Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai derajat S-1
Disusun Oleh
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan kasih dan
Immanuel Pontianak.
peneliti, namun berkat dukungan, bimbingan serta bantuan yang diberikan kepada
ini.
skripsi ini.
3. Ibu Sumarni M.Psi. selaku pembimbing III yang telah memberikan saran
2
6. Rekan-rekan yang telah memberikan dukungan dan perhatian selama
memberikan dukungan baik secara moril dan materil serta kasih sayangnya
bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu, kritik dan
Penulis.
3
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN. ii
KATA PENGANTAR. iii
DAFTAR ISI .. v
DAFTAR TABEL .. vii
DAFTAR GAMBAR . viii
DAFTAR LAMPIRAN . ix
ABSTRAK . x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah .. 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 5
E. Keaslian Penelitian . 6
4
D. Variabel Penelitian .. 27
E. Defenisi Operasional 27
F. Instrumen Penelitian 28
G. Uji Validitas dan Reliabilitas .. 28
H. Analisis Data 29
I. Pelaksanaan Penelitian . 31
J. Keterbatasan Penelitian ... 32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
5
DAFTAR TABEL
Halaman
6
DAFTAR GAMBAR
Halaman
7
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 2. Kuesioner
Pontianak.
8
INTI SARI
9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pembangunan dan citi-cita bangsa kita. Kualitas remaja salah satunya dipengaruhi
reproduksi yang buruk akan menyebabkan rendahnya kualitas generasi muda dan
penanganan dan perhatian khusus dalam peningkatan kualitasnya. Saat ini jumlah
kelompok usia remaja 14-24 tahun berjumlah 41.728.000 orang (BPS, 2004)
Remaja adalah mereka yang berusia 14-24 tahun ( Sanderowiyz & Paxman,
1985 cit Sarwomo, 2003) dan menurut WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun
sebagai batasan usia remaja (Muangman, 1980). Masa remaja merupakan masa
peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangannya yang
perilaku seksual remaja pantas menjadi perhatian agar mereka bisa menyalurkan
Proporsi penduduk berusia remaja yang cukup besar ini dapat menimbulkan
berbagai masalah karena ada beberapa perilaku remaja yang mengarah ke hal-hal
10
yang mengkhawatirkan. Remaja secara fisik maupun psikologis sangat mudah
terpengaruh oleh perubahan lingkungan sosial dan budaya sehingga tidak sedikit
keluarga maupun bangsa. Perilaku beresiko tinggi yang sangat terkait dengan
alcohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya) serta melakukan hubungan seksual
pra nikah.
didapatkan 2,4 % atau sekitar 511.336 orang dari 21.264.000 junlah remaja
berusia 15-19 tahun dan 8,6 % atau sekitar 1.727.929 orang dari 20.092.200
remaja berusia 20-24 tahun yang belum menikah di Indonesia, pernah melakukan
hubungan seks pra nikah dan lebih banyak terjadi pada remaja perkotaan (5,7%)
menikah melakukan hubungan seks pra nikah lebih banyak dibandingkan wanita
dengan usia yang sama. Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesi (SDKI) pada tahun 2002-2003 memperlihatkan bahwa sekitar 8,3% dari
kehamilan pra nikah. Menurut hasil survei BKKBN-LDFE UI pada tahun 2002 di
11
Indonesia terjadi 2,4 juta kasus aborsi pertahun dan sekitar 21% dilakukan oleh
remaja.
2004 telah melakukan survey , dan hasil survey menunjukkan 73 dari 587 remaja
yang diinterview setuju melakukan hubungan seks pra nikah juga dengan pacar.
Sementara hasil dari data konseling di klinik PKBI Pontianak menunjukkan angka
masalah pacar 271 remaja dari 587 remaja untuk periode Januari
Desember 2004.
seks pra nikah. Perilaku remaja tersebut di pengaruhi oleh berbagai keadaan
laku seksual tertentu. Akan tetapi penyaluran tidak dapat segera dilakukan karena
adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum yang menetapkan batas
usia menikah (sedikitnya 16 tahun wanita dan 19 tahun untuk pria), maupun
karena norma sosial yang semakin lama semakin menuntut persyaratan yang
tingkat aborsi yang tinggi, maka penulis berfikir perlu untuk dilakukan penelitian
12
mengenai persepsi remaja terhadap hubungan seksual bebas dengan mengambil
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Immanuel Pontianak.
2. Tujuan Khusus
Pontianak.
Immanuel Pontianak.
Pontianak.
13
d. Untuk mengetahui persepsi remaja tentang hubungan seksual bebas
Pontianak.
Pontianak.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
hubungan seksual.
kesehatan reproduksi.
