Anda di halaman 1dari 8

Laporan Pendahuluan

CA Mammae

A. Definisi
Payudara atau buah dada seorang wanita terdiri-dari dua macam jaringan
yaitu jaringan kelenjar dan jaringan penopang. Jaringan kelenjar meliputi kelenjar
susu, saluran susu sedangkan jaringan penopang mencakup jaringan lemak dan
jaringan serat korektif. Di samping itu payudara juga terbentuk dari jaringan
lymphatic, yaitu semacam jaringan yang berisi sistem kekebalan yang berfungsi
untuk mengeluarkan cairan dan kotoran. (Syafni, 2012)
Kanker payudara merupakan tumor ganas yang tumbuh di jaringan payudara.
Ia bisa berada di dalam kelenjar susu, jaringan lemak ataupun dalam jaringan ikat
yang terdapat pada payudara. Kanker itu merupakan pertumbuhan sel payudara
yang tidak terkontrol akibat perubahan yang tidak normal dari gen yang tidak
bertanggung jawab atas pengaturan pertumbuhan sel. Pada hal secara normal sel
payudara yang tua akan mati digantikan oleh sel baru yang lebih muda.
Regenerasi seperti ini akan berguna untuk mempertahankan fungsi payudara.
Pada kasus kanker yang bertumbuh pada payudara gen yang bertanggung jawab
terhadap pertumbuhan sel ikut termutasi. Hal itulah yang menyebabkan terjadinya
kanker payudara. (Syafni, 2012)

B. Klasifikasi
Tabel 1. Klasifikasi TNM Kanker Payudara Berdasarkan AJCC Cancer
Staging Manual, 6th Edition
Klasifikasi Definisi
Tumor Primer (T)
Tx Tumor primer tidak didapatkan
To Tidak ada bukti adanya tumor primer
Tis Karsinoma In Situ
Tis (DCIS) Duktal Karsinoma In Situ
Tis (LDIC) Lobular Karsinoma In Situ
Tis (Pager) Pagets Disease tanpa adanya tumor
TI Ukuran tumor < 2 cm
TI mic Mikroinvasif > 0,1 cm
TI a Tumor > 0,1 - < 0,5 cm
TI b Tumor > 0,5 cm - < 1 cm
TI c Tumor > 1 cm - < 2 cm
T2 Tumor > 2 cm - < 5 cm
T3 Tumor > 5 cm
T4 Tumor dengan segala ukuran disertai dengan adanya
perlekatan pada dinding thoraks atau kulit
T4a Melekat pada dinding dada, tidak termasuk M. Pectoralis
major
T4b Edema (termasuk peau dorange) atau ulserasi pada kulit,
atau adanya nodul satelit pada payudara
T4c Gabungan antara T4a dan T4b
T4d Inflamatory carcinoma
Kelenjar Limfe
Regional (N)
Nx Kelenjar limfe regional tidak didapatkan
No Tidak ada metastasis pada kelenjar limfe
N1 Metastasis pada kelenjar aksilla ipsilateral, bersifat mobile
N2 Metastasis pada kelenjer limfe aksilla ipsilateral, tidak
dapat digerakkan (fixed)
N3 Metastasis pada kelenjar limfe infraclavicular, atau
mengenai kelenjar mammae interna, atau kelenjar limfe
supraclavicular.
Metastasis (M)
Mx Metastasis jauh tidak didapatkan
M0 Tidak ada bukti adanya metastasis
M1 Didapatkan metastasis yang telah mencapai organ
Tabel 2. Stadium Klinis Berdasarkan Klasifikasi TNM Kanker Payudara
Berdasarkan AJCC Cancer Staging Manual, 6th Edition
Stadium Ukuran Tumor Metastase Kelenjar Limfe Metastase Jauh
0 Tis N0 M0
I TI N0 M0
IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1, N2 M0
IIIB T4 N apapun M0
T apapun N3 M0
IV T apapun N apapun M1

