan Medikal
Classification (NIC) (3rd ed.). St. Bedah Brunner & Suddarth (8 ed.,
Louis: Mosby-Year Book. Vol. III). (M. Ester, Penyunt., A.
15. Naibaho, D. (2002). Karakteristik Hartono, H. Y. Kuncara, E. S.
Penderita Kanker Kolorectal yang Siahaan, & A. Waluyo, Penerj.).
dirawat inap di RSUP H. Adam Malik Jakarta: EGC.
Medan. Medan: USU Repositori. 28. Sovodka, P. (2010). Secret of
16. Niff, Jean Mc; Whitehead, Jack. Hypnotherapy. Jogjakarta:
(2002). Action Research: Principles FlashBooks.
and Practice. New York: 29. Speziale, H., Streubert, H., &
RoutledgeFalmer. Carpenter, D. (2007). Qualitative
17. Nurindra, Y. (2008). Panduan Self Research in Nursing. Advancing the
Hypnosis. Jakarta: www.hipnotis.net. Humanistic Imperative. London:
18. Olwin Nainggolan, Anna Maria, S., Lippincoot Williams & Wilkins.
Marice, S. (2009). Faktor-Faktor yang 30. Stoebl, BL; Molton, IR; Patterson ,
berhubungan dengan Tumor/ Kanker DR;. (2009). The efficacy of hypnotic
Saluran Cerna Berdasarkan Survei analgesia in adult, a review literature.
Kesehatan Nasional. Jakarta: Journal of Contemporary Hypnosis,
Puslibang Depkes RI. Vol. 26,no. 1, pp. 24-39.
19. Orem, D. (2001). Nursing Concept of 31. Stuart, G. W. (2005). Principles and
Practical. St. Louis: The CV. Mosby Practice of Psychiatric Nursing. (9th
Company. ed.). Canada: Mosby Elsevier.
20. Oemiati, Ratih; Rahajeng, Ekowati; 32. Strong, Jenni ; Unruh, Anita, M.
Kristanto, Antonius Yudi;. (2011). (2002). Pain : Textbook for Therapist.
Prevalensi Tumor dan Beberapa Edinburg: Churchill Livingstone
Faktor yang Mempengaruhi di 33. Stuart, G; Sudeen, S;. (2007). Buku
Indonesia. Buletin Penelitian Saku Keperawatan Jiwa (3 ed., Vol.
Kesehatan, Vol. 39, No. 4, pp.190- III). (Y. Asih, Penyunt., & A. Yani,
204. Penerj.). Jakarta: EGC.
21. Perry, A. G; Potter , P. A;. (2007). 34. Taylor, S. E.; Dakof, G. A;. (1988).
Fundamental of Nursing (6th ed.). Social support and the cancer patient.
Italy: Elsevier Health Science In S. Oskamp & S. Spacapan (Eds.),
Division. The social psychology of health: The
22. Rasjidi, I. (2010). Perawatan Paliatif Claremont symposium on applied
Suportif & Bebas Nyeri Pada Kanker. social psychology. Newbury Park,
Jakarta: CV Sagung Seto. California: Sage Publications.

Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.1 No.1 November 2014 | 11


35. Wahyu, W. Arif, W. (2008). Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode
Hubungan antara tingkat kecemasan Januari 2005 ─ Desember
dengan kecenderungan Insomnia 200. JKM. Vol.8 No.2 Februari ,
Pada Lansia di Panti Whreda Dharma pp.138-143.
Bakti Mulia. Surakarta; tidak 37. Zahari, A. (2002). Deteksi Dini,
dipublikasikan Diagnosa dan Penatalaksanaan
36. Winarto, Emilia P; Ivone, July; Kanker Kolon dan Rektum. Suplemen
Saanin, Sri Nadya J;. (2009). Majalah Kedokteran Andalas, pp.63-
Prevalensi Kanker Kolorektal di 70.

Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.1 No.1 November 2014 | 12

Anda mungkin juga menyukai