14
d. Bagi keluarga
e. Bagi masyarakat
g. Bagi peneliti
E. Keaslian Penelitian
15
dikumpulkan dengan metode kuesioner tertutup untuk mengetahui
yang bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa SLTP putri tentang tanda
disain cross sectional non analitik yang subyek penelitiannya pada remaja
16
di lakukan oleh peneliti tidak ada hipotesis tapi hanya berupa pertanyaan
penelitian dan pada kuesioner hanya di batasi pada kognitif dan dengan
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Tinjauan Kepustakaan
1. Remaja
berusia (15 24 tahun) sebagai usia pemuda (Youth) dalam rangka keputusan
membagi (1991: 103) Remaja menjadi dua tahap yaitu : tahap remaja awal (14
17 tahun) untuk laki laki atau (13 17 tahun) untuk perempuan dan remaja
batasan usia (10 19 tahun) dan mendefinisikan tiga criteria yaitu : pertama
biologik adalah suatu masa di mana individu berkembang suatu dari saat
perkembangan dari pola identifikasi dari masa kanak kanak menjadi dewasa,
ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Muangman,
1980)
18
bahwa remaja adalah restrukturisasi kesadaran yaitu puncak perkembangan
jiwa ditandai dengan adanya proses perubahan dari kondisi entropy yaitu
yaitu isi kesadaran tersusun baik, pengetahuan yang satu terkait dengan yang
lain.
masa pubertas, pada masa ini mereka mulai meninggalkan perilaku yang
masa ini adalah masa penyesuaian atas perubahan yang terjadi pada tubuhnya
remaja adalah untuk memecah koflik identitas diri untuk menjadi orang dewasa
luas pada aspek fisik dan sosial sehingga timbul masalah masalah khusus
19
menunjukkan bahwa perilaku remaja adalah fungsional, terencana dan sadar
2. Persepsi
a. Pengertian.
20
menentukan kategori dan kategori menentukan arti, selanjutnya keputusan
yang satu menyebabkan harus dibuatnya keputusan yang berikutnya lagi dan
gabungan hal hal yang diketahui oleh individu dan dirasakan individu.
terhadap kesehatan di pengaruhi faktor dalam diri manusi dan luar manusia,
perubahan perilaku akibat faktor dalam diri seseorang dapat diketahui melalui
Teori tindakan beralasan menurut Ajzen dan Fishbein (1980, cit. Azwar,
3). Sikap terhadap suatu norma subyektif membentuk suatu intensi atau niat
21
Norma subyektif adalah persepsi individu untuk melakukan atau tidak
melakukan perilaku.
Proses persepsi pada manusia dimulai proses fisik yaitu suatu proses yang
dimulai dengan adanya berbagai stimulus dari lingkukngan luar diri manusia
memiliki tiga dimensi yang berkaitan dengan konsep diri yaitu pengetahuan,
a. Seksualitas
Seksualitas berasal dari kata sex yang menurut As Hornby (cit Simposium
3) Sexsual intercourse
22
dan cirri-ciri seksualnya yang khusus (Robret P.Jr., 1997 cit Salim, 2000),
perkawinan.
Perkawinan atau pernikahan ialah pertalian yang sah antara seorang laki-
laki dan seorang perempuan untuk waktu yang lama (Subekti, 1994).
yang berarti bahwa suatu perkawinan yang sah, hanyalah perkawinan yang
Secara fisiologis remaja memasuki usia subur dan produktif yang telah
remaja wanita. Hal itu mendorong setiap individu untuk melakukan hubungan
social baik dengan sesame jenis maupun dengan lawan jenis. Mereka berupaya
Pergaulan bebas yang tidak terkendali secara normative dan etika moral antar
remaja yang berlainan jenis, akan berakibat adanya hubungan seksual diluar
moral dan agama adalah jika dilakukan melalui sebuah ikatan pernikahan antara
seorang laki-laki dan perempuan yang dilandasi oleh rasa cinta. Jika aktivitas
23
Berlawanan dengan ajaran yang didapat seorang remaja dari orangtuanya,
pada dasarnya remaja justru ingin menikmati seks yang seharusnya belum boleh
Adapun perilaku seksual yang khusus antara laki-laki dan perempuan yang
bersama layaknya sepasang suami istri adalah tergolong perilaku seks bebas
(Fahrudin, 2004).
yang berkaitan dengan seks, sehingga tidaklah mudah akibat yang akan di
tanggung bagi pelaku seksual bebas karena seksualitas itu sendiri terkait
berbagai dimensi yang sangat luas. Seperti menurut Wahyudi (2000), yaitu:
24
diri dengan tuntutan peran dari lingkungan sosial, serta bagaimana
b. Hubungan seksual.
selain itu usia kematangan seksual (biologis) ternyata belum diimbangi oleh
mengambil keputusan secara matang, akibatnya rasa ingin tahu yang sangat
25
(Nurhajadmo, 1999). Jika dilakukan dengan orang lain disebut senggama
dikategorikan dalam homoseksual dan lesbian (dengan orang yang sama jenis
(melalui mulut), anal seks (melalui anus), dan vaginal seks yaitu melalui alat
diadopsi dari kebudayaan barat melalui media massa dan teknologi canggih
seperti radio, siaran televisi, video, internet, telepon genggam, dan majalah
kelahiran anak diluar nikah, aborsi, dan terputusnya sekolah serta gangguan
26
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja.
e) Pergaulan yang makin bebas dab peluang yang diberikan orang tua
semata.
