Anda di halaman 1dari 69

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA PASIEN STROKE

DENGAN INTERVENSI TERAPI SLOW STROKE BACK MASSAGE DI


WILAYAH PUSKESMAS TELUK DALAM BANJARMASIN

KARYA TULIS ILMIAH

PATRISIUS EKOARISANTO
NIM : 11409718058

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM VI/TANJUNGPURA


TAHUN 2021
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA PASIEN STROKE
DENGAN INTERVENSI TERAPI SLOW STROKE BACK MASSAGE DI
WILAYAH PUSKESMAS TELUK DALAM BANJARMASIN

“Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan
Akper Kesdam VI/Tanjungpura”

PATRISIUS EKOARISANTO
NIM 11409718058

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM VI/TANJUNGPURA


TAHUN 2021

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah Oleh Patrisius Ekoarisanto NIM: 114 09718058dengan judul

Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasien Stroke Dengan Intervensi Terapi

Slow Stroke Back Massage Di Wilayah Puskesmas Teluk Dalam Banjarmasin

Tahun 2021 ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan pada Tanggal

Patrisius Ekoarisanto
NIM: 11409718058

PEMBIMBING

A. Rasyid RR. SKM., M. Kes.


NIK: 059637120

iii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,

karena berkat limpahan rahmat dam hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan

Keperawatan Keluarga Pada Pasien Stroke Dengan Intervensi Terapi Slow

Stroke Back Massage Di Wilayah Puskesmas Teluk Dalam Banjarmasin” dapat

diselesaikan dengan baik.

Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat menyelesaikan

pendidikan program D III Keperawatan Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin.

Dalam penulisan ini, penulis mendapat beberapa kesulitan dalam kemampuan

penulis dan keterbatasan dalam memperoleh literatur, namun berkat bantuan

dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis

Ilmiah ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

Bapak A. Rasyid Ridha Ramadhan, SKM.,M.Kes selaku pembimbing I yang telah

banyak memberikan saran dan arahan dalam penyusunan Proposal Karya Tulis

Ilmiah ini. selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kepala Puskesmas Teluk Dalam Banjarmasin beserta staf yang telah

memberikan data penunjang Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Bapak H. Sumadi, selaku Ketua Yayasan Wahana Bhakti Karya Husada

Banjarmasin.

3. Ibu Hj. Tri Mawarni, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Direktur Akper Kesdam

VI/Tanjungpura Banjarmasin.

4. Ibu Baidah, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Wadir I Akper Kesdam

VI/Tanjungpura Banjarmasin.

5. Dosen-dosen pengajar beserta staf pendidikan di Akper Kesdam

VI/Tanjungpura.

iv
6. Orang Tua, Mertua serta Istri dan Anak yang saya sayangi yang telah

banyak memberikan dukungan moril maupun materil bagi penulis.

7. Seluruh rekan mahasiswa yang telah banyak membantu dalam penulisan

proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Semua pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung yang tidak

dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

Semoga seluruh bantuan dan kerja sama yang diberikan semua pihak

mendapatkan ridho dan nilai amal yang sesuai dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan Proposal Karya

Tulis Ilmiah ini, karena itu mohon arahan, kritik dan saran yang sifatnya

menyempurnakan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini, semoga Proposal Karya Tulis

Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Banjarmasin, 20 Maret 2021

Penulis

v
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL DEPAN ..................................................................... i


HALAMAN JUDUL...................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................... iii
KATA PENGANTAR................................................................................... iv
DAFTAR ISI............................................................................................... vi
DAFTAR TABEL....................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian................................................................................... 5
1. Tujuan Umum.................................................................................... 5
2. Tujuan Khusus................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian.................................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 8


A. Konsep Penyakit.................................................................................... 8
B. Konsep Dasar Slow Stroke Back Massage ......................................... 15
C. Konsep Keluarga.................................................................................. 20
D. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Stroke ..................... 35

BAB III METODE STUDI KASUS.............................................................. 49


A. Rancangan Studi Kasus....................................................................... 49
B. Subjek Studi Kasus.............................................................................. 49
C. Fokus Studi Kasus................................................................................50
D. Definisi Operasional............................................................................. 50
E. Tempat Dan Waktu Penelitian.............................................................. 51
F. Metode Pengumpulan Data.................................................................. 51
G. Analisa Data......................................................................................... 52
H. Penyajian Data..................................................................................... 53
I. Etika Studi Kasus................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 1.1 Daftar 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas teluk dalam

Banjarmasin tahun 2019 ......................................................................... 2

Tabel 1.2 Daftar 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas teluk dalam

Banjarmasin tahun 2020 ......................................................................... 2

Tabel 2.1 Pathway ................................................................................... 11

Tabel 2.2 Skala Untuk Masalah Kesehatan ............................................. 35

Tabel 2.3 Daftar Anggota Keluarga .......................................................... 36

Tabel 2.4 Intervensi Keperawatan ........................................................... 43

vii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Stroke .................................................................................. 8

Gambar 2.2 Cara Penijatan ...................................................................... 18

Gambar 2.3 Cara Pemijatan .....................................................................18

Gambar 2.4 Cara Pemijatan ..................................................................... 18

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan menjadi responden

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 Format Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga

Lampiran 4 Surat pengantar studi pendahuluan ke Kesbangpol

Lampiran 5 Surat pengantar studi pendahuluan ke Dinkes Kota

Banjarmasin dan ke Puskesmas

Lampiran 6 Lembar Konsultasi

ix
x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit tidak menular (PTM) sampai saat ini masih menjadi masalah

kesehatan penting dan perhatian dunia termasuk di Indonesia, karena dalam

waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas ini makin meningkat.

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), 70% penyebab

kematian di dunia adalah penyakit tidak menular. Penyakit tidak menular

tersebut meliputi penyakit kardiovaskuler sebesar 45%, kanker sebesar 22%,

penyakit pernapasan sebesar 9%, dan diabetes sebesar 4%. Salah satu

penyakit kardiovaskuler yang banyak dialami oleh masyarakat adalah Stroke

(Afrila, Dewi, & Erwin, 2015).

Stroke merupakan salah satu penyebab terjadinya gagal jantung

kongestif dan juga penyakit cerebrovascular, dimana penyakit tersebut

merupakan faktor penyebab terjadinya kematian (Nelwan, 2019).

Berdasarkan data dari World Health Organization (2018) menyatakan

bahwa Sekitar 795.000 orang di Amerika Serikat mengalami stroke setiap

tahunnya, sekitar 610.000 mengalami serangan stroke yang pertama. Stroke

juga merupakan penyebab 134.000 kematian pertahun. Meningkatnya

jumlah penderita stroke diseluruh dunia dan juga meningkatkan penderita

stroke yang berusia dibawah 45 tahun. Pada konferensi ahli saraf

international di Inggris dilaporkan bahwa terdapat lebih dari 1000 penderita

stroke yang berusia kurang dari 30 tahun (American Heart Association,

2017).

Data prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar

Kementerian Kesehatan di tahun 2016 menunjukan telah terjadi peningkatan

prevalensi stroke di Indonesia. Dari 8,3 per 1000 penduduk (per mil) pada

1
2

2010 menjadi 12,1 per 1000 penduduk pada tahun 2015. Prevalensi Stroke

berdasarkan terdiagnosis tenaga kesehatan dan gejala tertinggi terdapat di

Sulawesi Selatan (17,9%), DI Yogyakarta (16,9%), Sulawesi Tengah

(16,6%), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil. Pada wilayah Kalimantan

Selatan prevalensi penderita stroke yang terdiagnosis tenaga kesehatan

sebanyak 9,2% dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan dan gejala

sebanyak 14,5% (Riskesdas, 2019). Prevalensi stroke di Provinsi Kalimantan

Selatan sebesar 9,7 per seribu penduduk (rentang 5,2-18,5 per seribu

penduduk). Prevalensi stroke meningkat sesuai peningkatan umur,

cenderung lebih tinggi pada wanita, pendidikan yang lebih rendah,

diperdesaan. Penyakit stroke lebih tinggi pada yang tidak bekerja (Dinkes

Kalsel, 2019).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di

Puskesmas Teluk Dalam di dapatkan data 10 Penyakit terbanyak pada

tahun 2019 dan 2020 yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.1 Distribusi 10 penykit terbanyak di Puskesmas Teluk Dalam

Banjarmasin Tahun 2019

NO JENIS PENYAKIT JUMLAH LASUS

1 Hipertensi 2392

2 Batuk 1312

3 Non Insulin Dependent DM 1239

4 ISPA 813

Penyakit Gusi. Jaringan Periodental


5 810
dan Tulang Alveolar

6 Lipidemia 721

Dermatitis Lain. Tidak Spesifik


7 679
(Ekskema)
3

Gangguan gigi dan Jaringan


8 670
Penunjang lainnya

9 Dispepsia 647

Penyakit Lainnya (Arthritis, Diare,


10 597
mylagia)

Jumlah 9.880
Sumber: Puskesmas Teluk Dalam Banjarmasin 2019

Berdasarkan tabel 1.1 data yang diperoleh dari Puskesmas Teluk Dalam

Banjarmasin stroke tidak termasuk kedalam 10 penyakit yang didertia pada

tahun 2019.

