Anda di halaman 1dari 8

Aplikasi Hypnosis Di Dunia Medis

Beberapa klien yang saya jumpai, umumnya praktisi medis, melontarkan pertanyaan mengenai
mekanisme hypnosis, utamanya melalui perspektif medis. Menurut saya hal ini sangat baik guna
meluruskan perspektif mengenai hypnosis melalui de-mistifikasi. Artikel kali ini saya resumekan
dari karya Hong Ning Ngai yang dibuat tahun 2000. Semoga artikel ini mampu menjelaskan
lebih banyak mengenai mekanisme kerja hypnosis, utamanya yang berkenaan dengan dunia
medis.

Aplikasi hypnosis pada dunia medis masih sangat minim. Padahal berdasarkan riset klinis dan
eksperimental, hypnosis sangat efektif dalam manajemen sensasi sakit. Hal ini utamanya
disebabkan karena hypnosis lebih dipandang melalui perspektif psikologis dibandingkan
fisiologis. Aplikasi hypnosis pada dunia medis utamanya terletak pada dua area, yaitu
hypnoanalgesia (aplikasi hypnosis untuk mengurangi Sensitivitas terhadap sensasi sakit) dan
hypnoanaesthesia (aplikasi hypnosis untuk mengurangi Sensitivitas terhadap semua sensasi).
Pada kedua aspek tersebut, hal terpenting adalah kemampuan pasien dalam memfokuskan
perhatian. Riset berkenaan dengan mekanisme psikologis dan fisiologi mendukung gagasan
mengenai penggunaan atensi untuk memberikan kendali pikiran atas tubuh. Hal ini berarti pula
melibatkan pasien pada proses kesembuhannya dengan memberikan kendali pada kesehatannya
sendiri.

Menurut Chaves, 1994, hypnoanalgesia meliputi empat tahap, yaitu:


Persiapan
Setiap pasien yang datang pada therapist tentu memiliki ekspektasi atas proses yang akan
dilalui. Pada tahap ini, therapist perlu memberikan penjelasan pada pasien mengenai
pencapaian yang realistik yang dapat diraihnya
Induksi hypnosis
Pada tahap therapist membantu pasien untuk mengalami kondisi trance yang ditandai
dengan relaksasi ekstrim, atensi yang terpusat dan peningkatan pada penerimaan sugesti.
Sugesti yang diberikan oleh therapist dapat dibedakan berdasarkan jenisnya, yaitu direct
suggestion dan indirect suggestion. Direct suggestion lebih efektif dari sudut pandang
waktu namun tidak semua individu responsif terhadap sugesti jenis ini. Sementara
indirect suggestion lebih memiliki fleksibilitas hampir pada setiap individu namun relatif
sedikit lebih lama dibandingkan direct suggestion. Kabanyakan therapist menggunakan
kombinasi antara keduanya
Therapeutic suggestion     
Tahap ini merupakan tahap terpenting karena therapist lebih memfokuskan pasiennya
pada berbagai sugesti yang ingin diberikan. Berkenaan dengan konteks pengurangan
sensasi sakit, therapist membantu pasien dengan mengembangkan situasi imajinatif
(terlepas dari logis/tidak) untuk mencapai tujuan pengurangan sensasi sakit. Contohnya
seperti dissosiasi, di mana pasien mengimajinasikan tangannya terpisah tubuh atau
terbuat dari material lain misalnya baja.
Post-hypnotic sugestion
Tahap ini ditujukan agar pasien mampu mempertahankan pencapaiannya, dalam hal ini
pengurangan sensasi sakit, walaupun kondisi hypnosis sudah diterminasi. Hal ini
umumnya dicapai dengan menggunakan mekanisme yang disebut anchoring (misalnya
dengan tepukan di pundak).

Berikut diuraikan aplikasi hypnosis pada dunia medis berkenaan dengan kasus akut dan kasus
kronis.