27
membantu anak menyalurkan dorongan seksual dengan secara
(Sarwono, 2004). Pergaulan seks bebas (free seks) yang pada masa
lalu sangat ketat dikontrol masyarakat, saat ini tidak lagi tidak
28
tidak lagi mengandung nilai moral yang disakralkan, melainkan
seks. Makin permisif (serba boleh) nilai-nilai itu, maka makin besar
dan nilai tradisional dalam perilaku seks yang paling utama adalah
29
b) Remaja putri menghubungkan seks dengan cinta (Michel
B. Landasan Teori
berusia 15-24 tahun sebagai usia pemuda dalam rangka keputusan menetapkan
tahun 1985 sebagai Tahun Pemuda Internasional (Sanderowitz & Paxman, 1985
ditentukan oleh gabungan hal-hal yang diketahui individu dan dirasakan individu.
30
fungsi kognitif serta respon terhadap lingkungan yang berubah (Pithcard, 1986),
dimensi yang berkaitan dengan konsep diri yaitu pengetahuan, pengharapan, dan
merupakan suatu konsep, konstruksi sosial terhadap nilai, orientasi dan perilaku
yang berkaitan dengan seks, sehingga tidaklah mudah akibat yang akan
ditanggung bagi pelaku seksual bebas karena seksualitas itu sendiri terkait
berbagai dimensi yang sangat luas. Seperti menurut Wahyudi (2000), yaitu :
31
dengan tuntutan peran dari lingkungan social, serta bagaimana sosialisasi
perilaku seksual.
(wanita), atau onani (laki-laki), oral seks, petting (menempelkan alat kelamin) dan
intercourse (senggama).
1987), pergaulan yang semakin bebas (Salim, 2000), motivasi menurut Hersey
perilaku sexual pada remaja adalah nilai-nilai seksual yang diakui oleh remaja itu
sendiri yang berkaitan erat dengan pandangan masyarakat sendiri terhadap seks.
32
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
Pendidikan
Usia Persepsi Rangsangan/ Faktor psikologis,
Pendapatan Masukan faktor luar dan
Pengetahuan tertentu dalam diri
manusia
Pengambilan
keputusan Seksualitas Dimensi :
Biologis
Psikologis
Sosial
Perilaku
Berlimpahnya rangsangan seksual, Kultural
meningkatnya libido seks, penundaan
usia perkawinan kekurangan pendidikan
seks, pergaulan yang semakin bebas dan
keluarga
33
Persepsi Seksualitas
Baik
Dimensi :
Biologis
Psikologis Sedang
Sosial
Perilaku
Kultural
Kurang
D. Pertanyaan Penelitian
34
5. Bagaimana persepsi remaja tentang hubungan seksual bebas di kalangan
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Populasi
35
Populasi pada penelitian ini adalah semua siswa/I kelas I dan kelas II di
2. Sampel
sampai 29 September 2005 terhadap 200 orang kelas I dan 200 orang kelas II.
Cara penentuan besarnya sample menurut Ari Kunto, 2002 yaitu 20 % dari
siswa, dan Kelas II = 200 x 20%= 40 siswa dan dalam penelitin ini sampel yang
a. Inklusi
1). Siswa/I SLTP kelas I dan kelas II yang sedang melaksanakan proses
belajar
D. Varibel Penelitian
Variabel pada penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu persepsi remaja
E. Defenisi Operasional
menjadi dasar dalam membuat keputusan atau tindakan. Dalam hal ini perspsi
sexualitas pra nikah yang ditinjau dari aspek biologis, psikologis, sosial dan
36
3. Seksual bebas adalah aktifitas seksual ataupun hubungan seksual yang
dilakukan antara laki-laki dan perempuan yang belum menikah ditinjau dari
(wanita) atau onani (laki-laki), oral seks, petting (menempelkan alat kelamin)
4. Persepsi remaja tentang aspek biologis adalah yang berkaitan dengan anatomi
6. Persepsi remaja tentang aspek sosial adalah penyesuaian diri remaja dengan
7. Persepsi remaja tentang aspek perilaku adalah tindakan yang dilakukan oleh
8. Persepsi remaja tentang aspek kultur budaya adalah sikap dan ketentuan suku,
F. Instrumen Penelitian
mengenai identitas dan karakteristik subjek penelitian yaitu umur siswa, kelas
37
G. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan realibilitas dilakukan dengan uji coba kuesioner yang akan
antara skor test dengan skor kriteria dengan menggunakan rumus korelasi Pearson
(Azwar, 2003)
Rumus :
XY (X)(Y)/n
RXY = ---------------------------------
[X - (X )/n][Y - (Y) / n]
Keterangan :
N : banyaknya subjek
Hasil dari kuesioner, r tabel > 0,05, sehingga seluruh item dinyatakan valid
(r hasil = 0,09 sebagai nilai terendah dan r hasil = 1 sebagai nilai tertinggi).
