A. PENGERTIAN HIPNOTERAPI
Hipnoterapi adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari manfaat sugesti
untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan dan perilaku. Hipnoterapi dapat juga dikatakan
sebagai suatu teknik terapi pikiran dan penyembuhan yang menggunakan metode hipnotis
untuk memberi sugesti atau perintah positif kepada pikiran bawah sadar untuk penyembuhan
suatu gangguan psikologis atau untuk mengubah pikiran, perasaan, dan perilaku menjadi lebih
baik. Orang yang ahli dalam menggunakan hipnotis untuk terapi disebut "hypnotherapist".
Hipnoterapi menggunakan pengaruh kata - kata yang disampaikan dengan teknik - teknik
tertentu. Satu - satunya kekuatan dalam hipnoterapi adalah komunikasi. (Kahija YF., 2007)
Dalam ruang lingkup psikoterapi, hipnosis digunakan bukan saja dalam psikoterapi
penunjang tetapi lebih dari itu hipnosis merupakan alat yang ampuh dalam psikoterapi
penghayatan dengan tujuan membangun kembali (rekonstruktif) sehingga perlu pengkajian
yang lebih mendalam agar tercapai suatu pendekatan yang holistic eklektik, yaitu pendekatan
secara terinci dan secara menyeluruh; juga mengetrapkan prinsip-prinsip ilmu kedokteran, ilmu
kedokteran jiwa (psikiatri), ilmu perilaku (psikologi) dan ilmu sosial (sosiologi). (IBH, 2002).
B. DEFINISI HIPNOSIS
Kata "hypnosis" pertama kali diperkenalkan oleh James Braid, seorang dokter ternama di
inggris yang hidup antara tahun 1795 - 1860. Sebelum masa James Braid, hypnosis dikenal
dengan nama Mesmerism / Magnetism.
Hipnosis berasal dari kata "hypnos" yang merupakan nama dewa tidur orang yunani. Namun
perlu dipahami bahwa kondisi hypnosis tidaklah sama dengan tidur. Orang yang sedang tidur
tidak menyadari dan tidak bisa mendengar suara-suara disekitarnya. Sedangkan orang dalam
kondisi hipnosis, meskipun tubuhnya beristirahat (seperti tidur), ia masih bisa mendengar
dengan jelas dan merespon informasi yang diterimanya.
Hipnosis merupakan satu keadaan setengah sadar yang jika dilihat penampakannya mirip
dengan tidur, disebabkan oleh suatu sugesti relaksasi dan perhatian yang terkonsentrasi pada
sebuah objek tunggal. Individu tersebut menjadi tersugesti dan responsif terhadap pengaruh
orang yang menghipnosis dan dapat mengingat kembali kejadian-kejadian yang telah dilupakan
serta dapat meredakan gejala psikologis (WHO, 1994).
Martin Orne mendefinisikan hipnosis sebagai keadaan atau kondisi dimana orang mampu
berespon terhadap sugesti yang sesuai dengan mengalami perubahan persepsi daya ingat atau
mood. Ciri penting dari hipnosis adalah perubahan pengalaman subyektif. (Kaplan, Sadock,
2002).
Hipnosis juga didefinisikan sebagai suatu interaksi sosial seseorang yang disebut subjek,
bertindak untuk mengalami pengalaman imajinatif yang melibatkan perubahan kognisi tindakan
yang disadari berdasarkan sugesti dari seseorang yang disebut juru hipnosis (Kilhistrom, 1997)
Saat ini, definisi yang paling banyak digunakan dan diterima berbagai lembaga / asosiasi
hipnosis dan hipnoterapi di dunia adalah definisi yang dikeluarkan oleh U.S. Dept. of Education,
Human Services Division: "hypnosis is the by-pass of the critical factor of the conscious mind
followed by the establishment acceptable selective thinking" atau "hipnosis adalah penembusan
faktor kiritis pikiran sadar diikuti dengan diterimanya suatu pemikiran selektif (sugesti)." (Kahija
YF.,2007).
Hipnotis kedokteran kini terbagi atas hipnopromosi (meningkatkan kesehatan dengan
hipnotis bagi orang sehat), hipnoprevensi (mencegah gangguan kesehatan dengan hipnotis
bagi orang sehat), hipnoterapi (penyehatan dengan hinotis bagi orang sakit), serta masih ada
hipnotis untuk rehabilitasi bagi orang cacat. (Syaputra MD.,2008)
C. SEJARAH HIPNOTERAPI
Penggunaan hipnotis sudah ada sebelum sejarah itu sendiri tercatat, sejak awal mula
peradaban manusia. Tentu saja waktu itu hipnotis belum dikenal dengan nama “hipnotis”.
Hipnotis pada masa dulu dipraktekkan dalam ritual agama maupun ritual penyembuhan.
Catatan sejarah tertua tentang hipnotis yang diketahui saat ini berasal dari Ebers Papyrus yang
menjelaskan teori dan praktek pengobatan bangsa Mesir Kuno pada tahun 1552 SM. Hipnosis
telah dipraktekkan di tempat yang berbeda dengan berbagai istilah sejak dahulu. Sejarah
hipnosis modern dimulai pada abad ke 18. ( Kroger, 2007)
Seorang dokter dari Paris dan salah seorang dari murid Mesmer. Pertama kali
memperlihatkan efek “Sugesti Post Hipnotik” dengan menggunakan “Pohon Puysegur”nya yang
terkenal, dimana orang yang memegang pohon tersebut akan menjadi histeris, lupa ingatan
atau tangannya akan menempel di pohon dan tidak bisa dilepaskan, dia juga pertama kali
menggunakan istilah somnambulisme untuk kondisi trance yang dalam, dan istilah tersebut
masih dipakai hingga sekarang. ( Kroger, 2007)
John Elliotson adalah seorang dokter dari Inggeris, juga menggunakan hipnotis dalam
praktek nya untuk menyembuhkan sakit gila, epilepsi, gagap, rematik, sakit kepala dan untuk
operasi tanpa obat bius. ( Kroger, 2007)
Seorang dokter bedah dari Inggeris. Dalam bukunya “Neuro Hypnotism” untuk pertama
kalinya James Braid memakai kata Hypnosis yang diambil dari bahasa Yunani “Hypnos = Dewa
Tidur”, karena James Braid berpendapat bahwa kondisi dalam hipnotis itu sama dengan tidur
syaraf. James Braid juga adalah orang yang pertama kali menggunakan teknik induksi dengan
fiksasi mata dimana pasien diminta untuk melihat dan konsentrasi pada sebuah bandul yang
diayunkan didepan pasien, pada waktu itu induksi dengan fiksasi mata masih membutuhkan
waktu ½ jam dan bahkan lebih. ( Kroger, 2007)
Seorang dokter bedah Irlandia yang bertugas di India dan merupakan dokter yang paling
banyak melakukan bedah tanpa obat bius dalam sejarah hipnotis, dengan menggunakan
hypnosis, Esdaile melakukan 1000 operasi tanpa obat bius, 300 diantaranya bedah mayor
(membuka perut) dan 19 amputasi, sebelum izin prakteknya dicabut oleh “Medical Association