Tabel 1.1 Distribusi 10 penykit terbanyak di Puskesmas Teluk Dalam

Banjarmasin Tahun 2020

NO JENIS PENYAKIT JUMLAH LASUS

1 Hipertensi Esensial 2127

2 DM Tipe 2 1080

3 Dispepsia 739

4 Penyakit ISPA Akut tidak Spesifik 605

5 Batuk 494

Arthritis Lainnya:
6 421
(Osteoarthritis, Gout, Rematoid)

7 Lipidemia 375

8 Dermatitis Lain 370

Penyakit Gusi Jaringan Periodental


9 276
dan Tulang Alveolar

10 Mylagia 273

Jumlah 6.760
Sumber: Puskesmas Teluk Dalam Banjarmasin 2020
4

Berdasarkan tabel 1.2 data yang diperoleh dari Puskesmas Teluk Dalam

Banjarmasin stroke tidak termasuk kedalam 10 penyakit yang didertia pada

tahun 2020.

Kejadian stroke di masing-masing daerah diperkirakan tidak sama akibat

pengaruh genetik, usia, jenis kelamin, geografi dan lingkungan, pola hidup,

garam dapur, dan merokok (Pranata & Eko, 2017). Stroke ditandai dengan

kelumpuhan sebagian atau seluruh sistem pergerakan (Smeltzer & Bare,

2016). Berdasarkan etiologi stroke dibedakan menjadi dua yaitu: stroke

hemoragik dan stroke non hemoragik. Stroke hemoragik adalah suatu

kondisi pecahnya pembuluh darah, sedangkan stroke non hemoragik adalah

emboli dan sumbatan di pembuluh darah (Smeltzer & Bare, 2016).

Beberapa keluhan yang sering dirasakan seseorang yang mengalami

stroke adalah nyeri kepala, tengkuk terasa pegal, mual muntah, sulit

bernapas, pandangan kabur, kekauan sendi, pelo, (Fernalia dkk. 2019).

Kekakuan sendi adalah masalah utama pada pasien pasca stroke. Terapi

yang dilakukan untuk kekakuan sendi untuk meningkatkan mobilitas, Terapi

yang dapat dilakukan secara manajemen farmakologi dan non farmakologi.

Intervensi nonfarmakologi dalam antara lain stimulasi kutaneus. Slow Stroke

Back Massage (SSBM) merupakan salah satu teknik stimulusi kutaneus,

dimana SSBM merupakan salah satu tindakan masase pada punggung

dengan usapan yang perlahan selama 10 sampai 30 menit dengan usapan

12-15 kali permenit, dengan kedua tangan menutup area selebar 5 cm diluar

tulang belakang yang dimulai pada bagian tengah punggung bawah

kemudian kearah atas area belahan bahu kanan dan kiri (Salvo, 2016).

Tindakan SSBM bertujuan untuk memperlancar peredaran darah dan

limphe, mengurangi ketegangan otot, menurunkan intensitas nyeri (Potter &

Perry, 2017).
5

Maka dari itu dukungan besar dari keluarga sangat membantu karena

keluarga sebagai unit pelayanan perawatan yang dapat meningkatkan

kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap

anggota yang sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan anggota

keluarganya.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga pada Pasien Stroke

dengan terapi Slow Stroke Back Massage di Wilayah Puskesmas Teluk

Dalam”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di urailkan diatas, maka peneliti

mengambil rumusan masalah bagaimana “Asuhan Keperawatan Keluarga

pada Pasien Stroke dengan terapi Slow Stroke Back Massage di Wilayah

Puskesmas Teluk Dalam”.

C. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus

1. Tujuan Umum

Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran

Asuhan Keperawatan Keluarga pada Pasien Stroke dengan terapi Slow

Stroke Back Massage di Wilayah Puskesmas Teluk Dalam.

2. Tujuan khusus

a. Bagaimanakah pengkajian pada asuhan keperawatan keluarga

pada Pasien Stroke dengan Slow Stroke Back Massage di Wilayah

Puskesmas Teluk Dalam.

b. Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga pada asuhan

keperawatan keluarga pada Pasien Stroke dengan Slow Stroke

Back Massage di Wilayah Puskesmas Teluk Dalam.


6

c. Untuk menentukan intervensi pada asuhan keperawatan pada

keluarga pada Pasien Stroke dengan Slow Stroke Back Massage di

Wilayah Puskesmas Teluk Dalam.

d. Melaksanakan implementasi keperawatan pada asuhan

keperawatan pada keluarga pada Pasien Stroke dengan Slow

Stroke Back Massage di Wilayah Puskesmas Teluk Dalam.

e. Melakukan evaluasi keperawatan keluarga pada asuhan

keperawatan pada keluarga pada Pasien Stroke dengan Slow

Stroke Back Massage di Wilayah Puskesmas Teluk Dalam.

f. Melakukan pendokumentasian keperawatan keluarga pada asuhan

keperawatan pada keluarga pada Pasien Stroke dengan terapi

Slow Stroke Back Massage di Wilayah Puskesmas Teluk Dalam.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pasien

Penelitian ini pasien dapat menambah pengetahuannya tentang

penanganan pada pasien stroke dalam kehidupan sehari-hari dan dapat

meningkatkan motivasi untuk memeriksakan diri serta terapi non

farmakologi.

2. Bagi Keluarga

Sebagai bahan bacaan dan referensi di rumah serta masukkan

mengenai terapi nonfarmakologi dengan pijat Slow Stroke Back Massage.

3. Bagi Institusi

Dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan masukkan untuk

mengetahui asuhan keperawatan pada keluarga pada Pasien Stroke

dengan terapi Slow Stroke Back Massage.

4. Bagi Puskesmas Teluk Dalam


7

Sebagai masukkan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada

keluarga di wilayahnya tentang terapi non farmakologi dengan terapi Slow

Stroke Back Massage pada pasien stroke.

5. Bagi Peneliti Lain

Menjadi bahan pertimbangan dan litelatur untuk melakukan

penelitian-penelitian di tempat lain.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit

1. Definisi

Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh

berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi

penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer & Bare

2016). Stroke adalah kehilangan fungsi otak secara mendadak yang

disebabkan oleh gangguan suplai darah ke bagian otak (Brunner &

Suddart, 2012).

2.1 Gambar Stroke

Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik

lokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat,

berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan maut, tanpa

ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vaskular.

2. Klasifikasi

8
9

Klasifikasi stroke menurut Potter & Perry (2017) terbagi menjadi 2

yaitu:

a. Berdasarkan manifestasi klinik

1) Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA).

Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah

di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.

2) Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic

Neurological Deficit (RIND). Gejala neurologik yang timbul akan

menghilang dalam waktu lebih lamadari 24 jam, tapi tidak lebih

dari seminggu.

3) Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation).

Gejala neurologik makin lama makin berat.

4) Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke). Kelainan

neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.

b. Berdasarkan Kausal:

1) Stroke Trombotik. Stroke trombotik terjadi karena adanya

penggumpalan pada pembuluh darah di otak. Trombotik dapat

terjadi pada pembuluh darah yang besar dan pembuluh darah

yang kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi

akibat aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan

darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh

tingginya kadar kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein

(LDL). Sedangkan pada pembuluh darah kecil, trombotik

terjadi karena aliran darah ke pembuluh darah arteri kecil

terhalang. Ini terkait dengan Stroke dan merupakan indikator

penyakit aterosklerosis.
10

2) Stroke Emboli/Non Trombotik. Stroke emboli terjadi karena

adanya gumpalan dari jantung atau lapisan lemak yang lepas.

Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang

mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi

ke otak.

3. Etiologi

Menurut Brunner & Suddarth (2012) Penyebab terjadinya stroke

yaitu:

a. Trombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak).

Merupakan penyebab stroke yang paling sering di temui yaitu 40%

dari semua kasus stroke yang telah dibuktikan oleh ahli patologis.

Biasanya berkaitan erat dengan kerusakan lokal dinding pembuluh

darah akibat aterosklerosis.

b. Embolisme cerebral (bekuan darah)

Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu flowess dalam

jantung sehingga masalah yang dihadapi sesungguhnya

merupakan perwujudan dari penyakit jantung.

c. Iskemia (Penurunan aliran darah ke area otak

Faktor resiko pada stroke :

a. Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif,

fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif)

b. Kolesterol tinggi

c. Obesitas

d. Peningkatan hematokrit ( resiko infark serebral)

e. Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)

f. Kontrasepasi oral( khususnya dengan disertai Stroke, merkok, dan

kadar estrogen tinggi)


11

g. Penyalahgunaan obat ( kokain)

h. Konsumsi alkohol (Smeltzer C. Suzanne, 2012).

4. Patofisiologi

Infark ischemic cerebri sangat erat hubungannya dengan

aterosklerosis dan arteriosklerosis. Aterosklerosis dapat menimbulkan

bermacam-macam manifestasi klinis dengan cara:

a. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan

insufisiensi aliran darah.

b. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus dan

perdarahan aterm.

c. Dapat terbentuk thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.

d. Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah

atau menjadi lebih tipis sehingga dapat dengan mudah robek.

Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak:

1. Keadaan pembuluh darah.

2. Keadan darah : viskositas darah meningkat, hematokrit meningkat,

aliran darah ke otak menjadi lebih lambat, anemia berat, oksigenasi

ke otak menjadi menurun.

3. Tekanan darah sistemik memegang peranan perfusi

otak. Otoregulasi otak yaitu kemampuan intrinsik pembuluh darah

otak untuk mengatur agar pembuluh darah otak tetap konstan

walaupun ada perubahan tekanan perfusi otak.

4. Kelainan jantung menyebabkan menurunnya curah jantung dan

karena lepasnya embolus sehingga menimbulkan iskhemia otak.

Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus,

emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan

umum (Hypoksia karena gangguan paru dan jantung).


