I. TUJUAN
1
Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
RSUD Sulatan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak
A. Fungsi Hidung
Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru.
Jalan napas ini berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta
menghangatkan udara yang dihirupkan ke dalam paru-paru. Hidung bertanggung
jawab terhadap olfaktori atau penghidu karena reseptor olfaksi terletak dalam mukosa
hidung. Dalam hal pernafasan, udara yang diinspirasi melalui rongga hidung akan
menjalani tiga proses yaitu penyaringan (filtrasi), penghangatan, dan pelembaban.
Penyaringan dilakukan oleh membran mukosa pada rongga hidung yang sangat kaya
akan pembuluh darah dan glandula serosa yang mensekresikan mukus cair untuk
membersihkan udara sebelum masuk ke oropharynx. Penghangatan dilakukan oleh
jaringan pembuluh darah yang sangat kaya pada ephitel nasal dan menutupi area yang
sangat luas dari rongga hidung. Dan pelembaban dilakukan oleh konka, yaitu suatu
area penonjolan tulang yang dilapisi oleh mukosa. Epithellium olfactory pada bagian
medial rongga hidung memiliki fungsi dalam penerimaan sensasi bau.
B. Kabut Asap
Indonesia mempunyai hutan ke-3 terluas dunia setelah Brazil dan Zaire. Luas
hutan Indonesia kini diperkirakan mencapai 120,35 juta hektar atau 63 persen luas
daratan.1 Kebakaran hutan di Indonesia menjadi langganan setiap tahun di musim
kemarau dan menjadi bencana besar tidak hanya bagi masyarakat lokal namun
dampaknya juga dirasakan di negara tetangga. Kebakaran hutan sering terjadi akibat
cara mempersiapkan lahan pertanian dan hutan tanaman industri dilakukan dengan
cara pembakaran. Propinsi yang mengalami lebih dari 1500 kebakaran hutan pertahun
antara lain: Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sumatera
Selatan, Jambi dan Riau. Pada saat kebakaran hutan tahun 2011, kualitas udara di
wilayah Kalimantan Barat sudah pada tahap membahayakan kesehatan dengan kadar
debu >1.490 μg/m3 (batas yang diperkenankan 230 μg/m 3).2 Pada tanggal 6 Agustus
2017 konsentrasi kadar partikel udara berukuran 10 mikrometer mencapai kategori
sedang pada waktu tengah hari, walaupun pada pagi hari terdapat hujan.
2
Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
RSUD Sulatan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak
Kabut asap yang timbul akibat kebakaran hutan dan lahan di sekitar Riau,
Sumatera Selatan,Jambi dan Kalimantan terjadi hampir setiap tahun terkadang
kondisinya mengkhawatirkan dan merugikan. Kabut asap juga menjadi ancaman bagi
kesehatan manusia. akan lebih mudah terjadi pada orang yang yang sudah mempunyai
gangguan paru dan jantung, lansia, dan anak-anak. World Wildlife Fund (WHO)
memperkirakan sekitar 20 juta orang Indonesia telah terpajan asap kebakaran hutan
yang mengakibatkan berbagai gangguan paru dan sistem pernapasan.3
Komposisi asap
Asap merupakan perpaduan atau campuran karbon dioksida, air, zat yang
terdifusi di udara, zat partikulat, hidrokarbon, zat kimia organik, nitrogen oksida dan
mineral. Ribuan komponen lainnya dapat ditemukan tersendiri dalam asap. Komposisi
asap tergantung dari banyak faktor, yaitu jenis bahan pembakar, kelembaban,
temperatur api, kondisi angin dan hal lain yang mempengaruhi cuaca, baik asap
tersebut baru atau lama. Jenis kayu dan tumbuhan lain yang terdiri dari selulosa,
lignin, tanin, polifenol, minyak, lemak, resin, lilin dan tepung, akan membentuk
campuran yang berbeda saat terbakar. Bahan yang terkandung di dalam asap terdiri
dari karbon dioksida, uap air, karbon monoksida, partikel-partikel, hidrokarbon serta
zat kimia organik lainnya, nitrogen oksida dan mineral-mineral lainnya.2,4
Materi partikulat atau Particulate Matter (PM) merupakan bagian penting
dalam asap kebakaran untuk pajanan jangka pendek (jam atau mingguan). Materi
partikulat adalah partikel tersuspensi, yang merupakan campuran partikel solid dan
dropletcair. Karakteristik dan pengaruh potensial materi partikulat terhadap kesehatan
3
Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
RSUD Sulatan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak
tergantung pada sumber, musim, dan keadaan cuaca. Materi partikulat dibagi
menjadi:2,5
Ukuran lebih dari 10 mikrometer biasanya tidak sampai ke paru; dapat mengiritasi
mata, hidung dan tenggorokan.
