Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

MEMANDIKAN DAN PERAWATAN TALI PUSAR PADA BAYI

Dosen Pembimbing:
Winda Nurmayani, Skep, Ns, MPH
Disusun Oleh Kelompok 3:

1. Amalia Ridho Rahmani (002 STYC20)


2. Aprizal (006 STYC20)
3. Dandy Irwansyah (008 STYC20)
4. Hasriadi (017 STYC20)
5. Hasti Titik Sabillah (018 STYC20)
6. I Putu Yogi Adhipramana (021 STYC20)
7. M. Syarif Hidayatullah (028 STYC20)
8. Nadila Safitri (030 STYC20)
9. Ninda Aulia (032 STYC20)
10. Popi Purnamasari (039 STYC20)
11. Ria Salfiani (041 STYC20)
12. Tomy (047 STYC20)
13. Vivi Sulastri (050 STYC20)
14. Wiwin Hendriyani (052 STYC20)
15. Yulinda Rahayu (053 STYC20)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN NERS MATARAM 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah subhanahu wa ta’ala yang maha pemurah


dan lagi maha penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat allah
subhanahu wa ta’ala, yang telah melimpahkan hidayah, inayah dan rahmat-nya
sehingga kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul
“Makalah Memandikan Dan Perawatan Tali Pusar Pada Bayi” tepat pada
waktunya.
Penyusunan Makalah ini sudah kami lakukan semaksimal mungkin dengan
dukungan dari banyak pihak, sehingga bisa memudahkan dalam
penyusunannya. Untuk itu kami pun tidak lupa mengucapkan terima kasih dari
berbagai pihak yang sudah membantu kami dalam rangka menyelesaikan
makalah ini.
Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan
bahasa serta aspek-aspek lainnya. Maka dari itu, dengan lapang dada kami
membuka seluas-luasnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberikan
kritik ataupun sarannya demi penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat berharap semoga dari makalah yang sederhana
ini bisa bermanfaat dan juga besar keinginan kami bisa menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat berbagai permasalah lainnya yang masih
berhubungan pada makalah-makalah berikutnya.

Mataram, 23 November 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3 Tujuan Penyusunan Makalah....................................................................3
BAB II TINJAUAN MATERI.................................................................................4
2.1 Memandikan Bayi.....................................................................................4
2.1.1 Definisi..................................................................................................4
2.1.2 Tujuan Memandikan Bayi.....................................................................4
2.1.3 Kapan Sebaiknya memandikan bayi......................................................4
2.1.4 Apa yang Sebaikya Digunakan Untuk Membersihkan Bayi.................5
2.1.5 Prosedur Pelaksanaan Memandikan Bayi..............................................5
2.1.6 Dampak Positif dan Negatif memandikan bayi.....................................8
2.1.7 Faktor Yang mempengaruhi cara memandikan bayi.............................9
2.1.8 Hal hal yang perlu di perhatikan saat memandikan bayi.....................11
2.2 Perawatan Tali Pusat...............................................................................12
2.2.1 Tali Pusat.............................................................................................12
2.2.2 Defenisi Perawatan tali pusat...............................................................12
2.2.3 Tujuan perawatan tali pusat.................................................................12
2.2.4 Penatalaksanaan perawatan tali pusat..................................................13
2.2.5 Danpak positif dan dampak negatif perawatan tali pusat....................15
2.2.6 Cara mencegah infeksi pada tali pusat.................................................15
2.3 Perawatan Sehari-hari..............................................................................16
2.2.7 Pencegahan Infeksi Dan Kecelakaan...................................................16
2.2.8 Perawatan.............................................................................................22
2.2.9 Imunisasi..............................................................................................31
BAB III PENUTUP...............................................................................................33
3.1 Kesimpulan..............................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................34
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu kedokteran semakin hari semakin berkembang, demikian juga
dengan penemuan tentang cara memandikan bayi baru lahir dan perawatan
tali pusat. Dahulu bayi yang baru lahir biasanya langsung dimandikan, baik
itu oleh bidan maupun dukun beranak. Saat itu memandikan bayi yang baru
lahir secara langsung merupakan prosedur dalam bidang kedokteran.
Tujuannya karena bayi yang berlumuran darah, lendir, mekonium atau
kotoran bayi yang warnanya hitam kental, air ketuban, dan lemak berwarna
putih yang kelihatan sangat menjijikkan. Saat ini sudah berubah, sekarang
bayi baru lahir baru dimandikan enam jam dari waktu kelahirannya atau
setelah suhu tubuhnya stabil.
Memandikan bayi adalah suatu cara membersihkan tubuh bayi dengan
air dengan cara menyiram, merendam diri dalam air berdasarkan urut-urutan
yang sesuai. Memandikan bayi baru lahir bukanlah hal yang mudah, terutama
bagi ibu baru. Dibutuhkan ekstra hati-hati serta persiapan yang benar agar
mandi si kecil tak hanya berjalan lancar namun juga menyenangkan bagi
mereka (Naureh, 2009, p.35).
Memandikan bayi memiliki tantangan tersendiri bagi orang tua
terutama bila mereka baru pertama kali mempunyai seorang bayi. Tidak
sedikit dari mereka yang tidak tahu bagaimana cara memandikan bayi
sehingga mereka menyerahkan bayinya kepada pengasuh atau
neneknya (Choirunisa, 2009, p.91).
Memandikan bayi merupakan saat-saat yang menyenangkan untuk
membangun hubungan yang sangat erat antara ibu dan anak. Jika bayi sedang
gelisah, maka mandi dengan air hangat akan menjadi hal yang baik untuk
menenangkan dan membantunya untuk dapat tidur dengan nyaman (Iskarina,
2008, p.67). Mandi mempunyai manfaat yang sangat bagus untuk kebersihan
dan kesehatan bayi, mandi akan memberikan rasa nyaman bagi tubuh bayi