retest), yaitu menyajikan test 2 kali pada satu kelompok subjek dengan
koefisien realibilitas dengan cara ini, dihitung koefisien korelasi linier antara
distribusi skors subjek pada pemberian test yang pertama dan distribusi skor
H. Analisis Data
sebagai berikut:
38
1. Melakukan pengecekan kembali kelengkapan data-data yang terkumpul
meliputi:
Setuju(SS)=1.
dalam rumus :
39
X
P= --------- x 100 %
n
Keterangan
P = Prosentase (%)
(Ari Kunto,1998)
I. Pelaksanaan Penelitian
membaca kuesionernya.
Uji coba bahasa dilaksanakan pada siswa SLTP St.Petrus Pontianak kelas I
dan Kelas II dengan jumlah 25 siswa. Kemudian dari semua item diklarifikasikan
kepada siswa apakah siswa mengerti terhadap maksud pertanyaan dengan mengisi
40
kolom yang tersedia. Apabila ada pertanyaan yang kurang dimengerti, bahasa
dapat disederhanakan agar mudah dimengerti. Uji coba kuesioner ini dilaksanakan
pada tanggal 19 September 2005 dan hasil uji coba instrumen diperoleh hasil
2. Seleksi Data
untuk mengetahui apakah kuesioner sudah terisi dan memenuhi syarat. Adapaun
Apabila ada kuesioner yang tidak memenuhi syarat maka dianggap batal
J. Keterbatasan Penelitian
1. Dalam pengurusan ijin, penulis memerlukan waktu yang lama, karena lokasi
41
penelitian di Pontianak (berada di luar Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta),
tentang hubungan seks bebas, karena keterbatasan biaya dan waktu serta
tenaga.
3. Memerlukan biaya transportai yang cukup besar dan waktu yang lama, karena
BAB IV
Jl.Sutoyo Pontianak berdiri pada tahun 1979, berbentuk sebuah yayasan, dan
ini juga memiliki sekolah dasar (SD) dan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA).
Adapun fasiltas sekolah ini, memiliki 12 ruangan kelas belajar yang dilengkapi
ruang olah raga tertutup dan ruangan hidroponik untuk pengembangan/ penelitian
42
beberapa jenis tanaman sebagai latihan siswa serta unit kesehatan sekolah (UKS).
Strata-1 sebanyak 7 orang (24%), diploma D-3 sebanyak 22 orang (76%). Pada
saat penelitian ini dilakukan jumlah siswa SLTP K Immanuel ini sebanyak 508
(Tionghoa), hanya 5 % warga pribumi yaitu suku batak, dayak dan jawa. Siswa
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
Karakteristik subyek pada penelitian ini dapat di lihat pada tabel 1 berikut ini :
Total
No S u b y e k
n %
1 Kelas :
- Kelas I 40 50
- Kelas II 40 50
Jumlah 80 100
2 U m u r :
- 12 tahun 40 50
- 13 tahun 25 31,25
- 14 tahun 10 12,5
- 15 tahun 5 6,25
Jumlah 80 100
3 Jenis Kelamin :
- Laki-laki 10 12,5
- Perempuan 70 87,5
Jumlah 80 100
4 Penghasilah orang tua :
- < Rp. 1.000.000 16 20
43
- Rp. 1.000.000 2.000.000 36 45
- > Rp. 2.000.000 28 35
Jumlah 80 100
5 Tempat tinggal :
- Orang tua 63 78,75
- Keluarga orangtua 10 12,5
- Rumah Kos-kosan 7 8,75
Jumlah 80 100
6 Pendidikan seksual yang pernah
didapat :
- Di sekolah 10 12,5
- Media massa 6 7,5
- Tidak pernah 64 80
Jumlah 80 100
Subyek dari kelas I (50%) dan kelas II (50%), subyek yang berumur 12
(31,25%), yang berumur 14 tahun 10 (12,5%) dan yang berumur 15 tahun ada 5
(6,25%). Pada penelitian ini,responden yang diambil adalah kelas I dan kelas II,
sehingga responden lebih banyak berusia 12 tahun dan 13 tahun. Sebagian besar
siswa tinggal dengan orang tua berjumlah 63 (78,75%) sedangkan yang tinggal
yang tinggal dengan keluarga orang sebesar 12,5% ini dimungkinkan karena usia
responden yang masih relatif muda,sehingga orang tua tidak berani untuk
44
tidak adanya kurikulum pendidikan seksual disekolah SLTP.K.Immanuel
Pontianak.
Biologis
kecil remaja, masing-masing sebanyak (5%) dan (10%) menjawab sangat setuju
dan setuju, sedangkan yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju
Tabel 2. Persepsi remaja terhadap hubungan seks bebas ditinjau dari Aspek
Biologis periode September 2005
Total Jawaban
No Pe rny a t a a n SS S TS STS
N % n % n % n %
1 Hubungan seksual 4 5 8 10 38 47,5 30 37,5
boleh dilakukan
remaja yang sudah
mengalami
kematangan pada
organ-organ
seksualnya.