12

Arterosklerosissering/cenderung sebagai faktor penting terhadap otak.

Thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat beku

pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi

turbulensi. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus

menyebabkan oedema dan nekrosis diikuti thrombosis dan hypertensi

pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan

menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit

cerebrovaskuler. Anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-

6 menit. Perubahan irreversible dapat anoksia lebih dari 10 menit.

Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi,

salah satunya cardiac arrest.

Efek iskemik bervariasi bergantung derajat lamanya gannguan aliran

darah, dimana pengurangan aliran darah dalam derajat sedang hanya

dapat menimbulkan.
13

Faktor Pencutus : DM, HT, Merokok, Penyakit Jantung, Obesitas, Kolestrol, gaya hidup

Peningkatan produksi lemak sehingga lemak tertimbun dan lemak membuat pembuluh darah kaku
,

Pembuluh darah kaku, sehingga pembuluh menyempit dan aliran darah tidak bisa mengalir (emboli)

Aliran darah lambat

Pembulu darah pecah

STROKE

Proses metabolisme terganggu Intra Kranial mengalami


perdarahan

Penurunan suplai darah dan O2


Peningkatan TIK

Ketidakefektifan Perfusi
jaringan Perifer Darah dan O2 tidak sampai ke ujung perifer
Nyeri Kepala

Kelemahan anggota gerak

Hambatan mobilitas fisik

Klien bed rest total

Tidak bisa mandi

Defisit Perawatan Diri

Sumber: Brunner & Suddarth, 2012


14
12

5. Manifestasi Klinis

Menurut Pujianto (2018), stroke dapat menyebabkan berbagai defisit

neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang

tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan jumlah aliran

darah kolateral (sekunder atau aksesori). Tanda dan gejala ini muncul

pada penderita stroke antara lain :

a. Kehilangan motorik : hemipelgi (paralisys pada suatu sisi) karena lesi

pada sesi otak yang berlawanan,hemiparesis atau kelemahan salah

satu sisi tubuh.

b. Kehilangan komunikasi:disartria (kesulitan bicara),disfasia atau afasia

(bicara deektif atau kehilangan bicara), apraksia (ketidakmampuan

untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya).

c. Gangguan persepsi: disfungsi persepsi visual,gangguan hubungan

visual spasial,kehilangan sensori.

d. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis.

e. Disfungsi kandung kemih.

Asosiasi pemulihan stroke di New South Wales tampil dengan suatu

akronim untuk membuat orang tahu bila mereka dalam bahaya akan

terkena serangan stroke, atau telah mengalaminya tanpa menyadarinya

yaitu (Henderson, 2012)

a. Dizziness or unsteadiness (rasa pening atau rasa tidak tetap pada

tangan atau pada tangan dan atau pandangan mata).

b. A change in mental abilities (suatu perubahan dalam kemampuan-

kemampuan mental).
13

c. Numbness,weakness,or paralisys in the face,arm or leg on one side

of the body (mati rasa, rasa lemah,atau lumpuh wajah, atau tungkai

pada satu sisi tubuh).

d. Garbled speech or inability to speak (bicaranya kacau, atau kata

katanya terbolak-balik,atau ketidakmampuan untuk berbicara).

e. Eye problem (masalah-masalah mata) penglihatan suram yang tiba-

tiba pada satu mata atau terjadi penglihatan ganda.

f. Report to your doctor immediately (laporkan pada dokter dengan

segera) karena gejala-gejala ini pulih dengan cepat dan barangkali

tidak akan ada peringatan kedua.

6. Penatalaksanaan

a. Medis

Penatalaksaan medis menurut menurut Smeltzer & Bare (2012)

meliputi:

1) Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai

tingkat maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark serebral.

2) Antikoagulan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau

embolisasi dari tempat lain dalam sistem kardiovaskuler.

3) Antitrombosit karena trombosit memainkan peran sangat penting

dalam pembentukan thrombus dan embolisasi.

b. Keperawatan

1) Phase Akut :

a) Pertahankan fungsi vital seperti : jalan nafas, pernafasan,

oksigenisasi dan sirkulasi.

b) Pencegahan peningkatan TIK. Dengan meninggikan kepala

15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan,

pemberian dexamethason.
14

c) Pasien di tempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup

dengan kepala tempat tidur agak ditinggikan sampai tekanan

vena serebral berkurang.

2) Post phase akut :

a) Pencegahan spatik paralisis dengan antispasmodik

b) Program fisiotherapi

c) Penanganan masalah psikososial

7. komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi pada pasien stroke menurut Pujianto

(2018) yaitu:

a. Hipoxia serebral, diminimalkan dengan memberikan oksigen ke darah

yang adekuat ke otak, pemberian oksigen, suplemen dan

mempertahankan hemoglobin dan hematokrit pada tingkat dapat di

terima akan membantu dalam mempertahankan oksigen jaringan.

b. Aliran darah serebral, bergantung pada tekanan darah, curah jantung

dan integritas pembuluh darah serebral. Stroke atau hipotensi

eksterm perlu di hindari untuk mencegah perubahan pada aliran

darah serebral dan potensi meluasnya area cedera.

c. Embolisme serebral, dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi

atrium. Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan

selanjutnya menurunkan aliran darah serebral.

d. Pneumonia terjadi akibat gangguan pada gerakan menelan. Mobilitas

dan pengembangan paru serta batuk yang parah setelah serangan

stroke, maka dapat terjadi peradangan di dalam rongga dada dan

kadang-kadang pnemonia.
15

e. Dekubitus, karena penderita mengalami kelumpuhan dan kehilangan

perasaannya. Dekubitus selalu menjadi ancaman khususnya di

daerah bokong, panggul, pergelangan kaki, tumit bahkan telinga.

f. Kejang atau konvulsi, serangan ini lebih besar kemungkinannya

terjadi bila korteks serebri sendiri telah terkena dari pada serangan

stroke yang mengenai struktur otak yang lebih dalam.

g. Vasospasme, terjadi stroke hemorogic juga sebelum pembedahan.

Pada individu dengan aneurisme biasanya terjadi dari 3-12 hari

setelah hemoragi subaraknoid.

h. Hidrosefalus, menandakan adanya ketidakseimbangan antara

pembentukan dan reabsorbsi dari CSS. Hidrosefalus terjadi pada 15-

20 % pasien dengan hemoragi subaraknoid.

i. Disritmia, karena darah dalam CSS yang membasahi batang otak

mengiritasi area tersebut. Batang otak mempengaruhi frekuensi

jantung sehingga adanya iritasi kimia, dapat mengakibatkan

ketidakteraturan ritme jantung.

B. Konsep Dasar SSBM

1. Definisi stimulus kutaneus slow-stroke back massage.

Stimulus kutaneus adalah stimulasi kulit yang dilakukan untuk

menghilangkan nyeri, bekerja dengan cara mendorong pelepasan

endorfin, sehingga memblok transmisi stimulus nyeri. Cara lainnya adalah

dengan mengaktifkan transmisi serabut saraf sensori A-beta yang lebih

besar dan lebih cepat, sehingga menurunkan transmisi nyeri melalui

serabut C dan A-delta berdiameter kecil sekaligus menutup gerbang sinap

untuk transmisi impuls nyeri (Potter & Perry, 2017).

Slow-stroke back massage ialah tindakan masase pada punggung

dengan usapan yang perlahan selama 3-10 menit (Potter & Perry, 2017).
16

Masase punggung ini dapat menyebabkan terjadinya mekanisme

penutupan terhadap impuls nyeri saat melakukan gosokan penggung

pasien dengan lembut. Pesan yang dihasilkan akan menstimulasi

mekanoreseptor. Apabila masukan yang dominan berasal dari serabut

delta-A dan serabut C, maka akan membuka sistem pertahanan

disepanjang urat saraf dan klien mempersepsikan nyeri. Alur saraf

desenden melepaskan opiat endogen yaitu pembunuh nyeri alami yang

berasal dari tubuh. Neuromedulator ini menutup mekanisme pertahanan

dengan menghambat substansi P. Tehnik distraksi, konseling dan

pemberian stimulus kutaneus merupakan upaya untuk melepaskan

endrofin (Potter & Perry, 2017).

2. Pengaruh stimulus kutaneus slow-stroke back massage.

Berikut ini merupakan pengaruh yang ditimbulkan stimulus kutaneus

slow-stroke back massage antara lain:

a. Terjadinya pelebaran pembuluh darah dan memperbaiki peredaran

darah di dalam jaringan tersebut. Dengan cara ini penyaluran zat

asam dan bahan makanan ke sel-sel diperbesar dan pembuangan

dari zat-zat yang tidak terpakai akan diperbaiki. Jadi akan timbul

proses pertukaran zat yang lebih baik. Aktifitas sel yang meningkat

akan mengurangi rasa sakit dan akan menunjang proses

penyembuhan luka, radang setempat seperti abses, bisul-bisul yang

besar dan bernanah, radang empedu, dan juga beberapa radang

persendian (Kusyati E, 2006; Kenworthy, 2012).

b. Pada otot-otot, memiliki efek mengurangi ketegangan (Kusyati E,

2006 dalam Shocker, 2008).

c. Meningkatkan relaksasi fisik dan psikologis (Kusyati E, 2006 dalam

Shocker, 2008).
17

d. Penggunaan stimulus kutaneus yang benar dapat mengurangi

persepsi nyeri dan membantu mengurangi ketegangan otot yang

dapat meningkatkan nyeri (Shocker, 2008).

e. Penurunan intensitas nyeri, kecemasan, tekanan darah, dan denyut

jantung secara bermakna (Mook & Chin, 2014).

