Anda di halaman 1dari 153

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. S DENGAN DIAGNOSA


MEDIS SUSPECT PNEUMONIA+HIPERTENSI HEART
DISEASE+DIABETES MELITUS DI RUANG PAVILIUN IV
RUMKITAL Dr. RAMELAN
SURABAYA

Oleh :
FENDA AYU PRAHESTY
142.0043

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2017
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. S DENGAN DIAGNOSA


MEDIS SUSPECT PNEUMONIA+HIPERTENSI HEART
DISEASE+DIABETES MELITUS DI RUANG PAVILIUN IV
RUMKITAL Dr. RAMELAN
SURABAYA

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Ahli Madya Keperawatan

Oleh:

Fenda Ayu Prahesty


NIM 142.0043

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2017

ii
SURAT PERNYATAAN

Saya bertanda tangan dibawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa karya

ilmiah akhir ini saya susun tanpa melakukan plagiat sesuai dengan peraturan yang

berlaku di Stikes Hang Tuah Surabaya. Berdasarkan pengetahuan dan keyakinan

penulis, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk, saya nyatakan dengan

benar. Bila ditemukan plagiat, maka saya akan bertanggung sepenuhnya dan

menerima sanksi yang dijatuhan oleh Stikes Hang Tuah Surabaya.

Surabaya,14 Juni 2017


Penulis,

Fenda Ayu Prahesty


NIM.142.0043

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

Setelah kami periksa dan amati, selaku pembimbing mahasiswa:

Nama : Fenda Ayu Prahesty

NIM : 142.0043

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul :Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan

Diagnosa Medis Suspect Pneumonia+Hiperetensi Heart

Disease+Diabetes Melitus Di Ruang Paviliun IV

Rumkital Dr. Ramelan Surabaya

Serta perbaikan-perbaikan sepenuhnya, maka kami menganggap dan dapat

menyetujui bahwa Karya Tulis Ilmiah ini diajukan dalam sidang guna memenuhi

sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar:

Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)

Surabaya, 14 Juni 2017

Pembimbing

Setiadi, M. Kep., Ns
NIP. 03.001

Ditetapkan di : STIKES Hang Tuah Surabaya


Tanggal : 14 Juni 2017

iv
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah dari :
Nama : Fenda Ayu Prahesty
NIM : 142.0043
Program Studi : D-III KEPERAWATAN
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. S Dengan
Diagnosa Medis Suspect Pneumonia+Hiperetensi Heart
Disease+Diabetes Melitus Di Ruang Paviliun Iv
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya
Telah dipertahankan dihadapan dewan Sidang Karya Tulis Ilmiah di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya, pada:
Hari, tanggal : Rabu, 14 Juni 2017
Bertempat di : STIKES Hang Tuah Surabaya.
Dan dinyatakan Lulus dan dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar “AHLI MADYA KEPERAWATAN” pada prodi D-III
Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya.

Penguji I : Setiadi, M.Kep.,Ns ...................................


NIP. 03.001

Penguji II : Sri Harini Veri M.,S.Kep.,Ns ...................................


NIP.198002222008122001

Mengetahui,
STIKES Hang Tuah Surabaya
Ka Prodi D-III Keperawatan

Dya Sustrami., S.Kep., Ns., M.Kes


NIP. 03.007
Ditetapkan di : STIKES Hang Tuah Surabaya
Tanggal : 14 Juni 2017

v
Halaman Persembahan

MOTTO

“ Miracle is another name of


an effort ”
(keajaiban adalah nama dari lain kerja keras)
Persembahan

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan hidayah-

Nya sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini :

Saya persembahkan karya tulis ini untuk :

1. Kedua orang tua tercinta, Mama dan Papa, adik kandung ku tercinta Dellan

Pramudi Maulana , serta kakak-kakak ku yang telah membantu ku dalam

dukungan dan do’a yang sudah diberikan padaku dalam tugas akhir ini.

2. Buat sahabatku Agnes Theresia, Amelia Kristina M. P, cuap-cuap

(uun,uul,febri,vina,rosi,fatih) yang telah memotivasi ku untuk mengerjakan,

makasih banyak atas do’a dan semangat untuk ku karena motivasi yang kau

berikan padaku sehingga aku bisa menyelesaikan tugas akhir ini tepat waktu.

3. Terimakasih untuk Afif Syihabudin,Laras, Anita, dan Student’s exchange go

to thailand 2016 yang telah membantu ku mengerjakan tugas akhir saya, dan

telah memotivasi ku dengan do’a yang telah diberikan.

4. Teman-teman Angkatan 20 Program Studi DIII Keperawatan, terutama untuk

D3-3A yang telah melewati kebersamaan selama hampir 3 tahun ini, saling

memberikan motivasi dan dukungan serta telah menjadi teman diskusi jika

aku mengalami kesusahan .

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah- Nya pada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini

sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Karya tulis ini disusun sebagai salah

satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan Ahli Madya Keperawatan.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan dan kelancaran karya tulis ini

bukan hanya karena kemampuan penulis tetapi banyak ditentukan oleh bantuan

dari berbagai pihak, yang telah dengan ikhlas membantu penulis demi

terselesainya penulisan. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Laksamana Pertama TNI dr. I Dewa Gede Nalendra DI, Sp. B., Sp. BTKV

(K)., selaku Kepala Rumkital Dr. Ramelan Surabaya yang telah

memberikan ijin dan lahan praktik untuk penyusunan karya tulis dan

selama kami berada di STIKES Hang Tuah Surabaya.

2. Ibu Wiwiek Liestyaningrum, M.Kep, selaku Ketua STIKES Hang Tuah

Surabaya yang telah memberikan kesempatan pada kami untuk praktik di

Rumkital Dr. Ramelan Surabaya dan menyelesaikan pendidikan di

STIKES Hang Tuah Surabaya.

3. Ibu Dya Sustrami, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Kepala Program Studi D-III

Keperawatan yang selalu memberikan dorongan penuh dengan wawasan

dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

4. Bapak Setiadi, M.Kep., Ns selaku Pembimbing I, yang dengan tulus ikhlas

bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta perhatian dalam

vii
memberikan dorongan, bimbingan dan arahan dalam penyusunan karya

tulis ilmiah ini.

5. Ibu Sri Harini Veri M., S.Kep.,Ns selaku Pembimbing II, yang dengan

tulus ikhlas telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan

dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

6. Seluruh staf dan karyawan STIKES Hang Tuah Surabaya yang telah

memberikan bantuan dalam kelancaran proses belajar selama proses

perkuliahan.

7. Seluruh staf perpustakaan STIKES Hang Tuah Surabaya yang telah

memberi kesempatan untuk membaca dan meminjam referensi buku di

STIKES Hang Tuah Surabaya.

8. Orang tua saya tercinta yang telah memberikan do’a, motivasi dan

dukungan moral maupun materil kepada penulis dalam menempuh

pendidikan di STIKES Hang Tuah Surabaya.

9. Teman – teman seperjuangan saya dalam naungan STIKES Hang Tuah

Surabaya yang telah memberikan dorongan semangat sehingga karya tulis

ilmiah ini dapat terselesaikan, dan saya hanya dapat mengucapkan semoga

hubungan persahabatan tetap terjalin.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih

atas bantuannya. Penulis hanya bisa berdo’a semoga Allah SWT

membalas amal baik semua pihak yang telah membantu dalam proses

penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

Selanjutnya, penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak

kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu saran dan

viii
kritik yang konstruktif senantiasa penulis harapkan. Akhirnya penulis

berharap, semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi

siapa saja yang membaca terutama bagi Civitas STIKES Hang Tuah

Surabaya.

Surabaya, 14 Juni 2017

Fenda Ayu Prahesty


142.0043

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN DALAM ..................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................................ 3
1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 4
1.5 Metode Penulisan ..................................................................................... 5
1.5.1 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 5
1.5.2 Sumber Data .......................................................................................... 6
1.5.3 Studi Kepustakaan ................................................................................. 7
1.5.4 Sistematika Penulisan ............................................................................ 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan ................................................... 8
2.2 Konsep Dasar Penyakit Pneumonia ....................................................... 18
2.2.1 Definisi ................................................................................................... 18
2.2.2 Etiologi ................................................................................................... 18
2.2.3 Manifestasi Klinis .................................................................................. 20
2.2.4 Patofisiologi ........................................................................................... 20
2.2.5 Komplikasi ............................................................................................. 21
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang ......................................................................... 22
2.2.7 Penatalaksanaan ..................................................................................... 22
2.3 Konsep Dasar Penyakit Hipertensi ....................................................... 23
2.3.1 Definisi ................................................................................................... 23
2.3.2 Etiologi ................................................................................................... 24
2.3.3 Manifestasi Klinis .................................................................................. 25
2.3.4 Patofisiologi ........................................................................................... 26
2.3.5 Komplikasi ............................................................................................. 27
2.3.6 Pemeriksaan Penunjang ......................................................................... 27
2.3.7 Penatalaksanaan ..................................................................................... 28
2.4 Konsep Penyakit (DM) Diabetes Militus .............................................. 29
2.4.1 Definisi ................................................................................................... 29
2.4.2 Etiologi ................................................................................................... 30

x
2.4.3 Manifestasi Klinis .................................................................................. 30
2.4.4 Patofisiologi ........................................................................................... 31
2.4.5 Komplikasi .............................................................................................. 32
2.4.6 Pemeriksaan Penunjang .......................................................................... 32
2.4.7 Penatalaksanaan ..................................................................................... 32
2.5 Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien dengan diagnosa Suspect
Pneumonia + Hipertensi Heart Disease+Diabetes Melitus ................ 33
2.5.1 Pengkajian .............................................................................................. 33
2.5.2 Pemeriksaan Fisik .................................................................................. 34
2.5.3 Masalah Keperawatan ............................................................................. 36
2.5.4 Intervensi Keperawatan ........................................................................... 37
2.5.5 Implementasi Keperawatan .................................................................... 55
2.5.6 Evaluasi ................................................................................................... 56
2.5.7 Kerangka Masalah .................................................................................. 58

BAB 3 TINJAUAN KASUS


3.1 Pengkajian ................................................................................................ 59
3.1.1 Identitas .................................................................................................. 59
3.1.2 Riwayat Kesehatan ................................................................................. 59
3.2 Pemeriksaan Fisik .................................................................................... 61
3.2.1 Pemeriksaan Penunjang ......................................................................... 69
3.3 Analisa Data ............................................................................................. 73
3.4 Prioritas Masalah .................................................................................... 74
3.5 Rencana Keperawatan ............................................................................. 75
3.6 Tindakan Keperawatan ........................................................................... 78

BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian ............................................................................................... 94
4.1.1 Pemeriksaan Fisik ................................................................................... 96
4.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 100
4.3 Intervensi Keperawatan ........................................................................ 102
4.4 Tindakan Keperawatan .......................................................................... 103
4.5 Evaluasi .................................................................................................... 105

BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan .................................................................................................. 107
5.2 Saran ........................................................................................................ 110

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 111


Lampiran ......................................................................................................... 112

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kemampuan Perawatan Diri ........................................................... 66


Tabel 3.2 Hasil Laboratorium ......................................................................... 69
Tabel 3.3 Pemeriksaan Risiko Jatuh (Morse) ................................................. 70
Tabel 3.4 Pemeriksaan Risiko Trauma Kulit/Decubitus
(The Norton Scale) .......................................................................... 70
Tabel 3.5 Pemeriksaan Skala Nyeri
(Wong Baker Faces Pain Rating Scores) ......................................... 71
Tabel 3.6 Pemeriksaan Kemandirian Dalam Aktivitas Sehari-hari
(Indeks Katz) .................................................................................. 71
Tabel 3.7 Pemeriksaan Glascow Coma Scale .................................................. 71
Tabel 3.8 Terapi .............................................................................................. 72

xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambar Sistem pernapasan ......................................................... 8
Gambar 2.2 Gambar Laring ............................................................................. 10
Gambar 2.3 Gambar Paru-Paru ........................................................................ 13
Gambar 2.4 Gambar bagian Pleura .................................................................. 14
Gambar 2.3 Kerangka Masalah ....................................................................... 58

xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Curiculum Vitae .......................................................................... 112
Lampiran 2 Tindakan Keperawatan dan Catatan Perkembangan .................... 113
Lampiran 3 Hasil Foto Thorak ......................................................................... 127
Lampiran 4 Satuan Prosedur Operasional ........................................................ 128

xiv
DAFTAR LAMBANG
% = Persen
? = Tanda Tanya
< = Lebih Kecil
/ = Atau
= = Sama dengan
() = Tutup buka kurung
+ = Tambah
, = Koma
. = Titik
° = Derajat
± = Kurang lebih
β = Beta
& = Dan

xv
DAFTAR SINGKATAN
DO = Data Obyektif
DS = Data Subyektif
S = Subjek
O = Objektif
A = Assesment
P = Planning
IV = Intravaskuler
g = Gram
mg = Miligram
m = Mililiter
MRS = Masuk Rumah Sakit
SC = Subkutan
SMRS = Sebelum Masuk Rumah Sakit
TD = Tekanan Darah
TTV = Tanda-Tanda vital
WHO = World Health Organization
S = Suhu
N = Nadi
RR = Respiration Rate
TB = Tuberculosis
DM = Diabetes Militus
SKRT = Survey Kesehatan Rumah Tangga
Ny = Nyonya
WOC = Web Of Caution
O2 = Oksigen
CO2 = Karbon dioksida
HHD =Hipertensi Heart Disease
DM =Diabetes Melitus

xvi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pneumonia, salah satu bentuk tersering dari Infeksi Saluran Napas Bawah

Akut (ISNBA), adalah suatu peradangan yang mengenai parenkim paru, distal

dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli,

serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas

setempat. Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka

kematiannya tinggi, tidak saja di negara berkembang tapi juga di negara maju

seperti Amerika Serikat, Canada dan negara Eropa. Di Amerika Serikat misalnya

terdapat dua sampai tiga juta kasus pneumonia per tahun dengan jumlah kematian

ratarata 45.000 orang. Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem

pernapasan dimana alveoli (mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang

bertanggung jawab untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan

dengan penimbunan cairan, gejala khas yang berhubungan dengan pneumonia

meliputi infeksi karena bakteri,virus, jamur atau parasit.(Fransisca,2000)

Pneumonia, salah satu bentuk tersering dari Infeksi Saluran Napas Bawah Akut

(ISNBA), adalah suatu peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari

bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta

menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.(

Cahyu Septiwi,2009)

Terdapat di Ruang IV paru Rumkital Dr. Ramelan, bahwa pasien yang

terbanyak di ruangan tersebut adalah dengan kasus Pneumonia dari 70 pasien, 12

pasien terkena diantaranya pneumonia pada tahun 2016. Selain pneumonia

1
2

terdapat penyakit penyerta lainnya seperti Diabetes Melitus, Efusi Pleura, TB

Paru, dan lain sebagainya.

Pneumonia dapat timbul melalui aspirasi kuman atau penyebaran langsung

dari saluran respiratorik atas. Hanya sebagian kecil merupakan akibat sekunder

dari viremia atau bakteremia. Dalam keadaan normal saluran respiratorik bawah

mulai dari sub laring hingga unit terminal adalah steril. Paru terlindungi dari

infeksi melalui beberapa mekanisme termasuk barier anatomi dan barier mekanik,

juga sistem pertahana tubuh lokal maupun sistemik. Barier anatomi dan mekanik

diantaranya adalah filtrasi partikel di hidung, pencegahan aspirasi dengan reflek

epiglotis, ekspulsi benda asing melalui reflek batuk dan upaya menjaga

kebersihan jalan napas oleh lapisan mukosiliar (NANDA-I 2015-2017). Bakteri

penyebab pneumonia yaitu Streptococcus pneumonia sebenarnya merupakanflora

normal pada kerongkongan manusia yang sehat. Namun ketika daya tahan tubuh

mengalami penurunan yang dapat disebabkan karena usia tua, masalah gizi,

maupun gangguan kesehatan, bakteri tersebut akan segera memperbanyak diri

setelah menginfeksi. Infeksi dapat dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh

melalui aliran darah. Infeksi yang terjadi pada individu umumnya menimbulkan

gejala yaitu panas tinggi, napas terengah, berkeringat, dan denyut jantung

meningkat cepat. Akibatnya bibir dan kuku dapat membiru karena tubuh

kekurangan asupan oksigen. Bahkan pada kasus yang parah, pasien akan

menunjukkan gejala menggigil, mengeluarkan lendir hijau saat batuk, serta nyeri

dada (Misnadiarly, 2008).

Untuk meningkatkan pengendalian dan surveilans pneumonia salah satu

usaha Kementerian Kesehatan dengan menetapkan 10 provinsi sebagai daerah


3

sentinel pneumonia pada tahun 2007, kemudian akan dikembangkan menjadi 20

provinsi pada tahun 2010, dan diharapkan menjadi 33 provinsi pada tahun 2014.

Tahap pertama pemilihan provinsi tersebut berdasarkan pertimbangan adanya

kasus Avian Influenza pada unggas dan manusia, sedang tahap kedua mewakli

karakteristik wilayah Indonesia bagian barat dan timur. Strategi untuk

pengobatan, pencegahan dan melindungi anak dari pneumonia adalah dengan

memperbaiki manajemen kasus pada semua tingkatan, vaksinasi, pencegahan dan

manajemen infeksi HIV, dan memperbaiki gizi.(Ardiansyah,2012)

1.2 Rumusan Masalah

Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka penulis

akan melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan keperawatan pada

diagnosa pneumonia dengan membuat rumusan masalah sebagai berikut:

“Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis

Suspect Pneumonia + Hipertensi Heart Disease + Diabetes Melitus di Ruang IV

Rumkital Dr. Ramelan Surabaya?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengidentifikasi asuhan keperawatan pada klien

dengan diagnosa medis Suspect Pneumonia + Hipertensi Heart Disease +

Diabetes Melitus di Ruang IV Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengkaji klien dengan diagnosa medis Suspect Pneumonia +

Hipertensi Heart Disease + Diabetes Melitus di Ruang IV Rumkital Dr.

Ramelan Surabaya.
4

2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan diagnosa medis

Suspect Pneumonia + Hipertensi Heart Disease + Diabetes Melitus di

Ruang IV Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.

3. Merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis

Suspect Pneumonia + Hipertensi Heart Disease + Diabetes Melitus di

Ruang IV Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.

4. Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis

Suspect Pneumonia + Hipertensi Heart Disease + Diabetes Melitus di

Ruang IV Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.

5. Mengevaluasi klien dengan diagnosa medis Suspect Pneumonia +

Hipertensi Heart Disease + Diabetes Melitus di Ruang IV Rumkital Dr.

Ramelan Surabaya.

6. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa

medis Suspect Pneumonia + Hipertensi Heart Disease + Diabetes Melitus

di Ruang IV Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.

1.4 Manfaat

1. Manfaat Bagi Akademis

Hasil karya tulis ilmiah ini merupakan sumbangan bagi ilmu

pengetahuan khususnya dalam hal asuhan keperawatan pada klien

Suspect Pneumonia + Hipertensi Heart Disease + Diabetes Melitus.

2. Secara praktis, tugas akhir ini akan bermanfaat :

a. Bagi pelayanan keperawatan di Rumah Sakit


5

Hasil karya tulis ini dapat menjadi masukan bagi pelayanan di

rumah sakit agar dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien

Suspect Pneumonia + Hipertensi Heart Disease + Diabetes Melitus dengan

baik.

b. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti

berikutnya yang akan melakukan karya tulis ilmiah pada asuhan

keperawatan pada klien Suspect Pneumonia + Hipertensi Heart Disease

+ Diabetes Melitus.

c. Bagi profesi kesehatan

Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan

pemahaman yang lebih baik tentang asuhan keperawatan pada klien

Suspect Pneumonia + Hipertensi Heart Disease + Diabetes Melitus.

1.5 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah

metode deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa atau

gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi kepustakaan yang

mempelajari, mengumpulkan, membahas data dengan studi pendekatan proses

keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian, diagnosis, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi.


6

1.5.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini

meliputi :

1. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dan informasi dengan

mengajukan pertanyaan langsung atau melakukan tanya jawab kepada pihak

lain. Dalam hal ini wawancara dilakukan dengan melakukan tanya jawab

langsung kepada pasien dan keluarga pasien Ny. S pada saat dilakukan

pengkajian tanggal 29 Mei 2017.

2. Observasi

Data yang diambil melalui percakapan baik dengan pasien Ny. S, keluarga

pasien maupun tim kesehatan lain dilakukan pada saat pengkajian tanggal 29

Mei 2017.

3. Pemeriksaan

Meliputi pemeriksaan fisik kepada pasien Ny. S dilakukan pada saat

pengkajian tanggal 29 Mei 2017, serta data laboratorium yang dapat

menunjang, menegakkan diagnose dan penanganan selanjutnya.

1.5.2 Sumber Data

Sumber data yang diperoleh adalah dari :


1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari pasien Ny. S.

2. Data sekunder
7

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga Ny. S, catatan

medik perawat, hasil pemeriksaan laboratorium dan hasil pemeriksaan

dokter.

1.5.3 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu mempelajari buku sumber yang berhubungan

dengan judul studi kasus dan masalah yang dibahas

1.5.4 Sistematika Penulisan

Agar lebih mudah dan lebih jelas dalam mempelajari dan memahami studi

kasus ini, secara keseluruhan di bagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Bagian awal, memuat halaman judul, persetujuan komisi pembimbing,

motto, pengesahan dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar

tabel, daftar gambar, daftar lampiran dan juga daftar singkatan.

2. Bagian inti, teridiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub

bab berikut ini:

BAB 1 : Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, tujuan,

manfaat penelitian dan sistematika penulisan studi kasus.

BAB 2 : Tinjauan Pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis

dan asuhan keperawatan pasien dengan diagnosa Suspect Pneumonia +

Hipertensi Heart Disease + Diabetes Melitus serta kerangka masalah.

BAB 3 : Tinjauan Kasus, berisi tentang diskripsi data hasil pengkajian,

diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.