Kasus Akut

Kebanyakan kasus akut (jangka singkat) yang diteliti berkenaan dengan aplikasi hypnosis adalah
luka bakar. Pada kasus luka bakar sangat direkomendasikan aplikasi hypnosis sesegera mungkin
untuk membatasi efek yang ditimbulkan setelahnya. Sebagai tambahan, pada saat itu pikiran
pasien masih terfokus pada perjalanan menuju ruang perawatan sehingga lebih mudah untuk
melakukan induksi. Berdasarkan studi sebelumnya, efek dari luka bakar sangat dipengaruhi oleh
pemikiran pasien terhadap kondisi yang sedang dihadapinya (Chapman et al., 1959). Sehingga
persepsi berkenaan "panas" dapat meningkatkan efek negatif dari luka bakar sementara persepsi
berkenaan "dingin" menurunkan efek negatif. Dengan memberikan berbagai sugesti berkenaan
dengan sensasi dingin dan anesthesia pada daerah yang bersangkutan dapat membatasi efek
negatif dari luka bakar. Pasien dengan luka bakar yang menerima sugesti "sensasi dingin" dan
"nyaman" lebih mudah ditangani, lebih optimis sehingga lebih cepat pulih (Ewin, 1978).

Sementara pasien menjalani perawatan, sensasi sakit yang muncul saat perawatan lebih besar
dibandingkan sensasi sakit ketika hanya membiarkan luka bakar tersebut. Untuk mencegah
infeksi, pasien perlu menjalani perawatan harian dan menggunakan antiseptik. Perawatan
tersebut akan memunculkan sensasi sakit yang sangat. Frekuensi perawatan yang cukup intensif
tidak memungkinkan penggunaan anesthesia, sehingga penggunaan hypnoanalgesia sangat
direkomendasikan (Patterson et al., 1996). Pada penelitian tersebut, 30 pasien yang mengalami
luka bakar secara acak dibedakan dalam 3 kelompok:

kelompok hypnosis
kelompok ini diberikan sugesti yang meliputi aplikasi sugesti relaksasi, analgesia,
amnesia dan kenyamanan ketika disentuh di pundak.
kelompok pseudohypnosis
kelompok ini diminta untuk menutup mata, menghitung hingga 20, membayangkan diri
berada di tempat yang relaks
kelompok tanpa intervensi (kelompok kontrol)
kelompok ini tidak diberikan perlakukan apa pun untuk mengurangi sensasi sakit.

 
Hasil eksperimen diberikan sebagai berikut:

 kelompok yang menggunakan hypnosis mendapati pengurangan sensasi sakit hingga


46%
 kelompok yang menggunakan pseudohypnosis mendapati pengurangan sensasi sakit 16%
 kelompok kontrol mendapati pengurangan sensasi sakit sebesar 14%

Hasil ini menunjukan bahwa hypnoanalgesia mampu menurunkan sensasi sakit lebih besar
dibandingkan relaksasi.

Kasus Kronis

Sedikit berbeda dengan kasus akut, studi terhadap aplikasi hypnosis pada kasus kronis lebih
terpisah-pisah. Salah satu area aplikasi hypnosis adalah sensasi sakit, mual, muntah sehubungan
dengan chemotherapy pada perawatan kanker. Penelitian yang dilakukan oleh Syrjala et al.
(1992) pada 35 pasien kanker yang dipilih secara acak dan dikelompokan dalam 3 grup:

hypnosis
relaksasi, sugesti pengurangan sensasi sakit, mual dan reaksi emosional terhadap gejala,
sugesti berkenaan dengan proses penyembuhan, kondisi baik, kendali diri, kemampuan
untuk mengatasi gejala
cognitive behavioural training
relaksasi dan beragam kemampuan kognitif dalam mengatasi hal yang sedang dihadapi
(contoh: cognitive restructuring, eksplorasi arti dari penyakit)
atensi (placebo)
kontak normal dengan terapis

Hasil dari studi ini menujukan bahwa pasien pada kelompok hypnosis mendapati pengurangan
yang signifikan pada sensasi sakit yang diakibatkan oleh chemotherapy dibandingkan dengan
dua grup lainnya. Selain itu pasien pada grup hypnosis juga memiliki tendensi pengunaan obat-
obatan yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok yang lain. Karena kelompok
hypnosis dan cognitive behavioural training menggunakan relaksasi, hal ini menunjukan bahwa
hypnoanalgesia tidaklah semata-mata disebabkan oleh relaksasi mental dan fisik. Selain itu,
karena kelompok hypnosis lebih berfokus pada kemampuan pasien untuk mengurangi gejala,
maka hal yang mendasari pengurangan sensasi sakit adalah kendali diri.