of England”. Pada saat itu chloroform dan obat bius lain masih belum ditemukan, sehingga
tingkat kematian pasien dalam operasi sangat tinggi, yaitu hampir 50% dari pasien meninggal
dalam operasi karena shock dan rasa takut, dan dengan hypnosis dr. James Esdaile mampu
menekan tingkat kematian pasien operasi hingga 5 – 7 % dan sebagai penghargaan atas
jasanya, level trance yang paling dalam dimana bisa dilakukan operasi tanpa obat bius di sebut
juga Esdaile State. ( Kroger, 2007)
Seorang Psikolog dan Psikoterapis dari Perancis. Menurut Janet, hipnotis adalah sebuah
proses disosiasi atau pemecahan/pemisahan kesadaran dari pikiran dan perasaan. Sampai
saat ini teknik pemecahan kesadaran dan pikiran tersebut masih tetap digunakan dalam
hipnoterapi, terutama untuk menangani kasus fobia dan trauma. ( Kroger, 2007)
Seorang dokter saraf di Paris mengemukakan teori bahwa hipnotis adalah akibat
kerentanan secara psikis, dan menurutnya perempuan itu lebih rentan terhadap hipnotis dari
pada pria. ( Kroger, 2007)
Seorang profesor ilmu penyakit dalam yang membantah teori Charcot bahwa hipnosis itu
terjadi karena kerentanan secara psikis dari seseorang. Menurutnya hipnotis bisa terjadi karena
tingkat sugestibilitas seseorang (suyet bisa terhipnotis karena bereaksi terhadap sugesti dari
juru hipnotisnya). ( Kroger, 2007)
Seorang dokter saraf dari Wina yang merupakan pelopor dari teori psikoanalisa yang
masih dipakai saat ini. Belajar dari Charcot dan Bernheim, Freud mulai menggunakan hipnotis
dalam prakteknya meskipun tidak mengerti cara kerjanya secara mendalam. Tapi semenjak
kejadian abreaksi dimana seorang pasien terbangun dan mencekiknya, Freud meninggalkan
hipnotis sebagai salah satu metoda psikoterapi. Akibatnya perkembangan hipnotis mengalami
kemunduran sejak saat itu. ( Kroger, 2007)
Seorang dokter dan psikiater dari Amerika dan merupakan pelopor hipnoterapi klinis
modern. Berbeda dengan pendapat pendahulunya, Milton Erickson menyatakan bahwa
kemampuan dihipnotis seseorang adalah sebuah keterampilan yang bisa dilatih, oleh karena itu
semua orang bisa dihipnotis. Faktor terpenting yang menentukan bisa tidaknya seseorang
dihipnotis bukanlah bakat hipnotis/tingkat sugestibilitas, akan tetapi kualitas hubungan dan
tingkat kepercayaan yang timbul antara Juru Hipnotis dan sang pasien. Milton Erickson adalah
orang pertama yang mengembangkan teknik hipnoterapi yang lebih permisif dengan
menggunakan pola bahasa hipnotis, analogi dan metafora. Dan teknik permisif ini disebut
dengan “Ericksonian Hypnosis” dan terkadang disebut juga “Conversational Hypnosis”
( Kroger, 2007)
Dia mengembangkan teknik menghipnotis cepat yang dikenal dengan “Dave Elman
Induction”. Dengan teknik Induksi Elman ini, seorang suyet bisa dibimbing untuk mencapai
trance yang sangat dalam (somnambulisme) hanya dalam waktu kurang dari 4 menit, dan hal
ini membuka pintu bagi aplikasi hypnosis dalam dunia medis, terutama untuk mengatasi rasa
nyeri pada pasien. Coma State adalah kondisi trance yang sangat dalam, dimana sudah terjadi
anestesi secara alami sehingga Coma State banyak digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri
yang tidak spesifik (Intractable Pain) pada pasien kanker dan juga pada pembedahan tanpa
obat bius. Sesudah Dave Elman, masih banyak lagi tokoh tokoh yang berperan dalam
perkembangan hipnotis aliran barat, beberapa diantaranya adalah Ormond McGill yang diberi
julukan “The Dean of Modern Stage Hypnosis” , kemudian Richard Bandler dan John Grinder.
( Kroger, 2007)
Pada tahun 1970an, muncul sebuah lonjakan besar di area pengembangan diri. Richard
Bandler, seorang ahli komputer, dan John Grinder, profesor bahasa, bekerjasama mempelajari
dan mengembangkan metode-metode yang terdapat dibalik aksi hipnotisme dan terapi
Erickson. Berkat kerja keras mereka, lahirkan gerakan terapi baru bernama Neuro-Linguistic
Programming. NLP memanfaatkan prinsip waking hypnosis untuk menciptakan efek tranformasi
dalam waktu yang sangat cepat dibandingkan hipnosis modern, apalagi hipnosis klasik. Seperti
halnya dengan Hipnotis, sekarang NLP juga dipakai untuk motivasi, pengembangan diri, bisnis,
olah raga, pendidikan dll. ( Kroger, 2007). NLP diambil dari kata “Neuro” yang mengacu pada
otak, dan “Linguistic” yang mengacu pada Bahasa. Programming artinya pemasangan sebuah
Rencana atau Prosedur. NLP adalah studi tentang bagaimana bahasa, baik lisan maupun
nonlisan, mempengaruhi sistem syaraf kita. Kemampuan kita untuk melakukan apapun dalam
kehidupan ini adalah didasarkan kepada kemampuan untuk mengarahkan sistem syaraf kita
sendiri. Mereka yang mampu menghasilkan hasil luar biasa melakukannya dengan
menghasilkan komunikasi yang spesifik kepada dan lewat sistim syarafnya. NLP mempelajari
bagaimana orang berkomunikasi dengan diri sendiri dengan cara-cara yang menghasilkan
kondisi-kondisi banyak akal yang optimal dan oleh karenanya menciptakan jumlah pilihan
perilaku terbanyak.( Ellias., 2009)
Setelah mengalami berbagai pasang surut dan penolakkan selama berabad abad
lamanya oleh kalangan ilmuwan dan kedokteran, akhirnya hipnotis diakui sebagai salah satu
alat terapeutik yang sah oleh BMA (British Medical Association) pada tahun 1955, oleh AMA
(American Medical Association) pada tahun 1958, oleh APA (American Psychological
Association) pada tahun 1960 dan sampai sekarang profesi sebagai seorang Hipnoterapis
diluar negeri diakui sebagai sebuah profesi sah menurut undang undang. (Elias.,2009)
TEORI HIPNOSIS
Telah banyak penulis yang mencoba memberi keterangan mengenai fenomena hipnosis
dan banyak sekali teori yang diungkapkan. Teori-teori yang diajukan antara lain: : Teori
immobilisasi, teori hipnosis sebagai suatu status hysteria, teori yang didasari perubahan
fisiologis serebral, teori hipnosis sebagai suatu proses menuju tidur yang dikondisikan, teori
aktifitas dan inhibisi ideomotor, teori disosial, teori memainkan peran (Role-Playing), teori
regresi, teori hipersugestibilitas (hypersuggestibility), teori psikosomatik.
