Anda di halaman 1dari 186

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI ULKUS

DIABETIKUM DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KERUSAKAN


INTEGRITAS JARINGAN DI RUANG KENANGA RSUD
Dr.H.ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG
TAHUN 2019

Karya Tulis Ilmiah

Disusun oleh :
KARMINAH
144012016063

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
2019

1
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
2

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI ULKUS


DIABETIKUM DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KERUSAKAN
INTEGRITAS JARINGAN DI RUANG KENANGA RSUD
Dr.H.ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG
TAHUN 2019

Karya Tulis Ilmiah


Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
pada Program Studi Diploma III Keperawatan

Disusun oleh :
KARMINAH
144012016063

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
2019

ii
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
3

ASUHAN KEPERAWATAN PADAPASIENYANG MENGALAMI ULKUS


DIABETIKUM DENGANMASALAH KEPERAWATAN
KERUSAKANINTEGRITASJARINGAN DI RUANG KENANGA RSUD
DR. H.ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2019

Karminah
129 Halaman + 2 Gambar + 3 Bagan + 34 Tabel + 14 Lampiran

ABSTRAK

Salah satu komplikasi kronik diabetes mellitus adalah ulkus diabetikum. Ulkus
diabetikum terjadi akibat hiperglikemia kronik yang menimbulkan terjadinya
penyakit neuropati perifer dan penyakit vaskuler perifer (mikrovaskuler dan
makrovaskuler), dan berakibat terjadinya infeksi. Masalah keperawatan yang
sering terjadi pada ulkus diabetikum adalah kerusakan integritas jaringan.
Tujuan dari penelitian ini adalah melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien
yang mengalami ulkus diabetikum dengan masalah keperawatan kerusakan
integritas jaringan.

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu studi kasus untuk
mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami
ulkus diabetikum dengan masalah keperawatan kerusakan integritas jaringan di
ruang kenanga RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2019.

Hasil implementasi yang dilakukan selama 3 hari proses asuhan keperawatan


dapat disimpulkan bahwa pada hari ke 3 kedua pasien diberikan implementasi
perawatan luka dengan terapi madu balutan luka didapat perubahan yang
signifikan secara kuantitatif dan maupun kulaitatif. Yaitu pasien 1 Ny. S ulkus
diabetikum mulai mongering dan jaringan nekrotik berkurang, panjang
luka 6 cm. Sedangkan pada pasien 2 Ny. S bau berkurang, nekrotik berkurang,
jumlah jaringan nekrotik 51-76 % menutupi dasar luka, panjang luka 34 cm.

Berdasakan hasil penelitian yang dilakukan terapi madu dalam perawatan ulkus
diabetikum dapat dijadikan terapi alternative non farmakologi dalam membantu
proses penyembuhan luka dan membantu mengurangi terjadinya infeksi kronik
pada ulkus diabetikum.

Kata Kunci : Ulkus Diabetikum, Kerusakan Integritas Jaringan


Daftar Pustaka : 22 (2004 - 2018)

iii
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
4

NURSING CARE PLAN IN PATIENTS WHO HAVE DIABETIC ULCERS


WITH IMPAIRED TISSUE INTEGRITY INKENANGA ROOM DR. H.
ABDUL MOELOEK LAMPUNG PROVINCE IN 2019

Karminah
129 Pages + 2 Pictures + 3 Charts + 34 Tables + 14 Attachments

ABSTRACT

One of the chronic complications of diabetes mellitus is diabetic ulcer. Diabetic


ulcers occur due to chronic hyperglycemia which caused peripheral neuropathy
and peripheral vascular disease (microvascular and macrovascular), and results
in septicemia. Nursing problems that often occur in diabetic ulcers are impaired
tissue integrity.The purpose of this study is to implement nursing care in patients
who experience diabetic ulcers with impaired tissue integrity

The research design in this study is a case study to explore the problem of nursing
care in patients who have ulcers. Diabetes with H. Abdul Moeloek Lampung
Province in 2019.

Based on implementation it can be concluded that on the day-3 both of patients


were given the implementation of alternating wound care with wound dressing
honey therapy which obtained significant on quantitatively and qualitatively.
Namely patient first Ny. S diabetic ulcer begins to dry up and the necrotic tissue
decreased, the length of the wound is 6cm. Whereas in the second patients, Ny. S
was tested for the odor was reduced, the necrotic was reduced, thepresentation of
necrotic tissue were 51-76%, wound leght34 cm long.

Keywords : Diabetic Ulcer, Impaired Tissue Integrity


Bibliography : 22 (2004-2018)

iv
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
5

PERSETUJUAN PENELITIANKARYATULISILMIAH

Karya Tulis Ilmiah


Telah Diperiksa dan Disetujui untuk diuji dihadapan
TIM Penguji Karya Tulis Ilmiah

Judul KTI : “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Yang Mengalami Ulkus


Diabetikum Dengan Masalah Keperwatan Kerusakan
Integritas Jaringan Di Ruang Kenanga RSUD Dr.H.Abdul
Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2019”
Nama Mahasiswa : Karminah
NIM : 144012016063

MENYETUJUI

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Tiara S.Kep.,MNS Ns.Tri Wijayanto, M.Kep.,Sp.KMB


NBM:1282502 NBM:831882

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


6

HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI ULKUS


DIABETIKUM DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KERUSAKAN
INTEGRITAS JARINGAN DI RUANG KENANGA RSUD
Dr.H.ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG
TAHUN 2019

Karya Tulis Ilmiah ini disusun oleh Karminah telah diperiksa dan dipertahankan
dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah dan dinyatakan Lulus
Pada tanggal 16 Juli 2019

MENGESAHKAN

Tim Penguji:
Penguji Utama : Ns. Dian Novita, M.Kep.,Sp.KMB
NIP. 19811129 200501 2 007 (......................)

Penguji Anggota I : Ns. Tiara, S.Kep., MNS


NBM :1282502 (......................)

Penguji Anggota II : Ns. Tri Wijayanto, M.Kep.,Sp.KMB


NBM.831882 (......................)

Ketua Program Studi

Ns. Nuria Muliani, M.Kep.,Sp.Kep. J


NBM. 1152420

Mengetahui,
Ketua STIKes Muhammadiyah Pringsewu

Ns. Arena Lestari, M.Kep.,Sp.Kep. J


NBM. 965246

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


7

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI


TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai sivitas akademik STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung, saya


yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Karminah
NIM : 144012016063
Program Studi : DIII Keperawatan
Jenis Karya : Karya Tulis Ilmiah
Judul KTI : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Yang Mengalami Ulkus
Diabetikum Dengan Masalah Keperwatan Kerusakan Integritas
Jaringan Di Ruang Kenanga RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung Tahun 2019.

Guna pengembangan ilmu pengetahuan kesehatan, menyetujui memberikan


kepada STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung tanpa menuntut ganti rugi
berupa materi atas Karya Tulis Ilmiah saya yang berjudul : “Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Yang Mengalami Ulkus Diabetikum Dengan Masalah Keperwatan
Kerusakan Integritas Jaringan Di Ruang Kenanga RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung Tahun 2019”

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung dengan adanya pernyataan ini


berhak menyimpan, mengalihmediakan dalam bentuk format yang lain, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas
akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis atau pencipta
dan sebagai pemilik hak atas karya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Pringsewu
Pada tanggal : 16 Juli 2019
Yang menyatakan

(Karminah)

vii
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
8

MOTTO HIDUP

WAKTU bukan hanya tentang UANG

NAMUN tentang bagaimana kesempatan yang dating dapat dimaksimalkan

menjadi KEBAIKAN

(Karminah)

viii
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
9

PERSEMBAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan kepada :

1. Ayah Parudin dan Ibu Tuminah yang tercinta, terimakasih atas doa dan

dukungannya

2. Ns. Arena Lestari, M.Kep.,Sp.Kep.J selaku Ketua STIKes Muhammadiyah

Pringsewu

3. Ns. Nuria Muliani, M.Kep.,Sp.Kep.J selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan.

4. Ns. Tiara, S.Kep,.MNS selaku pembimbing 1

5. Ns. Tri Wijayanto, M.Kep.,Sp.KMB selaku pembimbing 2

6. Ns. Dian Novita, M Kep.,Sp.KMB selaku penguji 3

7. Teman terbaik sekaligus sahabat tercinta yang selalu ada: parasahabatku

(levina, diana, hesti, adel, yuli, afika, ishika, yuli, dewi, mareta, desi, inaya,

upik, astri, tiwi, febyka, febri, arya, ion, roy, rian, tomi, yoga, dani, rifanul,

kukuh, brian) yang membantu dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah

8. Teman-teman angkatan 21 yang saya banggakan

9. Almamater STIKes Muhammadiyah Pringsewu yang saya cintai.

ix
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
10

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Karminah dilahirkan pada tanggal 30 Juli 1998 di gisting, anak pertama dari
pasangan Bapak Parudin dan Ibu Tuminah. Pendidikan dasar di TK Terpadu
Pemda Tanggamus ditamatkan pada tahun 2004, SDN 2 Umbul Buah, di
tamatkan pada tahun 2010 dan SMP N 1 Kotaagung Timur diselesaikan pada
tahun 2013. Pendidikan berikutnya SMK Al- Qolam Kotaagung ditamatkan
pada tahun 2016 dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di
STIKes Muhammadiyah Pringsewu sampai sekarang.

Semasa menjalani pendidikan dibangku sekolah menengah atas penulis aktif di


kegiatan OSIS. Di perguruan tinggi STIKes Muhammadiyah Pringsewu penulis
bergabung dalam organisasi Ikatan Mahasisiswa Muhammadiyah (IMM).

x
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
11

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
dengan waktu yang di tentukan. Karya Tulis Ilmiah ini berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Yang Mengalami Ulkus Diabetikum Dengan Masalah
Keperawatan Kerusakan Integritas Jaringan Di Ruang Kenanga RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2019”

Penulisan karya tulis ini ditunjukkan untuk memenuhi tugas akhir dalam
menempuh pendidikan Diploma III di STIKes Muhammadiyah Pringsewu
Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mendapat banyak petunjuk dan bantuan baik moril
maupun materil, untuk itu dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ns.Arena Lestari, M.Kep,Sp.Kep.J selaku Ketua STIKes Muhammadiyah
Pringsewu.
2. Ns.Nuria Muliani, M.Kep.,Sp.Kep.J selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan
3. Ns.Tiara S.Kep,MNSselaku pembimbing I
4. Ns. Tri Wijayanto, M.Kep.Sp,KMB selaku pembimbing II
5. Ns. Dian Novita, M.Kep.Sp,KMB selaku penguji III
6. Bapak, Ibu dan kedua adikku serta keluargaku tercinta yang selalu menemani
dan mendukung selama penulisan Karya Tulis Ilmiah
7. Teman – teman seperjuangan angkatan ke-21 dan para sahabatku (levina,
diana, hesti, adel, yuli, afika, ishika, yuli, dewi, mareta, desi, inaya, upik, astri,
tiwi, febyka, febri, arya, ion, roy, rian, tomi, yoga, dani, rifanul, kukuh, brian)
yang membantu dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

Dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah sudah berusaha sebaik mungkin dengan
kemampuan penulis agar Karya Tulis Ilmiah ini menjadi sempurna. Kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk menjadikan Karya Tulis Ilmiah ini jauh
lebih baik lagi. Semoga bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan pada
dunia keperawatan pada khususnya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Pringsewu, Juni 2019

Penyusun

xi
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
12

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
ABSTRAK................................................................................................... iii
ABSTRACK ................................................................................................. iv
PERSETUJUAN PENELITIAN ................................................................ v
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................. vii
MOTTO ...................................................................................................... viii
RIWAYAT HIDUP PENULIS ................................................................... ix
PERSEMBAHAN ....................................................................................... x
KATA PENGANTAR ................................................................................. xi
DAPTAR ISI ............................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv
DAFTAR BAGAN ...................................................................................... xvi
DAPTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Batasan Masalah ........................................................................... 8
C. Rumusan Masalah ......................................................................... 8
D. Tujuan .......................................................................................... 8
E. Manfaat ......................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Penyakit ........................................................................... 11
B. Konsep Ulkus diabetikum ............................................................. 26
C. Konsep Madu................................................................................ 43
C. Konsep Asuhan Keperawatan........................................................ 46
D. Konsep Kerusakan Integritas Jaringan .......................................... 51

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian .......................................................................... 55
B. Batasan Istilah .............................................................................. 55
C. Partisipan ...................................................................................... 56
D. Lokasidan Waktu Penelitian ......................................................... 56
E. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 57
G. Analisa Data ................................................................................. 58

xii
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
13

H. Etik Penelitian .............................................................................. 59


I. Jalannya Penelitian ......................................................................... 61

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. HASIL............................................................................................... 66
1. Gambaran Lokasi dan Pengambilan Data ..................................... 66
2. Pengkajian ................................................................................... 67
3. Resume Keperawatan................................................................... 102
4. Analisa Data ................................................................................ 104
5. Diagnosa Keperawatan ................................................................ 106
6. Rencana Keperawatan .................................................................. 106
7. Pelaksanaan ................................................................................. 107
8. Evaluasi ....................................................................................... 113
B. Pembahasan....................................................................................... 117
1. Pengkajian ................................................................................... 117
2. Diagnosa Keperawatan ................................................................ 119
3. Intervensi Keperawatan ............................................................... 120
4. Implementasi Keperawatan .......................................................... 123
5. Evaluasi Keperawatan ................................................................. 124

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ....................................................................................... 127
B. Saran ................................................................................................ 130

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiii
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
14

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Sistem Klasifikasi Ulkus Wagner .................................................. 3
Table 2.2 Mekanisme Penyembuhan Luka Dengan Madu ............................. 45
Table 2.3 Pemeliksaan Lumt ......................................................................... 49
Tabel 2.4 Rencana Keperawatan ................................................................... 52
Table 3.1 Definisi Oprasional........................................................................ 55
Tabel 4.1 Identitas Klien ............................................................................... 67
Tabel 4.2 Sumber Infomasi ........................................................................... 68
Tabel 4.3 Riwayat Penyakit........................................................................... 68
Tabel 4.4 Data Psiko-Sosial-Spiritual ............................................................ 73
Tabel 4.5 Pendidikan Dan Pengajaran ........................................................... 74
Tabel 4.6 Lingkungan ................................................................................... 75
Tabel 4.7 Pola Kebiasaan Sehari-Hari ........................................................... 75
Tabel 4.8 Pemeriksaan Fisik ......................................................................... 79
Tabel 4.9 Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 13 Juni 2019 .......................... 83
Tabel 4.10 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 13 Juni 2019 ............... 84
Tabel 4.11 Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu Tanggal 14-16 Juni 2019 ........ 85
Tabel 4.13 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 14 Juni 2019 ............... 86
Tabel 4.13 Hasil Pemeriksaan Laboratorim Tanggal 14 Juni 2019................. 87
Tabel 4.14 Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu Tanggal 15-17 Juni 2019 ........ 88
Tabel 4.15 Hasil Pemeriksaan Mikrobiologi Tanggal 14 Juni 2019 ............... 88
Tabel 4.16 Pemeriksaan Ulkus Hari Ke 1 ...................................................... 89
Tabel 4.17 Pemeriksaan Ulkus Hari Ke 2 ...................................................... 91
Tabel 4.18 Pemeriksaan Ulkus Hari Ke 3 ...................................................... 94
Tabel 4.19 Pemeriksaan Ulkus Hari Ke 1 ...................................................... 96
Tabel 4.20 Pemeriksaan Ulkus Hari Ke 2 ...................................................... 98
Tabel 4.21 Pemeriksaan Ulkus Hari Ke 3 ...................................................... 100
Tabel4.22 Resume Keperawatan .................................................................. 102
Tabel 4.23 Analisa Data Pasien 1 .................................................................. 104
Tabel 4.24 Analisa Data Pasien 2 .................................................................. 105
Tabel 4.25 Rencana Keperawatan ................................................................. 106
Tabel 4.26 Pelaksanaan ................................................................................. 107
Tabel 4.27 Pelaksanaan ................................................................................. 110
Tabel 4.28 Evaluasi Pasien 1 ......................................................................... 113
Tabel 4.29 Evaluasi Pasien 2 ......................................................................... 115

xiv
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
15

DAFTAR BAGAN

Halaman
Bagan 2.1 Patogenesis Ulkus Diabetikum ..................................................... 32

Bagian 4.1 Genogram Pasien 1 ..................................................................... 71

Bagian 4.2 Genogram Pasien 2 ..................................................................... 72

xv
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
16

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pengajuan Judul

Lampiran 2 Surat Izin Pra Survey

Lampiran 3 Surat Balasan Izin Pra Survey

Lampiran 4 Surat Izin Pengambilan Data

Lampiran 5 Surat Balasan Izin Pengambilan Data

Lampiran 6 Informed Consent

Lampiran 7 Format Pengkajian KMB

Lampiran 8 Lembar Pemeriksaan Ulkus

Lampiran 9 SOP Perawatan Luka Dengan Madu

Lampiran 10 Persetujuan Etik

Lampiran 11 Gambar Pasien 1

Lampiran 12 Gambar Pasien 2

Lampiran 13 Lembar Konsul

xvi
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

DM merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang menduduki

pringkat ke 6 di dunia pada hasil IDF tahun 2013 dan mengalami kenaikan

presentasi pada tahun 2018 yaitu peringkat ke 7 di dunia dengan jumlah

penyandang DM sebanyak 7,6 juta.

Diabetes melitus merupakan penyakit kronik, progresif yang dikarakteristikkan

dengan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat,

lemak, dan protein yang manjadi penyebab awal terjadinya hiperglikemia (kadar

gula yang tinggi dalam darah).Hiperglikemia kronik pada diabetes mellitus

berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan organ

tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah (Black & Hawk,

2009).

Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2017), total keseluruhan

penderita penyakit diabetes mellitus di dunia sebanyak 425 juta jiwa dengan

prevalensi 8,8% penduduk dunia hidup dengan diabetes mellitus, jika tidak

ditangani dengan baik angka kejadian penyakit diabetes mellitus akan meningkat

hingga 629 juta penderita pada tahun 2045.Berdasarkan data IDF 2018, saat ini

diperkirakan 10,3juta orang penduduk di diagnosa sebagai penyandang diabetes

mellitus. Dengan angka tersebut Indonesia menempati peringkat ke 6 di dunia

1
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
2

atau naik satu peringkat dibandingkan data IDF tahun 2013 yang menempati

peringkat ke 7 di dunia dengan 7,6 juta orang penyandang diabetes mellitus.

Prevalensi penyakit diabetes mellitus berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2018)

di Indonesia terjadi peningkatan angka prevalensidiabetes mellitus yang cukup

siginifikan dalam 5 tahun terakhir dari 6,9% di tahun 2013 menjadi 8,5% di

tahun 2018 peningkatan dari tahun 2013-2018 sebanyak 1,6%. Di Indonesia

prevalensi penyakit diabetes mellitus tertinggi terdapat di provinsi DKI Jakarta

(3,4%), Kalimantan Timur (3,3%), Yogyakarta (3,2%) danprevalensi diabetes

mellitus untuk di Provensi Lampung mengalami peningkatan dengan prevalensi

(1,2%) prevalensi pasien DM dengan komplikasi ulkus diabetikum dari hasil

data yang di dapatkan dari presurvei yang dilakukan di RSUD Dr.H.Abdul

Moeloek Provinsi Lampung pada tahun 2018 sebanyak 232 kasus.

Salah satu komplikasi DM dengan hiperglikemia kronis adalah ulkus

diabetikum. Prevalensi DM dengan ulkus diabetikum dari tahun ke tahun

semakin meningkat,Prevalensi DM dengan komplikasi ulkus di dunia berkisar 4-

10%, yang menyebabkan 40-7-% kasus DM dengan ulkus diabetik mengalami

amputasi dengan non trauma.Penyebab terjadinya amputasi pada pasien DM

yaitu diakibatkan oleh faktor iskemik 50-7-%, dan komplikasi dengan infeksi

30-50%.

Prevalensi ulkus DM di Indonesia sebesar 15%dengan presentasi kematian

32,5% dan presentasi DMdengan amputasi sebesar 23,5%, dan presentasi jumlah

perawatan penderita DM di rumah sakit sebesar 80% (wagiu,2016). Prevalensi

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


3

DM dengan komplikasi ulkus di provinsi lampung pada tahun 2007 sebesar 62%

pederita dan pada tahun 2013 sebesar 0,8% (Riskesdas, 2007 dan 2013).

Ulkus diabetikum adalah kerusakan sebagian (partial thickness) atau keseluruh

(full thickness) pada kulit, tendon, otot, tulang atau persendian yang terjadi pada

seseorang yang menderita penyakit diabetes melitus (DM), kondisi ini timbul

sebagai akibat terjadinya peningkatan kadar gula darah yang tinggi. Jika ulkus

kaki berlangsung lama, tidak dilakukan penatalaksanaan dan tidak sembuh, luka

akan menjadi infeksi. Ulkus kaki, infeksi, neuropati dan penyakit arteri perifer

seringmengakibatkan gangren dan amputasi ekstremitas bagian bawah (Parment,

2005; Frykberg, et al, 2006).

Ulkus diabetic disebabkan oleh aktifitas berbagai faktor yang menjadi pencetus

terjadinya ulkus diabetic, salah satu faktor yang mendasari adalah terjadinya

neuropati perifer yang iskemik dan penyakit vaskuler perifer (makro dan mikro

angiopati).Faktor lain yang berkontribusi terhadap kejadian ulkus kaki adalah

deformitas kaki (yang dihubungan dengan peningkatan tekanan pada plantar),

kontrol gula darah yang buruk, hiperglikemia yang berkepanjangan dan

kurangnya perawatan kaki.

Gangren diabetic atau ulkus diabetic merupakan luka pada kaki yang merah

kehitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi pembuluh darah

sedang atau besar ditungkai.Luka gangren merupakan salah satu komplikasi

kronik DM yang paling ditakuti oleh penderita DM (Waspaji,2014).Gejala yang

sering di rasakan pada pasien dengan gangguan neuropati yang perpotensi

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


4

terjadinya ulkus diabetic salah satunya yaitu berupa kaki terasa terbakar dang

bergetar sendiri dengan peningkatan rasa sakit pada malam hari (PERKENI,

2015).Ulkus di klasifikasikan menjadi 5 tingkatan sesuai dengan jenis ulkus

yang dialami mulai dari grade 0-5 dimana ulkus yang terjadi didekripsi tidak

terdapatnya lesi pada luka sampai dengan terjadinya nekrotik pada seluruh

jaringan kaki.

Masalah keperawatan yang muncul pada pasien dengan ulkus diabetikum adalah

kerusakan integritas jaringan.Kerusakan integritasjaringan dimana luka yang

terjadi pada ektremitas akibat penurunan sintesis protein yang mengakibatkan

terjadinya luka yang mudah terinfeksi dan luka sulit sembuh sehingga

mengakibatkan luka tersebut menjadi gangren atau menjadi ulkus diabetikum

yang merusak bagian bawah kulit dan mengakibatkan kerusakan integritas pada

jaringan (Nur Aini,2016).

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan komplikasi ulkus

diabetikum diantaranya yaitu evaluasi status vaskuler, pengkajian gaya hidup,

manajemen jaringan atau tindakan dasar ulkus, dan penurunan tekanan pada

ulkus atau off-loading. Dari penatalaksaanaan yang dapat dilakukan pada pasien

dengan komplikasi ulkus penatalaksaan yang menjadi cirri khas dalam

melakukan perawatan ulkus diabetikum yaitu memanajemen jaringan atau

tidakan dasar ulkus (Tarwoto, 2012).

Dalam memanajemen jaringan atau tindakan dasar ulkus yaitu dengan tindakan

mengganti balutan dan tindakan debridement,tujuan dari debridement adalah

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


5

membuang jaringan mati,debridemen jaringan nekrotik merupakan komponen

integral dalam melakukan penatalaksanaan ulkus diabetikum agar ulkus yang

terjadi dapat mencapai tahap penyembuhan,proses debridement dapat dengan

cara pembedahan, enzimatik, autolitik, mekanik, dan biological (Tarwoto,2016).

Salah satu terapi yang dapat di lakukan untuk perawatan luka ulkus diabetikum

adalah memodifikasibalutan luka dengan menggunakan terapi madu (Faisol,

2015).

Dimana sudah dijelaskan dalam surat an-nahlayat 69:

٦٩)

Artinya : “Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan

tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu), dari perut lebah itu

keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya

terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang

demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang

yang memikirkan”.

Penjelasan dari ayat diatas dapat kita ambil sebuah kesimpulan bahwa madu

adalah suatu cairan yang dapat digunakan untuk menyembuhkan berbagai

macam penyakit pada manusia salah satunya dalam proses penyembuhan luka.

Madu adalah suatu cairan berwarna kuning terang atau kuning keemasan yang

dihasilkan oleh hewan lebah.Kandungan yang terdapat didalam madu alami

diantaranya vitamin C, dekstrin, pigmen tumbuhan, aminoacid (asam amino),

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


6

protein, serta ester (berfungsi untuk membentuk enzim), dan komponen aromatic

pengharum. Bebrapa kandungan mineral dalam madu adalah Belerang (S),

Kalsium (Ca), Tembaga (Cu), Mangan (Mn), Besi (Fe), Fosfor (P), Kalium (K),

Magnesium (Mg), Yodium (I), Seng (Zn), Silikon (Si), Nartium (Na),

Molibdenum (Mo), dan Aluminium (Al). Madu juga mengandung senyawa

Lysozyn yang memiliki daya antibakteri, termasuk senyawa inhibine, yang dapat

bekerja sebagai desifektan, sehingga madu alami dapat digunakan dalam

penyembuhan luka (Faisol, 2015).

Madu bersifat asam sehingga madu dapat digunakan dalam penyembuhan luka

dengan cara membunuh dan membasmi bakteri yang terdapat didalam luka

sehingga akan mengurangi kadar bakteri dan perkebangbiakan bakteri yang akan

menimbulkan infeksi jangka panjang, dalam proses penyembuhan luka madu

berfungsi sebagai antibacterial, antiinflamasi sehingga akan mengurangi

peradangan yang terjadi pada luka salah satunya mengurangi edema dan pus

yang terdapat didalam luka dan mempercepat proses penyembuhan luka (Faisol,

2015).

Teori ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gerogy, 2008,

menyatakan bahwa madu (honey) dapat digunakan pada perawatan ulkus

diabetikum.Madu merupakan salah satu alternative topikal terapi yang dapat

dijangkau dengan mudah serta mempunyai peran dalam proses penyembuhan

ulkus diabetikum. Madu mempunyai fungsi sebagai antibacterial,antiimflamasi,

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


7

anti oksidan, anti septik dan meningkatkan regenerasi jaringan melalui stimulasi

angiogenesis dan pertumbuhan fibroblast dan sel epitel.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Faisol (2015), tentang efektivitas pemberian

madu terhadap luka diabetic menunjukkan bahwa setelah dilakukan perawatan

didapatkan adanya pertumbuhan granulasi yang baru, tidak ada reaksi inflamasi,

dan kedalaman luka berkurang, warna jaringan kemerahan, serta jumlah eksudat

berkurang.

Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi yang sering terjadi pada

pasien DM dimana ulkus diabetikum terjadi akibat adanya gangguan pada

neuropati sensori perifer, trauma, deformitas, iskemia, pembentukan kalus,

infeksi dan edema. Ulkus yang terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama

dengan perawatan ulkus yang tidak adekuat maka akan mengakibatkan

komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh ulkus diabetikum salah satunya yaitu

kerusakan pada integritas jaringan. Untuk mencegah terjadinya gangguan

kerusakan integritas pada jaringan maka perlu dilakukan penatalksanaan baik

secara farmakologi maupun nonformakologi, salah satu kolaborasi

penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien yang mengalami ulkus

diabetikum dengan masalah kerusakan integritas jaringan yaitu melakukan

perawatan luka dengan kombinasi madu, kombinasi madu di gunakan dalam

proses penyembuhan luka dengan memperhatikan kandungan dan manfaat madu

dalam proses granulasi jaringan. Maka dengan hal tersebut peneliti tertarik untuk

melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien yang mengalami Ulkus

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


8

Diabetikum dengan masalah Kerusakan Integritas Jaringan yang berfokus pada

perawatan luka dengan kombinasi madu.

B. Batasan Masalah

Batasan masalah pada study kasus ini di batasi pada asuhan keperawatan pada

pasien yang mengalami ulkus diabetikum dengan masalah keperawatan

kerusakan integritas jaringan di Ruang Kenanga Rumah Sakit Umum Daerah

Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2019.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang diambil peneliti ingin mengetahui bagaimana

asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami ulkus diabetikum dengan

masalah keperawatan kerusakan integritas jaringan di Ruang Kenanga Rumah

Sakit Umum Daerah Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2019.

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan keperawatanpada pasien yang mengalami ulkus

diabetikum dengan masalah keperawatan kerusakan integritas jaringan di

Ruang kenanga Rumah Sakit Umum Daerah Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi

Lampung Tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada pasien yang mengalami ulkus diabetikum

dengan masalah keperawatan kerusakan integritas jaringan di Ruang

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


9

Kenanga Rumah Sakit Umum Daerah Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi

Lampung Tahun 2019.

b. Melakukan diagnosa keperawatan pada pasien yang mengalami ulkus

diabetikum dengan masalah keperawatan kerusakan integritas jaringan di

Ruang KenangaRumah Sakit Umum Daerah Dr.H.Abdul Moeloek

Provinsi Lampung Tahun 2019.

c. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien yang mengalami ulkus

diabetikum dengan masalah keperawatan kerusakan integritas jaringan di

Ruang Kenanga Rumah Sakit Umum Daerah Dr.H.Abdul Moeloek

Provinsi Lampung Tahun 2019.

d. Melakukan Implementasi asuhan keperawatanpada pasien yang

mengalami ulkus diabetikum dengan masalah keperawatan kerusakan

integritas jaringan di Ruang Kenanga Rumah Sakit Umum Daerah

Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2019.

e. Melakukan evaluasi asuhan keperawatanpada pasien yang mengalami

ulkus diabetikum dengan masalah keperawatan kerusakan integritas

jaringans di Ruang Kenanga Rumah Sakit Umum Daerah Dr.H.Abdul

Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2019.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


10

E. Manfaat

Berdasarkan tujuan dari penelitian yang dilakukan manfaat dari penelitian diatas

yaitu :

1. Bagi Rumah Sakit

Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan Asuhan

Keperawatanpada pasien yang mengalami ulkus diabetikum dengan masalah

keperawatan kerusakan integritas jaringan di Ruang Kenanga Rumah Sakit

Umum Daerah Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2019.