3. Metode stimulus kutaneus slow-stroke back massage.

Sebelum melakukan stimulus kutaneues slow –stroke back masage,

sebaiknya harus memperhatikan hal – hal dibawah ini :

a. Menanyakan kepada klien apakah klien menyukai usapan punggung

karena beberapa klien tidak menyukai kontak secara fisik.

b. Perlu diperhatikan kemungkinan adanya alergi atau kulit mudah

terangsang, sebelum memberikan lotion.

c. Hindari melakukan masase pada area kemerah-merahan, kecuali bila

kemerahan tersebut hilang sewaktu dimasase.

d. Masase punggung dapat merupakan kontraindikasi pada pasien

imobilitas tertentu yang dicurigai mempunyai gangguan

penggumpalan darah.

e. Identifikasi juga faktor-faktor atau kondisi seperti fraktur tulang rusuk

atau vertebra, luka bakar, daerah kemerahan pada kulit, atau luka

terbuka yang menjadi kontraindikasi untuk masase punggung

(Kusyati, 2006)

Adapun teknik untuk stimulasi kutaneus slow-stroke back

massage ini dilakukan dengan beberapa pendekatan, salah satu metode

yang dilakukan ialah mengusap kulit klien secara perlahan dan berirama

dengan gerakan sirkular dengan kecepatan 60 kali usapan per menit

selama 3-10 menit (Potter & Perry, 2017). Gerakan dimulai pada bagian
18

tengah punggung bawah kemudian kearah atas area belahan bahu kiri

dan kanan (Ester, 2015).

Gambar 2.2 Gerakan Sirkular

Gambar 2.3 Cara Penijatan

Gambar 2.4 Cara Pemijatan


19

Prosedur pelaksanaan stimulus kutaneus slow stroke back massage

(Shocker, 2008), adalah:

a. Klien dipersilahkan untuk memilih posisi yang diinginkan selama

intervensi, bisa tidur miring, telungkup, atau duduk.

b. Buka punggung klien, bahu, dan lengan atas. Tutup sisanya dengan

selimut.

c. Perawat mencuci tangan dalam air hangat. Hangatkan losion (minyak

kelapa) di telapak tangan atau tempatkan botol losion ke dalam air

hangat. Tuang sedikit losion di tangan. Jelaskan pada responden

bahwa losion akan terasa dingin dan basah. Gunakan losion sesuai

kebutuhan.

d. Lakukan usapan pada punggung dengan menggunakan jari-jari dan

telapak tangan sesuai dengan metode di atas selama 3-10 menit. Jika

responden mengeluh tidak nyaman, prosedur langsung dihentikan.

e. Akhiri usapan dengan gerakan memanjang dan beritahu klien bahwa

perawat mengakhiri usapan.

f. Bersihkan kelebihan dari lubrikan dari punggung klien dengan handuk

mandi.

g. Bantu memakai baju/piyama.

h. Bantu klien posisi yang nyaman.

i. Rapikan alat dan cuci tangan.

4. Manfaat lain dari stimulus kutaneus slow stroke back massage

Stimulus kutaneus slow stroke back massage juga bermanfaat untuk

mengatasi nyeri pada remaja yang mengalami dismenorea.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Mukhoirotin dan Zuliani

yang berjudul pemanfaatan stimulus kutaneus slow stroke back massage


20

terhadap penurunan intensitas nyeri haid (Dismenorea) didapatkan hasil

bahwa ada pengaruh stimulasi kutaneus (Slow- Stroke Back Massage)

terhadap penurunan intensitas nyeri haid (dismenorea). Oleh sebab itu

disarankan stimulasi kutaneus dapat dimanfaatkan untuk menurunkan nyeri

haid sehingga rasa nyaman terpenuhi dan tidak mengganggu aktivitas

sehari-hari pada remaja (Handerson, 2012).

C. Konsep Keluarga

1. Definisi Keluarga

Menurut Savician G Bailon dan Maglaya (1989) dalam Murwani,

(2008) keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena

hubungan darah, hubungan perkawinan atau pemangkatan dan mereka

hidup dalam suatu rumah tangga dan berinteraksi satu sama lain dan

didalam peranannya masing-masing dan menciptakan serta

memperhatikan suatu kebudayaan. mempunyai anggota yaitu ayah, ibu,

atau semua individu yang tinggal didalam rumah tangga tersebut

(Andarmoyo. S, 2011).

Sedangkan menurut Friedman (2010), mendefinisikan keluarga

adalah unit dari masyarakat dan merupakan ”lembaga” yang

mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan

yang erat antara anggotanya dengan keluarga sangat menonjol

sehingga keluarga sebagain lembaga/unit layanan perlu diperhitungkan.

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu

tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Ali.

Z, 2010)

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu

seperti ikatan atau persekutuan (perkawinan/kesepakatan), hubungan


21

(darah/adopsi/kesepakatan), yang tinggal bersama dalam satu atap

(serumah), dan mempunyai peranan masing-masing anggota keluarga

dan ikatan emosional.

2. Fungsi keluarga

Lima fungsi keluarga menurut Friedman (2010) sebagai berikut:

a. Fungsi afektif behubungan erat dengan fungsi internal keluarga

yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna

untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan

melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagian dan

kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga

saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dapat

dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam

keluarga. Dengan demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan

fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan

konsep diri positif. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga

dalam melaksanakan fungsi afektif adalah:

1) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima,

saling mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih

sayang dan dukungan dari anggota keluarga yang lain. Maka,

kemampuan untuk memberikan kasih sayang akan meningkat,

yang pada akhirnya tercipta hubungan yang saling

mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan

modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang lain di

luar keluarga / masyarakat.

2) Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling mengahargai

dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga


22

serta selalu mempertahankan iklim positif , maka fungsi afektif

akan tercapai.

3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan

sepakat memulai hidup baru. Iksatan antar anggota keluarga

dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian

pada aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus

mengembangkan proses identifikasi yang positif dari kedua

orang tua mereka.

b. Fungsi sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang

dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar

berperan dalam lingkungan sosial. Sosialisasi dimulai sejak manusi

lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar

bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap

ayah, ibu dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Kemudian

beranjak balita dia belajar bersosialisasi dengan lingkungan sekitar

meskipun demikian keluarga tetep berperan penting dalam

bersosialisasi.

Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai

melalui interaksi hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan

dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-

norma, budaya, dan perilaku melalui hubungan dan interaksi

keluarga (Friedman 2010).

c. Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan

menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu

perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis


23

pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah

meneruskan keturunan.

d. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi

kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak pasangan

sekarang kita lihat dengam penghasilan yang tidak seimbang antara

suami dan istri hal ini menjadikan petrmasalahan yang berujung

pada perceraian.

e. Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga juga beperan untuk melaksanakan praktik asuhan

keperawatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan

kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit.

Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan

mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga

melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas

kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat

melaksanakan tugas kesehatan berati sanggup menyelesaikan

masalah kesehatan.

Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut (Friedman 2010):

1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya

Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga

secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab

keluarga, maka apabila menyadari danya perubahan perlu

segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi

dan sebesar apa perubahannya.


24

2) Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat

Tugas ini merupakan tugas keluarga yang utama untuk mencari

pertolongan yang tepat dan sesuai dengan keadaan keluarga,

dengan mempertimbangkan siapa diantara keluarga yang

mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan

tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan yang tepat

agar masalah kesehatan dapatb dikurangi atau bahkan teratasi.

Jika keluarga mempunyai keterbatasan sebaiknya meminta

bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga.

3) Memberikan perawatan anggota keluarga yang sakit atau yang

tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya

yamg terlalu muda.

Perawatan ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga

memiliki kemampuan melakukan tindakan petolongn pertama

atau pelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan

agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.

4) Mempertahankan suasana ruah yang menguntungkan

kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan

lembaga kesehatan.

3. Tipe keluarga

Keluarga memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai

macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe

keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran

serta keluarga dalam lingkungan derajat kesehatan maka perlu

mengetahui berbagai tipe keluarga.