1
(Choirunisa, 2009, p.92). Memandikan bayi adalah cara yang tepat bagi ibu
untuk mengajarkan cara membersihkan tubuh mereka sendiri (Iskarina, 2008,
p.68). Memandikan bayi dengan cara yang salah dapat mengakibatkan
kondisi yang buruk seperti celaka (jatuh dan tenggelam), air masuk ke dalam
telinga atau hidung dan dapat mengalami hipotermi (Deswani, 2010, p.88).
Ada pandangan yang berbeda-beda mengenai bagaimana cara
memandikan dan membersihkan seorang bayi, namun opini umum tampaknya
berpendapat bahwa lebih sedikit lebih baik, beberapa pendapat mengatakan
bahwa bayi anda selama satu bulan cukup diseka. Jika anda ingin
melakukannya, gunakan hanya air, dan jika anda mau, gunakan produk-
produk dengan Ph netral. Selalu baca label dan hindari produk-produk yang
mengandung sulfur, kulit bayi baru lahir sangat halus dan tipis sehingga jika
anda menggunakan produk yang kasar atau berparfum, pelindung kulit dapat
rusak, kulit menjadi kering dan rentan terhadap infeksi. Kulit bayi juga dapat
menyerap beban kimia tertentu yang berperan dalam munculnya beberapa
kondidi seperti eksisim. (Parker catharinr. 2008).
Dalam proses memandikan bayi tentunya tidak terlepas dari perawatan
tali pusat. Tali pusat merupakan saluran kehidupan bagi janin selama ia di
dalam kandungan, sebab selama dalam rahim, tali pusat ini lah yang
menyalurkan oksigen dan makanan dari plasenta ke janin yang berada di
dalam nya. Begitu janin dilahirkan, ia tidak lagi membutuhkan oksigen. Dari
ibunya, karena bayi mungil ini sudah dapat bernafas sendiri melalui
hidungnya. Karena sudah tak diperlukan lagi maka saluran ini harus dipotong
dan dijepit, atau diikat. Perawatan tali pusat adalah perbuatan merawat atau
memelihara pada tali pusat bayi setelah tali pusat dipotong atau sebelum
puput. Tujuan perawatan tali pusat adalah mencegah terjadinya penyakit
tetanus pada bayi baru lahir, agar tali pusat tetap bersih, kuman-kuman tidak
masuk sehingga tidak terjadi infeksi pada tali pusat bayi.