2. Bagi Perawat

Untuk meningkatkan kinerja perawat dalam memberikan Asuhan

Keperawatan pada pasien yang mengalami ulkus diabetikum dangan masalah

keperawatan kerusakan integritas jaringan secara komprehenshif di Ruang

Kenanga Rumah Sakit Umum Daerah Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi

Lampung Tahun 2019.

3. Bagi Institusi Kesehatan

Dapat dijadikan refrensi bagi institusi pendidik dalam mengembangkan ilmu

Asuhan Keperawatanpada pasien yang mengalami ulkus diabetikum dengan

masalah keperawatan kerusakan integritas jaringan.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi bagi peneliti untuk

digunakan sebagai penelitian selanjutnya.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


11

5. Bagi Pasien

Agar pasien dan keluarga dapat mengetahui gambaran umum perawatan luka

pada pasieng yang mengalami ulkus diabetikdengan masalah keperawatan

kerusakan integritas jaringan yang baik dan benar.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diabetes Melitus

1. Pengertian

Diabetes melitus adalah kelompok metabolic yang dikaterisasikan dengan

tingginya tingkat glukosa di dalam darah (hiperglikemia) yang terjadi akibat

efek sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (American Diabetes

Assocation (ADA) (Smeltzer, 2005).

Diabetes melitus adalah penyakit kronik, progresif yang dikarakteristikkan

dengan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme

karbohidrat, lemak, dan protein awal terjadinya hiperglikemia (kadar gula

yang tinggi dalam rendah) (Black & Hawk, 2009).

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolic

dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi

insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada

diabetes mellitus berhubungan dengan kerusakan jangka panjang,

disfungsi atau kegagalan organ tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung,

dan pembulu darah ( Siti Setiati dkk, 2014).

12
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
13

2. Klasifikasi Diabetes Melitus

Menurut WHO, 1985 dan American Diabetes Association, 2003 dalam

Tarwoto (2012) penyakit DM diklasifikasikan menjadi :

a. Diabetes melitus tipe I atau Insulin Dependent Diabetes Melitus

(INDDM) yaitu DM yang bergantung pada insulin. Diabetes tipe ini

terjadi pada 5% s.d 10% penderita DM. Pasien sangat tergantung insulin

melalui penyuntikan untuk mengendalikan gula darah.

Diabetes tipe I disebabkan karena kerusakan sel beta pancreas yang

menghasilkan insulin.Hal ini berhubungan dengan kombinasi antara

faktor genetik, imonologi, dan kemungkinan lingkungan, seperti

virus.Terdapat juga hubungan terjadinya diabetes tipe I dengan beberapa

antigen leukosit manusia (HLAs) dan adanya autoimun antibody sel

islent (ICAs) yang dapat merusak sel-sel beta pankreas. Bagaimana

proses terjadinya kerusakan sel beta tidak jelas. Ketidakmampuan sel

beta menghasilkan insulin mengakibatkan glukosa yang berasal dari

makanan tidak dapat disimpan dalam hati dan tetap berada dalam darah

sehingga menimbulkan hiperglikemia.

b. Diabetes melitus tipe II atau Non Insulin Dependent Diabetes Melitus

(NIDDM) yaitu DM yang tidak tergantung pada insulin kurang lebih

90% - 95% penderita DM adalah diabetes tipe ini DM tipe II terjadi

akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau

akibat penurunan produksi insulin. Normalnya insulin terkait oleh

reseptor khusus pada permukaan sel dan mulai terjadi rangkaian reaksi

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


14

termasuk metabolisme glukosa. Pada diabetes tipe II reaksi dalam sel

kurang efektif karena kurangnya insulin yang berperan dalam

menstimulasi glukosa masuk kejaringan dan pengaturan pelepasan

glukosa masuk kejaringan dan pengaturan pelepasan glukosa dihati

adanya insulin juga dapat mencegah pemecahan lemak yang

menghasilkan badan keton.

DM tipe II banyak terjadi pada usia dewasa lebih dari 45 tahun, karena

berkembang lambat dan terkadang tidak terdeteksi, tetapi jika gula darah

tinggi baru dapat dirasakan seperti kelemahan, iritabilitas, poliuria,

polidipsi, proses penyembuhan luka yang lama, infeksi vagina, kelainan

penglihatan.

c. Diabetes karena malnutrisi

Golongan diabetes ini terjadi akibat malnutrisi.Biasanya pada penduduk

yang miskin. Diabetes tipe ini dapat ditegakkan jika ada 3 gejala dari

gejala yang mungkin yaitu :

1) Adanya gejala malnutrisi seperti badan kurus, berat badan kurang

dari 80% berat badan ideal.

2) Adanya tanda-tanda malabsobsi makanan.

3) Usia antara 15-40 tahun.

4) Memerlukan insulin untuk regulasi DM dan menaikkan berat badan.

5) Nyeri perut berulang.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


15

d. Dibetes sekunder

Diabetes sekunder yaitu DM yang berhubungan dengan keadaan atau

penyakit tertentu, misalnya penyakit pankreas (pancreatitis, neoplasma,

trauma/panreatctomy), endokrinopati (akromegali, Cushing’s syndrome,

pheochromacytoma, hyperthyroidism). Obat-obatan atau zat kimia

(glukokortikoid, hormone tiroid, dilantin, nicotinic acid), penyakit

infeksi seperti congenital rubella infeksi cytomegalovirus, serta

syndrome genetic diabetes seperti syndrome Down.

e. Diabetes melitus gestasional

Diabetes melitus gestasional yaitu DM yang terjadi pada masa

kehamilan, dapat di diagnosa dengan menggunakan test toleran glukosa,

terjadi pada kira-kira 24 minggu kehamilan. Individu dengan DM

gestasional 25% akan berkembang menjadi DM.

3. Etiologi

Etiologi diabetes melitus menurut Tarwoto (2013) adalah :

a. Riwayat keturunan dengan diabetes, misalnya pada DM tipe I diturunkan

sebagai sifat heterogen, mutigenik. Kembar identik mempunyai resiko

25% - 50%, sementara saudara kandung beresiko 6% dan anak beresiko

5% (Black, 2009).

b. Lingkungan seperti virus (cytomegalovirus, mumps, rubella) yang dapat

memicu terjadinya autoimun dan menghancurkan sel-sel beta pankreas,

obat-obatan dan zat kimia seperti alloxan, streptozotocin, pentamidine.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


16

c. Usia diatas 45 tahun.

d. Obesitas, berat badan lebih dari atau sama dengan 20% berat badan ideal.

e. Etnik, banyak terjadi pada orang Amerika keturunan Afrika, Asia.

f. Hipertensi, tekanan darah lebih dari satu atau sama dengan 140/90

mmHg.

g. HDL kolestrol lebih dari atau sama dengan 35 mg/dl, atau trigiserida

lebih dari 250 mg/dl.

h. Riwayat gestasional DM (Smeltzer, 2004).

i. Kebiasaan diet.

j. Kurang olahraga.

k. Wanita dengan hirsutisme atau penyakit plicistik ovari.

4. Manifestasi Klinis

Menurut Tarwoto (2012) adanya penyakit DM ini pada awalnya seringkali

tidak dirasakan dan tidak disadari oleh penderita, beberapa keluhan dan

gejala yang perlu diperhatikan adalah :

a. Keluhan klasik

1) Sering kencing (poliuria)

Adanya hiperglikemia menyebabkan sebagian glukosa di keluarkan

oleh ginjal bersama urin karena keterbatasan kemampuan filtrasi

ginjal dan kemampuan reabsorpsi dari tubulus ginjal.Untuk

mempermudah pengeluaran glukosa maka diperlukan banyak air,

sehingga frekuensi miksi menjadi meningkat.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


17

2) Meningkatnya rasa haus (polidipsi)

Banyaknya miksi atau buang air kecil menyebabkan tubuh

kekurangan cairan (dehidrasi), hal ini merangsang pusat haus yang

mengakibatkan peningkatan rasa haus.

3) Meningkatkan rasa lapar (polipagia)

Meningkatnya katabolisme, pemecahan glikogen untuk energy

menyebabkan cadangan energy berkurang, keadaan ini menstimulasi

pusat lapar.

4) Penurunan berat badan

Penurunan berat badan disebabkan karena banyaknya kehilangan

cairan, glikogen dan cadangan trigliserida serta massa otot.

b. Keluhan lain

1) Kelainan pada mata, penglihatan kabur

Pada kondisi kronis, keadaan hiperglikemia menyebabkan aliran

darah menjadi lambat, sirkulasi kevaskuler tidak lancer, termasuk

pada mata yang dapat merusak retina serta kekeruhan pada lensa

2) Kulit gatal, infeksi kulit, gatal-gatal sekitar penis dan vagina

Peningkatan glukosa dalam darah mengakibatkan penumpukan pula

pada kulit sehingga menjadi gatal, jamur, dan bakteri mudah

menyerang kulit.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


18

3) Ketonuria

Ketika glukosa tidak lagi digunakan untuk energi, maka digunakan

asam lemak untuk energi, asam lemak akan dipecah menjadi keton

yang kemudian berada pada darah dan dikeluarkan menjadi ginjal.

4) Kelemahan dan keletihan

Kekurangan cadangan energi, adanya kelaparan sel, kehilangan

potassium menjadi akibat pasien mudah lelah dan letih.

5) Terkadang tanpa gejala

Pada keadaan tertentu, tubuh sudah dapat beradaptasi dengan

peningkatan glukosa darah.

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Kadar glukosa

1) Gula darah sewaktu >200mg/dl

2) Gula darah puasa >140mg/dl

3) Urinalisasi (glukosuria, ketonuria)

b. Tes laboratorium

Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostic, tes

pemantauan, terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi

c. Tes saring

Tes yang dilakukan dengan metode ini adalah:

1) GDP, GDS

2) Tes glukosa urin

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


19

d. Tes diagnostik

1) GDP, GDS, GD2PP

e. Tes untuk mendeteksi komplikasi

1) Mikroalbuminuria

2) Kolestrol total

3) Kolestrol LDL

4) Kolestrol HDL

6. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan pasien DM adalah menormalkan fungsi dari insulin

dan menurunkan kadar glukosa darah, mencegah komplikasi vaskuler dan

neuropati, mencegah terjadinya hipoglikemia dan ketoasidosis.

Prinsip penatalaksanaan pasien DM adalah mengontrol gula darah dalam

rentang normal. Untuk mengontrol gula darah, ada lima faktor penting yang

harus diperhatikan yaitu asupan makanan atau managemen diet, latihan fisik

atau axercise, obat-obatan penurun gula darah, pendidikan kesehatan,

monitoring kadar gula darah (Tarwoto, 2012).

a. Managemen diet DM

kontrol nutrisi, diet dan berat badan merupakan dasar penanganan pasien

DM. tujuan yang paling penting dalam manajemen nutrisi dan diet

adalah mengontrol total kebutuhan kalori tubuh, intake yang dibutuhkan,

mencapai kadar serum lipid normal. Komposisi nutrisi pada diet DM

adalah kebutuhan kalori, karbohidrat, lemak, protein, dan serat. Untuk

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


20

menentukan status gizi dipakai rumus body mass index (BMI) atau

indeks massa tubuh (IMT) yaitu :

BMI atau IMT = BB (kg) / (TB(m)2))

Ketentuan :

BB kurang : IMT < 18.5

BB normal : IMT 18.5 – 22.9

BB lebih : IMT > 23

BB dengan resiko : IMT 23 – 24.9

Obes I : IMT 25 – 29.9

Obes II : IMT > 30.0

1) Kebutuhan kalori

Kebutuhan kalori tergantung dari berat badan (kurus, ideal, obesitas),

jenis kelamin, usia, aktivitas fisik. Untuk menentukan jumlah kalori

dipakai rumus Broca yaitu :

Ketentuan :

Berat Badan kurang = < 90 % BB idaman

Berat Badan normal = 90 – 110 % BB idaman

Berat Badan lebih = 110 – 120 % BB idaman

Gemuk = > 120 % BB idaman

Misalnya untuk pasien kurus kebutuhan kalori sekitar 2300–2500

kalori, berat badan ideal antara 1700–2100 kalori dan gemuk antara

1300-1500 kalori.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


21

2) Kebutuhan karbohidrat

Karbohidrat merupakan komponen terbesar dari kebutuhan kalori

tubuh, yaitu sekitar 50% - 60%.

3) Kebutuhan protein

Untuk adekuatnya cadangan protein, diperlukan kira-kira 10% - 20%

dari kebutuhan kalori atau 0.8 9/kg/hari.

4) Kebutuhan lemak

Kebutuhan lemak kurang dari 30% dari total kalori, sebaiknya dari

lemak nabati dan sedikit dari lemak hewani.

b. Latihan fisik/exersice

Latihan fisik bagi penderita DM sangat dibutuhkan, karena pada saat

latihan fisik energy yang dipakai adalah glukosa dan asam lemak bebas.

Latihan fisik bertujuan :

1) Menurunkan gula darah dengan meningkatkan metabolisme

karbohidrat.

2) Menurunkan berat badan dan mempertahankan berat badan normal

3) Meningkatkan sensitifitas insulin.

4) Meningkatkan kadar HDL (high density lipoprotein) dan

menurunkan tekanan darah.

5) Menurunkan tekanan darah

Jenis latihan fisik diantaranya adalah olahraga seperti latihan aerobic,

jalan, lari, bersepedah, berenang.Yang perlu diperhatikan dalam

latihan fisik pasien DM adalah frekuensi, intensitas, durasi waktu dan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


22

jenis latihan.Misalnya pada olahraga sebaiknya secara teratur 3 x/mg,

dengan intensitas 60-70% dari heart rate maximum (220-umur),

lamanya 20-45 menit.

c. Obat-obatan

1) Obat antibiotik oral atau Oral Hypoglikemik Agent (OH) efektif pada

DM tipe II, jika managemen nutria dan llatihan gagal.

Jenis obat-obatan antibiotic orak diantaranya :

a) Sulfonylurea : bekerja dengan merangsang beta sel pankreas

untuk melepskan cadangan insulinnya. Yang termasuk obat jenis

ini adalah Glibenklamid, Tolbutamid, Klorpropamid.

b) Biguanida: bekerja dengan menghambat penyerapan glukosa di

usus, misalnya midformin, glukophage.

2) Pemberian hormon insulin Pasien dengan DM tipe I tidak mampu

memproduksi dalam tubuhnya, sehingga sangat tergantung pada

pemberian insulin. Berbeda dengan DM tipe II yang tidak tergantung

pada insulin,tetapi memerlukannya sebagai pendukung untuk

menurunkan glukosa darah dalam mempertahankan kehidupan.

Tujuan pemberian insulin adalah meningkatkan transport glukosa

kedalam sel dan menghambat konversi glikogen dan asam amino

menjadi glukosa. Berdasarkan daya kerjanya insulin dibedakan

menjadi:

a) Insulin dengan masa kerja pendek (2-4 jam) seperti Reguler

insulin, actrapid.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


23

b) Insulin dengan masa kerja menengah (6-12 jam) seperti NPH

(Neutral Protamine Hagedorn) insulin, Lente insuline.

c) Insulin dengan masa kerja panjang (18-24 jam) seperti Protamine

zinc insulin dan ultralente insulin.

d) Insulin campuran yaitu kerja cepat dan menengah, misalnya 70%

NPH, 30% regular.

Absorpsi dan durasi dari insulin berfariasi tergantung pada tempat

penyuntikan, misalnya injeksi pada abdomen di absorpsi lebih cepat

sehingga durasinya lebih pendek dibandingan dengan lengan atau

bokong.

Dosis insulin ditentukan berdasarkan pada:

a) Kebutuhan pasien. Kebutuhan insulin meningkat pada keadaan

sakit yang serius/parah, infeksi, menjalani operasi dan masa

pubertas.

b) Respon pasien terhadap injeksi insulin. Pemberian insulin

biasanya dimulai antara 0.5 dan 1 unit/Kg BB/hari.

(a). Komplikasi pemberian insulin

Pemberian terapi insulindapat menyebabkan satu atau lebih

komplikasi diantaranya:

Hiperglikemia

Terjadi apabila kadar glukosa darah di bawah 60 mg/100ml,

karena kelebihan dosis insulin atau terlambat makan sementara

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


24

pasien sudah diberikan insulin, aktivitas yang berlebihan.

Kelebihan pemberian dosis biasanya terjadi akibat kesalahan

menggunakan alat suntik insulin dengan ukuran 40 U/ml atau 100

U/ml. Pada keadaan hipoglikemia pasien biasanya mengalami

gangguan kesadaran, takikardia, keringat dingin, berkunang-

kunang, lemas.

Hipertropi atau tropi jaringan

Hipertropi jaringan meliputi penebalan dari jaringan subkutan

pada tempat injeksi.Jaringan atropi terjadi dengan hilangnya

lemak pada area injeksi.

Alergi insulin baik reaksi alergi setempat maupun reaksi alergi

sistemik. Reaksi alergi setempat biasanya terjadi pada tahap

permulaan pemberian terapi insulin 1-2 jam setelah pemberian.

Reaksi setempat ditandai adanya kemerahan, pembengkakan,

nyeri tekan pada durasi 2-4 cm lokasi penyuntikan. Reaksi alergi

sistemik jarang terjadi, merupakan reaksi anapilatik yang

merupakan keadaan emergensi.

Resisten insulin

Merupakan keadaan dimana pasien membutuhkan insulin lebih

dari 100 unit per hari.Keadaan ini disebabkan antibody yang

menangkap molekul insulin tidak actif.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


25

d. Pendidikan Kesehatan

Hal penting yang harus dilakukan pada pasien dengan DM adalah

pendidikan kesehatan, beberapa hal penting perlu disampaikan pada

pasien DM adalah:

1) Penyakit DM yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, penyebab,

patofisiologi dan tes diagnosis.

2) Diet atau menegemen diet pada pasien DM.

3) Aktifitas sehari-hari termasuk latihan dan olahraga.

4) Pencegahan terhadap komplikasi DM diantaranya penatalaksanaan

hipoglikemia, pencegahan terjadi ganggreng pada kaki dengan

latihan senam kaki.

5) Pemberian obat-obatan DM dan cara injeksi insulin.

6) Cara monitoring dan pengukuran glukosa darah secara mandiri.

e. Monitoring glukosa darah

Pasien dengan DM perlu diperkenalkan tanda dan gejala hiperglikemia

dan hipoglikemia serta yang paling penting adalah bagaimana memonitor

glukosa darah secara mandiri dengan menggunakan glukometer.

Pemeriksaan ini penting untuk memastikan glukosa darah dalam keadaan

stabil.Cara pengukuran glukosa secara mandiri yaitu:

1) Siapkan alat glukometer, sesuaikan alat glukometer dengan kode

strip pereaksi khusus.

2) Pastikan alat glukometer sama dengan kode strip pereaksu khusus.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


26

3) Lakukan pengambilan darah dengan cara menusuk stik pada ujung

jari sehingga darah akan keluar.

4) Tempelkan darah yang sudah ada pada ujung jari pada strip yang

sudah siap pada glukometer.

5) Biarkan darah dalam strip selama 45-60 detik sesuai dengan

ketentuan pabrik glukometer.

6) Hasil gula darah dapat dilihat pada layar monitor glukometer.

Pengukuran glukosa darah dapat dilakukan pada sewaktu-waktu atau

pengukuran gula sewaktu yaitu pasien tanpa melakukan puasa,

pengukuran 2 jam setelah makan dan pengukuran pada saat puasa.

B. Konsep Ulkus Diabetikum

1. Definisi

Ulkus kaki diabetikum adalah kerusakan sebagian (partial thickness) atau

keseluruh (full thickness) pada kulit, tendon, otot, tulang atau persendian

yang terjadi pada seseorang yang menderita penyakit diabetes melitus (DM),

kondisi ini timbul sebagai akibat terjadinya peningkatan kadar gula darah

yang tinggi. Jika ulkus kaki berlangsung lama, tidak dilakukan

penatalaksanaan dan tidak sembuh, luka akan menjadi infeksi. Ulkus kaki,

infeksi, neurortherapati dan penyakit arteri perifer seringmengakibatkan

ganggreng dan amputasi ekstremitas bagian bawah (Parment, 2005;

Frykberg, et al, 2006).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


27

2. Etiologi

Etiologi ulkus kaki diabetik biasanya memiliki banyak komponen meliputi

neuropati sensori perifer, trauma, deformitas, iskemia, pembentukan kalus,

enfeksi dan edema (Oguejiofor, Oli, & Odenigbo, 2009;Benbow, 2009).

Sedangkan menurut Oguejiofor, Oli, & Odenigbo, (2009) selain disebabkan

oleh neuropati perifer (sensorik, motorik, otonomik) dan penyakit pembuluh

darah perifer (makro dan mikro angiopati). Faktor lain yang berkontribusi

terhadap kejadian ulkus kaki adalah deformitas kaki (yanag dihubungan

dengan peningkatan tekanan pada plantar), gender laki-laki, usia tua, kontrol

gula darah yang buruk, hiperglikemia yang berkepanjangan dan kurangnya

perawatan kaki.

3. Patofisiologi

Price (2007) menyatakan bahwa penyakit DM adalah suatu penyakit

gangguan metabolik yang dikarakteristikan dengan hiperglikemia.Pasien

yang menderita DM dapat mengalami komplikasi akut dan

kronik.Komplikasi kronik yang dapat di alami pasien meliputi diabetik

ketoasidosis, hiperglikemia dan hipoglikemia.Komplikasi kronik

bertanggung jawab terhadap peningkatan angka morbiditas dan mortilitas

pada pasiennya.

Komplikasi kronik di bagi menjadi 2 yaitu komplikasi mikrovaskuler

(retinopati, neuropati, nepropati) dankomplikasi makrovaskuler (penyakit

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


28

arteri koronaria, penyakit pembuluh darah perifer dan penyakit pembuluh

darah otak).

Ulkus kaki diabetik diakibatkan oleh aktifitas beberapa faktor yang

simultan.Penyebab umum yang mendasari adalah terjadinya neuropati

perifer dan iskemia dari penyakit vaskuler perifer.

a. Neuropati

Mekanisme umum yang dapat dijelaskan adalah adanya palyol pathway.

Kejadian neuropati yang di akibatkan karena status hiperglikemia akan

memicu aktifitas enzim aldolase reductaasedan sorbitol dehydrogenase.

Hal ini mengakibatkan terjadinya konversi glukosa intraselular menjadi

sorbitol dan fruktose.

Akumulasi kedua produk gula tersebut menghasilkan penurunan pada

sintesis sel saraf myoinositol, yang dibutuhkan untuk konduksi neuron

normal.Selanjutnya, konversi kimiawi glukosa menghasilkan penurunan

cadangan nikotinomid adenin dinukliotid pospat (NADP), yang

dibutuhkan untuk detoksifikasi reaksi oksigen dan untuk sintesis

vasodilator nitric oksida (NO). Terjadinya peningkatan stress oksidatif

pada sel saraf dan peningkatan vasokontriksi menyebabkan iskemia, yang

pada akhirnya meningkatkan injuri pada sel saraf dan kematian.

Hiperglikemia dan stress oksidatif juga berkontribusi terhadap

prosesglikasi protein sel saraf dan aktifasi yang tidak tepat dari protein

kinase C, yang mengakibatkan disfungsi sistem saraf dan iskemia.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


29

Neuropati pada pasien DM dimanifestasikan pada komponen motorik,

autonomik dan sensorik sistem saraf.Kerusakan innervasi sistem saraf

pada otot-otot kaki menyebabkan ketidakseimbangan antara fleksi dan

ekstensi kaki yang dipengaruhi.Hal ini mengakibatkan deformitas

anatomi kaki dan menimbulkan penonjolan tulang yang abnormal dan

penekanan pada satu titik, yang akhirnya menyebabkan kerusakan kulit

dan ulserasi.

Neuropati otonomik menyebabkan penyusutan fungsi kelenjar minyak

dan kelenjar keringat.Sebagai akibatnya, kaki kehilangan kemampuan

alami untuk melembabkanpermukaan kulit dan menjadi sering

meningkatkan kemungkinan untuk robek atau luka dan menjadi

penyebab perkembangan infeksi.

Delmas (2006) menyatakan bahwa neuropati otonomik berdampak pada

kehilangan tonus simpatis vaskuler perifer yang mengakibatkan

terjadinya peningktatan tekanan dan aliran arteri bagian distal.

Kehilangan sensasi pada bagian perifer memperberat perkembangan

ulkus.Defisiensi sensori meliputi kehilangan persepsi nyeri, temperatur,

sentuhan ringan dan tekanan.Walaupun beberapa pasien memiliki gejala

parestesia atau nyeri kebanyakan pasien tidak menyadari kalau

kehilangan sensori proteksinya (Schaper, Prompers & Huijber,

2007).Saat trauma terjadi pada daerah yang terpengaruh tersebut, pasien

sering tidak dapat mendeteksi kerusakan yang terjadi pada ekstremitas

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


30

bawahnya. Akibatnya banyak luka yang tidak diketahui dan berkembang

menjadi lebih parah karena mengalami penekanan dan pergesekan

berulang-ulang dari proses ambulasi dan pembebanan tubuh.

b. Penyakit vaskuler

Penyakit Pembuluh Arteri Perifer(PAD)merupakan faktor yang

berkontribusi terhadap perkembangan ulserasi kaki sampai 50% kasus.

Kondisi ini umumnya mempengaruhi arteri tibialis dan arteri peroneal

pada ototbetis.Disfungsi sel endotelial dan abnormalitas sel otot polos

berkembang pada pembuluh arteri sebagai konsekuensi status

hiperglikemia yang persisten.Perkembangan selanjutnya mengakibatkan

penurunan kemampuan vasodilator endotelium menyebabkan

vasokontriksi pembuluh arteri.Lebih jauh hiperglikemia pada diabetes

dihubungkan pada peningkatan thromboxane A2, suatu vasokontriktor

dan agonisagregasi platelet, yang memicu peningkatan hiperkoagulasi

plasma.Selain itu juga terjadi penurunan fungsi matriksekstraselular

pembuluh darah yang memicu terjadinya stenosis lumen arteri.Lebih-

lebih lagi, peroko, hipertensi, dan hiperlipidemia merupakan faktor yang

umumnya berkontribusi terhadap perkembangan PAD.Akumulasi

kondisi di atas memicu terjadinya penyakit obstruksi arteri yang pada

akhirnya mengakibatkan iskemia pada ekstremitas bawah dan

meningkatkan resiko ulserasi pada penderita DM (Clayton, Warren &

Elasy, 2009).Kejadian artheroklerosis pada ekstremitas bagian bawah

pada penderita DM 3kali lebih tinggi, dan pembuluh pada bagian betis

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


31

umumnya yang terkena.Kondisi iskemik juga menyebabkan resiko

berkembangnya ulkus menjadi gangreng (Sumpio, 2000).Penyakit

pembuluh perifer mengakibatkan penyembuhan luka yang buruk dan

meningkatkan resiko amputasi (Delmas, 2006; Bentley & Foster, 2007).

c. Statis aliran vena

Bryant dan Nix (2007) menyatakan bahwa selain adanya gangguan pada

pembuluh arteri perifer, penderita DM dapat mengalami ulkus kaki

diabetik yang disebabkan oleh bendungan akibat aliran statis pada vena.

Adanya stasis aliran vena ditandai adanya edema.Stasis vena biasanya

timbul diakibatkan fungsi fisiologi pengembalian darah dari ekstremitas

bawah menuju jantung terganggu.Mekanisme primer pengembalian

darah kembali kejantung meliputi adanya tonus otot polos pada dinding

vena, adanya kontraksi pada otot-otot betis (otot gastrocnemius dan

soleus) dan tekanan negatif intratorak selama inspirasi. Menurut Anwar,

et al.(2003), Kalra dan Glovicky (2003) dalam Bryantdan Nix (2007)

dariketiga mekanisme tersebut kontraksi dari pompa otot betis sejauh ini

merupakan yang paling kritis.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


32

Bagan 2.1 PatogenesisUlkusDiabetikum

Kerusakan sel beta dan alfa

Produksi insulin

Produksi glukagen imunturun Infeksi

Glikoprotein dinding sel

Penebalan dinding pembulu darah Inflamasi

Suplai darah kepembulu darah berkurang

Mikrovaskuler Makrovaskuler

Retinopati Diabetik Gg. Mata Percepatan Aterosklerosis

Nefropati Diabetik Gagal Ginjal Penyakit jantung koroner

Neuropat iDiabetik

Perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki

Aliran darah kesaraf menurun Arterosklerosis

Aliran darah keperifer

Obstruksi Arteri

Iskemik

Motorik Sensorik Autonomik


Resiko ulerasi ekstremitas bawah
Kelemahan kehilangan sensasi lapisan kulit kering
Atrofi saraf perifer

Charcot

Ulkus Diabetikum

Kerusakan Integritas Jaringan

Sumber : (Black & Hawk, 2013) (Tarwoto, 2012) ( Nuraini, 2016)

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


33

4. Klasifikasi ulkus diabetikum

Perawatan ulkus kaki diabetik memerlukan kerjasama dari berbagai disiplin

ilmu. Dengan melibatkan banyak disiplin perlu adanya kesamaan informasi

dalam proses perawatan luka sehingga penyembuhan ulkus kaki diabetik

bisa optimal. Klasifikasi ulkus kaki diabetik yang sering digunakan adalah

menggunakan skala dari Wagner dan klasifikasi dari Universitas of texas ot

san antonio.

Untuk mengidentifikasi karakteristik ulkus kaki diabetik, tim perawatan luka

dapat mengetahuinya dengan melakukan pemeriksaan yang komprehensif.