Partikel kurang atau sama dengan 10 mikrometer; dapat terinhalasi sampai ke
paru.
Partikel kasar (coarse particles) berukuran 2,5 – 10 mikrometer.
Partikel halus (fine particles) berdiameter kurang dari 2,5 mikrometer.
Partikel debu atau materi partikulat melayang (suspended particulate matter)
merupakan campuran sangat rumit berbagai senyawa organik dan anorganik di udara
dengan diameter <1 μm sampai maksimal 500 μm. Materi partikulat akan berada di
udara dalam waktu relatif lama dalam keadaan melayang dan masuk ke dalam tubuh
manusia melalui saluran pernapasan. Karena komposisi materi partikulat yang rumit
dan pentingnya ukuran partikulat dalam menentukan pajanan, banyak istilah
digunakan untuk menyatakan materi partikulat di udara. Beberapa istilah mengacu
pada metode pengambilan sampel udara seperti suspended particulate matter (SPM),
total suspended particulate (TSP) atau ballack smoke. Istilah lain lebih mengacu pada
tempat di saluran napas, tempat materi partikulat mengendap yaitu inhalable thoracic
particulate yang terutama mengendap pada saluran napas bagian bawah.2,5
Dampak berbahaya kabut asap bagi kesehatan
Penurunan kualitas udara sampai taraf membahayakan kesehatan dapat
menimbulkan dan meningkatkan penyakit saluran napas seperti infeksi saluran napas
akut (ISPA). Penderita ISPA di daerah bencana asap meningkat 1,8 – 3,8 kali
dibandingkan jumlah penderita ISPA pada periode sama tahun-tahun sebelumnya.2,4
Asap menimbulkan iritasi mata, kulit dan gangguan saluran pernapasan yang
lebih berat, fungsi paru berkurang, bronkitis, asma eksaserbasi, dan kematian dini.
Selain itu konsentrasi tinggi partikel-partikel iritasi pernapasan dapat menyebabkan
batuk terus-menerus, batuk berdahak, kesulitan bernapas dan radang paru. Materi
partikulat juga dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan fisiologi melalui
mekanisme terhirupnya benda asing ke paru. Dampak yang ditimbulkan tergantung
dari individu seperti umur, penyakit pernapasan sebelumnya, infeksi dan
kardiovaskuler dan ukuran partikel.2
4
Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
RSUD Sulatan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak
Pencemaran
ISPU Udara Dampak kesehatan
Level
5
Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
RSUD Sulatan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak
Partikel asap tersebut hampir sama dengan fraksi partikel PM 2,5 sehingga
dapat menyebar dalam cahaya dan mengganggu jarak pandang. Polutan lain yang
berbahaya adalah karbon monoksida yang tidak berwarna, tidak berbau, yang
dihasilkan dari pembakaran kayu atau material organik yang tidak sempurna. Polutan
udara lain yang dapat mengiritasi saluran pernapasan yaitu akrolein, formaldehid, dan
benzena - karsinogen dalam jumlah lebih rendah dibandingkan materi partikulat dan
karbon monoksida. Secara umum, peningkatan kadar PM 10μm di udara dihubungkan
dengan:1,2
Peningkatan berbagai keluhan pernapasan
Peningkatan kunjungan ke instansi gawat darurat
Peningkatan rawat inap dan risiko kematian
Eksaserbasi akut asma bronkial dan penyakit paru obstruktif kronik.