Studi lain dilakukan oleh Haanen et al. (1991) pada area fibromyaglia. Fibromyaglia merupakan
kelainan yang ditandai dengan sakit otot dan gangguan tidur. Pada studi ini, pasien dibedakan
dalam 2 kelompok, yaitu:

kelompok eksperimental
kelompok ini mendapatkan sugesti untuk relaksasi, peningkatan kualitas tidur dan
kemampuan mengendalikan sensasi sakit.
kelompok kontrol
kelompok ini mendapatkan relaksasi dan massage

Hasil dari studi menunjukan pada kelompok pertama lebih mampu mengurangi sensasi sakit dan
kelelahan lebih baik dibandingkan kelompok kedua. Selain itu, hampir serupa dengan studi
sebelumnya kelompok hypnosis menunjukan lebih rendah konsumsi obat-obatan. Kembali ini
studi ini menunjukan bahwa hypnoanalgesia lebih dari sekadar relaksasi, karena kedua kelompok
menggunakan relaksasi namun terdapat perbedaan dalam efektifitas. Ketidakberadaan sugesti
yang berkenaan dengan kendali diri menyebabkan kelompok kedua kurang efektif.

Pembedahan

Berdasarkan pada referensi yang dibuat oleh Manusov, 1990, aplikasi hypnoanesthesia telah
hadir semenjak era 1800-an, di mana saat itu anesthesia kimiawi belum banyak digunakan.
Seiring dengan semakin berkembangnya anesthesia kimiawi, hypnoanaesthesia semakin jarang
digunakan.

Aplikasi sugesti hypnosis pada pasien mampu mengurangi ketegangan saat akan memasuki
ruangan operasi. Sementara hypnoanaesthesia hanya dimungkinkan pada 10% hingga 16% dari
keseluruhan populasi. Namun tetap aplikasi sugesti hypnosis dapat lebih mengefektifkan
anesthesia kimiawi (Erickson, 1994). Ketika anesthesia kimiawi telah memunculkan efeknya,
penggunaan sugesti hypnosis memungkinkan pasien untuk mempertahankan kendali diri. Selain
itu, penelitian lebih lanjut menunjukan aplikasi hypnosis mampu mengurangi konsumsi
anesthesia kimiawi dan mempersingkat jangka waktu perawatan pasien di rumah sakit (Masunov,
1990).

Bukti Psikologis

 
Sensasi Sakit Eksperimental
Penelitian lebih lanjut dilakukan oleh Arendt-Nielsen et al. (1990) dapat lebih memperjelas
pemahaman mengenai mekanisme dibalik pengurangan sensasi sakit pada kasus akut dan kronis.
Pada studi kali ini, 8 pasien yang memiliki tingkat Sensitivitas tinggi pada hypnosis diberikan
stimulasi laser. Batasan sensori dan sensasi sakit diukur dalam 3 kondisi; sadar, sugesti
hyperaesthesia (peningkatan Sensitivitas terhadap sensasi sakit) dan sugesti analgesia
(pengurangan Sensitivitas terhadap sensasi sakit).