Tabel2.1
Sistem Klasifikasi Ulkus Wagner

Grade Deskripsi
0 Tidak ada lesi, kemungkinan deformitas kaki atau selulitis
1 Ulserasi superficial
2 Ulserasi dalam meliputi persendian, tendon atau tulang
3 Ulserasi dalam dengan pembentukan abses, osteomyelitis, infeksi pada
persendian
4 Nekrotik terbatas pada kaki depan atau tumit
5 Nekrotik pada seluruh bagian kaki

Sumber: Frykberg, (2006)

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


34

Penyembuhan
Stephan (2003), Bryant dan Nix (2007) menyatakan bahwa penyembuhan

luka sindrom kaki diabetis adalah proses yang kompleks, biasanya terjadi

dalam tiga fase, yaitu tahap pembersihan luka(faseinflamasi), fase granulasi

(fase proliferatif) dan fase epitelisasi (tahap deferansiasi, penutupan luka).

1) Fase inflamasi (0-3 hari)

Pada fase ini terdapat proses hemos-tasis akibat adanya injuri. Pada

proses hermotasis terjadi proses coagulasi, pembentukan kloting fibrin,

dan pelepasan growth faktor. Karena adanya sel yang rusak dilepas

histamin yang mengakibatkan dilatasi pembuluh darah.Pada fase ini

neutropil dan makrofaq menuju dasar luka.Kedua sel tersebut merupakan

bagian terpenting dalam tahap inflamasi.Pada tahap ini neotropil adalah

menfagositosis bakteri dan debris.Neutropil juga melepas growth factor.

Setelah hari ke3 neotropil hilang karena proses apoptosis dan dilanjutkan

oleh makrofaq. Makrofaq berfungsi memfogosit bakteri dan juga dibris.

Makrofaq memproduksi tissue inhibitor matrik metalloprotein(TIMPs).

Lebih jauh makrofaq memproduksi growth factoryang menstimulasi

angiogenesis, migrasi fibroblast dan proliferasi.Timfosit tetap ada sampai

hari ke 5-7 setelah injuri.Ia berperan dalam menghancurkan virus dan sel

asing.Hasil akhir dari fase inflamasi adalah dasar luka yang bersih.

2) Fase proliferasi (4-21 hari)

Seslama fase ini intregitas vaskuler diperbaiki, cekungan insisi diisi

dengan jaringan konektif dan permukaan luka sudah dilapisi oleh epitel

baru.Komponen penting dalam fase ini adalah epitelisesi, neoangigenesis

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


35

dan matrix deposi-tion/sintesis collegen.Pada minggu ke 3 setelah injuri,

kekuatan penyembuhan luka hanya 20% dari kulit rapat.

3) Fase meturasi/remodelling (21 hari-1 tahun)

Pada fase ini terjadi proses penghancuran matrix dan pembentukan

matrix. Pembentukan kolagen semakin kuat sampai dengan 80%

dibandingkan dengan jaringan yang tidak tidak luka.Ketidak seimbangan

antara penghancuran dan pembentukan matrix dapat menyebabkan

hipertropik skar dan pembentukan keloid. Disisi lain hipoksia, malnutrisi

atau kelebihan matrix metalloprotein(MMPs) dapat mempengaruhi

sintesis dan deposisi protein matrix baru yang mengakibatkan luka rusak

kembali.

4) Perlambatan penyembuhan ulkus diabetikum

Menurut Stephan (2003) beberapa faktor yang memungkinkan

terganggunya penyembuhan pada ulkus kaki diabetik meliputi faktor

sistemik dan faktor lokal. Beberapa faktor sistemik yang mempengaruhi

penyembuhan ulkus kaki diabetik meliputi: situasi metabolik

hiperglikemia, malnutrisi, obesitas, penggunaan nikotine, anemia,

insufisiensi renal, usia pasien, dan penggunaan obat-obatan (steroid, anti

rheumatik). Sedangkan faktor lokal yang mempengaruhi penyembuhan

ulkus kaki diabetik meliputi: iskemia dan hipoksia pada jaringan,

tekanan, trauma berulang, tindakan pada luka yang tidak adekuat,

infeksi, nekrosis, terbentuknya edema, benda asing pada luka. Sedangkan

menurut Falangga (2005) dalam Bentley dan Foster (2007) memyatakan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


36

penyembuhan luka pada diabetes terganggu oleh tekanan pada sisi luka,

infeksi dan pembentukan kalus (faktor ekstrinsik).

Bentleydan Foster(2007), Sibbald, Woo dan Queen (2007) memnyatakan

bahwa makrofag dan neutrofil merupakan agen penting dalam

penyembuhan luka, terutama pada tahap inflamasi yang mendasari bagi

semua tahapan berikutnya. Pada penderita DM fungsi ini terganggu

dikarenakan masalah perfusi. Insufisiensi oksigen dapat meningkat

jumlah bakteri dangangguan dalam proses pembentukan kolagen

sehingga pada akhirnya menyebabkan kejadian infeksi menjadi lebih

lama.

Pada ulkus kaki diabetik terjadi peningkatan protease yang dikeluarkan

oleh neutropil dan pro inflamasi cytokinin yang dikeluarkan makrofag

pada fase inflamasi.Selain itu juga pada ulkus kaki diabetik mengalami

kelebihan MMPs dan penurunan TIMMPs yang berdampak pada

penurunan growth factor.

Liu, at al. (2009) dalam hasil penelitiannya bahwa tingginya konsentrasi

matrix metalloproteinase (MMP-9) dan tinggi nya rasio MMP-9 terhadap

TIMMPs-1 mengakibatan penurunan proses penyembuhan luka. Hal ini

menjelaskan bahwa lambatnya pada proses penyembuhan luka ulkus kaki

diabetik dikarenakan banyaknya komponen matrix ekstraselular yang

dihancurkan dan rendahnya growth factor yang berperan penting dalam

proses penyembuhan luka.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


37

Sedangkan menurut Loughlin dan Artlett (2009) terjadinya perlambatan

pada penyembuhan ulkus kaki diabetik diakibatkan oleh hiperglikemia

yang berkepanjangan mengakibatkan terjadinya reaksi glikosilasi

nonenzimetik Mailard reaction antara protein dan reactive carbonyl dan

dicarbonyl compound. Degredasi dan glikosilasi protein menghasilkan

terbentuk nya a-dikarbonyl, 3-deoxyglucosone (3DG), yang kemudian

akan membentuk advanced glication end products (AGEs), dan akhirnya

berdampak pada peningkatan lama penyembuhan ulkus kaki diabetik,

karena perbaikan luka bergantung pada migrasi fibroblast, proliferasi dan

ekspresi dari protein matrik ekstraseluler.

5) Penatalaksanaan ulkus diabetikum

Fryberg, et al. (2006) menyatakan tujuan utama penatalaksanaan ulkus

kaki diabetik adalah mencapai penutupan luka secepat

mungkin.Menyelesaikan ulkus kaki dan menurunkan kejadian

berulangdapat menurunkan kemungkinan amputasi pada ekstremitas

bagian bawah pasien DM.

Asosiasi penyembuhan luka mendefinisikan luka kronik adalah luka

yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan sesuai dengan

yang seharusnya dalam mencapai integritas anatomi dan fungsinya,

terjadi pemanjangan proses inflamasi dan kegagalan dalam re epitelisasi

dan memungkinkan kerusakan lebih jauh dan infeksi.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


38

Fryberg, et al. (2006) menyatakan area penting dalam menejemen ulkus

kaki diabetik meliputi menejemen komorbiditi, evaluasi status vaskuler

dan tindakan yang tepat pengkajian gaya hidup/faktor psikologi,

pengkajian dan evaluasi ulser, manajemen dasar luka dan menurut

tekanan.

a) Evaluasi status vaskuler

Perfusi arteri memegang peranan penting dalam penyembuhan luka

dan harus dikaji pada pasien dengan ulkus, selama sirkulasi

terganggu luka akan mengalami kegagalan penyembuhan dan resiko

amputasi. Adanya insufisiensi vaskuler dapat berupa edema,

karakteristik kulit yang terganggu (tidak ada rambut, penyakit kuku,

penurunan kelembapan), penyembuhan lambat, ekstremitas dingin,

penurunan pulsasi perifer.

Bryant dan Nix (2007) menyatakan bahwa pemeriksaan diagnostik

studi penting sekali dilakukan pada pasien yang mengalami ulkus

kaki. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui secara spesifik

abnormalitas anatomi maupun fungsional dan vaskuler. Pemeriksaan

khusus pada vaskuler dapat mengidentifikasi komponen-komponen

dalam sistem vaskuler proses penyakit, proses patologi spesifik,

tingkatan lesi pada pembuluh darah meliputi pemeriksaan non infasif

dan invasif. Pemeriksaan non invasif meliputi tes sederhana

torniquet, plethysmography, ultrasonography atau imaging duplex,

pemeriksaan dopler, analisis tekanan segmental, perhitungan TcPO2

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


39

dan magnetic resonance angiography (MRA). Sedangkan

pemeriksaan yang bersifat invasif adalah venograph dan arteriograph.

Pengkajian gaya hidup/faktor psikososial. Gaya hidup dan faktor

psikologi dapat mempengaruhi penyembuhan luka.Contoh, merokok,

alkohol, penyalahgunaan obat, kebiasaan makan, obesitas, malnutrisi

dan tingkat mobilisasi dan aktifitas.Selain itu depresi dan penyakit

mental juga dapat mempengaruhi pencapaian tujuan.

Pengkajian dan evaluasi ulkus.Pentingnya evaluasi secara

menyeluruh tidak dapat dikesampingkan. Penemuan hasil pengkajian

yang spesifik akan mempengaruhi secara langsung tindakan yang

akan dilakukan. Evaluasi awal dan deskripsi yang detail menjadi

penekanan meliputi lokasi, ukuran, kedalaman, bentuk, inflamasi,

edema, eksudat(kualitas dan kuantitas), tindakan terdahulu, durasi,

callcus, meserasi, eritema dan kualitas dasar luka.

b) Manajemen jaringan/tindakan dasar ulkus

Tujuan dari debridemen adalah membuang jaringan mati atau

jaringan yang tidak penting (Delmas, 2006).Debridemen jaringan

nekrotik merupakan komponen integral dalam penatalaksanaan ulkus

kronik agar ulkus mencapai penyembuhan. Proses debridemen dapat

dengan cara pembedahan, enzimetik, autolik, mekanik, dan

biological (larva).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


40

Kelembapan akan mempercepat proses re epitelisasi pada ulkus.

Keseimbangan kelembapan ulkus meningkatkan proses autolisis dan

granulasi. Untuk itu di perlukan pemilihan balutan yang menjaga

kelembaban luka.Dalam pemilihan jenis balutan, sangat penting

diketahui bahwa tidak ada balutan yang paling tepat terhadap semua

ulkus kaki diabetik (Delmas, 2006).

c) Penurunan tekananoff-loading

Menurunkan tekanan pada ulkus kaki diabetik adalah tindakan yang

penting.Off loading mencegah trauma lebih lanjut dan membantu

meningkatkan penyembuhan.

Apelqvist dan Larsson(2000) dalam Delmas (2006) menyatakan

ulkus kaki diabetikum merupakan luka komplek yang dalam

penatalaksanaannya harus sistemik, dan dengan pendekatan tim

interdisiplin. Perawat memiliki kesempatan signifikan untuk

meningkatkan dan mempertahankankesehatan kaki. Mengidentifikasi

masalah kegawatan yang muncul, menasehati pasien terhadap faktor

resiko, dan mendukung praktik perawatan diri yang tepat.

6) Evaluasi ulkus diabetic

Penilaian luka dilakukan saat pertamakali kunjungan atau saat kejadian

kemudian dilakukan penilaian ulang setiap minggu.Sedangkan tindakan

pada pasien dimulai pada saat pasien masuk atau berdasarkan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


41

perkembangan luka, dan dilakukan evaluasi tindakan setiap 2 minggu

(Bryant & Nix, 2007).

Hal yang dapat dilakukan ntuk mengetahui perkembangn ulkus kaki

diabetik diperlukn suatu alat ukur yang dapat menggambarkan kondisi

langsung dari luka dan mendeteksi adanya perkembangan atau

penurunan luka setiap waktu sehingga bisa mengetahui efektifitas dari

interfensi yang telah dilakukan.Hasil penelitian yang dilakukan

menunjukan bahwa Leg Ulcer Measurement Tool (LUMT) dapat

digunakan satu atau lebih pemeriksaan dalam mengevaluasi dan

mendokumentasi perkembangan ulserasi kaki (ekstremitas bawah) kronik

setiap waktu.

7) Perawatan ulkus diabetik

a) Debridement

Debridemen menjadi salah satu tindakan yang terpenting dalam

perawatan luka, debridement tindakan untuk membuang jaringan

nekrosis, callus dan jaringan fibrotik. Jaringan mati yang di buang

sekitar 2-3 mm dari tepi luka ke jaringan sehat.Debridement

meningkatkan pengeluaran faktor pertumbuhan yang membantu

proses penyembuhan luka.

Metode debridement yang sering dilakukan yaitu surgical (sharp),

autolitik, enzimetik, kimia, mekanis dan biologis.Metode surgical,

autolitik dan kimia hanya membuang jaringan nekrosis (debridement

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


42

selektif).Sedangkan metode mekanis membuang jaringan nekrosis

dan jaringan hidup (debridement non selektif).

Surgical debridement merupakan standar baku pada ulkus diabetes

dan metode yang paling efisien, khususnya pada luka yang banyak

terdapat jaringan nekrosis atau terinfeksi. Pada kasus dimana infeksi

telah merusak fungsi kaki atau membahayakan jiwa pasien, amputasi

diperlukan untuk memungkinkan kontrol infeksi dan penutupan luka

selanjutnya.

Debridement enzimatis menggunakan agen topikal yang akan

merusak jaringan nekrotik dengan enzim proteolik seperti papain,

colagenase, fibrinolisin-Dnase, papain urea, streptokinase,

streptodomase dan tripsin. Agen topikal diberikan pada luka sehari

sekali, kemudian dibungkus dengan balutan tertutup.Penggunaan

agen topikal tersebut tidak memberikan keuntungan tambahan

dibanding dengan perawatan terapi standar.Oleh karena itu,

penggunaannya terbatas dan secara umum diindikasi untuk

memperlambat ulserasi dekubitus pada kaki dan pada luka dengan

perfusi arteri terbatas.

Debridement mekanis mengurangi dan membuang jaringan nekrotik

pada dasar luka.Teknik debridement mekanis yang sederhana adalah

pada aplikasi kasa basah-kering (wet-to-dry saline gauze). Setelah

kain kasa basah dilekatkan pada dasar luka dan dibiarkan sampai

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


43

mengering, debris nekrotik menempel pada kasa dan secara mekanis

akan terkelupas dari dasar luka ketika kasa dilepaskan.

(Hariani, perdana kusuma, 2015).

b) Perawatan luka

Penggunaan luka yang efektif dan tepat menjadi bagian yang penting

untuk memastikan penanganan ulkus diabetes yang optimal.Pendapat

mengenai lingkungan sekitar luka yang bersih dan lembab telah

diterima luas.Keuntungan pendekatan ini yaitu mencegah dehidrasi

jaringan dan kematian sel, ekselerasi angiogenesis, dan

memungkinkan interaksi antara faktor pertumbuhan dengan sel

target.Pendapat yang menyatakan bahwa keadaan yang lembab dapat

meningkatkan kejadian infeksi tidak pernah di temukan.

Beberapa jenis balutan telah banyak digunakan pada perawatan luka

serta didesain untuk mencegah infeksi pada ulkus (antibiotika),

membantu debridement (enzim), dan mempercepat penyembuhan

luka.

Balutan basah-kering dengan normal salin menjadi standar baku

perawatan luka. Selain itu dapat digunakan Platelet Derrived Growth

Factor (PDGF), dimana akan meningkatkan penyembuhan luka,

PDGF telah menunjukan dapat menstimulasi kemotaksis dan

mitogenesis neutrofil, fibroblast dan monosit pada proses

penyembuhan luka.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


44

Perawatan ulkus diabetes pada dasarnyaterdiri dari 3 komponen

utama yaitu debridement, offloading dan pencegahan

infeksi.Penggunaan balutan yang efektif dan tepat membantu

penanganan ulkus diabetes yang optimal.Keadaan sekitar luka harus

dijaga kebersihan dan kelembabannya (Hariani, Perdana Kusuma,

2012).

C. Konsep Madu

1. Pengertian

Madu adalah suatu cairan berwarna kuning terang atau kuning keemasan

yang dihasilkan oleh hewan lebah.

2. Kandungan madu

Kandungan yang terdapat didalam madu alami diantaranya vitamin C,

dekstrin, pigmen tumbuhan, aminoacid (asam amino), protein, serta ester

(berfungsi untuk membentuk enzim), dan komponen aromatic pengharum.

Bebrapa kandungan mineral dalam madu adalah Belerang (S), Kalsium (Ca),

Tembaga (Cu), Mangan (Mn), Besi (Fe), Fosfor (P), Kalium (K),

Magnesium (Mg), Yodium (I), Seng (Zn), Silikon (Si), Nartium (Na),

Molibdenum (Mo), dan Aluminium (Al). Madu juga mengandung senyawa

Lysozyn yang memiliki daya antibakteri, termasuk senyawa inhibine, yang

dapat bekerja sebagai desifektan, sehingga madu alami dapat digunakan

dalam penyembuhan luka (Faisol, 2015).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


45

Madu bersifat asam sehingga madu dapat digunakan dalam penyembuhan

luka dengan cara membunuh dan membasmi bakteri yang terdapat didalam

luka sehingga akan mengurangi kadar bakteri dan perkebangbiakan bakteri

yang akan menimbulkan infeksi jangka panjang, dalam proses penyembuhan

luka madu berfungsi sebagai antibacterial, antiinflamasi sehingga akan

mengurangi peradangan yang terjadi pada luka salah satunya mengurangi

edema dan pus yang terdapat didalam luka dan mempercepat proses

penyembuhan luka (Faisol, 2015).

3. Jenis madu yang digunakan dalam perawtan luka

a. Madu hutan (muktiflora)

Jenis madu hutan adalah jenis madu yang baik digunakan dalam

perawatan luka.Madu ini bermanfaat untuk mengatasi tekanan darah

rendah, meningkatkan nafsu makan, mengobati anemia, rematik, dan

mempercepat pertumbuhan luka. Kadungan air dalam madu hutan <17%

sehingga akan mempercepat penghambatan bakteri untuk dapat

berkembang biak.

4. Mekanisme madu dalam penyembuhan luka

Table 2.2 Mekanisme penyembuhan luka dengan madu

Fungsi Madu Hal yang diharapkan Mekanisme kerja madu


1. Antibakteri a. Luka yang steril a. Memproduksi hydrogen
b. Mencegah patogen yang piroksida
berpotensi terhadap luka dan b. Mengeluarkan komponen
mencerna enzim protein yang nonperoksida
dapat merusak jaringan c. Pengasaman
c. Menghilangkan bau busuk pada d. Menstimulasi sistem imun,
luka melipatkan sel beta, limfosit,
d. Melindungi dan mencegah dan T-limfosit, mengaktivasi
terjadinya kontaminasi silang. neutrophis, melepaskan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


46

sitokin oleh monosit,


menyediakan glukosa untuk
“pembakaran respirasi” dan
untuk memproduksi energy
dalam makrofag, pengasaman
untuk membantu
menghancurkan bakteri
dalam makrofag.
e. Metabolisme glukosa oleh
infeksi bakteri menjadi asam
laktat, disamping itu
metabolisme asam amino dari
serum dan sel-sel yang mati
menjadi amoniak yang
berbau busuk, amines dan
campuran sulfur.
f. Kekentalan tinggi
menciptakan barier yang
membatasi terpaparnya
dengan daerah yang bersifat
patogen.
2. Antiinflamasi a. Meresolusi edema dan eksudat a. Osmolaritas tinggi
b. Mereduksi rasa nyeri menyebabkan cairan keluar
c. Mereduksi keloid dan skar untuk menciptakan lapisan
cairan solusi lemah dari madu
dalam plasma atau limfe,
menghasilkan kondisi lembab
yang diperlukan untuk
penyembuhan dan tidak ada
adesi pada permukaan luka.
b. Pengurangan leukosit yang
dihubngkan dengan
inflamasi.
c. Mencegah pembentukan
reactive oxygen intermediate
(ROI) sebagai hasil dari
aktivitas antioksidan.
d. Menekan proses inflamasi
melalui pengumpulan radikal
bebas dengan antioksidan.
3. Menstimulasi dan a. Meningkatkan fagositosis a. Menstimulasi efek glukosa
mempercepat b. Meningkatkan debridement protein madu atau komponen
penyembuhan autolysis lain dalam makrofag.
luka c. Meningkatkan granulasi b. Membersihkan debris dengan
jaringan balutan yang lembab.
d. Poliferasi sel c. Meningkatkan nutrisi
e. Sintesis kolagen jaringan sekunder terhadap
f. Repitelisasi dengan kebutuhan pengeluaran limfa dan nutrisi
sedikit pada skin graf pada madu (glukosa, asam
amino, vitamin, dan mineral).
d. Meningkatkan suplai oksigen
sekunder untuk pengeluaran
limfa dan keasaman madu.
e. Mengontrol produksi
hydrogen piroksida dengan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


47

lambat dengan perlindungan


antioksidan yang mana
memodifikasi protein penting
pada pertumbuhan sel dan
debridement.
Sumber : Faisol, 2015.

D. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Dasar

Menurut Tarwoto (2012) pengkajian data dasar pasien DM dengan ulkus

adalah :

a. Identitas klien.

b. Riwayat kesehatan sekarang

1) Adanya gatal pada kulit disertai luka yang tidak sembuh-sembuh

2) Kesemutan

3) Menurunnya BB.

4) Meningkatnya nafsu makan.

5) Sering haus.

6) Banyak kencing.

c. Riwayat kesehatan dahulu : riwayat penyakit pankreas, hipertensi, MCI,

ISK berulang.

d. Riwayat kesehatan keluarga : riwayat keluarga dengan Diabetes Militus

e. Pemeriksaan fisik head to toe.

1) Pemeriksaan integument.

a) Kulit kering dan kasar

b) Gatal-gatal pada kulit dan sekitar alat kelamin.

c) Luka gangrene.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


48

2) Muskuloskeletal

a) Kelemahan otot

b) Nyeri tulang

c) Kelainan bentuk tulang

d) Adanya kesemutan dan keram ekstermitas

e) Osteomilitis

3) Sistem persarafan

a) Menurunkan kesadaran

b) Kehilangan memori, iritabilitas

c) Parethesiapada jari-jari tangan dan kaki

d) Neuropati pada ektermitas

e) Penurunan sensasi dengan pemeriksaan monofilamen

f) Penurunan reflek tendon dalam

4) Sistem pernafasan

5) Napas bau keton

a) Perubahan pola napas

b) Sistem kardiovaskuler

c) Hipotensi atau hipertensi

d) Takikardia, palpitasi

e) Pemeriksaan penunjang

1). Kadar glukosa

a) Gula darah sewaktu / rendom > 200mg/dl.

b) Gula darah puasa / nuchter >140mg/dl

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


49

c) Gula darah 2 jam PP (post prandial )> 200mg/dl.

2). Aseton plasma = hasil (+) mencolok.

3). As lemak bebas = peningkatan lipid dan kolesterol.

4). Osmolsaritas serum (> 330 osm/l)

5). Urinalisis = proteinuria, ketonuria glukosuria.

6) Pemeriksaan ulkus diabetikum

Table 2.3
Pemeliksaan Lumt

NO DOMAIN KATEGORI RESPON SKOR


1. Tipe eksudat 0 : tidak ada
1 : serosaningosa
2 : serosa
3 : seropuluren
4 : purulenta
2. Jumlah eksudat 0 : tidak ada
1 : sedikit sekali
2 : sedikit
3 : sedang
4 : banyak sekali
3. Ukuran (dari bagian (panjang x lebar)
pinggir perbatasan 0 : sembuh

epithelium) 1 : <2,5 cm2


2 : 2,5 – 5,0 cm2
3 : 5,1 – 10,0 cm2
4 : 10,1 cm2 atau lebih
4. Kedalaman Lapisan jaringan
0 : sembuh
1 : kehilangan kulit ketebalan
2 : parsial
3 : ketebalan penuh
4 : tendon atau tampak kapsul sendi
sampai tulang
5. Undermining Terbesar pada posisi jam..
0 : 0 cm
1 : >0 – 0,4 cm
2 : >0,4 – 0,9 cm
3 : >0,9 – 1,4 cm
4 : >1,5 cm

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


50

6. Tipe jaringan nekrotik 0 : tidak ada


1 : slough putih sampai kuning
2 : mudah lepas
3 : slough putih sampai kuning
4 :-lengkat atau fibrin
- Eskar berwarna abu-abu
sampai hitam lunak
- Eskar hitam kering lunak
7. Jumlah jaringan 0 : tidak tampak
nekrotik 1 : 1-25% menutupi dasar luka
2 : 26-50% menutupi dasarluka
3 : 51-75% menutupi dasar luka
4 : 76-100% menutupi dasar luka
8. Tipe jaringan 0 : sembuh
granulasi 1 : merah terang seperti daging
2 : merah muda agak kehitaman
3 : pucat
4 : tidak ada
9. Jumlah jaringan 0 : sembuh
granulasi 1 : 76-100% menutupi dasar luka
2 : 51-75% menutupi dasar luka
3 : 26-50% menutupi dasar luka
4 : 1-25% menutupi dasar luka
10. Tepian luka 0 : sembuh
1 : >50% kemajuan berbatasan
epithelium
2 : jelas
3 : <50% kemajuan berbatasan
4 :- epilium melekat
- Tidak ada kemajuan
berbatasan epilium
- Tidak ada pelekatan atau
undermining
11. Viabilitas kulit 0 : tidak ada
periulkus 1 : hanya satu
- Kallus 2 : dua atau tiga
- Dermatitis 3 : empat atau lima
(memucat) 4 : enam atau lebih
- Maserasi
- Indurasi
(pengerasan)
- Eritema (merah
terang)
- Ungu pucat
- Ungu tidak
pucat
- Kulit dehidrasi

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


51

12. Tipe edema kaki 0 : tidak ada


1 : non piting atau kenyal
2 : pitting
3 : fibros
4 : lipodermatosklerosis (mengeras)
13. Lokasi edema kaki 0 : tidak ada
1 : di lokasi periulcer
2 : kaki, meliputi enkel
3 : sampai pertengahan betis
4 : sampai kelutut
14. Pengkajian bioburden 0 : sembuh
1 : kolonisasi ringan
2 : kolonisasi berat
3 : infeksi lokal
4 : infeksi iskemik
(Tarwoto, 2012)

2. Diagnosa keperawatan

Menurut Suriadi (2004) diagnosa keperawatan yang sering muncul pada

pasien dengan ulkus diabetikum adalah :

a) Kerusakan integritas jaringan kulit b.d luka diabetik sekunder dari

kerusakan pada system saraf perifer

b) Resiko infeksi b.d perlukaan, luka yang sukar sembuh, dan gangguan

pada autonomi neuropati

c) Kurangnya pengetahuan b.d perawatan luka dan pengobatan

E. Konsep Kerusakan Integritas Jaringan

1) Definisi

Kerusakan integritas jaringan (membrane mukosa, kornea, fasia, otot,

tendon,s tulang, kartilago, kapsul sendi dan ligament) (SDKI, 2017).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


52

2) Penyebab

a) Perubahan sirkulasi

b) Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)

c) Penurunan mobilitas

d) Faktor mekanis (misalnya, penekanan pada tonjolan tulang, gesekan) aau

faktor elektris (elektrodiatermi, energy listrik bertegangan tinggi)

e) Efek samping terapi radiasi

f) Kelembaban

g) Proses penuaan

h) Neuropati perifer

i) Perubahan pigmentasi

j) Perubahan hormonal

k) Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan atau

melindungi integritas jaringan

3) Kondisi klinis terkait

a) Imobilisasi

b) Gagal jantung kongesif

c) Gagal ginjal

d) Diabetes melitus

e) Imunodefisiensi (mis, AIDS).

3. Rencana Keperawatan Keerusakan Integritas Jaringan pada pasien Ulkus

Diabetukum

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


53

Tabel 2.4 Rencana Keperawatan

Dx keperawatan Intervensi Rasional


Kerusakan integritas jaringan 1. Kaji luka : 1. Luka yang terjadi pada kaki dalam
Definisi : kerusakan jaringan lokasi,dimensi,kedala jangka panjang mengakibatkan
membran man luka,jaringan terjadinya perubahan stuktur jaringan
mukosa,kornea,intgumen nekrotik,tanda-tanda integumen sehingga berpotensi
atau subkutan infeksi lokal,formasi mengalami kecacatan struktur tulang
Batasan karakteristik traktus dan jaringan
1. Kerusakan 2. Kaji keadaan dan 2. Kaki merupakkan bagian yang sering
jaringan(mis.,kornea,me kebersihan kaki pasien mengalami gangguan integritas kulit
mbran mukosa 3. Kaji sirkulasi vaskuler pada pasien DM
,kornea,integumen,atau kaki dengan palpasi, 3. Paien DM mudah menimbulkan
subkutan) pulpasi arterosklerosis sehingga terjadi
4. Lakukan perawatan penurunan suplai darah ke kaki
Faktor yang berhubungan luka dengan tehnik 4. Perawatan luka secara aseptic dapat
Gangguan sirkulasi, aseptik membantu menghambat
neuropati perifer, 5. Terapi komplementer pertumbuhan dan penyebaran bakteri
vaskularisasi perifer kurang, perawatan luka pada luka
gangguan fungsi motorik, penggunaan madu 5. Penggunaan madu dalam proses
adanya tanda kaki charot 6. Monitor tanda-tanda penyembuhan luka bersifat anti
vital bakteri, anti inflamasi dan
Kriteria Hasil: 7. Monitor status nutrisi mempercepat stimulai
1. Neuropati tidak ada pasien pertummbuhan jaringan
2. Vaskularisasi perifer 8. Anjurkan pasien untuk 6. Status vital yang normal
baik menjaga kelembaban menunjukkan keadaan normal pada
3. Tidak ada tanda-tanda kulit kaki dengan sistem vital
dehidrasi jaringan menggunakan lotion 7. Nutrisi sangat berpengaruh dalam
4. Kebersihan kulit 9. Ajarkan keluarga proses penyembuhan luka salah
baik,keadaan kuku baik tentang perawatan satunya nutrisi dengan kkaya protein
dan utuh. luka 8. Kulit kaki yang kering akan mudakh
5. Perfusi jaringan normal 10. Kolaborasi ahli gizi mengalami luka
6. Menunjukkan pemberian diit 9. Tingkat pengetahuan tentang cara
pemahaman dalam 11. Kolaborasi dengan perawatan luka yang dilakukan di
proses perbaikan kulit dokter pemberian obat rumah sakit dan dirumah akan
7. Menunjukkan terjadinya antibiotik (jika perlu) membantu proses penyembuhan dan
proses penyembuhan 12. Kolaborasi procedur meminimalisir terjadinya keparahan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


54

luka. debridement (jika pada luka


perlu) 10. Sangat bermanfaat dalam
perhitungan dan penyesuaian diit
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
pasien
11. Pemberan antibiotik dapat membantu
mengahmbat pertumbuhan bakteri,
prosedur debridement dilakukan
apabila terdapat jaringan nekrotik
pada luka untuk membantu stimulai
pertumbuhan jaringan baru.
12. Debridement dilakukan untuk
mengilangkan jaringan nekrotik,
sedangkan kultur dilakukan untuk
mengidentifikasi jenis
mikroorganisme terhadap sensitifitas
dan retensi terhadap obat.

