Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. Pokok Bahasan : Hipertensi


B. Sub Pokok Bahasan : Pencegahan Hipertensi
C. Sasaran : Masyarakat Penderita Hipertensi Di Dusun Adong
D. Tempat : Dusun Adong, Kec. Praya Barat
E. Waktu : 30 Menit
1. Latar Belakang
Hipertensi menjadi salah satu faktor risiko utama penyebab kematian
nomor satu di dunia setiap tahunnya (Kementerian Kesehatan, 2018).
Hipertensi disebut sebagai silent killer karena gejala pada masing-masing
individu bervariasi dan sering tidak menampakkan suatu gejala. Hipertensi
sering mengakibatkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat
menyebabkan semakin tingginya tekanan darah (Muttaqin, 2014).
Menurut data WHO (2015) menyatakan bahwa sekitar 1,13 miliar orang di
dunia menderita hipertensi, menandakan bahwa satu dari tiga orang di dunia
terdiagnosis hipertensi dan 9,4 juta orang diperkirakan meninggal dunia setiap
tahunnya akibat hipertensi. Keadaan ini juga didukung oleh faktor peningkatan
penduduk yang terjadi setiap tahunnya. WHO menyebutkan negara dengan
ekonomi berkembang memiliki penderita hipertensi sebesar 40 % sedangkan di
negara maju hanya 35 %, kawasan Afrika berada pada posisi pertama penderita
hipertensi, yaitu sebesar 40 %, kawasan Amerika sebesar 35 % dan Asia
Tenggara 36 %, sedangkan di Indonesia penderita hipertensi cukup tinggi,
yakni mencapai 32 % dari jumlah penduduk Indonesia (Rospitaria, Lubis, &
Syarifah, 2018).
Hipertensi yang tidak terkontrol merupakan faktor risiko utama terjadinya
penyakit kardiovaskuler yang merupakan penyebab utama kematian di seluruh
dunia (Benjamin et al., 2017). Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018
menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi pada penduduk Indonesia usia 18
tahun keatas adalah sebesar 34,1% dan pada provinsi Nusa Tenggara Barat
(NTB) sendiri sebesar 27,80%. Kabupaten Lombok Tengah merupakan
kabupaten dengan prevalensi hipertensi terbanyak kedua di NTB dengan

1
prevalensi sebesar 29,00% (Kemenkes RI, 2019).
Tingginya prevalensi hipertensi yang tidak terkontrol disebabkan oleh
kurangnya kepatuhan minum obat di kabupaten Lombok Tengah. Proporsi
penduduk kabupaten Lombok Tengah yang tidak rutin minum obat anti
hipertensi merupakan yang terbesar di provinsi NTB yaitu 51,11% dan pasien
yang tidak minum obat sebesar 9,81%, salah satu alasan tidak minum obat rutin
adalah tidak mampu membeli obat rutin (19.89%) sehingga perlu dilakukan
program penyuluhan dan promosi kesehatan tentang hipertensi kepada
masyarakat dan dengan adanya promosi kesehatan ini di harapkan dapat
meningkatkan pengetahuan, kesadara, dan prilaku hidup sehat agar masyarakat
yang menderita hipertensi bisa menjaga tekanan darahnya dalam skala normal.
2. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan 30 menit, Diharapkan Audiens mampu
memahami dan mengerti tentang Penyakit Hipertensi
3. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit tentang Hipertensi, diharapkan
masyarakat dapat dapat:
a. Mengetahui Pengertaian Hipertensi
b. Mengetahui Bagaimana Etiologi Hipertensi
c. Mengetahui Bagaimana Manifestasi klinis Hipertensi
d. Mengetahui Bagaimana Klasifikasi Hipertensi
e. Mengetahui Bagaimana Patofisiologi Hipertensi
f. Mengetahui Bagaimana Penatalaksanaan Hipertensi

2
4. Materi
A. Definisi Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam
keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes.RI, 2014).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan
angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian / mortalitas (Trianto,
2014).
B. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau
peningkatan tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa factor yang
memengaruhi terjadinya hipertensi:
1) Genetik: respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau
transport Na.
2) Obesitas: terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat.
3) Stress karena lingkungan
4) Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah (Aspiani, 2016)
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan:
1) Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui
penyebabnya. Diderita oleh seitar 95% orang. Oleh karena itu,
penelitian dan pengobatan lebih ditunukan bagi penderita esensial.
Hipertensi primer disebabkan oleh faktor berikut ini:
a. Faktor keturunan
Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang

3
tuanya adalah penderita hipertensi.
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah umur (jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat),
jenis kelamn (pria lebih tinggi dari perempuan), dan ras (ras kulit
hitam lebih banyak dari kulit putih).
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30g), kegemukan
atau makan berlebih, stress, merokok, minum alcohol, minum obat-
obatan (efedrin, prednisone, epinefrin).
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah satu
contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang terjadi
akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau
akibat aterosklerosis stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke
ginjal sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan
pelepasan renin, dan pembentukan angiotensin II. Angiotensin II secara
langsung meningkatkan tekanan darah tekanan darah, dan secara tidak
langsung meningkatkan sintesis andosteron dan reabsorpsi natrium.
Apabila dapat dilakukan perbaikan pada stenosis, atau apabila ginjal
yang terkena di angkat, tekanan darah akan kembali ke normal.
Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain
ferokromositoma, yaitu tumor penghasil epinefrin di kelenjar adrenal,
yang menyebabkan peningkatan kecepatan denyut jantung dan volume
sekuncup, dan penyakit cushing, yang menyebabkan peningkatan
volume sekuncup akibat retensi garam dan peningkatan CTR karena
hipersensitivitas system saraf simpatis aldosteronisme primer
(peningkatan aldosteron tanpa diketahui penyebab- nya) dan hipertensi
yang berkaitan dengan kontrasepsi oral juga dianggap sebagai
kontrasepsi sekunder (Aspiani, 2016).

4
C. Manifestasi klinis
Pada umumnya, penderita hipertensi esensial tidak memiliki keluhan.
Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi,
pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, lemas dan
impotensi. Nyeri kepala umumnya pada hipertensi berat, dengan ciri khas
nyeri regio oksipital terutama pada pagi hari. Anamnesis identifikasi faktor
risiko penyakit jantung, penyebab sekunder hipertensi, komplikasi
kardiovaskuler, dan gaya hidup pasien.
Perbedaan Hipertensi Esensial dan sekunder Evaluasi jenis hipertensi
dibutuhkan untuk mengetahui penyebab. Peningkatan tekanan darah yang
berasosiasi dengan peningkatan berat badan, faktor gaya hidup (perubahan
pekerjaan menyebabkan penderita bepergian dan makan di luar rumah),
penurunan frekuensi atau intensitas aktivitas fisik, atau usia tua pada pasien
dengan riwayat keluarga dengan hipertensi kemungkinan besar mengarah ke
hipertensi esensial. Labilitas tekanan darah, mendengkur, prostatisme, kram
otot, kelemahan, penurunan berat badan, palpitasi, intoleransi panas, edema,
gangguan berkemih, riwayat perbaikan koarktasio, obesitas sentral, wajah
membulat, mudah memar, penggunaan obat-obatan atau zat terlarang, dan
tidak adanya riwayat hipertensi pada keluarga mengarah pada hipertensi
sekunder (Adrian, 2019).

5
D. Klasifikasi
Secara klinis hipertensi dapat di klasifikasikan menjadi beberapa
kelompok yaitu:
Table Klasifikasi Hipertensi
Kategoi Sistolik Diastolik
N o. (mmH) (mmH)

1. Optimal <120 < 80


2, Normal 120- 129 80-84
3. High normal 130-139 85-89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan ) 140-159 90-99
Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
Grade 3 ( berat ) 180- 209 100-119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120
Sumber: (Nurarif, 2015)
E. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus
yang bergerak kebawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai factor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepineprin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi.

6
Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula
adrenal menyekresi epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan
renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, vasokontriktor kuat, yang pada
akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume instravaskuler. Semua factor tersebut cenderung
menyebabkan hipertensi (Aspiani, 2016)
F. Penatalaksanaan
1) Laboratorium
a) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
b) Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena
parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut.
c) Darah perifer lengkap
d) Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)
2) EKG
a) Hipertrofi ventrikel kiri
b) Iskemia atau infark miocard
c) Peninggian gelombang P
d) Gangguan konduksi
3) Foto Rontgen
a) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta.
b) Pembendungan, lebar paru
c) Hipertrofi parenkim ginjal
d) Hipertrofi vascular ginjal (Aspiani, 2016)