Berikut ini di jelaskan berbagai tipe keluarga (Andarmoyo. S, 2012):


25

a. Keluarga Tradisional

Tradisional Nuclear/ Keluarga inti. Merupakan satu bentuk

keluarga tradisional yang dianggap paling ideal. Keluarga inti adalah

keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak, tinggal dalam satu

rumah, dimana ayah adalah pencari nafkah dan ibu sebagai ibu

rumah tangga.

b. Varian keluarga inti adalah:

Adalah keluarga dimana pasangan suami istri keduanya

bekerja di luar rumah. Kelurga ini merupakan pengembangan

nomtradisional di mana pengambilan keputusan dan pembagian

fungsi keluarga ditetapkan secara bersama-sama oleh kedua orang

tua. Meskipun demikian, beberapa keluarga masih tetap menganut

bahwa fungsi kerumahtanggaan tetap dipegang oleh istri.

c. Keluarga Tanpa Anak Atau Dyadic Nuclear

Adalah keluarga di mana suami-istri sudah berumur, tetapi tidak

mempunyai anak. Keluarga tanpa anak dapat di akibatkan oleh

ketidakmampuan pasangan suami istri untuk menghasilkan

keturunan ataupun ketidaksanggupan untuk mempunyai anak

akibat kesibukan dari kariernya. Biasanya keluarga ini mengadopsi

anak.

d. Commuter Family

Yaitu keluarga dengan pasangan suami istri terpisah tempat

tinggal secara sukarela karena tugas dan pada kesempatan

tertentu keduanya bertemu dalam satu rumah.

e. Reconstituted Nucklear

Adalah pembentukan keluarga baru dari keluarga inti melalui

perkawinan kembali suami/ istri, tinggal dalam satu rumah dengan


26

anaknya, baik anak bawaan dari hasil perkawinan lama maupun

hasil perkawinan baru. Pada umumnya, bentuk keluarga ini terdiri

dari ibu dengan anaknya dan tinggal bersama ayah tiri.

f. Extended Family/ Keluarga Besar

Keluarga besar tradisional adalah satu bentuk keluarga di mana

suami istri sama-sama melakukan pengaturan dan belanja rumah

tangga dengan orang tua, sanak saudara, atau kerabat dekat

lainnya. Dengan demikian, anak dibesarkan oleh beberapa generasi

dan memiliki pilihan terhadap model-model yang akjkan menjadi

pola perilaku bagi anak-anak. Tipe keluarga besar biasanya bersifat

sementara dan terbentuk atas dasar persamaan dan terdiri dari

beberapa keluarga inti yang adil mengahargai ikatan-ikatan

keluarga besar. Keluarga luas sering terbentuk akibat meningkatnya

hamil diluar nikah, perceraian, maupaun usia harapan hidup yang

meningkat sehingga keluarga besar menjadi pilihan mereka untuk

sementara. Varian dari keluarga besar adalah keluarga Group

Marriage, Yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan

keturunannya dalam satu kesatuan keluarga dan keturunannya

sudah menikah serta semua telah mempunyai anak.

g. Keluarga dengan orang tua tunggal/ Single parrent

Keluarga dengan orang tua tunggal adalah bentuk keluarga

yang didalamnya terdapat satu orang kepala rumah tangga yaitu

ayah atau ibu. Varian tradisional keluarga ini adalah bentuk

keluarga dimana kepala keluarga adalah janda karena cerai atau

ditinggal mati olerh suaminya, sedangkan varian nontradisional dari

keluarga ini adalah singgle adult yaitu kepala keluarga seorang

perempuan atau laki-laki yang belum menikah dan tinggaal sendiri.


27

h. Keluarga Nontradisional

Bentuk-bentuk varian keluarga nontradisional meliputi bentuk

keluarga yang sangat berbeda satu sama lain, baik dalam struktur

dan dinamikanya, meskipun lebih memiliki persamaan satu sama

lain dalam tujuan dan nilai dari pada keluarga inti tradisional. Orang-

orang dalam pengaturan keluarga nontradisional ini menekankan

nilai aktualisasi diri, kemandirian, persamaan jenis kelamin,

keintiman dalam berbagai hubungan interpersonal. Bentuk-bentuk

keluarga ini meliputi:

1) Communal/ Commune Family

Adalah keluarga dimana dalam satu rumah terdiri dari dua

atau lebih pasangan yang monogami tanpa pertalian keluarga

dengan anak-anaknya dan bersama-sama, dalam penyediaan

fasilitas. Tipe keluarga ini biasanya terjadi pada daerah

perkotaan dimana penduduknya padat.

2) Unmaried Parent and Child

Adalah keluarga yang terdiri ibu-anak, itdak adfa

perkawinan dan anaknya dari hasi adopsi.

3) Institusional

Keluarga yang terdiri dari anak-anak atau orang-orang

dewasa yang tingggal bersama-sama dalam panti. Sebenarnya

keluarga ini tidak cocok untuk disebut sebagai sebuah

kerluarga, tetapi mereka sering mempunyai sanak saudara

yang mereka anggap sebagai keluarga sebenarnya terjadi

jaringan yang berupa kerabat.


28

4. Tahap- tahap Perkembangan Keluarga

Berikut ini adalah tahap-tahap perkembangan keluarga

berdasdarkan konsep Duvall dan Miller (Friedman 2010) membagi

keluarga dalam 8 tahap perkembangan, yaitu:

a. Keluarga Baru (Beginning Family )

Tahap pertama sebuah keluarga dimulai pada saat laki-laki dan

perempuan membentuk keluarga melalui proses perkawinan.

Setelah menikah, mereka berdua mulai diakui sebagai sebuah

keluarga yang eksis di tengah kehidupan masyarakat.

b. Keluarga dengan Kelahiran Anak Pertama (Childbearing

Family )

Keluarga baru yang sudah terbentuk, akan mulai perubahan

ketika mulai terjadi kehamilan. Ada yang mulai berubah dalam

interaksi di antara suami dan istri karena hadirnya "pihak ketiga"

berupa janin yang harus dijaga dan dirawat oleh mereka berdua.

Tahap kedua ini, menurut Duvall, dimulai dari kelahiran anak

pertama sampai bayi pertama ini berusia 30 bulan atau 2,5 tahun.

Namun saya cenderung menarik ke garis yang lebih awal, yaitu

sejak mulai terjadi kehamilan, karena sudah ada perubahan yang

nyata pada keluarga baru setelah sang istri hamil.

c. Keluarga dengan Anak Usia Prasekolah (Family With

Preschoolers )

Tahap ketiga dari sebuah keluarga dimulai ketika anak pertama

berusia 2,5 tahun, dan berakhir pada usia 5 tahun. Pada rentang

waktu sekitar 2,5 tahun ini, ada hal yang spesifik pada sebuah

keluarga. Anak pertama mereka sudah balita yang mungil, imut dan

lucu, dengan segala tingkah polahnya.


29

Pada keluarga, di tahap ketiga ini mereka sudah memiliki lebih

dari satu anak. Pada keluarga muda dengan dua atau tiga anak

kecil-kecil, menjadikan suasana yang sangat dinamis dalam

keluarga tersebut. Orang tua merasakan kesibukan yang sangat

berubah dibanding dengan tahap sebelumnya.

d. Keluarga dengan Anak-anak Sekolah (Family With School-age

Children )

Tahap ke empat dalam kehidupan keluarga dimulai ketika anak

pertama mulai berumur 6 tahun, berakhir pada saat anak berumur

12 tahun. Anak pertama mulai masuk Sekolah Dasar, maka orang

tua harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan anak pada usia

sekolah tersebut.

Pada tahap ini biasanya keluarga mencapai jumlah maksimal

sehingga suasana menjadi sangat sibuk. Selama enam tahun pada

tahap keempat, rata-rata keluarga di Indonesia sudah memiliki lebih

dari satu anak.

e. Keluarga dengan Anak Remaja (Family With Teenagers )

Tahap kelima sebuah keluarga dimulai ketika anak pertama

mencapai umur 13 tahun, berlangsung sampai 6 atau 7 tahun

kemudian ketika anak pertama berumur 19 atau 20 tahun.

Pada tahap ke lima ini, orang tua harus mulai memberikan

tanggung jawab serta pendidikan yang lebih baik guna

mempersiapkan anak mencapai kedewasaan baik secara biologis

maupun psikologis. Corak interaksi di antara suami dan istri,

demikian pula corak interaksi antara orangtua dengan anak,

termasuk interaksi antar-anak, sudah berubah lagi, dibandingkan

pada empat tahap sebelumnya.


30

f. Keluarga dengan Anak Dewasa (Launching Family )

Tahap ke enam dimulai sejak anak pertama meninggalkan

rumah, berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah

sehingga rumah menjadi kosong. Maka disebut sebagai Launching

Family, karena ada peristiwa "pelepasan" anak meninggalkan

rumah induk. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak dan ada

tidaknya anak yang belum berkeluarga serta tetap tinggal bersama

orang tua.

Pada tahap ke enam ini, mulai ada sangat banyak perubahan

dalam komposisi keluarga. Ada yang berkurang, namun juga ada

yang bertambah. Berkurang pada contoh anak lulus SMA yang

pergi kuliah atau bekerja di kota lain, sehingga mereka

meninggalkan rumah orangtua.

g. Keluarga Usia Pertengahan (Middleage Family )

Tahap ke tujuh dalam kehidupan sebuah keluarga dimulai saat

anak yang terakhir telah meninggalkan rumah, dan tahap ini

berakhir saat masa pensiun kerja atau salah satu dari suami atau

istri meninggal dunia. Pada tahap sebelumnya, masih ada anak

yang ikut bersama orang tua, pada tahap ini sudah tidak ada lagi

anak yang tinggal bersama mereka.

Semua anak sudah meninggalkan rumah, baik dalam artian

fisik maupun dalam artian psikologis. Anak-anak sudah dewasa

semua, sudah menikah, dan tinggal bersama keluarga barunya.

Pada beberapa pasangan, tahap ketujuh ini dianggap berat dan

sulit dilalui karena adanya perubahan suasana kejiwaan akibat

orang tua mulai memasuki usia lanjut. Ada sangat banyak hal yang

berubah, dimulai dari peristiwa perpisahan dengan anak-anak,


31

dimana anak-anak mulai membentuk keluarga sendiri dan memulai

tahapan perkembangannya sendiri, hingga proses penuaan yang

dalam beberapa kasus diserta perasaan gagal sebagai orang tua.

h. Keluarga Orangtua Usia Lanjut (Aging Family )

Tahap ke delapan yang menjadi tahap terakhir dari perjalanan

sebuah keluarga, dimulai ketika salah satu dari suami dan istri atau

keduanya sudah mulai pensiun kerja, sampai salah satu atau

keduanya meninggal dunia.