SIKI, 2018), (Black & Hawk, 2013), (Tarwoto, 2012)

4. Implementasi

Implementasi adalah kegiatan dalam pelaksanaan yang meliputi

pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon pasien delama dan

sesudah pelaksanaan tindakan dan menilai data yang baru (Nikmatur, 2009).

5. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan

pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang di buat pada tahap perencanaan

(Nikmatur, 2009).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


55

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian pada study kasus ini digunakan untuk mengeksplorasi masalah asuhan

keperawatan pada pasien yang mengalami ulkus diabetikum di Ruang Kenanga

Rumah Sakit Umum Daerah Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun

2019.

B. Batasan Istilah

Batasan istilah atau definisi oprasional adalah definisi berdasarkan karakteristik

yang dapat diamati (Nursalam,2013).

Table 3.1 Definisi Oprasional

No Variable Definisi oprasional Cara ukur

Ulkus 1 Ulkus kaki diabetikum adalah Pemeriksaan: luka padsa


Diabetes kerusakan sebagian (partial area terkena ulkus dengan
Melitus thickness) atau keseluruh (full cara membuka luka dan
thickness) pada kulit, tendon, mengkaji luka, memeriksa
otot, tulang atau persendian yang suhu perifer.
terjadi pada seseorang yang
menderita penyakit diabetes Pemeriksaan penunjang :
melitus (DM). GDS, leukosit, pemeriksaan
ulkus dengan lembar lumt
2 Kerusakan Kerusakan integritas jaringan Anamneses: terjadinya luka
IntegritaS (membrane mukosa, kornea, sudah berapa lama,
Jaringan fasia, otot, tendon, tulang, sebelumnya perawatan
kartilago, kapsul sendi dan dimana dan seperti apa.
ligament)
Observasi luka: luas,
kedalaman, warna jaringan
nekrosis, jumlah pus,
pemeriksaan penunjang,
leukosit, perawatan luka
steril. Perawatan luka
dengan kombinasi
pemberian madu.

55
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
56

C. Partisipan

Partisipan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 pasien (2 kasus) dengan

diagnosa medis yang samayaitu asuhan keperawatan pada pasien yang

mengalami ulkus diabetikum dengan kriteria partisipan :

1. Kriteria insklusi

a. Partisipan dengan ulkus diabetikum grade II

b. Pre debridemen

c. Madu yang digunakan madu asli

d. Bersedia menjadi responden

2. Kriteria eksklusi

a. Tidak bersedia menjadi responden

b. Madu yang digunakan tidak asli

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Study kasus ini dilakukan di Ruang Kenanga Rumah Sakit Umum Daerah

Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung dengan sasarannya adalah pasien yang

mengalami ulkus diabetikum dengan masalah keperawatan kerusakan integritas

jaringan. Lama waktu penelitian adalah 3 hari, jika sebelum 3 hari pasien sudah

pulang maka perlu penggantian pasien dengan masalah yang sejenis. Penelitian

ini akan dilakukan pada bulan juni 2019.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


57

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara penelitian untuk mengumpulkan data

yang dilakukan dalam penelitian :

1. Wawancara

Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara berinteraksi,

bertanya dan mendengarkan apa yang di sampaikan secara lisan oleh

responden atau partisipan. Hasil anamnesis berisi tentang identitas klien,

keluhan utama, riwayat penyakit sekarang-dahulu-keluarga, kondisi luka,

sudah berapa lama adanya luka, sebelumnya dirawat dimana dan seperti apa.

Sumber data dari klien, keluarga,perawat lainya.

2. Observasi dan pemeriksaan fisik

Observasi adalah kegiatan pengumpulan data melalui pengamatan langsung

terhadap aktifitas responden atau partisipan yang terencana, dilakukan secara

aktif dan sistematis. Observasi dan pemeriksaan fisik dengan pendekatan IP

(inspeksi dan palpasi), dengan cara menginspeksi kondisiluka, kedalaman

dan luas luka, warna jaringan nekrosis, jumlah pus, tipe eksudat, tipe

jaringan nekrotik, tipe jaringan granulasi, tepian luka, viabilitas kulit

periulkus, tipe edema kaki, lokasi edema kaki, dan pendekatan palpasi

dengan cara mempalpasi tipe jaringan nekrotik, dan vasibilitaas kulit

periulkus.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


58

3. Studi dokumentasi

Hasil dari pemeriksaan diagnostic dan data lain yang releven. Untuk

pengumpulan data menggunakan format pengkajian: hasil pemeriksaan

penunjang GDS, leukosit, dll.

F. Analisa Data

Analisa data dilakukan sejak penelitian dilapangan, sewaktu pengumpulan data

sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara

mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan

selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang

digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil

interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan

masalah. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan

studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan

dan di bandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi

dalam intervensi tersebut. Urutan dalam analisa data adalah:

1. Pengumpulan data

Data di kumpulkan dari wawancara, observasi dokumentasi. Hasil ditulis

dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkip

(catatan terstruktur).

2. Mereduksi data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan

dijadikan satu dalam bentuk transkip dan di kelompokan menjadi data

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


59

subjektif dan obyektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostic

kemudian dibandingkan.

3. Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, bagan maupun teks naratif.

Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengamburkan dari klien

4. Kesimpulan

Hasil dari data yang di sajikan, kemudian data dibahas dan di bandingkan

dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku

kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi. Data

yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan,

tindakan dan evaluasi.

G. Etika Penelitian

Menurut Dharma (2011) etika yang mendasari penyusunan studi kasus, terdiri

dari:

1. Self determinan/otonomi

Menghormati otonomi yang mempersyaratkan bahwa manusia mampu

menalar pilihan pribadinya harus diperlakukan dengan menghormati

kemampuan untuk mengambil keputusan mandiri.

2. Informed Consent(persetujuan menjadi klien)

Merupakan lembar persetujuan untuk berpartisipasi dalam penelitian setelah

mendapat penjelasan dan telah memahami seluruh aspek penelitian yang

relevan terhadap keputusannya untuk berpartisipasi. Peneliti melakukan

beberapahal yang berhubungan dengan Informed Consent antara lain:

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


60

a. Penjelasan tentang judul peneliti, tujuan dan manfaat penelitian

b. Permintaan kepada subyek untuk berpartisipasi dalam penelitian

c. Penjelasan prosedur penelitian

d. Gambaran tentang resiko dan ketidaknyamanan selama penelitian

e. Penjelasan tentang keuntungan yang didapat dengan berpartisipasi

sebagai subyek penelitian

f. Penjelasan tentang jaminan kerahasiaan dan anonimitas

g. Hak untuk mengundurkan diri dari keikutsertaan sebagai subyek

penelitian, kapan punsesuai dengan keinginan subyek

h. Persetujuan penelitian untuk memberikan informasi yang jujur terkait

dengan prosedur penelitian

i. Pernyataan persetujuan dari subyek untuk ikutserta dalam penelitian.

3. Anonimity (tanpa nama)

Merupakan etika dalam penelitian keperawatan dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan

hanya menuliskan atau mencantumkan kode pada lembar pengumpulan data

atau hasil penelitian yang disajikan (Dharma, 2011).

4. Confidentiality (kerahasiaan)

Manusia sebagai subjek penelitian memiliki privasi dan hakasasi untuk

mendapatkan kerahasiaan informasi. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa

penelitian menyebabkan keterbukanya informasi tentang subjek. Sehingga

peneliti perlumerahasiakan berbagaiinformasi yang menyangkut prifasi

subjek yang tidak ingin identitas dan segala informasi tentang dirinya di

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


61

ketahui oleh orang lain. Prinsip ini dapat diterapkan dengan cara meniadakan

identitas seperti nama dan alamat subjek kemudian diganti dengan kode

tertentu. Dengan demikian segala informasi yang menyangkut identitas

subjek tidak terekspos secara luas.

5. Justice atau keadilan

Merupakan prinsip etik yang harus dilakukan sama pada setiap orang yang

memperoleh haknya. Saat penelitian, peneliti berlaku secara adil kepada

pasien 1 dan 2 selama melakukan asuhan keperawatan tidak membedakan

satu sama dengan yang lainnya (Dharma, 2011).

H. Jalannya Penelitian

1. Persiapan penelitian

Tahap persiapan peneliti mencari buku dan artikel yang berhubungan dengan

sumber untuk penelitian melihat fenomena dan disusun dengan pembimbing

serta meminta izin untuk mencari data-data di Ruang Kenanga Rumah Sakit

Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung untuk diangkat

dalam penelitian. Peneliti melakukan rancangan proposal penelitian,

kemudian proposal dikonsulkan kepada pembimbing setelah proposal

disetujui oleh dosen pembimbing kemudian proposal diujikan. Setelah

proposal diuji dan disetujui oleh dosen pembimbing dan dosen penguji,

peneliti mengajukan perizinan ketempat penelitian melalui instansi

pendidikan.

2. Tahap pelaksanaan

a. Mengajukan surat izin pengambilan data

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


62

b. Memasukan surat izin pengambilan data kepihak rumahsakit

c. Setelah mendapat jawaban surat izin pengambilan data dari pihak rumah

sakit. Kemudian melakukan kunjungan hari pertama keruangan untuk

mencari pasien

d. Setelah mendapat 2 pasien yang sesuai dengan kriteria yang akan diambil

maka pada hari pertama langsung melakukan penjelasan tentang

penelitian yang akan dilakukan dan menanyakan ketersediaan subjek

menjadi responden, setelah subjek bersedia menjadi responden peneliti

akan memberikan lembar informed consent atau lembar persetujuan

yang wajib diisi oleh subjek peneliti sebagai tanda ketersediaan menjadi

responden, informed consent diberikan kepada 2 responden.

e. Jika dalam satu hari mendapat 2 pasien maka kedua pasien tersebut akan

diberikan asuhan perawatan dihari pertama dengan tindakan yang sama

yaitu:

Hari 1

1) Kaji luka : lokasi,dimensi,kedalaman luka,jaringan nekrotik,tanda-

tanda infeksi lokal,formasi traktus

2) Kaji keadaan dan kebersihan kaki pasien

3) Kaji sirkulasi vaskuler kaki dengan palpasi, pulpasi

4) Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptik

5) Terapi komplementer perawatan luka penggunaan madu

6) Monitor tanda-tanda vital

7) Monitor status nutrisi pasien

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


63

8) Anjurkan pasien untuk menjaga kelembaban kulit kaki dengan

menggunakan lotion

9) Ajarkan keluarga tentang perawatan luka

10) Kolaborasi ahli gizi pemberian diit

11) Kolaborasi pemberian antibiotic dan kolaborasi prosedur debridement

(jika perlu)

Hari ke-2

1) Kaji luka : lokasi,dimensi,kedalaman luka, jaringan nekrotik,tanda-

tanda infeksi lokal,formasi traktus

2) Kaji keadaan dan kebersihan kaki pasien

3) Kaji sirkulasi vaskuler kaki dengan palpasi, pulpasi

4) Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptik

5) Terapi komplementer perawatan luka penggunaan madu

6) Monitor tanda-tanda vital

7) Monitor status nutrisi pasien

8) Anjurkan pasien untuk menjaga kelembaban kulit kaki dengan

menggunakan lotion

9) Ajarkan keluarga tentang perawatan luka

10) Kolaborasi ahli gizi pemberian diit

11) Kolaborasi pemberian antibiotic dan kolaborasi prosedur

debridement (jika perlu)

12) Lakukan evaluasi intervensi yang dilakukan di hari 1

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


64

Hari ke-3

1) Kaji luka : lokasi,dimensi,kedalaman luka,jaringan nekrotik,tanda-

tanda infeksi lokal,formasi traktus

2) Kaji keadaan dan kebersihan kaki pasien

3) Kaji sirkulasi vaskuler kaki dengan palpasi, pulpasi

4) Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptik

5) Terapi komplementer perawatan luka penggunaan madu

6) Monitor tanda-tanda vital

7) Monitor status nutrisi pasien

8) Anjurkan pasien untuk menjaga kelembaban kulit kaki dengan

menggunakan lotion

9) Ajarkan keluarga tentang perawatan luka

10) Kolaborasi ahli gizi pemberian diit

11) Kolaborasi pemberian antibiotic dan kolaborasi prosedur

debridement (jika perlu)

12) Lakukan evaluasi intervensi yang dilakukan di hari ke 2

f. Kemudian kedua pasien di evaluasi, catat hasil dan lihat ada tidaknya

perubahan yang terjadi dari kedua pasien tersebut.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


65

3. Tahap akhir

Hasil pengolahan data disajikan dengan presentasi. Setelah melakukan

sidang dan disetujui untuk dilakukan penjilidan hasil penelitian dikumpulkan

sesuai jadwal yang telah ditentukan.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


66

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Gambaran Lokasi dan Pengambilan Data

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung pada

mulanya merupakan rumah sakit Onderneming Pemerintahan Hindia

Belanda yang didirikan tahun 1914. Setelah menjadi RSUD Provinsi

Lampung pada tahun 1965 sesuai SK Gubernur Lampung 07 Agustus 1984

rumah sakit ini berubah menjadi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek hingga saat

ini. Tahun 1993 sesuai SK Menkes RI No. 1163/Menkes/SK/XII/1993

RSUD kelas B Non Pendidikan. Berdasarkan peraturan daerah Provinsi

Lampung No. 8 tahun 1995 pada tanggal 27 Februari 1995, RSUD Dr. H

Abdul Moeloek Provinsi Daerah tingkat 1 Lampung disyahkan oleh Menteri

dalam Negeri oleh surat keputusan No. 193 tahun 1995.

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H Abdul Moeloek Bandar Lampung

merupakan rujukan tertinggi di Provinsi Lampung, berdasarkan SK Menkes

HK.03.05/1/2603/08 tanggal 23 Juli 2008 sebagai rumah sakit kelas

A.Memiliki beberapa ruangan nama penyakit misalnya Kelas Rawat

VVIP : 1(Ruang mahamunyai lantai II)

VIP : 4 (Ruang Alamanda, Mahamunyai lantai II, Sudha Nirmala C,

DelimA).

66
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
67

Kelas I : 4 (Ruang Delima, Melati, PBH, Alamanda, Sudha Nirmala C).

Kelas II : 13 (Ruang Kemuning, Kutilang, Nuri, Tulip, Perinatalogi,

Delima, Gelatik, Kenanga, Bougenvil, Melati, Anggrek, Anyelir,

Alamanda, Murai).

Kelas III : 13 (Ruang Mawar, Murai, Anyelir, Kemuning, Kutilang, Nuri,

Alamanda, Tulip, Delima, Gelatik, Kenanga, Bougenvil, Melati

Anggrek, ICU).

2. Pengkajian

a. Identitas Klien

Tabel 4.1 Identitas klien

IDENTITAS KLIEN PASIEN 1 PASIEN 2


Nama Ny. S Ny. S
Usia 46 Tahun 48 Tahun
Status pekerjaan Bekerja Bekerja
Pekerjaan IRT IRT
Agama Islam Islam
Pendidikan SD SMA
Suku Jawa Jawa
Bahasa yang digunakan Jawa Jawa
Alamat rumah Jl. KH.Gholib Gg.Rukun Jl. Drs Warsito rt 04,
Pringsewu kelurahan Kupang Kota
Teluk Betung Utara
Sumber biaya BPJS Umum
Tanggal masuk RS 05 juni 2019 12 juni 2019
No. RM 00.59.65.38 00.59.79.90
Diagnosa Medis DM Tipe II + Ulkus Diabetikum DM Tipe II+Ulkus
Diabetikum

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


68

b. Sumber Informasi

Tabel 4.2 Sumber Infomasi

IDENTITAS PASIEN 1 PASIEN 2


Nama Tn. S Tn. C
Umur 50 Tahun 52 Tahun
Hubungan dengan klien Suami Suami
Pendidikan SD SMA
Pekerjaan Tani Tani
Alamat Jl.KH.Gholib Gg.Rukun Jl. Drs Warsito rt 04,
Pringsewu kelurahan Kupang Kota
Teluk Betung Utara

c. Riwayat Penyakit

Tabel 4.3 Riwayat penyakit

RIWAYAT PENYAKIT PASIEN 1 PASIEN 2


Riwayat keluhan masuk Pasien datang ke RSUD Dr. H. Pasien datang ke RSUD Dr.H.Abdul
RS Abdul Moeloek diantar oleh Moloek di antar oleh keluarganya
keluarganya pada tanggal 05 Juni pada tanggal 12 juni 2019 pukul
2019 pukul 06.11 WIB melalui IGD 20.00 WIB melalui IGD atas rujukan
atas rujukan RSUD Pringsewu dari ruah sakit daerah metro dengan
dengan keluhan nyeri pada kaki keluhan nyeri pada kaki kanan,
kanan, lemas, dan terdapat ulkus lemas, terdapat ulkus diabetikum
diabetikum pada punggung kaki pada kaki sebelah kanan mulai dari
sebelah kanan. jari-jari kaki sampai betis bagian atas.
GCS(; E:4, V:5, M:6) GCS(; E:4, V:5, M:6)
TD: 100/70mmHg, TD: 140/70mmHg,
N:80x/menit, N:80x/menit,
o
S: 36,8 C, S: 37,0oC,
P:24x/menit. P:22x/menit.
Penatalaksanaan: Penatalaksanaan:
~IVFD Nacl 0,9% 20tpm~ ~IVFD Nacl 0,9% 20tpm
~ ceftriaxone15/12jam ~ ceftriaxone15/12jam
~ ranitidine 50g/12jam ~metronidazole500mg/8jam
~ paracetamol 500mg(3x1) ~ketorolac 30 mg/IV

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


69

~metronidazole 500mg/8jam ~GDS : 490mg/Dl


~GDS : 320mg/dL
Keluhan utama Pada saat dilakukan pengkajian Pada saat dilakukan pengkajian pada
pada tanggal 14 juni 2019 pukul tanggal 15 juni 2019 pukul 09.00
10.00 WIB, pasien mengatakan WIB, pasien mengatakan nyeri pada
nyeri pada telapak kaki sebelah kaki sebelah kanan, pasien
kanan, pasien mengatakan nyeri mengatakan nyeri yang dirasakan
dirasakan akibat kulit pada telapak timbul ketika kaki di gerakkan dan di
kaki mengelupas, nyeri terasa sentuh, nyeri akan berkurang ketika
ketika telapak kaki di sentuh dan di di beri obat nyeri. Pasien mengatakan
gerakkan nyeri akan berkurang nyeri yang dirasakan seperti tertusuk
ketika telapak kaki tidak di sentuh jarum disertai dengan rasa panas
dan dikompres air hangat. Pasien seperti terbakar, pasien mengatakan
mengatakan nyeri di rasakan seperti nyeri di rasakan dari telapak kaki dan
di tarik tarik ( ngenyut) , pasien menjalar sampai dengan lutut. Skala
mengatakan nyeri dirasakan pada nyeri 7, nyeri dirasakan selama 10-15
telapak kaki dan menjalar ke bagian menit nyeri dirasakan hilang timbul,
punggung sampai dengan pasien mengatakan nyeri timbul pada
pergelangan kaki, skala nyeri 6, malam dan pagi hari dengan waktu
pasien mengatakan nyeri dirasakan yang tidak menentu.
selama 5-15 menit nyeri dirasakan
pada pagi dan malam hari dengan
waktu yang tidak menentu, nyeri
yang dirasakan hilang timbul.
Keluhan penyerta Luka tidak kunjung sembuh, gatal- Luka tidak kunjung sembuh, tidak
gatal pada seluruh tubuh. nafsu makan, lemas.
Riwayat penyakit dahulu Pasien mengatakan tidak memiliki Pasien mengatakan tidak memiliki
alergi terhadap makanan dan obat- alergi terhadap makanan dan obat-
obatan, pasien mengatakan pernah obatan, pasien tidak pernah
mengalami kecelakaan sepedah mengalami kecelakaan, pasien
motor dengan luka lecet, pasien mengatakan pernah dirawat di Rumah
mengatakan pernah di rawat di Sakit Daerah Metro dengan keluhan
rumah sakit dengan keluhan luka terdapatnya batu empedu pada tubuh
pada kaki sebelah kiri, sudah pasien, pasien mengatakan pernah
dilakukan debridement di RSUD melakukan oprasi batu empedu pada
Pringsewu tetapi tidak kunjung tahun 2000 di Rumah Sakit Daerah
sembuh, pasien mempunyai riwayat Metro, pasien mempunyai riwayat

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


70

DM tipe II sejak 7 tahun yang lalu, DM tipe II sejak 4 tahun yang lalu,
pada tanggal 30 Mei 2019 terdapat pasien mengatakan sebelumya tidak
luka pada kaki sebelah kanan akibat pernah mengalami luka diabetes, luka
di kompres dengan air hangat yang terjadi akibat pasien tidak
di masukkan kedalam botol dengan menggunakan alas kaki dan tertusuk
di alasi oleh kain tipis dan oleh tanaman yang terdapat di
mengakibatkan kemerahan pada belakang rumah pasien, luka awal
kaki sebelah kanan dan terjadi pada daerah ibu jari dalam
mengakibatkan luka yang jangka waktu 5 hari luka melebar,
membesar dalam jangka waktu 1 basah dan tidak kunjung sembuh
minggu sampai terlihatnya otot setelah itu di bawa ke Rumah Sakit
pada kaki sebelah kanan. Metro dengan kondisi luka yang
semakin memburuk maka pasien di
rujuk ke RSUD Dr.H.Abdul Moloek.
Riwayat penyakit keluarga Pasien mengatakan didalam Pasien mengatakan didalam anggota
anggota keluarga tidak ada yang keluarga tidak ada yang mempunyai
mempunyai riwayat penyakit DM riwayat penyakit DM dan penyakit
dan penyakit keturunan seperti keturunan lainnya seperti hipetensi,
hipertensi, jantung. jantung.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


71

Bagian 4.1 Genogram pasien 1

Keterangan :

: Laki – laki

: Perempuan

: Pasien

: Menikah

: Keturunan

: Meninggal

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


72

Bagian 4.2 Genogram pasien 2

Keterangan :

: Laki -Laki

: Perempuan

: Pasien

: Menikah

: Keturunan

: Meninggal

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


73

Tabel 4.4 Data Psiko-Sosial-Spiritual

Psiko-sosial-spiritual Pasien 1 Pasien 2


1. Psikososial Pasien mengatakan seorang ibu Pasien mengatakan seorang
Gambaran diri dan bekerja sebagai ibu rumah ibu dan bekerja sebagai ibu
tangga, pasien merasa malu rumah tangga, pasien
dengan orang karena kondisi merasa malu dengan orang
fisiknya yang cacat karena kondisi fisiknya
yang cacat.

Peran diri Pasien mengatakan perannya Pasien mengatakan


sebagai ibu rumah tangga dan perannyasebagai ibu rumah
mengasuh seorang tangga dan nenek dan
putrabungsunya dan ke 2 tinggal bersama anak nya
cucunya, namun saat ini tugasnya namun saat ini pasien tidak
tidak bisa ia kerjakan sendiri bisa melakukan aktifitas
karena kondisi yang sedang sakit. karna kondisi yang sedang
sakit.
Harga diri Pasien mengatakan dengan Pasien mengatakan kondisi
kondisi sekarang pasien merasa sekarang pasien merasa
sedihdan tidak berguna karena sedih dan tidak berguna
tidak bisamengurus suami anak karena tidak bisa mengurus
dan cucunya karena kondisi anak dan suaminya karena
tubuh yang sedang sakit kondisi tubuh yang sedang
sakit.
Ideal diri Pasien merupakan seorang ibu Pasien merupakan seorang
dan nenek yang mengurus untuk ibu yang mengurus anak
suaminya anaknya dan cucunya dan, suami yang lalu dan
yang tinggal di rumah bersama tinggal bersama menantu
anak dan cucunya di
rumah.
Identitas diri Pasien mengatakan ingin sembuh Pasien mengatakan ingin
dan menjadi istri ibu dan nenek cepat sembub dan menjadi
yang mengurus untuk suami anak ibu dan nenek yang
dan cucunya yang tinggal 1 mengurus anak dan
rumah. suaminya yang tinggal 1
rumah.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


74

2. Sosial Pasien mengatakan suami, anak- Pasien mengatakan anak


Support system anaknya, dan keluarganya anaknya mendukung agar
mendukung agar cepat sembuh cepat sembuh dan untuk
dan untuk menjalani proses menjalani proses perawatan
perawatan penyakitnya. penyakitnya.
Komunikasi Pasien mengatakan mampu Pasien mengatakan mampu
berkomunikasi dengan berkomunikasi dengan
siapapun.mudah akrab dengan siapapun.mudah akrab
tetangganya bahkan sangat dekat dengan tetangganya bahkan
dengan suami, anaknya dan sangat dekat dengan suami,
cucunya, secara umum Ny. S anaknya secara umum Ny.
tampak pendiam namun S tampak pendiam namun
kooperatif dan ramah pada kooperatif namun lebih
petugas kesehatan. banyak diam.
Kecemasan Pasien mengatakan cemas dan Pasien mengatakan cemas
takut dengan kondisinya saat ini, dan takut dengan
pasien takut karna luka pada kaki kondisinya saat ini, pasien
nya tidak kunjung sembuh. takut karna luka pada kaki
nya tidak kunjung sembuh
3. Spiritual Sebelum sakit pasien Sebelum sakit pasien
menjalankan sholat 5 waktu menjalankan sholat 5 waktu
tetapi terkadang masih ada yg tetapi terkadang masih ada
tertinggal, tetapi saat pasien sakit yg tertinggal, tetapi saat
tidak pernah menjalankan pasien sakit tidak pernah
ibadah shalat 5 waktu karena menjalankan ibadah shalat
kondisi fisiknya yang sedang 5 waktu karna kondisi
sakit. fisiknya yang sedang sakit

Tabel 4.5 Pendidikan dan Pengajaran

Pendidikan dan pengajaran Klien 1 Klien 2

Pasien dan keluarga mengatakan Pasien dan keluarga


sudah mengetahui tentang penyakit mengatakan sudah
yang di alami oleh pasien sudah mengetahui tentang penyakit
mengetahui cara perawatan luka yang dialami oleh pasien
akan tetapi pasien belum akan tetapi pasien dan
mengetahui perawatan luka yang keluarga belum pahan dan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


75

baik dan benar pada luka diabetes. belum mengetahui


bagaimana cara perawatan
luka yang baik dan benar,
pasien dan keluarga
mengatakan baru pertama
pasien mengalami luka
diabetes.

Tabel 4.6 Lingkungan

Lingkungan Klien 1 Klien 2


Rumah Pasien mengatakan keadaan Pasien mengatakan keadaan
rumahnya bersih dan posisi rumahnya bersih dan posisi
rumah pasien jauh dari pabrik rumah pasien jauh dari
perindustrian akan tetapi di pabrik prindustrian akan
halaman rumah pasien terdapat tetapi di halaman belakang
ruko yang di pergunakan untuk pasien terdapat kandang sapi
membuka bengkel motor. yang jaraknya tidak jauh dari
dapur.
Pekerjaan Tempat pekerjaan pasien jauh Tempat pekerjaan pasien
dari polusi dan bahaya yang jauh dari polusi dan bahaya
dapat mengancam nyawa. yang dapat mengancam
nyawa.

a. Pola kebiasaan sehari-hari

Tabel 4.7 Pola kebiasaan sehari-hari

Pola kebiasaan sehari-hari Klien 1 Klien 2


Pola nutrisi Sebelum sakit : Sebelum sakit:
Pola nutrisi makan baik 3x sehari Pola nutrisi makan baik 3x sehari
Pasien bisa makan sayuran dan Pasien bisa makan sayuran dan
lauk idak ada gangguan saat lauk tidak ada kesulitan saat
menelan BB 45Kg TB: 157. menelan BB 65Kg TB 160

Saat sakit:
Saat sakit:
Ny. S pagi makan 6 sendok
Makan 6 sendok makan, Ny. S
makan, Ny. S mual muntah, tidak
mual tapi tidak muntah, dan tidak

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


76

ada makanan tambahan selain dari nafsu makan karna melihat


RS. Tidak makan yang manis. kondidi luka ulkus pada kakinya
Tidak kesulitan saat menelan, dan tidak ada makanan tambahan
TB:157 BB:40Kg selain dari RS. Tidak ada
gangguan menelan, TB: 160 BB:
BB
IMT= /TB2 60Kg.
40
= /(1.57 x 1.57) = 2,46 IMT = BB/TB2
=40/2,46 = 60/(1.60 x 1.60) = 2,56
= 16,26 kg/m2 = 60/2,56
= 23,43 kg/m2
Pola cairan Sebelum sakit: Sebelum sakit:
Minum 7 gelas perhari tidak ada Pasien minum 7-8 gelas perhari
gangguan menelan minum air tidak ada gangguan menelan
mineral. minum air mineral.

Saat sakit: Saat sakit:


Ny. S minum air mineral Ny. S minum air putih sebanyak
sebanyak 4 gelas dengan volume 4 gelas dengan volume 1 gelas
1 gelas 200cc, Ny, s terpasang 200cc, Ny, S terpasang infus RL
infus RL sebanyak 20tpm : sebanyak 20tpm:
Rumus : 20 Ttpm = V X 20 Rumus : 20 Ttpm = V X 20
60 X t 60 X t
V= 20 X 3 X 24 V= 20 X 3 X 24
V = 1440 ml/hari V = 1440 ml/hari

Pola eliminasi Sebelum sakit : Sebelum sakit:


1. BAK Ny. S BAK 8x/hari warna kuning Ny. S BAK 9x/hari warna kuning
2. BAB jernih dengan volume 1800cc. dengan volume 2000cc.