Secara umum teori-teori mengenai hipnosis tersebut dibagi dalam 2 kategori besar,
yaitu :
1. Teori berdasarkan neuropsiko-fisiologis yang menerangkan hipnosis sebagai suatu keadaan
dimana kondisi otak berubah dan oleh karena itu faal otakpun juga berubah. Teori berdasarkan
psikologis yang memandang sebagai hubungan antar manusia yang khas (termasuk teori
sugesti, disosiasi, psikoanalitik, psychic relative exclusion dan lain-lain). (Kaplan & Sadock,
2004).
2. Teori psikofisiologis. Beberapa peneliti menerapkan formasi retikulare, hipokampus, dan
struktur subkortikal yang memerantarai komunikasi. Hingga teori teori yang lain termasuk
inhibisi sel ganglion otak, eksitasi dan inhibisi dari neuron-neuron, fokus eksitasi sentral yang
mengelilingi area non eksitasi, anemia serebral, pergeseran energi saraf dari sistem saraf pusat
menuju sistem vasomotor, perlambatan vasomotor mengakibatkan anemia lobus frontal
“synaptic ablation” dimana impuls-impuls saraf langsung masuk ke dalam sejumlah canel-canel
yang lebih kecil (perhatian selektif) juga dipertimbangkan.
Data psychofisiologic menggagalkan substasi dari teori-teori ini. Terutama pendapat
bahwa anemia dari otak atau sebuah pergeseran dari jumlah impuls-impuls saraf untuk
hipnosis. Jika hipnotis adalah karena sebuah pergeseran dari satu kelompok fungsi saraf, apa
yang memproduksinya? Jika ini adalah karena anemia maka orang-orang yang menderita
anemia sebaiknya siap sedia untuk dihipnotis. Akhirnya jika aliran darah serebral diturunkan
selama hipnosis, tak sadarkan diri; maka somnambulisme sebaiknya dihasilkan. Banyak
formulasi yang bersifat spekulasi menyatakan bahwa hipnosis adalah dikarenakan factor-faktor
psikofisiologis. Kekuatan area psikokinetik dan area sekitar elektromagnetik.
Pavlov percaya bahwa hipnosis adalah keadaan“ setengah tidur ” Dalam klasifikasinya
stimulus-stimulus itu berefek langsung “sense organs constitute” pada sistem sinyal primer baik
pada hewan maupun manusia. Simbol-simbol atau kata-kata memiliki sistem sinyal sekunder
dan karakteristik tersendiri untuk manusia. Mereka mengupayakan efek kondisi mereka melalui
sistem sinyal primer. Sehingga kata-kata bertindak sebagai stimulus kondisi yang mungkin bisa
menghasilkan reaksi fisiologis. Sebuah kata (tanda atau isarat) menjadi stimulus untuk reflek-
reflek kondisi yang menjadi involunter untuk kehidupan. Pavlov mengobservasi bahwa
bermacam-macam variasi gradasi dari hipnosis membedakan secara kuat fisiologi dari status
kondisi bangun dan bahwa fluktuasi alami dari hipnosis tergantung variasi yang tidak signifikan
dari stimulus lingkungan. Dia mengisaratkan propeticaly bahwa mekanisme lower brain stem
dimasuki dalam kondisi hipnosis. Beberapa penelitian modern melanjutkan untuk menerangkan
teori Pavlov, namun demikian kebanyakan ahli tidak percaya bahwa ada kesamaan antara tidur
dan hipnosis, jikalaupun ada itu akan menjadi lebih baik untuk memulai sebuah prosedur
induksi dengan orang yang sedang tidur. Namun demikian beberapa peneliti mampu untuk
mengubah tidur dangkal menjadi kondisi hipnosis. Ini tidak membuktikan bahwa keduanya
adalah identik. Hipnosis adalah bukan kondisi perubahan antara tidur dan bangun, data
eksperimental menunjukkan perubahan yang cepat pada reflek dan respon motor selama tidur.
Selama tidur dalam kondisi, reflek atau respon fisiologi diberikan sebuah stimulus berulang-
ulang. (Kroger, 2007)
Hipnosis sbg suatu status hysteria. Pada suatu waktu, hipnosis dianggap sebagai
suatu gejala histeria; hanya individu histeris yg diyakini dapat dihipnotis. Kesimpulan ini diambil
oleh Charcot dg dasar hanya beberapa kasus dalam keadaan patologis. Hipotesis seperti ini
untenable (tak dapat dipertahankan), seberapa besar kerentanan terhadap hipnosis adalah
tidak patognomonik pada neurosis : individu normal, nyatanya, dengan mudah dihipnotis.
Walaupun orang histeri lebih mudah disugesti dari pada individu normal, tidak perlu untuk
mengikuti bahwa peningkatan sugestibilitas adalah tanda histeria. (Kroger, 2007)
Teori tidur yang dikondisikan. Teori Keadaan Alfa dan Theta. Melalui data yang
dikumpulkan dari Electroencephalography (EEG), diidentifikasikan dari impuls elektrik yang
dipancarkan oleh otak ada empat macam frekuensi pola gelombang otak yang pokok. Keadaan
Beta (waspada/bekerja) didefinisikan sebagai 14-32 putaran per detik / cycles per second
(CPS), keadaan Alfa (santai/relax) sebagai 7-14 CPS, keadaan Theta (mengantuk) sebagai 4-7
CPS, dan keadaan Delta (tidur/bermimpi/tidur pulas) kira-kira 3-5 CPS. (Kroger, 2007)
Satu definisi fisiologis dari keadaan hipnotis adalah bahwa tingkat gelombang otak yang
diperlukan untuk mengatasi masalah seperti berhenti merokok, penanganan masalah berat
badan, pengurangan fobia, peningkatan kemampuan olah raga, dll adalah keadaan alfa.
Keadaan alfa pada umumnya diasosiasikan dengan menutup mata, relaksasi, dan melamun.
(Kroger.,2007)
Definisi fisiologis lain menyebutkan bahwa keadaan theta diperlukan untuk perubahan
therapeutic (berhubungan dengan pengobatan). Keadaan theta dikaitkan dengan hipnosis untuk
pembedahan, hipnoanestesia (penggunaan hipnotis untuk mematirasakan rasa sakit), dan
hipnoanalgesia (penggunaan hipnotis untuk mengurangi kepekaan terhadap rasa sakit), di
mana pembedahan lebih siap dilakukan dalam keadaan theta dan delta. Obat bius (anestetik),
zat penenang (sedatif) dan hipnotis mengacaukan keselarasan syaraf, yang dianggap
mendasari terjadinya gelombang theta, baik pada manusia maupun binatang. (Kroger.,2007)
Teori Inhibisi dan aktivitas ideomotor. Hal itu dianggap oleh beberapa penulis
bahwa efek sugestibilitas adalah hasil dari inhibisi dan tindakan ideomotor, dan sugestibilitas
hanya sebuah pengalaman dari imaginasi yang diaktualisasikan hingga aktivitas ideomotor.