Partikel padat dalam asap yang berukuran 10 mikrometer memang tidak bisa
masuk ke paru namun akan mengiritasi mata, hidung dan tenggorokan. Partikel padat
6
Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
RSUD Sulatan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak
7
Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
RSUD Sulatan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak
dapat ditekuk sesuai lekuk hidung. Penggunaan masker ini sangat dianjurkan
pada orang yang sakit dengan gejala batuk atau pilek agar tidak menularkan
penyakitnya kepada orang lain.
Masker ini didesain sangat sederhana sehingga hanya dapat menjaga percikan
cairan saat batuk atau bersin tetapi kurang efektif untuk menyaring partikel
asap maupun polutan yang dapat melewati celah pada sisi atas, bawah maupun
samping masker ketika digunakan ataupun yang lolos melewati bahan
penyaring masker yang tipis. Masker ini sebenarnya kurang maksimal
memberikan perlindungan ketika kabut asap, namun demikian masih tetap
lebih baik daripada tidak memakai masker sama sekali.
Berikut langkah-langkah penggunaan masker biasa/bedah yang benar dikutip
dari San Fransisco Department of Public Health:
Sebelum menyentuh masker, cuci tangan Anda dengan air dan sabun atau
hand sanitizer.
Ambil sebuah masker dan pastikan tidak ada noda kotoran atau
lubang/sobekan pada setiap sisi masker.
Tentukan sisi atas masker yang ditandai dengan adanya kawat hidung
(nose piece) dan tempatkan pada bagian atas.
Tentukan yang mana sisi luar dan sisi dalam masker, sisi luar biasanya
ditandai dengan bagian yang berwarna dan memiliki permukaan yang
lebih kasar serta arah lipatan menghadap ke bawah, sedangkan sisi dalam
biasanya berwarna putih dan memiliki permukaan yang lebih halus.
Ikuti instruksi di bawah ini untuk berbagai tipe masker yang digunakan:
Masker dengan karet telinga: gantung masker dengan melingkarkan karet
pada setiap telinga.
Masker dengan tali pengikat: Letakkan sisi atas masker pada batas atas
hidung dan ikatkan tali bagian atas pada belakang atas kepala Anda.
Tempelkan dan bentuk kawat hidung (nose piece) mengikuti lekuk hidung
Anda.
Jika menggunakan masker dengan tali pengikat, ikatkan tali bagian bawah
pada belakang leher.
Tarik bagian bawah masker sampai menutupi seluruh mulut dan dagu
Anda.
b. Masker respirator N95
Masker Respirator N95 adalah sebuah alat pelindung pernafasan yang didisain
menutupi rapat wajah penggunanya terutama pada bagian hidung dan mulut
dan sangat efisien menyaring partikel di udara termasuk mikroorganisme.
Masker jenis ini sangat dianjurkan untuk digunakan ketika kabut asap terjadi
8
Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
RSUD Sulatan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak
9
Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
RSUD Sulatan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak
Pastikan tidak ada celah udara luar yang masuk, cek dengan menarik dan
menghembuskan nafas, jika terasa ada aliran udara dari sisi masker berarti
terdapat celah yang memungkinkan udara luar masuk, perbaiki dengan
menggeser posisi masker sampai celah tertutup rapat seluruhnya.
2. Cuci Hidung
Cuci hidung adalah tindakan membilas hidung dari kuman, bakteri, dan udara
kotor dengan menggunakan larutan garam fisiologis ataupun garam dapur.