Saat sakit: Saat sakit:


Ny.S BAK 5-6x/hari, warna urin Ny.S BAK 6-7x/hari, warna urin
kuning pekat dengan volume kuning pekat dengan volume
1600cc, berbau khas, tidak 1800cc, berbau khas, tidak
terdapat darah dalam urin, tidak terdapat darah dalam urin, tidak
ada keluhan dalam BAK. ada keluhan dalam BAK

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


77

Ny. S pernah BAB hanya 2 kali Ny. S pernah BAB hanya 1 kali
dengan konsistensi lembek dan dengan konsistensi lembek dan
tidak ada keluhan. tidak ada keluhan.

IWL = 10/kg BB/hari IWL = 10/kg BB/hari

IWL = 10/kg BB/hari IWL = 10/kg BB/hari


= 10 X 40 = 10 X 60
= 400 ml/hari = 600 ml/hari

Intake cairan Intake cairan


IVFD =1.440 IVFD =1.440
Minum= 800 Minum= 800
(IVFD + (IVFD +
minum = minum =
2.240) 2.240)

Output Output
BAK = 1600 cc BAK = 1800 cc
IWL = 400 IWL = 400
( BAK + IWL = ( BAK + IWL =
1600 + 400 = 2000 1800 + 600 = 2400
cc/hari cc/hari

Balance Cairan Balance Cairan


( Intake - output ) ( Intake - output )
Oral + IVFD – IWL + Oral + IVFD – IWL +
Urine Urine
=800 + 1.440 – 400 + 1.600 =800 + 1.440 – 600 +1.800
=2.240 – 2.000 =2.240 – 2.400
= 240 cc/hari = 160 cc/hari
Pola kebutuhan rasa aman Sebelum sakit: Sebelum sakit:
nyaman Pasien tidak mengalami Pasien tidak mengalami
gangguan tidur 7jam sehari. gangguan tidur 7jam sehari.
Saat sakit: Saat sakit:
Ny. S mengatakan tidur 3-5 jam. Ny.S mengatakan tidur 2-4jam.
Pasien mengatakan tidur siang 30- Pasien mengatakan tidur siang 30
60 menit, tidur malam 2-3 jam – 60 menit, tidur malam 1- 2 jam

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


78

dengan waktu yang tidak dengan waktu yang tidak


menentu. Pasien sering terbangun menentu. Pasien sering terbangun
saat tidur karna kondisi ruangan saat tidur karna kondisi ruangan
yang ramai.Mata sayup karena yang ramai. Mata sayup karena
kurang tidur dan nyeri di sekitar kurang tidur dan nyeri di sekitar
telapak kaki sampai dengan luka luka ulkus.
ulkus.
Pola personal hygine Sebelum sakit: Sebelum sakit:
Pasien mandi 2 kali sehari cuci Pasien mandi 2 kali sehari cuci
rambut 2hari sekali selalu rambut 2hari sekali selalu
menggosok gigi. menggosok gigi.

Saat sakit Saat sakit:


Ny. S hanya dilap-lap saja, Ny.S Ny. S hanya dilap-lap saja.
tidak menggosok gigi, keadaan Ny.S tidak menggosok gigi,
mulu pasien kotor, gigi berwarna keadaan mulu pasien kotor, gigi
kuning, terdapat karies, bau nafas berwarna kuning, terdapat karies,
keton. bau nafas keton.

Aktivitas dan latihan Sebelum sakit: Sebelum sakit :


Pasien melakukan aktifitas Pasien melakukan aktifitas
sebagai ibu rumah tangga di sebagai ibu rumah tangga di
rumah nya dengan mandiri. rumah nya dengan mandiri.

Saat sakit: Saat sakit:


Kegiatan Ny. S di bantu oleh kegiatan Ny. S di bantu oleh
keluarga seperti makan, toileting keluarga seperti makan, toileting
dan kebutuhan yang lainnya dan kebutuhan lainnya.

Kebiasaan yang Sebelum sakit: Sebelum sakit:


mempengaruhi kesehatan Pasien tidak merokok, tidak Pasien tidak merokok, tidak
minum-minuman berakohol dan minum-minuman berakohol dan
tidak ketergantungan dengan obat. tidak ketergantungan dengan obat.

Saat sakit: Saat sakit:


Pasien tidak merokok, tidak Pasien tidak merokok, tidak

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


79

minum-minuman berakohol, minum-minuman berakohol,


pasien hanya meminum obat yang pasien hanya meminum obat yang
diberikan oleh dokter dan tidak diberikan oleh dokter dan tidak
mengonsumsi obat dari luar mengonsumsi obat dari luar
anjuran dokter. anjuran dokter.

b. Pemeriksaan fisik

Tabel 4.8 pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik Klien 1 Klien 2


Kesadaran Composmentis Composmentis
TD 120/80 mmHg 140/70 mmHg
N 60 x/menit 80 x/menit
RR 24 x/menit 22 x/menit
o
S 36,7 C 37,0oC

Sistem Penglihatan Fungsi penglihatan baik, Fungsi penglihatan baik,


posisi mata simetris, kelopak posisi mata simetris, kelopak
mata mampu membuka dan mata mampu membuka dan
menutup, pergerakan bola menutup, pergerakan bola
mata normal, konjungtiva mata normal, konjungtiva
ananemis, kornea normal, ananemis, kornea normal,
sklera anikterik, pupil normal, sklera anikterik, pupil normal,
tidak ada tanda-tanda tidak ada tanda-tanda
peradangan. peradangan.
Sistem Pendengaran Fungsi pendengaran baik, Fungsi pendengaran baik,
posisi telinga simetris, daun posisi telinga simetris, daun
telinga normal, kondisi telinga telinga normal, kondisi telinga
dalam keadaan bersih, tidak dalam keadaan bersih, tidak
ada cairan pada telinga, tidak ada cairan pada telinga, tidak
ada tinitus, tidak ada serumen, ada tinitus, tidak ada serumen,
tidak ada tanda-tanda tidak adatanda-tanda
peradangan. peradangan.
Sistem Pernapasan Inspeksi: Inspeksi:
Bentuk dada kanan dan kiri Bentuk dada kanan dan kiri
simetris, tidak terdapat lesi simetris, tidak terdapat lesi
dan peradangan pada hidung, dan peradangan pada hidung,

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


80

pasien terpasang nasal kanul, pasien terpasang nasal kanul,


irama nafas pasien teratur, irama nafas pasienteratur,
frekuensi pernapasan 22 frekuensi pernapasan 24
x/menit, pasien tidak x/menit, pasien tidak
mengalami kesulitan saat mengalami kesulitan saat
bernafas, ekspansi paru bernafas, ekspansi paru
normal, pasien tidak normal, pasien tidak
menggunakan alat bantu menggunakan alat bantu
pernafasan. pernafasan.

Palpasi : Palpasi :
Pada saat dilakuan palpasi Pada saat dilakuan palpasi
ditemukan kulit hangat, tidak ditemukan kulit hangat, tidak
terdapat krepitasi, tidak terdapat krepitasi, tidak
terdapat benjolan. terdapat benjolan

Perkusi: Perkusi:
Suara paru sonor, tidak Suara paru sonor, tidak
terdapat cairan pada paru. terdapat cairan pada paru.

Auskultasi : Auskultasi :
Suara nafas pasien vesikuler, Suara nafas pasien vesikuler,
tidak terdapat suara tambahan, tidak terdapat suara tambahan,
tidak terdapat suara ronci, tidak terdapat suuara ronci,
tidak terdengar adanya cairan tidak terdengar adanya cairan
pada paru. pada paru.
Sistem Kardiovaskuler Sirkulasi perifer: Sirkulasi perifer:
Nadi :60 x/menit, irama Nadi :80 x/menit, irama
teratur, nadi teraba kuat, teratur, nadi teraba kuat,
temperatur kulit hangat, temperatur kulit hangat,
CRT<3detik, warna kulit CRT<3detik, warna kulit
kemerahan. kemerahan.

Sirkulasi jantung: Sirkulasi jantung:


Kekuatan nadi 60 x/menit, Kekuatan nadi 80 x/menit,
irama nadi reguler, temperatur irama reguler, temperatur kulit
kulit dingin, warna kulit tidak dingin, warna kulit tidak

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


81

sianosis, kekuatan denyut, sianosis, kekuatan denyut,


irama teratur, bunyi jantng irama teratur, bunyi jantng
lup-dup tidak ada kelainan lup-dup tidak ada kelainan
bunyi jantung. bunyi jantung.
Sistem Neurologi Kesadaran pasien Kesadaran pasien
composmentis GCS 15 (E:4, composmentis GCS 15 (E:4,
V:5, M:6) total nilai : 15, V:5, M:6) total nilai : 15,
kepala dan wajah tidak ada kepala dan wajah tidak ada
kelainan, tidak ada tanda- kelainan, tidak ada tanda-
tanda peningkatan tekanan tanda peningkatan tekanan
intracranial seperti papilla intracranial seperti papilla
edema, dan nyeri kepala hebat, edema, dan nyeri kepala
tidak terdapat gangguan pada hebat, tidak terdapat gangguan
nervus I-XII. Tidak terdapat pada nervus I-XII. Tidak
tanda-tanda iritasi meningeal terdapat tanda-tanda iritasi
seperti kaku kuduk, tekanan meningeal seperti kaku kuduk,
vena jugularis normal. tekanan vena jugularis normal.
Sistem Pencernaan Keadaan mulut bibir kering Keadaan mulut bibir kering
dan pecah pecah tidak terdapat dan pecah pecah tidak terdapat
bintik bintik putih di tengah bintik bintik putih di tengah
lidah, tidak ada gangguan lidah, tidak ada gangguan
menelan, Ny. S mual tetapi menelan, Ny. S mual tetapi
tidak muntah, tidak terdapat tidak muntah, tidak terdapat
nyeri di bagian perut, bising nyeri di bagian perut, bising
usus normal 20x/menit, usus normal 20x/menit,
keadaan perut tidak kembung, keadaan perut tidak kembung,
tidak ada pembesaran hati. tidak ada pembesaran hati.
Sistem Imunologi Tidak terdapat pembesaran Tidak terdapat pembesaran
kelenjar getah bening. kelenjar getah bening.
Sistem Endokrin Pasien banyak minum, Pasien banyak minum,
banyanyak kencing, dan banyanyak kencing, dan
banyak makan. Bau nafas banyak makan. Bau nafas
keton, tidak ada pembesaran keton, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, pasien kelenjar tiroid, pasien tidak
mengalami tremor, tidak ada mengalamitremor, tidak ada
exopthalmus. Terdapat luka di exopthalmus. Terdapat luka di
bagian kaki kanan, keadaan bagian kaki kanan, keadaan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


82

balutan tidak rembes, dengan balutan kotor, terdapat


panjang luka 6 cm, lebar 3cm, rembesan cairan pada balutan
kedalaman 0,2cm, berbau, berwarna kuning kehijauan,
terdapat rongga punggung berbau, panjang luka 36 cm,
kaki, di kedua kaki terdapat lebar luka 13 cm, kedalaman
tanda-tanda infeksi: luka 0,2 cm, terdapat slought,
kemerahan di sekitar luka, maserasi,nekrotik,
sensasi tidak terasa (ba’al). mengeluarkan pus dan berbau,
terdapat nekrotik slought,
Kaki kanan terdapat tanda-tandainfeksi
dikaki sebelah kanan :
kemerahan di sekitar luka dan
bengkak, sensasi tidak terasa
(ba’al).

Kaki kanan
Kaki kiri

Kaki kiri

Sistem Integumen Keadaan rambut lembab, Keadaan rambut lembab,


terdapat ketombe pada kulit terdapat ketombe pada kulit
kepala, warna kuku kuning, kepala, warna kuku kuning,
kekuatan rapuh, warna kulit kekuatan rapuh, warna kulit
sawo matang, kulit lengket, sawo matang, kulit lengket,
terdapat kulit yang terdapat ulkus diabetikum
mengelupas pada telapak kaki, pada kaki sebelah kanan,
terdapat ulkus diabetikum panjang luka 36cm, lebar luka
pada punggung kaki sebelah 13cm, kedalaman luka 0,2 cm,
kanan, panjang luka 6cm, kemerahan pada daerah tepi
lebar luka 3cm, kedalaman luka, edema pada kaki sebelah
luka 0,2 cm, kemerahan pada kanan mulai dari enkel-bawah

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


83

daerah tepi luka, kondisi luka lutut, kondisi luka lembab,


lembab, terdapat jaringan terdapat jaringan nekrotik
nekrotik berwarna kuning pada dasar luka, terdapat
kehitaman, presentasi nekrotik eksudat berwarna slought
1-25% menutupi dasar luka. berwarna kuning kehijauan
dan berbau, presentasi
nekrotik 76-100% menutupi
dasar luka.
Sistem Muskuluskeletal Pasien mengatakan kesulitan Pasien mengatakan kesulitan
dalam bergerak karena kaki dalam bergerak karena kaki
terdapat ulkus, tidak terdapat terdapat ulkus, tidak terdapat
fraktur, tidak terdapat kelainan fraktur, tidak terdapat kelainan
bentuk tulang, kekuatan otot bentuk tulang, kekuatan otot
baik. baik

Pengkajian Diagnostik

Pasien 1

Nama :Ny. S

Umur : 46 Tahun

Rekam medik: 00.59.65.38

Tabel 4.9 pemeriksaan Laboratorium Tanggal 13 Juni 2019

PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN METODE


PATOLOGI
Hemoglobin 10,9 L: 14,0 - 18,0 g/dl Cyanide free
P: 12,0 – 16,0 hemoglobin
sprectrohotemetry
Leukosit 6.500 4.800 – 10.800 /µL Electronic impedance
( focused flow
impadence )
Eritrosit 3,8 L: 4,7 – 6,1 Juta / µL Electronic flow
P: 4,2 – 5,4 impedance

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


84

Hematokrit 32 L: 42 – 52 % RBC pulse height


P: 37 – 47 detection method
Trombosit 415.000 150.000 – 150.000 / µL Electronic impedance
( focused flow
impedence )
MCV 84 79 - 99 fL Perhitungan
MCH 29 27 – 31 Pg Perhitungan
NCHC 34 30 – 35 g/dl Perhitungan
Hitung Jenis
- Eosinofil 0 2–4 % Electronic impedance
( focused flow
impedance )
- Batang 1 3–5 % Electronic impedance
( focused flow
impedance )

- Segmen 0 50 – 70 % Electronic impedance


( focused flow
impedance )
- Limfosit 58 25 – 40 % Electronic impedance
( focused flow
impedance )
- Monosit 30 2–8 5% Electronic impedance
( focused flow
impedance )

Tabel 4.10 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 13 Juni 2019

PARAMETER HASIL NILAI SATUAN METODE


RUJUKAN
MIA
SPGOT 15 < 31 /µL I FCC-UV tanpa
aktifasi pyridoxal
phosphatase
SGPT 22 < 31 /µL C-UV tanpa aktifasi
pyridoxal

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


85

phosphotase
*
Albumin 1,5 3,5 – 5,2 g/dl BCG
Gula darah sewaktu 262 * < 140 mg/dl HEXOKINASE
Ureum 26 13 – 43 mg/dl Urease/GLDH
Creatinin 0, 66 0,55 – 1, 02 mg/dl Enzymatic
Natrium 132 * 135 – 145 mmol/L Ion selektif elektrode
Kalium 3,4 3,5 – 5,0 mmol/L Ion selektif elektrode
Kalsium 6,8 8,6 – 10,0 mg/dl o- cresopthalain
Chlorida 97 96 – 106 mmol/L Ion selektif electrode

Tabel 4.11 Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu Tanggal 14-16 Juni 2019

PARAMETER TANGGAL14 JUNI TANGGAL 15 JUNI TANGGAL 16 JUNI


2019 2019 2019

Gula darah 381 mg/dl 248 mg/dl 198 mg/dl


sewaktu

Hasil Pemeriksaan Radiologi Tanggal 14 Juni 2019

Ekstremitas ( atas, bawah )/ PA kepala

Foto : femur, cruris sinistra

- Pembengkakan jaringan lunak disertai gas gangren cruris-ankle-pedis kiri

yang tervisualisasi

- Tampak lesi litik sklerotik pada distal os tibia dan fibula kiri- tulang

pembentuk ankle kiri ec DD/ osteomilitis

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


86

Thorak

Foto : Thorax

- Rongenologis pileo saat ini tidak tampak jelas infiltrat/lonsolidasi

- Tidak tampak kardiomegali

- Abdomen yang tervisualisasi tampak bayangan opak di abdomen kanan ec DD/

artefal, batu, post pemeriksaan lontras

Pasien 2

Nama : Ny. S

Umur : 48 Tahun

R.M : 00.59.79..90

Tabel 4.12 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 14 Juni 2019

PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN METODE


PATOLOGI
Hemoglobin 6,9 L: 14,0 - 18,0 g/dl Cyanide free
P: 12,0 – 16,0 hemoglobin
sprectrohotemetry
Leukosit 13. 900 4.800 – 10.800 /µL Electronic impedance
( focused flow
impadence )
Eritrosit 3, 0 L: 4,7 – 6,1 Juta / µL Electronic flow
P: 4,2 – 5,4 impedance
Hematokrit 21 L: 42 – 52 % RBC pulse height
P: 37 – 47 detection method
Trombosit 46.000 150.000 – 150.000 / µL Electronic impedance
( focused flow
impedence )
MCV 71 79 - 99 fL Perhitungan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


87

MCH 23 27 – 31 Pg Perhitungan
NCHC 33 30 – 35 g/dl Perhitungan
Hitung Jenis
- Eosinofil 0 2–4 % Electronic impedance
( focused flow
impedance )
- Batang 1 3–5 % Electronic impedance
( focused flow
impedance )
- Segmen 0 50 – 70 % Electronic impedance
( focused flow
impedance )
- Limfosit 92 25 – 40 % Electronic impedance
( focused flow
impedance )
- Monosit 3 2–8 5% Electronic impedance
( focused flow
impedance )

Tabel 4.13 Hasil Pemeriksaan Laboratorim Tanggal 14 Juni 2019

PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN METODE


MIA
SPGOT 9 < 31 /µL I FCC-UV tanpa
aktifasi pyridoxal
phosphatase
SGPT 11 < 31 /µL C-UV tanpa aktifasi
pyridoxal
phosphotase
Albumin 2,3 3,5 – 5,2 g/dl BCG
Gula darah sewaktu 540 * < 140 mg/dl HEXOKINASE
Ureum 115 13 – 43 mg/dl Urease/GLDH
Creatinin 1, 15 0,55 – 1, 02 mg/dl Enzymatic
Natrium 127 * 135 – 145 mmol/L Ion selektif elektrode
Kalium 4,4 3,5 – 5,0 mmol/L Ion selektif elektrode
Kalsium 7,9 8,6 – 10,0 mg/dl o- cresopthalain
Chlorida 99 96 – 106 mmol/L Ion selektif electrode

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


88

Tabel 4.14 Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu Tanggal 15-17 Juni 2019

PARAMETER TANGGAL 15 JUNI TANGGAL 16 JUNI TANGGAL 17 JUNI


2019 2019 2019

Gula darah sewaktu 502 mg/dl 498 mg/dl 345 mg/dl

Tabel 4.15 Hasil Pemeriksaan Mikrobiologi Tanggal 14 Juni 2019


Bahan Pus
Hasil Kultur Ditemukan Bakteri Gram Negative ( Klebsiela Sp)

Obat / Antibiotik Potensi Disc Obat Klebsia sp


Zona (mm) Ket Zona (mm) Ket
Streptomycin (S) 30 - R
Tetraclyne (TE) 30 - R
Amikasin (AK) 30 20 S
Cefixime (CFM) 10 - R
Amoxilin (AML) 25 - R
Ceftriazone (CRO) 30 - R
Cefadroxil (CFR) 30 - R
Cepodoxime (CPD) 10 - R
Amoxylin / Clavulanic 30 21 S
(AMC)
Ampicilin (AMP) 10 - R
Gentamicin (CN) 10 - R
Chloramphenicol (C) 30 20 S
Aztreonam (ATM) 30 - R
Amoxilin (AML) 25 - R
Meropenem (MEM) 19 23 S
Subactam / 105 20 S
Cefoparazone (SCF)
Ampicilin / Sulbactam 20 - R
(SAM)
Trimenthoprim (W) 5 - R

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


89

Metode Kultur Resistensi : Kirby Bauer

Pemeriksaan Kultur Resistensi Menggunakan Media Cair Dan Padat

Keterangan :

R : Resistensi

I : Intermediate

S : Sensitif

Pemeriksaan Ulkus

Pasien 1

Nama :Ny. S

Umur : 46 Tahun

R.M : 00. 59.65.38

Tabel 4.16 Pemeriksaan Ulkus Hari Ke 1


NO DOMAIN KATEGORI RESPON SKOR
A. DOMAIN PEMERIKSAAN KLINIS
1. Tipe eksudat 0 Tidak ada 0
1 Serosanginosa
2 Serosa
3Seropurulen
4 Purulenta
2. Jumlah eksudat 0 Tidak ada 0
1 Sedikit sekali/ hampir tidak ada
2 Sedikit
3 Sedang
4 Banyak sekali
3. Ukuran (dari bagian pinggir pembatas (panjang x lebar) 2
epithelium) 0 Sembuh
1 <2,5 cm2
2 2,5-5,0 cm2
3 5,1-10,0 cm2
4 10,1 cm2 atau lebih
4. Kedalaman Lapisan jaringan 4
0 Sembuh
1 Kehilangan kulit ketebalan
2 Parsial
3 Ketebalan penuh

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


90

4 tendon/ tampak kapsul sendi


sampai tulang
5. Undermining Terbesar pada posisi jam ... 1
0 0 cm
1 >0-0,4cm
2 >0,4-0,9cm
3 >0,9-1,4 cm
4 >1,5 cm
6. Tipe jaringan nekrotik 0 Tidak ada 1
1 Slough putih sampai kuning
2 Mudah lepas
3 Slough putih sampai kuning
4 Lengket atau fibrin
Eskar warna abu-abu sampai
hitam lunak
Eskar warna hitam keras
7. Jumlah jaringan nekrotik 0 Tidak tampak 1
1 1-25% menutupi dasar luka
2 26-50% menutupi dasar luka
3 51-75% menutupi dasar luka
4 76-100% menutupi dasar luka
8. Tipe jaringan granulasi 0 Sembuh 4
1 Merah terang seperti daging
2 Merah muda agak kehitaman
3 Pucat
4 Tidak ada
9. Jumlah jaringan granulasi 0 Sembuh 4
1 76-100% menutupi dasar luka
2 51-75% menutupi dasar luka
3 26-50% menutupi dasar luka
4 1-25% menutupi dasar luka
10. Tepian luka 0 Sembuh 4
1 > 50% kemajuan perbatasan
epitelium atau perbatasan tidak jelas
2 <50% kemajuan perbatasan
epitelium
3 Melekat, tidak ada kemauan
perbatasan epitelium
4 tidak ada perlekaatan atau
Undermining
11. Viabilitas kulit periulkus 0 tidak ada 2
- Kalus 1 Hanya satu
- Dermatitis 2 Dua atau tiga
(memucat) 3 empat atau lima
- Maserasi 4 enam atau lebih
- Indurasi
(pengerasan)
- Eritema(merah
terang)
- Ungu pucat
- Ungu tidak pucat
- Kuli dehidrasi
12. Tipe edema kaki 0 Tidak ada 0
1 Non pitting atau kenyal
2 Pitting

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


91

3 Fibrosis atau
4 lipodermatosklerosis mengeras
13. Lokasi edema kaki 0 Tidak ada 0
1 Di lokasi periulcer
2 Kaki, meliputi enkle
3 Sampai pertengahan betis
4 Sampai lutut
14. Pengkajian bioburden 0 Sembuh 1
1 Kolonisasi ringan
2 Kolonisasi berat
3 Infeksi lokal
4 infeksi sistemik
Total -(A) DOMAIN PENILAIAN KLINIS 24
B. DOMAIN PENILAIAN PASIEN
15. Skala nyeri (berhubungan dengan Skala rentang angka (0-10) 3
ulkus kaki) Nilai nyeri anda, yang 0 tidak ada
dirasakandalam 24 jam pada skala 1 >0-2
dari 0-10, dimana nol berarti “tidak 2 >2-4
ada nyeridan 10 berarti “nyeri 3 >4-7
sekali” 4 >7
16. Frekwensi nyeri (berhubungan 0 Tidak Ada 3
dengan ulkus kaki) manakah dari 1 Kadang-Kadang
pernyataan berikut yang 2 Bergantung Posisi
menggambarkan seberapa sering 3 Konstan
anda mengala nyeri selama 24 4 Mengganggu Tidur
jam?”
17. Kualitas hidup (berhubungan 0 Gembira 2
dengan ulkus kaki) 1 Puas
“bagaimana perasaan anda tentang 2 Campur Aduk
kualitas hidup anda di waktu yang 3 Tidak Puas
akan datang?” 4 Mengerikan/Buruk Sekali
Total - (B) DOMAIN PENILAIAN PASIEN 8
SKOR LUMT (A + B) 32

Tabel 4.17 Pemeriksaan Ulkus Hari Ke 2

NO DOMAIN KATEGORI RESPON SKOR


A. DOMAIN PEMERIKSAAN KLINIS
1. Tipe eksudat 0 Tidak ada 0
1 Serosanginosa
2 Serosa
3Seropurulen
4 Purulenta
2. Jumlah eksudat 0 Tidak ada 0
1 Sedikit sekali/ hampir tidak ada
2 Sedikit
3 Sedang
4 Banyak sekali

3. Ukuran (dari bagian pinggir pembatas (panjang x lebar) 2


epithelium) 0 Sembuh
1 <2,5 cm2
2 2,5-5,0 cm2
3 5,1-10,0 cm2

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


92

4 10,1 cm2 atau lebih


4. Kedalaman Lapisan jaringan 4
0 Sembuh
1 Kehilangan kulit ketebalan
2 Parsial
3 Ketebalan penuh
4 tendon/ tampak kapsul sendi
sampai tulang
5. Undermining Terbesar pada posisi jam ...
0 0 cm
1 >0-0,4cm
2 >0,4-0,9cm
3 >0,9-1,4 cm
4 >1,5 cm
6. Tipe jaringan nekrotik 0 Tidak ada 1
1 Slough putih sampai kuning
2 Mudah lepas
3 Slough putih sampai kuning
4 Lengket atau fibrin
Eskar warna abu-abu sampai
hitam lunak
Eskar warna hitam keras
7. Jumlah jaringan nekrotik 0 Tidak tampak 1
1 1-25% menutupi dasar luka
2 26-50% menutupi dasar luka
3 51-75% menutupi dasar luka
4 76-100% menutupi dasar luka
8. Tipe jaringan granulasi 0 Sembuh 4
1 Merah terang seperti daging
2 Merah muda agak kehitaman
3 Pucat
4 Tidak ada
9. Jumlah jaringan granulasi 0 Sembuh 4
1 76-100% menutupi dasar luka
2 51-75% menutupi dasar luka
3 26-50% menutupi dasar luka
4 1-25% menutupi dasar luka
10. Tepian luka 0 Sembuh 1
1 > 50% kemajuan perbatasan
epitelium atau perbatasan tidak jelas
2 <50% kemajuan perbatasan
epitelium
3 Melekat, tidak ada kemauan
perbatasan epitelium
4 tidak ada perlekaatan atau
Undermining
11. Viabilitas kulit periulkus 0 tidak ada 2
- Kalus 1 Hanya satu
- Dermatitis 2 Dua atau tiga
(memucat) 3 empat atau lima
- Maserasi 4 enam atau lebih
- Indurasi
(pengerasan)
- Eritema(merah
terang)

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


93

- Ungu pucat
- Ungu tidak pucat
- Kuli dehidrasi
12. Tipe edema kaki 0 Tidak ada 0
1 Non pitting atau kenyal
2 Pitting
3 Fibrosis atau
4 lipodermatosklerosis mengeras
13. Lokasi edema kaki 0 Tidak ada 0
1 Di lokasi periulcer
2 Kaki, meliputi enkle
3 Sampai pertengahan betis
4 Sampai lutut
14. Pengkajian bioburden 0 Sembuh 1
1 Kolonisasi ringan
2 Kolonisasi berat
3 Infeksi lokal
4 infeksi sistemik
Total -(A) DOMAIN PENILAIAN KLINIS 20
B. DOMAIN PENILAIAN PASIEN
15. Skala nyeri (berhubungan dengan Skala rentang angka (0-10) 2
ulkus kaki) Nilai nyeri anda, yang 0 tidak ada
dirasakandalam 24 jam pada skala 1 >0-2
dari 0-10, dimana nol berarti “tidak 2 >2-4
ada nyeridan 10 berarti “nyeri 3 >4-7
sekali” 4 >7
16. Frekwensi nyeri (berhubungan 0 Tidak Ada 4
dengan ulkus kaki) manakah dari 1 Kadang-Kadang
pernyataan berikut yang 2 Bergantung Posisi
menggambarkan seberapa sering 3 Konstan
anda mengala nyeri selama 24 4 Mengganggu Tidur
jam?”
17. Kualitas hidup (berhubungan 0 Gembira 2
dengan ulkus kaki) 1 Puas
“bagaimana perasaan anda tentang 2 Campur Aduuk
kualitas hidup anda di waktu yang 3 Tidak Puas
akan datang?” 4 Mengerikan/Buruk Sekali
Total - (B) DOMAIN PENILAIAN PASIEN 8
SKOR LUMT (A + B) 28