Meskipun teori ini memperkirakan/menjelaskan, kepada sebuah tingkat, untuk reaksi fisik dan
sama tinggi untuk beberapa reaksi fisiologis mencatat selama hipnosis, itu gagal untuk
menjelaskan reaksi fisiologis yang rumit yang timbul selama hipnosis. (Kroger.,2007)
Teori Neodisosiasi dan disosiasi. Selama beberapa tahun diduga bahwa seseorang
yang dihipnotis berada dalam kondisi disosiasi, area-area tertentu dari perilaku terbelah dari
aliran utama kesadaran, oleh karena itu hipnosis menghapus control kehendak dan sebagai
hasilnya seseorang merespon hanya dengan perilaku otonomik pada tingkat reflek. Jika teori
disosiasi adalah valid, maka amnesia dapat dihilangkan oleh sugesti dari pelaksana. Selain itu
amnesia akan selalu terjadi secara spontan. Hipnosis telah dijelaskan sebagai disosiasi
kesadaran dari sebagian besar sensori meski dengan tegas peristiwa yang berhubungan
dengan saraf disimpan. Sementara ini sebagian besar, itu tidak membantu kita untuk
memahami jenis sesungguhnya dari hipnosis. Golongan disosiasi tidak hanya hipnosis tetapi
juga banyak kondisi siaga/waspada lain dari kesadaran seperti mimpi-mimpi, kondisi
hipnagogik, “highway hypnosis’, kondisi melamun, pemisahan atau depersonalisasi dilihat pada
beberapa tipe pemujaan agama/ ritual agama dan banyak fenomena mental lainnya.
(Kroger.,2007)
Teori Disosiasi. Teori lama ini tidak mempunyai nama baik lagi/ jatuh ke dalam lembah
kehinaan/ketika diperagakan lebih sering sebagai ganti dari amnesia atau disosiasi, disana ada
hyperacuity dan pengaturan yang lebih baik dari seluruh makna selama hipnosis. Oleh karena
itu, meskipun beberapa tingkat dari disosiasi terjadi ketika amnesia muncul, itu bukan berarti
indikasi bahwa disosiasi menghasilkan hipnosis atau serupa untuknya. Hilgard menemukan
teori disosiasi Janet menarik, dan menerima sebagai dalil teori neodisosiasi. Meskipun teori ini
tidak diselesaikan, hilgard menunjukkan bahwa kontrol ego normal adalah memperhatikan
kebutuhan kami, .memperbolehkan perilaku yang dapat diterima masyarakat dan pilihan yang
masuk akal. Namun demikian dia mencatat bahwa proses lain dibawa di sisi luar kontrol normal
dimana pada saatnya dapat berfungsi simultan dengan mereka. (Kroger.,2007)
Sampai saat ini EEG adalah alat yang sering diandalkan para peneliti yang ingin mengetahui
aktivitas pikiran seseorang.
a. Beta adalah kondisi pikiran pada saat seseorang sangat aktif dan waspada. Kondisi ini
adalah kondisi umum ketika seseorang tengah beraktivitas normal. Beta digunakan untuk
berpikir, proses kreatif, berinteraksi dan menjalani kehidupan sehari-hari. Frekwensi pikiran
pada kondisi ini sekitar 14–24 Cps (diukur dengan perangkat EEG) .(Gunawan AW.,2008)
b. Alpha adalah kondisi pikiran yang rileks dan santai, ketika seseorang tengah fokus pada
suatu hal (belajar, mengerjakan suatu kegiatan teknis, menonton televisi), berdoa, meditasi,
atau pada saat seseorang dalam kondisi relaksasi. Manfaat utama alfa adalah sebagai
jembatan penghubung pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Memungkinkan seseorang
mengingat mimpi saat terbangun. Frekwensi pikiran pada kondisi ini sekitar 7–14 Cps. .
(Gunawan AW.,2008)
c. Theta adalah kondisi relaksasi yang sangat ekstrim, sehingga seakan-akan yang
bersangkutan merasa “tertidur”, kondisi ini seperti halnya pada saat seseorang melakukan
meditasi yang sangat dalam. Theta muncul saat kita bermimpi, atau kondisi REM (Rapid Eye
Movement). Semua pengalaman meditasi seperti keheningan, puncak kebahagiaan dapat
dirasakan. Saat ingin mengobati dan menyembuhkan tubuh atau pikiran, harus masuk ke theta.
Frekwensi pikiran pada kondisi ini sekitar 3.5 – 7 Cps. (Gunawan AW.,2008)
d. Delta adalah kondisi tidur normal (tanpa mimpi). Frekwensi pikiran pada kondisi ini sekitar 0,5
– 3,5 Cps. .(Gunawan AW.,2008)
Cara kerja hipnosis. Kondisi hipnosis sebenarnya identik dengan gelombang otak alfa
dan theta. Saat seseorang berada dalam kondisi trance maka kisaran gelombang otaknya pasti
berada di antara alfa dan theta. Yang sangat menarik, bahwa kondisi Beta, Alpha, dan Theta,
merupakan kondisi umum yang berlangsung secara bergantian dalam diri kita. Suatu saat kita
di kondisi Beta, kemudian sekian detik kita berpindah ke Alpha, sekian detik berpindah ke
Theta, dan kembali lagi ke Beta, dan seterusnya. (Ellias.,2009). Pada saat setiap orang menuju
proses tidur alami, maka yang terjadi adalah gelombang pikiran ini secara perlahan-lahan akan
menurun mulai dari Beta, Alpha, Theta, kemudian Delta dimana kita benar-benar mulai tertidur.
Perpindahan wilayah ini tidak berlangsung dengan cepat, sehingga sebetulnya walaupun
seakan-akan seseorang sudah tampak tertidur, mungkin saja ia masih berada di wilayah Theta.
Pada wilayah Theta seseorang akan merasa tertidur, suara-suara luar tidak dapat didengarkan
dengan baik, tetapi justru suara-suara ini didengar dengan sangat baik oleh pikiran bawah
sadarnya, dan cenderung menjadi nilai yang permanen, karena tidak disadari oleh “pikiran
sadar” yang bersangkuta (Ellias.,2009).
Sekalipun otak manusia adalah organ fisik yang sangat kompleks, para ilmuan bisa
menemukan setidaknya ada tiga jenis system yang bekerja dan saling bekerja sama di
dalamnya.