5. Struktur Keluarga

Menurut friedman (2010), struktur keluarga terdiri dari:

a. Patrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun

melalui jalur garis ayah.

b. Matrilineal

Adalah saudara sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun

melalui jalur garis ibu.

c. Matrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah istri.

d. Patrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah suami.
32

e. Keluarga kawinan

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembina dan

beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karna

adanya hubungan dengan suami istri.

6. Struktur Peran Keluarga

Menurut Friedman (2010) peran keluarga dapat diklasifikasikan

menjadi dua kategori, yaitu peran formal dan peran informal. Peran

formal adalah peran eksplisit yang terkadung dalam struktur peran

keluarga. Peran informal bersifat tidak tampak dan diharapkan

memenuhi kebutuhan emosional keluarga dan memelihara

keseimbangan keluarga. Peranan yang terdapat dalam keluaraga

adalah:

a. Peran formal

Peran parental dan pernikahan, diidentifikasi menjadi delapan peran

yaitu peran sebagai provider (penyedia), peran sebagai pengatur

rumah tangga, peran perawatan anak, peran sosialisasi anak, peran

rekreasi, peran persaudaraan (kindship), peran terapeutik

(memenuhi kebutuhan afektif), dan peran seksual.

b. Peran informal

Terdapat berbagai peran informal yaitu peran pendorong,

pengharmonis, insiator-kontributor, pendamai, pioner keluarga,

penghibur, pengasuh keluarga, dan perantara keluarga.

7. Stressor dan koping keluarga

a. Stressor-stressor yang dialami kerluarga yang berkaitan dengan

ekonomi dan sosialnya, apakah keluarga bisa memastikan lama

dan kekuatan stressor dan ketegangan sehari-hari.


33

b. Apakah keluarga mampu bertindak berdasarkan penelitian objektif

dan resisten terhadap situasi yang mengakibatkan stres.

c. Bagaimana keluarga bereaksi terhadap situasi yang penuh dengan

stress dan koping yang bagaimana diambil oleh keluarga, apakah

anggota keluarga punya koping yang berbeda-beda, koping internal

dan eksterna yang di ajarkan, apakah anggota keluarga berbeda

cara dalam mengkoping, strategi koping internal keluarga, kelompok

kepercayaan keluarga, penggunak tuner, self evaluasi,

penggunaan ungkapan, penggunaan keluarga terhadap masalah,

menyelesaikan masalah secara sistematis, fleksibelitas peran,

stimulasi strategi koping eksternal.

8. Keluarga sebagai klien

Maksud keluarga sebagai klien adalah dalam merncapai atau

pelaksanaan asuhan keperawatan tidak hanya tertuju pada individu tapi

dilakukan pada semua anggota keluarga. Keluarga yang terdapat

beberapa orang yang didalamnya mengalami masalah kesehatan yang

saling berhubungan.

9. Peran Perawat Dalam Pemberi Asuhan Keperawatan Kesehatan

Keluarga

Peran perawat keluarga adalah sebagai berikut:

a. Sebagai pendidik

Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan

kesehatan kepada keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga

dalam merawat anggota keluarga yang memiliki masalah

kesehatan.

b. Sebagai koordinator pelaksana pelayanan keperawatan


34

Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan

yang komperhensif.

c. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan 

Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melaui

kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki

masalah kesehatan.

d. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan

perawat melakukan supervise ataupun pembinaan kepada keluarga

seperti kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga

berisiko tinggi maupun tidak.

e. Sebagai pembela (advokat), perawat berperan sebagai advokat

keluarga untuk melindungi hak-hak keluarga sebagai klien.

f. Sebagai fasilisator, perawat dapat menjadi tempat bertanya

individu, keluarga, dan  masyarakat  untuk memecahkan

masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi sehari-

hari serta dapat membantu memberikan jalan keluar dalam

mengatasi masalah.

g. Sebagai peneliti, perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat

memahami masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh anggota

keluarga.

h. Sebagai modifikasi lingkungan, perawat komunitas juga harus

dapat memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah,

lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekitarnya agar dapat

tercipta lingkungan yang sehat.

10. Skoring Keluarga


35

Tabel 2.2 Skala Untuk menyusun masalah kesehatan keluarga sesuai

dengan prioritas

No Kriteria Skor Bobot


1 Sifat masalah 1
Tidak/ kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
Krisis atau keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2
Dengan mudah 2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk dicegah 1
Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1
Masalah berat harus ditangani 2
Ada masalah, tetapi tidak perlu harus segera
ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 0
Sumber : Suprajitno, 2014

= Skore X Bobot

Nilai tertinggi

Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan:

a. Tentukan skor untuk setiap kriteria yang akan dibuat.

b. Selanjutnya dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan

bobot.

D. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Stroke

Konsep Asuhan Kerperawatan Keluarga Dengan Stroke

1. Pengkajian
36

Pengkajian adalah suatu tahapan seorang perawat mengambil

linformasi secara terus-menerus terhadap anggota keluarga yang dibina.

Untuk mendapatkan data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan

keadaan keluarga, perawat dianjurkan menggunakan bahasa yang

digunakan setiap hari, sederhana dan lugas.

Asuhan keperawatan keluarga menurut teori aplikasi model

pengkajian Friedman (2010) dalam kasus keluarga dengan penyakit

Stroke yaitu:

a. Data umum

1) Nama kepala keluarga

2) Usia

3) Pendidikan;

4) Pekerjaan

5) Alamat

6) Daftar anggota keluarga

Tabel 2.3 Daftar Anggota Keluarga

No Nam L/K Usi Hubungan Pendidik Pekerjaa Status

a a an n kesehata

n
1
2
3
Sumber: Friedman (2010)

b. Genogram

Dengan adanya genogram dapat diketahui faktor genetik atau

faktor bawaan yang sudah ada pada diri manusia untuk timbulnya

penyakit Stroke.
37

c. Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi dapat dilihat dari:

1) Pendapatan/penghasilan keluarga

2) Kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan keluarga.

Pada pengkajian status sosial ekonomi akan mempengaruhi tingkat

kesehatan seseorang. Seperti dari ketidakmampuan keluarga

membuat seseorang enggan periksakan dirinya ke dokter dan

fasilitas kesehatan lainnya.

d. Riwayat kesehatan keluarga

1) Riwayat masing-masing kesehatan keluarga (apakah

mempunyai penyakit keturunan).

2) Perhatian keluarga terhadap pencegahan penyakit

3) Sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga

4) Pengalaman terhadap pelayanan kesehatan

e. Karakteristik lingkungan

1) Karakteristik rumah

2) Tetangga dan komunitas

3) Geografis keluarga

4) Sistem pendukung keluarga

f. Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif

Hal yang dikaji yaitu gambaran anggota keluarga, perasaan

saling memiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap

anggota keluarga serta bagaimana anggota keluarga

mengembangkan sikap saling mengerti. Semakin tinggi

dukungan keluarga kepada anggota keluarga yang sakit, untuk

mempercepat kesembuhan dari penyakitnya. Fungsi ini adalah


38

basis sentral bagi pembentukan dan kelangsungan unit

keluarga. Fungsi ini berhubungan dengan persepsi keluarga

terhadap kebutuhan emosional para anggota keluarga.

2) Fungsi keperawatan

a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal

masalah kesehatan sejauh mana keluarga mengetahui

fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi

pengertian, faktor penyebab tanda dan gejala serta yang

mempengaruhi keluarga terhadap masalah, kemampuan

keluarga dapat mengenal masalah, tindakan yang

dilakukan oleh keluarga akan sesuai dengan tindakan

keperawatan, karena Stroke memerlukan perawatan yang

khusus yaitu mengenai pengaturan pola makan dan gaya

hidup. Disini keluarga perlu mengetahui cara pola makanan

yang benar dan gaya hidup yang sesuai untuk penderita

Stroke.

b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga merawat keluarga

yang sakit. Perlu dikaji sejauh mana keluarga mengetahui

keadaan penyakitnya dan cara merawat anggota keluarga

yang sakit Stroke.

c) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil

keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat. Yang

perlu dikaji adalah bagaimana keluarga mengambil

keputusan apabila anggota keluarga penderita Stroke.

d) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang mana akan

mendukung kesehatan seseorang.


39

e) Untuk mengetahui kemampuan keluarga memelihara

lingkungan rumah yang sehat. Yang perlu dikaji bagaimana

keluarga mengetahui keuntungan atau manfaat

pemeliharaan lingkungan kemampuan keluarga untuk

memodifikasi lingkungan.

g. Fungsi sosialisasi

Pada kasus pasien Stroke yang sudah mengalami komplikasi

stroke, dapat mengalami gangguan fungsi sosial baik di dalam

keluarga maupun didalam komunitas sekitar keluarga.

h. Fungsi reproduksi

Pada pasien Stroke perlu dikaji riwayat kehamilan (untuk

mengetahui adanya tanda-tanda Stroke saat hamil).

i. Fungsi ekonomi

Status ekonomi keluarga sangat mendukung terhadap kesembuhan

penyakit. biasanya karena faktor ekonomi rendah individu segan

untuk mencari pertolongan dokter ataupun petugas kesehatan

lainya.

j. Stres dan koping keluarga

1) Stresor yang dimiliki

2) Kemampuan keluarga berespons terhadap stresor

k. Strategi koping yang digunakan

1) Strategi adaptasi disfungsional.