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


94

Tabel 4.18 Pemeriksaan Ulkus Hari Ke 3


NO DOMAIN KATEGORI RESPON SKOR
A. DOMAIN PEMERIKSAAN KLINIS
1. Tipe eksudat 0 Tidak ada 0
1 Serosanginosa
2 Serosa
3Seropurulen
4 Purulenta
2. Jumlah eksudat 0 Tidak ada 0
1 Sedikit sekali/ hampir tidak ada
2 Sedikit
3 Sedang
4 Banyak sekali
3. Ukuran (dari bagian pinggir pembatas (panjang x lebar) 2
epithelium) 0 Sembuh
1 <2,5 cm2
2 2,5-5,0 cm2
3 5,1-10,0 cm2
4 10,1 cm2 atau lebih
4. Kedalaman Lapisan jaringan 4
0 Sembuh
1 Kehilangan kulit ketebalan
2 Parsial
3 Ketebalan penuh
4 tendon/ tampak kapsul sendi
sampai tulang
5. Undermining Terbesar pada posisi jam ... 1
0 0 cm
1 >0-0,4cm
2 >0,4-0,9cm
3 >0,9-1,4 cm
4 >1,5 cm
6. Tipe jaringan nekrotik 0 Tidak ada 2
1 Slough putih sampai kuning
2 Mudah lepas
3 Slough putih sampai kuning
4 Lengket atau fibrin
Eskar warna abu-abu sampai
hitam lunak
Eskar warna hitam keras
7. Jumlah jaringan nekrotik 0 Tidak tampak 1
1 1-25% menutupi dasar luka
2 26-50% menutupi dasar luka
3 51-75% menutupi dasar luka
4 76-100% menutupi dasar luka
8. Tipe jaringan granulasi 0 Sembuh 4
1 Merah terang seperti daging4
2 Merah muda agak kehitaman
3 Pucat
4 Tidak ada
9. Jumlah jaringan granulasi 0 Sembuh 4
1 76-100% menutupi dasar luka
2 51-75% menutupi dasar luka
3 26-50% menutupi dasar luka

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


95

4 1-25% menutupi dasar luka


10. Tepian luka 0 Sembuh 1
1 > 50% kemajuan perbatasan
epitelium atau perbatasan tidak jelas
2 <50% kemajuan perbatasan
epitelium
3 Melekat, tidak ada kemauan
perbatasan epitelium
4 tidak ada perlekaatan atau
Undermining
11. Viabilitas kulit periulkus 0 tidak ada 2
- Kalus 1 Hanya satu
- Dermatitis 2 Dua atau tiga
(memucat) 3 empat atau lima
- Maserasi 4 enam atau lebih
- Indurasi
(pengerasan)
- Eritema(merah
terang)
- Ungu pucat
- Ungu tidak pucat
- Kuli dehidrasi
12. Tipe edema kaki 0 Tidak ada 0
1 Non pitting atau kenyal
2 Pitting
3 Fibrosis atau
4 lipodermatosklerosis mengeras
13. Lokasi edema kaki 0 Tidak ada 0
1 Di lokasi periulcer
2 Kaki, meliputi enkle
3 Sampai pertengahan betis
4 Sampai lutut
14. Pengkajian bioburden 0 Sembuh 1
1 Kolonisasi ringan
2 Kolonisasi berat
3 Infeksi lokal
4 infeksi sistemik
Total -(A) DOMAIN PENILAIAN KLINIS 22
B. DOMAIN PENILAIAN PASIEN
15. Skala nyeri (berhubungan dengan Skala rentang angka (0-10) 2
ulkus kaki) Nilai nyeri anda, yang 0 tidak ada
dirasakandalam 24 jam pada skala 1 >0-2
dari 0-10, dimana nol berarti “tidak 2 >2-4
ada nyeridan 10 berarti “nyeri 3 >4-7
sekali” 4 >7
16. Frekwensi nyeri (berhubungan 0 Tidak Ada 1
dengan ulkus kaki) manakah dari 1 Kadang-Kadang
pernyataan berikut yang 2 Bergantung Posisi
menggambarkan seberapa sering 3 Konstan
anda mengala nyeri selama 24 4 Mengganggu Tidur
jam?”
17. Kualitas hidup (berhubungan 0 Gembira 2
dengan ulkus kaki) 1 Puas
“bagaimana perasaan anda tentang 2 Campur Aduk
kualitas hidup anda di waktu yang 3 Tidak Puas

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


96

akan datang?” 4 Mengerikan/Buruk Sekali


Total - (B) DOMAIN PENILAIAN PASIEN 5
SKOR LUMT (A + B) 27

Pemeriksaan Ulkus Pasien 2

Nama : Ny. S

Umur : 48 Tahun

R.M : 00.59.79.90

Tabel 4.19 Pemeriksaan Ulkus Hari Ke 1


NO DOMAIN KATEGORI RESPON SKOR
A. DOMAIN PEMERIKSAAN KLINIS
1. Tipe eksudat 0 Tidak ada 4
1 Serosanginosa
2 Serosa
3Seropurulen
4 Purulenta
2. Jumlah eksudat 0 Tidak ada 4
1 Sedikit sekali/ hampir tidak ada
2 Sedikit
3 Sedang
4 Banyak sekali
3. Ukuran (dari bagian pinggir pembatas (panjang x lebar) 4
epithelium) 0 Sembuh
1 <2,5 cm2
2 2,5-5,0 cm24
3 5,1-10,0 cm24
4 10,1 cm2 atau lebih
4. Kedalaman Lapisan jaringan 4
0 Sembuh
1 Kehilangan kulit ketebalan
2 Parsial
3 Ketebalan penuh
4 tendon/ tampak kapsul sendi
sampai tulang
5. Undermining Terbesar pada posisi jam ... 4
0 0 cm
1 >0-0,4cm
2 >0,4-0,9cm
3 >0,9-1,4 cm
4 >1,5 cm
6. Tipe jaringan nekrotik 0 Tidak ada 4
1 Slough putih sampai kuning
2 Mudah lepas
3 Slough putih sampai kuning
4 Lengket atau fibrin
Eskar warna abu-abu sampai
hitam lunak

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


97

Eskar warna hitam keras


7. Jumlah jaringan nekrotik 0 Tidak tampak 4
1 1-25% menutupi dasar luka
2 26-50% menutupi dasar luka
3 51-75% menutupi dasar luka
4 76-100% menutupi dasar luka
8. Tipe jaringan granulasi 0 Sembuh 4
1 Merah terang seperti daging
2 Merah muda agak kehitaman
3 Pucat
4 Tidak ada
9. Jumlah jaringan granulasi 0 Sembuh 4
1 76-100% menutupi dasar luka
2 51-75% menutupi dasar luka
3 26-50% menutupi dasar luka
4 1-25% menutupi dasar luka
10. Tepian luka 0 Sembuh 4
1 > 50% kemajuan perbatasan
epitelium atau perbatasan tidak jelas
2 <50% kemajuan perbatasan
epitelium
3 Melekat, tidak ada kemauan
perbatasan epitelium
4 tidak ada perlekaatan atau
undermining
11. Viabilitas kulit periulkus 0 tidak ada 2
- Kalus 1 Hanya satu
- Dermatitis 2 Dua atau tiga
(memucat) 3 empat atau lima
- Maserasi 4 enam atau lebih
- Indurasi
(pengerasan)
- Eritema(merah
terang)
- Ungu pucat
- Ungu tidak pucat
- Kuli dehidrasi
12. Tipe edema kaki 0 Tidak ada 1
1 Non pitting atau kenyal
2 Pitting
3 Fibrosis atau
4 lipodermatosklerosis mengeras

13. Lokasi edema kaki 0 Tidak ada 3


1 Di lokasi periulcer
2 Kaki, meliputi enkle
3 Sampai pertengahan betis
4 Sampai lutut

14. Pengkajian bioburden 0 Sembuh 2


1 Kolonisasi ringan
2 Kolonisasi berat
3 Infeksi lokal
4 infeksi sistemik

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


98

Total -(A) DOMAIN PENILAIAN KLINIS 44


B. DOMAIN PENILAIAN PASIEN
15. Skala nyeri (berhubungan dengan Skala rentang angka (0-10) 3
ulkus kaki) Nilai nyeri anda, yang 0 tidak ada
dirasakandalam 24 jam pada skala 1 >0-2
dari 0-10, dimana nol berarti “tidak 2 >2-4
ada nyeridan 10 berarti “nyeri 3 >4-7
sekali” 4 >7
16. Frekwensi nyeri (berhubungan 0 Tidak Ada 3
dengan ulkus kaki) manakah dari 1 Kadang-Kadang
pernyataan berikut yang 2 Bergantung Posisi
menggambarkan seberapa sering 3 Konstan
anda mengala nyeri selama 24 4 Mengganggu Tidur
jam?”
17. Kualitas hidup (berhubungan dengan 0 Gembira 4
ulkus kaki) 1 Puas
“bagaimana perasaan anda tentang 2 Campur Aduk
kualitas hidup anda di waktu yang 3 Tidak Puas
akan datang?” 4 Mengerikan/Buruk Sekali
Total - (B) DOMAIN PENILAIAN PASIEN 10
SKOR LUMT (A + B) 54

Tabel 4.20 Pemeriksaan Ulkus Hari Ke 2

NO DOMAIN KATEGORI RESPON SKOR


A. DOMAIN PEMERIKSAAN KLINIS
1. Tipe eksudat 0 Tidak ada 3
1 Serosanginosa
2 Serosa
3Seropurulen
4 Purulenta
2. Jumlah eksudat 0 Tidak ada 4
1 Sedikit sekali/ hampir tidak ada
2 Sedikit
3 Sedang
4 Banyak sekali
3. Ukuran (dari bagian pinggir pembatas (panjang x lebar) 4
epithelium) 0 Sembuh
1 <2,5 cm2
2 2,5-5,0 cm2
3 5,1-10,0 cm2
4 10,1 cm2 atau lebih
4. Kedalaman Lapisan jaringan 4
0 Sembuh
1 Kehilangan kulit ketebalan
2 Parsial
3 Ketebalan penuh
4 tendon/ tampak kapsul sendi
sampai tulang
5. Undermining Terbesar pada posisi jam ... 4
0 0 cm
1 >0-0,4cm
2 >0,4-0,9cm
3 >0,9-1,4 cm

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


99

4 >1,5 cm
6. Tipe jaringan nekrotik 0 Tidak ada 4
1 Slough putih sampai kuning
2 Mudah lepas
3 Slough putih sampai kuning
4 Lengket atau fibrin
Eskar warna abu-abu sampai
hitam lunak
Eskar warna hitam keras
7. Jumlah jaringan nekrotik 0 Tidak tampak 4
1 1-25% menutupi dasar luka
2 26-50% menutupi dasar luka
3 51-75% menutupi dasar luka
4 76-100% menutupi dasar luka
8. Tipe jaringan granulasi 0 Sembuh 4
1 Merah terang seperti daging
2 Merah muda agak kehitaman
3 Pucat
4 Tidak ada
9. Jumlah jaringan granulasi 0 Sembuh 4
1 76-100% menutupi dasar luka
2 51-75% menutupi dasar luka
3 26-50% menutupi dasar luka
4 1-25% menutupi dasar luka
10. Tepian luka 0 Sembuh 4
1 > 50% kemajuan perbatasan
epitelium atau perbatasan tidak jelas
2 <50% kemajuan perbatasan
epitelium
3 Melekat, tidak ada kemauan
perbatasan epitelium
4 tidak ada perlekaatan atau
Undermining
11. Viabilitas kulit periulkus 0 tidak ada 2
- Kalus 1 Hanya satu
- Dermatitis 2 Dua atau tiga
(memucat) 3 empat atau lima
- Maserasi 4 enam atau lebih
- Indurasi
(pengerasan)
- Eritema(merah
terang)
- Ungu pucat
- Ungu tidak pucat
- Kuli dehidrasi
12. Tipe edema kaki 0 Tidak ada 1
1 Non pitting atau kenyal
2 Pitting
3 Fibrosis atau
4 lipodermatosklerosis mengeras
13. Lokasi edema kaki 0 Tidak ada 3
1 Di lokasi periulcer
2 Kaki, meliputi enkle
3 Sampai pertengahan betis
4 Sampai lutut

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


100

14. Pengkajian bioburden 0 Sembuh 2


1 Kolonisasi ringan
2 Kolonisasi berat
3 Infeksi lokal
4 infeksi sistemik
Total -(A) DOMAIN PENILAIAN KLINIS 43
B. DOMAIN PENILAIAN PASIEN
15. Skala nyeri (berhubungan dengan Skala rentang angka (0-10) 3
ulkus kaki) Nilai nyeri anda, yang 0 tidak ada
dirasakandalam 24 jam pada skala 1 >0-2
dari 0-10, dimana nol berarti “tidak 2 >2-4
ada nyeridan 10 berarti “nyeri 3 >4-7
sekali” 4 >7
16. Frekwensi nyeri (berhubungan 0 Tidak Ada 3
dengan ulkus kaki) manakah dari 1 Kadang-Kadang
pernyataan berikut yang 2 Bergantung Posisi
menggambarkan seberapa sering 3 Konstan
anda mengala nyeri selama 24 4 Mengganggu Tidur
jam?”
17. Kualitas hidup (berhubungan dengan 0 Gembira 2
ulkus kaki) 1 Puas
“bagaimana perasaan anda tentang 2 Campur Aduuk
kualitas hidup anda di waktu yang 3 Tidak Puas
akan datang?” 4 Mengerikan/Buruk Sekali
Total - (B) DOMAIN PENILAIAN PASIEN 8
SKOR LUMT (A + B) 51

Tabel 4.21 Pemeriksaan Ulkus Hari Ke 3


NO DOMAIN KATEGORI RESPON SKOR
A. DOMAIN PEMERIKSAAN KLINIS
1. Tipe eksudat 0 Tidak ada 2
1 Serosanginosa
2 Serosa
3Seropurulen
4 Purulenta
2. Jumlah eksudat 0 Tidak ada 3
1 Sedikit sekali/ hampir tidak ada
2 Sedikit
3 Sedang
4 Banyak sekali
3. Ukuran (dari bagian pinggir pembatas (panjang x lebar) 1
epithelium) 0 Sembuh
1 <2,5 cm2
2 2,5-5,0 cm2
3 5,1-10,0 cm2
4 10,1 cm2 atau lebih
4. Kedalaman Lapisan jaringan 1
0 Sembuh
1 Kehilangan kulit ketebalan
2 Parsial
3 Ketebalan penuh
4 tendon/ tampak kapsul sendi
sampai tulang

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


101

5. Undermining Terbesar pada posisi jam ... 4


0 0 cm
1 >0-0,4cm
2 >0,4-0,9cm
3 >0,9-1,4 cm
4 >1,5 cm
6. Tipe jaringan nekrotik 0 Tidak ada 1
1 Slough putih sampai kuning
2 Mudah lepas
3 Slough putih sampai kuning
4 Lengket atau fibrin
Eskar warna abu-abu sampai
hitam lunak
Eskar warna hitam keras
7. Jumlah jaringan nekrotik 0 Tidak tampak 4
1 1-25% menutupi dasar luka
2 26-50% menutupi dasar luka
3 51-75% menutupi dasar luka
4 76-100% menutupi dasar luka
8. Tipe jaringan granulasi 0 Sembuh 4
1 Merah terang seperti daging
2 Merah muda agak kehitaman
3 Pucat
4 Tidak ada
9. Jumlah jaringan granulasi 0 Sembuh 4
1 76-100% menutupi dasar luka
2 51-75% menutupi dasar luka
3 26-50% menutupi dasar luka
4 1-25% menutupi dasar luka
10. Tepian luka 0 Sembuh 4
1 > 50% kemajuan perbatasan
epitelium atau perbatasan tidak jelas
2 <50% kemajuan perbatasan
epitelium
3 Melekat, tidak ada kemauan
perbatasan epitelium
4 tidak ada perlekaatan atau
Undermining
11. Viabilitas kulit periulkus 0 tidak ada 2
- Kalus 1 Hanya satu
- Dermatitis 2 Dua atau tiga
(memucat) 3 empat atau lima
- Maserasi 4 enam atau lebih
- Indurasi
(pengerasan)
- Eritema(merah
terang)
- Ungu pucat
- Ungu tidak pucat
- Kuli dehidrasi
12. Tipe edema kaki 0 Tidak ada 1
1 Non pitting atau kenyal
2 Pitting
3 Fibrosis atau
4 lipodermatosklerosis mengeras

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


102

13. Lokasi edema kaki 0 Tidak ada 3


1 Di lokasi periulcer
2 Kaki, meliputi enkle
3 Sampai pertengahan betis
4 Sampai lutut
14. Pengkajian bioburden 0 Sembuh 3s
1 Kolonisasi ringan
2 Kolonisasi berat
3 Infeksi lokal
4 infeksi sistemik
Total -(A) DOMAIN PENILAIAN KLINIS 37
B. DOMAIN PENILAIAN PASIEN
15. Skala nyeri (berhubungan dengan Skala rentang angka (0-10) 2
ulkus kaki) Nilai nyeri anda, yang 0 tidak ada
dirasakandalam 24 jam pada skala 1 >0-2
dari 0-10, dimana nol berarti “tidak 2 >2-4
ada nyeridan 10 berarti “nyeri 3 >4-7
sekali” 4 >7
16. Frekwensi nyeri (berhubungan 0 Tidak Ada 4
dengan ulkus kaki) manakah dari 1 Kadang-Kadang
pernyataan berikut yang 2 Bergantung Posisi
menggambarkan seberapa sering 3 Konstan
anda mengala nyeri selama 24 4 Mengganggu Tidur
jam?”
17. Kualitas hidup (berhubungan 0 Gembira 2
dengan ulkus kaki) 1 Puas
“bagaimana perasaan anda tentang 2 Campur Aduk
kualitas hidup anda di waktu yang 3 Tidak Puas
akan datang?” 4 Mengerikan/Buruk Sekali
Total - (B) DOMAIN PENILAIAN PASIEN 8
SKOR LUMT (A + B) 45

3. Resume Keperawatan
Tabel 4.22 Resume Keperawatan

Resume keperawatan Pasien 1 Pasien 2


Resume keadaan pasien Pasien datang ke RSUD Pasien datang ke RSUD
Dr.H.Abdul Moloek di antar oleh Dr.H.Abdul Moloek di antar
keluarganya Pasien datang ke oleh keluarganya pada tanggal
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek 12 juni 2019 pukul 20.00 WIB
diantar oleh keluarganya pada melalui IGD atas rujukan dari
tanggal 05 Juni 2019 pukul 06.11 ruah sakit daerah metro dengan
WIB melalui IGD atas rujukan keluhan nyeri pada kaki kanan,
RSUD pringsewu dengan terdapat ulkus diabetikum,
keluhan nyeri pada kaki kanan lemas
terdapat ulkus diabetikum, lemas,. GCS(; E:4, V:5, M:6) dan
GCS(; E:4, V:5, M:6) dan TD : 140/80 mmHg

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


103

TD: 100/70mmHg, N : 80x/menit


N:80x/menit, R : 22x/menit
S: 36,8oC, S : 37,0oCTerdapat luka di
R :24x/menit.. bagian kaki kanan dengan
Terdapat luka di bagian kaki panjang luka 34 cm, terdapat
kanan dengan panjang luka 6 cm slought, masrari,nekrotik,
berbau, terdapat rongga punggung mengeluarkan pus dan berbau,
kaki dengan kedalaman 2cm, di terdapat nekrotik slought,
kedua kaki terdapat tanda-tanda terdapat tanda-tandainfeksi
infeksi: kemerahan di sekitar luka, dikaki sebelah kanan :
sensasi tidak terasa (ba’al), kemerahan di sekitar luka dan
sebelum di bawa ke rs pasien bengkak, sensasi tidak terasa
banyak kencing bnyak minum (ba’al), sebelum di bawa ke rs
bnyak makan..pasien mengatan pasien banyak kencing bnyak
nyeri pada daerah telapak kaki minum bnyak makan. Pasien
sampai dengan daerah luka pada mengatakan nyeri pada kaki
punggung kaki nyeri dirasakan sebelah kanan mulai dari telapak
pasien seperti di tarik (ngenyut) kaki dan menjalar sampai
skala nyeri 6. Pasien di bawa ke kedaerah lutut, nyeri dirasakan
IGD RSUD Dr.H.Abdul Moloeke pasien seperti tertusuk jarum
dan mendapat therapy skala nyeri 7 . pasien di bawa ke
~IVFD Nacl 0,9% 20tpm~ IGD RSUD Dr.H.Abdul Moloek
~ ceftriaxone 500mg/12jam dan mendapat therapy ~IVFD
~ ranitidine 50g/12jam Nacl 0,9% 20tpm
~metronidazole 500mg/8jam ~ ceftriaxone 500mg/12jam
~GDS : 320mg/dL ~metronidazole 500mg/8jam
Pasien di pindah keruang rawat ~ketorolac 30 ml/ampl
inap penyakit dalam wanita ( ~GDS : 490mg/Dl.
kenanga) dan mendapat therapy Pasien di pindah keruang
- Biproploxacin 500 mg/12 jam penyakit dalam wanita (
- Ranitidin 25 mg/1 ml/apl/12 jam kenanga) dan mendapat therapy
- Metronidazole 500 mg/8 jam - Noverapid 20 unit/8 jam
- sotatic 10 mg/12 jam - Lontus 20 unit/24 jam
- Noverapid 10 unit/8 jam - Ceftriaxone 500 mg/12 jam
- Lontus 10 unit/24 jam - Metronidazole 500 mg/8 jam
- Lasix 20 mg/ampl/12 jam

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


104

4. Analisa Data
Tabel 4.23 Analisa Data Pasien 1

Data Etiologi Masalah


DS: Gagal produksi insulin dan / Kerusakan integritas jaringan
- Pasien mengatakan nyeri resistensi insulin
pada luka di kaki sebelah
kanan
- Pasien mengatakan Gula darah meningkat
lukanya tidak kunjung (hiperglikemia)
sembuh
- Pasien mengatakan
lukanya semakin melebar Penumpukkan glikoprotein
dan dalam sampai otot dinding sel (aterosklerosis)
pada kaki sebelah kanan
terlihat
DO: Penebalan dinding pembulu
- Pasien terlihat sulit darah
bergerak
- Terdapat luka pada
punggung kaki sebelah Suplai darah kepembulu darah
kanan berkurang
- Warna luka merah pudar
- Presentasi jaringan
nekrotik 1-25% menutupi Mikrovaskuler
dasar luka
- Jaringan nekrotik
berwarna kuning Perubahan distribusi tekanan
kecoklatan pada telapak kaki
- Tipe jaringan nekrotik
slogh putih sampai kuning
- Luka lembab Aliran darah ke saraf menurun
- Tendon terlihat
- P.L : 6 cm
- L.L : 3 cm Penurunan sensasi kulit (ba’al)
- K.L : 0,2 cm
- TD : 120/80 mmHg
N : 60x/menit Trauma dermal akibat
R : 24x/menit kompres air hangat
S : 36,7oC menggunakan botol
GDS : 320 mg/dl

Adanya perubahan pada


struktur kulit

Ulkus kaki diabetic

Luka sukar sembuh

Gangren

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


105

Tabel 4.24 Analisa Data Pasien 2

Data Etiologi Masalah


Gagal produksi insulin dan / Kerusakan integritas jaringan
DS: resistensi insulin
- Pasien mengatakan nyeri
pada luka di kaki sebelah
kanan Gula darah meningkat
- Pasien mengatakan (hiperglikemia)
lukanya tidak kunjung
sembuh
- Pasien mengatakan Penumpukkan glikoprotein
lukanya semakin melebar
- Pasien mengatakan nyeri
yang di rasakan sudah Penebalan dinding pembulu
menjalar ke lutut darah (aterosklerosis)
- Pasien mengatakan
daerah kaki yang terdapat
luka sudah tidak ada Suplai darah kepembulu darah
sensasi jika di beri berkurang
rangsangan
DO:
- Pasien terlihat sulit Mikrovaskuler
bergerak
- Sensasi motorik dan
sensorik pada telapak kaki Perubahan distribusi tekanan
tidak ada pada telapak kaki
- Terdapat ulkus pedis kaki
sebelah kanan
- Warna luka merah Aliran darah ke saraf menurun
kehitaman
- Presentasi jaringan
nekrotik 76-100% Penurunan sensasi kulit (ba’al)
menutupi dasar luka
- Tendon pada jari-jari kaki
terlihat Trauma cidera akibat tertusuk
- Luka berbau batang tanaman
- Eksudat seropuren tipis
dan berwarna buram
- Tipe jaringan nekrotik Adanya perubahan pada
slough putih sampi struktur kulit
kuning
- Luka lembab dan berair
- Eskar berwarna abu-abu Ulkus kaki diabetic
sampai hitam
- P..L : 34 cm
- L..L : 13 cm Luka sukar sembuh
- K..L: 0,2 cm
- TD : 140/80 mmHg
N : 80x/menit
R : 22x/menit Gangren
S : 37,0oC
GDS : 502 mg/dl

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


106

5. Diagnosa Keperawatan

a. Pasien 1

Kerusakan integritas jaringan b.d ulkus diabetikum

b. Pasien 2

Kerusakan integritas jaringan b.d ulkus diabetikum

6. Rencana Keperawatan

Tabel 4.25 Rencana Keperawatan

Dx Keperawatan Intervensi Rasional


( Tujuan dan Kriteria Hasil )
Kerusakan integritas jaringan 1. Kaji luka: lokasi, dimensi, 1. Luka diabetic yang terjadi
b.d ulkus diabetikum kedalaman luka, jaringan dalam jangka panjang
nekrotik, tanda-tanda mengakibatkan terjadinya
Setelah dilakukan perawatan infeksi lokal, warna luka. perubahan struktur jaringan
selama 3 hrari di harapkan 2. Kaji keadaan dan integumen sehingga
masalah kerusakan integritas kebersihan kaki pasien. berpotensi mengalami
jaringan dapat teratasi 3. Kaji sirkulasi kaki dengan kecacatan struktur tulang dan
dengan kriteria hasil: meraba dan pulsasi denyut jaringan
1. Neuropati tidak ada nadi. 2. Kaki merupakan bagian yang
2. Vaskularisasi 4. Lakukan perawatan luka sering mengalami gangguan
perifer baik dengan teknik aseptic integritas kulit pada pasien
3. Tidak ada tanda- 5. Terapi komplementer DM
tanda dehidrasi perawatan luka 3. Pasien DM mudah
jaringan penggunaan madu menimbulkan artreosklerosis
4. Kebersihan kulit 6. Monitor tanda-tanda vital sehingga terjadi penurunan
baik, keadaan kuku 7. Monitor status nutrisi suplai darah ke ektremitas
baik dan utuh pasien bawah
5. Menunjukkan 8. Anjurkan pasien untuk 4. Perawatan luka secara aseptic
proses perbaikan menjaga kelembaban kulit dapat membantu menghambat
kulit kaki dengan menggunakan petumbuhan dan penyebaran
6. Menunjukkan lotion bakteri pada luka
terjadinya proses 9. Ajarkan keluarga tentang 5. Penggunaan madu dalam
penyembuhan luka. perawatan luka proses penyembuhan luka
10. Kolaborasi ahli gizi bersifat anti bakteri, anti
pemberiam diit inflamasi, dan mempercepat
11. Kolaborasi dengan dokter stimulasi pertumbuhan
pemberian obat antibiotik jaringan
12. Kolaborasi procedure 6. Status vital yang normal
debridement (jika perlu), menunjukkan keadaan normal
pemeriksaan laboratorium pada sistem vital
dan pemeriksaan kultur 7. Nutrisi sangat berpengaruh
dalam proses penyembuhan
luka salah satunya nutrisi
dengan kaya protein

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


107

8. Kulit kaki yang kering akan


mudah mengalami luka
9. Tingkat pengetahuan tentang
cara perawatan luka yang
dilakukan dirumah sakit dan
dirumah akan membantu
proses penyembuhan dan
meminimalisir terjadinya
keparahan pada luka
10. Sangat bermanfaat dalam
perhitungan dan penyesuaian
diit untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien

11. Pemberian antibiotic dapat


membantu menghambat
pertumbuhan bakteri
12. Procedure debridement
dilakukan apabila terdapat
jaringan nekrotik pada luka
untuk membantu menstimulasi
pertumbuhan jaringan baru (
granulasi). Pemeriksaan kultur
digunakan untuk
mengidentifikasi jenis
mikroorganisme terhadap
retensifitas dan sensitifitas
obat.