Ada dua jenis pikiran yang merupakan satu kesatuan yaitu pikiran sadar dan pikiran
bawah sadar yang saling berkomunikasi dan bekerja sama dalam waktu bersamaan secara
paralel. (Gunawan AW., 2005)
Pikiran sadar terletak dibagian kortek otak yang mulai aktif pada usia 3 tahun. Fungsinya
untuk berpikir atau logika sekitar 12% dari kemampuan otak manusia. Ketika pikiran sadar
terbentuk dan berkembang, terciptalah suatu pintu pembatas antara pikiran sadar dan pikiran
bawah sadar. Pintu pembatas ini terbuka bila pikiran sadar dibuat sibuk, fokus memperhatikan
sesuatu, larut dalam suatu cerita, atau menggunakan hipnosis. (Prihatanto, 2009)
Pikiran bawah sadar sekitar 88% terletak di medulla oblongata yang terbentuk sejak
dalam kandungan. Sejak lahir hingga usia 3 tahun, apapun yang terjadi di sekitar kita positif,
negatif, gambar, tindakan, kata-kata, nada, frekwensi suara akan langsung diserap dan masuk
ke pikiran bawah sadar. Pengalaman yang paling berkesan yang mempunyai komponen emosi
tinggi atau intens akan menjadi informasi yang terekam sangat kuat dalam pikiran bawah sadar.
Kebanyakan orang terprogram dengan kombinasi emosi positif dan negatif. Emosi negatif
membawa akibat buruk saat dewasa karena emosi ini akan selalu menghantui dan
mempengaruhi perilakunya. Misalnya trauma masa kecil dengan perceraian orang tua,
perasaan sebagai orang yang gagal, merasa tidak berharga. Emosi negatif dapat dihilangkan
dengan bantuan hipnoterapi atau prosedur terapi pikiran bawah sadar. Emosi positif, jika
terprogram di pikiran bawah sadar akan membuat orang lebih menikmati hidup, percaya diri,
mudah mencapai sukses. (Gunawan AW ., 2005)
Pikiran sadar dan bawah sadar berkomunikasi satu dengan yang lain dengan atau tanpa
kita sadari. Pikiran sadar mengirimkan berita ke pikiran bawah sadar untuk melakukan sesuatu,
begitu pikiran sadar berpikir maka otot-otot yang sesuai segera bergerak menjalankan perintah
tersebut yang dikendalikan pikiran bawah sadar, hal tersebut terjadi oleh karena hasil latihan
sejak kecil. (IBH.,2002).
Pikiran bawah sadar tidak selalu sejalan dengan pikiran sadar. Kadang kadang pikiran bawah
sadar sudah memiliki program sendiri , emosi, kebiasaan, kepercayaan, yang sudah tertanam
sebelumnya. Ternyata pikiran bawah sadar mempengaruhi sikap dan perilaku manusia
dibandingkan pikiran sadar. (IBH.,2002)
Sejak lahir seseorang telah mulai mendapat program terutama dari orang tua, apapun
yang dialami selama proses pertumbuhan dan perkembangan kita merupakan proses
pemrograman yang tanpa disadari membentuk diri seseorang hingga saat ini. Semua
pengalaman hidup yang berasal dari lingkungan, keluarga, orangtua, sekolah, guru, televisi,
buku, majalah, dll merupakan stimulus eksternal (berasal dari luar).
Stimulus ini diterima oleh kelima panca indera dan masuk ke pikiran sadar yang kemudian
memberikan makna kepada stimulus tersebut. Dari pikiran sadar stimulus akan masuk ke
pikiran bawah sadar melalui filter RAS (Reticular Activating System). Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi luasnya filter RAS ini terbuka antara lain kondisi gelombang otak, pemikiran,
dan emosi. Selain itu RAS berfungsi menentukan apa yang menjadi fokus perhatian,
menentukan seberapa besar tingkat intensitas perhatian, dan berapa lama perhatian itu
diberikan. (Gunawan AW.,2005). Filter RAS berfungsi sebagai pengaman untuk menyaring
pikiran dan perilaku baru. Filter membandingkan informasi baru dengan kepercayaan yang ada
dalam pikiran bawah sadar. Hal itu bertujuan agar pikiran bawah sadar tidak selalu berubah dan
tidak mudah dipengaruhi sugesti dari luar.
Ada lima cara untuk bisa melewati filter RAS masuk ke pikiran bawah sadar yaitu :
(Gunawan.,2005)
- Repetisi : dilakukan secara berulang dan konsisten sehingga masuk di pikiran bawah sadar.
- Identifikasi kelompok : Mengikuti kebiasaan kelompok misalnya budaya, cara makan, bicara,
- Otoritas : disampaikan oleh seseorang yang memiliki otoritas, pakar, dihormati dapat dengan
mudah diterima pikiran bawah sadar
- Emosi : kejadian yang diikuti dengan emosi tinggi akan sangat membekas
- Hipnosis : menjangkau pikiran bawah sadar dengan tehnik komunikasi yang mampu melewati
pikiran bawah sadar. Hipnosis ini merupakan cara yang paling cepat dan efektif.
D. Belief Sistem
Belief sistem (kepercayaan) sebagai kunci perubahan hidup. Terutama dipengaruhi oleh
pikiran yang ada dalam diri setiap orang. Dalam melakukan perubahan hidup belief
menentukan cara berpikir, berkomunikasi dan bertindak seseorang. Belief atau kepercayaan
atau cara berpikir mempengaruhi perilaku dan sikap seseorang yang akhirnya akan
menentukan level keberhasilan hidupnya.
2. Keyakinan bahwa seseorang atau sesuatu bersifat baik atau akan efektif. Namun secara
sederhana belief dapat diartikan sebagai sesuatu yang kita yakini benar. Begitu kita meyakini
sesuatu sebagai hal yang benar maka akan sulit mengubah keyakinan itu.
Pikiran bawah sadar manusia menyimpan misteri yang luar biasa. Banyak hal yang
menyangkut manusia bersumber dari berbagai data dan nilai yang tersimpan di pikiran bawah
sadar. Pikiran bawah sadar tidak saja terkait dengan perilaku dan mental, tetapi lebih jauh lagi
pikiran bawah sadar dapat merubah metabolisme, mempercepat penyembuhan, atau bahkan
memperburuk suatu kondisi penyakit. (Rusli SI, Wijaya SA.,2009).
A. Subconcious Programming.
Pada hipnosis dikenal istilah Subconcious Programming dimana rangsang yang diterima
seseorang melalui panca indera (visual, auditorik, kinesetik, gustatorik dan olfaktorik) akan
mempengaruhi belief system maupun self image yang ditentukan oleh kira-kira 12 % produk
concious dan 88 % subconscious. Dengan dasar inilah konsep hipnosis bekerja untuk
memberikan nilai-nilai baru pada seseorang yang akhirnya akan berdampak pada perubahan
pola pikir maupun tindakan seseorang yang telah menjalani proses hipnosis (Rusli.,2009)
B. Proses hipnosis.
Adalah proses untuk merubah kondisi normal state ke kondisi hipnotic state. Hipnotic State
adalah suatu kondisi dimana seseorang cenderung lebih sugestif sehingga dapat menerima
saran-saran yang dapat berubah menjadi nilai-nilai baru. Dengan mengistirahatkan pikiran
sadar (conscious mind) melalui hipnosis, seseorang dapat diberikan memori, saran, atau
sugesti yang dapat memprogram ulang pikiran bawah sadarnya untuk berbagai tujuan positif.