7
5. Metde
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
6. Media
a. Leaflet
b. Proyektor
c. Slide powerpoint
7. Pengorganisasian
No Unit Kerja Nama Anggota
1 Pemateri Nispi Mauzatul Muspita
Singgi Pebioni
2 Sekertaris Haura Inas Anis
M. Syarif Hidayatullah
Nur Dewi Anggraini
Zakiana Shofwatul Maulana
3 Konsumsi Alan Ariakarna
Anggun Cahyani
Lalu Syahrul Azkian
Lilis Sopiana
4 Perlengkapan Hasriadi
Hasti Titik Sabillah
Popi Purnamasari
Sartini
Tomy
5 Bendahara Vivi Sulastri
Yulinda Rahayu
6 Dokumentasi Haura Inas Anis
Nori Saputra

8. Setting Tempat

8
9. Rencana Pembelajaran
No Waktu Kegiatan panitia Kegiatan peserta
1 5 Menit Pembukaan: 1. Menjawab salam
1. Membuka/memula 2. Mendengarkan
i kegiatan dengan 3. Mendengarkan
mengucapkan 4. Mendengarkan &
salam memperhatikan
2. Memperkenalkan 5. Menjawab pertanyaan
diri
3. Menjelaskan
tujuan dari
penyuluhan
4. Menyebutkan
materi penyuluhan
5. Bertanya kepada
peserta apakah
sudah mengetahui
tentang penyakit
hipertensi

2 15 Menit Pelaksanaan: 1. Mendengarkan.

9
Penyampaian materi: 2. Menjawab pertanyaan
1. Menjelaskan 3. Mendengarkan.
Pengertaian 4. Menjawab
Hipertensi pertanyaan.
2. Memberikan 5. Mendengarkan.
kesempatan kepada 6. Menjawab pertanyaan
peserta untuk 7. Mendengarkan.
bertanya. 8. Menjawab
3. Menjelaskan pertanyaan.
Bagaimana Etiologi
Hipertensi
4. Memberikan
kesempatan kepada
peserta untuk
bertanya.
5. Menjelaskan
Bagaimana
Manifestasi klinis
Hipertensi
6. Memberikan
kesempatan kepada
peserta untuk
bertanya.
7. Menjelaskan
Bagaimana
Klasifikasi
Hipertensi

8. Memberikan

10
kesempatan kepada
peserta untuk
bertanya.
9. Menjelaskan
Bagaimana
Patofisiologi
Hipertensi
10. Memberikan
kesempatan kepada
peserta untuk
bertanya.
11. Menjelaskan
Bagaimana
Penatalaksanaan
Hipertensi
12. Memberikan
kesempatan kepada
peserta untuk
bertanya.
3 5 Menit 1. Menanyakan kepa-
da peserta tentang
materi yang telah
diberikan, dan Menjawab pertanyaan
reinforcement
kepada peserta yang
dapat menjawab.
4 5 Menit 1. Mengucapkan 1. Mendengarkan.
terima kasih atas 2. Menjawab salam.
peran serta-nya
2. Mengucapkan
salam penutup
10. Evaluasi

11
Memberikan pertanyaan teori yang berkaitan dengan Hipertensi
1) Apakaah Pengertaian Hipertensi?
2) Bagaimana Etiologi Hipertensi?
3) Bagaimana Manifestasi klinis Hipertensi?
4) Bagaimana Klasifikasi Hipertensi?
5) Bagaimana Patofisiologi Hipertensi?
6) Bagaimana Penatalaksanaan Hipertensi?
11. Daftar Pustaka
Afiyanti, Yati & Rachmawati, Imami Nur. (2014). Metodologi Penelitian
Kualitatif dalam Riset Keperawatan. Jakarta: Rajawali Press
Arif Muttaqin. (2009). Asuhan Keperawatan Ganguuan Sistem Kardiovaskuler.
Jakarta: PT. Salemba Medika
Baradero, dkk. (2008). Klien Gangguan Kardiovaskuler. Jakarta: EGC Corwin.
(2009). Hipertensi. Jakarta: EGC
Garnadi, Y. (2012). Hidup Nyaman dengan Hipertensi. Jakarta: Agromedia
Herdman. (2012). NANDA. (2012-2014). Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta: EGC
Kemenkes RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI
Kushariyadi. (2010). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta:
Salemba Medika
Muttaqin A. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
Pudiastuti. (2011). Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakarta: Nuha Medika Volume
2. Jakarta: EGC
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

12

Anda mungkin juga menyukai