DOSEN PEMBIMBING:
Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan
bahasa serta aspek-aspek lainnya. Maka dari itu, dengan lapang dada kami
membuka seluas-luasnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberikan
kritik ataupun sarannya demi penyempurnaan makalah ini.
1.2 Tujuan
Untuk menambah pengetahuan dan menambah wawasan terhadap Kasus
Leukimia, dan mahasiswa mampu mengaplikasikannya dalam Asuhan
Keperawatan, dapat bermanfaat sebagai referensi, informasi, masukan, acuan,
serta perbandingan untuk.
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
LIFOMA MALIGNA
A. PENGERTIAN
Pengertian Limfoma
Limfoma maligna (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan
dari sistem limfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T dan histiosit
sehingga muncul istilah limfoma maligna (maligna = ganas). Ironisnya, pada
orang sehat sistem limfatik tersebut justru merupakan komponen sistem kekebalan
tubuh. Ada dua jenis limfoma maligna yaitu Limfoma Hodgkin (HD) dan
Limfoma non-Hodgkin (LNH) (Vinjamaran, 2017).
Sistem limfatik adalah bagian dari sistem imun. Sistem limfatik terdiri dari
(Scanlon dalam Setiawati,2013):
1) Pembuluh limfe
Sistem limfatik memiliki jaringan terhadap pembuluh pembuluh limfe. pembuluh-
pembuluh limfe tersebut yang kemudian akan bercabang-cabang ke semua
jaringan tubuh.
2) Limfe
Pembuluh-pembuluh limfe membawa cairan jernih yang disebut limfe. Limfe
terdiri dari sel-sel darah putih, khususnya limfosit seperti sel B dan sel T.
3) Nodus Limfatikus
Pembuluh-pembuluh limfe terhubung ke sebuah massa kecil dan bundar dari
jaringan yang disebut nodus limfatikus. Kumpulan dari nodus limfatikus
ditemukan di leher, bawah ketiak, dada, perut, dan lipat paha. Nodus limfatikus
dipenuhi sel-sel darah putih. Nodus limfatikus menangkap dan membuang bakteri
atau zat-zat berbahaya yang berada di dalam limfe.
Nodus dan nodulus limfoid adalah massa dari jaringan limfatik; mempunyai
ukuran dan lokasi bervariasi. Nodus biasanya lebih besar, panjangnya nodus
berkisar 10 - 20 mm dan mempunyai kapsul; sedangkan nodulus
panjangnya antara sepersekian milimeter sampai beberapa milimeter dan tidak
mempunyai kapsul.
Nodus limfoid ditemukan berkelompok sepanjang jalur vassa limfatika, dan
limf mengalir melewati nodus-nodus ini dalam perjalanannya menuju vena
subklavia. Limf memasuki suatu nodus melalui beberapa vasa limfatika aferen
dan meninggalkannya lewat satu atau dua pembuluh eferen.
Gambar 2.2 Sistem vassa limfatika dan kelompok nodus limfoid utama
Dikutip dari : Scanlon VC, Sanders T. The lymphatic system and Immunity. In:
Scanlon VC, Sanders T. Essential of Anatomy and Physiology. 5thed.
Philadelphia: FA Davis Company,2007
Resirkulasi Limfosit
Vasa limfatika dari tubuh bagian bawah menyatu di depan vertebra lumbalis
untuk membentuk saluran yang disebut sisterna cili, yang berlanjut ke atas di
depan tulang punggung sebagai duktus torasikus. Vassa limfatika dari kuadran
kiri atas tubuh bergabung ke dalam duktus torasikus,
yang mengosongkan limfnya ke dalam vena subklavia sinistra. Vassa limfatika
dari kuadran kanan atas tubuh menyatu untuk membentuk duktus limfatikus
dekstra, yang mengosongkan limfnya ke dalam vena subklavia dekstra (gambar
4).
Hal ini menyebabkan aliran limf kembali ke darah secara konstan dan terjadi
pembentukan terus-menerus limf oleh gerakan cairan dari darah ke dalam
jaringan. Demikian pula, limfosit secara terus-menerus mengalami resirkulasi.
(1) Sel T
(2) Sel B
Seperti jenis sel darah lainnya, limfosit dibentuk dalam sumsum tulang.