Pada kondisi hyperaesthesia, subjek diminta untuk membayangkan tangan kanan ditempatkan di
dalam air panas kemudian dikeluarkan namun masih terasa sangat panas. Pada kondisi analgesia,
subjek diminta membayangkan bahwa tangan kanan bukan lagi milik mereka dan terbuat dari
material yang tidak sensitif. Di setiap akhir sugesti, subjek diberi tahu bahwa mereka akan
menerima stimulus laser.
Kondisi batasan toleransi terhadap sensasi sakit saat sadar dijadikan sebagai pembanding. Pada
kondisi hyperaesthesia, batasan menurun hingga 47% dan 48% terhadap sensorik dan sensasi
sakit. Sementara pada kondisi analgesia, batasan meningkat hingga 316% dan 190% untuk
sensorik dan sensasi sakit. Potensi sensasi sakit meningkat hingga 14% pada kondisi
hyperaeathesia dan menurun hingga 31% pada kondisi analgesia. Eksperimen ini menunjukan
bahwa perubahan yang terjadi dapat diterangkan dalam dua kemungkinan: sebagai interaksi
antara neurochemical/hormonal atau modulasi proses kognitif untuk memfokuskan dan
menidakfokuskan perhatian. Karena sugesti hypnosis dapat secara cepat dikembalikan, implikasi
hormonal (yang mana telah ditunjukan pada banyak studi sebelumnya) tidak terjadi. Namun,
penggunaan mekanisme neurochemical sangat dimungkinkan, walaupun tidak dipelajari secara
mendalam pada studi ini. Penjelasan berkenaan dengan psoses kognitif mendukung demikian
pula dengan studi klinis sensasi sakit. Peningkatan fokus perhatian pada kondisi hyperaesthesia
cenderung membuat pasien lebih atentif (peningkatan potensi) dan lebih sensitif (penurunan
batasan) terhadap stimulus. Sebagai tambahan, ide mengenai modulasi pada proses kognitif
mendukung hasil dari studi klinis sensasi sakit, individu yang berada pada kondisi relaks
memiliki kemampuan untuk mengarahkan aktifitas mentalnya.

Pengalaman Dissosiasi dan Kendali Dissosiasi

Penelitian lain yang berusaha menjelaskan mekanisme hypnoanalgesia dilakukan oleh Miller dan
Bowers (1993). Penelitian ini berusaha untuk memastikan apakah sumber daya kognitif
berkembang saat terjadi proses pengurangan sensasi sakit. 30 subjek ditempatkan dalam 2
kelompok, yang sebelumnya menjalani tes Sensitivitas terhadap hypnosis. Masing-masing
kelompok didiesain sedemikian rupa sehingga memiliki 9 subjek yang Sensitivitasnya tinggi dan
9 subjek yang Sensitivitasnya rendah.

Kelompok pertama adalah kelompok "penekanan stres" di mana subjek diinstruksikan untuk
menggunakan strategi kognitif dalam mengatasi sensasi sakit. Strategi yang digunakan meliputi
pengalihan perhatian dari sensasi sakit dan menciptakan situasi imajinatif yang tidak selaras
dengan sensasi sakit. Kelompok perlakuan kedua adalah kelompok hypnosis di mana subjek
diberikan induksi hypnosis dan sugesti analgesia. Sugesti yang diberikan termasuk untuk tetap
relaks dan nyaman dan mensensasikan bahwa tangan subjek terbuat dari material yang tidak
sensitif bahkan tidak ada sama sekali. Dengan salah satu tangan subjek muncul dari air dingin
(ditujukan sebagai stimulus sensasi dingin).

Setelahnya semua subjek menjalani tes kosa kata. Hasil dari ketiga tes dibandingkan dengan
hasil dasar yang diambil sebelum menjalani perlakuan. Pada kelompok perlakukan pertama,
kedua klasifikasi subjek, Sensitivitas tinggi dan Sensitivitas rendah, menunjukan penurunan 30%
pada performa kosa kata. Pada kelompok perlakuan kedua, kedua subjek, Sensitivitas rendah dan
tinggi menunjukan sedikit atau tidak ada kemunduran. Selama eksperimen, subjek yang memiliki
Sensitivitas tinggi dilaporkan mensensasikan lebih sedikit sakit dibandingkan subjek yang
memiliki Sensitivitas rendah. Namun bagaimanapun, kedua klasifikasi subjek tidak
mengembangkan daya kognisinya untuk mengatasi situasi sakit. Sehingga hasil tes mereka sama.

Hasil penelitian ini mendukung argumen para peneliti yang mengungkapkan bahwa sugesti
hypnosis mengaktifkan level bawah dari kendali atas sensasi sakit dan pengalihan keterkaitan
eksekutif (Miller & Bowers, 1993). Sehingga tidak ada fungsi eksekutif (seperti yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan tes kosa kata) terganggu oleh sensasi sakit. Hasil dari eksperimen ini
menudukung ide yang dihasilkan dari ekperimen sebelumnya: ketidakfokusan perhatian pada
stimulus sakit. Hasil penelitian ini juga mendukung studi klinis di mana pasien yang menjalani
hypnoanalgesia mungkin dapat mengembangkan daya kognisinya pada aktifitas lain (seperti
keluarga, kerja) dan dapat lebih cepat pulih dibandingkan mereka yang memfokuskan potensi
mentalnya pada sensasi sakit.