Hipnotic State bervariasi untuk setiap situasi dan kondisi dari mulai tingkatan sugestif ringan
sampai dengan sugestif ekstrim. Proses hipnosis dilakukan dengan cara merubah konsentrasi
dari fokus eksternal ke fokus internal yang dapat dilakukan sendiri (Self Hipnosis) atau dengan
bantuan orang lain. Mereka yang memiliki kondisi kejiwaan yang relatif tenang atau terbiasa
berkonsentrasi ke internal (meditasi, doa, dsb) cenderung untuk lebih mudah memasuki
Hipnotic State (IBH, 2002).
Termination adalah suatu tahapan untuk mengakhiri proses hipnosis dengan konsep dasar
memberikan sugesti agar subjek tidak mengalami kejutan psikologis ketika terbangun dari tidur
hypnosis, biasanya dengan membangun sugesti yang positif yang akan membuat tubuh subjek
lebih segar dan rileks kemudian diikuti beberapa regresi selama beberapa detik untuk
membawa subjek ke keadaan normal kembali. (IBH, 2002).
Saat proses hypnosis yang terjadi adalah pengaktifkan sistem saraf parasimpatik sehingga
subjek menjadi sangat rileks dan nyaman. Hal ini sangat bermanfaat dalam melakukan terapi
karena subjek akan tetap rileks, meskipun fobia atau trauma sedang ditangani. (IBH, 2002).
Terdapat dua sistem saraf, yaitu sistem saraf otonom dan sistem saraf pusat. Sistem saraf
otonom mengatur sistem internal, yang biasanya merupakan gerak yang di luar kendali pikiran
sadar. Yang termasuk dalam kendali sistem saraf otonom, antara lain adalah detak jantung,
sistem pencernaan, dan aktivitas kelenjar. Sistem saraf pusat mengatur respons motorik hingga
impresi sensori melalui otak dan saraf pada tulang belakang. (IBH, 2002).
Sistem saraf otonom terbagi menjadi dua bagian, yang cara kerjanya saling bertolak belakang.
1. Sistem saraf simpatik, yang bertanggung jawab terhadap mobilisasi energi tubuh untuk
kebutuhan yang bersifat darurat. misalnya, jantung berdetak lebih cepat dan lebih kuat, tekanan
darah meningkat, atau pernapasan menjadi lebih cepat. Saat mengalami ketakutan secara fisik
yang terjadi adalah: lutut dan tangan gemetar, telapak tangan dan wajah berkeringat, jantung
berdebar lebih kencang dan keras, tarikan napas lebih cepat, dan perut terasa tidak enak atau
mungkin mual. Semua itu disebabkan karena sistem saraf simpatik sedang in-action sebagai
respons dari perasaan takut dan tegang.
2. Sistem saraf parasimpatik mengakibatkan detak jantung melambat, tekanan darah turun, dan
respons insting dari kondisi istirahat dan relaksasi. Respons parasimpatik mengakibatkan
seseorang menjadi lebih tenang dan nyaman. Semua itu bertujuan untuk menghemat energi
tubuh. Kedua sistem saraf, simpatik dan parasimpatik, tidak bisa aktif bersamaan. (IBH, 2002)
IV. NYERI
A. Definisi
Pada tahun 1979, International Association for the Study of Pain mendefinisikan nyeri
sebagai : Suatu pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan, yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan yang nyata atau yang berpotensi untuk menimbulkan kerusakan
jaringan. Rasa nyeri selalu merupakan sesuatu yang bersifat subjektif. Setiap individu
mempelajari nyeri melalui pengalaman yang berhubungan langsung dengan luka (injury), yang
terjadi pada masa awal kehidupannya. Secara klinis, nyeri adalah apapun yang diungkapkan
oleh pasien mengonai sesuatu yang dirasakannya sebagai suatu hal yang tidak menyenangkan
/ sangat mengganggu (Meliala dkk, 2001)
B. Klasifikasi Nyeri
Metode non farmakologik untuk mengendalikan nyeri dapat dibagi menjadi dua kelompok :
terapi dan modalitas fisik serta strategi kognitif-perilaku. Terapi fisik untuk meredakan nyeri
mencakup beragam bentuk stimulasi kulit (pijat, stimulasi saraf dengan listrik transkutis,
akupungtur,, aplikasi panas atau dingin, olahraga). Sedangkan, startegi kognitif-prilaku
bermanfaat dalam mengubah persepsi pasien terhadap nyeri, dan member pasien perasaan
yang lebih mampu untuk mengendalikan nyeri. Strategi ini mencakup relaksasi, penciptaan
khayalan (imagery), hypnosis, dan biofeedback. (Goldmann, 2003)
Laporan klinis mengenai efikasi hipnosis untuk mengontrol nyeri telah ditemukan oleh
Esdaile (1846), seorang ahli bedah yang mengembangkan hipnosis sebagai anestesi untuk
amputasi di India, dimana efikasi hipnosis mencapai 80% (Spiegel 1985)
Terdapat 3 prinsip umum yang mendasari penggunaan hipnosis dalam penanganan nyeri yaitu :
(Spiegel, 1985)
1. Menyaring ekspresi nyeri, Pasien dapat memahami bahwa tidak terdapat korelasi antara
intensitas
stimulus nyeri dengan besarnya penderitaan yang diakibatkannya..
2. Tidak bertarung melawan nyeri. Berjuanglah bersama dengan nyeri, berdialoglah dengannya
atau
menjadi marah hanya membuatnya menjadi lebih parah. Pada kenyataannya ketegangan
reaktif
otot-otot di sekitar area nyeri akan benar-benar meningkatkan sensasi nyeri. Pasien dapat
belajar
bahwa dengan relaksasi fisik yang sederhana mereka dapat meredakan nyeri itu sendiri.
3. Gunakan self hipnosis. Hal ini akan memberikan sense of control dan penguasaan yang lebih
besar
atas pengalaman mereka.
Dengan hipnoterapi, sinyal kognitif berjalan ke otak melalui jalur sensorik, auditorik dan
visual. Sinyal ini sifatnya tidak darurat, sesudah mencapai thalamus kemudian ke korteks
sensorik tanpa mengalami pembajakan, terus berlanjut ke korteks transisional untuk proses
kontrol kognitif. Selanjutnya diproyeksikan ke hippokampus untuk disimpan sebagai memori,
selain itu sebagian sinyal diproyeksikan ke amigdala serta organ lain yang terkait untuk
diekspresikan ke luar. Sinyal kognitif tersebut memiliki kemampuan untuk menghentikan arus
pembajakan sinyal darurat dari korteks menuju amigdala dan dari amigdala menuju
hippothalamus (Le Doux, 1988., Cit.Mulyata, 2005)
Dengan demikian sinyal yang berasal dari pemberian psikoterapi sesudah mencapai
korteks untuk proses kognisi, saat diproyeksikan ke hippokampus dan ke amigdala sudah
merupakan sinyal yang tertata baik, sedang sinyal darurat yang menimbulkan nyeri sudah
terhambat dan hilang (Le Doux, 1988., Cit.Mulyata, 2005)
DAFTAR PUSTAKA
Ellias., 2009. Hipnosis & Hipnoterapi, Transpersonal / NLP, Pustaka Pelajar, Jogjakarta
Fachry HA., 2008. The Real Art of Hipnosis : Kolaborasi Seni Hipnosis Timur-Barat, Gagas
Media, Jakarta.