Kehidupannya dimulai dari sel imatur yang disebut sel induk. Pada awal masa
kanak-kanak, sebagian limfosit bermigrasi ke timus, suatu organ di puncak dada,
dimana mereka menjadi matur menjadi sel T. Sisanya tetap tinggal di sumsum
tulang dan menjadi matur disana sebagai sel B. Sel T dan sel B keduanya berperan
penting dalam mengenali dan menghancurkan organisme penyebab infeksi seperti
bakteri dan virus. Dalam keadaan normal, kebanyakan limfosit yang bersirkulasi
dalam tubuh adalah sel T. Mereka berperan untuk mengenali dan menghancurkan
sel tubuh yang abnormal (sebagai contoh sel yang telah diinfeksi oleh virus).
Sel B mengenali sel dan materi ‘asing’ (sebagai contoh, bakteri yang telah
menginvasi tubuh). Jika sel ini bertemu dengan protein asing (sebagai contoh, di
permukaan bakteri), mereka memproduksi antibodi, yang kemudian ‘melekat’
pada permukaan sel asing dan menyebabkan perusakannya.
Limfoma adalah suatu penyakit limfosit. Ia seperti kanker, dimana limfosit yang
terserang berhenti beregulasi secara normal. Dengan kata lain, limfosit dapat
membelah secara abnormal atau terlalu cepat, dan atau tidak mati dengan cara
sebagaimana biasanya. Limfosit abnormal sering terkumpul di kelenjar getah
bening, sebagai akibatnya kelenjar getah bening ini akan membengkak.
Karena limfosit bersirkulasi ke seluruh tubuh, limfoma (kumpulan limfosit
abnormal) juga dapat terbentuk di bagian tubuh lainnya selain di kelenjar getah
bening. Limpa dan sumsum tulang adalah tempat pembentukan limfoma di luar
kelenjar getah bening yang sering, tetapi pada beberapa orang limfoma terbentuk
di perut, hati atau yang jarang sekali di otak. Bahkan, suatu limfoma dapat
terbentuk di mana saja. Seringkali lebih dari satu bagian tubuh terserang oleh
penyakit ini.
B. PENYEBAB
Hingga saat ini, penyebab pasti lymphoma (limfoma) belum diketahui secara
pasti. Namun, ada faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang
terkena limfoma, antara lain:
C. PATOFISIOLOGI
Proliferasi abmormal tumor dapat memberi kerusakan penekanan atau
penyumbatan organ tubuh yang diserang. Tumor dapat mulai di kelenjar getah
bening (nodal) atau diluar kelenjar getah bening (ekstra nodal). Gejala pada
Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal, mudah digerakkan (pada
leher, ketiak atau pangkal paha) (Anonymous, 2012). Pembesaran kelenjar tadi
dapat dimulai dengan gejala penurunan berat badan, demam, keringat malam. Hal
ini dapat segera dicurigai sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang
terjadi di sistem limfatik merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil
perlawanan kelenjar limfa dengan sejenis virus atau mungkin tuberkulosis limfa.
Beberapa penderita mengalami demam Pel-Ebstein, dimana suhu tubuh meninggi
selama beberapa hari yang diselingi dengan suhu normal atau di bawah normal
selama beberapa hari atau beberapa minggu. Gejala lainnya timbul berdasarkan
lokasi pertumbuhan sel-sel limfoma.
Klasifikasi
Ada dua jenis penyakit yang termasuk limfoma malignum yaitu penyakit
Hodgkin (PH) dan limfoma non Hodgkin (LNH). Keduanya memiliki gejala yang
mirip. Perbedaannya dibedakan berdasarkan pemeriksaan patologi anatomi
dimana pada PH ditemukan sel Reed Sternberg, dan sifat LNH lebih agresif.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan untuk kanker limfoma dapat diperiksa secara tunggal maupun
panel. Laboratorium Klinik Prodia menyediakan layanan pemeriksaan
mendeteksi limfoma, yaitu Panel CD20, CD3; Panel CD20, CD3, CD79a;
Panel CD20, CD79a; Panel CD15, CD30; Panel Hodgkin (CD15, CD30,
CD45); dan Panel non-Hodgkin (CD20, CD3, CD79a, Ki67).
3. Ki67 merupakan antigen protein nukleus yang ada di semua sel yang aktif
berproliferasi atau menggandakan diri dengan sangat cepat. Ekspresi Ki67
sangat terkait dengan proliferasi dan pertumbuhan sel tumor dan banyak
digunakan sebagai penanda proliferasi. Ekspresi imunohistokimia dari
antigen Ki67 pada sampel parafin, disebut indeks proliferasi Ki67 dan
mewakili fraksi pertumbuhan aktif dari tumor.