2) Pemeriksaan fisik

3) Pemeriksaan fisik umum

4) Pemeriksaan fisik khusus


40

l. Harapan keluarga

Perlu dikaji bagaimana harapan keluarga terhadap perawat

(petugas kesehatan) untuk membantu penyelesaian masalah

kesehatan yang terjadi. (Friedman, 2013)

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik terhadap respon

individu, keluarga, dan komunitas mengenai masalah kesehatan atau

proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan

sebagai dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan guna mencapai

hasil yang sebagai tanggung jawab perawat. (Andarmoyo. S, 2012)

Komponen diagnosis keperawatan meliputi masalah (problem),

penyebab (etiologi) dan atau tanda (sign). Sedangkan etiologi mengarah

pada 5 tugas keluarga yaitu:

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

1) Persepsi terhadap keparahan penyakit

2) Pengertian

3) Tanda dan gejala

4) Faktor penyebab

5) Persepsi keluarga terhadap masalah

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan

1) Sejauh mana keluarga mengerti sifat dan luasnya masalah

2) Keluarga menyerah terhadap masalah yang dialami

3) Sikap negatif terhadap masalah kesehatan

4) Kurang percaya terhadap tenaga kesehatan

5) Informasi yang salah

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

1) Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit


41

2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan

3) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga

4) Sikap keluarga terhadap yang sakit

d. Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan

1) Keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan

2) Pentingnya higyene sanitasi

3) Upaya pencegahan penyakit

e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan

1) Keberadaan fasilitas kesehatan

2) Keuntungan yang didapat

3) Kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan

4) Pengalaman keluarga yang kurang baik

5) Pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh keluarga

Setelah data dianalisis dan ditetapkan masalah keperawatan

keluarga, perlu diprioritaskan bersama keluarga dengan

memperhatikan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki

keluarga

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Menurut Effendy (2012), rencana keperawatan keluarga adalah

sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaksanakan,

dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah

didefinisikan.

Sedangkan menurut Friedman (2010) menyatakan ada beberapa

tingkat tujuan. Tingkat pertama meliputi tujuan-tujuan jangka pendek

yang sifatnya dapat diukur, langsung dan spesifik. Sedangkan tingkat

kedua adalah tujuan jangka panjang yang merupakan tingkatan terakhir


42

yang menyatakan maksud-maksud luas yang diharapkan oleh perawat

maupun keluarga agar dapat tercapai.


4. Interevensi Keperawatan Keluarga

Tabel 2.4 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi


No Keperawatan Intervensi
Umum Khusus Kriteria Standar
1 2 3 4 5 6 7
1 Gangguan rasa Selama 4 kali Selama 1x30 menit Respon 1. Keluarga dapat 1. Berikan pendidikan
nyaman, nyeri kunjungan kunjungan, keluarga Verbal: menjelaskan kesehatan mengenai
pada anggota kerumah mampu merawat pengertian, penyebab penyakit Stroke :
keluarga dengan keluarga, anggota keluarga tanda dan gejala pengertian, penyebab,
Stroke diharapkan nyeri yang sakit dengan Respon Stroke tanda dan gejala.
berhubungan berkurang cara: Sikap: 2. Setelah dijelaskan 2. Ajarkan keluarga untuk
dengan 1. Mengenal keluarga dapat terapi Slow Stroke Back
Ketidakmampuan masalah mengetahui obat Massage
keluarga merawat kesehatan alternatif Stroke 3. Berikan terapi Slow
anggota keluarga 2. Mengambil 3. Keluarga mampu Stroke Back Massage
yang mengalami keputusan memahami mafaat 4. Monitor respon pasien
Stroke 3. Merawat anggota Respon akar alang-alang terhadap minum air
keluarga yang Psikomoto 4. Keluarga mampu rebusan akar alang-
sakit r: membuat air rebusan alang
4. Membuat obat akar alang-alang
alternatif Stroke

2 Kurangnya Selama 4 kali Setelah dilakukan Respon 1. Keluarga dapat 1. Memberikan pendidikan
pengetahuan kunjungan tindakan Verbal menjelaskan kesehatan mengenai
berhubungan kerumah keperawatan selama pengertian Stroke pengertian Stroke
dengan keluarga, 1x30 menit keluarga 2. Keluarga dapat Memberikan pendidikan
Ketidakmampuan diharapkan mampu: menyebutkan kesehatan mengenai
keluarga keluarga mampu 1. Mengenal klasifikasi Stroke klasifikasi Stroke
44

1 mengenal mengenal masalah 5 6 7


masalah Stroke masalah Kesehatan
2 yang di alami 4
anggota
3
keluarga yang 2. Mengambil 3. Keluarga mampu 2. Memberikan pendidikan
mengalami keputusan menjelaskan tanda kesehatan mengenai
Stroke 3. Merawat anggota dan gejala Stroke tanda dan gejala Stroke
keluarga yang 4. Keluarga dapat 3. Memberikan pendidikan
sakit mengerti penyebab kesehatan mengenai
Stroke penyebab Stroke

3 Resiko jatuh Selama 4 kali Setelah dilakukan Respon 1. Keluarga dapat 1. Memberikan Pendidikan
berhubungan kunjungan tindakan Verbal: menjelaskan kesehatan mengenai
dengan kerumah keperawatan selama bagaimana cara bagaimana cara
ketidakmampuan keluarga, 1x30 menit keluarga mengambil keputusan keluarga mengambil
keluarga diharapkan mampu: jika salah satu keputusan
mengambil keluarga dapat 1. Mengenal keluarga ada yang 2. Memberikan pendidikan
keputusan mengambil masalah mengalami kesehatan kepada
keputusan kesehatan perubahan status keluarga
2. Mengambil kesehatan
keputusan 2. Keluarga dapat
3. Merawat anggota mengambil keputusan
keluarga yang
sakit

4 Intoleransi Selama 4 kali Setelah dilakukan Respon 1. Keluarga dapat 1. Berikan lingkungan yang
aktivitas kunjungan tindakan Sikap: memberikan tenang, nyaman, kurangi
berhubungan kerumah keperawatan selama lingkungan yang aktifitas/keributan
dengan keluaraga, 1x30 menit keluarga tenang lingkungan.
kelemahan, diharapkan mampu: mengenal 2. Keluarga mengetahui 2. Pertahankan
45

ketidakseimbang keluarga mampu Stroke pentingnya pembatasan aktifitas,


an berpartisipasi pembatasan seperti istirahat
suplai dan
kebutuhan
1 2 3 4 5 6 7
oksigen pada dalam aktifitas khususnya untuk aktifitas 3. ditempat tidur/kursi
keluarga yang menurunkan mempertahankan Respon 1. Keluarga mampu 4. Lakukan tindakan
tekanan darah tekanan darah Psikomoto membantu anggota tindakan yang nyaman,
dalam rentang r: keluarga Stroke seperti pijatan punggung
individu yang dapat mendapatkan dan leher, meninggikan
diterima. tindakan yang kepala di tempat tidur
nyaman
46

5. Implementasi Keperawatan

Implementasi dapat dilakukan oleh banyak orang seperti pasien

(individu atau keluarga), perawat dan anggota tim perawatan kesehatan

yang lain, keluarga luas dan orang-orang lain dalam jaringan kerja sosial

keluarga (Friedman, 2010).

Hal yang perlu diperhatikan dalam tindakan keperawatan keluarga

dengan Stroke menurut Effendy (2012) adalah sumber daya dan dana

keluarga, tingkat pendidikan keluarga, adat istiadat yang berlaku, respon

dan penerimaan keluarga serta sarana dan prasarana yang ada di

keluarga.

Sumber daya dan dana keluarga yang memadai diharapkan dapat

menunjang proses penyembuhan dan penatalaksanaan penyakit Stroke

menjadi lebih baik. Sedangkan tingkat pendidikan keluarga juga

mempengaruhi keluarga dalam mengenal masalah Stroke dan juga

dalam mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat

kepada anggota keluarga yang Stroke. Adat istiadat dan kebudayaan

yang berlaku dalam keluarga juga akan mempengaruhi pengambilan

keputusan keluarga seperti pola pengobatan dan penatalaksanaan

pasien Stroke, seperti pada suku pedalaman lebih cenderung

menggunakan dukun dari pada pelayanan kesehatan.

Demikian juga respon dan penerimaan terhadap anggota keluarga

yang sakit Stroke akan mempengaruhi keluarga dalam merawat anggota

yang sakit Stroke. Sarana dan prasarana baik dalam keluarga atau

masyarakat merupakan faktor yang penting dalam perawatan dan

pengobatan Stroke. Sarana dalam keluarga seperti kemampuan


47

keluarga menyediakan makanan yang sesuai dan menjaga diit atau

kemampuan keluarga, mengatur pola makan rendah garam,

menciptakan suasana yang tenang dan tidak memancing kemarahan.

Sarana dari lingkungan adalah, terjangkaunya sumber-sumber makanan

sehat, tempat latihan, juga fasilitas kesehatan (Effendy, 2012).

6. Evaluasi

Evaluasi didasarkan pada bagaimana efektifnya tindakan

keperawatan yang dilakukan oleh keluarga, perawat, dan yang lainnya.

Evaluasi merupakan proses berkesinambungan yang terjadi setiap kali

seorang perawat memperbaharui rencana asuhan keperawatan

(Friedman, 2010).

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil

implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk

melihat keberhasilannya. Evaluasi dapat dilaksanakan dengan dua cara

yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif (Suprajitno, 2008).

7. Dokumentasi

Dokumentasi perawat adalah bukti pencatatan dan pelaporan yang

dimiki oleh perawat dalam melakukan catatan perawatan yang berguna

untuk kepentingan pasien, perawat, dan tim kesehatan dalam

memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi akurat dan

lengkap dengan tertulis dan tanggung jawab perawat.