2 Hubungan seks 4 5 5 6,25 34 42,5 37 46,25
bebas pada remaja
merupakan
pelampiasan
kebutuhan bilogis
yang alamiah pada
insan yg jatuh cinta
45
3 Kehamilan 37 46,25 27 33,75 6 7,5 10 12,5
merupakan faktor
resiko, dikarenakan
melakukan
hubungan seks
sebelum menikah.
pelampiasan kebutuhan biologis yang alamiah pada insane yang jatuh cinta yaitu
sebagian kecil remaja masing-masing sebanyak (5%) dan (6,25%) yang menjawab
sangat setuju dan setuju. Sedangkan yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak
Ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan deteksi
Bernas: 28 september 2004 bahwa melakukan hubungan seks pra nikah dengan
pacar sendiri sebagai ungkapan rasa cinta (14,1%) serta untuk memenuhi
kebutuhan biologisnya sebanyak (23,9%), dan bila ditinjau dari nilai seksual pada
wanita seperti pendapat Michel dkk (1994) bahwa remaja putri menghubungkan
46
Untuk pernyataan kehamilan merupakan faktor resiko, dikarenakan
setuju dan (33,75%) setuju, sedangkan yang menjawab tidak setuju dan sangat
tidak setuju masing-masing (7,5%) dan (12,5%). Hal ini menandakan bahwa
remaja menyadari hubungan seks bebas mempunyai faktor resiko kehamilan yang
ditunjang pula pada remaja yag menjawab sangat tidak setuju (37,5%) dan tidak
seksual bersama orang yang dicintai masing-masing sebanyak 3,75% dan 10%
menjawab sangat setuju dan setuju, sedangkan yang menjawab tidak setuju dan
sangat tidak setuju masing-masing (27,5%) dan (58,75%). Hal diatas menunjukan
bahwa masih ada remaja menganggap pengalaman seksual bersama orang yang
dicintai adalah suatu puncak kematangan atau kedewasaan diri. Persepsi remaja
Psikologis
Tabel 3. Persepsi Remaja terhadap hubungan seksual bebas ditinjau dari Aspek
Psikologis periode September 2005
Total Jawaban
No Pe rny a t a a n SS S TS STS
n % n % n % n %
1 Hubungan seksual 7 8,75 11 13,75 25 31,25 37 46,25
boleh dilakukan
sebagai ekspresi
cinta yang tulus dari
pasangan.
2 Hubungan seks 18 22,5 24 30 19 23,75 19 23,75
47
merupakan puncak
keseriusan menuju
jenjang pernikahan.
Ditinjau dari aspek Psikologi sebagian remaja sangat sutuju dan setuju
bahwa hubungan seksual boleh dilakukan sebagai ekspresi cinta yang tulus dari
pasangan masing-masing (8,75%) dan (13,75%) dan yang menjawab tidak setuju
dan sangat tidak setuju masing-masing (31,25%) dan (46,25%). Ternyata masih
ada remaja yang belum mengetahui cara mengekspresikan cinta dengan benar di
usia mereka yang relatif muda, padahal masih banyak kegiatan yang bersifat
30%),kenyataan ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramli Bandi
(1990) alasan yang mendorong remaja untuk melakukan hubungan seks sebelum
menikah adalah alasan perkawinan (4,1%), sebagian kecil lainnya sangat tidak
48
setuju dan tidak setuju bahwa bila seseorang melakukan hubungan seks bebas
7,5%).
Pada pernyataan hubungan seks bebas membuat jiwa tidak tentram masing-
masing (40%) dan (41,25%) yang menjawab sangat setuju dan setuju sedang kan
yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju masing-masing (15%) dan
(3,75%). Pada pernyataan diatas dapat dilihat masih ada remaja yang tidak setuju
bahwa hubungan seks bebas itu membuat jiwa tidak tentram.Hal ini didukung
tidak setuju dan sangat tidak setuju 6 ( 7,5%) responden pada pernyataan Bila
setuju dan setuju sedangkan yang menjawan tidak setuju dan sangat tidak setuju
sebagian besar remaja atau (79,75%) mengetahui dan mengerti dampak dari
Sosial
semua pihak yang bersangkutan pada remaja bahwa sebagian kecil menjawab
sangat setuju dan setuju hubungan seks sebelum menikah merupakan hak pribadi
49
Hal ini menunjukkan adanya gejala penurunan kesadaran akan tanggung
jawab sosial akibat pergaulan yang makin bebas sehingga ada kecenderungan
hak pribadi dan pilihan bebas setiap orang yag didukung dengan pernyataan
yang sangat tidak setuju dan tidak setuju sebanyak 69 responden ( 58,75% dan
27,5%), juga dilihat pula pada sebagian kecil remaja menganggap saat pacaran
dicintai sebanyak (3,75%) sangat setuju dan (10%) setuju, serta sangat setuju dan
setuju remaja sebanyak 8 (10%) bahwa hubunga seks pra nikah merupakan hal
Tabel 4. Persepsi remaja terhadap hubungan seksual bebas ditinjau dari Aspek
Sosial periode September 2005
Total Jawaban
No Pe rny a t a a n SS S TS STS
n % n % n % n %
1 Hubungan seks 4 5 4 5 31 38,75 41 51,25
merupakan hal yang
wajar dilakukan
oleh seseorang yang
sedang berpacaran.