Manfaat cuci hidung antara lain:
a. Membersihkan hidung dari debu, kotoran, dan polutan
b. Membersihkan hidung dari bakteri, virus, dan zat pemicu peradangan
c. Melembabkan hidung yang kering akibat lingkungan yang dingin atau infeksi
d. Mengurangi pembengkakan akibat radang
e. Membersihkan lendir kental
f. Membuat hidung bersih dan segar
g. Mengurangi keluhan hidung pada penderita alergi dan sinusitis
h. Mencegah infeksi pada rongga hidung, saluran nafas, dan paru-paru
i. Mempercepat penyembuhan infeksi hidung, saluran nafas,dan paru-paru
Cuci hidung dapat dilakukan secara rutin pada orang dewasa sehat, anak-anak
>3 tahun yang sehat dan sudah bisa mengikuti instruksi, serta orang-orang dengan
riwayat alergi hidung, sinusitis, sakit pada saluran nafas, atau penyakit lain atas
instruksi dokter.
Adapun alat dan bahan yang diperlukan antara lain:
a. Air mineral 200 ml + garam ½ sendok teh, atau infuse NaCl (garam fisiologis)
b. Spuit 10 cc tanpa jarum
c. Kom/mangkok
d. Baskom
e. Tissue
Langkah-langkah mencuci hidung adalah sbb:
1) Tuangkan cairan pencuci hidung ke dalam wadah
2) Ambil cairan menggunakan spuit
3) Posisi spuit lurus ke dalam lubang hidung, mulut dibuka
4) Semprotkan cairan pencuci hidung ke dalam rongga hidung
5) Bersihkan hidung dengan tissue
6) Buang tissue ke tempat sampah
Sumber
1. Rumajomi HB. Kebakaran hutan di Indonesia dan dampaknya terhadap kesehatan
[Makalah pengantar Filsafah Sains, Program Pasca Sarjana]. Bogor: Institut
Pertanian. Bogor; 2006.
2. Faisal F, Yunus F, Harahap F. Dampak Asap Kebakaran Hutan pada Pernapasan.
CDK-189. Vol 39 No. 01. 2012
3. Brauer M. Health impact of biomass air pollution. WHO. [cited 2017 Aug 10].
Available from: http//www.firesmokeheealth.org
10
Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
RSUD Sulatan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak
4. Dawud Y. Smoke episodes and assessment of health impacts related to haze from
forest fires: Indonesian experience. The Indonesian Association of Pulmonologist,
Persahabatan Hospital Jakarta; 1999.p 313-22
5. D Schwela. The WHO-unepwmo Health Guidelines for Vegetation Fire Events.
Department of Protection of the Human Environment, Occupational and
Evironmental. Dec 4th 2001
6. Malilay J. A review of factors affecting the human health impacts of air pollutants
from forest fires. Health guideline for vegetation fire. WHO october 1998.255-70
IV. KEGIATAN
KEGIATAN
WAKTU TAHAP
KEGIATAN
PENYULUH SASARAN
Cindy Christianti
09.00 – 09.10 Pendahuluan Jovi P. Siagian Pasien Poli THT
Scholastyka Febrylla
Cindy Christianti
09.10 – 09.50 Kegiatan Inti Jovi P. Siagian Pasien Poli THT
Scholastyka Febrylla
Cindy Christianti
09.50 – 10.10 Sesi Tanya Jawab Jovi P. Siagian Pasien Poli THT
Scholastyka Febrylla
Cindy Christianti
10.10 – 10.15 Penutup Jovi P. Siagian Pasien Poli THT
Scholastyka Febrylla
V. EVALUASI
11
Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
RSUD Sulatan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak
PROSEDUR Lisan
12
Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
RSUD Sulatan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak
Tata laksana penyuluhan kelompok ini merupakan rangkaian hal-hal yang harus dilakukan
dalam pelaksanaan penyuluhan kelompok yang dilaksanakan oleh petugas di ruang tunggu
rawat jalan maupun rawat inap.
Rangkaian tata laksana ini bertujuan agar kegiatan penyuluhan kelompok dapat berjalan
efektif dan berkualitas. Penyampaian informasi mengenai \kesehatan dapat disampaikan
secara terstruktur sesuai dengan standar pelaksanaan penyuluhan kelompok yang berlaku.