Tujuan dokumentasi adalah:

a. Sebagai alat komunikasi antar anggota keperawatan dan antar

anggota tim kesehatan lainnya.

b. Dapat digunakan alat bahan penelitian dalam bidang keperawatan.


48

c. Sebagai alat yang dapat digunakan dalam bidang pendidikan

keperawatan.

d. Sebagai alat pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan asuhan

keperawatan yang diberikan terhadap pasien.


BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Rancangan Studi Kasus

Rancangan Studi Kasus merupakan studi yang mengeksplorasi

masalah keperawatan dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan

data yang mendalam dan menyertakan berbagai sumber informasi.

Penelitian studi kasus dibatasi oleh waktu dan tempat, serta kasus yang

dipelajari berupa peristiwa, aktivitas atau individu, metode yang digunakan

untuk memecahkan masalah yang dihadapi pasien (Nursalam, 2013)

Studi Kasus yang dilakukan pada penelitian ini yaitu Asuhan

Keperawatan Pada Keluarga Stroke Dengan Intervensi Utama Slow Stroke

Back Massage dengan pendekatan proses keperawatan meliputi

mengeksplorasi, mengklasifikasi data, menafsirkan dan memutuskan

diagnosa keperawatan kemudian memecahkan masalah yang dihadapi

dengan pendekatan proses keperawatan.

B. Subjek Studi Kasus

Subjek dalam penulisan ini adalah satu keluarga dengan anggota

keluarga yang mengalami penyakit stroke yang sedang melakukan rawat

jalan di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam Banjarmasin. Untuk

menghindari terjadi bias penelitian maka sampel harus memiliki inklusi dan

kriteria eksklusi, dimana kriteria itu menentukan dapat dan tidaknya sampel

tersebut digunakan.

Subjek kasus dalam karya tulis ini memiliki 1 keluarga yang mengalami

penyakit Hipertensi untuk menghindari terjadinya bias sampel harus memiliki

kriteria inklusi dan eksklusi.

49
50

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum pada subyek penelitian

suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2008)

Kriteria inklusi dari penelitian ini yaitu:

a. Pasien stroke yang bersedia untuk dijadikan responden.

b. Memiliki Riwayat penyakit Stroke

2. Kriteria Ekslusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek

yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab

(Nursalam, 2008).

Kriteria eksklusi dari penelitian ini yaitu:

a. Pasien Stroke dengan komplikasi, misalnya Diabetes Melitus dan

Serangan Jantung.

b. Pasien yang tidak dapat diajak berkomunikasi.

c. Pasien yang tidak kooperatif

C. Fokus Studi Kasus

Studi kasus ini berfokus pada masalah pemberian terapi Slow Stroke

Back Massage untuk penyakit Stroke yang dialami oleh keluarganya.

A. Batasan Ilmiah (Definisi Operasional)

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang

diberikan melalui praktik keperawatan pada keluarga, untuk membantu

menyelesaikan masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan

pendekatan proses keperawatan.


51

Stroke adalah keadaan tersumbatnya pembuluh darah yang

menyebabkan oksigen dan darah tidak dapat mengalir sempurna dan

mengakibatkan kelumpuhan baik secara verbal, Motorik dan sensorik.

Terapi Slow Stroke Back Massage adalah terapi yang pijat punggung

pada pasien stroke yang bertujuan untuk memperlancar aliran darah.

B. Tempat dan Waktu Studi Kasus

1. Lokasi Studi Kasus

Lokasi merupakan daerah atau tempat yang digunakan penulis

dalam melaksanakan studi kasus. Pelaksanaan penelitian ini

dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam Banjarmasin

2. Waktu Studi Kasus

Laporan studi kasus ini dilaksanakan mulai dari bulan Januari s/d Maret

2020. Studi kasus ini dilakukan mulai dari pengumpulan data dan

pelaksanaan studi kasus minimal dilaksanakan selama kurang lebih 2

minggu asuhan keperawatan keluarga.

C. Metode Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam studi kasus ini meliputi

format pengkajian keluarga, lembar kunjungan, medical record, buku

catatan, serta alat pemeriksaan fisik (tensi meter dan stetoscup). Format

pengkajian keperawatan keluarga berisi tentang identitas klien dan

anggota keluarga, riwayat dan tahap perkembangan keluarga, data

lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping

keluarga, pemeriksaan kesehatan dan harapan keluarga, Lembar


52

observasi untuk memperkuat data tentang keadaan klien. Buku catatan

berguna untuk mendokumentasikan hal penting.

2. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagain berikut (Nursalam, 2013):

a. Wawancara

Pada studi kasus ini sumber data diperoleh dari hasil wawancara

yang berisi tentang identitas kepala keluarga, identitas anggota

keluarga, riwayat keluarga inti, tahap perkembangan keluarga,

keluarga utama pasien, riwayat penyakit sekarang, dahulu, riwayat

penyakit keluarga, dan lain-lain.

b. Observasi dan Pemeriksaan Fisik

Dalam studi kasus ini, observasi dan pemeriksaan fisik

menggunakan pendekatan pengukuran tanda-tanda vital.

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi diperoleh dengan melihat atau menganalisis

dokumen-dokumen hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data lain

yang relevan.

D. Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya

membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam

opini pembahasan (Alimul. A, 2011).

Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-

jawaban dari dari hasil interpretasi wawancara mendalam dengan keluarga

pasien yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Teknik


53

analisis dapat juga diperoleh dengan cara observasi dan studi dokumentasi

yang menghasilkan data untuk selanjutnya di interpretasi dan di bandingkan

dengan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi

dalam intervensi tersebut.

E. Penyajian Data

1. Penyajian Data

a. Penyajian data disesuaikan dengan desain studi kasus deskriftif

yang dipilih untuk studi kasus, data disajikan secara tekstular/narasi

dan dapat disertai dengan ungkapan verbal dan subyek studi kasus

yang merupakan data pendukungnya sesuai dengan format asuhan

keperawatan.

b. Tabel untuk pengkajian, analisa data, diagnosa, Intervensi,

Implementasi, dan evaluasi.

F. Etika Studi Kasus

Dicantumkan etika yang mendasari penyusunan studi kasus, terdiri dari :

1. Lembar persetujuan (Informed consent)

Lembar persetujuan merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan

infotmed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan

dengan memberikan lembar persetujuan dengan menjadi responden.

Tujuan informed consent adalah agar subyek mengerti maksud dan

tujuan penelitian, mengetahui dampaknya.

2. Tanpa Nama (Anonimty)

Merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam subjek penelitian

dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden


54

pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang diisikan.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Dari hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

penelitian.

4. Keadilan (Justice)

Justice secara umum dapat diartikan keadilan. Justice yang dimaksud

dalam penelitian ini yaitu pada saat melakukan penelitian, peneliti

berusaha sebaik mungkin dapat berlaku adil.


55

DAFTAR PUSTAKA

Afrilla, dkk. 2015. Rehabilitasi Stroke pada pelayanan kesehatan primer. Maj
Kedokt Indon, 59(2), 61–71.

Ali, Zaidin. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC

Alimul, Aziz H. 2011. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis


Data.Jakarta: Salemba Medika.

American Heart Association. 2017. Heart Disease and Stroke Statistics-2011


Update: A report from the American Heart Association. Circulation 123:
e18- e209

Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Keperawatan Keluarga; Konsep Teori, Proses dan


Praktik Keperawatan. Edisi ke-1. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Brunner, suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol. 2.
Jakarta EGC.

Effendi, F. M. 2012. Keperawatan Kesehatan Komunitas, teori dan praktik dalam


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Femalia, dkk. 2019. Gangguan Pembuluh Darah Otak. Dalam : Purwanto C. (ed).
Buku Ajar Ilmu Penyakit Saraf. Surakarta

Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, dan Praktek.
Edisi ke-5. Jakarta: EGC

Handerson. 2012. Nursing Interventions Classification (6th ed.). Philadelphia:


Elsevier Ltd.

Murwani, Arita. 2008. Asuhan Keperawatan Keluarga : Konsep dan  Aplikasi


Kasus Jogjakarta : Mitra Cendikia.

Nelwan. 2019. Gambaran Faktor Risiko pada Penderita Stroke Iskemik yang
dirawat Inap Neurologi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Juli
2012-Juni 2013. E-Clinic (ECI), 3(1), 1–6.

Nursalam, 2013. Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktik.


Jakarta: Salemba Medika.

Perry & Potter. 2017 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses &
Praktik. (M. Ester, Ed.) (4th ed.). Jakarta: EGC.

Pranata & Eko, 2017. Hubungan Pengobatan Stroke dengan Jenis Stroke dan
Jumlah Jenis Obat. Jurnal. Padang. 14(3):10-30

Pujianto. 2018. Karakteristik Penderita Stroke Iskemik yang dirawat inap di RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Tahun Tahun 2016-2017. Jurnal E-Clinic.
3(1). 445-451
56

Puskesmas Teluk Dalam. 2020. Laporan tahunan. Banjarmasin

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2018). Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan Kementrian RI tahun 2018.

Salvo. 2016. Factors associated with activities of daily living among the disabled
elders with stroke. International Journal of Nursing Sciences, 3(1), 29–34.
https://doi.org/10.1016/j.ijnss.2016.01.002

Smeltzer & Bare. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2). Jakarta: EGC.

Suprajitno. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasai dalam


Praktik. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai