Anda di halaman 1dari 70

SKRIPSI

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP


PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA
PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS SABBANGPARU
TAHUN 2021

NAMIRAH
200402025

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG
TAHUN 2021
SKRIPSI

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP


PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA
PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS SABBANGPARU
TAHUN 2021

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

NAMIRAH
200402025

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG
TAHUN 2021
SKRIPSI
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini akan dipertahankan dihadapan tim penguji dan disetujui sebagai

salah satu syarat untuk mendapatkan Sarjana Keperawatan (S.Kep) di

Program Studi Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan

Universitas Puangrimaggalatung.

Sengkang, 10 Juli 2021

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Fatmawati, S.Kep.,Ns.,M.Kes Ery Wardanengsih, S.Kep.,Ns.,M.M Kep


NIDN. 0903068604 NIDN. 0924108803

Mengetahui

Dekan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Ketua Program Studi S1


Keperawatan

Drg. Anugerah Yanuar


Azis, S.KG Fatmawati, S.Kep.,Ns.,M.Kes
NUP.9909926615 NIDN. 0903068604

ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI

Skripsi ini diajukan :

Nama : Namirah

Nim : 200402025

Program Studi : S1 Keperawatan

Judul Proposal :“Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap

Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia

Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja

Puskesmas Sabbangparu”.

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian Skripsi dan

diterima sebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

Sarjana Keperawatan pada Program Studi S1 Keperawatan Fakultas

Keperawatan dan Kebidanan Universitas Puangrimaggalatung pada hari

Rabu, 14 Juli 2021.

Tim Penguji

Ketua : Fatmawati, S.Kep.,Ns.,M.Kes (…………………


……….)

Sekretaris : Ery Wardanengsih, S.Kep.,Ns.,M.M (…………………


Kep ……….)

Anggota : (…………………
……….)

iii
: (…………………
……….)
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Namirah

Nim : 200402025

Program Studi : S1 Keperawatan

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang saya

tulis ini benar-benar hasil karya sendiri dan bukan merupakan

pengambilan alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui

sebagai hasil tulisan saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti atau

dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan karya ilmiah ini hasil

karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Sabbangparu, 10 Juli 2021

Yang Menyatakan

Tanda Tangan

NAMIRAH

iv
ABSTRAK
Namirah
“PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN
TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS SABBANGPARU TAHUN 2021”

Dibimbing oleh : Fatmawati dan Ery Wardanengsih

Hipertensi merupakan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan


darah diastolik ≥ 90 mmHg. Gangguan kesehatan yang paling banyak dialami
lansia adalah penyakit kardiovaskular yaitu hipertensi. Terapi musik klasik
salah satu terapi yang dapat mempengaruhi penurunan tekanan darah pada
lansia.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi musik klasik
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi. Jenis
penelitian yaitu penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross
sectional study. Data didapat dari hasil interview responden dengan
pengukuran tekanan darah yang dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan.
Sampel dalam penelitian ini yaitu lansia hipertensi sebanyak 12 sampel. Teknik
pengambilan sampel penelitian ini adalah accidental sampling. Variabel
dependen dalam penelitian ini yaitu tekanan darah, sedangkan variabel
independen yaitu terapi musik klasik dengan menggunakan uji ...........
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi musik
klasik terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi (p=
0,000 berarti α < 0,05). Berdasarkan analisis tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh terapi musik klasik terhadap penurunan tekanan
darah pada lansia penderita hipertensi. Saran penelitian yaitu diharapkan
kepada lansia penderita hipertensi supaya teratur dalam melakukan
pemeriksaan sehingga tekanan darah dapat terkontrol dan pihak puskesmas

v
dapat dijadikan informasi dalam meningkatkan pengetahuan kepada penderita
hipertensi maupun masyarakat.
Kata Kunci : Hipertensi, Lansia, Terapi musik klasik
Daftar Pustaka : (2012-2021)

ABSTRAK

vi
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT karena berkat dan rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan judul “Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap

Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas

Sabbangparu”. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan

pendidikan sarjana keperawatan pada Program Studi S1 Keperawatan

Universitas Puangrimaggalatung Sengkang.

Selama proses pembuatan proposal ini masih banyak kesulitan

dan hambatan yang penulis hadapi, namun atas bantuan dan bimbingan

serta kerjasama dari semua pihak yang terlibat didalamnya hingga dapat

teratasi dengan baik. Untuk itu perkenankanlah penulis dengan segala

hormat dan penuh kerendahan hati mengucapkan banyak terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Hj. Febriani Sulianti Azis Selaku Dewan Pembina Yayasan

Perguruan Puangrimaggalatung untuk mengikuti pendidikan dan

memberikan bimbingan.

2. Bapak dr. H. Abdul Azis, M.,M.Kes. Selaku Ketua Umum Yayasan

vii
Perguruan Puangrimaggalatung untuk mengikuti pendidikan dan

memberikan bimbingan serta pengetahuannya.

3. Bapak Prof. Dr. Imran Ismail, M.S, Selaku Rektor Universitas

Puangrimaggalatung yang telah membimbing dan memotivasi penulis.

4. Bapak Drg. Anugerah Yanuar Azis, S.KG selaku Dekan Fakultas

Keperawatan dan Kebidanan Universitas Puangrimaggalatung yang

telah memberikan bimbingan dan motivasi kerja.

5. Ibu Fatmawati, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan dan Kebidanan Sekaligus dosen pembimbing I dan ibu

Ery Wardanengsih, S.Kep.,Ns.,M.M Kep selaku pembimbing II, terima

kasih atas bimbingan, nasehat, ilmu, arahan dan doa yang sangat

berarti sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini.

6. Para dosen dan Staf Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas

Puangrimaggalatung Sengkang yang telah memberikan pengetahuan

dan bimbingan, serta bantuan selama penulis mengikuti pendidikan.

7. Spesial untuk Orang Tua dan keluarga yang telah memberikan

dukungan baik secara moril maupun spritual.

8. Rekan-rekan Mahasiswa yang selalu memberikan dukungan dan

membantu dalam penyusunan proposal ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu dan memberikan dukungan.

Namun demikian penulis menyadari bahwa sebagai manusia

biasa yang tidak luput dari kesalahan sehingga proposal ini masih jauh

viii
dari kesempurnaan dikarenakan terbatasnya pengalaman dan

pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang

membangun dari berbagai pihak. Semoga proposal ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak khususnya dalam

bidang keperawatan.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Sabbangparu, 10 Juli 2021

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI....................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.................................................. iv

ABSTRAK................................................................................................. v

KATA PENGANTAR............................................................................... vi

DAFTAR ISI............................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2

C. Tujuan Penelitian............................................................................................ 3

D. Manfaat Penelitian......................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 5

A. Tinjauan Umum Terapi Musik....................................................................... 5

1. Definisi Terapi Musik............................................................................... 5

2. Manfaat Terapi Musik.............................................................................. 5

3. Jenis Terapi Musik.................................................................................... 6

4. Efek Terapi Musik.................................................................................... 6

5. Tata Cara Pemberian Terapi Musik.......................................................... 7

B. Tinjauan Umum Tekanan Darah ................................................................... 7

x
1. Pengertian Tekanan Darah........................................................................ 7

2. Mekanisme Pengaturan Tekanan Darah................................................... 7

3. Tekanan Darah Normal dan Abnormal..................................................... 9

C. Tinjauan Umum Lansia dan Hipertensi ......................................................... 11

1. Definisi Hipertensi................................................................................... 11

2. Patofiologi Hipertensi pada Lansia.......................................................... 12

3. Klasifikasi Hipertensi............................................................................... 13

4. Tanda dan Gejala Hipertensi.................................................................... 14

5. Komplikasi Hipertensi ............................................................................ 15

6. Penatalaksanaan Hipertensi pada penderita Lanjut Lansia...................... 15

BAB III KERANGKA KONSEP............................................................ 18

A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti.......................................................... 18

B. Bagan Kerangka Konsep................................................................................ 18

C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif.................................................... 19

D. Hipotesa Penelitian......................................................................................... 21

BAB IV METODE PENELITIAN.......................................................... 22

A. Jenis Penelitian............................................................................................... 22

B. Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................................... 23

C. Populasi dan Sampel...................................................................................... 23

D. Pengumpulan dan Penyajian Data.................................................................. 24

E. Analisa Data................................................................................................... 25

F. Etika Penelitian.............................................................................................. 26

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................................... 28

xi
A. Hasil Penelitian............................................................................................... 28

B. Pembahasan.................................................................................................... 32

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................38

A. Kesimpulan....................................................................................................38

B. Saran...............................................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lansia merupakan usia yang paling rentan akan timbulnya

berbagai gangguan kesehatan dan mental. Gangguan kesehatan yang

paling banyak dialami lansia adalah penyakit kardiovaskular yaitu

hipertensi dan gangguan mental yang banyak dialami oleh para lansia

adalah stres. Hipertensi atau tekanan darah tinggi didefinisikan

sebagai keadaan dengan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan

tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg (Himayatri, 2018).

Menurut World Health Organization (2011), sekitar 1

milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi dimana dua

pertiganya terdapat di negara- negara berkembang. Hipertensi

menyebabkan 8 juta penduduk di seluruh dunia meninggal setiap

tahunnya, dimana hampir 1,5 juta penduduk diantaranya terdapat di

kawasan Asia tenggara. Menurut data dari setiap provinsi di

Indonesia, prevalensi hipertensi tertinggi di kalimantan selatan

(39,6%), Sulawesi Selatan (29%) (Depkes, 2007 hal 62).

Kuhlmann (2016), juga menjelaskan bahwa intervensi

musik atau suara telah ditemukan untuk mempengaruhi hasil klinis

dalam berbagai situasi, termasuk efek jangka pendek pada tekanan

darah selama prosedur medis seperti pembedahan dan untuk efek

jangka panjang dalam pengobatan gangguan tidur atau depresi.


2

Sebuah studi meta-analisis terbaru menunjukkan bahwa intervensi

musik atau suara menyebabkan penurunan yang signifikan pada

tekanan darah sistolik, tekanan diastolik darah dan denyut jantung

yang berhubungan bermacam penyakit yang menyertainya.

Kecamatan Sabbangparu, Kabupaten Wajo penyakit

Hipertensi setiap tahun selalu mengalami peningkatan. Ditemukan

data mulai pada tahun 2020 mencapai 471 orang kemudian pada

tahun 2021 sekitar 510 orang. Data terakhir pada tahun 2021 mulai

bulan Januari-Maret lansia yang menderita hipertensi mencapai 55

orang (UPTD Puskesmas Sabbangparu, 2020). Data terakhir yang

ditemukan pada tahun 2021 mulai bulan Januari-Maret penderita

hipertensi pada lansia mencapai 55 orang. Banyaknya jumlah

penderita Hipertensi yang datang di Puskesmas Sabbangparu dengan

berbagai keluhan seperti pusing, sukar tidur, mudah lelah, mata

berkunang-kunang dan rasa berat ditengkuk.

Berdasarkan uraian di atas, maka akan sangat bermanfaat bila

dilaksanakan penelitian mengenai “Pengaruh Terapi Musik Klasik

terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Penderita Hipertensi

di Wilayah Kerja Puskesmas Sabbangparu”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dirumuskan

masalah penelitian ini adalah ada pengaruh terapi musik klasik

terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di


3

wilayah kerja puskesmas Sabbangparu

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya efektivitas terapi musik klasik terhadap

penurunan tekanan darah pada lansia penderita Hipertensi di wilayah

kerja Puskesmas Sabbangparu.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya rata-rata tekanan darah lansia di Puskesmas

Sabbangparu sebelum dilakukan terapi musik klasik.

b. Diketahuinya rata-rata tekanan darah lansia di Puskesmas

Sabbangparu setelah dilakukan terapi musik Klasik.

c. Diketahuinya efektivitas terapi musik klasik sebelum dan

sesudah dilakukan terhadap penurunan tekanan darah pada lansia

penderita hipertensi di Puskesmas Sabbangparu.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

terhadap pengelola puskesmas Sabbangparu mengenai pengaruh

terapi musik klasik terhadap penurunan tekanan darah pada lansia

penderita hipertensi, sehingga dapat digunakan untuk

mengevaluasi keberhasilan dalam penatalaksanaan situasi krisis.

2. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai


4

informasi berharga bagi pengelola institusi dalam melakukan

kajian yang lebih luas terhadap pengaruh terapi musik klasik

terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi

di wilayah kerja puskesmas Sabbangparu.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Terapi Musik

1. Definisi Terapi Musik

Terapi musik merupakan intervensi alami non invasif yang

dapat diterapkan secara sederhana tidak selalu membutuhkan

kehadiran ahli terapi, harga terjangkau dan tidak menimbulkan efek

samping (Pratiwi, 2014). Terapi musik adalah suatu terapi kesehatan

menggunakan musik dimana tujuannya adalah untuk meningkatkan

atau memperbaiki kondisi fisik, emosi, kognitif dan sosial individu

dari berbagai kalangan usia (Suhartini, 2008). Penelitian

menunjukkan terapi musik klasik (Mozart) mampu menurunkan

tekanan darah sistolik rata-rata 6,00 mmHg . Hal ini terbukti bahwa

terapi musik klasik (Mozart) dapat dijadikan alternatif terapi

pengganti latihan fisik bagi lansia dengan hipertensi. Musik klasik

bermanfaat untuk membuat seseorang menjadi rileks, menimbulkan

rasa aman dan sejahtera, melepaskan gembira dan sedih,

menurunkan tingkat kecemasan pasien pra operasi dan melepaskan

rasa sakit dan menurunkan tingkat stress (Pratiwi, 2014)

2. Manfaat Terapi Musik

Manfaat terapi musik antara lain (Eka,2014) :

a. Mengatasi ketegangan otot

b. Mengurasi depresi
6

c. Mengatasi insomnia

d. Mampu menutupi bunyi dan perasaan yang tidak menyenangkan

e. Mempengaruhi pernafasan

f. Mempengaruhi denyut jantung, nadi dan tekanan darah manusia.

g. Bisa mempengaruhi suhu tubuh manusia

h. Bisa mempengaruhi rasa sakit.

3. Jenis Terapi Musik

Jenis terapi musik antara lain musik instrumental dan musik

klasik. Musik instrumental bermanfaat menjadikan badan, pikiran,

dan mental menjadi lebih sehat. Musik klasik bermanfaat untuk

membuat seseorang menjadi rileks, menimbulkan rasa aman dan

sejahtera, melepaskan rasa gembira dan sedih serta menurunkan

stress (Natalia, 2013).

4. Efek Terapi Musik

Setelah mendengarkan musik klasik implus atau rangsangan

suara akan diterima oleh daun telinga pembacanya. Kemudian

telinga memulai proses proses mendengarkan. Secara fisiologi

pendengaran merupakan proses dimana telinga menerima

gelombang suara, membedakan frekuensi dan mengirim informasi

kesusunan saraf pusat. Setiap bunyi yang dihasilkan oleh sumber

bunyi atau getaran udara akan diterima oleh telinga. Getaran tersebut

diubah menjadi implus mekanik ditelinga tengah dan diubah

menjadi implus elektrik ditelinga dalam yang diteruskan melalui


7

saraf pendengaran menuju ke korteks pendengaran diotak.

Disamping menerima sinyal dari talamus (salah satu bagian otak

yang berfungsi menerima pesan dari indera dan diteruskan kebagian

otak lain) (Natalia, 2013).

5. Tata Cara Pemberian Terapi Musik

Tata cara pemberian terapi musik belum ada rekomendasi mengenai

durasi yang optimal dalam pemberian terapi musik. Seringkali

durasi yang diberikan dalam pemberian terapi musik adalah selama

20-35 menit, tetapi untuk masalah kesehatan yang lebih spesifik

terapi musik diberikan dengan durasi 30 menit sampai 45 menit

(Suryana, 2012).

B. Tinjauan Umum Tekanan Darah

1. Pengertian Tekanan Darah

Tekanan darah adalah kekuatan lateral pada dinding arteri

oleh darah yang didorong dengan tekanan dari jantung. Tekanan

darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan

puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan

sistolik. Tekanan diastolic adalah tekanan terendah yang terjadi saat

jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai

rasio tekanan sistolik terhadap diastolic, dengan nilai dewasa

normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan

darah normal biasanya 120/80 mmHg (Smeltzer & Bare,2012).


8

2. Mekanisme Pengaturan Tekanan Darah

Berikut merupakan faktor-faktor yang terlibat dalam

mempertahankan tekanan darah adanya perubahan dari tekanan

darah normal dapat menghasilkan gangguan pada faktor-faktor

dibawah ini baik sendiri maupun kombinasi.

a) Resistensi Perifer

Setiap darah meninggalkan jantung akan diedarkan melalui

suatu ikatan dari pembuluh darah yang terdiri dari arteri arteriolis

(cabang arteri kecil), kapiler dan vena. Arterioles berbentuk

selang yang elastic dengan kapasitas berkontraksi atau dilatasi

untuk mengatur distribusi darah ke berbagai organ, jaringan, atau

sel. Secara normal, arterioles dalam keadaan tidak sepenuhnya

berkontraksi , dalam arteri kata tidak secara total berkontraksi

ataupun relaksasi.

b) Pemompaan Jantung

Ketika terjadi peningkatan darah yang dipompakan

kedalam arteri (seperti ketika curah jantung meningkat) maka

arteri akan lebih membesar menghasilkan pemompaan tekanan

darah. Ketika darah yang dipompakan kedalam arteri sedikit,

maka tekanan darah akan turun.

c) Volume Darah

Ketika volume darah seperti apa yang terjadi pada

perdarahan atau dehidrasi, tekanan darah akan rendah


9

dikarenakan terjadi penurunan cairan dalam arteri. Peningkatan

jumlah darah meningkatkan tekanan karena pada ini akan terjadi

peningkatan volume cairan yang dapat menimbulkan tekanan

darah arteri.

d) Viskositas Darah

Suatu keadaan dimana pekat/kepekatan darah. Viskositas

darah tergantung dari proporsi sel darah dalam plasma semakin

semakin pekat darah, maka tekanan darah akan semakin tinggi.

Hal ini terjadi karena jantung membutuhkan kekuatan yang lebih

untuk menggerakkan cairan yang pekat melalui sistem sirkulasi.

e) Alstisitas dinding pembuluh darah

Arteri merupakan jaringan yang elastic yang mempunyai

kemampuan merenggang atau menunjang dan membesar atau

menggelembung. Makin elastis, maka makin kecil tekanan yang

diperlukan karna resistensi makin kecil. Seiring dengan

bertambahnya usia, maka dinding arterioles menjadi lebih elastic,

yang mana mengganggu kemampuan elastisitas pembuluh darah

untuk meregang/memanjang dan membesar.

3. Tekanan Darah Normal dan Abnormal

a. Tekanan darah normal

Peningkatan atau penurunan 20-30 mmHg pada tekanan

darah seseorang adalah bermakna, bahkan walaupun itu masih

dalam rentang normal.


10

b. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

Tekanan darah tinggi adalah tekanan darah diatas normal.

Bila penyebab hipertensi dihubungkan dengan patologis penyakit

yang diketahui maka disebut hipertensi sekunder, sementara itu

bila penyebab tidak diketahui maka disebut hipertensi primer

atau esensial.

c. Tekanan Darah Rendah (Hipotensi)

Tekanan darah rendah adalah tekanan darah dibawah

normal. Tekanan darah rendah yang konsisten dapat terjadi

umumnya pada usia lanjut , misalkan pada sistolik terbaca 90-

115 mmHg namun terlihat tidak ada efek sakit, dikatakan sebagai

hipertensi ortostasik (postur) apabila tekanan darah rendah,

dihubungkan dengan kelemahan pada saat berada dalam posisi

berdiri atau tegak, hal ini merupakan hasil dari vasodilatasi

perifer tanpa peningkatan kompensasi dalam curah jantung.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah

Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah pada seseorang

yang sehat di antaranya sebagai berikut :

1) Usia

Tekanan darah akan rendah pada saat lahir, meningkat pada

masa remaja, dan sedikit menurun pada usia dewasa yang

lebih tua akan terjadi penurunan elastisitas arteri sehingga

dapat meningkatkan perifer dan selanjutnya meningkatkan


11

tekanan darah.

2) Wanita biasanya mempunyai tekanan darah yang lebih

rendah daripada pria di usia yang sama.

3) Tekanan darah meningkat setelah makan.

4) Tekanan darah biasanya tinggi pada orang-orang yang gemuk

dibandingkan dengan orang-orang yang kurus.

5) Tekanan darah seseorang cenderung menjadi rendah ketika

dalam posisi prone atau supine dibandingkan dalam posisi

duduk atau berdiri. Oleh banyaknya faktor yang

mempengaruhi tekanan darah, maka pengukuran tekanan

darah tidak terlalu bermakna apabila hanya dilakukan satu

kali pengukuran, the american heart association

merekomendasikan pembacaan /pengukuran tekanan darah

sebanyak 2-3 kali sebelum memutuskan seseorang tersebut

mengalami tekanan darah tinggi. Pengukuran sebaiknya

diambil setelah klien istirahat sekitar 5 menit dan tidak

sedang mengkonsumsi kafein ataupun rokok dalam jangka

waktu 30 menit.

C. Tinjauan Umum Lansia dan Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah dari arteri

yang bersifat sistemik alias berlangsung terus-menerus untuk jangka

waktu lama. Hipertensi tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan


12

melalui proses yang cukup lama. Tekanan darah tinggi yang tidak

terkontrol untuk periode tertentu akan menyebabkan tekanan darah

tinggi permanen disebut hipertensi (Lingga, 2012).

Kaplan memberikan batasan hipertensi dengan

memperhatikan usia dan jenis kelamin (Soeparman dalam buku

Udjianti,2010).

a) Pria berusia lebih dari 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan

darah pada waktu berbaring lebih dari 120/90 mmHg.

b) Pria berusia 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya

lebih dari 145/95 mmHg.

c) Wanita hipertensi bila tekanan darah lebih dari 150/95 mmHg.

2. Patofisiologi Hipertensi pada Lansia

Baik TDS maupun TDD meningkat sesuai dengan

meningkatnya umur, TDS meningkat secara progresif sampai umur

70-80 tahun, sedangkan TDD meningkat sampai umur 50-60 tahun

dan kemudian cenderung menetap atau sedikit menurun. Kombinasi

perubahan ini sangat mungkin mencerminkan adanya pengakuan

pembuluh darah dan penurunan kelenturan (compliance) arteri dan

ini mengakibatkan peningkatan tekanan nadi sesuai dengan umur.

Seperti diketahui, tekanan nadi merupakan predictok terbaik adanya

perubahan structural di dalam arteri. Mekanisme pasti hipertensi

pada lanjut usia belum sepenuhnya jelas. Efek utama dari ketuaan

normal terhadap sistem kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan


13

pembuluh darah sistemik. Penebalan dinding aorta dan pembuluh

darah menurun sesuai umur. Perubahan ini menyebabkan penurunan

compliance aorta dan pembuluh darah besar dan mengakibatkan

peningkatan TDS. Penurunan elastisitas pembuluh darah

menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer. Sensitivitas

beroreseptor juga berubah dengan umur.

Perubahan mekanisme refleks baroreseptor mungkin dapat

menerangkan adanya variabilitas tekanan darah yang terlihat pada

pemantauan terus menerus. Penurunan sensitivitas baroreseptor juga

menyebabkan kegagalan refleks postural, yang mengakibatkan

hipertensi pada lanjut usia sering terjadi hipotensi ortostatik.

Perubahan keseimbangan antara vasodilatasi adrenergik-β dan

vasokontriksi adrenergic-β dan vasokontriksi adrenergik-α akan

menyebabkan kecenderungan vasokontriksi dan selanjutnya

mengakibatkan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan

tekanan darah. Resistensi Na akibat peningkatan asupan dan

penurunan sekresi juga berperan dalam terjadinya hipertensi.

Walaupun ditemukan penurunan rennin plasma dan respons rennin

terhadap asupan garam, sistem rennin-angiotensin tidak mempunyai

peranan utama pada hipertensi lanjut usia. Perubahan-perubahan

diatas bertanggung jawab terhadap penurunan curah jantung (cardiac

output), penurunan denyut jantung, penurunan kontraktilitas

miokard, hipertrofi vemtrikel kiri, dan disfungsi diastolic. Ini


14

menyebabkan penurunan fungsi ginjal dengan penurunan ginjal dan

laju filtrasi glomerolus.

3. Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi

dua golongan yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder.

Hipertensi primer atau hipertensi esensial tejadi karena peningkatan

persisten tekanan arteri akibat ketidakteraturan mekanisme kontrol

homeostatik normal, dapat juga disebut dengan hipertensi idiopatik.

Hipertensi ini mencakup sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang

mempengaruhinya seperti genetic, lingkungan, hiperaktivitas

susunan saraf simpatis, sistem renin-angioetensin, defek dalam Na,

peningkatan Na dan Ca intraseluler, dan faktor-faktor yang

mempengaruhi resiko seperti obesitas dan merokok (Kartikasari,

2012).

Hipertensi sekunder atau hipertensi renal merupakan

hipertensi yang penyebabnya diketahui dan terjadi sekitar 10% dari

kasus-kasus hipertensi. Hampir semua kasus hipertensi sekunder

berhubungan dengan gangguan sekresi hormone dan fungsi ginjal.

Penyebab spesisifik hipertensi sekunder antara lain penggunaan

estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular, renal, sindroma

chusing, dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

Umumnya hipertensi sekunder dapat disembuhkan dengan

penatalaksanaan penyebabnya secara tepat (Kartikasari, 2012).


15

Faktor pemicu yang paling sering terjadi pada hipertensi

yaitu pola makan atau konsumsi yang dimakan setiap harinya.

Perubahan pola makan tersebut dipengaruhi oleh semakin kuatnya

arus budaya makanan asing yang disebabkan oleh globalisasi dan

kemajuan teknologi informasi sehingga menyebabkan masyarakat

tidak melakukan aktivitas fisik secara teratur (Dalimartha,

Setyawan,2008).

4. Tanda dan Gejala Hipertensi

a. Sebagian besar tidak ada gejala.

b. Sakit pada bagian belakang kepala.

c. Leher terasa kaku.

d. Kelelahan.

e. Mual

f. Sesak nafas.

g. Gelisah

h. Muntah

i. Sukar tidur

j. Pandangan jadi kabur karena adanya kerusakan pada otak, mata,

jantung, dan ginjal.

5. Komplikasi Hipertensi

Komplikasi yang terjadi apabila tekanan darah tingi tidak

diobati dan ditanggulangi, maka dalam jangka panjang akan

menyebabkan kerusakan arteri di dalam tubuh sampai organ yang


16

mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi

dapat terjadi pada organ jantung, otak, ginjal dan mata sehingga

dapat mengakibatkan gagal jantung, resiko stroke, kerusakan pada

ginjal dan kebutaan (Yolanda, 2017).

6. Penatalaksanaan Hipertensi pada penderita Lanjut Usia

a. Sasaran tekanan darah

Pada hipertensi lanjut usia, penurunan TD hendaknya

mempertimbangkan aliran darah ke otak, jantung dan ginjal. Sys-

Eur trial merekomendasikan penurunan tekanan darah < 160

mmHg sebagai sasaran intermediet tekanan darah, atau

penurunan sebanyak 20 mmHg dari tekanan darah awal.

b. Modifikasi pola hidup

Mengubah pola hidup/intervensi nonfarmakologis pada

penderita hipertensi lanjut usia, seperti halnya pada semua

penderita, sangat menggantungkan untuk menurunkan tekanan

darah. Beberapa pola hidup yang harus diperbaiki adalah :

menurunkan berat badan jika ada kegemukan, mengurangi

minum alkohol, meningkatkan aktivitas fisik aerobik,

mengurangi asupan garam, mempertahankan asupan kalsium dan

magnesium yang adekuat, mengehentikan merokok, mengurangi

asupan lemak jenuh dan kolesterol. Seperti halnya pada orang

yang lebih muda, intervensi non farmakologis ini harus dimulai

sebelum menggunakan obat-obatan.


17

c. Terapi farmakologis

Umur dan adanya penyakit merupakan faktor yang

akan mempengaruhi metabolisme dan distribusi obat, karenanya

harus dipertimbangkan dalam memberikan obat antihipertensi.

Hendaknya pemberian obat dimulai dengan dosis kecil dan

kemudian ditingkatkan secara perlahan. Menurut JNC VI pilihan

pertama untuk pengobatan pada penderita hipertensi lanjut usia

adalah diuretic atau penyekat beta. Pada HST, direkomendasikan

penggunaan diuretic dan antagonis kalsium. Antagonis kalsium

nikardipin dan diuretic tiazid sama dalam menurunkan angka

kejadian kardiovaskuler. Adanya penyakit penyerta lainnya akan

menjadi pertimbangan dalam pemilihan obat antihipertensi.


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel yang diteliti

1. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Dalam ilmu keperawatan, variabel bebas biasanya merupakan

stimulus atau intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien

untuk mempengaruhi tingkah laku klien (Nursalam, 2003). Variabel

independent dalam Penelitian ini adalah Terapi Musik Klasik.

2. Variabel Dependen (Tergantung)

Variabel dependen adalah faktor yang diamati dan diukur

untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari

variabel bebas (Nursalam, 2003). Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah penurunan tekanan darah.

B. Bagan Kerangka Konsep

Dalam buku pedoman riset praktis untuk profesi Perawat oleh

Wasis tahun 2008 menuliskan bahwa kerangka konsep adalah kerangka

hubungan antara konsep yang ingin diamati atau diukur melalui

penelitian yang akan dilakukan. Adapun Kerangka Konseptual pada

penelitian ini Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap Penurunan

Tekanan Darah pada Lansia Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja

Puskesmas Sabbangparu.
19

Pre Tekanan
Darah
1. Normal
2. PreHiperten
Tekanan si
Hipertensi Terapi Musik Klasik
Darah 3. Hipertensi
Stadium I
4. Hipertensi
Stadium II
Post Tekanan
Darah

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Mempengaruhi

Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konsep

C. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik

yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik

yang dapat diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci definisi

operasional (Nursalam, 2003).


20

Tabel 3.1 Definisi Operasional Pengaruh Terapi Musik Klasik

terhadap Penurunan Tekanan Darah.

N Variabel Definisi Parameter Alat Skala Skor


o. Operasio Ukur
nal
1. Variabel Suatu Mendengar Observas - -
Indenpendent bentuk kan musik i
: kegiatan dengan
Frekuensi
Terapi Musik dengan
Dilakukan 1
Klasik mendenga kali dalam
rkan satu minggu
musik dengan
klasik durasi 30
mengguna menit
kan selama 4
minggu.
handphone
yang
dipasangk
an speaker
aktif
dengan
volume
sedang
kepada
responden.

2. Variabel Hasil Pengukuran Observas Rasio 1. Normal


Dependent : pengukura tekanan i <120
Penurunan n terhadap darah pada Pemeriks dan
penderita
Tekanan tekanan aan <80.
hipentensi
Darah. darah pada dengan Tekanan 2. PreHip
pembuluh menggunak darah ertensi
sistolik an alat ukur 120-
secara tensi meter. 139
sistemik atau
didalam 80-89.
tubuh 3. Hiperte
manusia nsi
dengan stadiu
21

satuannya mI
mmHg. 140-
159
atau
90-99.
4. Hiperte
nsi
stadiu
m II
>160-
100.

D. Hipotesa Penelitian

Dalam penelitian ini rumusan hipotesisnya adalah :

Hipotesis Ha diterima dan Ho ditolak. Ada pengaruh terapi musik

klasik terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita

hipertensi.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini yaitu

penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian True

Eksperiment dengan desain penelitian Pre and Postest Control Group

Design dimana penelitian ini dilakukan dengan terlebih dahulu

merandom kelompok dan kemudian memberikan perlakuan (intervensi)

dan selanjutnya dilakukan pengukuran. Hasil pengukuran tersebut

dibandingkan dengan hasil pengukuran pada kelompok kontrol yang

tidak menerima perlakuan (intervensi).

Kelompok Kontrol
Negatif

Kelompok Kontrol
KDA 1 Random Positif

Kelompok Kontrol
Perlakuan

Gambar 4.1. Rancangan Penelitian

Keterangan :

Kontrol negatif : yang tidak mengkonsumsi obat medis dan

melakukan terapi.

Kontrol Positif : Kelompok yang hanya diberikan obat tekanan

darah secara medis.


23

Kontrol Perlakuan : diberikan terapi musik dan mengkonsumsi obat

tekanan darah.

Experiment pada penelitian ini dilakukan dengan maksud

melihat akibat dari suatu perlakuan, terdapat tiga kelas yang dipilih

secara langsung, kemudian melakukan pengukuran darah (Pre) untuk

mengetahui keadaan awal, adakah perbedaan antara kelas experiment

dan kelas kontrol dan setelah selesai perlakuan dilakukan kembali

pengukuran tekanan darah (Post).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Puskesmas Sabbangparu

Kabupaten Wajo, dengan Pertimbangan bahwa pelayanan

kesehatan di daerah tersebut, yang sangat strategis dalam melayani

masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4 Juni sampai

dengan 4 Juli 2021.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Penelitian ini menggunakan cross sectional karena penelitian

dilakukan serentak satu waktu tanpa adanya follow up. Populasi

dalam penelitian ini merupakan Lansia penderita Hipertensi yang


24

terdaftar di Puskesmas Sabbangparu pada periode 2021 dari Januari

sampai dengan bulan April yang berjumlah 55 orang.

2. Sampel

Tehnik pengambilan sampel penelitian ini adalah

Accidental sampling merupakan tehnik mengambil responden

sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara

kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel

yang cocok sebagai sumber data dan kriteria utamanya, dimana

jumlah populasi Lansia yaitu sebanyak 55 orang.

Kriteria inklusi :

a. Pasien lansia hipertensi

b. Lansia yang berada di wilayah Sabbangparu.

c. Lansia yang hadir pada saat penelitian.

Kriteria Ekslusi :

a. Lansia yang tidak bersedia mendengarkan musik klasik.

b. Yang memiliki gangguan pendengaran, mengalami penurunan

kesadaran.

D. Pengumpulan Data dan Penyajian Data

1. Pengumpulan Data

a. Data primer didapat dari hasil interview pada responden dengan

pengukuran tekanan darah dan pelaksanaan terapi musik klasik

yang dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan.


25

b. Data sekunder merupakan data jumlah penderita hipertensi yang

di dapatkan dari Puskesmas Sabbangparu.

2. Penyajian Data

Penyajian ini dimulai dari pasien hipertensi kemudian

peneliti melakukan informed consent dan penjelasan tentang

penelitian yang akan diteliti terhadap pasien, setelah itu meminta

respon dari pasien apakah setuju atau tidak setuju. Jika pasien

setuju kemudian meminta kesediaan responden menandatangani

lembar persetujuan menjadi responden yang telah disediakan oleh

peneliti.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Seleksi

Data yang terkumpul dari kuesioner maupun data penunjang

kemudian diseleksi sesuai dengan tujuan penelitian.

b. Editing

Setelah data terkumpul dan diseleksi maka dilakukan pemeriksaan

kelengkapan, keseragaman, kebenaran dan kesinambungan data.

c. Koding

Dilakukan untuk memudahkan pengolahan data yaitu dengan

memberikan simbol-simbol dari setiap jawaban yang diberikan

responden.

d. Tabulasi

Menyusun data-data kedalam tabel yang sesuai sebelum dilakukan


26

analisis.

E. Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat ini bertujuan menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik masing-masing yang diteliti. Data ini

merupakan hasil sistolik dan diastolik yang dijelaskan dengan

mengukur tekanan darah.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui perbedaan

tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Menguji

ada tidaknya perbedaan antara variabel, yakni untuk menganalisis

pengaruh terapi musik klasik pada lansia penderita hipertensi.

Untuk menguji hubungan antar variabel dalam penelitian dengan

menggunakan uji chi-square dengan p<0,05 sehingga dapat

diketahui ada tidaknya pengaruh yang bermakna secara statistik

dengan menggunakan komputer program SPSS 25.

F. Etika Penelitian

Penelitian ini menggunakan manusia sebagai subjek sehingga

dalam pelaksanaanya tidak boleh bertentangan dengan etika penelitian :

1. Informed consent, yaitu bentuk persetujuan antara penelitian

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar

persetujuan. Sebelum melakukan pengumpulan data peneliti

memberikan informed consent, menjelaskan maksud, tujuan, dan


27

cara pengumpulan dan kepada responden. Kesediaan responden

dinyatakan dengan menandatangani pernyataan bersedia menjadi

responden.

2. Nominity, yaitu nama responden tidak dicantumkan melainkan

menggunakan kode atau inisial pada lembar pengumpulan data dan

hasil penelitian.

3. Confidentiality, yaitu data atau informasi yang didapat selama

penelitian akan dijaga kerahasiaannya dan hanya dapat melihat data

tersebut serta hanya data tertentu yang dilaporkan pada hasil

penelitian.
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada masyarakat di Kecamatan

Sabbangparu dengan jumlah populasi lansia sebanyak 55 orang responden.

Sampel diambil menggunakan teknik Accidental sampling, sehingga yang

memenuhi kriteria inklusi hanya sebanyak 12 orang. Peneliti melakukan

pemeriksaan tekanan darah responden sebelum diterapi musik klasik

maupun sesudah dilakukan terapi musik klasik.

1. Karakteristik Responden

a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 5.1
Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin.
Jenis Kelamin Frekuensi Persen (%)
Laki-laki 3 25,0 %
Perempuan 9 75,0 %
Total 12 100.0 %
Sumber data primer 2021

Tabel 5.1 diatas menunjukkan bahwa dari 12 jumlah responden

terdapat 9 responden (75.0%) yang berjenis kelamin perempuan dan 3

responden (25.0%) berjenis kelamin laki-laki.

b. Karakteristik responden berdasarkan umur

Tabel 5.2
29

Distribusi frekuensi berdasarkan umur.


Umur Frekuensi Persen (%)
45-59 tahun 6 50.0 %
60-74 tahun 3 25.0 %
75-90 tahun 3 25.0 %
≥ 90 tahun 0 0%
Total 12 100.0 %
Sumber data primer 2021

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 12 jumlah responden

terdapat 6 responden (50.0%) dengan rentan umur 45-59 tahun, 3

responden (25.0%) dengan rentan umur 60-74 tahun, dan 3 responden

(25.0%) rentan umur 75-90 tahun.

2. Analisa Univariat

Distribusi frekuensi tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan

terapi musik klasik terhadap penurunan tekanan darah pada lansia

penderita hipertensi.

a. Tekanan darah sebelum diberikan terapi musik klasik.

Tabel 5.3
Distribusi frekuensi tekanan darah kelompok kontrol negatif
sebelum diberikan terapi musik klasik pada lansia
penderita hipertensi.

Tekanan darah Frekuensi Persen (%)


Normal 0 0%
PreHipertensi 1 25.0 %
Hipertensi Stadium I 0 0%
Hipertensi Stadium II 3 75.0 %
Total 4 100 %
Sumber data primer 2021

Tabel 5.3 diatas menunjukkan bahwa dari 4 jumlah


30

responden kelompok kontrol negatif sebelum diberikan terapi

musik klasik, terdapat 3 responden (75.0%) dengan tekanan darah

Hipertensi stadium II, dan terdapat 1 responden (25.0%)

PreHipertensi.

Tabel 5.4
Distribusi frekuensi tekanan darah kelompok kontrol positif
sebelum diberikan terapi musik klasik pada lansia
penderita hipertensi.
Tekanan darah Frekuensi Persen (%)
Normal 0 0%
PreHipertensi 1 25.0 %
Hipertensi Stadium I 2 50.0 %
Hipertensi Stadium II 1 25.0 %
Total 4 100.0 %
Sumber data primer 2021

Tabel 5.4 diatas menunjukkan bahwa dari 4 jumlah

responden kelompok kontrol positif sebelum diberikan terapi

musik klasik, terdapat 2 responden (50%) dengan tekanan darah

Hipertensi stadium I, 1 responden (25.0%) Hipertensi Stadium II,

dan terdapat 1 responden (25.0%) PreHipertensi.

Tabel 5.5
Distribusi frekuensi tekanan darah kelompok kontrol perlakuan
sebelum diberikan terapi musik klasik pada lansia
penderita hipertensi.
Tekanan darah Frekuensi Persen (%)
Normal 0 0%
PreHipertensi 0 0%
Hipertensi Stadium I 1 25.0 %
Hipertensi Stadium II 3 75.0 %
Total 4 100.0 %
Sumber data primer 2021
31

Tabel 5.5 diatas menunjukkan bahwa dari 4 jumlah

responden kelompok kontrol perlakuan sebelum diberikan terapi

musik klasik, terdapat 3 responden (75.0 %) dengan tekanan darah

Hipertensi stadium II, dan 1 responden (25.0%) Hipertensi Stadium

I.

b. Tekanan darah sesudah diberikan terapi musik klasik.

Tabel 5.6
Distribusi frekuensi tekanan darah kelompok kontrol negatif
sesudah diberikan terapi musik klasik pada lansia
penderita hipertensi.

Tekanan darah Frekuensi Persen (%)


Normal 1 25.0 %
PreHipertensi 0 0%
Hipertensi stadium 1 3 75.0 %
Hipertensi stadium 2 0 0%
Total 4 100.0 %
Sumber data primer 2021

Tabel 5.6 diatas menunjukkan bahwa dari 4 jumlah

responden kelompok kontrol negatif sesudah diberikan terapi musik

klasik, terdapat 3 responden (75.0%) dengan tekanan darah

Hipertensi Stadium I, dan 1 responden (25.0%) normal.

Tabel 5.7
Distribusi frekuensi tekanan darah kelompok kontrol positif
sesudah diberikan terapi musik klasik pada lansia
penderita hipertensi.
Tekanan darah Frekuensi Persen (%)
Normal 1 25.0 %
32

PreHipertensi 0 0%
Hipertensi stadium 1 3 75.0 %
Hipertensi stadium 2 0 0%
Total 4 100.0 %
Sumber data primer 2021

Tabel 5.7 diatas menunjukkan bahwa dari 4 jumlah

responden kelompok kontrol positif sesudah diberikan terapi musik

klasik, terdapat 3 responden (75.0%) dengan tekanan darah

Hipertensi stadium I, dan 1 responden (25.0%) normal.

Tabel 5.8
Distribusi frekuensi tekanan darah kelompok kontrol perlakuan
sesudah diberikan terapi musik klasik pada lansia
penderita hipertensi.
Tekanan darah Frekuensi Persen (%)
Normal 0 0%
PreHipertensi 1 25.0 %
Hipertensi stadium 1 2 50.0 %
Hipertensi stadium 2 1 25.0 %
Total 4 100.0 %
Sumber data primer 2021

Tabel 5.8 diatas menunjukkan bahwa dari 4 jumlah

responden kelompok kontrol perlakuan sesudah diberikan terapi

musik klasik, terdapat 2 responden (50.0%) dengan tekanan darah

Hipertensi stadium I, 1 responden (25.0%) Hipertensi Stadium II,

dan terdapat 1 responden (25.0%) PreHipertensi.

3. Analisa Bivariat

Dilakukan untuk mengetahui perbedaan tekanan darah sebelum dan

sesudah diberikan terapi musik klasik.


33

Tabel 5.5
Tabulasi silang dan analisis tekanan darah sebelum dan sesudah
diberikan terapi musik klasik.

TD sebelum TD sesudah diberikan terapi musik klasik Total


diberikan Normal PreHiperten Hipertens Hipertensi
terapi musik i Stadium Stadium II
si
klasik I
2 0 0 0 2
PreHipertensi
(100.0%) (0.0%) (0.0%) (0.0%) (16.7%)
Hipertensi 0 1 2 0 3

Stadium I (0.0%) (100.0%) (100.0%) (0.0%) (25.0%)


Hipertensi 0 0 6 1 7

Stadium II (0.0%) (0.0%) (100.0%) (100.0%) (58.3%)


Total 2 1 8 1 12

(100.0%) (100.0%) (100.0%) (100.0%) (100.0%)


Sumber data primer 2021.

Tabel 5.9 distribusi tabulasi silang tekanan darah sebelum dan

sesudah diberikan terapi musik klasik didapatkan prehipertensi 2

responden (16.7%), sesudah diberikan terapi musik klasik menjadi

normal 2 responden (100.0%). Tekanan darah sebelum terapi musik

klasik yang menunjukkan hipertensi stadium 1 sebanyak 3 responden

(25.0%), sesudah diberikan terapi musik klasik menjadi pre hipertensi 1

responden (100%). Hipertensi stadium II sebelum diberikan terapi

musik klasik sebanyak 7 responden (58.3%), sesudah diberikan terapi

musik klasik menjadi hipertensi stadium I sebanyak 6 responden

(100%).
34

Dari hasil uji Statistik Wicoxon Test di peroleh angka signifikan

atau nilai P Value = 0,003 yang berarti <(0,05), maka Ha diterima yang

berarti ada Pengaruh terapi musik klasik terhadap penurunan tekanan

darah pada lansia di Wilayah kerja Puskesmas Sabbangparu Kabupaten

Wajo.

B. Pembahasan

1. Tekanan darah sebelum diberikan terapi musik klasik

Hasil penelitian pada tabel 5.3 tekanan darah pada kelompok

kontrol negatif sebelum diberikan terapi musik klasik pada lansia di

wilayah kerja puskesmas Sabbangparu menunjukkan bahwa

sebagian besar terjadi hipertensi stadium II sebanyak 3 orang

(75.0%).

Hasil penelitian pada tabel 5.4 tekanan darah kelompok kontrol

positif menunjukkan bahwa sebagian besar terjadi hipertensi stadium

I sebanyak 2 orang (50.0%). Pada tabel 5.5 tekanan darah pada

kelompok kontrol perlakuan menunjukkan bahwa sebagian besar

terjadi hipertensi stadium II sebanyak 3 orang (75.0%) sebelum

diberikan terapi musik klasik.

Hasil penelitian pada tabel 5.5 menunjukkan sebagian besar

responden mengalami hipertensi stadium II. Peneliti berpendapat

bahwa kejadian ini banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

satunya faktor usia, insiden hipertensi meningkat sesuai dengan

peningkatan usia. Usia berpengaruh pada barorese yang berpengaruh


35

pada elastisitas dinding arteri.

Hasil penelitian pada tabel 5.1 menunjukkan hampir seluruhnya

sejumlah 9 orang (75.0%) berjenis kelamin perempuan. Peneliti

berpendapat menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan

cenderung mengalami hipertensi karena rata-rata perempuan akan

mengalami peningkatan resiko tekanan darah setelah menopause.

Wanita pada saat memasuki menopause mulai kehilangan sedikit

demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh

darah dari kerusakan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan (Tri Novitaningtyas) yang membahas tentang hubungan

karakteristik (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan) dan aktivitas

fisik dengan tekanan darah pada lansia di Kelurahan Makamhaji

Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

Hasil penelitian pada tabel 5.2 menunjukkan hampir seluruh 45-

59 tahun sejumlah 6 responden (50,0%) . Peneliti berpendapat bahwa

seseorang yang sudah memasuki lanjut usia dari umur 60 tahun

merupakan usia yang mendekati akhir siklus sampai akhir

kehidupan. Pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik.

Proses ini adalah perubahan kumulatif pada makhluk hidup,

termasuk sel-sel dan jaringan yang mengalami penurunan kapasitas

fungsional jantung, pembuluh darah, paru-paru, syaraf dan jaringan

tubuh lainnya. Perubahan pada sistem kardiovaskuler, massa jantung

bertambah, ventrikel-ventrikel hipertropi sehingga peregangan


36

jantung berkurang, kondisi ini disebabkan penumpukan lipofusin

sehingga jaringan konduksi menjadi jaringan ikat, yang

mengakibatkan peredaran darah terganggu. Dengan kemampuan

regeneratifnya yang terbatas mereka lebih rentan terhadap berbagai

penyakit salah satunya penyakit hipertensi (Noviningtyas, 2014).

2. Tekanan darah sesudah diberikan terapi musik klasik.

Hasil penelitian pada tabel 5.6 tekanan darah kelompok kontrol

negatif sesudah diberikan terapi musik klasik pada lansia di wilayah

kerja puskesmas Sabbangparu menunjukkan bahwa yang mengalami

hipertensi stadium I sebanyak 3 responden(75.0%).

Hasil penelitian pada tabel 5.7 tekanan darah kelompok kontrol

positif menunjukkan bahwa sebagian besar terjadi hipertensi stadium

I sebanyak 3 responden (75.0%). Pada tabel 5.8 tekanan darah pada

kelompok kontrol perlakuan menunjukkan bahwa sebagian besar

terjadi hipertensi stadium I sebanyak 2 responden (50.0%) sesudah

diberikan terapi musik klasik.

Hasil penelitian pada tabel 5.7 peneliti berpendapat bahwa

musik bisa menjadikan badan, fikiran dan mental menjadi sehat.

Sedangkan musik klasik bermanfaat membuat seseorang menjadi

rileks, menimbulkan rasa nyaman, melepas rasa sedih dengan

kegembiraan, menurunkan tingkat stress, melepaskan rasa sakit.

Penelitian ini sejalan dengan (Ade Lastia Tangahu, 2015) yang

menyatakan bahwa tekanan darah responden sebelum diberikan


37

terapi musik klasik pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kabila

Kabupaten Bone Bolango yang paling banyak diderita oleh lansia

yaitu hipertensi derajat III (43,3%) dan sesudah diberikan terapi

musik klasik berubah menjadi hipertensi derajat I (53,3%).

3. Pengaruh terapi musik klasik terhadap penurunan tekanan darah

pada lansia.

Dari hasil penelitian dilapangan ditemukan hampir seluruhnya

responden usia 45-59 tahun sebelum dilakukan terapi musik klasik

mengalami hipertensi stadium II dan berubah menjadi hipertensi

stadium I setelah diberikan terapi musik klasik. Dari hasil uji statistik

Wilcoxon Test diperoleh angka signifikan atau nilai P Value = 0,003

yang berarti <(0,05), maka Ha diterima yang berarti ada pengaruh

terapi musik klasik terhadap penurunan tekanan darah pada lansia di

wilayah kerja puskesmas Sabbangparu.

Musik klasik memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan

meningkatkan kemampuan pikiran seseorang, musik dapat

meningkatkan, memulihkan dan memelihara kesehatan fisik, mental,

emosional, sosial dan spritual. Musik memiliki pengaruh besar

terhadap pikiran. Hal ini terbukti dari efek yang tercipta dari musik

tersebut, ada musik membuat gembira, sedih, terharu, terasa sunyi,

mengingat masa lalu, meningkatkan konsentrasi. Dalam penelitian

ini menggunakan terapi musik klasik, karena musik ini memiliki

magnetude yang luar biasa dalam perkembangan ilmu kesehatan,


38

diantaranya memiliki nada yang lembut, memberikan stimulasi

gelombang alfa, ketenangan dan membuat pendengarnya lebih rileks.

Penelitian ini sejalan dengan (Nimas Ajeng Tristiani) yang

menyatakan bahwa dari 30 responden sebelum diberikan terapi

musik klasik sebagian besar dari responden (71,4%) mengalami stres

sedang dan berubah menjadi stres ringan setelah diberi terapi musik

klasik yaitu sejumlah 10 orang.

BAB VI
39

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian yang telah dilakukan dengan penjelasan hasil penelitian

yang dijelaskan dalam bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Tekanan darah sebelum dilakukan terapi musik klasik sebagian besar

terjadi hipertensi stadium II.

2. Tekanan darah sesudah diberikan terapi musik klasik hampir dari

setengahnya hipertensi stadium I.

3. Ada pengaruh terapi musik klasik terhadap penurunan tekanan darah

pada lansia penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas

Sabbangparu.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka saran

yang dapat diberikan sebagai berikut :

1. Bagi pelayanan kesehatan

Diharapkan untuk dijadikan informasi sebagai salah satu terapi

komplementer untuk mengatasi penurunan tekanan darah pada lansia

penderita hipertensi.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan, peningkatan

penyuluhan tentang hipertensi dan memperdalam pengalaman

penelitian tentang terapi musik klasik dalam penurunan tekanan darah.


40

DAFTAR PUSTAKA
41

Dalimartha, Setiawan. 2008. Care Your Self Hipertensi. Jakarta : Penebar Plus.

Diakses tanggal 24 Mei 2021.

Departemen Kesehatan, 2007. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi,

Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 2007. Penyakit Jantung Dan

Pembuluh Darah. Diakses tanggal 10 Mei 2021.

Eka, Guyton dan Hall, 2014. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 12. Penerjemah

: Ermita I, Ibrahim I. Singapura: Elsevier

2013 . Pusat Riset Terapi Musik Dan Gelombang Otak, Indonesia,

http://www.terapimusik.2desember2013.co.id. Diakses 8 Mei 2021

Himayatri, M.I., Nurfitri B., Kristina S.2018. Pengaruh Musik Instrumental

Tempo Lambat yang Disukai dan Tidak Disukai terhadap Tekanan Darah

Pasien Hipertensi. Jurnal Kedokteran Unila, Vol.2, No. 2, Hlm. 77-83.

Kartikasari, A.N., Chasani, S., & Ismail, A. (2012). Faktor Risiko Hipertensi

Pada Masyarakat Di Desa Kabongan Kidul, Kabupaten Rembang

(Doctoral dissertation, Fakultas Kedokteran). Diakses tanggal 12 Mei

2021.

Kuhlmann, Anne dkk, 2016. Systematic Review and Meta. Analisis Of Music

Intervention in Hypertention Treatment : a guest for answer.

Netherlands:departement of Cardothoratic surgery, Erasmus Univercity

Center.

Lingga, L. (2012). Bebas Hipertensi Tanpa Obat. AgroMedia.

Natalia, 2014. Terapi Musik Bidang Keperawatan. Jakarta:Mitra Wacana Media

Nugroho, B. Y. 2012. Metode penelitian Kesehatan.jakarta: Salemba


42

Medika

Noviningtyas, 2014. Hubungan Karakteristik (Umur, Jenis Kelamin, Tingkat

Pendidikan) Dan Aktifitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Di

Kelurahan Makam Haji Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Edisi 2.

Jakarta : Salemba Medika, hal 77-80.

Pratiwi, 2014. Terapi Musik Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Trans info media

REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol.2, No.2 Esti, A & Johan, T. (2019). RNJ. 2

(2) : 47-55.

Suhartini, 20015. Perbandingan Efek Musik Klasik dan Musik Tradisional

Gamelan Jawa terhadap penurunan tingkat kecemasan. Universitas

Pajajaran, Vol.45

Suryana, D. (2012). Terapi Musik (cetakan be).Wsite

UPT Puskesmas Sabbangparu. 2021. Data penderita hipertensi. Daerah

puskesmas Sabbangparu.

World Health Organization. 2011a. Hypertension Fact Sheet. WHO: Departement

of Sustainable Development and Healthy Environments. Diakses melalui

www.searo.who.int pada 8 Mei 2021.

Yolanda, 2017. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi Pada Lansia

Tahap Awal di Wilayah Kerja Puskesmas Andalang Padang. Diakses 10


43

Mei 2021.
Hasil SPSS

Umur Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 45-59 tahun 6 50.0 50.0 50.0

60-74 tahun 3 25.0 25.0 75.0

75-90 tahun 3 25.0 25.0 100.0

Total 12 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Perempuan 9 75.0 75.0 75.0

Laki-Laki 3 25.0 25.0 100.0

Total 12 100.0 100.0

Kelompok Penelitian

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Negatif 4 33.3 33.3 33.3

Positif 4 33.3 33.3 66.7

Perlakuan 4 33.3 33.3 100.0

Total 12 100.0 100.0

Kontrol Negatif Sebelum Terapi


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pre Hipertensi 1 25.0 25.0 25.0
Stadium II 3 75.0 75.0 100.0
Total 4 100.0 100.0
Kontrol Positif Sebelum Terapi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pre Hipertensi 1 25.0 25.0 25.0
Stadium I 2 50.0 50.0 75.0
Stadium II 1 25.0 25.0 100.0
Total 4 100.0 100.0

Kelompok Perlakuan Sebelum Terapi


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Stadium I 1 25.0 25.0 25.0
Stadium II 3 75.0 75.0 100.0
Total 4 100.0 100.0

Kontrol Negatif Sesudah Terapi


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Normal 1 25.0 25.0 25.0
Stadium I 3 75.0 75.0 100.0
Total 4 100.0 100.0

Kontrol Positif Sesudah Terapi


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Normal 1 25.0 25.0 25.0
Stadium I 3 75.0 75.0 100.0
Total 4 100.0 100.0

Kelompok Perlakuan Sesudah Terapi


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pre Hipertensi 1 25.0 25.0 25.0
Stadium I 2 50.0 50.0 75.0
Stadium II 1 25.0 25.0 100.0
Total 4 100.0 100.0
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

Kelompok Penelitian N Percent N Percent N Percent

Tekanan Negatif 4 100.0% 0 0.0% 4 100.0%


Darah Positif 4 100.0% 0 0.0% 4 100.0%
Sebelum Perlakuan
4 100.0% 0 0.0% 4 100.0%
Terapi
Tekanan Negatif 4 100.0% 0 0.0% 4 100.0%
Darah Positif 4 100.0% 0 0.0% 4 100.0%
Sesudah Perlakuan
4 100.0% 0 0.0% 4 100.0%
Terapi

Tekanan Darah Sebelum Terapi * Tekanan Darah Sesudah Terapi Crosstabulation

Tekanan Darah Sesudah Terapi

PreHiperten Stadium
Normal si Stadium I II Total

Tekanan PreHiperte Count 2 0 0 0 2


Darah nsi Expected Count .3 .2 1.3 .2 2.0
Sebelum % within
Terapi Tekanan Darah 100.0% 0.0% 0.0% 0.0% 16.7%
Sesudah Terapi
Stadium I Count 0 1 2 0 3

Expected Count .5 .3 2.0 .3 3.0

% within
Tekanan Darah 0.0% 100.0% 25.0% 0.0% 25.0%
Sesudah Terapi

Stadium II Count 0 0 6 1 7

Expected Count 1.2 .6 4.7 .6 7.0

% within
Tekanan Darah 0.0% 0.0% 75.0% 100.0% 58.3%
Sesudah Terapi
Total Count 2 1 8 1 12

Expected Count 2.0 1.0 8.0 1.0 12.0


% within
Tekanan Darah 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Sesudah Terapi

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Kelompok Penelitian Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Tekanan Negatif .441 4 . .630 4 .001


Darah Positif .250 4 . .945 4 .683
Sebelum Perlakuan
.441 4 . .630 4 .001
Terapi
Tekanan Negatif .441 4 . .630 4 .001
Darah Positif .441 4 . .630 4 .001
Sesudah Perlakuan
.250 4 . .945 4 .683
Terapi

a. Lilliefors Significance Correction

Wilcoxon Signed Ranks Test


Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Tekanan Darah Sesudah Negative Ranks 9a 5.00 45.00


Terapi - Tekanan Darah Positive Ranks 0b .00 .00
Sebelum Terapi Ties 3c

Total 12

a. Tekanan Darah Sesudah Terapi < Tekanan Darah Sebelum Terapi


b. Tekanan Darah Sesudah Terapi > Tekanan Darah Sebelum Terapi
c. Tekanan Darah Sesudah Terapi = Tekanan Darah Sebelum Terapi

Test Statisticsa

Tekanan Darah
Sesudah Terapi
- Tekanan Darah
Sebelum Terapi

Z -3.000b
Asymp. Sig. (2-tailed) .003

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on positive ranks.

INFORMED CONSENT MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini


Nama :

No. Responden :

Umur :

Alamat :

Dengan ini menandatangani lembaran ini, saya memberikan persetujuan

untuk mengisi kuesioner yang diberikan peneliti. Saya mengerti bahwa penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui “ Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap

Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja

Puskesmas Sabbangparu”.

Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak mengandung resiko yang berarti

dan saya telah memberitahu bahwa kuesioner ini bersifat rahasia dan jawabannya

hanya untuk penelitian.

Saya telah diberi kesempatan bertanya mengenai penelitian atau peran

saya dalam penelitian ini. Saya secara sukarela berperan serta dalam penelitian ini.

Sabbangparu, Mei 2021

Tanda Tangan Peneliti

(Responden) Namirah
LEMBAR KEGIATAN PELAKSANAAN TERAPI MUSIK KLASIK

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan :

Pekerjaan :

SOP TERAPI MUSIK

Pengertian : Pemanfaatan kemampuan music dan elemen music terapis kepada

klien.

PersiapanAlat : 1. Sound/Tape

2. Hp

NO PROSEDUR

Pre Interaksi

1. Cek catatan keperawatan atau catatan medis klien (jika ada).

2. Siapkan alat-alat

3. Identifikasi factor atau kondisi yang dapat menyebabkan


kontraindikasi.

4. Cuci tangan.

Tahap Orientasi

5. Beri salam dan panggil klien dengan namanya.

6. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada klien/keluarga.

Tahap Kerja

7. Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan.

8. Menanyakan keluhan utama klien.


9. Jaga privacy klien, memulai kegiatan dengan cara yang baik.

10. Menetapkan perubahan pada perilaku/fisiologi yang diinginkan seperti


relaksasi, stimulasi, konsentrasi, dan mengurangi rasa sakit.

11. Menetapkan ketertarikan klien terhadap musik.

12. Identifikasi pilihan music klien.

13. Berdiskusi dengan klien tujuan berbagai pengalaman dengan musik.

14. Pilih pilihan musik yang mewakili pilihan music klien.

15. Bantu klien untuk memilIh posisi yang nyaman.

16. Batasi stimulasi seperti cahaya, suara, pengunjung, panggilan telepon


selama mendengarkan musik.

17. Dekatkan tape/musik dan perlengkapan dengan klien.

18. Pastikan tape/musik dan perlengkapan dalam kondisi baik.

19. Dukung dengan handphone jika diperlukan.

20. Nyalakan musik dan lakukan terapi musik.

21. Pastikan volume musik sesuai dan tidak terlalu keras.

22. Lama mendengarkan musik kepada responden 30 menit

23. Fasilitasi jika klien ingin berpartisipasi aktif seperti memainkan alat

musik atau bernyanyi jika diinginkan dan memungkinkan saat itu.

24. Hindari stimulasi musik setelah nyeri.

25. Menetapkan perubahan pada perilaku atau fidiologi yang diinginkan


seperti relaksasi, stimulasi, konsentrasi, dan mengurangi rasa sakit.

26. Menetapkan ketertarikan klien terhadap musik.

27. Identifikasi pilihan musik klien.

Terminasi
28. Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan klien)

29. Simpulkan hasil kegiatan

30. Berikan umpan balik positif

31. Kontrak pertemuan selanjutnya.

32. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik.

33. Bereskan alat-alat

34. Cuci tangan.

Dokumentasi

35. Catat hasil dan pemberian terapi musik.

Hawari (2013).

SOP PENGUKURAN TEKANAN DARAH

1. Pengertian : Pengukuran tekanan aliran darah yang dikeluarkan oleh


jantung melalui dinding arteri dengan menggunakan alat
tensi meter.
2. Tujuan : - Mengetahui tekanan darah pasien.
- Mengetahui rata-rata arteri.
- Mengetahui status kesehatan pasien.
3. Referensi : Buku pedoman pengobatan dasar di Puskesmas tahun
2007
4. Prosedur : Alat :
a. Tensimeter
b. Stetoskop
5. Langkah-langkah :
a. Dekatkan Alat
b. Menjelaskan kepada pasien tujuan tindakan yang
akan dilakukan dan posisinya diatur sesuai
kebutuhan.
c. Mengatur posisi pasien.
d. Membuka lengan baju atau digulung.
e. Letakkan tensimeter sejajar.
f. Memasang manset tensimeter pada lengan atas 2-3
cm diatas vena cubiti dengan pipi karetnya pada
bagian luar lengan. Manset dipasang tidak terlalu
kencang atau terlalu longgar.
g. Meraba denyut arteri bracdhialis stetoskop
ditempatkan pada daerah tersebut.
h. Menutup skrup balon karet, pengunci raksa dibuka.
Selanjutnya balon dipompa sampai denyut arteri
tidak terdengar lagi dan air raksa di dalam gelas
pipa naik.
i. Membuka skrup balon perlahan-lahan, sambil
memperhatikan turunnya air raksa, dengarkan bunyi
denyutan pertama dan terakhir.

Anda mungkin juga menyukai