Sensitivitas pada hypnosis


Level Sensitivitas pada hypnosis dapat diukur menggunakan beragam skala, namun untuk tujuan
penelitian skala yang lebih sering digunakan adalah Stanford Hypnotic Susceptibility Scale.
Banyak studi yang dikembangkan seperti yang dilakukan oleh Tenenbaum et al. (1990) yang
meneliti korelasi antara Sensitivitas pada hypnosis dengan kemampuan mengurangi sensasi sakit.
24 subjek yang memiliki Sensitivitas tinggi dan 24 subjek yang memiliki Sensitivitas rendah
pada hypnosis dipaparkan pada stimulus dingin, di mana subjek diminta untuk memunculkan
tangannya dari air es dingin. Kondisi sakit yang terjadi diukur pada masing-masing kelompok.
Pada subjek yang memiliki Sensitivitas tinggi pada hypnosis dilaporkan memiliki hasil yang
rendah dan dapat memunculkan tangannya lebih lama dibandingkan subjek yang memiliki
Sensitivitas rendah.

Sebagai hasil dari temuan ini dan temuan lainnya, para peneliti menyakini hanya mereka yang
memiliki Sensitivitas tinggi yang dapat diuntungkan dari hypnosis. Namun, Holroyd (1996)
melakukan observasi yang hasilnya mendukung bahwa subjek yang memiliki Sensitivitas rendah
dapat juga diuntungkan dari hypnosis. Penelitian yang dilakukan oleh Arendt-Nielsen et al., 1990
mengindikasikan bahwa penggunaan sugesti hypnosis dapat meningkatkan batasan sensasi sakit.
Studi klinis yang dilakukan oleh Lewis, 1992, menunjukan bahwa proses pembelajaran dapat
terjadi di mana pasien meningkatkan kendali atas sensasi sakitnya ketika diberikan latihan
tentang hypnoanalgesia. Sehingga intinya, penelitian ini menunjukan ide bahwa level Sensitivitas
pada hypnosis tidak terlalu signifikan karena semua individu dapat mengurangi sensasi sakit
seiring dengan latihan dan waktu.

Sugesti Langsung dan Tidak Langsung


Selain berfokus pada Sensitivitas individu pada hypnosis, peneliti juga memfokuskan pada
karakteristik sugesti yang diberikan pada individu. Sugesti langsung menggunakan
penghubungan dan prediksi. Subjek diberitahu apa yang mereka sensasikan dan apa yang akan
mereka sensasikan.

Sementara sugesti tidak langsung lebih banyak menggunakan pola bahwa permisif. Subjek
diberitahu bahwa mereka mungkin akan mensensasikan sesuatu dan diberitahu berbagai
kemungkinan respon yang mereka dapat lakukan. Beberapa peniliti menyakini bahwa subjek
yang memiliki Sensitivitas tinggi pada hypnosis lebih diuntungkan dengan sugesti langsung
karena resistensi yang mereka miliki lebih rendah. Pada subjek yang memiliki Sensitivitas
rendah pada hypnosis, lebih diutamakan dengan sugesti tidak langsung karena keberadaan ilusi
pilihan sehingga dapat mengurangi resistensi mereka. Namun studi literatur yang dilakukan oleh
Lynn et al. (1993) mengungkapkan bahwa terdapat kurangnya bukti yang menunjukan hubungan
antara Sensitivitas seseorang pada hypnosis dengan karakter sugesti yang akan diberikan.
Intinya, pesan yang diberikan dalam sugesti hypnosis lebih penting dibandingkan karakter
sugesti hypnosis tersebut.