8

BAB 4 : Pembahasan, berisi tentang perbandingan antara teori dengan

kenyataan yang ada di lapangan.

BAB 5 : Penutup, berisi tentang simpulan dan saran.

3. Bagian akhir, terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan

Pernapasan atau respirasi adalah mekanisme yang terjadi ketika tubuh

kekurangan oksigen (O2) dan kemudian menghirup (inspirasi) oksigen

yang ada di luar melalui organ-organ pernapasan. Pada keadaan

tertentu, bila tubuh kelebihan karbondioksida (CO2), maka tubuh

berusaha untuk mengeluarkannya dari dalam tubuh dengan cara

menghembuskan napas (ekspirasi) sehingga terjadi suatu

keseimbangan antara oksigen dan karbondioksida dalam tubuh.

Berikut organ-organ dalam sistem pernapasan manusia

(Ardiansyah,2012)

( Gambar 2.1). Gambar Sistem Pernapasan

9
10

Hidung

Hidung berfungsi sebagai alat pernafasan dan indera penciuman.

Vestibulum (rongga) hidung berisi serabut-serabut halus epitel yang

berfungsi untuk mencegah masuknya benda-benda asing yang

mengganggu proses pernafasan. Bagian-bagian hidung terdiri atas :

1. Batang hidung

2. Dinding depan hidung

3. Septum nasi (sekat hidung), dan

4. Dinding lateral rongga hidung


(Ardiansyah,2012)

Pada bagian belakang rongga hidung terdapat ruangan yang disebut

nasofaring. Rongga hidung dan nasofaring berhubungan dengan :

1. Sinus paranasalis, yaitu rongga-rongga pada tulang kranial.

Berhubungan dengan rongga hidung melalui ostium ( lubang).

Terdapat beberapa sinus paranasalis, sinus maksilaris dan sinus

ethmoidalis yang dekat dengan permukaan dan sinus sphenoidalis dan

sinus ethmoidalis yanga terletak lebih dalam.

2. Duktus nasolacrimalis, yang menyalurkan air mata kedalam hidung.

3. Tuba eustachius, yang berhubungan dengan ruang telinga bagian

tengah. (Setiadi,2007)

Faring

Faring terdiri atas tiga bagian, yaitu nasofaring, orofaring, dan laringo

faring.
11

1. Nasofaring

Bagian faring ini terdapat di dorsal kavum nasi dan terhubung dengan

kavum nasi melalui konka dinding lateral yang dibentuk oleh M. Tensor

platini, M. Levator villi platini (membentuk platum mole), serta M.

Konstruktor faringis superior.

2. Orofaring

Orofaring terletak di belakang cavum oris dan terbentang dari palatum

molle sampai ke tepi atas epiglotis. Orofaring mempunyai atap, dasar,

dinding anterior, dinding posterior, dan dinding lateral. Orofaring

mempunyai dua cabang, yakni ventral dengan kavum oris dan kaudal

terhadap radiks lingua.

3. Laringo faring

Bagian ini terhubung dengan laring melalui, yaitu melalui saluran auditus

laringeus. Dinding depan laringo faring memiliki plika laringitis

epiglotika. (Ardiansyah,2012).

Laring

Laring atau pangkal tenggorokan merupakan jalinan tulang rawan

yang dilengkapi dengan otot, membran jaringan ikat, dan ligamentum.

Bagian atas laring membentuk tepi epiglotis. Rangka laring terdiri atas

beberapa bagian, yakni kartilago tiroidea,kartilago krioidea, katilago

aritenoidea, dan kartilago

epiglotika. (Ardiansyah,2012)
12

(Gambar 2.2) Laring


Bronkus (Cabang Tenggorokan)

Bronkus mempunyai struktur yang sama dengan trakea dan terletak

mengarah ke paru-paru. Bronkus terdiri atas bronkus prinsipalis dekstra

dan bronkus prinsipalis sinistra. (Ardiansyah,2012).

Paru-paru

Paru-paru adalah salah satu organ paling penting dalam sistem

pernafasan. Organ ini berada dalam kantong yang dibentuk oleh pleura

perietalis dan pleura viseralis. Kedua paru-paru ini sangat lunak, elastis,

sifatnya ringan dan terapung dalam air, serta berada dalam rongga toraks.

Paru-paru berwarna biru keabu-abuan dan berbintik-bintik karena

adanya partikel-partikel debu yang masuk dan dimakan oleh fagosit. Hal

ini terlihat nyata pada paru-paru pekerja tambang. Paru-paru terletak di

samping mediastinum dan melekat pada perantaraan radiks pulmonalis, di

mana antara paru yang satu dan yang lainnya dipisahkan oleh jantung,

pembuluh darah besar, dan struktur lain dalam mediastinum.

Paru terbagi dalam dua segmen, yakni kanan dan kiri. Paru-paru kanan

terdiri dari tiga lobus, yaitu lobus superior, medius,dan inferior. Paru-paru

kiri terdiri dari dua lobus, yaitu superior dan inferior. Berikut penjelasan

lebih lanjut mengenai bagian-bagian dari organ paru-paru tersebut.


13

1. Apeks Pulmo

Berbentuk bundar menonjol ke arah dasar yang melebar melewati

apartura toralis superior, letaknya sekitar 2,5-4 cm di atas ujung iga

pertama.

2. Basis Pulmo

Paru-paru kanan dan bagian yang berada di atas permukaan cembung

diafragma akan lebih menonjol ke atas daripada paru-paru bagian kiri.

Oleh karena itu, basis paru kana lebih banyak berkontak dengan organ-

organ lain daripada paru-paru kiri.

3. Insisura atau fisura

Dengan adanya fisura atau takik yang ada pada permukaannya, paru-

paru dapat dibagi menjadi beberapa lobus. Letak insura dan lobus dapat

digunakan untuk menentukan diagnosis. Pada paru-paru kiri terdapat

insisura obligus. Insisura ini membagi paru-paru kiri atas menjadi dua

lobus, yaitu lobus superior, yakni bagian paru-paru yang terletak di atas

dan depan insisura, dan lobus anferior, yakni bagian paru-paru yang

terletak di belakang dan bawah insisura.

Paru-paru kanan memiliki dua insisura yaitu insisura oblingue dan

insisura interlobularis sekunder. Insisura oblingue (interlobularis primer)

merentang mulai dari daerah atas dan ke belakang sampai ke hilus setinggi

vertebra torakalis yang ke-4, kemudian terus ke bawah dan ke depan

searah dengan iga ke-6 sampai lini aksilaris media ke ruang interkosta ke-

6, memotong margo inferior setinggi artikulasi iga ke-6, dan kembali ke

hilus.
14

Sementara, insisura interlobularis sekunder di mulai dari insisura

oblingue pada aksilaris media, kemudiann terentang secara horizontal

hingga memotong margo anterior pada artikulasi kosta kondralis keenam

dan terus ke hilus. Insisura oblingue memisahkan antara lobus medius dari

lobus superior. (Ardiansyah,2012)

(Gambar 2.3) Paru-paru

4. Pleura

Pleura adalah suatu membran serosa (serous membrane) yang halus

dan membentuk suatu kantong tempat di mana terdspat dua paru, yaitu kiri

dan kanan, yang tidak saling bersentuhan. Pleura mempunyai dua lapisan,

yaitu permukaan parietalis dan permukaan viseralis.

Lapisan permukaan disebut pleura parietalis yang langsung

berhubungan dengan paru-paru serta memasuki fisura paru-paru dan

memisahkan lobus-lobus dari paru-paru. Lapisan dalam yang sering

disebut pleura viseralis ini berhubungan dengan faia endotorasika dam

merupakan permukaan dalam dari dinding toraks. Sesuai dengan letaknya,

pleura perietalis memiliki empat bagian sebagai beriku :


15

1. Pleura kostalis, yaitu bagian pleura yang menghadap ke permukaan

lengkung kosta dan otot-otot yang terdapat di antaranya. Bagian depan

dari plaura kostalis mencapai sternum, sedangkan bagian belakangnya

meleawti iga-iga di samping vertebra. Bagian ini merupakan bagian

yang paling tebal dan plaing kuat dalam dinding toraks.

2. Pleura servikalis, yaitu bagian pelura yang melewati apartura torasis

superior, memiliki dasar lebar, berbentuk seperti kubah, dan diperkuat

oleh membran suprapleura.

3. Pleura difragmatika,yaitu bagian yang berada di atas diafrgama.

4. Diafragma mediastinalis, yakni bagian pleura yang meliput permukaan

lateral mediastinum serta susunan yang terletak di dalamnya.

(Gambar 2.4) Bagian Pleura

5. Sinus Pleura

Tidak seluruh kantong yang dibentuk oleh lapisan pleura diisi secara

sempurna oleh paru-paru, baik ke arah bawah maupun depan. Kavum


16

pleura hanya dibentuk oleh lapisan pleura parietalis, sehingga rongga ini

disebut sinus pleura (recessus pleura). Pada waktu inspirasi, bagian paru-

paru ini akan memasuki sinus. Sebaliknya, pada waktu ekspirasi, bagian

ini akan ditarik kembali dari rongga tersebut. Sinus pleura terdiri atas dua

bagian, yaitu :

a. Sinus kostamediastinal, yang terbentuk pada pertemuan pleura

mediastinal dengan pleura kostalis. Pada waktu inspirasi, sinus ini

hampir semua terisi oleh paru-paru.

b. Sinus frenikokostalis, yang terbentuk pada pertemuan pleura

diafragmatika dengan pleura diafragmatika dengan pleura kostalis.

Pada inspirasi yang sangat dalam, bagian ini belum dapat diisi akibat

pengembangan paru-paru. (Ardiansyah,2012).

6. Ligamentum Pulmonale

Radikspulminalis bagian depan, atas, dan belakang ditutupi oleh

pertemuan pleura parietalis dan pleura viseralis. Bagian bawah radiks yang

berasal dari depan dan belakang bergabung membentuk lipatan yang

disebut ligamentum pulmonale. Ligamentum ini terdapat di antara bagian

bawah fasies mediastinal dan perikardium, kemudian berakhir pada tepi

yang bulat. (Ardiansyah,2012)

7. Pembuluh Limfe

Di dalam paru-paru, terdapat dua pasang pembuluh limfe yang saling

berhubungan. Bagian superfisial pembuluh limfe yang terletak dalam

pleura ini berukuran relatif besar dan membatasi lobus di permukaan paru.

Pembuluh limfe tampak hitam karena pengisapan zat karbon, khususnya


17

pada individu yang tinggal di perkotaan. Pembuluh limfe yang lebih kecil

membentuk jala-jala halus pada tepi lobulus. Pembuluh superfisial ini

mengalir sepanjang tepi paru-paru menuju hilus. Bagian profunda atau

pulmonal merentang berdampingan ke bronkus, sedangkan arteri

pulmonalis dan bronki meluas hanya sampai ke duktus alviolaris bagian

tepi. Semua cabang ini menuju ke bagian pusat hilus dan bertemu dengan

pembuluh limfe eferan superfisial. Nodus limfatikus juga banyak dijumpai

di bagian hilus. (Ardiansyah,2012)

8. Persarafan

Dalam jaringan paru-paru dijumpai serat-serat kecil, terutama di

daerah hilus yang berkaitan dengan bronkus serta pembuluh besar. Serat-

serat saraf yang berhubungan dengan percababangan ronkial membentuk

pleksus pulmonalis yang tersusun dari cabang vagus ( bronko konstruktur)

dan cabang dari ganglia simpatis berjalann bersama dengan pembuluh

pulmonalis dan sekelompk kecil sel saraf yang terdapat pada dinding

bronkial. (Ardiansyah,2012)

Proses fisiologi pernapasan di mana oksigen dipindahkan dari udara ke

dalam jaringan-jaringan dan CO2 dikeluarkan ke udara (ekspirasi), dapat

dibagi menjadi dua tahapan (stadium), yaitu stadium pertama dan stadium

kedua.

a. Stadium Pertama

Stadium pertama ditandai dengan fase ventilasi, yaitu masuknya

campuran gas-gas ke dalam dan keluar paru-paru. Mekanisme ini


18

dimungkinkan karena ada selisih tekanan antara atmosfer dan alveolus,

akibat kerja mekanik dari otot-otot.

b. Stadium Kedua

Transportasi pada fase ini terdiri dari beberapa aspek, yaitu :

1) Difusi gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksternal)

serta antara darah sistemik dan sel-sel jaringan.

2) Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonal dan penyesuaiannya

dengan distribusi udara dalam alveolus.

3) Reaksi kimia dan fisik dari O2 dan CO2 dengan darah respimi atau

respirasi internal merupakan stadium akhir dari respirasi internal

merupakan stadium akhir dari respirasi, di mana oksigen dioksida

untuk mendapatkan energi, dan CO2 terbentuk sebagai sampah dari

proses metabolisme sel dan dikeluarkan oleh paru-paru.

4) Transportasi adalah tahap kedua dari proses pernapasan yang

mencakup proses difusi gas-gas melintasi membran alveolus kapiler

yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 mm). Kekuatan mendorong

untuk pemindahan ini diperoleh dari selisih tekanan parsial antara

darah dan fase gas.

5) Perfusi adalah pemindahan gas secara efektif antara alveolus dan

kapiler paru-paru yang membutuhkan distribusi merata dari udara

dalam paru-paru dan perfusi ( aliran darah) dalam kapiler. Dengan

kata lain, ventilasi dan perfusi dari unit pulmonary yang sudah

sesuai dengan orang normal pada posisi tegak dan keadaan istirahat,
19

maka ventilasi dan perfusi hampir seimbang, kecuali pada apeks

paru-paru.

(Setiadi,2007)

2.2 Konsep Dasar Penyakit pneumonia

2.2.1 Definisi Pneumonia

Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat

konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Peradangan

ini dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing.

Pneumonia yang umumnya disebabkan oleh agen-agen penginfeksian ini

banyak menyebabkan kematian di Amerika Serikat. Pneumonia adalah

salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya dari

suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA). (Sylvia A. Price)

Dengan gejala batuk disertai dengan sesak nafas yang disebabkan

agen infeksius seperti usus,bakteri, mycoplasma (fungi). Dan aspirasi

substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan

konsulidasi dan dapat dilihat melalui gambaran radiologis. (Sylvia A.

Price)

2.2.2 Etiologi

Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering disebabkan

oleh streptococcus pneumonia, melalui selang infus oleh staphylococcus

aureus sedangkan pada pemakaian ventilator oleh P. Aeruginosa dan

enterobacter. Dan masa kini terjadi karena perubahan keadaan pasien


20

seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan,

penggunaan antibiotik yang tidak tepat.(Sylvia A.Price,2)

Setelah masuk ke paru-paru organisme bermultiplikasi dan, jika

telah berhasil mengalahkan mekanisme pertahanan paru, terjadi

pneumonia. Sesuai penggolongannya, yaitu :

a. Bacteria : Diplococcus pneumonia, pneumococcus streptococcus

hemolyticus, streptococcus aureus, Hemophilus influinzae,

Mycobacterium tubbberrrkulosis, Bacillus Friedlander.

b. Virus : Respiratory Syncytial virus, Adeno virus, V. Sitomegalitik, V.

Influenza

c. Mycoplasma Pneumonia

d. Jamur : Histoplasma Capsulatum, Cryptococcus Neuroformans,

Blastomycer Dermatitides, Coccidis Immitis, Aspergius Specis, Candida

Albacans.

e. Pneumonia Hepostatik

f. Aspirasi : makanan, kerosane (bensin, minyak tanah), cairan Amnion,

Benda asing.

g. Sindrom Loeffler

(Sylvia A. Price)

Klasifikasi berdasarkan anatomi. (Ika FKUI,2009))

a. Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau 1 bagian besar dari 1 atau

lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai

pneumonia bilateral atau ganda.


21

b. Pneumonia Lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir

bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk

membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya,

disebut juga pneumonia loburalis.

c. Pneumonia Interstisial (Bronkiolitis) pruser inflamasi yang terjadi di

dalam dinding alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta

interlobular.

2.2.3 Manifestasi Klinis

a. Demam (39,5°C sampai 40,5°C)

b. Nyeri dada akibat aktivitas bernapas dan batuk

c. Sakit tenggorokan

d. Sakit kepala

e. Sumbatan nasal, adanya sputum mukoid atau mukopurulen

f. Bunyi pernafasan seperti mendengkur dengan menggunakan otot bantu

nafas. (Sylvia A. Price)

2.2.4 Patofisiologi

Saluran nafas bagian bawah yang normal berada dalam keadaan

steril, walaupun bersebelahan dengan sejumlah besar mikroorganisme

yang menempati orofaring dan terpajan oleh mikroorganisme dari

lingkungan di dalam udara yang dihirup. Sterilisasi seluruh nafas bagian

bawah ini adalah hasil mekanisme penyaringan yang efektif oleh organ-

organ pernapasan sebelah atas.


22

Tubuh sebenarnya akan langsung mengaktifkan mekanisme

pertahanan saaat terjadi inhalasi bakteri mikroorganisme penyebab

pneumonia maupun akibat penyebaran secara hematogen dari tubuh dan

aspirasi melalui orofaring. Tubuh pertama kali akan melakukan

mekanisme pertahanan primer dengan meningkatkan respons radang.

Timbulnya hepatisasi merah dikarenakan perembesan eritrosit dan

beberapa leukosit dari kapiler paru-paru. Pada tingkat lanjut, aliran darah

menurun sehingga alveoli penuh dengan leukosit dan relatif sedikit

eritrosit. Kuman Pneumococcus difagosit oleh leukosit dan sewaktu

resolusi berlangsung makrofag masuk ke dalam tahap hepasiasi abu-abu

dan tampak berwarna abu-abu kekuningan. Secara perlahan, sel darah

merah yang mati dan eksudat fibrin dibuang dari alveoli. Terjadi resolusi

sempurna paru kembali menjadi normal tanpa kehilangan kemampuan

dalam pertukaran gas.

Luas dan beratnya kondisi pasien sering tergantung pada volume

dan keasaman cairan lambung. Jumlah asam lambung yang banyak dapat

menimbulkan gangguan pernafasan akut dalam waktu satu jamsetelah

obstruksi akibat dari aspirasi atau cairan yang masuk ke saluran napas.

Namun, biasanya aspirasi sedikit sehingga hanya menimbulkan sakit

ringan.

(Ardiansyah,2012)
23

2.2.5 Komplikasi

a. Atelektaksis,

b. Empiema,

c. Sindrom distress pernapasan dewasa (SDPD),

d. Pleuritis,

e. Edema paru,

f. Meningitis,

g. Perikarditis superinfeksi, dan

h. Abses paru.

(Ardiansyah,2012)

2.2.6 Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

Biasanya, didapat jumlah leukosit 15.000-40.000 per mm dalam

keadaan leukopenia. Laju endap darah biasanya meningkat hingga 100

mm/jam. Sebaiknya, diusahakan agar biakan dibuat dari sputum saluran

pernapasan bagian bawah.

b. Pemeriksaan Radiologis

Sebaiknya dibuat foto toraks posterior,anterior, dan lateral untuk melihat

keberadaan konsolidasi rentrokadial. Hal ini untuk memudahkan dalam

mengenali lobus mana yang terkena, karena setiap lobus memiliki

kemungkinan untuk terkena.

Gambaran konsolidasi tidak selalu mengisi seluruh lobus, karena mulai

dari perifer, gambaran konsolidasi hampir selalu berbatasan dengan

permukaan pleura viseralis. Gambaran radiologi yang tidak khas


24

kadang-kadang bisa ditemukan pada bronkitis menahun dan emfisema.

(Ardiansyah,2012)

2.2.7 Penatalaksanaan

a. Pasien diposisikan dalam posisi semi fowler dengan sudut 45 derajat.

Kematian sering kali berhubungan dengan hipotensi, hipoksia, aritmia,

kordis, dan tekanan susunan saraf pusat. Oleh karena itu, penting untuk

dilakukan pengaturan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa

dengan baik. Pemberian O2 yang memadai dapat mencegah hiposia

selular.

b. Untuk mencegah hilangnya volume cairan tubuh secara umum, dapat

digunakan bronkodilator untuk memperbaiki pengeluaran sekresi dan

distribusi ventilasi. Kadang-kadang, mungkin timbul dilatasi lambung

mendadak, terutama jika pneumonia mengenai lobus bawah yang dapat

menyebabkan hipotensi. Jika hipotensi terjadi cepat, atasi hipoksemia

arteri dengan cara memperbaiki volume intravaskular dan melakukan

dekompresi lambung.

c. Pemberian antibiotik terpilih, seperti penicillin, bisa diberikan secara

intramuscular. Penicillin diberikan sekurang-kurangnya seminggu

sampai pasien tidak mengalami sesak napas lagi dan tidak ada

komplikasi lain dengan abses paru. Untuk empiema diperlukan

pemberian antibiotik dalam jangka waktu yang lebih lama. Untuk pasien

yang mengalami alergi penicillin,dapat diberikan eritromisin.


25

d. Pemberian sefalopsorin kepada pasien yang alergi terhadap penicillin

harus dilakukan dengan hati-hati, karena dapat menyebabkan reaksi

hipersensitif silang, terutama dari tipe anafilaksis. (Ardiansyah,2012)

2.3 Konsep Dasar Penyakit Hipertensi

2.3.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten

dengan tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik di

atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai

tekanan sistolik ≥160 mmHg dan tekanan diastolik ≥90 mmHg. ( Brunner

& Sudarth, 2001).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya

140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg (Price,2005).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang melebihi

tekanan darah normal seperti apa yang telah disepakati oleh para ahli,

yaitu > 140/90 mmHg (Sudoyo,2006).

Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan

peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian

(mortilitas).(Kushariyadi, 2008).
26

2.3.2 Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab spesifik.

Hipertensi terjadi sebagai respons peningkatan curah jantung atau

peningkatan tekanan perifer.

Akan tetapi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya

hipertensi :

1. Genetik : respons neurologi terhadap stres atau kelainan ekskresi atau

transpor Na.

2. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan

tekanan darah meningkat.

3. Stres karena lingkungan.

4. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta

pelebaran pembuluh darah.