7. Pelaksanaan

Pelaksanaan pasien 1

Nama : Ny.S

Umur : 46 Tahun

RM : 00.59.65.38

Tabel 4.26 Pelaksanaan

Dx 15 Juni 2019 16 Juni 2019 17 Juni 2019


Keperawatan Pukul Hari Ke I Pukul Hari Ke Ii Pukul Hari Ke Iii
Kerusakan 08.00 Mengkolaborasikan 08.00 Mengkolaborasikan 08.00 Mengkolaborasikan
integritas WIB dalam pemberian WIB dalam pemberian WIB dalam pemberian
jaringan b.d terapy terapy terapy
ulkus - Biproploxacin 400 - Biproploxacin 400 - Biproploxacin 400
diabetikum mg/12 jam mg/12 jam mg/12 jam
- Ranitidin 50 mg/1 - Ranitidin 50 mg/1 - Ranitidin 50 mg/1
ml/apl/12 jam ml/apl/12 jam ml/apl/12 jam
- Metronidazole 500 - Metronidazole 500 - Metronidazole 500
mg/8 jam mg/8 jam mg/8 jam

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


108

- sotatic 10 mg/12 - sotatic 10 mg/12 - sotatic 10 mg/12


jam jam jam
- Noverapid 10 unit/8 - Noverapid 10 unit/8 - Noverapid 10 unit/8
jam jam jam
- Lontus 10 unit/24 - Lontus 10 unit/24 - Lontus 10 unit/24
jam jam jam
10.00 Mengkaji luka : 11.00 Mengkaji luka : 14.00 Mengkaji luka :
WIB Luka pada punggung WIB Luka pada punggung WIB Luka pada punggung
kaki sebelah kanan, kaki sebelah kanan, kaki sebelah kanan,
kedalaman luka 0,2 kedalaman luka 0,2 kedalaman luka 0,2
cm,kedalaman tendon cm,kedalaman tendon cm,kedalaman tendon
tampak, jaringan tampak, jaringan tampak, jaringan
nekrotik slough putih nekrotik slough putih nekrotik slough putih
sampai kuning, warna sampai kuning, warna sampai kuning, warna
luka merah pudar, luka merah pudar, luka merah pudar,
jumlah jaringan jumlah jaringan jumlah jaringan
nekrotik 1-25% nekrotik 1-25% nekrotik 1-25%
menutupi luka, lebar menutupi luka, lebar menutupi luka, lebar
luka 3cm, panjang luka 3cm, panjang luka 3cm, panjang
luka 6 cm. luka 6 cm, jaringan luka 6 cm, jaringan
nekrotik mengering nekrootik terlepas,
daerah pada tepi luka
mengering.
10.20 Mengkaji keadaan 11.10 Mengkaji keadaan 10.00 Mengkaji keadaan
WIB dan keberihan luka : WIB dan keberihan luka : WIB dan keberihan luka :
kondisi kaki pada kondisi kaki pada kondisi kaki pada
daerah luka kotor, daerah luka b, daerah luka bersih ,
terdapat kulit yang terdaparsih, terdapat terdapat kulit yang
mengelupas pada kulit yang mengelupas pada
bagian telapak kaki mengelupas pada bagian telapak kaki
sebelah kanan warna bagian telapak kaki sebelah kanan warna
kuku kuning sebelah kanan warna kuku kuning
kecoklatan kuku kuning kecoklatan
kecoklatan
10.30 Melakukan 11.30 Melakukan 10.20 Melakukan
WIB perawatan luka WIB perawatan luka WIB perawatan luka
dengan tehnik aseptic dengan tehnik aseptic dengan tehnik aseptic
dengan cara mencuci dengan cara mencuci dengan cara mencuci
luka terlebih dahulu luka terlebih dahulu luka terlebih dahulu
menggunakan cairan menggunakan cairan menggunakan cairan
Nacl 0,9% dan Nacl 0,9% dan Nacl 0,9% dan
larutan sabun dengan larutan sabun dengan larutan sabun dengan
menggunakan menggunakan menggunakan
handscond dan alat handscond dan alat handscond dan alat
set streril. set streril. set streril.
10.30 Terapi komplementer 11.30 Terapi komplementer 14.20 Terapi komplementer
WIB perawatan luka WIB perawatan luka WIB perawatan luka
menggunakan madu menggunakan madu menggunakan madu
dengan mencuci dengan mencuci dengan mencuci
terlebih dahulu luka terlebih dahulu luka terlebih dahulu luka
menggunakan cairan menggunakan cairan menggunakan cairan
Nacl 0,9%, Nacl 0,9%, Nacl 0,9%,
selanjutnya mencuci selanjutnya mencuci selanjutnya mencuci
luka dengan larutan luka dengan larutan luka dengan larutan
sabun, bilas sabun, bilas sabun, bilas

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


109

menggunakan cairan menggunakan cairan menggunakan cairan


Nacl 90%, keringkan Nacl 90%, keringkan Nacl 90%, keringkan
dengan kasa steril, dengan kasa steril, dengan kasa steril,
oleskan madu oleskan madu oleskan madu
sebanyak 3 cc, tutup sebanyak 3 cc, tutup sebanyak 3 cc, tutup
dengan kasa lembab dengan kasa lembab dengan kasa lembab
terlebih dahulu, terlebih dahulu, terlebih dahulu,
selanjutnya alasi selanjutnya alasi selanjutnya alasi
dengan kasa kering dengan kasa kering dengan kasa kering
dan balut luka. dan balut luka. dan balut luka.
12.00 Memonitor tanda 12.00 Memonitor tanda 11.50 Memonitor tanda
WIB tanda vital WIB tanda vital WIB tanda vital
TD : 120/70 mmHg TD : 120/780 mmHg TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/ menit N : 60 x/ menit N : 80 x/ menit
S : 36,8oC S : 37,0oC S : 37oC,5
R : 20 x/ menit R : 24 x/ menit R : 22 x/ menit
GDS : 381 mg/dL GDS : 248 mg/dL GDS : 198 mg/dL
12.10 Memonitor status 12.10 Memonitor status 12.10 Memonitor status
WIB nutrisi pasien WIB nutrisi pasien WIB nutrisi pasien
Jenis makanan yang Jenis makanan yang Jenis makanan yang
di konsumsi nasi di konsumsi nasi di konsumsi nasi
biasa lauk ( telur ) biasa lauk ( tahu ) biasa lauk ( tempe )
sayur bayam dan sayur bening toge dan sayur capcai dan
buah pisang. buah semangka buah pisang.
10.30 Ajarkan keluarga cara 11.30 Ajarkan keluarga cara 10.20 Ajarkan keluarga cara
WIB perawatan luka WIB perawatan luka WIB perawatan luka
Keluarga Keluarga Keluarga
memperhatikan memperhatikan memperhatikan
bagaimana cara bagaimana cara bagaimana cara
perawatan luka perawatan luka perawatan luka
dengan menggunakan dengan menggunakan dengan menggunakan
cairan NaCl 0,9% cairan NaCl 0,9% cairan NaCl 0,9%
sebagai cairan untuk sebagai cairan untuk sebagai cairan untuk
membersihkannya membersihkannya membersihkannya
dan penggunaan dan penggunaan dan penggunaan
therapy madu untuk therapy madu untuk therapy madu untuk
membantu proses membantu proses membantu proses
penyembuhan mulai penyembuhan mulai penyembuhan mulai
dari jenis madu yang dari jenis madu yang dari jenis madu yang
digunakan dan jenis digunakan dan jenis digunakan dan jenis
balutan lembab balutan lembab balutan lembab
kering yang kering yang kering yang
digunakan digunakan digunakan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


110

Pelaksanaan pasien 2

Nama : Ny.S

Umur : 48 Tahun

RM : 00.59.79.90

Tabel 4.27 Pelaksanaan

Dx 16 juni 2019 17 juni 2019 18 juni 2019


Keperawatan Pukul Hari ke I Pukul Hari ke II Pukul Hari ke III
Kerusakan 08.00 Mengkolaborasikan 08.00 Mengkolaborasikan 08.00 Mengkolaborasikan
integritas WIB dalam pemberian WIB dalam pemberian WIB dalam pemberian
jaringan b.d terapy terapy terapy
ulkus - Noverapid 20 - Noverapid 20 - Noverapid 20 unit/8
diabetikum unit/8 jam unit/8 jam jam
- Lontus 20 unit/24 - Lontus 20 unit/24 - Lontus 20 unit/24
jam jam jam
- Ceftriaxone 500 - Ceftriaxone 500 - Ceftriaxone 500
mg/12 jam mg/12 jam mg/12 jam
- Metronidazole - Metronidazole - Metronidazole 500
500 mg/8 jam 500 mg/8 jam mg/8 jam
- Lasix 20 - Lasix 20 - Lasix 20
mg/ampl/12 jam mg/ampl/12 jam mg/ampl/12 jam
10.00 Mengkaji luka : 11.00 Mengkaji luka : 14.00 Mengkaji luka :
WIB Luka pada WIB Luka pada WIB Luka pada punggung
punggung kaki punggung kaki kaki sebelah kanan,
sebelah kanan, sebelah kanan, kedalaman luka 0,2
kedalaman luka 0,2 kedalaman luka 0,2 cm,kedalaman tendon
cm,kedalaman cm,kedalaman tampak dan
tendon tampak dan tendon tampak dan kehilangan ketebalan
kehilangan kehilangan kulit, jumlah eksudat
ketebalan kulit, ketebalan kulit, sedang, tipe eksudat
jumlah eksudat jumlah eksudat serosa tipis, jernih,
banyak, tipe banyak, tipe kuning pucat jaringan
eksudat purulenta eksudat seroporulen nekrotik slough putih
tebal, buram, tipis buram sampai kuning,
kuning-hijau dan jaringan nekrotik lengket atau fibrin
berbau jaringan slough putih sampai dan eskar berwarna
nekrotik slough kuning, lengket abu-abu sampai hitam
putih sampai atau fibrin dan lunak, warna luka
kuning, lengket eskar berwarna abu- merah kehitaman,
atau fibrin dan abu sampai hitam jumlah jaringan
eskar berwarna abu- lunak, warna luka nekrotik 51-75%
abu sampai hitam merah kehitaman, menutupi luka, lebar
lunak, warna luka jumlah jaringan luka 13cm, panjang
merah kehitaman, nekrotik 76-100% luka 34 cm, terjadi
jumlah jaringan menutupi luka, perubahan warna
nekrotik 76-100% lebar luka 13cm, kulit dari hari ke
menutupi luka, panjang luka 34 cm, 1,2,dan 3, jaringan
lebar luka 13cm, warna jaringan mati kulit mati
panjang luka 34 cm. berubah menjadi mengelupas

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


111

hitam.
10.20 Mengkaji keadaan 11.10 Mengkaji keadaan 10.00 Mengkaji keadaan
WIB dan keberihan luka WIB dan keberihan luka WIB dan keberihan luka :
: kondisi kaki : kondisi kaki kondisi kaki daerah
sebelah kiri kotor, bagian enkel enkel sampai dengan
terdapat kulit yang sampai telapak kaki telapak kakibersih
mengelupas pada bersih dan lembab, dan lembab, kulit
jari-jari kaki terdapat kulit yang yang mengelupas
sebelah kiri warna mengelupas pada berkurang pada jari-
kuku kuning jari-jari kaki jari kaki sebelah kiri
kecoklatan, sebelah kiri warna warna kuku kuning
kekuatan kuku kuku kuning kecoklatan, kekuatan
rapuh. kecoklatan, kuku rapuh.
kekuatan kuku
rapuh.
10.30 Melakukan 11.30 Melakukan 10.20 Melakukan
WIB perawatan luka WIB perawatan luka WIB perawatan luka
dengan tehnik dengan tehnik dengan tehnik aseptic
aseptic dengan cara aseptic dengan cara dengan cara mencuci
mencuci luka mencuci luka luka terlebih dahulu
terlebih dahulu terlebih dahulu menggunakan cairan
menggunakan menggunakan Nacl 0,9% dan
cairan Nacl 0,9% cairan Nacl 0,9% larutan sabun dengan
dan larutan sabun dan larutan sabun menggunakan
dengan dengan handscond dan alat
menggunakan menggunakan set streril.
handscond dan alat handscond dan alat
set streril. set streril.
10.30 Terapi 11.30 Terapi 14.20 Terapi komplementer
WIB komplementer WIB komplementer WIB perawatan luka
perawatan luka perawatan luka menggunakan madu
menggunakan madu menggunakan madu dengan mencuci
dengan mencuci dengan mencuci terlebih dahulu luka
terlebih dahulu luka terlebih dahulu luka menggunakan cairan
menggunakan menggunakan Nacl 0,9%,
cairan Nacl 0,9%, cairan Nacl 0,9%, selanjutnya mencuci
selanjutnya selanjutnya luka dengan larutan
mencuci luka mencuci luka sabun, bilas
dengan larutan dengan larutan menggunakan cairan
sabun, bilas sabun, bilas Nacl 90%, keringkan
menggunakan menggunakan dengan kasa steril,
cairan Nacl 90%, cairan Nacl 90%, oleskan madu
keringkan dengan keringkan dengan sebanyak 10 cc pada
kasa steril, oleskan kasa steril, oleskan luka, tutup dengan
madu sebanyak 10 madu sebanyak 10 kasa lembab terlebih
cc pada luka, tutup cc pada luka, tutup dahulu, selanjutnya
dengan kasa lembab dengan kasa lembab alasi dengan kasa
terlebih dahulu, terlebih dahulu, kering dan balut luka.
selanjutnya alasi selanjutnya alasi
dengan kasa kering dengan kasa kering
dan balut luka. dan balut luka.
12.00 Memonitor tanda 12.00 Memonitor tanda 11.50 Memonitor tanda
WIB tanda vital WIB tanda vital WIB tanda vital
TD : 140/70 mmHg TD : 130/80 mmHg TD : 140/60 mmHg
N : 80 x/ menit N : 60 x/ menit N : 80 x/ menit

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


112

S : 36,5oC S : 37,5oC S : 37,8oC


R : 20 x/ menit R : 24 x/ menit R : 24 x/ menit
GDS : 502 mg/dL GDS : 498 mg/Dl GDS : 345 mg/dL
12.10 Memonitor status 12.10 Memonitor status 12.10 Memonitor status
WIB nutrisi pasien WIB nutrisi pasien WIB nutrisi pasien
Jenis makanan yang Jenis makanan yang Jenis makanan yang
di konsumsi nasi di konsumsi nasi di konsumsi nasi
biasa lauk ( telur ) biasa lauk ( tahu ) biasa lauk ( tempe )
sayur bayam dan sayur bening toge sayur capcai dan
buah pisang. dan buah semangka buah pisang.
10.30 Ajarkan keluarga 11.30 Ajarkan keluarga 10.20 Ajarkan keluarga cara
WIB cara perawatan luka WIB cara perawatan luka WIB perawatan luka
Keluarga Keluarga Keluarga
memperhatikan memperhatikan memperhatikan
bagaimana cara bagaimana cara bagaimana cara
perawatan luka perawatan luka perawatan luka
dengan dengan dengan menggunakan
menggunakan menggunakan cairan NaCl 0,9%
cairan NaCl 0,9% cairan NaCl 0,9% sebagai cairan untuk
sebagai cairan sebagai cairan membersihkannya
untuk untuk dan penggunaan
membersihkannya membersihkannya therapy madu untuk
dan penggunaan dan penggunaan membantu proses
therapy madu untuk therapy madu untuk penyembuhan mulai
membantu proses membantu proses dari jenis madu yang
penyembuhan penyembuhan digunakan dan jenis
mulai dari jenis mulai dari jenis balutan lembab
madu yang madu yang kering yang
digunakan dan jenis digunakan dan jenis digunakan
balutan lembab balutan lembab
kering yang kering yang
digunakan digunakan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


113

8. Evaluasi

Pasien 1

Nama : Ny. S

Umur : 46 Tahun

RM : 00.59.65.38

Tabel 4.28 Evaluasi Pasien 1

Evaluasi Hari ke I Hari ke II Hari ke III


Kerusakan integritas S: S: S:
jaringan b.d ulkus - Pasien mengatakan nyeri - Pasien mengatakan nyeri - Pasien mengatakan nyeri
diabetikum pada kaki sebelah kanan pada kaki sebelah kanan pada telapak kaki
seperti di tarik dan seperti ditusuk jarum sebelah kanan berkurang
ditusuk jarum - Pasien mengatakan - Pasien mengatakan
- Pasien mengatakan gatal-gatal pada seluruh lukanya sedikit
lukanya tidak kunjung badan mengering
sembuh - Pasien mengatakan nyeri - Pasien mengatakangatal-
- Pasien mengatakan otot pada daerah telapak kaki gatal pada seluruh badan
pada daerah punggung jika disentuh O:
kaki sebelah kanan - Pasien mengatakan - Skala nyeri 3
terlihat lukanya tidak kunjung - Drip ketorolac 30 ml/
O: sembuh ampul + RL 500 ml
- Skala nyeri 6 O: - Terdapat ulkus pada
- Terdapat ulkus pada Perubahan punggung kaki sebelah
punggung kaki sebelah - Skala nyeri 5 kanan dengan panjang
kanan dengan anjang - Drip ketorolac 30 ml/ luka 6cm , lebar luka
luka 6cm , lebar luka ampul + RL 500 ml 2,5cm, kedalaman luka
3cm, kedalaman luka 0,2 - Terdapat ulkus pada 0,2 cm, luka masih
cm, luka masih basah punggung kaki sebelah basah
- Tipe eksudat tidak ada kanan dengan panjang - Kulit mengering di
dengan jumlah eksudat luka 6cm , lebar luka bagian pinggir luka
sedikit skor (2) dasar 3cm, kedalaman luka 0,2 - Tipe eksudat tidak ada
luka lembab dan ada cm, luka masih basah dengan jumlah eksudat
sedikit menempel pada - Kulit mengering di sedikit skor (2) dasar
balutan bagian pinggir luka luka lembab dan ada
- Kedalaman ulkus skor - Tipe eksudat tidak ada sedikit menempel pada
(4) tendon atau tampak dengan jumlah eksudat balutan
kapsul sampai sendi sedikit skor (2) dasar - Kedalaman ulkus skor
- Tipe jaringan nekrotik luka lembab dan ada (4) tendon atau tampak
slough putih sampai sedikit menempel pada kapsul sampai sendi
kuning skor (1) balutan - Tipe jaringan nekrotik
- Jumlah nekrotik 1-25% - Kedalaman ulkus skor alogh putih sampai
menutupi dasar luka skor (4) tendon atau tampak kuning skor (1)
(1) kapsul sampai sendi - Jumlah nekrotik 1-25%
- Viabilitas maserasi - Tipe jaringan nekrotik menutupi dasar luka skor
dengan kulit basah putih alogh putih sampai (1)
buram, indurasi terjadi kuning skor (1) - Viabilitas maserasi
pengerasan pada kulit - Jumlah nekrotik 1-25% dengan kulit basah putih
disekitar luka skor (2) menutupi dasar luka skor - buram, indurasi terjadi

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


114

dua atau tiga. (1) pengerasan pada kulit


- Luka sudah mendasar - Viabilitas maserasi disekitar luka skor (2)
sampai tendon dengan kulit basah putih dua atau tiga.
- Gatal pada seluruh tubuh buram, indurasi terjadi - Luka sudah mendasar
- TD : 120/70 mmHg pengerasan pada kulit sampai tendon
N : 80 x/ menit disekitar luka skor (2) - Gatal pada seluruh tubuh
S : 36,8oC dua atau tiga. - TD : 110/70 mmHg
R : 20 x/ menit - Luka sudah mendasar N : 80 x/ menit
- GDS : 381 mg/dLPasien sampai tendon S : 37oC,5
lemas - Gatal pada seluruh tubuh R : 22 x/ menit
- Pasien susah bergerak - TD : 120/80 mmHg - GDS : 198 mg/dLPasien
- Luka tertutup perban N : 60 x/ menit lemas
- Perawatan luka terapi S : 37,0oC - Pasien susah bergerak
madu R : 24 x/ menit - Luka tertutup balutan
- GDS : 248 mg/dLPasien steril
A: lemas - Luka lembab
Masalah kerusakan integritas - Pasien susah bergerak - Luka sampai dasar
jaringan - Luka tertutup balutan tendon
P: steril - Luka terpasang balutan
Lanjutkan intervensi - Luka lembab - Perawatan luka terapi
1. Kaji luka: lokasi, - Luka sampai dasar madu
dimensi, kendalaman tendon A:
luka jaringan nekrotik, - Luka terpasang balutan Kerusakan integritass
warna luka - Perawatan luka terapi jaringan
2. Kaji kedaan dan madu P:
kebersihan kaki pasien A: Lanjutkan intervensi
3. Lakukan perawatan luka Kerusakan integritas 1. Kaji luka: lokasi,
dengan tehnik aseptic jaringan dimensi, kendalaman
4. Terapi komplementer P: luka jaringan nekrotik,
perawatan luka Lanjutkan intervensi warna luka
menggunakan madu 1. Kaji luka: lokasi, 2. Kaji kedaan dan
5. Monitor tanda-tanda dimensi, kendalaman kebersihan kaki pasien
vital luka jaringan nekrotik, 3. Lakukan perawatan luka
6. Kolaborasi dengan warna luka dengan tehnik aseptic
dokter pemberian obat 2. Kaji kedaan dan 4. Terapi komplementer
antibiotics kebersihan kaki pasien perawatan luka
3. Lakukan perawatan luka menggunakan madu
dengan tehnik aseptic 5. Monitor tanda-tanda
4. Terapi komplementer vital
perawatan luka 6. Kolaborasi dengan
menggunakan madu dokter pemberian obat
5. Monitor tanda-tanda antibiotic
vital
Kolaborasi dengan dokter
pemberian obat antibiotics

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


115

Pasien Ke 2

Nama : Ny. S

Umur : 48 Tahun

RM : 00.59.79.90

Tabel 4.29 Evaluasi Pasien 2

Evaluasi Hari ke I Hari ke II Hari ke III


Kerusakan integritas S: S: S:
jaringan b.d ulkus - Pasien mengatakan nyeri - Pasien mengatakan nyeri - Pasien mengatakan nyeri
diabetikum pada kaki sebelah kanan pada kaki sebelah kanan pada kaki sebelah kanan
seperti tertusuk jarum sudah berkurang sudah berkurang
- Pasien mengatakan - Pasien mengatakan bau - Pasien mengatakan bau
lukanya semakin lama pada luka sudah mulai pada luka sudah mulai
semakin bau dan basah berkurang berkurang
- Pasien mengatakan tulang - Pasien mengatakan tulang - Pasien mengatakan tulang
pada jari kaki sebelah pada jari kaki sebelah pada jari kaki sebelah
kanan sudah terlihat kanan sudah terlihat kanan sudah terlihat
- Pasien mengatakan susah - Pasien mengatakan susah - Pasien mengatakan susah
bergerak karena kaki bergerak karena kaki bergerak karena kaki
sebelah kanan bengkak sebelah kanan bengkak sebelah kanan bengkak
O: O: O:
- Skala nyeri 6 - Skala nyeri 4 - Skala nyeri 3
- Drip ketorolac 30ml/amp - Drip ketorolac 30ml/amp - Terdapat ulkus pedis pada
- Terdapat ulkus pedis pada - Terdapat ulkus pedis pada kaki sebelah kanan
kaki sebelah kanan kaki sebelah kanan - Panjang luka 34cm , lebar
- Panjang luka 34cm , lebar - Panjang luka 34cm , lebar luka 13cm, kedalaman
luka 13cm, kedalaman luka 13cm, kedalaman luka 0,2cm
luka 0,2cm luka 0,2cm - Bau luka berkurang
- Luka berbau dan basah - Bau luka berkurang - Luka lembab pada daerah
- Tipe eksudat porulenta - Luka lembab enkel sampai jari kaki
tebal, buram, kuning, hijau - Jaringan nekrotik pada - Kulit mati pada daerah
dan berbau skor (4) daerah enkel sampai enkel sampai dengan
- Jumlah eksuda sedang, dengan lutut mulai bawah lutut mengelupas
cairan terlihat jelas pada mengering dan hitam - Terjadi peerubahan warna
dasar luka >50% balutan - Tipe eksudat porulenta kulit di hari ke 3
basah tebal, buram, kuning, hijau - Tipe eksudat porulenta
- Ukuran yang berbatasan dan berbau skor (4) tebal, buram, kuning, hijau
dengan ephitelium 10,1 - Jumlah eksuda sedang, dan berbau skor (4)
cm2 atau lebih skor (4) cairan terlihat jelas pada - Jumlah eksuda sedang,
- Kedalaman lapisan dasar luka >50% balutan cairan terlihat jelas pada
jaringan tendon terlihat basah dasar luka >50% balutan
dan kehilangan ketebalan - Ukuran yang berbatasan basah
kulit skor (1 dan 4) dengan ephitelium 10,1 - Jumlah jaringan nekrotik
- Tipe jaringan nekrotik cm2 atau lebih skor (4) 51-75% menutupi dasar
lengket atau fibrin, eskar - Kedalaman lapisan luka
berwarna abu-abu sampai jaringan tendon terlihat - Ukuran yang berbatasan
hitam lunak skor (4) - dan kehilangan ketebalan dengan ephitelium 10,1
- Jumlah jaringan nekrotik kulit skor (1 dan 4) cm2 atau lebih skor (4)

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


116

76-100% menutupi dasar - Tipe jaringan nekrotik - Kedalaman lapisan


luka skor (4) lengket atau fibrin, eskar jaringan tendon terlihat
- Tipe jaringan granulasi berwarna abu-abu sampai dan kehilangan ketebalan
tidak ada skor (0) hitam lunak skor (4) kulit skor (1 dan 4)
- Viabilitas kulit beruklus - Jumlah jaringan nekrotik - Tipe jaringan nekrotik
maserasi, kulit basah, 76-100% menutupi dasar lengket atau fibrin, eskar
putih dan buram, luka skor (4) berwarna abu-abu sampai
dermatitits kulit bersisik - Tipe jaringan granulasi hitam lunak skor (4)
berah dan berair skor (2) tidak ada skor (0) - Jumlah jaringan nekrotik
- Luka terpasangan perban - Viabilitas kulit beruklus 76-100% menutupi dasar
- Perawatan luka maserasi, kulit basah, luka skor (4)
menggunakan madu putih dan buram, - Tipe jaringan granulasi
- TD : 140/70 mmHg dermatitits kulit bersisik tidak ada skor (0)
N : 80 x/ menit berah dan berair skor (2) - Viabilitas kulit beruklus
S : 36,5oC - Luka terpasangan perban maserasi, kulit basah,
R : 20 x/ menit - Perwatan luka putih dan buram,
- GDS : 502 mg/dL menggunakan madu dermatitits kulit bersisik
A: - TD : 130/80 mmHg berah dan berair skor (2)
- Kerusakan integritas N : 60 x/ menit - Luka terpasangan perban
jaringan kulit S : 37,5oC - Perwatan luka
P: R : 24 x/ menit menggunakan madu
Lanjutkan intervensi - GDS : 498 mg/dL - TD : 140/60 mmHg
1. Kaji luka: lokasi, A: N : 80 x/ menit
dimensi, kendalaman - Kerusakan integritas S : 37,8oC
luka jaringan nekrotik, jaringan kulit R : 24 x/ menit
warna luka P: - GDS : 345 mg/Dl
2. Kaji kedaan dan Lanjutkan intervensi A:
kebersihan kaki pasien 1. Kaji luka: lokasi, - Kerusakan integritas
3. Lakukan perawatan luka dimensi, kendalaman jaringan kulit
dengan tehnik aseptic luka jaringan nekrotik, P:
4. Terapi komplementer warna luka Lanjutkan intervensi
perawatan luka 2. Kaji kedaan dan 1. Kaji luka: lokasi,
menggunakan madu kebersihan kaki pasien dimensi, kendalaman
5. Monitor tanda-tanda 3. Lakukan perawatan luka luka jaringan nekrotik,
vital dengan tehnik aseptic warna luka
6. Kolaborasi dengan 4. Terapi komplementer 2. Kaji kedaan dan
dokter pemberian obat perawatan luka kebersihan kaki pasien
antibiotic menggunakan madu 3. Lakukan perawatan luka
5. Monitor tanda-tanda dengan tehnik aseptic
vital 4. Terapi komplementer
6. Kolaborasi dengan perawatan luka
dokter pemberian obat menggunakan madu
antibiotic 5. Monitor tanda-tanda
vital
6. Kolaborasi dengan
dokter pemberian obat
antibiotic.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


117

B. Pembahasan

Pada BAB ini penulis melakukan ppembahsan mengenai kesenjangan yang ada.

Diantara teori dan kenyataan dalam kasus pada Ny.S DAN Ny. S dengan

masalah kerusakan integritas jaringan pada ulkus diabetikum yang ada dirunag

kenanga RSUD Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung ini melalui pendekatan

proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian sampai evaluasi yang

dilakukan dengan membandingkan antara konsep BAB II dan tinjauan kasis

BAB IV dimana pada bagian ini akan tergambar secara jelas dasar ilmiah dan

rasional dari tahapan proses yang dilakukan berdasarkan pemahaman tentang

konsep dasar kasus patofisiologi, komunikasi, dan pendidikan kesehatan, serta

konsep lain yang relevan.

1. Pengkajian

Tahap pengkajian pada proses keperawatan menggambarkan staus kesehatan

pasien dan kekuatan pasien serta masalah kesehatan yang dialami. Hal

pertama kali dilakukan oleh penulis adalah perkenalan dengan pasien dan

keluarga pasien. Pada saat melakukan pengkajian pada pasien pertama dan

kedua penulis tidak mengalami kesulitan di awal kommunikasi untuk

mendapatkan data sekunder

Penulis melakukan pendekatan pada pasien dengan wawancara, hasil

pengkajian pada pasien Ny. S yaitu pasien mengatakan nyeri pada bagian

telapak kaki sampai dengan daerah luka pada punggung kaki sebelah

kanan,nyeri dirasakan pasien seperti di tarik ( nyenyut) dengan skala nyeri 6.

Luka terjadi diakibatkan karena kaki pasien di kompres menggunakan botol

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


118

yang berisi air panas dengan pengalas kain yang tipis, tindakan mengompres

dilakukan oleh pasien dikarenakan pasien menggigil. Akibat dari

mengompres dengan alas kain yang tipis menyebabkan bagian pada kaki

pasien mendi merah dan melepuh seperti tersiram air panas kondisi tersebut

beranjak menjadi luka sampai telihatnya tendon atau otot jari pada punggung

kaki dalam jangka waktu 1 bulan, luka di biarkan dan menjadi lebar.

Kedalaman luka 0,2cm, lebar luka 3cm ,panjang luka 6cm. Setelah dilakukan

pengkajian fisik wajah Ny. S tampak meringis ketika disentuh pada bagian

telapak kaki sebelah kanan dan pasien mengeluh gatal-gatal pada seluruh

tubuh, TD:120/70 mmHg, N:60x/menit. S: 36,8oC. R:22x/menit, GDS: 381

mg/dl.

Sedangkan pada pasien 2 terdapat ulkus pedis pada daerah kaki sebelah

kanan, luka baru di alami pasien pada tanggal 4 juni 2019 luka melebar dan

menjadi berbau dalam jangka waktu 5 hari. Luka terjadi akibat terkena

batang tanaman yang ditanam untuk digunakan sebagai bahan makanan sapi

di rumahnya, awalnya luka hanya terjadi di bagian ibu jari dengan keadaan

luka yang sangat kecil, kondisi luka pertama setelah terkena batang tanaman

seperti terkena api melepuh dan berair dalam jangka waktu 5 hari luka

melebar dan menjalar ke atas sampai batas bawah lutut, kedalaman luka

0,2cm, panjang luka 34cm, lebar luka 13cm, Ny.S mengeluh nyeri pada kaki

sebelah kanan seperti ditusuk jarum, nyeri dirasakan apabila kaki

digerakkan. Setelah dilakukan pengkajian fisik wajah dengan cara

menyentuh bagian kaki sebelah kanan Ny.S tampak menahan nyeri dengan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


119

skala nyeri 7, selain nyeri yang dirasakan Ny. S mengeluh tidah nafsu makan

dan lemas, TD: 140/80 mmHg, N: 80x/menit, S: 37,0 oC, R: 24x/menit,

GDS:502 mg/dl.