Bukti-Bukti Fisiologis (Mekanisme Neurophysiological)


Dari perspektif Neurophysiological, beberapa studi mengindikasikan bahwa efek dari
hypnoanalgesia disebabkan oleh penghambatan pada berbagai level di sistem syaraf. Salah satu
level yang dipengaruhi adalah Central Nervous System (CNS). Ketika excitatory neuron, neuron
memacu keluarnya signal/firing, di otak menembakan respon terhadap stimulus sensasi sakit,
inhibitory neuron, neuron meredam keluarnya signal/firing, menembakan untuk memodulasi
signal exhibitory neuron. Sehingga level sensasi sakit diregulasi untuk mencegah sensory
overload. Holroyd (1996) menunjukan berbagai studi di mana berbagai reflek spinal direduksi
sebagai respon atas sugesti untuk tidak mensensasikan kejut listrik. Sensasi sakit dialirkan ke
kedua ujung CNS.

Level lain yang turut terpengaruh adalah Peripheral Nervous System (PNS). Berbagai studi
menunjukan bahwa Galvanic Skin Response (GSR) mampu menghilangkan respon pada
stimulus yang menyakitkan. (Holroyd, 1996). Sehingga modulasi dari sensasi sakit terjadi dua
kali, pertama pada PNS ketika terjadi kontak dengan tubuh dan selanjutnya pada CNS ketika
terjadi pemrosesan stimulus. Regulasi penurunan yang terjadi dua kali ini mengurangi sensasi
sakit yang cukup signifikan. Hal ini juga mendukung gagasan tentang peningkatan batasan
sensasi sakit dengan sugesti hypnosis. Individu membutuhkan stimulus sensasi sakit yang lebih
tinggi untuk memberikan efek respon pada sistem syaraf. Riset ekstensif dilakukan oleh
Crawford (1994) yang mengindikasikan bahwa hypnoanalgesia juga melakukan penghambatan
pada pola di otak. Efek dari stimulus sensasi sakit diamati menggunakan Event-Related
Potentials (ERPs). Potensi yang dimaksudkan adalah respon elektris yang terhubung dengan
pengenalan awal dan atensi selanjutnya dari stimulus. Setelah induksi hypnosis untuk tidak
mesensasikan stimulus sensasi sakit, komponen awal terpengaruh namun komponen selanjutnya
tereduksi. Hal ini mengindikasikan bahwa subjek lebih tidak awas terhadap sensasi sakit. Pada
penelitiannya selanjutnya Crawford, 1994, mengungkapkan bahwa hypnoanalgesia berkaitan erat
dengan gelombang theta di otak. Pola gelombang theta merupakan pola mereduksi penyampaian
signal (inhibitory), yang diasosiasikan dengan pikiran bawah sadar. Fakta yang menunjukan
bahwa ritme tersebut dihasilkan oleh bagian tengah bawah dari otak mendukung hasil penelitian
yang dilakukan oleh Miller dan Bowers (1993), yang mengungkapkan bahawa sugesti hypnosis
menuju langsung ke bagian tengah bawah untuk mengendalikan sakit. Keseluruhan hasil
penelitian mendukung gagasan bahwa ketidakfokusan atensi dapat menimbulkan toleransi yang
lebih besar pada sensasi sakit.

Kesimpulan
Aplikasi hypnosis pada dunia medis, yang telah dibuktikan melalui serangkaian eksperimen,
memiliki manfaat yang cukup signifikan. Dunia medis akan sangat diuntungkan dengan aplikasi
hypnosis. Berkaitan dengan anesthesia, hypnosis dapat digunakan pada pasien yang memiliki
hambatan untuk melakukan prosedur tradisional seperti ketika mereka memiliki alergi anesthesia
kimiawi. Tergantung pada kondisinya hypnoanesthesia mampu menyediakan jalur lain bagi
pasien ke ruang operasi. Berkenaan dengan analgesia, hypnosis efektif bagi pasien yang
memiliki sakit akut ataupun kronis. Pada beberapa pasien, hypnoanalgesia mampu
meminimalkan sensasi sakit tanpa menggunakan obat-obatan. Namun hal terpenting dari
semuanya adalah hypnosis telah membuka kesempatan bagi pasein untuk turut serta pada proses
penyembuhannya. Sehingga praktisi medis tidak lagi memegang tanggung jawab atas diagnosis
dan perawatan. Proses penyembuhan menjadi tanggung jawab bersama, antara praktisi medis dan
pasien,kombinasi yang sangat sempurna.

Oleh: Yovan P. Putra, CHt  (Pakar Terapi Hipnosis Disertifikasi oleh IANRE & IACT)

Anda mungkin juga menyukai