Pada orang lanjut usia, penyebab hipertensi disebabkan terjadinya

perubahan pada elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal

dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah, kehilangan

elastisitas pembuluh darah, dan meningkatkan resistensi pembuluh darah

perifer. Setelah usia 20 tahun kemampuan jantung memompa darah

menurun 1% tiap tahun sehingga menyebabkan menurunnya kontraksi dan

volume. Elastisitas pembuluh darah menghilang karena terjadi kurangnya

efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.(Reny,2016)


27

2.3.3 Manifestasi Klinis

Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak

sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala. Secara

umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut :

1. Sakit kepala

2. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk

3. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh

4. Berdebar atau detak jantung terasa cepat

5. Telinga berdenging.

Sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-

tahun berupa :

1. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual muntah, akibat

peningkatan tekanan darah intrakranial

2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi

3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat

4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus

5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan

kapiler.(Crowin,2000)

Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi, yaitu

pusing,muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba,

terasa pegal dan lain-lain (Novianti, 2006).


28

2.3.4 Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak di pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat

vasomotor ini bermula jarak saraf pusat simpatis, yang berlanjut ke bawah

ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia

simpatis di toraks dan abdmen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan

dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf

simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre-ganglion

melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca

ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor, seperti

kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah

terhadap rangsangan vasokonstiktor. Klien dengan hipertensi sangat

sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas

mengapa hal tersebut dapat terjadi.

Pada saat bersamaan ketika sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsan, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula

adrenal menyekresi, epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks

adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat

respons vasokontriktor pembuluh darah. Vasokntriksi yang mengakibatkan

penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.

Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I

yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, vasokontriktor kuat, yang


29

pada akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.

Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,

menyebabkan peningkatan volume intravaskular. Semua faktor tersebut

cenderung mencetuskan hipertensi (Brunner & Suddarth, 2002).

2.3.5 Komplikasi

1. Stroke

2. Infark miokard

3. Gagal ginjal

4. Ensefalopati (kerusakan otak)

5. Kejang

(Reny,2016)

2.3.6 Pemeriksaan penunjang

1. Laboratorium

a. Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal

b. Kreatinin serum dan BUN meningkatkan pada hipertensi karena

parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut.

c. Darah perifer lengkap

d. Kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula, darah puasa)

2. EKG

a. Hipertrofi ventrikel kiri

b. Iskemia atau infark miokard

c. Peninggian gelombang P

d. Gangguan kondusi
30

3. Foto Rontgen

a. Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koaktasi aorta.

b. Pembendungan, lebarnya paru

c. Hipertrofi parenkim ginjal

d. Hipertrofi vaskular ginjal

(Reny,2016)

2.3.7 Penatalaksanaan

Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan

resiko penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang

berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan

sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan diastolik di bawah 90 mmHg dan

mengontrol faktor resiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya

hidup saja, atau dengan obat antihipertensi

Penatalaksanaan faktor resiko dilakukan dengan cara pengobatan setara

non-farmakologis, antara lain :

1. Pengaturan diet

a. Rendah garam.

b. Diet tinggi kalium

c. Diet kaya buah dan sayur

d. Diet rendah kolesterol

2. Penurunan berat badan

3. Olahraga

4. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat


31

Penatalaksanaan medis yang diterapkan pada pendeerita hipertensi adalah

sebagai berikut.

1. Terapi oksigen

2. Pemantauan hemodinamik

3. Pemantauan jantung

4. Obat-obatan : diuretik, penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi

oto polos jantung, penghambat enzim mengubah angiotensin II.

(Mansjoer, 2002).

2.4 Konsep Dasar Penyakit Diabetes Melitus

2.4.1 Definisi Diabetes Melitus

Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai

dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas

metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh

penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau

keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular,

makrovaskular, dan neuropati (Yuliana elin, 2009)

2.4.2 Etiologi

1. Diabetes Melitus Tipe 1

Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta

pankreas yang disebabkan oleh :

a. Faktor genetik penderita tidak mewarisi tipe itu sendiri, tetapi mewarisi

suatu predisposisi atau kecendrungan genetik ke arah terjadinya diabetes

tipe 1
32

b. Faktor imunologi (autoimun)

c. Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses

autoimun yang menimbulkan ekstensi sel beta.

2. Diabetes Melitus Tipe 2

Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin.

Faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe

2 : usia, obesitas, riwayat, dan kesehatan keluarga.

Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pembedahan, dibagi menjadi 3 yaitu:

1. < 140 mg/dl = normal

2. 140-<200 mg/dl = toleransi glukosa terganggu

3. > 200 mg/dl = diabetes

2.4.3 Manifestasi Klinis

Manifestasi Klinis Diabetes Melitus dikaitkan dengan konsekuensi

metabolik defisiensi insulin. (Price & Wilson)

1. Kadar glukosa puasa tidak normal

2. Hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi diuresis

osmotik. Yang meningkatkan pengeluaran urine (poliuria) dan timbul

rasa haus (polidipsia)

3. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), BB berkurang

4. Cepat lelah dan mengantuk

5. Gejala lain yang dikeluhkan kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi,

peruritas vulva.
33

2.4.4 Patofisiologi

Hiperglikemia yang dialami penderita diabetes disebabkan oleh

beberapa faktor, sesuai dengan tipe dari diabetes secar umum. DM tipe 1

biasanya ditandai oleh defisiensi insulin absolut karena kerusakan sel beta

pankreas akibat serangan autoimun. Diabetes ini sering berkembang pada

anak-anak, bermanifestasi pada pubertas dan memburuk sejalan dengan

bertambahnya usia. Untuk bertahan hidup diabetes tipe ini memerlukan

insulin eksogen seumur hidupnya.

Diabetes tipe II disebabkan oleh gabungan dari resistensi perifer

terhadap kerja insulin dan respons sekresi insulin yang tidak adekuat oleh

sel beta pankreas (defisiensi insulin relatif). Kondisi tersebut dapat terjadi

karena beberapa faktor di antaranya genetik, gaya hidup, dan diet yang

mengarah pada obesitas.

Gangguan sekresi insulin akan menyebabkan DM hiperglikemia.

Dan akan menyebabkan (poliuria) sering buang air kecil, (polidipsia)

sering haus, akibat peningkatan glukosa dalam tubuh mengalami

penurunan cairan intrasel. Dan (polifagia) peningkatan nafsu makan akibat

penurunan insulin .

2.4.5 Komplikasi

1. Diabetik ketoasidosis. Gangguan pada sekresi hormon insulin

2. Sindrom hiperglikemik hiperosmolar nonketotik (HHNK). Peningkatan

glukosa darah yang disebabkan oleh kadar glukosa dari 300 mg/100ml.
34

2.4.6 Pemeriksaan penunjang

1. Laboratorium

a. Kadar glukosa plasma puasa lebih besar atau sama dengan 126 mg/dL

(normal : 70-100 mg/dL)2 pada sedikitnya dua kali pemeriksaan

b. Kadar glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dL (normal: <140 mg/dL)2

c. Gula darah postprandial ≥200 mg/dL

d. Hemoglobin glikosilasi (HbA1c) meningkat

e. Urinalisis dapat menunjukkan aseton atau glukosa

2.4.7 Penatalaksanaan

Insulin pada DM Tipe 2 diperlukan pada keadaan :

1. Penurunan berat badan yang cepat

2. Hiperglikemia yang berat dengan disertai ketosis

3. Ketoasidosis diabetik atau hiperglikemi hiperosmolar non ketotik

4. Hiperglikemia dengan asidosis laktat

5. Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal

6. Stress berat

7. Kehamilan dengan DM yang tidak terkendali dengan perencanaan

makanan

8. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat

9. Kontra indikasi atau alergi terhadap OHO


35

2.5 Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Diagnosa Suspect

Pneumonia + Hipertensi Heart Disease + Diabetes Melitus

2.5.1 Pengkajian (Anamnesa)

Keluhan pertama yang sering menjadi alasan pasien dengan

pneumonia dan penyakit penyerta lainnya yaitu DM dan HHD untuk

meminta pertolongan kesehatan adalah sesak napas, batuk, dan

peningkatan suhu tubuh, mual-mual, muntah, dan tidak nafsu makan.

1. Riwayat Penyakit Dahulu

Pengkajian diarahkan pada waktu sebelumnya, yakni apakah

pasien pernah mengalami infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dengan

gejala-gejala seperti luka tenggorokan, kongestinasal, bersin, dan demam

ringan, .

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pada awalnya , muncul keluhan batuk tidak produktif yang

selanjutnya akan berkembang menjadi batuk produktif dengan mukus

purulen kekuning-kuningan, kehijau-hijauan, kecoklatan atau kemerahan,

dan sering kali berbau busuk. Pasien juga menjadi demam, sesak napas,

dan nyeri kepala.


36

3. Riwayat kesehatan keluarga

Pada penderita penyakit komplikasi diabetes dan jantung biasanya

diturunkan dari keluarga yang juga mempunyai penyakit yang sama,

namun tidak untuk pneumonia pada pengkajian kesehatan biasanya tidak

di turunkan, hanya karena lingkungan dan makanan.

4. Pengkajian Psiko, Sosio, dan Spiritual

Pengkajian psikologi pasien meliputi dimensi yang memungkinkan

perawat memperoleh persepsi secara jelas mengenai status emosi, kognitif,

dan perilaku pasien. Perawat mengumpulkan data hasil pemeriksaan awal

pasien tentang kapasitas fisik dan intelektual saat ini. Data ini penting

untuk menentukan tingkat perlunya pengkajian psiko, sosio, dan spiritual

yang seksama. Pasien dengan pneumonia sering mengalami kecemasan

bertingkat sesuai dengan keluhan yang dialaminya.

2.5.2 Pemeriksaan Fisik

Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada pasien dengan

pneumonia, biasanya didapatkan adanya peningkatan suhu tubuh lebih dari

40o C, frekuensi napas meningkat dari frekuensi normal, dan denyut nadi

yang biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh.

1. B1 (Breathing)

a. Inspeksi

Amati bentuk dada dan gerakan pernapasan, serta apakah gerakan

pernapasan sudah simetris. Pada pasien dengan pneumonia sering

ditemukan peningkatan frekuensi napas cepat dan dangkal, serta


37

adanya retraksi sternum dan intercostal space (ICS atau ruang di antara

dua tulang rusuk). Napas cuping hidung pada sesak berat dialami oleh

anak-anak. Batuk dan sputum, saat dilakukan pengkajian batuk pada

pasien dengan pneumonia, biasanya didapat batuk produktif disetai

dengan adanya peningkatan produksi sekeret dan sekresi sputum yang

purulen.

b. Palpasi

Palpasi ditandai dengan adanya gerakan dinding toraks anterior

atau ekskresi pernapasan. Pada palpasi pasien dengan pneumonia,

gerakan pada saat bernapas biasanya normal dan seimbang.

c. Perkusi

Pasien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi, biasanya

dijumpai bunyi resonansi atau sonor pada seluruh lapang paru. Bunyi

redup perkusi pada pasien dengan pneumonia didapatkan apabila

bronchopneumonia menjadi satu sarang.

d. Auskultasi

Pada pasien pneumonia, didapatkan bunyi napas melemah dan

bunyi napas tambahan atau ronkhi basah pada sisi yang sakit.

2. B2 (Blood)

Pada pasien dengan pneumonia, pengkajian yang didaptakn meliputi :

a. Inspeksi : didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum,

b. Palpasi : denyut nadi perifer melemah,

c. Perkusi : batas jantung tidak mengalami pergeseran, dan


38

d. Auskultasi : tekanan darah biasanya normall dan biasanya tidak

terdapat bunyi jantung.

3. B3 (Brain)

Pasien dengan pneumonia yang berat sering mengalami penurunan

kesadaran. Dan, setelah pemeriksaan didapatkan sianosis perifer pada

kasus gangguan perfusi jaringan yang berat.

4. B4 (Bladder)

Pengukuran volume output urine dengan asupan cairan. Oleh

karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria, karena hal paling

penting ditangani dan merupakan tanda awal dari shock.

5. B5 (Bowel)

Pasien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu

makan, dan juga penurunan berat badan.

6. B6 (Bone)

Secara umum, kelemahan dan kelelahan fisik sering menyebabkan

ketergantungan pasien terhadap bantuan orang lain dalam melakukan

aktivitas sehari-hari.

2.5.3 Masalah Keperawatan

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi

trakheobronkial, peningkatan produksi sputum

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas

pengangkutan oksigen dalam darah (karena demam maupun perubahan

kurva oksihemoglobin).
39

3. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada parenkim paru, reaksi

selular untuk mengeluarkan toksin.

4. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi

5. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan

kurangnya kepatuhan terhadap rencana penatalaksanaan

diabetes;pemantauan glukosa darah

6. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif-

diare,muntah,diuresis osmotik

7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan gangguan keseimbangan insulin, makanan, dan aktivitas jasmani.

8. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma pada jaringan, proses penyakit

(diabetes melitus)

9. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

10. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload

peningkatan resistensi vaskular iskemik

11. Ketidakefektifan manajemen kesehatan berhububungan dengan defisiensi

pengetahuan,persepsi keseriusan.

12. Ketidakefektifan koping berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber

yang tersedia, ketidakadekuatan tingkat kepercayaan dalam kemampuan

untuk koping, ketidakadekuatan tingkat persepsi kontrol, krisis siatuasi.

2.5.4 Intervensi keperawatan

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi

trakheobronkial, peningkatan produksi sputum


40

Tujuan : setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama..,

diharapkan jalan napas bersih dan efektif.

Kriteria Hasil :

a. Tidak ada keluhan sesak

b. Suara napas normal (vesikuler)

c. Sianosis berkurang

d. Batuk berkurang

e. Jumlah napas dalam batas normal

Intervensi :

1) Kaji jumlah atau kedalaman pernapasan dan pergerakan dada.

Rasional : evaluasi awal untuk melihat kemajuan dari hasil intervensi

yang telah dilakukan.

2) Elevasi kepala, sering mengubah posisi.

Rasional : diafragma yang lebih rendah akan membantu dalam

meningkatkan ekspansi dada, pengisian udara, mobilisasi, dan

ekspektorasi dari sekresi.

3) Kaji efek dari pemberian nebulizer dan fisioterapi pernapasan lainnya,

dengan postural drainase.

Rasional : memfasilitasi pencairan dan pengeluaran sekret. Postural

drainase mungkin tidak efektif pada pneumonia interstisial atau yang

disebabkan eksudat atau dekstruksi dari alveolar.

4) Bantu pasien dalam melakukan latihan napas dalam. Demonstrasikan

atau bantu pasien belajar untuk batuk, misal menahan dada dan batuk

efektif pada saat posisi tegak lurus.


41

Rasional : napas dalam akan memfasilitasi ekspansi maksimum paru-

paru atau saluran udara kecil. Batuk merupakan mekanisme

pembersihan diri normal, dibantu silia untuk memelihara kebersihan

saluran udara, sementara posisi tegak lurus akan memberikan tekanan

yang lebih untuk batuk.

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan

membran alveolar kapiler (efek inflamasi).

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama.. , diharapkan

pertukaran gas dapat teratasi.

Kriteria hasil :

a. Keluhan dispnea berkurang

b. Denyut nadi dalam rentang normal dan irama reguler

c. Kesadaran penuh

d. Hasil nilai AGD dalam batas normal

Intervensi :

1) Obeservasi warna kulit, membran mukosa dan kuku, dan catat adanya

sianosis perifer (kuku) atau sianosis (sirmukonal).

Rasional : sianosis pada kuku menggambarkan vasokontriksi atau

respons tubuh terhadap demam. Sianosis cuping telinga, membran

mukosa, dan kulit sekitar mulut dapat mengindikasikan adanya

hipoksemia sistemik

2) Kaji status mental


42

Rasional : kelemahan, mudah tersinggung, bingung, dan somnolence

(keinginan kuat untuk terus tidur) dapat merefleksikan adanya

hipoksemia/ penurunan oksigenisasi serebral.

3) Monitor denyut nadi atau irama jantung.

Rasional : takikardia biasanya timbul sebagai hasil dari demam atau

dehidrasi, tetapi dapt juga sebagai respons terhadap hipoksemia.

4) Pertahankan tirah baring (bed rest). Anjurkan untuk menggunakan

teknik relaksasi dan aktivitas disversi (hiburan).

Rasional : pilihan ini dapat mencegah kelelahan dan mengurangi

konsumsi oksigen untuk memfasilitasi resolusi infeksi.

5) Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan, misal nasal prong dan

masker.

Rasional : pemberian terapi oksigen untuk memelihara Pa O2 di atas

60 mmHg. Oksigen yang diberikan sesuai dengan toleransi dari pasien.

3. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada parenkim paru,

reaksi selular untuk mengeluarkan toksin

Tujuan : setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama...,

diharapkan nyeri pasien teratasi.

Kriteria hasil :

a. Secara verbal, pasien melaporkan berkurangnya nyeri di dada.

b. Skala nyeri menurun

c. Wajah pasien lebih rileks

d. Pasien dapat beristirahat tanpa terganggu rasa nyeri

Intervensi :
43

1) Tentukan karakteristik nyeri, misal ketajaman, apakah muncul terus-

menerus (frekuensi). Cari perubahan dalam

karakteristik/lokal/intensitas nyeri.

Rasional : nyeri dada (chest pain) biasanya timbul dalam beberapa

tingkatan. Hal ini dapa juga menunjukkan adanya komplikasi dari

pneumonia, seperti peridakditis dan endokarditis.

2) Berikan tindakan untuk menimbulkan rasa kenyamanan, misal

menggosok punggung (back rubs),perubahan posisi, memutarkan

musik lembut, dan latihan relaksasi/napas.

Rasional : nonanalgesik, tindakan dengan sentuhan akan meringankan

ketidaknyamanan dan memberikan efek terapi analgesik.

3) Instruksikan dan bantu pasien untuk melakukan teknik menahan dada

selama batuk.

Rasional : membantu mengontrol ketidaknyamanan pada dada dengan

meningkatkan pelaksanaan batuk yang efektif.

4) Berikan analgetik dan antitusif sesuai indikasi.

Rasional : obat-obat ini digunakan untuk menekan batuk nonproduktif/

paroksimal atau mereduksi mukus yang berlebihan serta meningkatkan

ketidaknyamanan secara umum.

4. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama...,

diharapkan status pernapasan normal.

Kriteria Hasil :
44

a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak

ada sianosis dan dispneu

b. Menunjukkan jalan napas yang paten (irama napas, frekuensi napas,

dalam rentang normal, tidak ada suara napas abnormal)

c. Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan

darah,nadi,pernapasan).

Intervensi :

1) Pantau kecepatan, irama, kedalaman, dan upaya pernapasan

Rasional : penurunan bunyi napas menunjukkan atelektasis, yang

dapat menimbulkan penggunaan otot bantu napasdan peningkatan

kerja bantu napas.

2) Pantau pola pernapasan : bradipnea, takipnea, hiperventilasi,

pernapasan kusmaul, pernapasan Cheyne-Stokes, dan pernapasan

apneastik, pernapasan Biot, dan pola ataksik.

Rasional : efeknya bisa terjadi pernapasan dari gejala ringan, sampai

dispnea berat sampai distress pernapasan.

3) Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi

untuk memperbaiki pola pernapasan ; uraiakan teknik.

Rasional : dukungan keluarga dapat memberikan kenyamanan pada

pasien terhadap pola napas yang baik.

4) Konsultasi dengan ahli terapi pernapasan untuk memastikan

keadekuatan fungsi ventilator mekanis.

Rasional : bertujuan untuk memaksimalkan ekspansi dada dalam batas

normal.
45

5) Berikan obat (mis ; bronkodilator) sesuai dengan program atau

protokol.

Rasional : bronkodilator meningkatkan diameter percabangan

trakeobronkhial, sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran udara.

6) Atur posisi pasien untuk mengoptimalkan pernapasan, uraikan posisi

semi fowler

Rasional : meningkatkan ekspektorasi (pengeluaran lendir dan dahak )

untuk memberikan napas yang dalam batas normal

5. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan

kurangnya kepatuhan terhadap rencana penatalaksanaan

diabetes;pemantauan glukosa darah

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama..., diharapkan

kadar glukosa darah dalam batas yang sesuai.

Kriteria Hasil :

a. Mengetahui faktor yang menimbulkan glukosa tidak stabil.

b. Mengungkapkan pemahaman tentang tubuh dan kebutuhan energi.

c. Mengungkapkan rencana untuk memodifikasi faktor untuk mencegah

atau meminimalkan komplikasi.

Intervensi :

1) Kaji faktor yang dapat meningkatkan resiko ketidakseimbangan

glukosa

Rasional : dapat mengetahui faktor awal untuk kemajuan resiko

glukosa darah yang tidak normal


46

2) Pantau kadar glukosa serum (di bawah 60 mg/dL menunjukkan

hipoglikemia; di atas 300 mg/dL menunjukkan hiperglikemia) sesuai

dengan program atau protokol.

Rasional : dapat memberikan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan

3) Beri informasi mengenai penerapan diet dan latihan fisik untuk

mencapai keseimbangan kadar glukosa.

Rasional : pemberian yang sesuai dengan pasien diabetes dengan

mengimbangi asupan nutrisi yang sesuai

4) Beri informasi mengenai obat-obatan yang digunakan untuk

mengendalikan diabetes.

Rasional : pemberian obat-obatan untuk menurunkan produksi insulin

yang berlebihan

5) Kolaborasi dengan pasien dan tim diabetes untuk membuat perubahan

dalam pengobatan, jika perlu.

Rasional : pemberian obat menurunkan kadar produksi yang tidak

diinginkan.

6. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan

cairan aktif- diare,muntah,diuresis osmotik

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama..., diharapkan

dehidrasi yang adekuat.

Kriteria Hasil :

a. Tanda-tanda vital stabil,

b. Denyut perifer dapat dipalpasi,

c. Turgor kulit dan pengisian kapiler baik,


47

d. Haluaran urine baik secara individual, dan

e. Kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi :

1) Observasi khususnya terhadap kehilangan cairan yang tinggi elektrolit

(mis., diare, drainase luka, pengisapan nasogantrik, diaforesis, dan

drainase ileostomi)

Rasional : untuk mengidentifikasi cairan yang keluar dari tubuh secara

berlebih.

2) Pantau hasil laboratorium yang relevan dengan keseimbangan cairan

(mis., kadar hematokrit, BUN, albumin, protein total, osmolitas serum,

dan berat jenis urine)

Rasional : untuk mengetahhui hasil laboratorium yang tidak sesuai

dengan indikasi yang terjadi.

3) Anjurkan pasien dan keluarga pasien untuk menginformasikan perawat

bila haus.

Rasional : untuk mengontrol cairan yang masuk sesuai kebutuhan

4) Laporkan abnormalitas elektrolit

Rasional : untuk mengetahui hasil tidak normal dari cairan yang

berlebihan

5) Berikan terapi IV, sesuai program.

Rasional : pemberian IV akan membantu untuk mengisi cairan eletrolit

yang berlebih melalui pembuluh vena secara langsung.

6) Lakukan higiene oral secara sering.


48

Rasional : pemberian oral secara bertahap akan mengurangi hidrasi

yang berlebihan.

7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan gangguan keseimbangan insulin, makanan,

dan aktivitas jasmani.

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama.., diharapkan

masukan nutrisi yang adekuat.

Kriteria Hasil :

a. Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal

b. Memiliki nilai laboratorium (mis., transferin, albumin, dan elektrolit)

dalam batas normal

c. Melaporkan tingkat energi yang adekuat.

d. Menoleransi diet yang dianjurkan

Intervensi :

1) Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan

Rasional : untuk mengetahui nutrisi yang dikerjakan pada tindakan

selanjutnya.

2) Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang

sesuai.

Rasional : untuk mengetahui asupan yang sesuai dengan nutrisi pasien.

3) Ajarkan pada pasien atau keluarga tentang makanan yang bergizi dan

tidak mahal.

Rasional : pemberian makanan yang bergizi dari dukungan keluarga

sesuai kebutuhan
49

4) Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein

pasien yang mengalami ketidakadekuatan asupan protein atau

kehilangan protein (mis., pasien anoreksia nervosa, penyakit

glomerular atau dialisis peritoneal)

Rasional : protein yang diberikan untuk pneyembuhan integritas

jaringan. Makanan yang rendah serat dan rendah kalori sesuai dengan

program diet diabetes

5) Buat perencanaan makan dengan pasien yang msuk dalam jadwal

makan, lingkungan makan, kesukaan dan ketidaksukaan pasien, serta

suhu makanan.

Rasional : pemberian dengan secara bertahap akan membuat massa

tubuh sesuai dengan ideal berat badan normal

6) Anjurkan pada pasien dan keluarga pasien untuk membawa makanan

kesukaan pasien dari rumah.

Rasional : makanan yang disukai sesuai dengan kebutuhan nutrisi

pasien

7) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan (mis.,

pindahkan barang-barang dan cairan yang tidak sedap dipandang)

Rasional : lingkungan yang menyenangkan akan membuat pasien

senang dengan makanan yang dimakan

8) Ajarkan pasien tentang cara mebuat catatan harian makanan, jika perlu

Rasional : dengan pemberian secara terjdawal akan memenuhi

kebutuhan nutrisi yang sesuai


50

8. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma pada jaringan, proses

penyakit (diabetes melitus)

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama.., diharapkan

dengan pengendalian faktor resiko.

Kriteria Hasil :

a. Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau mengurangi resiko

infeksi

b. Mendemonstrasikan teknik dan perubahan gaya hidup untuk mencegah

perkembangan infeksi.

c. Melaporkan tanda dan gejala infeksi serta mengikuti prosedur

skrinning dan pemantauan.

Intervensi :

1) Pantau tanda dan gejala infeksi (mis., suhu tubuh, denyut jantung,

drainase, penampilan luka, sekresi, penampilan urine, suhu kulit, lesi

kulit, keletihan, dan malaise)

Rasional : untuk mengidentifikasi awal gejala resiko yang timbul pada

infeksi

2) Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi

(mis., usia lanjut, usia kurang dari 1 tahun, luluh imun, dan malnutrisi)

Rasional : penyebab dari resiko infeksi bisa dilihat dari awal

komplikasi riwayat penyakit dahulu dan rentan umur pasien.

3) Pantau hasil laboratorium (mis., hitung darah lengkap, hitung

granulosit absolut, hitung jenis, protein serum, dan albumin)


51

Rasional : timbulnya resiko infeksi dilihat dari adanya hasil

laboratorium yng mendukung adanya indikasi infeksi

4) Amati perlindungan praktik higiene personal untuk perlindungan

terhadapn infeksi

Rasional : mencegah awal dari penularan virus melalui orang lain

ataupun dari lingkungan.

5) Instruksikan untuk menjaga higiene personal untuk melindungi tubuh

terhadap infeksi (mis., mencuci tangan)

Rasional : pencegahan dari luar ketika ada virus atau bakteri

6) Ajarkan pada pasien dan keluarga pasien untuk teknik mencuci tangan

yang benar sebelum masuk dan meninggalkan ruang pasien.

Rasional : untuk memberikan pencegahan dari keluarga terdekat pasien

7) Ikuti protokol institusi untuk melaporkan infeksi yang dicurigai atau

kultur positif.

Rasional : waspada terhadap pencegahan infeksi sebelum terjadi

adanya tanda-tanda dapat menjadi pertolongan pertama sebelum

adanya indikasi secara lanjut

8) Lindungi pasien terhadap kontaminasi silang dengan tidak

menugaskan perawat yang sama untuk pasien lain yang mengalami

infeksi dan memisahkan ruang perawatan pasien dengan pasien yang

terinfeksi.

Rasional : pencegahan terhadap kontaminasi dengan lingkungan

merupakan langkah awal sebelum tertularnya lebih lanjut.


52

9. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama..,

diharapkan ketahanan saat beraktivitas

Kriteria Hasil :

a. Berpartisipasi dalam aktivitas yang diperlukan dan diinginkan

b. Melaporkan peningkatan yang dapat terukur dalam toleransi aktivitas

c. Mendemonstrasikan penurunan tanda-tanda fisiologi intoleransi.

Intervensi :

1) Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur,

berdiri, ambulasi.

Rasional : menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respons

fisiologi terhadap aktivitas dan , bila ada , merupakan indikator dari

kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.

2) Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas.

Rasional : stabilitas pada waktu aktivitas penting untuk memajukan

tingkat aktivitas individual pasien.

3) Penggunaan teknik napas terkontrol selama aktivitas, jika perlu

Rasional : untuk pencegahan aktivitas yang berlebih saat bekerja

dengan kondisi yang baik dan tidak ada peningkatan kerja jantung

selama aktivitas

4) Mengenali tanda dan gejala intoleran aktivitas, termasuk kondisi yang

perlu dilaporkan kepada dokter.

Rasional : pencegahan awal untuk terjadinya gejala yang tidak normal


53

5) Penggunaan teknik relaksasi.

Rasional : membuat pasien nyaman dan tidak dalam keadaan ansietas

6) Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi, fisik (mis., untuk latihan

ketahanan), atau rekreasi untuk merencanakan dan memantau program

aktivitas, jika perlu.

Rasional : melatih selama aktivitas yang tidak terkendali secara

individual

7) Hindari menjadwalkan pelaksanaan aktivitas perawatan selama periode

istirahat.

Rasional : kerja jantung perlu diistirahatkan selama waktu yang lama

untuk menghindari adanya peningkatan pompa jantung yang berlebih

8) Pantau tanda-tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas;

hentikan aktivitas jika tanda-tanda vital tidak dalam rentang normal

bagi pasien atau jika ada tanda-tanda bahwa aktivitas tidak dapat

ditoleransi (mis., nyeri dada, pucat, vertigo, dispnea)

Rasional : mengevaluasi adanya tanda-tanda selama aktivitas dan

sebelum aktivitas

10. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan

afterload peningkatan resistensi vaskular sistemik

Tujuan : setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama..,

Kriteria Hasil :

a. Berpartisipasi dalam aktivitas yang mengurangi tekanan darah (TD)

dan beban kerja jantung

b. Mempertahankan TD dalam kisaran normal individu


54

c. Mendemonstrasikan irama dan frekuensi jantung stabil dalam kisaran

normal.

Intervensi :

1) Observasi warna kulit, kelembapan, suhu tubuh, dan waktu pengisian

kapiler.

Rasional : adanya berkaitan dengan vasokontriksi atau mencerminkan

dekompensasi atau penurunan curah jantung

2) Beri lingkungan yang tenang dan damai, minimalkan aktivitas dan

bising di lingkungan. Pertimbangkan membatasi jumlah pengunjung

atau lama waktu kunjungan.

Rasional : membantu untuk menurunkan rangsang simpatis dan

meningkatkan relaksasi

3) Pertahankan pembatasan aktivitas selama situasi krisis seperti tirah

baring atau istirahat di kursi dan jadwalkan periode istirahat tanpa

gangguan; bantu klien melaksanakan aktivitas perawatan diri sesuai

kebutuhan.

Rasional : menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi

tekanan darah dan perjalanan penyakit hipertensi

4) Beri tindakan kenyamanan, seperti massage punggung dan leher atau

tinggikan kepala.

Rasional : mengurangi ketidaknyamanan dan dapat menurunkan

rangsang simpatis

5) Instruksikan atau ajarkan teknik relaksasi, imajinasi terbimbing, dan

distraksi.
55

Rasional : dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress

dan membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah

6) Pantau respons terhadap medikasi pengendali tekanan darah.

Rasional : respons terhadap obat secara bertahap tergantung individu

dan efek sinergis obat. Karena efek sampin tersebut penting untuk

menggunakan obat dalam jumlah paling sedikit dan dosis paling

rendah.

7) Kolaborasikan dengan dokter dengan pemberian obat sesuai indikasi.

Rasional : untuk menurunkan tekanan darah pada pasien dengan fungsi

ginjal yang relatif normal.

11. Ketidakefektifan manajemen kesehatan berhubungan dengan

defisiensi pengetahuan,persepsi keseriusan.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama..,

diharapkan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari

Kriteria Hasil :

a. Mengungkapkan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen

terapi.

b. Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi

yang memerlukan perhatian medis.

c. Mempertahankan TD dalam parameter yang dapat diterima secara

individual.

d. Mendeskripsikan alasan untuk tindakan terapeutik dan regimen terapi.

Intervensi :
56

1) Kaji tingkat pemahaman pasien tentang penyakit, komplikasi, dan

pengobatan yang direkomendasikan untukk menentukan defisiensi

pengetahuan.

Rasional : agar pasien paham ketika menjalani medikasi terapi obat

2) Beri informasi tentang penyakit, komplikasi, dan pengobatan yang

direkomendasikan.

Rasional : agar pasien dan keluarga meyakini dengan penyakit dan

obat yang dijalani selama perawatan.

3) Kolaborasi dengan penyedia perawatan kesehatan lain untuk

menentukan cara memodifikasi program terapeutik tanpa

membahayakan kesehatan pasien.

Rasional : dengan penyedia perawatan, pasien dapat memprogramkan

secara rutin dalam manajemen kesehatan diri

4) Beri latihan dan dukungan untuk memotivasi melanjutkan kepatuhan

terhadap terapi.

Rasional : agar secara bertahap pasien mengerti tentang terapi yang

dijalani

12. Ketidakefektifan koping berhubungan dengan ketidakadekuatan

sumber yang tersedia, ketidakadekuatan tingkat kepercayaan

dalam kemampuan untuk koping, ketidakadekuatan tingkat

persepsi kontrol, krisis siatuasi.

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama..,diharapkan

koping yang efektif

Kriteria Hasil :
57

a. Mengidentifikasi perilaku koping yang tidak efektif dan akibatnya

b. Mengungkapkan kesadaran tentang kemampuan dan kekuatan

kopingnya sendiri.

c. Mengidentifikasi situasi yang berpotensi menyebabkan stress dan

melangkah untuk menghindari atau memodifikasi situasi stres tersebut.

d. Mendemonstrasikan penggunaan ketrampilan koping yang efektif.

Intervensi :

1) Kaji konsep diri dan harga diri pasien

Rasional : mengidentifikasi awal untuk penanganan tindakan lanjutan

yang dilakukan oleh pasien

2) Identifikasi penyebab ketidakefektifan koping (mis., kurang dukungan,

krisis hidup, ketrampilan penyelesaian masalah tidak efektif)

Rasional : untuk mengetahui secara lanjutan terhadap masalah koping

yang dihadapi

3) Bantu pasien dalam membuat rencana untuk menerima atau mengubah

situasi

Rasional : agar pasien bisa menjadwalkan sesuai kondisi pasien.

4) Bantu pasien dalam mengidentifikasi kekuatan diri dan menyusun

tujuan yang realistis.

Rasional : mempertahankan kebutuhan pasien sesuai realitas dengan

dukungan perawat atau orang lain

5) Anjurkan pasien dan keluarga pasien untuk terlibat dalam

merencankan aktivitas perawatan memulai percakapan dengan orang

lain berpartisipasi dalam aktivitas.


58

Rasional : agar pasien bisa bersosialisasi dengan orang lain aktivitas

yang mennyenangkan

6) Awal diskusi tentang perawatan pasien untuk meninjau mekanisme

koping pasien dan untuk menyusun rencana perawatan

Rasional : meninjau aktivitas secara harian pada pasien.

2.5.5 Impelementasi

Selama tahap implementasi perawat melaksanakan rencana asuhan

keperawatan. Instruksi keperawatan diimplementasikan untuk membantu

pasien memenuhi kriteria hasil.

Komponen tahap implementasi yaitu:

1. Tindakan Observasi

Tindakan dengan menlihat riwayat status kondisi saat melakukan

bertemu lansgung dengan pasien.

2. Tindakan keperawatan mandiri

Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesanan dokter.

Tindakan keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan Standar

Praktik American Nurses Association, undang-undang praktik

perawat negara bagian dan kebijakan institusi perawatan kesehatan.

3. Tindakan edukatif

Yaitu tindakan sebagai pendidik kepada keluarga pasien selama

dirawat di rumah sakit.

4. Tindakan keperawatan kolaboratif

Tindakan keperawatan kolaboratif diimplementasikan bila perawat

bekerja dengan anggota tim perawatan kesehatan yang lain dalam


59

membuat keputusan bersama yang bertujuan untuk mengatasi

masalaj-masalah pasien.

5. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon pasien terhadap

asuhan keperawatan. (Ardiansyah,2012)

2.5.6 Evaluasi

Dengan pencapaian kriteria hasil, pasien keluar dari siklus proses

keperawatan dan rencana asuhan keperawatan berakhir. Perawat menulis

catatan pulang yang meringkas resolusi dari setiap diagnosa keperawatan.

Catatan pulang ini menunjukkan status pasien saat dipulangkan dari sistem

perawatan kesehatan. Tanda-tanda vital, prosedur-prosedur yang

dilakukan, obat-obatan, kemampuan merawat diri, sistem pendukung dan

perjanjian untuk kontrol adalah contoh-contoh informasi yang dimasukkan

dalam catatan pulang. Jika kriteria hasil tidak tercapai, pasien masuk

kembali ke siklus proses keperawatan. (Ardiansyah, 2012).


60

2.5.7 Kerangka masalah


(Gambar 2.5 Kerangka Masalah)
Organisme kuman patogen ke bronkioli

Permukaan lapisan pleura tertutup tebal


Eksudat trombus vena pulmonalis
Abses
Sel darah merah, dan fibrin Produksi sputum meningkat pneumoltecele
Mengalami konsolidasi (kerusakan
Jaringan parut)
Ketidak efektifan bersihan
Gangguan Jalan napas
Pertukaran Gas
Ketidakefektfan
Pola Napas

Gaya hidup (junkfood,minuman manis)

Resistensi insulin diuresis osmotik penggunaan glukosa


Oleh sel menurun
Resiko ketidakstabilan
Glukosa darah poliuria
glukoneogenesis
resiko infeksi jaringan kekurangan
volume cairan ketidakseimbangan nurisi
resiko penurunan curah jantung kurang dari kebutuhan

intoleransi aktivitas

ketidakefektifan manajemen
kesehatan diri ketidak efektifan
koping
BAB 3

TINJAUAN KASUS

Untuk mendapatkan gambaran nyata tentang pelaksanaan asuhan

keperawatan pada Ny. S dengan S.Pneumonia+HHD+DM, maka penulis

menyajikan suatu kasus yang penulis amati mulai tanggal 29 Mei 2017 sampai

dengan 31 Mei 2017, dengan data pengkajian pada tanggal 29 Mei 2017 pukul

09.00 WIB. Pasien MRS pada tanggal 24 Mei 2017 pukul 20.00 WIB. Anamnesa

diperoleh dari pasien sendiri dan file No. RM 01-3X-XX, sebagai berikut:

3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas Pasien

Pasien adalah seorang perempuan bernama “Ny. S” berumur 58 tahun,

beragama islam, status pasien menikah. Pasien tinggal di Surabaya, pendidikan

terakhir pasien adalah SMK dan pekerjaan pasien saat ini adalah ibu rumah

tangga. Penanggung biaya pasien adalah dari BPJS Kesehatan.

3.1.2 Riwayat kesehatan

1. Keluhan Utama

sesak saat tidur

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh batuk sudah 4 bulan

hilang timbul dan tidak nafsu makan dan tidak merasa mual ataupun muntah,

dan terasa sesak dadanya sejak 2 hari dan pasien hanya minum obat OBH dan

tidak kunjung sembuh, lalu pasien langsung ke IGD RSAL bersama suami

pasien, lalu tanggal 24-05-17 pasien datang bersama dengan suami pasien ke

61
62

UGD jam 20.00 ke UGD RSAL dengan mengeluh sesak saat batuk sejak 4

bulan. Dan hanya makan ½ porsi. Saat di observasi , TD : 130/90 mmHg, N :

84x/mnt, RR : 22x/mnt, S : 36°C, dan pasien terasa sesak di bagian dada, dan

langsung diberi tindakan nebulizer = ventolin : pz = 1:2 cc, injeksi insulin

Novorapid 20 unit, dan dokter mendiagnosa pasien Suspect Pneumonia

beserta Diabetes Melitus dan HHD (Hipertensi Heart Disease) dan dokter

menyarankan pada pasien untuk rawat inap di ruang IV Paru RSAL jam 21.00

tanggal 24-05-2017.

Saat dikaji pada tanggal 29-05-2017 pasien mengeluh sesak saat bangun tidur

dan akan tidur. Observasi pada jam 08.30 . TD : 120/90 mmHg, N : 88x/mnt,

S: 36oC, RR : 22x/mnt, GCS 456, SPO2 98%, keadaan umum baik, kesadaran

compos mentis

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Px mengatakan tidak pernah mempunyai riwayat penyakit paru dan tidak

pernah TD tinggi, dan rutin kontrol ke poli jantung dengan minum obat

amlodipin 1x1 pagi, valesco 1x1 dan DM sejak lama, dan injeksi insulin rutin

diberikan novorapid 3x10 unit, lavemix 1x10 unit.

4. Riwayat kesehatan Keluarga

Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit seperti

pasien sekarang dan tidak ada yang menderita penyakit menular ataupun

keturunan.
63

5. Genogram Keluarga Ny. S

5
8

Keterangan : Laki-laki

Perempuan

Pasien

Meninggal

Tinggal serumah

6. Riwayat alergi

Pasien mengatakan tidak ada riwayat alergi obat ataupun makanan.

3.2 Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum :

Kesadaran : compos metris RR : 20x/menit

TD : 120/90 mmHg N/S : 80 x/mnt /36oC

BB sebelum sakit : 60 kg BB sesudah sakit : 50 Kg


64

1. B1 Breath (Pernafasan)

Pada pemeriksaan inspeksi didapatkan bentuk dada normochest,

pergerakan dada simetris, tidak terdapat otot bantu nafas tambahan, irama

nafas pasien reguler, pasien sesak nafas, pasien tidak batuk, tidak ada

sputum, tidak ada sianosis, kemampuan aktivitas tidak terbatas. Pada

pemeriksaan palpasi terdapat vocal premitus teraba di semua lapang paru.

Pada pemeriksaan perkusi terdapat suara sonor. Pada pemeriksaan

auskultasi tidak ada suara nafas tambahan, suara nafas vesikuler, RR:

21x/menit.

Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan Pola Nafas

2. B2 Blood (Kardiovaskuler dan Limfatik )

Pada pemeriksaan inspeksi tidak terdapat oedema, tidak terdapat

perdarahan. Pada pemeriksaan palpasi, ictus cordis teraba pada ICS 4-5

mid clavicula sinistra, tidak terdapat nyeri dada, irama jantung reguler,

CRT < 2 detik, akral teraba hangat, kering, merah, tidak ada pembesaran

kelenjar getah bening, tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 80x/menit. Pada

pemeriksaan perkusi terdapat suara pekak. Pada pemeriksaan auskultasi

terdapat bunyi jantung S1 S2 tunggal, tidak ada bunyi jantung tambahan.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3. B3 Brain (Persyarafan dan Penginderaan)

Pada pemeriksaan inspeksi keadaan umum pasien baik, kesadaran compos

mentis, GCS 456, bentuk kepala bulat simetris dan tidak ada kelainan,

tidak ada paralisis, bentuk hidung simetris, septum terletak di tengan, tidak

ada polip, bentuk mata simetris dan tidak ada kelainan, reaksi pupil isokor,
65

reflek cahaya +/+ , konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, lapang

pandang pasien baik, bentuk telinga simetris, tidak ada kelainan pada

telinga, kebersihan telinga bersih, tidak ada alat bantu pendengaran,

kebersihan lidah bersih, tidak ada kesulitan menelan, cara berbicara pasien

jelas dan lancar. Pada pemeriksaan palpasi kaku kuduk (-), brudziynki (-),

babinzky (-), kerniks (-). Pada pemeriksaan perkusi triceps (+/+), bisep

(+/+), patella (+/+), dan achilles (+/+).

a. Nervus I (Olfaktorius)

Sifatnya sensorik mensarafi hidung membawa rangsangan aroma (bau-

bauan) dari aroma rongga hidung ke otak.

Pasien mampu mencium bau balsem.

b. Nervus II (Optikus)

Sifatnya sensorik, mensarafi bola mata membawa rangsangan

penglihatan ke otak.

Pasien mampu membaca koran dengan jarak 30 cm.

c. Nervus III (Okulomotorius)

Sifatnya motorik, mensarafi otot-otot orbital (otot penggerak bola

mata) atau sebagai pembuka bola mata.

Pasien mampu menggerakkan bola mata ke kanan dan kiri.

d. Nervus IV (Trochlear)

Sifatnya motorik, mensarafi otot-otot orbital, sebagai pemutar bola

mata.

Pasien mampu menggerakkan bola mata ke atas dan bawah.

e. Nervus V (Trigeminus)
66

Sifatnya majemuk (sensorik-motorik) bertanggung jawab untuk

pengunyah.

Sensorik : Pasien mampu merasakan sentuhan tangan

Motorik : Pasien mampu menggertakkan gigi

f. Nervus VI (Abdusen)

Sifatnya motorik, sebagai pemutar bola mata ke arah luar.

Pasien mampu melihat ke segala arah.

g. Nervus VII (Fasial)

Sifatnya majemuk (sensorik-motorik), sebagai mimik wajah dan

menghantarkan rasa pengecap, asam, asin dan manis.

Sensorik : Pasien mampu merasakan rasa buah semangka.

Motorik : Pasien mampu tersenyum dan mengerutkan dahi.

h. Nervus VIII (Vestibulokokhlearis)

Sifatnya sensorik, saraf kranial ini mempunyai dua bagian sensoris

yaitu audiotori dan vestibular yang berperan sebagai penerjemah.

Pasien mampu mendengar dengan baik.

i. Nervus IX (Glosofharyngeal)

Berperan dalam menelan dan respon sensori terhadap rasa pahit di

lidah.

Pasien mampu menelan.

j. Nervus X (Vagus)

Sifatnya majemuk (sensorik-motorik) mensarafi faring, laring dan

palatum.

Pasien mampu menelan.


67

k. Nervus XI (Asesoris)

Sifatnya motorik, saraf ini bekerja sama dengan vagus untuk memberi

informasi ke otot laring dan faring.

Otot bantu pernafasan sternokleidomastoideus tidak teraba dan terlihat.

l. Nervus XII (Hipoglosal)

Sifatnya motorik, mensarafi otot-otot lidah.

Pasien mampu menjulurkan lidah.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.

4. B4 Bladder (Perkemihan dan Genetalia)

Pada pemeriksaan inspeksi pasien tidak terpasang urine cateter, frekuensi

urine sebelum masuk rumah sakit ± 6x/hari, dengan jumlah urine ± 1500

cc dalam 24 jam, warna kuning. Sesudah masuk rumah sakit ± 5x/hari,

dengan jumlah urine ± 1300 cc dalam 24 jam, warna kuning. Pemeriksaan

palpasi tidak ada distensi pada area kandung kemih.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

5. B5 Bowel (Pencernaan)

Pada pemeriksaan inspeksi, mulut tampak bersih, membran mukosa

kering, tidak terdapat gigi palsu, tidak ada kelainan pada faring. Pola

nutrisi SMRS: Pasien menyukai semua jenis makanan dan porsi makan

hanya ½ porsi. Pola nutrisi MRS: diit rendah kalori dan karbohidrat (nasi

diabetes militus), lauk pauk dan sayur mayur sesuai indikasi tim gizi yaitu

rendah glukosa. Pasien mengalami penurunan nafsu makan, tidak mual

muntah. Pasien makan 3x sehari habis hanya ½ porsi, minum air putih ±

250 cc/hari, tidak ada nyeri telan, bentuk perut datar, tidak ada kelainan
68

pada abdomen, tidak ada kelainan pada rectum dan anus. Pola eliminasi

alvi SMRS: Pola BAB pasien 1x/hari dengan konsistensi lembek, warna

kuning kecoklatan. Pola eliminasi alvi MRS : 1x/ 4 hari dengan

konsistensi lembek, warna kecoklatan. Pasien tidak ada colostomi. Pada

saat palpasi tidak teraba pembesaran pada hepar, tidak teraba pembesaran

pada lien, tidak ada nyeri tekan abdomen. Perkusi timpani pada daerah

lambung. Pada auskultasi bising usus 10x/menit (5-35x/menit).

Masalah Keperawatan : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

6. B6 Bone (Muskuloskleletal & Integumen)

Pada pemeriksaan inspeksi rambut dan kulit kepala tampak bersih, warna

kulit sawo matang, turgor kulit elastis. Tidak ada kelainan tulang dan tidak

ada kelainan jaringan atau trauma, ROM bebas.

5555 5555

5555 5555

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

7. Endokrin

Thyroid : Tidak teraba pembesaran kelenjar thyroid

Hiperglikemia : GDA 379 mg/dl

Hipoglikemia : Tidak ada hipoglikemia

Masalah Keperawatan : Ketidakstabilan kadar glukosa darah

8. Seksual-Reproduksi
69

Pasien status menikah, menstruasi terakhir pasien lupa. siklus menstruasi

lancar. Disminorea ada saat menstruasi.

9. Kemampuan Perawatan Diri


Tabel 3.1 Kemampuan Perawatan diri
SMRS MRS Skor :
Mandi 1 1 1 : Mandiri
Kemampuan Perawatan Diri

Berpakaian/dandan 1 1 2 : Alat bantu


Toileting/eliminasi 1 1 3 :Dibantu orang lain dan
Mobilitas di tempat tidur 1 1 alat
Berpindah 1 1
Berjalan 1 1 4:Tergantung/tidak
Naik tangga 1 mampu
Berbelanja 1
Memasak 1
Pemeliharaan rumah 1
Alat bantu berupa : Tidak ada
MASALAH :Tidak ada masalah keperawatan

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

10. Personal Hygiene

SMRS pasien mandi 2 x sehari, keramas 1 x seminggu, ganti pakaian 2 x

sehari, menyikat gigi 2 x sehari dan memotong kuku 1 x seminggu.

Ketika MRS pasien mandi 1 x sehari, keramas 1 x seminggu, ganti

pakaian 1 x sehari, menyikat gigi 1 x sehari dan memotong kuku 1 x

seminggu.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

11. Istirahat-Tidur

SMRS : Pasien tidur siang pukul 13.00 – 15.00, tidur malam pukul 21.00

– 04.00 jumlah ± 8 jam/hari. MRS : Pasien tidur siang pukul 13.00 –

15.00, tidur malam ± 1 jam jumlah ± 3 jam/hari, pasien tidak memiliki

kebiasaan sebelum tidur. Penyebab : tempat tidur pasien terasa kaku.

Masalah Keperawatan : Gangguan Pola Tidur


70

12. Kognitif Perseptual-Psiko-Sosio-Spiritual

a. Persepsi terhadap sehat sakit

Menurut pasien sehat adalah kemampuan melakukan aktivitas dengan

lancar, sedangkan sakit adalah keadaan tubuh lemas dan tidak mampu

melakukan aktivitas rumah tangga.

b. Konsep diri

1) Gambaran diri : Pasien mengatakan keadaannya yang sekarang

membutuhkan perawatan sampai bisa kembali pulang dan

beraktivitas

2) Identitas diri : Pasien mengatakan berjenis kelamin perempuan

berumur 58 tahun.

3) Peran diri : Pasien adalah seorang ibu rumah tangga memiliki

3 orang anak, dan tinggal bersama suami saja.

4) Ideal diri : Pasien yakin sekali bisa sembuh dari penyakitnya

dan bisa kembali mengurus suami dan mengerjakan rumah tangga.

5) Harga diri : Pasien mengatakan tidak malu dengan penyakit

yang dialaminya.

Kemampuan berbicara lancar, bahasa yang digunakan bahasa Jawa dan

Indonesia. Pasien mampu beradaptasi terhadap masalah dengan baik,

pasien tidak ansietas. Selama di rumah sakit kegiatan pasien hanya

mengajak bicara suami , berbicara dengan suami dan anak, selama di

rumah sakit pasien tidak pernah berolah raga, dan kegiatan ibadah pasien

selalu berdoa dan berdzikir meminta kesembuhan pada Allah.


71

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


72

3.2.1 Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium
(Tabel 3.2). Hasil Laboratorium
Jenis Hasil Unit Nilai Normal
Pemeriksaan
DL Pemeriksaan tanggal 24 Mei 2017
Hemoglobin 8,7 g/dl 12,8-16,8
WBC 10,97 10^3/uL 4.0-10.0
Hematokrit 26,8 % 33 - 45
KK Pemeriksaan tanggal 29 Mei 2017
Glukosa 379 mg/dl 100-200
Glukosa 2jpp 456 mg/dl 76-110
Nitrogen 24,7 U/L 0-37
Urin 1,4 Mg/dl 10 – 24
BUN 127,5 mg/dl 10 – 24
Pemeriksaan tanggal 31 Mei 2017
HGB 11,1 mg/dl 12,8-16,8
HCT 33,6 % < 40 - 45

2. Foto thoraks : 24/05/17

Hasil foto thorak pada paru-paru menyebutkan adanya infiltrat di lapang paru,

kesan nya pnemonic process di paru kanan.


73

3. Indikator Skor Pasien

(Tabel 3.3) Pemeriksaan Risiko Jatuh (Morse)


Faktor Risiko Skala Skor Kesimpulan
Riwayat jatuh Ya 25 ( ) Risiko Tinggi =
(dalam 3 bulan) > 45
Tidak 0
( ) Risiko sedang
Diagnosa sekunder Ya 15 = 25-44
Tidak 0 (√) Risiko rendah
Alat bantu Berpegangan pada perabot 30 = 0-24

Tongkat/alat penopang 15
Tidak ada perawat/kursi 0
roda/tirah baring
Terpasang infus Ya 20
Tidak 0
Kesulitan/terganggu 20
Gaya Berjalan Lemah 10
Normal/immobilisasi 0
Sering lupa akan keterbatasan 15
yang dimiliki
Status mental
Sadar akan kemampuan diri 0
sendiri

(Tabel 3.4) Pemeriksaan Risiko Trauma Kulit/Decubitus (The Norton Scale)


Parameter Skala Skor Kesimpulan
Sangat buruk 1 ( ) Risiko tinggi = <
12
Kondisi fisik Buruk 2
( ) Risiko sedang =
Cukup 3 12-15
Baik 4 ( √ ) Risiko kecil =
Stupor-koma 1 16-20

Kondisi mental Konfus/Sopor 2


74

Apatis 3
Komposmentis 4
Tirah baring 1
Aktivitas Kursi roda (hanya bisa duduk) 2
Dipapah (ambulan dengan 3
bantuan)
Mandiri (Ambulan) 4
Sulit/tidak bergerak 1
Mobilisasi Sangat terbatas 2
Sedikit terbatas 3
Penuh/bergerak bebas 4
Inkontinensia alvi dan urine 1
Inkontinensia Sering inkontinensia urine 2
Kadang-kadang 3
Tidak ada 4

(Tabel 3.5) Pemeriksaan Skala Nyeri (Wong Baker Faces Pain Rating
Scores)

0 2 4 6 8 10
Tidak Sedikit Agak Mengganggu Sangat Tak
sakit sakit mengganggu aktivitas mengganggu tertahankan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
75

(Tabel 3.6) Pemeriksaan Kemandirian Dalam Aktivitas Sehari-Hari (Indeks Katz)


Skor Kriteria
A Mandiri dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi
B Mandiri 5 fungsi, kecuali salah satu dari fungsi diatas
C Mandiri 4 fungsi, kecuali mandi dan satu fungsi yang lain
D Mandiri 3 fungsi, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi lain
E Mandiri 2 fungsi, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu fungsi lain
F Mandiri 1 fungsi, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah, dan satu
fungsi lain
G Ketergantungan untuk semua fungsi
Lingkari skor yang sesuai

(Tabel 3.7)Pemeriksaan Glascow Coma Scale


Respons Respon Nilai Kesimpulan
Secara spontan 4 (ѵ) 13-15
ringan
Mata terbuka Terhadap suara bicara 3
( ) 9-12 sedang
Terhadap nyeri 2
( ) 3-8 berat
Mata tidak terbuka 1
Orientasi 5
Kacau 4
Respons verbal Penggunaan kata-kata tidak 3
terbalik tepat
Suara tidak dapat dimengerti 2
Tidak bersuara 1
Mematuhi perintah 6
Melokalisir Nyeri 5
Respons gerak Menarik dengan fleksi 4
(Motor) terbaik
Fleksi abnormal 3
76

Ekstensi abnormal 2
Flaksid (lemah dan lunak) 1
Nilai total dari kemungkinan respon terbaik adalah 15
77

(Tabel 3.8) Terapi


No. Terapi Dosis Indikasi Kontraindikasi Rute
Pemberian Injeksi tanggal 29 Mei 2017
1. Injeksi Novorapid 3x16 unit Pengobatan Hipersensitivitas SC
DM terhadap insulin
aspart,
hipoglikemi
2. Injeksi Lavemir 1 x 16 Pengobatan Hipersensitivitas SC
unit DM
3. Glucobay 3x50 mg Terapi Gangguan Oral
kombinasi saluran cerna,
dengan diit kerusakan ginjal
untuk DM berat
4. Metformin 3 x 500 Terapi Mual dan Oral
mg kombinasi muntah
dengan diit Penurunan nafsu
untuk DM makan
5. Codein 3x10 mg Pengobatan Asma bronchial, Oral
sesak napas emfisema paru-
paru, trauma
kepala, tekanan
intracranial
yang meninggi,
alkoholisme
akut, setelah
operasi saluran
empedu
Tgl 30 Mei 2017
6. Transfusi PRC 2 bag IV

Surabaya, 29 Mei 2017

ayuu
(Fenda Ayu)
78

3.3 Analisa Data

No. Data Penyebab Masalah

1. DS : pasien mengatakan sesak Hiperventilasi Ketidakefektifan


sejak masuk rumah sakit dan Pola Nafas
sakit bila setelah bangun tidur
DO :
TD : 120/90 mmHg
Nadi : 88x/mnt
Suhu : 36°c
RR : 22x/menit
SpO2 : 98 %
- pasien tampak lemas
- k/u = lemah
- pasien terpasang plug
- pasien sesak, memasang O2 -
nasal kanul 3 lpm

2. DS : pasien mengatakan terasa Psikologi Lingkungan Gangguan Pola


kaku bila tidur, dan tidak Tidur
nyaman tidur malam
DO :
-pasien tampak lelah
-di bawah mata pasien terdapat
lingkaran hitam
-pasien tampak memindahkan
bantal
-mata pasien tampak berusaha
menutup

3. DS : pasien mengatakan tidak Anoreksia (Hilangnya Ketidakseimbangan Nutrisi


nafsu makan sejak 3 hari yang Nafsu Makan) Kurang
lalu. Dan hanya makan sediit dari Kebutuhan
DO : A: BB=50 Kg
TB=155cm

B: Hb :8,7 mg/dL
C: -mukosa bibir kering
-hanya ½ porsi
D: rendah kalori
Rendah garam
79

3.4 Prioritas Masalah

No. Diagnosa Keperawatan Tanggal Nama


Ditemukan Teratasi Perawat
1. Ketidakefektifan Pola 29 Mei 2017 31 Mei 2017 Fenda
Nafas berhubungan
dengan hiperventilasi
2. Gangguan Pola Tidur 29 Mei 2017 31 Mei 2017 Fenda
berhubungan dengan
psikologi lingkungan
3. Ketidakseimbangan 29 Mei 2017 31 Mei 2017 Fenda
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
(anoreksia) hilangnya
nafsu makan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Ketidakefektifan pola nafas Tujuan : setelah dilakukan tindakan 1. Observasi status 1. Untuk mengetahui
b.d hiperventilasi keperawatan selama 3x24 jam pernapasan pasien keadaan pernapasan
diharapkan pola napas yang (irama napas, pola pasien sesuai
normal/eupnea. napas, SpO2, kondisi
KH : kedalaman 2. Agar memberikan
1. Kecepatan irama napas yang pernapasan posisi yang nyaman.
dalam batas normal. 2. Anjurkan pasien 3. Agar pasien lebih
2. RR = 18-20 x/mnt dalam posisi merasa tenang
3. SpO2 = 98-100 % semifowler, ketika dengan kehadiran
4. TTV dalam batas normal sesak atau pusing keluarga dekat
TD : 110/80 – 130/80 mmHg 3. Berikan edukasi pada 4. Pemberian oksigen
N : 80-100 x/mnt keluarga untuk sesuai advis dokter.
S : 36-37o C dukungan pada
pasien
4. Kolaborasikan
dengan dokter atau
ahli medis untuk
pemberian O2 (nasal
kanul 3 lpm)

2. Gangguan pola tidur b.d Tujuan : setelah dilakukan tindakan kep. 1. Observasi adanya 1. Mengidentifikasi
psikologi lingkungan. 3x24 jam diharapkan bahwa jumlah gejala gangguan tidur penyebab gangguan
waktu tidur yang terobservasi (adanya ansietas, tidur pada pasien
KH : gangguan persepsi) 2. Lingkungan yang
1. Pasien segar setelah tidur 2. Berikan suasana nyaman membuat
2. Pasien menunjukkan lingkungan yang pasien merasa aman

80
kesejahteraan fisik dan membuat pasien dan nyaman
psikologis nyaman, dengan 3. Suara yang
3. terjaga pada waktu yang tepat pijatan relaksai atau keras/gaduh
dengan kompres membuat
dingin konsentrasi tidur
3. Berikan informasi terganggu
pada keluarga pasien 4. Secara bertahap
untuk menjauhkan akan membuat
kebisingan/suara pasien nyaman dan
yang mengganggu terjaga sesuai
pasien kebutuhan.
4. Atur simulasi
lingkungan untuk
mempertahankan
siklus tidur
siang/malam secara
normal (±11 jam)

81
3. Ketidakseimbangan nutrisi Tujuan : setelah dilakukan tindakan 1. Observasi nilai 1. Mengidentifikasi
kurang dari kebutuhan keperawatan 3x24 jam, diharapkan jumlah asupan nutrisi jumlah nutrisi yang
tubuh b.d Anoreksia bahwa kebutuhan nutrisi terpenuhi pada pasien masuk secara harian
(hilangnya nafsu makan) KH : 2. Buat perencanaan 2. Masukan nutrisi
1. BB dalam batas normal makan yang disukai yang masuk
2. Mempertahankan massa tubuh pasien meskipun sedikit
3. Mukosa bibir lembab 3. Berikan informasi 3. Agar keluarga
4. Hasil lab. Hb : 11-15 g/dL kepada keluarga pasien mengetahui
tentang kebutuhan mendukung adanya
nutrisi pasien secara nutrisi pada pasien
harian. 4. Dapat mengganti
4. Kolaborasikan makanan yang
dengan ahli gizi sesuai pasien.
pemberian makanan
sesuai kebutuhan,
rendah kalori,rendah
garam.(diet Diabetes)

82
83

3.6 Tindakan Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan

Tabel 3.12 Tindakan Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan 29 Mei 2017


1. Diagnosa: Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi
Hari/ Tindakan Catatan Perkembangan
Tanggal
29 Mei 1. Melakukan tindakan S: pasien mengatakan sudah
2017 hubungan saling berkurang sesak sejak 2 hari yang
Shift Pagi percaya dengan pasien lalu
dan keluarga dengan
O:
memperkenalkan diri
maksud dan tujuan 1. RR: 21x/menit, SPO2: 97%
2. Mengobservasi status 2. Pasien mengatakan tidak sesak
pernapasan RR: lagi
22x/mnt, SpO2: 98% 3. Pasien tampak dibantu O2
3. Mengajarkan pada nasal 3 lpm
pasien posisi setengah 4. Pasien tampak sedang dalam
duduk posisi semi fowler 300
A: masalah teratasi teratasi
4. Memberikan obat pada
pasien codein 3x10mg P:
1. Obervasi status pernafasan
pasien setiap pergantian jam
jaga
2. Berikan pasien posisi semi
fowler (15-450)
3. Edukasikan kepada keluarga
untuk selalu dekat pasien
4. Berikan O2 nasal 3 lpm
29 Mei S: pasien mengatakan sesak
2017 1. Mengobservasi status berkurang sejak 2 hari yang lalu
Shift Sore pernapasan pasien RR :
21x/mnt, SpO2: 97% O:
2. Menganjurkan pasien 1. RR: 22x/menit, SPO2: 97%
dalam posisi setengah 2. Pasien tampak sedang dalam
duduk posisi semi fowler 300
3. Membantu pasien A: masalah teratasi sebagian
untuk duduk
P:
4. Memberikan obat
codein 3x10 mg 1. Obervasi status pernafasan
pasien setiap pergantian jam
jaga
2. Berikan pasien posisi semi
fowler (15-450)
3. Berikan O2 nasal 3 lpm bila
84

sesak
4. Edukasikan kepada keluarga
pasien untuk teknik relaksasi.
29 Mei 1. Mengobesrvasi status S: pasien mengatakan sesak sudah
2017 pernapasan pasien RR: menghilang
Shift 23x/mnt, SPO2: 98%
Malam O:
2. Menganjurkan pasien
ketika sesak 1. RR: 22x/menit, SPO2: 98%
3. Melakukan tindakan 2. Pasien tampak dibantu O2
pasang oksigen nasal nasal 3 lpm
kanul 3 lpm 3. Pasien tampak sedang dalam
posisi semi fowler 300
A: masalah teratasi sebagian
P:
1. Obervasi status pernafasan
pasien setiap pergantian jam
jaga
2. Berikan pasien posisi semi
fowler (15-450)
3. Edukasikan kepada keluarga
untuk tetap disamping pasien.
4. Kolaborsikan dengan dokter
pemberian oksigen nasal
kamul 3 lpm
85

2. Diagnosa: gangguan pola tidur berhubungan dengan psikologi lingkungan


Hari/ Tindakan Catatan Perkembangan
Tanggal
29 Mei 1. Mengobservasi tingkat S: Pasien mengatakan tidak bisa tidur
2017 kenyamanan tidur malam
Shift Pagi pasien
O:
2. Mengajurkan pada
keluarga pasien 1.
RR: 21x/menit
menjauhkan dari suara 2.
TD: 120/90 mmHg
gaduh 3.
Nadi: 98x/menit
3. Melakukan tindakan 4.
Kesadaran: compos mentis
kompres dingin 5.
GCS: 456
4. Melakukan tindakan 6.
Terlihat lingkaran hitam
pijat refleksi dikedua mata pasien
7. Mata pasien terlihat sayu sayu
5. Melakukan diskusi jam
A: masalah teratasi sebagian
tidur pada pasien dan
keluarga P:
1. Observasi adanya gejala
gangguan tidur (adanya ansietas,
gangguan persepsi)
2. Berikan suasana lingkungan
yang membuat pasien nyaman,
dengan pijatan atau dengan kipas
angin
3. Berikan informasi pada keluarga
pasien untuk menjauhkan
kebisingan/suara yang
mengganggu pasien
4. Atur simulasi lingkungan untuk
mempertahankan siklus tidur
siang/malam secara normal (±11
jam)
1. Observasi riwayat tidur S: Pasien mengatakan tidak bisa tidur
29 Mei siang pasien
2017 malam, siang hanya sebentar
2. Melakukan tindakan
Shift Sore O:
kompres dingin pada
pasien bagian 1. RR: 23x/menit
punggung saat 2. TD: 110/70 mmHg
berbaring di tempat 3. Nadi: 78x/menit
tidur pasien 4. Kesadaran: compos mentis
3. Mengajurkan pada 5. GCS: 456
pasien dan keluarga 6. Terlihat lingkaran hitam dikedua
menjauhkan dari suara mata pasien
86

gaduh 7. Mata pasien terlihat sayu sayu


4. Mengajarkan pada A: masalah teratasi sebagian
pasien menjadwal tidur
P:
pasien.
1. Observasi adanya gejala
gangguan tidur (adanya ansietas,
gangguan persepsi)
2. Berikan suasana lingkungan
yang membuat pasien nyaman,
dengan pijatan atau dengan
kompres dingin
3. Berikan informasi pada keluarga
pasien untuk menjauhkan
kebisingan/suara yang
mengganggu pasien
4. Atur simulasi lingkungan untuk
mempertahankan siklus tidur
siang/malam secara normal (±11
jam)
1. Mengobservasi riwayat
29 Mei tidur malam pasien S: Pasien mengatakan tidak bisa tidur
2017 2. Melakukan tindakan malam sama sekali.
Shift merapikan tempat tidur
Malam pasien O:
3. Mengajurkan pada 1.
RR: 22x/menit
keluarga pasien 2.
TD: 130/80 mmHg
menjauhkan dari suara 3.
Nadi: 80x/menit
yang mengganggu 4.
Kesadaran: compos mentis
tidur pasien 5.
GCS: 456
4. Mengobservasi lagi 6.
Terlihat lingkaran hitam
riwayat tidur malam dikedua mata pasien
pasienr simulasi 7. Mata pasien terlihat sayu sayu
lingkungan untuk 8. Pasien tampak lemas
mempertahankan siklus A: masalah teratasi sebagian
tidur siang/malam P:
secara normal (±11 j
1. Observasi adanya gejala
gangguan tidur (adanya
ansietas, gangguan persepsi)
2. Berikan suasana lingkungan
yang membuat pasien nyaman,
dengan pijatan atau dengan
kipas angin
3. Berikan informasi pada
keluarga pasien untuk
87

menjauhkan kebisingan/suara
yang mengganggu pasien
4. Atur simulasi lingkungan untuk
mempertahankan siklus tidur
siang/malam secara normal
(±11 jam)
88

3. Diagnosa: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan hilang nafsu makan (Anoreksia)
Hari/ Tindakan Catatan Perkembangan
Tanggal
29 Mei 1. Mengobservasi tanda S: pasien mengatakan tidak nafsu
2017 tanda vital makan
Shift Pagi 2. Mendiskusikan dengan
O:
pasien untuk bisa
makan dengan porsi 1. pasien menghabiskan ½ porsi
sedikit tapi sering makanan
3. Mengkaji riwayat 2. pasien sudah BAB dan BAK
nutrisi intake output 3. pasien tampak makan gorengan
nutrisi pasien kroket
4. Melakukan tindakan A: masalah teratasi sebagian
ambil darah 2JPP P:
5. Memberikan injeksi
insulin Novorapid 16u, 1. Observasi asupan haluaran, pola
6. Menyiapkan makan eliminasi pasien
siang pada pasien, 2. Diskusikan dengan pasien: rencana
makan sedikit namun sering yang
rendah kalori rendah
disukai
garam 3. Anjurkan pada keluarga pasien
7. Mengkaji asupan intake untuk memenuhi kebutuhan secara
pasien dan membantu harian
pasien makan dengan 4. Kolaborasikan dengan ahli gizi
cara menyuapi pasien pemberian diet diabetes

29 Mei 1. Mengobservasi asupan S: pasien mengatakan malas makan


2017 nutrisi intake dan
Shift Sore O:
output pasien.
2. Melakukan tindakan a. pasien menghabiskan ½ porsi
injeksi insulin makanan
novorapid 16u, b. pasien tampak makan sendiri tanpa
3. Menyiapkan makanan didorong
pasien diet diabetes A: masalah teratasi sebagian
(rendak kalori rendah P:
garam)
4. Memberikan obat oral 1. Observasi asupan haluaran, pola
Glucobay 3x1, eliminasi pasien dan nilai
metformin 3x1, laboratorium pasien
5. Menganjurkan pasien 2. Diskusikan dengan pasien: rencana
makan sedikit namun sering
untuk makan cemilan
3. Hidangkan makanan selagi hangat
4. Makan sering tapi sedikit

29 Mei 1. Mengobservasi S: pasien mengatakan sudah makan ½


89

2017 riwayay nutrisi intak e porsi


Shift pasien
Malam O:
2. Melakukan tindakan
injeksi insulin lavemir 1. pasien makan habis 8 sendok
16u 2. pasien tampak disuapi oleh
3. Menganjurkan pasien keluarga
tidak minum banyak 3. pasien mengatakan pasien sudah
sebelum tidur BAB: warna kecoklatan lembek
4. Mengobservasi nutrisi berbentuk,
intake output pasien 4. pasien sudah BAK: warna kuning
jernih
5. Melakukan tindakan
A: masalah belum teratasi
injeksi insulin pada
pasien Novorapid 16u P:
6. Menyiapkan makan
1. observasi nilai asupan nutrisi pasien
pagi pada pasien
secara berkala
7. Memberikan obat oral
2. menganjurkan pada pasien
Glucobay 3x1, memberikan makan yang disukai
meetformin 3x1 paasien yang sesuai kbeutuhan
8. Menganjurkan pada pasien
kelurga pasien 3. berikan pada pasien secara berkala
memberikan cemilan dan secara terjdwal makan yang
yang sehat dan murah disukai
4. kolaborasikan dengan ahli gizi
untuk pemberian makan diet
diabetes
90

Tabel 3.13 Tindakan Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan 30 Mei 2017


1. Diagnosa: Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi
Hari/ Tindakan Catatan perkembangan
Tanggal
30 Mei 1. Mengobservasi status S: pasien mengatakan sudah
2017 pernapasan pasien berkurang sesak sejak 2 hari yang lalu
RR : 21x/mnt, SpO2:
Shift Pagi O:
97%
2. Menganjurkan pasien 1. RR: 21x/menit, SPO2: 97%
untuk posisi 2. Pasien mengatakan tidak sesak
semifowler ketika lagi
sesak 3. Pasien tampak sedang dalam
3. Menganjurkan pasien posisi semi fowler 300
untuk teknik relaksasi A: masalah teratasi teratasi
4. Memberikan obat
codein 3x1
P:
1. Obervasi status pernafasan
pasien setiap pergantian jam
jaga
2. Berikan pasien posisi semi
fowler (15-450)
3. Edukasikan kepada keluarga
untuk selalu dekat pasien
4. Berikan O2 nasal 3 lpm

30 Mei 1. Mengobservasi status S: pasien mengatakan sudah


2017 pernapasan RR : berkurang sesak sejak 2 hari yang lalu
22x/mnt, SpO2: 99%
Shift Sore O:
2. Melakukan tindakan
merapikan tempat 1. RR: 22x/menit, SPO2: 99%
tidur pasien 2. Pasien mengatakan tidak sesak
3. Menganjurkan teknik lagi
relaksasi A: masalah teratasi teratasi
4. Menganjurkan pada
P:
keluarga pasien untuk
disamping 1. Obervasi status pernafasan
5. Memberikan obat oral pasien setiap pergantian jam
codein 3x1 jaga
2. Berikan pasien posisi semi
fowler (15-450)
3. Edukasikan kepada keluarga
untuk selalu dekat pasien
91

4. Berikan O2 nasal 3 lpm

30 Mei 1. Mengobservasi status S: pasien mengatakan sesak lagi saat


2017 pernapasan pasien RR malam mau tidur
: 23x/mnt, SpO2: 96%
Shift O:
2. Melakukan tindakan
Malam
posisi semi fowler 1. RR: 23x/menit, SPO2: 96%
3. Melakukan tindakan 2. Pasien mengatakan tidak sesak
pasang oksigen nasal lagi
kanul 3lpm 3. Pasien tampak dibantu O2
4. Mengobservasi status nasal 3 lpm
napas pasien RR: 4. Pasien tampak sedang dalam
19x/mnt, SpO2 : 99% posisi semi fowler 300
A: masalah teratasi teratasi
5. Memberikan obat
codein 3x1 P:
1. Obervasi status pernafasan
pasien setiap pergantian jam
jaga
2. Berikan pasien posisi semi
fowler (15-450)
3. Edukasikan kepada keluarga
untuk selalu dekat pasien
4. Berikan O2 nasal 3 lpm
92

2. Diagnosa: gangguan pola tidur berhubungan dengan psikologi lingkungan


Hari/ Tindakan Catatan perkembangan

Tanggal
30 Mei 2017 1. Mengobservasi S: Pasien mengatakan tidak bisa tidur
kenyamanan tidur malam
Shift Pagi malam pasien
2. Melakukan O:
tindakan kompres 1.
RR: 21x/menit, SPO2: 97%
dingin pada 2.
TD: 130/70 mmHg
pasien 3.
Nadi: 98x/menit
3. Mengnjurkan 4.
Kesadaran: compos mentis
keluarga 5.
GCS: 456
menjauhkan 6.
Terlihat lingkaran hitam
suara yang dikedua mata pasien
mengganggu 7. Mata pasien terlihat sayu sayu
pasien A: masalah teratasi sebagian
4. Menganjurkan
pada pasien P:
menjadwalkan
tidur secara baik 1. Observasi adanya gejala
gangguan tidur
2. Berikan suasana lingkungan
yang membuat pasien nyaman,
dengan kompres dingin
3. Berikan informasi pada
keluarga pasien untuk
menjauhkan kebisingan/suara
yang mengganggu pasien
4. Atur simulasi lingkungan
untuk mempertahankan siklus
tidur siang/malam secara
normal (±11 jam)
30 Mei 2017 1. Mengobservasi S: Pasien mengatakan hanya tidur
tingkat tidur sebentar
Shift Sore
pasien O:
2. Menganjurkan
pasien untuk 1. RR: 22x/menit, SPO2: 99%
membawa bantal 2. TD: 110/90 mmHg
3. Nadi: 88x/menit
yang disukai
4. Kesadaran: compos mentis
3. Membantu pasien
5. GCS: 456
mengganti baju 6. Terlihat lingkaran hitam
dikedua mata pasien
7. Mata pasien terlihat sayu sayu
93

A: masalah teratasi sebagian


P:
1. Observasi adanya gejala
gangguan tidur
2. Berikan suasana lingkungan
yang membuat pasien nyaman,
dengan kompres dingin
3. Berikan informasi pada
keluarga pasien untuk
menjauhkan kebisingan/suara
yang mengganggu pasien
4. Atur simulasi lingkungan
untuk mempertahankan siklus
tidur siang/malam (±11 jam)
30 Mei
2017
1. Mengobservasi S : Pasien mengatakan tidak bisa tidur
Shift Malam
kenyamanan malam sama sekali
pasien
O:
2. Menganjurkan
1.
RR: 23x/menit, SPO2: 96%
pasien BAK
2.
TD: 110/90 mmHg
sebelum tidur 3.
Nadi: 88x/menit
3. Melakukan 4.
Kesadaran: compos mentis
tindakan pijat 5.
GCS: 456
nonfarmakologi 6.
Terlihat lingkaran hitam
pada pasien dikedua mata pasien
4. Mengobservasi 7. Mata pasien terlihat sayu sayu
tidur malam 8. Pasien tampak menahan
pasien Atur kantuk
simulasi A : masalah teratasi sebagian
lingkungan untuk
mempertahankan
siklus tidur
P :
siang/malam 1. Observasi adanya gejala
secara normal
gangguan tidur
(±11 jam)
2. Berikan suasana lingkungan
yang membuat pasien nyaman,
dengan kompres dingin
3. Berikan informasi pada
keluarga pasien untuk
menjauhkan kebisingan/suara
yang mengganggu pasien
94

4. Atur simulasi lingkungan


untuk mempertahankan siklus
tidur siang/malam (±11 jam)
95

3. Diagnosa: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan kurang nafsu makan (Anoreksia)
Hari/ Tindakan Catatan perkembangan
Tanggal
30 Mei 1. Mengobservasi S: pasien mengatakan makan hanya
2017 status nutrisi pasien ½ porsi dan makan gorengan dan
Shift Pagi 2. Melakukan injeksi kroket
insulin Novorapid
O:
16u,
3. Memberikan obat 1. pasien sudah BAB: warna
oral glucobay 3x1, kecoklatan lembek berbentuk,
metformin 3x1. 2. pasien sudah BAK: warna kuning
4. Menghidangkan jernih
makan pada pasien 3. pasien tampak malas makan
5. Menganjurkan pada 4. mukos bibir kering
pasien memberikan A: masalah belum teratasi
cemilan saat lapar P:
1. Observasi asupan haluaran, pola
eliminasi pasien
2. Diskusikan dengan pasien: rencana
makan sedikit namun sering yang
disukai
3. Anjurkan pada keluarga pasien
untuk memenuhi kebutuhan secara
harian
4. Kolaborasikan dengan ahli gizi
pemberian diet diabetes

30 Mei 1. Mengobservasi S: pasien mengatakan hanya makan


2017 riwayat asupan sedikit
nutrisi pasien
Shift Sore O:
2. Menganjurkan
pasien makan 1. pasien tampak malas makan
sedikit tapi sering 2. pasien makan cemilan
3. Menghidangkan nasi 3. pasien tampak hanya makan ½
diet porsi piring
4. Memberikan obat A: masalah belum teratasi
oral Glucobay P:
3x1,metformin 3x1
5. Melakukan tindakan 1. Observasi asupan haluaran,
injeksi insulin 16u pola eliminasi pasien
6. Mengobservasi 2. Diskusikan dengan pasien:
asupan nutrisi rencana makan sedikit namun
96

pasien. sering yang disukai


3. Anjurkan pada keluarga pasien
untuk memenuhi kebutuhan
secara harian
4. Kolaborasikan dengan ahli gizi
pemberian diet diabetes

30 Mei 1. Mengobservasi S: pasien mengatakan suda biasa


2017 status nutrisi makan sedikit, dan makan gorengan
pasien saja
Shift 2. Melakukan
Malam injeksi lavemir O:
16u
1. Pasien tampak lahap makan
3. Menganjurkan
gorengan
pasien tidak
minum air saat 2. Pasien tampak malas makan
akan tidur nasi
4. Mengobservasi 3. Pasien tampak hanya ½ porsi
nutrisi intake nasi
output pasien
A: masalah belum teratasi
5. Menghidangkan
nasi diet P:
6. Melakukan
tindakan injeksi 1. Observasi asupan haluaran,
insulin pola eliminasi pasien
Novorapid 16u 2. Diskusikan dengan pasien:
7. Memberikan rencana makan sedikit namun
obat oral sering yang disukai
Glucobay 3. Anjurkan pada keluarga pasien
3x1,metformin untuk memenuhi kebutuhan
3x1 secara harian
8. Melakukan 4. Kolaborasikan dengan ahli gizi
tindakan pemberian diet diabetes
transfusi darah
PRC 2 bag
97

Tabel 3.14 Tindakan Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan 31 Mei 2017


1. Diagnosa: ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi
Hari/ Tindakan Catatan perkembangan
Tanggal
31 Mei 1. Mengobservasi status S: Pasien mengatakan sudah
2017 napas pasien RR : berkurang sesaknya
21x/mnt, SpO2 : 99%
Shift Pagi O:
2. Menganjurkan pasien
a. Pasien tampak sesak berkurang
untuk posisi semifowler
b. RR : 21x.mnt, SpO2 : 99%
ketika pusing atau sesak c. Pasien tampak posisi duduk di
3. Menganjurkan pada tempat tidur
pasien untuk teknik A: masalah teratasi
relaksasi P: intervensi dihentikan pasien KRS,
jam 15.00 WIB
1.menganjurkan pasien untuk posisi
semi fowler 30-45o ketika sesak,
2.kontrol ke poli paru ketika sesak
bertambah parah
3.obat codein 3x10 mg

2. Diagnosa : Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan psikologi lingkungan


Hari/ Tindakan Catatan perkembangan
Tanggal
31 Mei 1. mengobservasi tidur S: Pasien mengatakan tidak bisa tidur
2017 pasien malam
Shift Pagi 2. melakukan tindakan O:
merapikan tempat tidur
1. Pasien tampak lelah
pasien
2. mata pasien tampak ada lingkaran
3. menganjurkan pasien hitam
untuk menjadwal rutin 3. RR : 21x.mnt, SpO2 : 99%
tidur pasien 4. TD : 120/90mmHg
5. N : 80x/mnt
6. S: 36,5o
7. pasien tampak menahan kantuk
8. mata pasien tampak masih sayu-
sayu
98

A: masalah teratasi sebagian


P: intervensi dihentikan pasien KRS,
jam 15.00

3. Diagnosa: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan kurang asupan makan (Anoreksia)
Hari/ Tindakan Catatan perkembangan
Tanggal
31 Mei 1. Mengobservasi S: pasien mengatakan hanya makan
2017 asupan nutrisi pasien sedikit
intake dan output
Shift Pagi O:
2. Melakukan tindakan
1. Pasien tampak malas makan
ambil darah IV
2. Pasien hanya makan gorengan
3. Menganjurkan pasien 3. Pasien tampak habis ½ porsi piring
untuk makan sedikit 4. Mukosa bibir lembab
tapi sering 5. Hb : 11,2g/dL
A: masalah teratasi
4. Menyiapkan makan
pada pasien diet P: intervensi dihentikan pasien KRS,
jam 15.00 WIB
5. Melakukan tindakan
injeksi insulin 1.mengedukasikan pada pasien untuk
Novorapid 16u makan yang sehat sesuai diet diabetes

6. Memberikan obat 2. mengedukasikan pada keluarga


oral pada pasien pasien dan pasien untuk kontrol
Glucobay 3x1, dan diabetes dan darah tinggi ke klinik.
metformin 3x1 3. obat mucylin 3x1, curcuma 1x1,
7. Mengedukasikan Novorapid 3x20u, lavemir 0-0-12u,
pada pasien dan metformin 3x1, Glucobay 3x1
keluarga makan yang 4. mengajurkan pada pasien teratur
sehat dan murah olahrga dan aktivitas yang tidak
berlebih
BAB 4

PEMBAHASAN

Pada bab 4 akan dilakukan pembahasan mengenai asuhan

keperawatan pada pasien Ny. S dengan Pneumonia di ruang IV Rumkital

Dr. Ramelan Surabaya yang dilaksanakan mulai tanggal 29 Mei 2017

sampai dengan 31 Mei 2017. Melalui pendekatan studi kasus untuk

mendapatkan kesenjangan antara teori dan praktek dilapangan.

Pembahasan terhadap proses asuhan keperawatan ini dimulai dari

pengkajian, rumusan masalah, perencanaan asuhan keperawatan,

pelaksanaan dan evaluasi.

4.1 Pengkajian

Pada tahap ini pengumpulan data, penulis tidak mengalami

kesulitan karena penulis telah mengadakan perkenalan dan menjelaskan

maksud penulis yaitu untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada klien

sehingga klien dan keluarga terbuka dan mengerti serta koopertif.

Penulis melakukan pengkajian pada Ny. S dengan melakukan

anamnesa pada pasien dan keluarga, melakukan pemeriksaan fisik dan

mendapatkan data dari pemeriksaan penunjang medis.

Pembahasan akan dimulai dari:

1. Identitas

Data identitas pasien penting untuk mengenal identitas seseorang ketika

mengkaji suatu pasien (ardiansyah,2012)

99
100

Data yang didapatkan Ny. S berjenis kelamin perempuan, berusia 58

tahun, pekerjaan ibu rumah tangga.

2. Riwayat Sakit dan Kesehatan

a. Keluhan Utama

Keluhan utama yang sering menjadi alasan pasien dengan pneumonia

dan penyakit penyerta lainnya yaitu DM dan HHD untuk meminta

pertolongan kesehatan adalah sesak napas, batuk, dan peningkatan suhu

tubuh, mual-mual, muntah, dan tidak nafsu makan

(Ardiansyah,2012),pasien Ny. S mengeluh sesak sudah 2 hari yang lalu.

b. Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit dahulu diarahkan pada waktu sebelumnya, yakni apakah

pasien pernah mengalami infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dengan

gejala-gejala seperti luka tenggorokan, kongestinasal, bersin, dan demam

ringan,(Ardiansyah,2012). Pasien Ny. S mengeluhkan badannya sesak sejak

masuk rumah saki, namun saat dikaji pasien mengeluh sudah berkurang sesak

nya hanya pada saat akan tidur atau bangun tidur, dan tidak nafsu makan.

Keluhan gejala yang ditandai tersebut merupakan tanda-tanda penyakit

pneumonia dan untuk komplikasi penyakit penyakit peneyrta lainnya yaitu

diabetes dan hipertensi dengan gejala yang disertai dengan kurang makan.

c. Riwayat penyakit Sekarang

Pada awalnya , muncul keluhan batuk tidak produktif yang selanjutnya

akan berkembang menjadi batuk produktif dengan mukus purulen

kekuning-kuningan, kehijau-hijauan, kecoklatan atau kemerahan, dan

sering kali berbau busuk. Pasien juga menjadi demam, sesak napas, dan

nyeri kepala (Ardiansyah,2012)


101

Pasien sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh batuk sudah 4 bulan

hilang timbul dan tidak nafsu makan dan tidak merasa mual ataupun

muntah, dan terasa sesak dadanya sejak 2 hari dan pasien hanya minum

obat OBH dan tidak kunjung sembuh, lalu pasien langsung ke IGD RSAL

bersama suami pasien, lalu tanggal 24-05-17 pasien datang bersama

dengan suami pasien ke UGD jam 20.00 ke UGD RSAL dengan mengeluh

sesak saat batuk sejak 4 bulan. Dan hanya makan ½ porsi. Saat di

observasi , TD : 130/90 mmHg, N : 84x/mnt, RR : 22x/mnt, S : 36°C, dan

pasien terasa sesak di bagian dada, dan langsung diberi tindakan nebulizer

= ventolin : pz = 1:2 cc, injeksi insulin Novorapid 20 unit, dan dokter

mendiagnosa pasien Suspect Pneumonia beserta Diabetes Melitus dan

HHD (Hipertensi Heart Disease)

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Pengkajian kesehatan biasanya tidak di turunkan, hanya karena

lingkungan. Secara teori untuk riwayat penyakit keluarga tidak ada tanda-

tanda penyakit keturunan yang sama dengan pasien tersebut.

4.1.1 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik didapatkan beberapa masalah yang bisa dipergunakan

sebagai data dalam menegakkan diagnose keperawatan yang actual maupun

yang masih resiko. Adapun pemeriksaan dilakukan berdasarkan persistem

seperti tersebut di bawah ini:

1. Sistem Pernapasan

Secara teori untuk pemeriksaan secara tepat dan bagus dengan melakukan

Ketika pengkajian pasien mengatakan sesak mulai berkurang, tapi kadang saat

bila tidur atau saat bangun tidur, dan pasien telah berkurang sesaknya, RR 21
102

x/mnit, tidak ada suara nafas tambahan, tidak didapatkan retraksi dada

sehingga pada sistem pernafasan didapatkan masalah yang signifikan untuk

diangkat sebagai masalah, yaitu Ketidakefektifan Pola napas.

2. Sistem Kardiovaskuler

Pada pasien dengan suspect pneumonia, dan komplikasi dengan

penyakit penyerta Diabetes Melitus dan Hipertensi Heart Disease, pada

pemeriksaan inspeksi Ny. S tidak terdapat oedema, tidak terdapat

perdarahan. Pada pemeriksaan palpasi, ictus cordis teraba pada ICS 4-5

mid clavicula sinistra, tidak terdapat nyeri dada, irama jantung reguler,

CRT < 2 detik, akral teraba hangat, kering, merah, tidak ada pembesaran

kelenjar getah bening, tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 80x/menit. Pada

pemeriksaan perkusi terdapat suara pekak. Pada pemeriksaan auskultasi

terdapat bunyi jantung S1 S2 tunggal, tidak ada bunyi jantung tambahan.

Dan secara teori bahwa untuk tekanan darah biasanya normal dan tidak

terdapat bunyi jantung, adanya kelemahan fisik pada pasien bahwa

membuktikan persamaan gejala yang dirasakan oleh pasien tersebut sama.

3. Sistem Persarafan

Pasien dengan gejala Pneumonia yang berat sering mengalami

penurunan kesadaran. Pada pasien Ny. S kesadaran penuh dengan kompos

mentis, GCS 456 ,dan pada kasus yang berat pada pneumonia setelah

pemeriksaan didapatkan sianosis perifer pada kasus gangguan perfusi

jaringan yang berat. Pada klien Ny.S didapatkan keadaan umum klien:

tampak lemah, , tingkat, tidak terdapat fraktur, dan tidak terdapat

kelumpuhan.
103

4. Sistem perkemihan

Secara teori bahwa pada pasien Ny. S adanya BAK sehari ± 5x karena

dan pasien tidak mendapatkan masalah pada gangguan perkemihan. Pasien

dapat pergi ke kamar mandi secara mandiri dan terkadang dibantu oleh

anggota keluarga bila tidak mampu untuk secara mandiri.

Secara teori dengan penyakit penyerta lainnya yaitu dengan Diabetes Melitus

pada sistem perkemihan adanya kelebihan urin karena produksi insulin yang

tidak normal (Poliuria) sering ke kamar mandi

5. Sistem pencernaan

Pasien tidak mengalami gangguan menelan dan konstipasi. Intake nutrisi

kurang, , minum dalam 24 jam ± 5 gelas, makan ½ porsi, pasien tidak

terpasang NGT. Hasil pemeriksaan laborat Hb 8,7 g% . Klien mendapat diit

Rendah Kalori Rendah Garam. Bagi penderita pneumonia paru dibutuhkan

nutrisi yang adekuat guna mempercepat proses kesembuhan dan

meningkatkan daya tahan tubuh. Secara teori adanya persamaan dengan kasus

lapangan yaitu bahwa pasien dengan diabetes melitus dan hipertensi adanya

perubahan pada sistem pencernaan, yaitu pasien mengalami penurunan nafsu

makan dan lapar saat malam hari dengan porsi sedikit dan sering banyak

makan cemilan.

6. Sistem Musculoskeletal

Turgor kulit elastis, rom aktif, kekuatan otot ektermitas atas 5555/5555,

dan ektremitas bawah 5555/5555. Pergerakan klien tidak ada masalah klien

hanya kurang mampu dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari seperti

mandi, berhias, toileting, dan makan.


104

Secara teori dengan lapangan bahwa tidak ada masalah dengan kekuatan otot

dan bergerak secara tidak terbatas.

7. Pola Tidur

Pasien susah untuk tidur malam, dan terasa kaku karena tempat tidur

yang baru. Dan saat bangun terasa sesak. Pasien tidur malam dari masuk

tanggal 24/05/17 hanya sebentar dan setelah 3 hari itu tidak bisa tidur

sama sekali.

Secara teori bahwa dibuktikan dengan kasus yang berat dalam kondisi

yang tidak bisa dikontrol karena ada sebab yaitu pusing dan

sesak.(Ardiansyah,2012)

8. Pemeriksaan Penunjang

Hasil foto thorak pada paru-paru menyebutkan adanya infiltrat di lapang

paru, kesan nya pnemonic process di paru kanan.

Secara teori untuk pemeriksaan penunjang perlu adanya untuk melihat

keberadaan konsolidasi rentrokadial. Hal ini untuk memudahkan dalam

mengenali lobus mana yang terkena, karena setiap lobus memiliki

kemungkinan untuk terkena. Gambaran konsolidasi tidak selalu mengisi

seluruh lobus, karena mulai dari perifer, gambaran konsolidasi hampir

selalu berbatasan dengan pleura viseralis (Ardiansyah,2012)

9. Terapi

Dalam kasus pasien mendapatkan terapi injeksi novorapid 16 unit (SC)

dan lavemir 16 unit (SC). Menurut teori (Tarwoto, 2012) Penatalaksanaan

Diabetes Melitus dengan asupan makanan atau managemen diet, latihan


105

fisik atau exrcise, obat-obatan penurun gula darah, pendidikan kesehatan,

monitoring glukosa darah.

4.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon

individu, kelurga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau

potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat

secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi

secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan

merubah status kesehatan klien. Diagnosa keperawatan ditetapkan

berdasarkan analisis dan interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian

keperawatan klien. Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang

masalah atau status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan kemungkinan

akan terjadi, dimana pemecahannya dapat dilakukan dalam batas

wewenang perawat. ( Carpenito,2000)

Menurut teori terdapat 12 diagnosa keperawatan yang mungkin muncul,

yaitu:

13. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi

trakheobronkial, peningkatan produksi sputum

14. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas

pengangkutan oksigen dalam darah (karena demam maupun perubahan

kurva oksihemoglobin).

15. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada parenkim paru, reaksi

selular untuk mengeluarkan toksin.


106

16. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi

17. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan

kurangnya kepatuhan terhadap rencana penatalaksanaan

diabetes;pemantauan glukosa darah

18. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif-

diare,muntah,diuresis osmotik

19. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan gangguan keseimbangan insulin, makanan, dan aktivitas jasmani.

20. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma pada jaringan, proses penyakit

(diabetes melitus)

21. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

22. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload

peningkatan resistensi vaskular iskemik

23. Ketidakefektifan manajemen kesehatan berhububungan dengan defisiensi

pengetahuan,persepsi keseriusan.

24. Ketidakefektifan koping berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber

yang tersedia, ketidakadekuatan tingkat kepercayaan dalam kemampuan

untuk koping, ketidakadekuatan tingkat persepsi kontrol, krisis siatuasi.

Sedangkan pada tinjauan kasus ditemukan 4 diagnosa keperawatan yang

muncul, yaitu:

1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi

2. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan


107

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan gangguan keseimbangan insulin, makanan, dan aktivitas jasmani.

Dan dan ditambah dengan masalah keperawatan yang dirasakan oleh

pasien saat di ruangan yaitu

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan psikologi lingkungan.

4.3 Rencana Keperawatan

Dalam perencanaan keperawatan, perawat menetapkannya berdasarkan

hasil pengumpulan data dan rumusan diagnosa keperawatan yang

merupakan petunjuk dalam membuat dan asuhan keperawatan untuk

mencegah, menurunkan, atau mengeleminasi masalah kesehatan klien.

Rencana keperawatan adalah bagaimana perawat merencanakan suatu

tindakan keperawatan agar dalam melakukan perawatan terhadap pasien

efektif, dan efisien rencana asuhan keperawatan adalah petunjuk tertulis

yang menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan yang

dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan

diagnosis keperawatan. (Kozier, 1995)

Dan pada tinjauan kasus ditemukan 4 diagnosa medis yaitu , pada rencana

keperawatan disesuaikan dengan kasus pasien dengan jangka waktu yang

dibutuhkan oleh pasien.

1. Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi

Dengan rencana tindakan yaitu, memantau status pernapasan dengan

tanda-tanda vital normal TD : 120/90 mmHg, N: 88x/mnt, SpO2 : 99%, RR


108

: 20x/mnt, S: 36o, dan memposisikan pasien semifowler ketika sesak atau

pusing, dan memberikan oksigen nasal kanul 3 lpm bila pasien sesak.

2. Gangguan pola tidur b.d psikologi lingkungan.

Rencana keperawatan yang dilakukan yaitu , observasi adanya gangguan

gejala gangguan tidur yaitu : pasien tidak nyaman dengan tempat tidur

yang baru dan terasa kaku, memberikan suasana yang membuat pasien

nyaman dengan melakukan tindakan pijat lembut nonfarmakologi, dan

memberikan informasi pada keluarga untuk menjauhkan dari suara

bisingan atau suara yang membuat tidak nyaman pada pasien.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d (Anoreksia)

hilangnya nafsu makan

Rencana keperawatan yang dilakukan yaitu, mengobservasi nilai jumlah

asupan nutrisi intake dan output pasien, mendiskusikan dengan pasien dan

keluarga untuk membuat jadwal makan secara harian, menganjurkan pada

pasien dan keluarga untuk makan yang disukai dengan terjdwal dan

dengan porsi sedikit tapi sering, kolaborasikan dengan ahli gizi untuk

pemberian nutrisi sesuai diet diabetes pasien (rendah kalori rendah garam),

dan memberikan injeksi insulin pada pasien yaitu terapi diabetes dengan

obat Novorapid 3x16u, dan lavemir 1x16u pada malam hari, obat oral

yang diberikan yaitu metformin 3x1, Glucobay 3x1

4.4 Tindakan Keperawatan

Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan

yang spesifik, tujuannya adalah membantu klien dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan


109

penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Pada tahap

pelaksanaan perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih

tindakan yang paling spesifik sesuai dengan kebutuhan pasien. Semua

tindakan dicatat dalam format yang telah ditentukan oleh institusi atau

pihak rumah sakit.(Lyer 1996)

1. Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan Hiperventilasi

Tindakan keperawatan yang diberikan pada Ny.S terkait dengan diagnosa

ketidakefektifan pola napas berhubungan Hiperventilasi adalah

mengobservasi status pernafasan pasien, irama napas pasien, suara napas

tambahan dan memberikan posisi semi fowler pada pasien ketika sesak atau

pusing, dan memberikan O2 nasal 3 lpm. Pada diagnosis ini rencana dapat

terlaksana.

2. Ganguan Pola Tidur berhubungan dengan Psikologi Lingkungan

Tindakan keperawatan yang diberikan pada Ny. S dengan diagnosa

gangguan Pola tidur berhubungan dengan psikologi lingkungan adalah

mengobservasi TTV dan keadaan umum pasien tiap pergantian jam

jaga,memberikan kompres air dingin atau dengan pijatan. Pada diagnosis ini

rencana dapat terlaksana, namun ada beberapa tambahan dan perubahan

rencana baru pada diagnosa ini yaitu pemberian pasien tidak bisa tidur

dengan nyaman karen pasien tidak biasa dengan lingkungan yang baru,

sehingga sampai hari ketiga KRS pasien tidak bisa tidur hanya beberapa

saja.

3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan

dengan hilangnya nafsu makan (Anoreksia)


110

Tindakan keperawatan yang diberikan pada Ny.S terkait dengan diagnosa

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan hilangnya nafsu makan (Anoreksia) adalah mengobservasi asupan

dan haluaran pasien setiap pergantian jam jaga, memberitahukan kepada

pasien untuk makan sedikit namun sering, memberikan informasi pada

pasien tentang pentingnya nutrisi, dan memberikan obat oral curcuma 1x1

,Glucobay 3x1 ,dan metmorfin 3x1. Dan injeksi insulin Novorapid 3x16u,

Lavemir 1x16u.

4.5 Evaluasi Keperawatan

Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana

tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan

berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.

Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan

keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan

kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses

keperawatan. (Alfaro-LeFevre,1998)

Pada tinjauan pustaka evaluasi belum dapat dilaksankan krena merupakan

kasus semu, sedangkan pada tinjauan kasus evaluasi dapat dilakukan karena

dapat diketahui keadaan pasien dan masalah secara langsung.

1. Diagnosa ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan

hiperventilasi. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan jalan nafas pasien dapat kembali efektif dengan kriteria hasil RR

normal, pasien dapat bernapas secara eupnea, suara nafas pasien vesikuler.

Dalam kurun waktu 1x24 jam dari evaluasi masalah ketidakefektifan pola
111

napas teratasi. Hal ini dibuktikan dengan masih adanya suara nafas

tambahan pada pasien, yaitu ronchi, dan RR pasien masih 20x/menit. Dan

pada hari ke 3 masalah tidak teratasi dikarenakan pasien KRS

2. Diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan psikologi

lingkungan . Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan dapat tidur nyaman yaitu secara normal. Dalam kurun waktu

1x24 jam dari evaluasi masalah gangguan pola tidur teratasi, hal ini

dibuktikan dengan TD: 120/70 mmHg dan Nadi 88x/menit dan pasien

mengatakan tidak bisa tidur dikarenakan sudah mau cepat-cepat pulang. Dan

pada hari ke 3 masalah tidak teratasi dikarenakan pasien KRS

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan hilangnya mafsu makan (Anoreksia). Setelah diberikan

asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi pasien

seimbang secara bertahap dengan kriteria hasil pasien mampu

menghabiskan 1 porsi makanan yang diberikan setiap hari, pasien makan

secara mandiri tanpa didorong, pasien dapat menoleransi diit yang

dianjurkan, pasien memiliki nilai laboratorium dalam batas normal. Dalam

kurun waktu 1x24 jam dari evaluasi masalah ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi dibuktikan dengan pasien hanya

makan 8 sendok dari 1 porsi yang disediakan. Dan pada hari ke 3 masalah

tidak teratasi dikarenakan pasien KRS.


BAB 5

PENUTUP

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnose

medis Suspect Pneumonia + Hipertensi Heart Disease+Diabetes Melitus di ruang

Paviliun IV Rumkital Dr Ramelan Surabaya, maka penulis bisa menarik

kesimpulan sekaligus saran yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu asuhan

keperawatan.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil yang telah didapat tentang asuhan keperawatan pada pasien

Suspect Pneumonia + Hipertensi Heart Disease+Diabetes Melitus, maka penulis

dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut

1. Pengkajia Pasien Ny. S dengan mengeluh sesak 2 hari yang lalu dan saat batuk

sejak 4 bulan. Dan hanya makan ½ porsi. Saat di observasi , TD : 130/90

mmHg, N : 84x/mnt, RR : 22x/mnt, S : 36°C, dan pasien terasa sesak di

bagian dada, dan langsung diberi tindakan nebulizer = ventolin : pz = 1:2 cc,

injeksi insulin Novorapid 20 unit, dan dokter mendiagnosa pasien S.

Pneumonia beserta DM dan HHD (Hiperetnsi Heart Disease). Saat dikaji pada

tanggal 29-05-2017 pasien mengeluh sesak saat bangun tidur dan akan tidur.

Observasi pada jam 08.30 . TD : 120/90 mmHg, N : 88x/mnt, S: 36oC, RR :

22x/mnt, GCS 456, SPO2 98%, keadaan umum baik, kesadaran compos

mentis

2. Diagnosa Keperawatan yang muncul pada pasien Ny. S adalah diagnosa

ketidakefetifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi, gangguan pola

112
113

tidur berhubungan dengan psikologi lingkungan, dan ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

3. Intervensi yang diberikan pada pasien dengan diagnosa Suspect

Pneumonia+Hipertensi Heart Disease+Diabetes yaitu Ketidakefektifan pola

nafas b.d hiperventilasi, memantau status pernapasan dengan tanda-tanda vital

normal TD : 120/90 mmHg, N: 88x/mnt, SpO2 : 99%, RR : 20x/mnt, S: 36o,

dan memposisikan pasien semifowler ketika sesak atau pusing, dan

memberikan oksigen nasal kanul 3 lpm bila pasien sesak, Gangguan pola tidur

b.d psikologi lingkungan. yang dilakukan yaitu , observasi adanya gangguan

gejala gangguan tidur yaitu : pasien tidak nyaman dengan tempat tidur yang

baru dan terasa kaku, melakukan tindakan pijat lembut nonfarmakologi, dan

memberikan informasi, Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh b.d (Anoreksia) hilangnya nafsu makan Rencana keperawatan yang

dilakukan yaitu, mengobservasi nilai jumlah asupan nutrisi intake dan output

pasien, mengatur jadwal makan secara harian, menganjurkan pada pasien dan

keluarga untuk makan yang disukai dengan terjadwal dan dengan porsi sedikit

tapi sering, pemberian nutrisi sesuai diet diabetes pasien (rendah kalori rendah

garam), dan memberikan injeksi insulin obat Novorapid 3x16u, dan lavemir

1x16u pada malam hari, obat oral yang diberikan yaitu metformin 3x1,

Glucobay 3x1

4. Tindakan keperawatan yang dilakukan Ketidakefektifan Pola Napas

berhubungan dengan Hiperventilasi adalah mengobservasi status pernafasan

pasien, irama napas pasien, suara napas tambahan dan memberikan posisi

semi fowler pada pasien ketika sesak atau pusing, dan memberikan O2 nasal 3
114

lpm. Pada diagnosis ini rencana dapat terlaksana, Ganguan Pola Tidur

berhubungan dengan Psikologi Lingkungan

Tindakan keperawatan yang diberikan pada Ny. S dengan diagnosa gangguan

Pola tidur berhubungan dengan psikologi lingkungan adalah mengobservasi

TTV dan keadaan umum pasien tiap pergantian jam jaga,memberikan

kompres air dingin atau dengan pijatan. Pada diagnosis ini rencana dapat

terlaksana, namun ada beberapa tambahan dan perubahan rencana baru pada

diagnosa ini yaitu pemberian pasien tidak bisa tidur dengan nyaman karen

pasien tidak biasa dengan lingkungan yang baru, sehingga sampai hari ketiga

KRS pasien tidak bisa tidur, Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari

Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan hilangnya nafsu makan (Anoreksia)

mengobservasi asupan dan haluaran pasien setiap pergantian jam jaga,

memberitahukan kepada pasien untuk makan sedikit namun sering,

memberikan informasi pada pasien tentang makan cemilan, dan memberikan

obat oral curcuma 1x1 ,Glucobay 3x1 ,dan metmorfin 3x1. Dan injeksi insulin

Novorapid 3x16u, Lavemir 1x16u

5. Evaluasi pada pasien dengan diagnosa medis Suspect Pneumonia+Hipertensi

Heart Disease+ Diabetes melitus,Pada diagnosa keperawatan Ketidakefektifan

Pola Napas berhubungan dengan hiperventilasi Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam dari evaluasi, masalah teratasi sebagian.

Diagnosa kedua yaitu Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Psikologi

Lingkungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dari

evaluasi, masalah teratasi sebagian karena pasien tidak bias tidur malam sekali

hanya waktu siang hari saja,diagnose ketiga yaitu Ketidakseimbangan Nutrisi


115

Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan hilangnya nafsu makan

(Anoreksia), Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dari

evaluasi, masalah teratasi sebagian.

5.2 Saran

Bertolak dari kesimpulan diatas penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi rumah sakit, untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

terutama dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien penderita

pneumonia.

2. Bagi institusi pendidikan, dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan

pendidikan tentang asuhan keperawatan tentang pneumonia perlu

menambah literatur dan diadakan seminar.

3. Bagi pasien dan keluarga pasien, penyakit pneumonia bisa komplikasi ke

arah TB paru dan untuk keluarga pasien tetap menjaga lingkung,kesehatan

tubuh, dan tetap makan yang bergizi sesuai kebutuhan.

4. Bagi mahasiswa, kiranya dapat meningkatkan wawasan tentang

perkembangan teori baru dalam dunia keperawatan mengenai masalah

pneumonia.
116

DAFTAR PUSTAKA

Ardiasnyah,Muhammad. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa.


Yogyakarta: Diva Press.
Ns. Reny Yuli Aspiani, S.Kep. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan
Klien Gangguan Kardiovaskular Aplikasi NIC & NOC. Jakarta :
EGC
Nurarif, Amin Huda, Kusuma Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-
NOC. Jilid 1. Yogyakarta : MediAction.
Dosen Keperawatan Medikal-Bedah Indonesia.(2017). Rencana Asuhan
Keperawatan Medikal-Bedah Diagnosis NANDA-I 2015-2017
Intervensi NIC Hasil NOC. Jakarta : EGC.
M. Wilkinson, Judith. (2016). Diagnosis keperawatan. Edisi 10. Jakarta :
EGC.
Setiadi. (2007). Anatomi Fisiologi Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Naga,Sholeh S. (2012). Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam.
Yogyakarta : Diva Press.
Herdman, T. H & Kamitsuru, S.(2015). NANDA Internationl Diagnosis
Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta:
EGC
117

Lampiran

Curiculum Vitae

Nama : Fenda Ayu Prahesty

NIM : 142.0043

Program Studi : D-III Keperawatan

Tempat, tanggal lahir : Surabaya, 14 Januari 1996

Agama : Islam

Email : parehsty.ayu@yahoo.com

Riwayat Pendidikan :

1. TK Laboratorium UNESA 2001-2003

2. SD Laboratorium UNESA 2003-2008

3. SMP Laboratorium UNESA 2008-2011

4. SMA AL Falah Ketintang Surabaya 2011-2014


Lampiran

Tindakan Keperawatan dan Catatan Perkembangan

No. WAKTU TINDAKAN TT WAKTU CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP) TT


Dx (tgl & jam) WAT (tgl & jam) WAT
Senin Dinas Pagi 29 Mei
29 Mei 2017 Dx I :
1,2
,3
2017 Membina hubungan saling percaya ay 14.00 S : Pasien mengatakan sesak mulai
08.30 dengan pasien dan keluarga dengan
u berkurang sejak 2 hari yang lalu, dan hanya ay
memperkenalkan diri, kontrak waktu, saat ketika bangun tidur saja.
menjelaskan maksud dan tujuan
u
O: TTV
1 Mengobservasi status pernapasan TD: 120/80 mmHg
TD: 130/80 mmHg N : 98x/menit
N : 88x/menit S : 37,8°C
09.00 S : 36,2°C RR : 19x/menit
RR : 20x/menit GCS: 456
SPO2: 97%
2 Observasi kenyamanan tidur pasien - Pasien tampak lemas
09.20 dan riwayat nutrisi pasien
3 09.30 Melakukan tindakan ambil darah A: Ketidakefektifan Pola napas Teratasi
2JPP sebagian
1 Mengajarkan pasien posisi semi P: lanjutkan intervensi 2,3,5,6
10.30 fowler ketika pasien saat sesak atau
pusing Dx II :
1,2

118
11.00 Mengajarkan pada pasien teknik S : pasien mengatakan tidak bisa tidur sejak
relaksasi pijatan masuk rumah sakit, dan terasa kaku tempat
1 tidur.
12.00 Mengajarkan pada keluarga pasien O : - pasien terlihat kelelahan
untuk memberikan teknik relaksasi - Pasien terlihat meringis kesusahan
saat pasien sesak atau pusing untuk tidur
1,3 - Terlihat adanya lingkaran hitam
12.30 Memberikan obat oral pada pasien dibawah kedua mata pasien
codein 3x1g, Glucobay A : Gangguan Pola tidur teratasi sebagian
3x1g,Metformin 3x1 P : intervensi 1,2,3,4 dilanjutkan
Melakukan tindakan injeksi insulin
Novorapid 16u Dx III :
1,2 S : pasien mengatakan hanya makan sedikit
,3 13.00 Observasi tnda-tanda vital pasien : O : - pasien tampak habis ½ porsi
RR : 20 x/mnt - Pasien tampak hanya makan kroket
SpO2 : 99% dan gorengan
TD : 130/80 mmHg
N : 88x/mnt A : Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan 1,2,3,4

119
No. WAKTU TINDAKAN TT WAKTU CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP) TT
Dx (tgl & jam) WAT (tgl & jam) WAT
Senin Dinas sore 29 Mei
29 Mei 2017 Dx I :
1,2 2017 ay 21..00 S : Pasien mengatakan sesak mulai ay
,3 14.30 Mengobservasi status pernapasan
u berkurang sejak 2 hari yang lalu, dan hanya u
TD: 130/80 mmHg saat ketika bangun tidur saja.
N : 88x/menit
S : 36,2°C O: TTV
1 15.30 RR : 20x/menit TD: 120/80 mmHg
N : 98x/menit
Observasi kenyamanan tidur pasien S : 37,8°C
dan riwayat nutrisi pasien RR : 19x/menit
GCS: 456
Menganjurkan kan pasien posisi SPO2: 97%
2 16.00 semi fowler ketika pasien saat sesak - Pasien tampak lemas
atau pusing
3 Menganjurkan pada pasien teknik A: Ketidakefektifan Pola napas Teratasi
relaksasi pijatan sebagian
16.30
1 Mengajanjurkan pada keluarga P: lanjutkan intervensi 2,3,5,6
pasien untuk memberikan teknik
17.00 relaksasi saat pasien sesak atau Dx II :
1,2 pusing S : pasien mengatakan tidak bisa tidur sejak
Memberikan obat oral pada pasien masuk rumah sakit, dan terasa kaku tempat
18.30 codein 3x1g, Glucobay tidur.

120
1 3x1g,Metformin 3x1 O : - pasien terlihat kelelahan
Melakukan tindakan injeksi insulin - Pasien terlihat meringis kesusahan
Novorapid 16u untuk tidur
- Terlihat adanya lingkaran hitam
1,3 19.00 Observasi tnda-tanda vital pasien : dibawah kedua mata pasien
RR : 20 x/mnt A : Gangguan Pola tidur teratasi sebagian
SpO2 : 99% P : intervensi 1,2,3,4 dilanjutkan
TD : 130/80 mmHg
N : 88x/mnt Dx III :
S : pasien mengatakan hanya makan sedikit
1,2 20.00 O : - Pasien tampak habis ½ porsi
,3 - Pasien tampak hanya makan cemilan
biskuit

A : Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari


Kebutuhan Tubuh teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan 1,2,3,4

121
No. WAKTU TINDAKAN TT WAKTU CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP) TT
Dx (tgl & jam) WAT (tgl & jam) WAT
Senin Dinas malam 30 Mei
29 Mei ay 2017 Dx I :
1,2 2017 07.00 S : Pasien mengatakan sesak mulai ay
,3 u
20.30 Mengobservasi status pernapasan berkurang sejak 2 hari yang lalu, dan hanya u
TD: 130/80 mmHg saat ketika bangun tidur saja.
N : 88x/menit
S : 36,2°C O: TTV
1 RR : 20x/menit TD: 120/80 mmHg
N : 98x/menit
22.00 Observasi kenyamanan tidur pasien S : 37,8°C
dan riwayat nutrisi pasien RR : 19x/menit
GCS: 456
Menganjurkan kan pasien posisi SPO2: 97%
2 22.30 semi fowler ketika pasien saat sesak - Pasien tampak lemas
atau pusing
3 Menganjurkan pada pasien teknik A: Ketidakefektifan Pola napas Teratasi
relaksasi pijatan, kompres air dingin sebagian
1 Mengajanjurkan pada keluarga P: lanjutkan intervensi 2,3,5,6
06.00 pasien untuk memberikan teknik
relaksasi saat pasien sesak atau Dx II :
1,2 pusing S : pasien mengatakan tidak bisa tidur sejak
masuk rumah sakit, dan terasa kaku tempat
Menyiapkan makanan pasien diet tidur.

122
1 06.30 diabetes nasi Tim O : - pasien terlihat kelelahan
- Pasien terlihat meringis kesusahan
Memberikan obat oral pada pasien untuk tidur
codein 3x1g, Glucobay - Terlihat adanya lingkaran hitam
1,3 06.45 3x1g,Metformin 3x1 dibawah kedua mata pasien
Melakukan tindakan injeksi insulin A : Gangguan Pola tidur teratasi sebagian
Novorapid 16u P : intervensi 1,2,3,4 dilanjutkan

Observasi tnda-tanda vital pasien : Dx III :


RR : 20 x/mnt S : pasien mengatakan hanya makan sedikit
1,2 07.00 SpO2 : 99% O : - pasien tampak habis ½ porsi
,3 TD : 130/80 mmHg - Pasien tampak hanya makan kroket
N : 88x/mnt dan gorengan

A : Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari


Kebutuhan Tubuh teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan 1,2,3,4

No. WAKTU TINDAKAN TT WAKTU CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP) TT


Dx (tgl & jam) WAT (tgl & jam) WAT

123
Senin Dinas pagi 30 Mei
30 Mei Mengobservasi status pernapasan ay 2017 Dx I : ay
1,2
,3
2017 TD: 130/80 mmHg
u 14.00 S : Pasien mengatakan sesak mulai u
07.00 N : 88x/menit berkurang sejak 2 hari yang lalu, dan hanya
S : 36,2°C saat ketika bangun tidur saja.
RR : 20x/menit
O: TTV
1 08.30 Observasi kenyamanan tidur pasien TD: 120/80 mmHg
dan riwayat nutrisi pasien N : 98x/menit
S : 37,8°C
Menganjurkan kan pasien posisi RR : 19x/menit
2 09.00 semi fowler ketika pasien saat sesak GCS: 456
atau pusing SPO2: 97%
- Pasien tampak lemas
3 Menganjurkan pada pasien teknik
10.00 relaksasi pijatan, kompres air dingin A: Ketidakefektifan Pola napas Teratasi
sebagian
1 Mengajanjurkan pada keluarga
pasien untuk memberikan teknik P: lanjutkan intervensi 2,3,5,6
10.30 relaksasi saat pasien sesak atau
pusing Dx II :
S : pasien mengatakan tidak bisa tidur sejak
1,2 Memberikan obat oral pada pasien masuk rumah sakit, dan terasa kaku tempat
11.00 codein 3x1g, Glucobay tidur.
3x1g,Metformin 3x1 O : - pasien terlihat kelelahan
1 Melakukan tindakan injeksi insulin - Pasien terlihat meringis kesusahan
Novorapid 16u untuk tidur
- Terlihat adanya lingkaran hitam

124
1,3 12.00 Observasi tnda-tanda vital pasien : dibawah kedua mata pasien
RR : 20 x/mnt A : Gangguan Pola tidur teratasi sebagian
SpO2 : 99% P : intervensi 1,2,3,4 dilanjutkan

TD : 130/80 mmHg Dx III :


N : 88x/mnt S : pasien mengatakan hanya makan sedikit
O : - pasien tampak habis ½ porsi
- Pasien tampak hanya makan kroket
dan gorengan

A : Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari


Kebutuhan Tubuh teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan 1,2,3,4

No. WAKTU TINDAKAN TT WAKTU CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP) TT


Dx (tgl & jam) WAT (tgl & jam) WAT
Selasa Dinas sore Selasa

125
1,2 30 Mei ay 30 Mei Dx I : ay
,3 2017 2017 S : Pasien mengatakan sesak mulai
14.00 Mengobservasi status pernapasan
u 20.00 berkurang sejak 2 hari yang lalu, dan hanya
u
TD: 130/80 mmHg saat ketika bangun tidur saja.
N : 88x/menit
1 S : 36,2°C O: TTV
RR : 20x/menit TD: 120/80 mmHg
N : 98x/menit
Observasi kenyamanan tidur pasien S : 37,8°C
15.00 dan riwayat nutrisi pasien RR : 19x/menit
GCS: 456
2 Menganjurkan kan pasien posisi SPO2: 97%
15.30 semi fowler ketika pasien saat sesak - Pasien tampak lemas
3 atau pusing
15.45 Menganjurkan pada pasien teknik A: Ketidakefektifan Pola napas Teratasi
relaksasi pijatan, kompres air dingin sebagian
1
16.00 Mengajarkan pada keluarga pasien P: lanjutkan intervensi 2,3,5,6
untuk memberikan teknik relaksasi
1,2 saat pasien sesak atau pusing Dx II :
Memberikan obat oral pada pasien S : pasien mengatakan tidak bisa tidur sejak
17.00 codein 3x1g, Glucobay masuk rumah sakit, dan terasa kaku tempat
1 3x1g,Metformin 3x1 tidur.
Melakukan tindakan injeksi insulin O : - pasien terlihat kelelahan
Novorapid 16u - Pasien terlihat meringis kesusahan
untuk tidur
1,3 18.00 Observasi tnda-tanda vital pasien : - Terlihat adanya lingkaran hitam
RR : 20 x/mnt dibawah kedua mata pasien

126
SpO2 : 99% A : Gangguan Pola tidur teratasi sebagian
TD : 130/80 mmHg P : intervensi 1,2,3,4 dilanjutkan
N : 88x/mnt
Dx III :
1,2 S : pasien mengatakan hanya makan sedikit
,3 O : - pasien tampak habis ½ porsi
- Pasien tampak hanya makan kroket
dan gorengan

A : Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari


Kebutuhan Tubuh teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan 1,2,3,4

No. WAKTU TINDAKAN TT WAKTU CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP) TT


Dx (tgl & jam) WAT (tgl & jam) WAT
Selasa Dinas malam Rabu

127
1,2 30 Mei 31 Mei Dx I : ay
,3 2017 2017 S : Pasien mengatakan sesak mulai
u
21.00 Mengobservasi status pernapasan ay 07.30 berkurang sejak 2 hari yang lalu, dan hanya
TD: 130/80 mmHg saat ketika bangun tidur saja.
N : 88x/menit
u
1 S : 36,2°C O: TTV
RR : 20x/menit TD: 120/80 mmHg
N : 98x/menit
Observasi kenyamanan tidur pasien S : 37,8°C
22.00 dan riwayat nutrisi pasien RR : 19x/menit
GCS: 456
2 Menganjurkan kan pasien posisi SPO2: 97%
23.00 semi fowler ketika pasien saat sesak - Pasien tampak lemas
3 atau pusing
Menganjurkan pada pasien teknik A: Ketidakefektifan Pola napas Teratasi
05.00 relaksasi pijatan, kompres air dingin sebagian
1
Mengajanjurkan pada keluarga P: lanjutkan intervensi 2,3,5,6
06.00 pasien untuk memberikan teknik
1,2 relaksasi saat pasien sesak atau Dx II :
pusing S : pasien mengatakan tidak bisa tidur sejak
06.15 Memberikan obat oral pada pasien masuk rumah sakit, dan terasa kaku tempat
1 codein 3x1g, Glucobay tidur.
3x1g,Metformin 3x1 O : - pasien terlihat kelelahan
Melakukan tindakan injeksi insulin - Pasien terlihat meringis kesusahan
Novorapid 16u untuk tidur
1,3 - Terlihat adanya lingkaran hitam
07.00 Observasi tnda-tanda vital pasien : dibawah kedua mata pasien

128
RR : 20 x/mnt A : Gangguan Pola tidur teratasi sebagian
SpO2 : 99% P : intervensi 1,2,3,4 dilanjutkan
TD : 130/80 mmHg
N : 88x/mnt Dx III :
1,2 S : pasien mengatakan hanya makan sedikit
,3 07.30 Melakukan tindakan transfusi darah O : - pasien tampak habis ½ porsi
pada pasien PRC 2 beg. - Pasien tampak hanya makan kroket
dan gorengan

A : Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari


Kebutuhan Tubuh teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan 1,2,3,4

No. WAKTU TINDAKAN TT WAKTU CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP) TT


Dx (tgl & jam) WAT (tgl & jam) WAT
Senin Dinas pagi 29 Mei

129
1,2 31 Mei ay 2017 Dx I : ay
,3 2017 Mengobservasi status pernapasan 15.00 S : Pasien mengatakan sesak mulai
08.30 TD: 130/80 mmHg
u berkurang sejak 2 hari yang lalu, dan hanya
u
N : 88x/menit saat ketika bangun tidur saja.
S : 36,2°C
1 RR : 20x/menit O: TTV
TD: 120/80 mmHg
09.00 Observasi kenyamanan tidur pasien N : 98x/menit
dan riwayat nutrisi pasien S : 37,8°C
RR : 19x/menit
10.45 Melakukan tindakan ambil darah GCS: 456
2 SPO2: 97%
Menganjurkan kan pasien posisi - Pasien tampak lemas
3 11.00 semi fowler ketika pasien saat sesak
atau pusing A: Ketidakefektifan Pola napas Teratasi
Menganjurkan pada pasien teknik
1 11.30 relaksasi pijatan, kompres air dingin P: intervensi dihentikan, pasien KRS

Mengajanjurkan pada keluarga Dx II :


1,2 12.00 pasien untuk memberikan teknik S : pasien mengatakan tidak bisa tidur sejak
relaksasi saat pasien sesak atau masuk rumah sakit, dan terasa kaku tempat
pusing tidur.
1 O : - pasien terlihat kelelahan
12.30 Memberikan obat oral pada pasien - Pasien terlihat meringis kesusahan
codein 3x1g, Glucobay untuk tidur
3x1g,Metformin 3x1 - Terlihat adanya lingkaran hitam
1,3 Melakukan tindakan injeksi insulin dibawah kedua mata pasien
Novorapid 16u A : Gangguan Pola tidur teratasi

130
P : intervensi dihentikan, pasien KRS
13.00 Observasi tnda-tanda vital pasien : Dx III :
RR : 20 x/mnt S : pasien mengatakan hanya makan sedikit
SpO2 : 99% O : - pasien tampak habis ½ porsi
1,2 TD : 130/80 mmHg - Pasien tampak hanya makan kroket
,3 N : 88x/mnt dan gorengan

A : Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari


Kebutuhan Tubuh teratasi
P : intervensi dihentikan, pasien KRS

131
132

Lampiran

Hasil foto Thorax 24-05-17


133

Lampiran
STANDARD PROSEDUR OPERASIONAL
SUNTIKAN SUBKUTAN
1. Pengertian

Injeksi Subkutan atau sering disingkat SC (Subcutaneus) adalah

memberikan obat melalui injeksi di bawah kulit yang dilakukan pada

lengan atas daerah luar, kaki bagian atas, dan daerah sekitar pusat.

2. Tujuan

Agar obat dapat menyebar dan diserap secara perlahan-lahan (contoh :

vaksin, uji tuberculin)

3. Persiapan alat

Dengan pemberian obat intrakutan.

a. Obat insulin

b. Bak injeksi

c. Perlak

d. Bengkok

e. Kapas alkohol seperlunya

f. Handscoon bersih bila perlu

g. Catatan pemberian obat injeksi

h. Alat tulis.

4. Prosedur kerja

a. Lakukan verifikasi program terapi ( benar pasien, obat, dosis, waktu,

tempat injeksi, dokumentasi pasien)

b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien.

c. Cuci tangan
134

d. Peralatan didekatkan ke klien.

e. Menggunakan handscoon bersih

f. Tentukan area yang akan disuntik.

g. Permukaan kulit didisinfeksi,lalu cubit sedikit menggunakan tangan

kiri.

h. Jarum ditusukkan dengan lubang menghadap ke atas dan membentuk

sudut 45 derajat dengan permukaan kulit.

i. Lakukan aspirasi pada spuit, bila ada darah, obat jangan dimasukkan.

Bila tidak ada darah, obat dimasukkan perlahan-lahan.

j. Tarik spuit dan tekan area kulit yang telah disuntik dengan kapas

alkohol. Spuit bekas dimasukkan ke dalam bengkok.

k. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

l. Catat prosedur pemberian obat dan respons klien.


135

STANDARD PROSEDUR OPERASIONAL


SUNTIKAN INTRAVENA
1. Pengertian

Memberikan obat melalui suntikan ke dalam pembuluh darah vena

atau mengambil darah melalui pembuluh darah vena, yang dilakukan

pada vena anggota gerak.

2. Tujuan

a. Agar reaksi cepat dan langsung masuk pada pembuluh darah

dibanding cara parenteral lainnya

b. Menghindari kerusakan jaringan lebih besar dan umumnya

memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar.

3. Alat dan Bahan

a. Spuit 3 cc

b. Alcohol swab / kapas alkohol

c. Bak injeksi

d. Perlak

e. Karet pembendung/tourniquet

f. Plester

g. Hipavik

h. Handscoon/ sarung tangan

i. Dokumentasi obat

4. Prosedur Kerja

a. Cuci tangan

b. Pasang sarung tangan


136

c. Jelaskan pada pasien tentang tujuan dan prosedur tindakan yang

akan di lakukan.

d. Bebaskan daerah yang akan dilakukan suntikan dengan cara dari

pakaian dan apabila tertutup, buka atau keataskan lengan baju

pasien.

e. Ambil spuit 3 cc

f. Pasang perlak/pengalas di bawah vena yang akan di lakukan

penyuntikan

g. Untuk memudahkan tindakan, dekatkan bak injeksi dan bengkok

pad daerah yang akan di lakukan penyuntikan

h. Lakukan pengikatan dengan karet pembendung (tourniquet pada

bagian atas daerah yang akan diinjeksi.

i. Desinfeksi dengan kapas alkohol, dengan gerakan sirkuler dari

dalam keluar dengan diameter ±5 cm, tunggu hingga kering

j. Ambil spuit dan pegang kapas alkohol pada tangan yang tidak

dominan di gunakan.

k. Tarik kulit kebawah dengan tangan yang tidak dominan, agar kulit

menjadi kencang, kemudian lakukan penusukan dengan lubang

menghadap ke atas dengan memasukkan ke pembuluh darah,

dengan sudut 30o , sejajar dengan vena yang ditusuk.

l. Lakukan aspirasi, bila sudah ada darah lepaskan tourniquet.

m. Letakkan spuit ke dalam tabung DL .

n. Tutup area penusukan dengan plesterin.

o. Buka sarung tangan.


137

p. Cuci tangan

q. Catat di dokumentasi pasien.

Anda mungkin juga menyukai