2 Hubungan seks 3 3,75 7 8,75 37 46,25 33 41,25
sebelum menikah
merupakan hak
pribadi seseorang.
3 Hubungan seks 4 5 14 17,5 41 51,25 21 26,25
sebelum menikah
merupakan pilihan
bebas setiap orang.
4 Hubungan seks 5 6,25 9 11,25 29 36,25 37 46,25
merupakan trend
yang biasa diikuti
remaja yang
50
modern.
5 Bila seseorang 16 20 23 28,75 29 36,25 12 15
sudah bertunangan
boleh-boleh saja
hidup serumah
dengan orang yang
dicintainya.
6 Hubungan seks saat 1 1,25 14 17,5 31 38,75 34 42,5
orang berpacaran
sudah merupakan
hal yang lazim di
era modern seperti
sekarang ini.
7 Menyesuaikan diri 31 38,75 28 35 15 18,75 6 7,5
dengan tuntutan
peran lingkungan
sosial dengan cara
menolak pergaulan.
Perilaku
Tabel 5.Persepsi remaja terhadap hubungan seksual bebas ditinjau dari Aspek
Perilaku periode September 2005.
Total Jawaban
No Pe rny a t a a n SS S TS STS
n % n % n % n %
1 Banyak akibat buruk 61 76,25 13 16,25 3 3,75 3 3,75
yang timbul dari
hubungan seks
bebas.
2 Bila melakukan 52 65 19 23,75 6 7,5 3 3,75
hubungan seks
sebelum menikah
merupakan aib bagi
keluarga.
3 Berhubungan seks 30 37,5 24 30 20 25 6 7,5
dengan pacar sendiri
merupakan seks
bebas.
51
4 Kegadisan 69 86,25 9 11,25 2 2,5 - -
seseorang
perempuan penting
untuk dijaga.
5 Berhubungan seks 12 15 21 26,25 28 35 19 37,75
dengan tunangan
sendiri merupakan
hal yang wajar.
Pada Tabel 5. Persepsi Remaja tentang Seks Bebas ditinjau dari Aspek
tidak setuju dan sangat tidak setuju sedangkan yang menjawab sangat setuju dan
setuju (76,25%) dan (16,25%).pada pernyataan ini dapat kita lihat bahwa 74
(92,5%) menjawab sangat setuju dan setuju,berarti dapat kita nilai bahwa persepsi
remaja dari aspek perilaku pada pernyataan terbebut adalah baik. Pernyataan ini
(65%) dan (23,75%) yang menjawab sangat setuju dan setuju,dan dapat dinilai
bebas, masing-masing (37,5%) dan (30%) menjawab sangat setuju dan setuju
sedangkan yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju masing-
masing(25%) dan (7,5%). Dari pernyataan tersebut dapat kita nilai bahwa persepsi
remaja adalah sedang. Disisi lain dapat terlihat pula tingginya angka yang masih
52
Pada nilai-nilai seksual antara laki-laki dan perempuan jika dilihat dari
jumlah sample antara laki-laki dan perempuan yang tidak seimbang maka sulit
untuk menilai kecenderungan nilai seksual pada laki-laki karena responden yang
setuju dan setuju dan yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju masing-
masing (35%) dan (37,75%).Pada pernyataan ini dapat kita nilai bahwa persepsi
remaja dari aspek perilaku adalah sedang karena sebanyak 33 remaja yang masih
Kultur Budaya.
Total Jawaban
No Pe rny a t a a n SS S TS STS
n % n % n % n %
1 Hubungan seks 5 6,25 5 6,25 24 30 46 57,5
bebas pada remaja
merupakan budaya
masyarakat
Indonesia.
2 Hubungan seks 47 58,75 16 20 8 10 9 11,25
bebas pada remaja
sangat bertentangan
dengan budaya
Indonesia.
3 Setiap adapt istiadat 44 55 24 30 6 7,5 6 7,5
suku bangsa di
53
Indonesia melarang
hubungan seks pada
remaja.
Ditinjau dari aspek kultur budaya sebagian remaja tidak setuju dan sangat
tidak setuju bahwa hubungan seks bebas pada remaja merupakan budaya
yang menjawab setuju dan sangat setuju masing-masing 6,25%. Pada pernyataan
ini dapat kita lihat bahwa paersepsi remaja pada pernyataan ini adalah baik
meskipun ada sebagian remaja menjawab sangat setuju dan setuju.Pernyataan dan
20%) sangat setuju dan setuju untuk pernyataan hubungan seks pada remaja
sangat bertentangan dengan budaya Indonesia dan yang menjawab tidak setuju
hubungan seks pada remaja, masing masing (55%) dan (30%) sangat setuju dan
setuju sedangkan yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju masing-
masing (7,5%).Pada pernyataan ini dapat dinilai juga bahwa persepsi remaja pada
C. Pembahasan
biologis
Untuk aspek biologis nilai tertinggi didapat pada item saat pacaran
dicintai yaitu 47 orang (58,75%) yang menjawab sangat tidak setuju dan 22 orang
54
(27,5%) yang menjawab tidak setuju. Nilai terendah juga terdapat pada item ini
yaitu 3 orang (3,75%) dan 8 orang (10%). Angka tersebut menunjukkan bahwa
persepsi remaja SLTP K Immanuel Pontianak adalah baik,ini tidak sesuai dengan
pernyataan pada latar belakang di atas, hal ini dikarenakan oleh pendidikan
agama yang didapat dan kematangan emosional di salurkan dengan kegiatan yang
positif.
Menurut pendapat Adams (1980) bahwa terdorong oleh sifat remaja yang
aktivitas seks yang sering tidak direncanakan. Dengan demikian karena terdorong
oleh sifatnya yang impulsif tersebut aktivitas seksual dan romantisme sebuah
hubungan yang seharusnya didapatkan setelah menikah, telah dirasakan lebih dini
psikologis
Untuk aspek psikologi nilai tertinggi didapat pada item pergaulan bebas
dikalangan remaja dapat merusak masa depannya yaitu 41 orang (51,25%) yang
untuk nilai terendah didapat pada item hubungan seks membuat jiwa tidak tentram
yaitu 3 orang (3,75) yang menjawab sangat tidak setuju dan 12 orang (15%) yang
55
Meskipun angka diatas sangatlah sedikit atau lebih bersifat kasuistik namun
hal tersebut tidak dapat diabaikan begitu saja bahwa sebagian remaja tersebut
7 ayat 1 menyataka bahwa perkawinan hanya diijinkan jika pria sudah berusia
mencapai 19 tahun dan wanita sudah mencapai 16 tahun. Ditambah lagi pada
belum mencapai umur 21 tahun, harus mendapat ijin kedua orang tua.
tua menyadari bahwa persiapan yang lebih lama diperlukan untuk lebih menjamin
masa depan anak-anak mereka sehingga para orang tua menyuruh anak-anaknya
sosial
Untuk aspek sosial nilai tertinggi di dapat pada item hubungan seks
sebelum menikah merupakan hak pribadi seseorang yaitu 41 orang (51,25%) yang
56
menjawab setuju dan 21 orang (26,25%) yang menjawab sangat tidak setuju,
sedangkan untuk nilai terendah di dapat pada item hubungan seks merupakan hal
yang wajar dilakukan oleh seseorang yang sedang berpacaran yaitu 4 orang (5%)
untuk yang masing-masing yang menjawab sangat setuju dan setuju. Angka
baik. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan latar belakang, ini di karenakan
Pergeseran nilai-nilai yang terjadi dalam masyarakat juga menjadi faktor pemicu
yang lain (Sarwono, 1981), serta merupakan perubahan standar dalam perilaku
perilaku
Pada aspek perilaku nilai tertinggi di dapat pada item banyak akibat buruk
yang timbul dari hubungan seks bebas yaitu 61 orang (76,26%) yang menjawab
sangat setuju dan 13 orang (16,25%) yang menjawab setuju, sedangkan untuk
nilai terendah di dapat pada item kegadisan seorang perempuan penting untuk
dijaga yaitu 2 orang(2,5%) yang menjawab tidak setuju dan tidak ada yang
menjawab sangat tidak setuju. Angka tersebut menunjukan bahwa persepsi remaja
di SLTP K Immanuel Pontianak adalah baik. Hal ini dikarenakan oleh remaja di
57
SLTP K Immanuel berpendapat bahwa hubungan seks boleh dilakukan sesudah
menikah.
perilaku seks yang paling utama adalah tidak melakukan hubungan seks sebelum
dilambangkan sebagai mahkota atau harta yang paling berharga atau tanda
kultur budaya
Pada aspek kultur budaya nilai tertinggi di dapat pada item hubungan seks
bebas pada remaja sangat bertentangan dengan budaya Indonesia yaitu 47 orang
(58,75%) yang menjawab sangat setuju dan 16 orang (20%) yang menjawab
setuju, sedangkan untuk item terendah terdapat pada item hubungan seks bebas
Persepsi remaja pada setiap pernyataan diaspek kultur budaya baik, masih
pematangan seksual sekunder yang dapat berimplikasi luas pada aspek fisik dan
58
penanganan khusus pula,dengan demikian dalam pengenalan identitas dirinya
seksualitasnya.