Gunawan AW., 2005. Hipnosis : Meraih Sukses dengan Kekuatan Pikiran, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
Gunawan AW., 2008. The Secret of Mindset, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Goldmann B. Easing the Ouch: Relieving Short-Term Pain. [on line]. 2003 [cited 2008 February
11] : available from
URL:http://www.stacommunications.com/journals/diagnosis/2003/10_October/drgoldmanpain.pd
f
IBH (Indonesian Board of Hipnotherapi).,2002. Buku Panduan Resmi Pelatihan Hipnosis, IBH
ver.1.00
Kahija., 2007. Hipnotherapi : Prinsip-prinsip Dasar Praktek Psikotherapi, Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Kaplan, H.I., Saddock, B.J., Hipnosis, in Comprehenssif Textbook of Psychiatry, 8 th Ed., 2004.
Kaplan dan Sadock., 2004. Sinopsis Psikiatri : Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis, Edisi
ketujuh, jilid satu, hal 430.
Kroger, 2008. Clinical & Eksperimental Hypnosis, Revised Second Edition. Lippincott Williams
& Wilkins.
Meliala L, Pinzon R. Breakthrough in Management of Acute Pain. [serial on line]. December
2007 [cited 2008 February 11] : Volume 20 Number 4. Available from :
URL:http://www.dexamedica.com/images/publication_upload071203937713001196646105okt-
nov2007%20new.pdf
Mulyata Stephanus, 2005. Paket Penyuluhan dan Senam Hamil Mengurangi Stres dan Nyeri
Serta Mempercepat Penyembuhan lika persalinan, Pidato Pengukuhan Guru Besar; Universitas
sebelas
Maret, surakarta.
Prihantanto., 2008, Lebih dekat & sehat dengan hypnotherapy
Rusli SI, Wijaya JA.,2009. The Secret of Hypnosis, penebar Plus, Jakarta
Spiegel D, 1985.The Use Of Hypnosis In Controlling Cancer Pain. CA-A Cancer Journal for
Clinician vol 35 : 4, pp 221 – 30
Syaputra, 2008, Mengatasi insomnia dengan relaksasi zikir
Hipnoterapi merupakan salah satu terapi komplementer yang menggunakan teknik hipnosis untuk
mempengaruhi kondisi seseorang terutama kesehatan. Hipnosis dilakukan dengan memberikan edukasi
dan kepercayaan yang benar melalui alam bawah sadar klien untuk merubah pola hidup yang buruk
misalnya yang mempengaruhi kondisi kesehatan. Hipnoterapi diharapkan mampu membuat klien
merubah cara pikirnya dan kemudian mampu melakukan pola hidup sehat dan mendapatkan manfaat
dengan terjaganya kesehatan tubuh. Hipnoterapi sendiri menggunakan teknik relaksasi yang
menggunakan kekuatan sugesti yang diberikan terapis atau merupakan efek plasebo.
Disebutkan oleh Gunawan 2012, bahwa praktek hipnoterapi ini bergantung pada beberap hal: (1) gejala
adalah bentuk komunikasi dari pikiran alam bawah sadar manusia yang memiliki muatan tertentu yang
spesifik. (2) gejala muncul melalui suatu rangkaian proses yang dimulai dari akar masalah. (3) gejala
bertujuan untuk melindungi diri klien dari hal hal yang terpikir di alam bawah sadarnya. (4) intensitas
gejala berbanding lurus dengan intensitas emosi yang mendasari gejala. (5) pilihan gejala berada pada
dinamika alam bawah sadar masing masing individu.
Banyak orang yang sudah merasakan manfaat dari hipnoterapi ini. Beberapa manfaat yang bisa Anda
dapatkan dari hipnoterapi, antara lain:
1. Menurunkan berat badan
Hipnoterapi juga bisa digunakan untuk menurunkan berat badan. Bagi siapa saja yang mengalami
obesitas bisa mencoba terapi ini. Terapi dilakukan dengan menstimulasi persepsi klien dan membuatnya
makan secukupnya. Klien menjadi berubah nafsu makannya dan persepsinya terhadap makanan.
Apabila sebelumnya orang dengan obesitas memiliki nafsu makan besar, maka setelah terapi nafsu
makan klien akan berkurang. Penelitian dari Cochrane, 2009 juga menyatakan bahwa hipnoterapi bisa
digunakan pada obesitas untuk mengurangi berat badan melalui judul artikelnya yaitu Psychological
Intervention for Overweight or Obesity.
2. Berhenti merokok
Merokok merupakan kebiasaan yang paling sulit dihentikan. Seperti yang sudah diketahui, efek merokok
buruk bagi kesehatan, sehingga seringkali orang orang ingin berhenti merokok namun tidak bisa atau
mengalam kesulitan. Hipnoterapi juga digunakan untuk membantu klien mengurangi kebiasaan merokok,
ataupun kebiasaan lain yang sifatnya ketagihan. Terapi ini bisa membantu menstimulasi keinginan untuk
konsumsi rokok, alkohol, atau lainnya sehingga dapat berkurang. Cochrane dalam penelitiannya juga
mengemukakan efek hipnoterapi untuk merokok pada tahun 2010 dalam artikel Hypnotherapy for
Smoking Cessation.
3. Menghilangkan kecemasan
Kecemasan berlebihan muncul akibat persepsi individu yang buruk terhadap suatu situasi. Hipnoterapi
dapat membantu mengurangi kecemasan berlebih, misalnya pada saat saat kehamilan. Hipnoterapi
menggunakan pendekatan teknik rileksasi, sehingga mampu membuat pikiran lebih rileks dan
mengurangi ketakutan ketakutan yang dirasakan, sehingga kecemasan pun berkurang.
4. Asma
Asma merupakan gejala sesak nafas akibat efek alergi yang menyebabkan penyempitan pada saluran
pernafasan. Serangan asma mampu dipicu oleh hal hal yang bersifat stres ataupun kelelahan.
Hipnoterapi ini mampu membantu mengurangi timbulnya gejala asma pada klien dengan menstimulasi
tingkat stresnya dan membuat klien lebih rileks.
5. Mengatasi depresi
Depresi timbul dari stres stres yang menumpuk dan individu tidak mampu mengembalikan pikirannya
pada kondisi seimbang. Hipnoterapi juga bisa digunakan pada orang yang depresi dimana tingkat stres
dalam dirinya begitu besar dan menunjukkan gejala menyimpang. Hipnoterapi mampu membuat klien
lebih tenang, rileks, dan membantu memberikan sugesti yang baik agar mampu diingat oleh klien.
Dengan begitu klien bisa menjadi lebih baik, dan mengalami perbaikan kondisi.