Hasil pengkajian ini sesuai dengan teori bahwa sebagian (partial thickness)

atau keseluruhan (full thickness) pada kulit, tendon, otot, yang terjadi pada

seseorang yang menderita pengakit diabetes melitus kondisi ini timbul

sebagai akibat terjadinya peningkatan kadar gula darah yang tinggi. Menurut

(Suradi,2004) masalah keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan

ulkus diabetic salah satunya terjadi kerusakan integritas jaringan yang

disebabkan oleh luka diabetic. Tanda dan gejala yang dapat di lihat dari

terjadinya kerusakan integritas jaringan berawal dari terjadinya perubahan

distribusi tekanan pada telapak kaki, akiran darah kesaraf menurun,

terjadinya gangguan motorik, sensorik, dan autonomik sehingga

mengakibatkan kelemahan pada otot, kehilangan sensasi saraf perifer dan

kulit menjadi kering, kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya carot atau

perubahan pada stuktur tulang dan jaringan yang menyebabkan ulkus

diabetikum sehingga terjadinya kerusakan integritas pada jaringan atau

adanya perubahan pada struktur jaringan.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataaan yang jelas mengenai status

kesehatan dalam rangka mengidentifikasi dan menentukan intervensi

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


120

keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah

kesehatan pasien.

Pasien 1 dan 2 mengalami kerusakan integritas jaringan dengan tingkat yang

berbeda dari hasil pengkajian dengan pengukuran panjang dan kondisi luka

pada kedua pasien. Diagnosa kerusakan integritas jaringan menjadi prioritas

dikarenakan jika masalah kerusakan integritas jaringan tidak seggera

ditangani akan mengakibatkan luka menjadi memburuk dan berakhir pada

amputasi. Hal ini sesuai dengan teori menurut Ogeojiofor (2009) selain

disebabkan oleh neuropati perifer (sensorik, motorik, otonomik) dan

menyakit pembulu darah perifer (makro dan mikro anginopati). Faktor lain

yang berkontribusi terhadap kejadian ulkus kaki adalah deformitas kaki

(yang dihubungkan dengan peningkatan tekanan pada perifer), gender laki-

laki, usia tua, kontror gula darah yang buruk, hiperglikemia yang

berkepanjangan dan kurangnya perawatan kaki. Dari teori dan fakta yang

ada dapat disimpulkan bahwa dengan kerusakan integritas jaringan berakibat

pada status kesehatan pasien sehingga perlu diberikan penatalaksanaan

asuhan keperawatan salah satunya berfokus pada intervensi perawatan luka.

3. Intervensi Keperawatan

Pada tahap perencanaan ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:

menentukan priooritas masalah, menentukan dan merumuskan intervensi

(Tarwoto, 2012).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


121

Ulkus diabetikum dengan masalah kerusakan integritas jaringan penulis

mengambil 12 intervensi atau rencana keperawatan yang dijadikan acuan

untuk memberikan asuhan keperawatan yaitu:

a. Kaji luka: lokasi, dimensi, kendalaman luka, jaringan nekrootik, warna

luka, tanda tanda infeksi lokal

b. Kaji kedalaman dan kebersihan kaki pasien

c. Kaji sirkulasi vaskuler kaki dengan palpasi

d. Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptic

e. Terapi komplementer penggunaan madu

f. Monitor tanda-tanda vital

g. Monitor status nutrisi pasien

h. Anjurkan pasien untuk menjaga kelembaban kaki dengan menggunakan

lotion

i. Ajarkan keluarga tentang perawatan luka

j. Kolaborasi ahli gizi pemberian diit

k. Kolaborasi dengan dokter pemberian pemberian antibiotic

l. Kolaborasi prosedur debridement (jika perlu)

Masalah keperawatan kerusakan integritas jaringan b.d ulkus intervensi pada

Ny. S dan Ny. S sama yaitu melakukan perawatan luka menggunakan NaCl

0,9% dengan kombinasi madu untuk membantu proses penyembuhan luka

dengan membersihkan luka secara aseptic denganmelakukan balutan basah-

kering (Faisol, 2015).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


122

Perawatan ulkus diabetikum pada dasarnya terdiri dari 3 komponen uutama

yaitu debridement, offloading, dan pencegahan infeksi.Penggunaan balutan

yang efektif dan tepat dapat membantu penanganan ulkus diabetes yang

optimal. Keadaan sekitar luka harus dijaga kebersihan dan kelembabannya .

Berdasarkan hasil dan pengkajian dan perumusan yang ada dapat

disimpulkan bahwa terapi yang digunakan pada kedua pasien ialah

melakukan perawatan luka menggunakan NaCl dengan kombinasi terapi

komplementer menggunakan madu dimana NaCl merupakan larutan isotonic

yang aman untuk tubuh, tidak iritan, melindungi granulasi jaringan dari

kondisi kering, menjaga kelembaban sekitar luka. Sedangkan madu

merupakan larutan steril yang mengandung antibacteri, anti inflamasi, dan

membantu menstimulasi penyembuhan luka (mempercepat granulasi) yang

dapat membantu proses penyembuhan dan pertumbuhan jaringan pada

pasien ulkus diabetikum.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gerogy (2008), menyatakan

bahwa madu (honey) dapat digunakan pada perawatan ulkus diabetikum.

Madu merupakan salah satu alternative topikal terapi yang dapat mempunyai

peran dalam proses penyembuhan ulkus diabetikum. Madu mempunyai

fungsi sebagai antibacterial, antiinflamasi, antioksida, anti septic dan

meningkatkan regenerasi jaringan melalui stimulasi angiogenesis dan

pertumbuhan fibroblast dan sel epitel.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


123

Penelitian lain dilakukan oleh fauziah sundarti (2010) menyatakan bahwa

terapi perawatan ulkus menggunakan madu sangat evektif, hasil yang

didapatkan dari observasi sebelum dan sesudah dilakukannya terapi madu

yaitu jaringan nekrotik berkurang signifikan, luka mengering, luka tertutup

oleh jaringan benang fibrin berwarna putih halus, bau berkurang.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana

keperawatan.Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri dan

tindakan kolaborasi. Pasien 1 dan pasien 2 di berikan implementasi selama 3

hari dengan menggunakan tehnik perawatan luka dengan mengganti balutan

luka menggunakan larutan NaCl 0,9% dikombinasikan dengan terpai

komplementer madu. Hasil yaitu menunjukkan bahwa ada pengaruh

perawatan luka menggunakan terpai madu terhadap lama hari rawat

pasien.Pasien yang dirawat dengan menggunakan madu memilikin waktu

hari perawatan lebih cepat.Terdapat perbedaan antara pasien 1 dan pasien 2

hal ini dikarenakan tingkat luas luka dan panjang luka yang dialami pasien

berbeda.Dibuktikan dengan penelitian faisol (2015), tentang efektivitas

pemberian madu terhadap luka diabetic menunjukkan bahwa setelah

dilakukan perawatan luka didapatkan adanya pertumbuhan granulasi baru,

tidak ada reaksi inflamasi, dan kedalaman luka berkurang, warna jaringan

kemerahan, jumlah eksudat berkurang, serta berkuragnya jaringan

nekrotik.Berdasarkan fakta dan hasil dapat disimpulkan bahwa tindakan

perawatan luka menggunakan madu dapat menurunkan tingkat kerusakan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


124

integritas jaringan pada pasien 1 dan pasien 2 yang dirawat mengguankan

madu mempunyai waktu rawat inap lebih cepat.

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya.Tujuan

adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan keperawatan dapat dicapai dan

memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawtan yang diberikan.

Data evaluasi didapatkan pada hari ke 1,2 dan 3 setelah pasien diberikan

terapi madu dalam perawatan luka pasien 1 didapatkan perkembangan luka

yang awal ditemukan pada hari ke- 1 masih lembab pada daerah tepi luka,

hari ke-2 luka masih lembab dan jaringan nekrotik mulai mengering, hari

ke-3 setelah dilakukan perawatan luka dengan madu daerah pada tepi luka

mengering , jaringan nekrotik mengering dan mudah lepas. Sedangkan pada

pasien 2 ditemukan bakteri batang negative (klebsella sp) lalu dilakukan

pemeriksaan ulang dengan kultur pus bakteri tidak ada pada hari ke-1

kondisi luka lembab, terdapat jaringan nekkrotik, luka berwarna kuning

kecoklatan, berbau tidak sedap. Hari ke-2 luka masih lembab, terjadi

perubahan warna pada jaringan nekrotik, bau berkurang.Hari ke-3luka

lembab, kulit mati pada luka sedikit mulai mengering dan mengelupas,

terjadi perubahan warna kulit, bau berkurang. Menunjukkan bahwa pengaruh

madu dalam perawatan luka terhadap lama hari rawat pasien lebih cepat,

sehingga perawatan luka dengan cara mengganti balutan luka mempunyai

efektifitas terhadap pasien yang memiliki ulkus diabetikum dengan

kerusakan integritas jaringan.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


125

Berdasarkan fakta dan hasil dapat di simpulkan bahwa selama 3 hari

implementasi, terapi perawatan luka menggunakan madu memiliki tanda

seperti eksudat, dan terdapat bau luka kurang sedap (molador), balutan luka

ulkus berwarna kuning (slough) dan keluarnya eksudat yang berlebih

mengakibatkan matinya jaringan sekitar luka dan tidak beraturannya luka

terhadap masalah asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami

kerusakan integritas jaringan pada pasien Ny.S dan Ny. S.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


126

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada tanggal 14 juni 2019 dan 15 juni 2019 tentang

asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami ulkus diabetikum dengan

masalah keperawatan kerusakan integritas jaringan di RSUD Dr. H. Abdul

Moeloek Provinsi Lampung tahun 2019, dapat disimpulkan bahwa:

1. Pengkajian

Ny. S yaitu pasien 1 mengatakan nyeri pada bagian telapak kaki sampai dengan

daerah luka pada punggung kaki sebelah kanan,nyeri dorasakan pasien seperti di

tarik ( nyenyut) dengan skala nyeri 6. Kedalaman luka 0,2cm, lebar luka 3cm

,panjang luka 6cm, perkembangan luka terjadi dalam kurun waktu 1 bulan.

Setelah dilakukan pengkajian fisik wajah Ny. S tampak meringis ketika disentuh

pada bagian telapak kaki sebelah kanan dan pasien mengeluh gatal-gatal pada

seluruh tubuh, TD:120/70 mmHg, N:60x/menit. S:36,8oC. R:22x/menit, GDS:

381 mg/dl.

Sedangkan pada pasien 2 terdapat ulkus pedis pada daerah kaki sebelah kanan,

luka baru di alami pasien pada tanggal 4 juni 2019 luka melebar dan menjadi

berbau dalam jangka waktu 5 hari. Luka terjadi akibat terkena batang tanaman

jangka waktu 5 hari luka melebar dan menjalar ke atas sampai batas bawah lutut,

kedalaman luka 0,2cm, panjang luka 34cm, lebar luka 13cm, Ny.S mengeluh

nyeri pada kaki sebelah kanan seperti ditusuk jarum, nyeri dirasakan apabila

126
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
127

kaki digerakkan. Setelah dilakukan pengkajian fisik wajah dengan cara

menyentuk bagian kaki sebelah kanan Ny.S tampak menahan nyeri dengan skala

nyeri 7, selain nyeri yang dirasakan Ny. S mengeluh tidah nafsu makan dan

lemas, TD: 140/80 mmHg, N: 80x/menit, S:37,0oC, R:24 x/menit, GDS: 502

mg/dl. Luka sangat basah, pasien belum dilakukan procedure debridement

karena menunggu intruksi dokter, hasil pemeriksaan kultur terdapat bakteri

batang negatif.

2. Diagnosa keperawatan

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa pasien 1 Ny. S dan pasien 2

Ny. S mengalami kerusakan integritas jaringan yang berbeda dengan tingkat

yang berbeda sesuai dengan hasil pengkajian dan pengukuranpanjang dan

bnyaknya jaringan nekrotik pada luka. Diagnosa kerusakan integritas jaringan

ini menjadi prioritas dikarenakan jika tidak segera ditangani akan

mengakibatanamputasi dan kematian. Sehingga diagnosa keperawatan yang

diangkat ialah kerusakan integritas jaringan b.d ulkus diabetic.

3. Intervensi Keperawatan

Berdasarkandatadiatasdapatdisimpulkan bahwaintervensi keperawatan yang

akan digunakan yaitu melakukan perawatan lukamenggunakan terapi

komplementer madu, teknik membersihkan luka secara hati-hati dengan

memasang balutan yang dibasahi dan menutup dengan balutan kering (basah-

kering)), menggunakan cara yang sering digunakan untuk menyembuhkan

luka dan melakukan perawatan luka basah kering (Wahyuni, 2014). Evaluasi

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


128

dengan memonitor warna kulit, keadaan luka, suhu, dan kelembapan

(Nurarif, 2015). Granulasi jaringan dari kondisi kering, menjaga kelembapan

sekitar luka dan membantu luka menjalani proses penyembuhan.

4. Implementasi Keperawatan

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi

keperawatan yang digunakan yaitu melakukan perawatan luka dengan

menggunakan Nacl 0,9% dan therapy komplementer menggunakan madu

dalam membantu proses penyembuhan pada ulkus diabetikum dengan teknik

membersishkan luka secara aseptic dan membalut luka dengan jenis balutan

lembab-kering.

5. Evaluasi Keperawatan

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa pada hari ke 3 kedua pasien

diberikan terapi perawatan luka dengan terapi komplementer madu secara

pergantian balutan luka didapat perubahan yang signifikan secara

kuantitatif dan maupun kulaitatif. Yaitu pasien 1 Ny. S ulkus diabetikum mulai

mengering jaringan nekrotik mengering, pasien gatal-gatal pada seluruh

tubuh.Sedangkan pada pasie 2 Ny. H kulit mati mengelupas, warna luka

berubah, bau berkurang, hasil kultur bakteri negative hilang.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


129

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, saran yang dapat peneliti berikan tentang asuhan

keperawatan pada pasien yang mengalami ulkus diabetikum dengan masalah

keperawatan kerusakan integritas jaringan di RSUD Dr. H. Moeloek Provinsi

Lampung tahun 2019 antara lain:

1. Bagi perawat

Agar dapat meningkatkan keterampilan sehingga mampu melaksanakan asuhan

keperawatan tentang suatu bukti hasil penelitian keperawatan mengenai metode

perawatan ulkus diabetikum dengan memperhatikan masalah kerusakan

integritas jaringan.

2. Bagi peneliti lainnya

Agar dapat dijadikan refrensi untuk melakukan peelitian lebih lanjut terhadap

asuhan keperawatan yang belum diteliti oleh peneliti.

3. Bagi institusi

Agar dapat menjadikan karya tulis ini sebagai salah satu rujukan untuk teori

tentang asuhan keperawatan pada metode perawatan ulkus diabetikum dengan

memperlihatkan masalah kerusakan integritas jaringan

4. Bagi pasien dan keluarga

Agar dapat menerapkan pola hidup sehat agar pasien dan keluarga terhindar dari

penyakit seperti diabetikum.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


130

DAFTAR PUSTAKA

Al Fady Moh. Faisol,2015.Madu dan Luka Diabetik.Yogyakarta.KDT

Black & Hawks. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Singapuraed.8: CV


Pentasada MediaEdukasi.

Damayanti. 2017. Diabetes Melitus dan Penatalaksanaan Keperawatan. Nuha


Medika : Yogyakarta.

Dharma, K.K (2011).Metodelogi Penelitian Keperawatan Panduan


Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian.Depok : TIM.

Erni, W. (2017) :Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Mellitus Dengan


Ulkus Diabetik Di Majapahit, Wound Care Center. Dilihat pada tanggal
02 April 2018.

Ferawati i. :faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya luka diabetikum


padapasien Diabetes Mellitus Tipe II Di RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto [internet] [Purwokerto].2014 [cited 28 juni 2014].
Avaible from
http://keperawatan.unsoed.ac.id/sites/default/files/SKRIPSI%20IRA%20F
ERAWATI%20G1D010015.pdf.

Frykberg, R.G., Zgonis, T., Armstrong, D.G., et al., 2006. Diabetic Foot
Disorders: AD.G., et al., 2006. Diabetic Foot Disorders: A Clinical
Practice Guideline.

IDF.(2017). No Title, Panduan Global untuk Diabetes Tipe 2.Retrieved from


www.idf.org.communication@idf.org.

Marizka Putri. (2014). Honey as a tropical treatment for diabetic foot ulcers,
Mayoriti. Vol. 3 No. 7.

NANDA International Inc. diagnose keperawatan: definisi & kalsifikasi 2015-


2017/editor, T.Heater herdman, Ed.10- Jakarta: EGC 2015.

Nahbani, Yuli Widyastuti. (2017). Pengaruh Madu terhadap proses


penyembuhan luka ganggren pada pasien diabetes mellitus, media
publikasi penelitian. E-Jurnal Vol, 15 No. I

Nur, A. & Marissa, N. (2015) :Gambaran Bakteri Ulkus Diabetika Di Rumah


Sakit Zainal Abidin dan Meruraxa Tahun 2015. Dilihat pada tanggal 20
maret 2018.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


131

Nur, L.L. (2017) :Hubungan Durasi Penyakit Dan Kadar Gula Darah Dengan
Keluhan Subyektif Penderita Diabetes Mellitus.Dilihat pada10 April
2018.

Nursalam (2008). Konsep dan penerapan metode penelitian ilmu keperawatan


Edisi 2 Jakarta: Salemba medika.

PERKENI.2015. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Militus Tipe


2 di Indonesia.

Putri, A.K. (2016) :Upaya Perawatan Kerusakan Integritas Kulit Pada Pasien
Diabetes Mellitus Di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro. Dilihat pada
tanggal 07 April 2018.

RisetKesehatanDasar.2007.Jakarta:BadanPenelitiandanPengembangan
Kesehatan,Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar

Suriadi.(2004). Perawatan Luka. Jakartaed:1: CV. Sagung Seto

Tarwoto & Wartonah (2012) :Keperawatan Medikal Bedah : Gangguan Sistem


Endokrin, Trans Info Medika : Jakarta.

Waspadji, S. 2007. Diabetes mellitus di Indonesia, Dalam : Aru W, dkk, editors,


Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi 4., Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

Winanda Rizki. (2018). Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres Madu dan


Kompres Madu dan kompres gula Kristal terhadap penyembuhan luka
pada tikus putih, Strada Jurnal Ilmiah Kesehatan. Vol1 7 No. 1 PP : 28-
35

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


132

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


1
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
2

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


3

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


4

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


5

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PENGKAJIAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Ruang :
No. Rekam Medik :
Tgl Pengkajian :
Pukul :
I. DATA DASAR
A. Identitas Pasien
1. Nama (Isnisial klien) :
2. Usia :
3. Status Perkawinan :
4. Pekerjaan :
5. Agama :
6. Pendidikan :
7. Suku :
8. Bahasa yang digunakan :
9. Alamat Rumah :
10. Sumber Biaya :
11. Tanggal Masuk RS :
12. Diagnosa Medis Saat Pengkajian :

B. Sumber Informasi
1. Nama :
2. Umur :
3. Hubungan dengan klien :
4. Pendidikan :
5. Pekerjaan :
6. Alamat :
II. RIWAYAT KESEHATAN
A. Riwayat kesehatan masuk RS (UGD/Poliklinik) : waktu, keluhan,
pemeriksaan fisik dan data penunjang, penatalaksanaan

1
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
2

B. Riwayat kesehatan saat pengkajian/Riwayat Penyakit Sekarang :


1. Keluhan Utama :
P (Provokatif/Paliatif)
Penyebab :
Hal yang memperberat :
Hal yang memperingan :
Q (Quantitas/Kualitas) :
R (Region/Radiation) :
Lokasi dan penyebaran :
S (Severity/scale) :
Lamanya :
Frekwensi :
Intensitas :
T (Time) :
Kapan terjadinya :
2. Keluhan Penyerta :

C. Riwayat kesehatan masa lalu


Riwayat alergi :
Riwayat kecelakaan :
Riwayat perawatan do RS : (Diagnosa, Waktu, Kondisi pulang)
Riwayat penyakit berat/kronis :
Riwayat pengobatan :
Riwayat operasi :

D. Riwayat kesehatan Keluarga : (Genogram / Penyakit yang


pernah diderita oleh keluarga yang menjadi faktor resiko, 3 generasi) analisa
dari genogram

E. Riwayat Psikososial – Spritual


1. Psikologis

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


3

Konsep diri (gambaran diri, peran, harga diri, ideal diri,


identitas) :
Kecemasan, ketakutan :
Fase kehilangan :
2. Sosial
Support system : (Dukungan keluarga, lingkungan dan
fasilitas terhadap penyakitnya)
Komunikasi : (Pola interaksi sosial sebelum dan saat
sakit)
3. Spiritual
System nilai kepercayaan : (Sebelum dan saat sakit)

F. Pendidikan dan Pengajaran


Pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit,
prognosis, program pengobatan, diet dan perawatan

G. Lingkungan
1. Rumah
Kebersihan :
Polusi :
Bahaya :

2. Pekerjaan
Kebersihan :
Polusi :
Bahaya :

H. Pola Kebiasaan sehari-hari sebelum dan saat sakit


1. Pola Nutrisi dan Cairan (sebelum dan saat sakit)
a. Pola Nutrisi :

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


4

Asupan :( ) Oral ( )
Enteral ( ) TPN
Frekwensi makan : x/Hari
Nafsu makan :( ) Baik
( ) Kurang (Jelaskan alasannya)
Diit :
Makanan tambahan :
Makanan yang tidak disukai/alergi/pantangan :
Jumlah kalori :
Keluhan :( ) Mual, ( ) Muntah
Perubahan berat badan 3 bulan terakhir : ( ) Bertambah kg
( ) Tetap
( ) Berkurang kg
b. Pola cairan :
Asupan cairan :( ) Oral, jenis, volume, total
( ) Enteral, jenis, frekwensi, volume total
( ) Parenteral, jenis, jumlah, tetesan, volume total

2. Pola Eliminasi (sebelum dan saat sakit) :


a. BAK
Frekwensi : x/hari
Waktu :
Jumlah : cc/hari
Warna :
Bau :
Keluhan yang berhubungan dengan BAK :
b. BAB
Frekwensi : x/hari
Waktu :
Warna : cc/hari
Bau :
Keluhan :

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


5

Penggunaan laxative/pencahar:
c. IWL (Insensible Water Lose) : cc/hari
d. Balance cairan :

3. Pola Personal Hygiene (sebelum dan saat sakit)

a. Mandi
Frekwensi : x/hari
b. Oral hygiene
Frekwensi : x/hari
Waktu :
c. Cuci rambut
Frekwensi : x/minggu

4. Pola Istirahat dan Tidur (sebelum dan saat sakit)


Lama tidur : Jam/hari
Waktu :
Siang : jam
Malam : jam
Kebiasaan sebelum tidur/pengantar tidur :
( ) Penggunaan obat tidur
( ) Kegiatan lain, jelaskan
Kesulitan dalam hal tidur :
( ) Menjelang tidur
( ) Sering/mudah terbangun
( ) Merasa tidak puas setelah bangun tidur
Jelaskan alasannya :

5. Pola aktivitas dan latihan (sebelum dan saat sakit)

Jenis pekerjaan :
Waktu bekerja :

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


6

Kegiatan waktu luang :


Keluhan dalam beraktivitas :
Olahraga
 Jenis :
 Frekwensi :
Keterbatasan dalam hal :
( ) Mandi
( ) Menggunakan pakaian
( ) Berhias
6. Pola kebiasaan yang memengaruhi kesehatan
a. Merokok :( ) Ya
( ) Tidak
Frekwensi :
Jumlah :
Lama pemakaian :
b. Minuman keras : ( ) Ya
( ) Tidak
Frekwensi :
Jumlah :
Lama pemakaian :
c. Ketergantunga obat : ( ) Ya
( ) Tidak
Jika Ya : Jelaskan : Jenis, Lama pemakaian, Frekwensi dan
Alasan

III. Pengkajian Fisik


1. Pemeriksaan umum
Kesadaran :
Tekanan darah :
Nadi :
Pernafasan :
Suhu :

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


7

TB/BB :

2. Pemeriksaan fisik per sistem


a. System penglihatan
Posisi mata :( ) Simetris ( ) Asimetris
Kelopak mata :
Pergerakaan bola mata :
Konjungtiva :
Kornea :
Sclera :
Pupil :
Lapang pandang :
Ketajaman penglihatan :
Tanda-tanda radang :
Pemakaian alat bantu penglihatan :
Keluhan lain :

b. Sistem pendengaran
Kesimetrisan :
Karakteristik serumen (warna, konsistensi, bau) :
Tanda radang :
Cairan dari telinga :
Fungsi pendengaran :
Pemakaian alat bantu :

c. Sistem wicara
Kesulitan/gangguan wicara :

d. Sistem pernafasan
Jalan nafas :
Keluhan :( ) Sesak ( ) Nyeri
Bila sesak :( ) Setelah aktivitas

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


8

( ) Tanpa aktivitas
( ) Saat beraktivitas
Bila nyeri : Jelaskan
Frekwensi : x/menit
Irama : ( ) Teratur
( ) Tidak teratur
Kedalaman :( ) Dalam ( ) Dangkal
Suara nafas :
Batuk : ( ) Ya ( ) Tidak
Jika Ya, : ( ) Jenisnya
( ) Sputum
( ) Warna sputum
( ) Konsistensi
( ) Terdapat darah
Palpasi dinding dada :
Perkusi dada :
Penggunaan otot bantu nafas :
Penggunaan oksigen, ETT, orofaringeal airway, trkeostomi :
WSD : (Type, undulasi, karakteristik cairan, jumlah, kondisi
balutan WSD)

e. Sistem Kardiovaskuler
Sirkulasi perifer
Nadi : x/menit
Irama :( ) Teratur ( ) Tidak teratur
Denyut :( ) Lemah ( ) Kuat
Distensi vena jugukaris :
Temperatur kulit : ( ) Hangat ( ) Dingin
Warna kulit :( ) Pucat ( ) Cyanosis
( ) Kemerahan
Pengisian kapiler :
Edema (lokasi da derajat) :

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


9

Sirkulasi jantung
Kecepatan denyut apical : x/menit
Irama :( ) Teratur ( ) Tidak teratur
Bunyi jantung normal :
Kelainan bunyi jantung :
Keluhan :( ) Lemah ( ) Lelah
( ) Berdebar-debar/palpitasi
( ) Keringat dingin
( ) Gemetaran
( ) Keringat dingin
( ) Kesemutan
( ) Kaki dan tangan dingin
Nyeri dada : (Penyebaran, lokasi, intensitas, lamanya &
skala)
Ictus cordis :
Kardiomegali (CTR) :

f. Sistem neurologi
Glaslow Coma Scale (GCS) : E….. M…… V…..
Tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial :
Jika ada, jelaskan…………………..
Gangguan neurologis : (N I – N XII)
Pemeriksaan reflek :
Patologis :
Fisiologis :
Tanda iritasi meningen :
Kekuatan otot/status motorik :

g. Sistem pencernaan
Keadaan mulut :
Kesulitan menelan :
Bising usus : x/menit

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


10

Lingkar perut :
Asites :
Palpasi 4 kuadran :( ) Nyeri : lokasi, penyebaran
( ) massa/benjolan : lokasi, ukuran
Perkusi 4 kuadran : Suara timpani (……………………..)
Suara pekak (……………………..)
Suara tambahan (…………………….)
Luka post operasi (jenisnya, kondisinya, ukuran) : ……….

g. Sistem immunology
Pembesaran kelenjar getah bening :

h. Sistem endokrim
Nafas berbau keton :( ) Ya, ( ) Tidak
Luka :( ) Ya, ( ) Tidak, jika Ya jelaskan……
Exopthalmus :( ) Ya ( ) Tidak
Tremor :( ) Ya ( ) Tidak
Pembesaran kelenjar tyroid :( ) Ya ( ) Tidak
Tanda-tanda peningkatan kadar gula darah : ( ) Polidipsi
( ) Poliuri ( ) Polifagi

i. Sistem urogenital
Distensi kandung kemih :
Nyeri tekan :
Nyeri perkusi pada CVA :
( ) Anuria ( ) Hematuria ( ) Disuria
( ) Nocture ( ) Oliguria ( ) Poliuria
Penggunaan kateter :
Penggunaan irigasi :
Keadaan genital :

j. Sistem integument

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


11

Keadaan rambut :
Kekuatan :
Warna :
Kebersihan :
Keadaan kuku :
Kekuatan :
Warna :
Kebersihan :
Keadaan kulit :
Kekuatan :
Warna :
Kebersihan :
Tanda-tanda radang pada kulit :
Luka :
Dekubitus :
Pruritus :
Tanda-tanda perdarahan :
k. Sistem musculoskeletal
Keterbatasan dalam pergerakan : jelasakan………….
Sakit pada tulang dan sendi :
Tanda-tanda fraktur :
Lokasi :
Kontraktur pada persendian ekstremitas :
Tonus otot :( ) Kuat ( ) Lemah
Kelainan bentuk tulang dan otot :
Tanda-tanda radang pada sendi :
Penggunaan alat bantu :( ) Ya ( ) Tidak
Penggunaan traksi, gips, orif/ef, pssw, jelaskan……….
Rentang gerak sendi (aktif/pasif) :

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


12

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


A. Pemeriksaan Diagnostik
B. Pemeriksaan Laboratorium

V. PENATALAKSANAAN
A. Penatalaksanaan medis (therapi obat, operatif dan lain-lain)
B. Penatalaksanaan keperawatan (saat pengkajian)
VI. ANALISA DATA
NO. Data Masalah Etiologi
1 DS :
DO :

VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI DENGAN


PRIORITAS
1. ……………………………………………………………………..
2. ……………………………………………………………………..
3. ……………………………………………………………………..

VIII. RENCANA KEPERAWATAN


Nama klien : ……………..
Dx. Medis : ……………..
Ruang : ……………..
No. MR : ……………..

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


13

No Tanggal Diagnosa keperawatan Tujuan Rencana Rasional


dan data penunjang (SMART) Tindakan

IX. CATATAN PERKEMBANGAN


Nama klien : …………….
Dx. Medis : …………….
Ruang : …………….
No. MR :…………….

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


14

No. Dx. Tanggal/ Implementasi Paraf Evaluasi (SOAP)


kep Jam Respond atau Hasil Tanggal/Jam

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


1
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
16

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


17

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


18

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


19

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


20

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


21

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


22

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


23

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


24

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


25

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


26

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


27

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


28

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


29

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


30

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


31

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PASIEN 1

Hari Ke-1

Hari Ke-2

Hari Ke-3

1
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
33

PASIEN 2

Hari Ke-1

Hari Ke-2

Hari Ke-3

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung

Anda mungkin juga menyukai