Selama penyuluhan kelompok ini dilakukan oleh petugas penyuluh, tim PKRS RSUD Sultan
Syarif Mohamad Alkadrie akan melakukan penilaian pelaksanaan penyuluhan tersebut
dengan mengamati urutan tata laksana penyuluhan kelompok selama penyuluhan
berlangsung.
Rangkaian tata laksana penyuluhan kelompok antara lain :
PEMBUKAAN
1. Penyuluh mengucapkan salam
2. Penyuluh membina hubungan antar manusia dengan sasaran penyuluhan (misalnya
menayakan apa kabar, berkenalan dengan beberapa orang sasaran, dst.)
INTI KEGIATAN PENYULUHAN KELOMPOK
1. Penyuluh menanyakan masalah apa (bisa berupa penyakit, kekurangan gizi, kematian,
dsb) yang sedang dihadapi sasaran atau masyarakat di tempat tinggal sasaran.
2. Penyuluh mengaitkan masalah yang dikemukakan sasaran dengan data masalah
kesehatan yang dimiliki penyuluh / RS dan ditetapkan sebagai topik penyuluhan
kelompok yang akan dilakukan.
3. Penyuluh menanyakan mengapa masalah tersebut bisa terjadi (penyebab masalah)
4. Penyuluh menanyakan mengapa kenapa penyebab itu bisa muncul / terjadi
5. Penyuluh memberikan penjelasan tentang masalah yang dihadapi tersebut, penyebab,
munculnya penyebab, pencegahan, dan peningkatan, pengobatan / perawatan,
rehabilitasi
6. Penyuluh menggunakan media / alat bantu secara tepat untuk lebih memperjelas
penyampaian pesan
7. Penyuluh memberi kesempatan kepada sasaran untuk bertanya tentang hal-hal yang
diterangkan
13
Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
RSUD Sulatan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak
8. Penyuluh memberi kesempatan peserta untuk bertanya hal-hal lain terkait kesehatan
sasaran / masyarakat umumnya
9. Penyuluh memberikan penjelasan semua hal yang ditanyakan dengan jelas
10. Penyuluh menjanjikan untuk mencari jawaban bila tidak menguasai hal yang ditanyakan
sasaran
PENUTUP
1. Penyuluh menyimpulkan materi yang telah dibahas
2. Penyuluh merumuskan perilaku yang harus dilakukan sasaran untuk mencegah,
mengobati, merawat dan meningkatkan kesehatan pasien maupun yang masih sehat
3. Penyuluh mengucapkan salam penutup
TEKNIS PELAKSANAAN PENYULUHAN KELOMPOK :
1. Setiap ruangan memberikan jadwal penyuluhan setiap bulannya kepada tim PKRS
2. Setiap petugas penyuluhan harus membuat Satuan Acara Penyuluhan (contoh terlampir,
dapat ditulis/diketik ulang)
3. Jika memerlukan media pendukung dalam penyampaian informasi pada penyuluhan
kelompok, segera menghubungi tim PKRS. Media penyuluhan yang dibutuhkan akan
disesuaikan dengan inventaris
4. Setiap ruangan harus memberi tahu / menghubungi tim PKRS apabila ada pelaksanaan
penyuluhan kelompok agar dapat dilakukan pendokumentasian kegiatan penyuluhan
5. Peserta penyuluhan mengisi daftar hadir / absensi yang telah disediakan oleh tim PKRS
(contoh terlampir, dapat dicopy)
6. Setelah penyuluhan selesai, absensi yang sudah diisi peserta/sasaran dicopy dan
diberikan kepada tim PKRS (sebagai data PKRS)
7. Setiap petugas / penyuluh membuat laporan penyuluhan kelompok (contoh terlampir,
dapat dicopy)
8. Setelah penyuluhan selesai, laporan penyuluhan kelompok yang telah dibuat dicopy dan
diberikan kepada tim PKRS (sebagai data PKRS)
14