Sponsors Link
Pada penelitian Mehl, 1994 menyatakan bahwa hipnoterapi mampu membalik posisi bayi sungsang
dalam kandungan sehingga bisa sesuai dan akhirnya melahirkan dengan normal. Belum ada penelitian
yang terkini terkait hal tersebut, sehingga kepastian akan hasil penelitian masih belum bisa diterapkan.
Namun, adanya perubahan persepsi ibu dengan pemberian sugesti, dinilai mampu mempengaruhi
perubahan posisi bayi dengan alami.
7. Menghilangkan fobia
Fobia merupakan ketakutan berlebih pada suatu objek dipicu oleh pemahaman atau imajinasi buruk
mengenai objek tersebut. Penyembuhan fobia sulit sekali ditemukan, namun hipnoterapi bisa Anda coba.
Fobia tidak bisa disembuhkan dengan obat obatan karena berhubuingan dengan persepsi individu pada
suati situasi atau objek. Hipnoterapi bisa membantu merubah persepsi buruk individu terhadap situasi
atau objek yang dianggapnya buruk. Hal ini sudah dinyatakan dalambanyak penelitian antara lain Kroger
dan Fezler, 1976 tentang fobia naik pesawat terbang, lang et al, 1965 tentang fobia terhadap binatang,
Daniels, 1976 fobia jarum suntik, dan Spies, 1979 tentang fobia tes/ ujian.
Hipnoterapi juga mampu mengatasi stres pada klien PTSD korban bencana yang biasanya mengalami
trauma psikologis yang cukup berat. Hipnoterapi membantu mengatasi pengalaman disosiatif atau tidak
menyenanngkan saat dan pasca trauma. Biasanya digunakan pada korban bencana, misal kehilangan
orang tua saat bencana tsunami, kehilangan harta benda akibat bencana, dan lainnya. Keefektifan
hipnoterapi untuk mengatasi gangguan atau stres PTSD dikemukakan dalam penelitian Butler, Duran, et
al, 1996.
Kekebalan tubuh sangat berhubungan dengan tingkat stres pada tubuh. Hipnoterapi mampu membuat
tubuh rileks dan jauh dari stres sehingga memicu tubuh untuk memproduksi sistem imun atau kekebalan
tubuh lebih kuat lagi. Hipnoterapi mampu meningkatkan jumlah sel T dan B menurut penelitian dari
Ruyylasmith, et al 1995.
ads
Perilaku obsesif konvulsif merupakan gangguan atau kelainan psikologis pada seseorang yang memiliki
pikiran obsesif terhadap sesuatu dan berperilaku kompulsif atau berulang ulang. Misalnya seperti orang
yang takut akan kuman dan seringkali mencuci tangannya berulang ulang. Meskipun sudah mencuci
tangan berulang, perasaan takut terhadap kuman masih belum hilang. Hipnoterapi mampu merubah
persepsi klien sehingga mengurangi gangguan obsesif kompulsif bahkan menghentikannya atau
menyembuhkannya.
Hipnoterapi juga bisa digunnakan sebagai prosedur medis untuk mengurangi kebutuhan obat penenang,
mengurangi atau menghilangkan rasa mual muntah pada klien post kemoterapi, mengurangi kebutuhan
obat anti nyeri dan juga mengurangi lama hari rawat inap pasca operasi. Melalui teknik pengalihan
perhatian dan rileksasi yang digunakan saat hipnoterapi, gejala seperti kecemasan, mual, ataupun nyeri
fisiologis bisa diredakan.
Hipnoterapi dengan menggunakan pendekatan rileksasi, mampu membuat pikiran klien lebih tenang dan
tubuh lebih santai. Sehingga beban atau stres dalam pikiran dapat berkurang dan sekaligus mengurangi
gejala migrain. Migrain bisa terjadi akibat terlalu stres atau terlalu lama berfikir keras. hipnoterapi mampu
mengatasi hal ini, dengan membuat pikiran Anda rileks.
Hipnoterapi sebagai terapi komplementer dengan teknik rileksasi mampu membantu mengurangi rasa
nyeri pada pasien dengan penyakit ataupun pasca trauma. Teknik rileksasi meningkatkan ambang batas
nyeri klien sehingga mengurangi rasa nyeri yang dirasakan. Hal ini juga banyak dikemuukakan dalam
beberapa penelitian seperti NIH, 1998 dengan mengurangi rasa sakit pada temporomandibular disorder,
atau Patterson, dkk 19997 dengan mengurangi rasa sakit pada luka bakar.
Pada orang dengan gangguan psikiatri pasti mengalami gangguan emosi juga. Emosi cenderung tidak
bisa dikontrol dan sering mengamuk. Hipnoterapi mampu mengurangi gejala tersebut dan membuat klien
lebih tenang.
Bagi Anda yang memiliki kesulitan memusatkan perhatian atau berkonsentrasi, hipnoterapi ini juga
mampu meningkatkan konsentrasi, sehingga lebih baik saat belajar atau melakukan aktivitas lainnya.
Klien lebih fokus dan terjaga pada hal yang ingin dilakukan.
Teknik rileksasi yang menjadi dasar dari hipnoterapi ini juga mampu digunakan pada orang orang yan
gmengalami gangguan tidur atau insomnia. Setelah melakukan terapi, tubuh dan pikiran akan lebih rileks
dan istirahat bisa maksimal. Tidur bisa lebih cepat dan tidurpun berkualitas.
Terdapat penelitian yang mengungkapkan hipnoterapi bisa digunakan sebagai anastesi dalam persiapan
operasi, namun penelitian lebih lanjur yang menyatakan keamanan dari terapi ini selama prosedur belum
disebutkan, begitu pula dengan kode etiknya sehingga perlu dikaji lebih mendalam lagi.
Menurut Shenefelt, 2000, Ewin 2006 dan lainnnya hipnosis membantu mengurangi atau menyembuhkan
beragam masalah kulit baik itu dikarenakan alergi atau gangguan dermatitis lainnya. Gangguan pada kulit
juga seringkali membuat klien tidak percaya diri. Hipnoterapi mampu mengembalikan tingkat percaya diri
klien tersebut.
Diatas, sudah dipaparkan berbagai macam manfaat dari hipnoterapi. Pada dasarnya hipnoterapi
menggunakan tekni distraksi dengan hipnotik yang memiliki pengaruh rileksasi pada kliennya dan juga
menmberikan beberapa sugesti baik untuk mengurangi atau menyembuhkan gangguan. Hipnoterapi
sudah banyak dipraktekkan di Indonesia.
Terapis hipnoterapi wajib melakukan pelatihan dan memiliki sertifikat keahlian untuk melakukan praktek
hipnoterapi ini. Para terapis biasanya terdiri dari para ahli kesehatan seperti dokter, perawat, atau juga
psikiater, atau psikolog. Untuk orang yang tidak berpengalaman dan tidak memiliki sertifikat ahli
hipnoterapi, lebih baik tidak mencobanya sendiri. Hipnoterapi dapat diterapkan dalam berbagai aspek
seperti kesehatan, bisnis, sosial, ekonomi, dan lain lain.