C. Etiologi
Sampai kini umumnya yang jadi penyebab timbulnya kanker payudara belum
dapat diketahui dengan pasti. Namun ada beberapa faktor yang diperkirakan
dapat memicu timbulnya penyakit kanker ini. Faktor itu antara lain seperti usia,
karena orang yang terkena kanker payudara ini diperkirakan sekitar 60 persen
berada di bawah usia 50 tahun. Di samping itu yang bersangkutan pernah
mengidap kanker ini sebelumnya dan memiliki potensi untuk terkena penyakit ini
lagi. Oleh karena itu sewaktu dulu payudaranya tidak diangkat, kemungkinan
terkena lagi semakin besar. (Syafni, 2012)
Penyebab lain adalah kemungkinan diantara anggota keluarga lain pernah
ada yang menderita kanker payudara, sehingga penyakit ini kemungkinan besar
mengenai wanita bersangkutan. Faktor genetik atau turunan dan kondisi
hormonal bisa pula dianggap sebagai penyebab bangkitnya kanker ini pada
seorang perempuan. Faktor hormanal ini dianggap cukup penting, karena hormon
ini dapat memicu tumbuhnya penyakit kanker payudara pada wanita yang
bersangkutan. (Syafni, 2012)
Salah satu pemicu lain, mungkin penderita pernah mengidap kanker yang
sama, tetapi sudah diangkat. Payudara yang sehat kemungkinan terkena lagi
sangat besar. Di samping itu penderita juga mengidap penyakit payudara non
kanker. Demikian pula resiko terkena kanker payudara adalah 4 kali lebih besar
pada wanita yang mendapat haid awal berusia kurang dari 12 tahun. (Syafni,
2012)
Penyakit ini kemungkinan besar dapat pula berjangkit pada orang yang
pernah ikut dengan menelan pil KB dan pasca menopause. Perempuan yang
mengalami kegemukan setelah pasca menopause itu juga dimungkinkan untuk
terkena penyakit kanker payudara ini. Demikian pula orang yang perokok dan
meminum alkohol kemungkinan resiko terkena kanker payudara lebih besar
daripada yang tidak melakukan hal itu. Resiko terkena kanker payudara juga
lebih besar pada orang yang pernah terkena bahan kimia, seperti penyinaran atau
penggunaan bahan kimia lainnya. (Syafni, 2012)

D. Patofisiologi
Kanker payudara bukanlah satu-satunya penyakit, tergantung pada jaringan
payudara yang terkena, ketergantungan estrogennya dan usia permulaannya.
Penyakit payudara ganas sebelum menopause berbeda dari penyakit payudara
ganas sesudah masa menopause (post menopause). Respon dan prognosis
penanganannya berbeda dengan berbagai penyakit berbahaya lainnya. Beberapa
tumor yang dikenal sebagai estrogen dependent mengandung reseptor yang
mengikat estradiol, suatu tipe estrogen, dan pertumbuhannya dirangsang oleh
estrogen. Reseptor ini tidak manual pada jaringan payudara nornal atau dalam
jaringan dengan dysplasia. Kehadiran tumor ekstrogen receptor assay (ERA) pada
jaringan lebih tinggi dari kanker payudara hormon dependent. Kanker-kanker ini
memberikan respon terhadap hormon treatment (endocrine chemotherapy,
oophothorectomy, atau adrenalectomy). (Smeltzer, dkk, 2002)
E. Manifestasi klinis
Gejala yang dapat diamati atau dirasakan oleh orang yang terkena penyakit
kanker payudara ini antara lain adanya semacam benjolan yang tumbuh pada
payudara, yang lama kelamaan bisa menimbulkan rasa nyeri dan mendenyut-
denyut. (Syafni, 2012)
Pada stadium awal jika ditekan dengan jari tangan benjolan tersebut, dengan
mudah dapat digerakkan di bawah kulit. Namun sewaktu benjolan itu semakin
melekat pada dinding dada atau kulit disekitarnya. Lama-kelamaan benjolan ini
semakin membengkan dan menjadi luka di sekitar payudara. Kulit diatas benjolan
semakin menekur dan warnanya semakin merah seperti kulit jeruk. Jika
kondisinya sudah demikian, maka benjolan itu sampai ke ketiak, bentuk payudara
sudah berubah termasuk ukurannya semakin tidak nyaman lagi. Bila sudah
demikian biasanya kanker itu sampai mengeluarkan cairan dari puting susu,
sedangkan payudara tampak kemerah-merahan dan kulit sekitar puting susu
kelihatan bersisik. Dengan puting susu tertarik ke dalam dan rasa gatal akan
dirasakan. Rasa gatal ini kadang-kadang disertai oleh pembengkakan salah satu
payudara. Dan pada stadium ini bisa pula timbul nyeri tulang, penurunan berat
badan, dan pembengkakan. (Syafni, 2012)

F. Komplikasi
Komplikasi kanker payudara menurut Smeltzer & Bare (2001) adalah
terjadinya metastase jauh yang dapat mengenai sembarang organ melalui saluran
limfe (limfogen), tetapi tempat yang paling umum adalah tulang (71%), paru-paru
(69%), hepar (65%), pleura (51%), adrenal (49%), kulit (30%), dan otak (20%).