berpendapat bahwa ada budaya pada suku atau masyarakat Tionghoa yang
Negara Taiwan dan Singapura. Adapun alasan para orang tua tersebut adalah
muda dan tingkat aborsi yang tinggi tidak di alami oleh semua remaja di
yang dimiliki, pendidikan yang di dapat di rumah dan di sekolah, pendidikan yang
59
BAB V
A. Kesimpulan
karena 86,25% atau 69 orang yang tidak setuju bahwa saat pacaran
dicintai
60
2. Persepsi remaja tentang hubungan seksual bebas dikalangan remaja
karena 78,75% atau 63 orang yang menjawa setuju jika pergaulan bebas di
karena 77,5% atau 62 orang yang menjawab tidak setuju jika hubungan
92,5% atau 77 orang yag menjawab setuju untuk item banyak akibat buruk
baik, karena 78,75% atau 63 orang yang menjawab setuju untuk item
Indonesia.
B. Saran
61
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar
DAFTAR PUSTAKA
Darling, C.A., Kallen D.J. & Van Dusen, J.E.1984. Sex in Transition, 1900-1980.
journal of Youth and Adoloscence
62
Dhina, F., 2003, Perbedaan Sikap Remaja Terhadap Perilaku Seks Pra Nikah
Antara Siswa SLTA Yang Mendapat Pendampingan Tentang Kesehatan
Reproduksi, Fakultas Psikologi, UGM. Yogyakarta
Fahrudin.A, 2004, Cara Mudah Menakar Kondisi Psikoseks. Tes psikologi untuk
Mengetahui Seberapa Sehatkah Kehidupan Seksual Anda. Pustaka
Banuaju
Pithcard, M,J. 1986, Medicine and The Behavior Sciences Health and Allied
Profesion. London Edward Arnold: 60-70
Prastuti, E., 2001, Pengaruh Pendidikan Seks dan Pelatihan Asertivitas Terhadap
Sikap Remaja Mengenai Seks Pra Nikah. Fakultas Psikologi, UGM.
Yogyakarta
Sarwono, W.S., 2001, Psikologi Remaja (Cetakan ke-6) Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
63
Trastotenojo, M.1996, wadah Interdisiplin/Multi Bidang Kedokteran Remaja.
Remaja Dalam Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja
yang Terpadu. Bina Pediatri
64
Umur : .. (tahun)
Jenis Kelamin : ..
Alamat : ..
Pontianak,
(
)
IDENTITAS
Nomor Absen :
Kelas :
Umur :
Jenis Kelamin :
65
PENGHASILAN ORANG TUA PER BULAN
a. < Rp. 1.000.000,-
TEMPAT TINGGAL :
a. Orang Tua
c. Rumah kost-kostan
b. Seminar / diskusi
d. Tidak pernah
Petunjuk Pengisian
No PERNYATAAN SS S TS STS
1 Hubungan seks boleh dilakukan remaja yang sudah
mengalami kematangan pada organ-organ
seksualnya.
66
2 Hubungan seks bebas pada remaja merupakan
pelampiasan kebutuhan biologis yang alamiah pada
insan yg sedang jatuh cinta.
3 Kehamilan merupakan faktor resiko, dikarenakan
melakukan hubungan seks sebelum menikah.
4 Ketika organ-organ reproduksi sudah mengalami
kematangan, merupakan saatnya boleh melakukan
hubungan seks.
5 Saat pacaran merupakan saat untuk merasakan
pengalaman seksual bersama orang yg dicintai.
No PERNYATAAN SS S TS STS
1 Hubungan seks merupakan hal yg wajar dilakukan
seseorang yg sedang berpacaran.
2 Hubungan seks sebelum menikah merupakan hak
pribadi seseorang.
3 Hubungan seks sebelum menikah merupakan
pilihan bebas setiap orang.
4 Hubungan seks merupakan trend yg biasa diikuti
remaja yg modern.
5 Bila seseorang sudah bertunangan boleh-boleh saja
hidup serumah dengan orang yg dicintainya.
6 Hubungan seks saat orang berpacaran sudah
merupakan hal yg lazim di era modern seperti
67
sekarang ini.
7 Menyesuaikan diri dengan tuntutan peran
lingkungan sosial dengan cara menolak pergaulan
bebas.
No PERNYATAAN SS S TS STS
1 Banyak akibat buruk yg timbul dari hubungan seks
bebas.
2 Bila melakukan hubungan seks sebelum menikah
merupakan aib bagi keluarga.
3 Berhubungan seks dengan pacar sendiri merupakan
seks bebas.
4 Kegadisan seseorang perempuan penting untuk
dijaga.
5 Berhubungan seks dengan tunangan sendiri
merupakan hal yang wajar.
No PERNYATAAN SS S TS STS
1 Hubungan seksual bebas pada remaja merupakan
budaya masyarakat Indonesia.
2 Hubungan seks bebas pada remaja sangat
bertentangan dengan budaya Indonesia.
3 Setiap adat istiadat suku bangsa di Indonesia
melarang hubungan seks bebas pada remaja.
68
69