G. Penatalaksanaan
Pengobatan kanker payudara bertujuan untuk mendapatkan kesembuhan
yang tinggi dengan kualitas hidup yang baik. Oleh karena itu terapi dapat bersifat
kuratif atau paliatif. Terapi kuratif ditandai oleh adanya periode bebas penyakit
(disease free interval) dan peningkatan harapan hidup (overall survival),
dilakukan pada kanker payudara stadium I, II, dan III. Terapi paliatif bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup tanpa adanya periode bebas penyakit,
umumnya dilakukan pada stadium IV. Kesembuhan yang tinggi dengan kualitas
hidup yang baik akan tercapai bila kanker diterapi pada stadium dini.
Adapun modalitas terapi kanker payudara secara umum meliputi: operasi,
kemoterapi, radioterapi, terapi hormonal, dan terapi target.
1. Operasi (pembedahan)
Operasi merupakan modalitas utama untuk penatalaksanaan kanker
payudara. Modalitas ini memberikan kontrol lokoregional yang dapat dibuktikan
dengan pemeriksaan histopatologi dan dari spesimen operasi dapat ditentukan
tipe dan grading tumor, status kelenjar getah bening aksila, faktor prediktif, dan
faktor prognosis tumor (semua faktor diatas tidak bisa diperoleh dari modalitas
lain). Berbagai jenis operasi pada kanker payudara adalah Classic Radical
Mastectomy (CRM) , Modified Radical Mastectomy (MRM), Skin Sparing
Mastectomy (SSM), Nipple Sparing Mastectomy (NSP), dan Breast Conserving
Treatment (BCT)
2. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan obat anti kanker (sitostatika) untuk
menghancurkan sel kanker. Obat ini umumnya bekerja dengan menghambat dan
mengganggu sintesa DNA dalam siklus sel. Pengobatan kemoterapi bersifat
sistemik, berbeda dengan pembedahan atau radiasi yang lebih bersifat
lokal/setempat. Obat sistostatika dibawa melalui aliran darah atau diberikan
langsung ke dalam tumor, jarang menembus blood-brain barrier, sehingga obat ini
sulit mencapai sistem saraf pusat. Ada 3 jenis setting kemoterapi yakni adjuvant,
neoadjuvant dan primer (paliatif)
3. Radioterapi
Radioterapi (RT)merupakan modalitas terapi yang cukup penting pada
kanker payudara. Mekanisme utama kematian sel karena radiasi adalah kerusakan
DNA dengan gangguan proses replikasi. RT menurunkan resiko rekurrensi lokal
dan berpotensi untuk menurunkan mortalitas jangka panjang penderita kanker
payudara.
4. Terapi hormonal
Hormonal terapi yang mulai dikembangkan sejak satu abad yang lalu, masih
paling efektif dan paling jelas targetnya dari terapi sistemik untuk kanker
payudara. Tujuan terapi hormonal pada kanker payudara adalah untuk
menghilangkan atau mengurangi estrogen dalam sel tumor (estrogen deprivation)
5. Terapi target
Terapi ini ditujukan untuk menganggu proses yang berperan dalam
pertumbuhan sel-sel kanker. Yang termasuk terapi ini untuk kanker payudara
adalah :
a) Transtuzumab (Herceptin)
b) Bevacizumab (Avastin)
c) Lapatinib ditosylate (Tykerb)

H. Pemeriksaan penunjang
1. Mammografi
Kelebihan mamografi adalah dapat menampilkan nodul yang sulit dipalpasi
atau terpalpasi atipikal menjadi gambar, dapat menemukan lesi mammae yang
tanpa nodul namun terdapat bercak mikrokalsifikasi, dapat digunakan untuk
analisis diagnostik dan rujukan tindak lanjut. Ketepatan diagnostik sekitar 80%.
2. USG
Transduser frekuensi tinggi dan pemeriksaan dopler tidak hanya dapat
membedakan dengan sangat baik tumor kistik atau padat, tapi juga dapat
mengetahui pasokan darahnya serta kondisi jaringan sekitarnya, menjadi dasar
diagnosis yang sangat baik.
3. MRI mammae
Karena tumor mammae mengandung densitas mikrovaskuler abnormal, MRI
mammae dengan kontras memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinggi dalam
diagnosis karsinoma mammae stadium dini
4. Pemeriksaan biopsi
Cara biopsi dapat berupa biopsi eksisi atau insisi, tapi umumnya dengan
biopsi eksisi. Di RS yang menyediakan dapat dilakukan pemeriksaan potong
beku saat operasi. Bila tak ada perlengkapan itu, untuk karsinoma mammae yang
dapat dioperasi tidak sesuai dilakukan insisi tumor untuk menghindari
penyebaran introgenik tumor.
I. WOC
Faktor predisposisi dan resiko tinggi
Hiper plasia pada sel mammae

Mendesak Mendesak Mendesak


jaringan sekitar Sel syaraf Pembuluh darah

Interupsi sel saraf sel


Menekan jaringan Aliran darah
Mensuplai nutrisi pada mammae terhambat
ke jaringan ca nyeri
Peningkatan
konsistensi hipoxia
mammae
Hipermetabolis ke
jaringan Necrose
Mammae
Ukuran jaringan
membengkak
mammae
Suplai nutrisi abnormal
Bakteri Patogen
jaringan lain Massa tumor
mendesak ke
jaringan luar Mammae Kurang
Berat badan turun Infeksi
asimetrik pengetahuan
Perfusi jaringan
Nutrisi kurang terganggu
dari kebutuhan Gg body cemas
image
Ulkus
Infiltrasi pleura
parietale
Gg integritas
Expansi paru
kulit/ jaringan
menurun

Gg pola nafas

Anda mungkin juga menyukai