2
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini adapun yang menjadi rumusan masalah antara lain:
1. Bagaimana konsep memandikan bayi?
2. Bagaimana konsep perawatan tali pusat?
1.3 Tujuan Penyusunan Makalah
Adapun tujuan dari penyusunan makalah yaitu agar mahasiswa mampu:
1. Tujuan Umum
a. Mampu menjelaskan tentang konsep memandikan bayi
b. Mampu menjelaskan perawatan tali pusat
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi memandikan bayi
b. Mengetahui tujuan memandikan bayi
c. Mengetahui kapan sebiknya memandikan bayi
d. Mengetahui apa yang sebaikya digunakan untuk membersihkan bayi
e. Mengetahui peralatan memandikan bayi
f. Mengetahui prosedur pelaksanaan memandikan bayi
g. Mengetahui dampak positif dan dampak negatif memandikan bayi
h. Mengetahui faktor yang mempengaruhi cara memandikan bayi
i. Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan saat memandikan bayi

3
BAB II
TINJAUAN MATERI

2.1 Memandikan Bayi


2.1.1 Definisi
Memandikan bayi merupakan upaya yang dilakukan untuk menjaga
agar tubuh bayi bersih, terasa segar, dan mencegah kemungkinan infeksi
(Hidayat, 2009). Prinsip dalam memandikan bayi yang harus
diperhatikan adalah mempertahankan kehangatan bayi setelah
dimandikan dan menjaga agar air tidak masuk ke hidung, mulut atau
telinga yang dapat mengakibatkan aspirasi (Hidayat, 2009).

2.1.2 Tujuan Memandikan Bayi


Memandikan bayi adalah membersihkan kotoran yang menempel pada
tubuh bayi (Rahardjo, 2015). Tujuan memandikan bayi:
1. Memberikan rasa nyaman
2. Memperlancar sirkulasi darah
3. Mencegah infeksi
4. Membersihkan kulit dari darah dan cairan amnion (air ketuban)
5. Meningkatkan daya tahan tubuh
6. Menjaga dan merawat integritas kulit
7. Untuk observasi keadaan kulit bayi
8. Stimulasi dini
9. Untuk observasi keadaan tali pusat dari kemungkinan infeksi

2.1.3 Kapan Sebaiknya memandikan bayi


Memandikan bayi dapat dilakukan minimal 6-24 jam setelah
melahirkna. verniks, suatu zat yang menyerupai lilin yang menutupi bayi
saat lahir, harus dibiarkan terserap ke dalam kulit karena ini merupakan
pelembab yang luar biasa. Jika rambut bayi perlu dicuci, gunakan air dan
sisir saja untuk mengangkat kotoran. Anda dapat membersihkan bagian
atas dan bawah bayi anda dalam beberapa hari pertama, dengan

4
menggunakan kapas (organic jika memungkinkan) dan air, dengan
lembut membasuh mukanya (hati-hati di sekitar area halus sekitar mata)
dan area popok. Ini memungkinkan kulit bayi anda menyesuaikan diri
dengan dunia luar. Kemudian, jika anda memandikan bayi, peganglah
dengan lembut di dalam air, dua atau tiga kali seminggu (Parker
catharinr. 2008)

2.1.4 Apa yang Sebaikya Digunakan Untuk Membersihkan Bayi


Gunakan air dan kapas pada bulan pertama, jika mata bayi anda
menjadi lengket, gunakan kapas yang direndam di dalam air matang yang
sudah didinginkan untuk membersihkan bagian tersebut. dengan lembut
sekah matanya dengan gerakan dari dalam keluar, dengan menggunakan
beberapa lembar kapas baru untuk setiap kali menyeka. Gunakan kapas
untuk menyekabagian luar telinnga dan hidung (Parker catharinr. 2008).

2.1.5 Prosedur Pelaksanaan Memandikan Bayi


Ada dua cara yang dapat digunakan untuk memandikan bayi, yaitu
memandikan bayi dengan cara waslap dan dengan cara rendam (Putra,
2012). Memandikan bayi dengan cara waslap dilakukan jika tali pusat
belum terlepas atau puput dan jika kondisi bayi dalam keadaan sakit,
yang dilakukan dengan menggunakan air hangat dan sabun sesuai prinsip
memandikan bayi (Sodikin, 2009).

5
Tabel 01. SOP cara memandikan bayi (Zakiyyah et al, 2017).
No. Langkah-Langkah Gambar
1. PERSIAPAN :
1. Diruang tertutup : dilakukan di kamar
tidak ber-AC atau ruangan lain asal tidak
terbuka agar bayi tidak kedinginan
2. 2 waslap : 1 untuk menyeka wajah dan
badan; 1 lagi untuk daerah kelamin
3. Kapas : untuk membersihkan kotoran di
sekitar mata, telinga, dan alat kelamin
4. Kassa steril : untuk membungkus tali
pusat yang belum lepas
5. Perlak : diletakkan di meja ganti popok
atau boks atau tempat tidur bayi

2. PERLENGKAPAN :
1. Handuk, sabun dan shampo khusus bayi
2. Kosmetik dan minyak penghangat : bedak
bayi, sisir khusus bayi, minyak telon
3. Pakaian ganti : bedong, baju, dan popok
4. Air hangat : tuang air hangat ke bak
setinggi ¼ bak jika ukuran bak cukup
besar atau ½ bak jika ukurannya kecil.
Ukur kehangatan air dengan
5. mencelupkan siku lengan.

3. CARA MEMANDIKAN :
1. Letakkan bayi di atas perlak, lepaskan
seluruh pakaiannya.
2. Jika tali pusat belum lepas, lepaskan kassa
yang membungkus tali pusat. Jika lengket,
siram dengan air hangat.

3. Jika buang air besar/buang air kecil,


bersihkan dengan kapas
4. Ambil waslap pertama untuk menyeka
wajah, celupkan ke dalam air di bak, peras
sedikit, lalu seka lembut secara berurut :
wajah, lengan, badan, punggung, kaki.

6
5. Ganti dengan waslap kedua, celupkan ke
dalam air di bak, lalu bersihkan daerah
sekitar kelamin.

6. Ganti dengan waslap pertama kembali,


bubuhi sabun; sabuni seluruh tubuh bayi
dari tangan hingga kaki. Usahakan telapak
tangan tidak terkena sabun karena bayi
sering memasukkan tangan ke mulut. Alat
kelamin boleh disabuni (gunakan waslap
kedua).
7. Angkat bayi, masukkan ke dalam bak.
Caranya : selusupkan tangan kiri di bawah
leher dan kepala bayi, ibu jari menutup
telinga kanan dan jari tengah menutup
telinga kiri.

8. Dengan tangan kanan, rapatkan kedua kaki


bayi, posisi telunjuk di antara kedua kaki.

9. Bayi siap diangkat untuk dimasukkan ke


dalam bak mandinya.

4. DALAM BAK MANDI :


10. Posisi bayi di air harus lebih rendah dari
kepala. Lepaskan tangan kanan dari
kakinya, lalu bilas tubuh bagian depan,
tangan dan kaki hingga bersih. Tubuh
bagian belakang bisa dibilas tanpa harus
membalikkan badan bayi.
11. Jika pun ingin mencoba membalikkan
badannya, caranya : lepaskan ibu jari anda
di telinga kanan si kecil, lalu tutup
telinganya dengan ibu jari tangan kanan;
sementara jari tengah/telunjuk kanan
menggantikan jari tengah yang menutup
telinga kanan; telapak tangan kiri tetap
menyangga kepala bayi, lalu balikkan
tubuh bayi ke arah kanan secara perlahan,
baru kemudian telapak tangan kiri
digunakan untuk menyiram tubuh bayi.

7
12. Jika ingin mengeramasi rambut bayi,
lakukan sebelum membilas tubuhnya.
Caranya : beri sedikit shampo di rambut,
usap lembut hingga shampo merata, lalu
bilas dengan air hingga busa shampo tidak
bersisa, diikuti membilas seluruh tubuh
hingga tidak bersisa busa sabun
sedikitpun.

13. Bayi siap diangkat dari bak mandinya.


Kembalikan tangan kanan ke posisi
semula di kaki bayi. Letakkan di atas
handuk. Keringkan dengan lembut dari
wajah, rambut, tangan, tubuh, bagian
kelamin hingga kaki.
5. SENTUHAN AKHIR :
14. Bersihkan tali pusat dengan kapas,
bungkus dengan kassa steril yang kering.
Caranya seperti membedong, yaitu
berbentuk segitiga. Jika tali pusat pendek,
kassa cukup dibuat simpul. Yang penting,
pangkal tali pusat harus tertutup rapat.

15. Gosok seluruh tubuh dengan minyak


telon. Jangan pakai minyak kayu putih
karena terlalu keras untuk kulit bayi yang
sensitif.

16. Bedaki perut dan punggung. Daerah


kelamin tidak perlu dibedaki. Jikapun
mau, tipis saja.

17. Pakaikan popoknya, baju, lalu bedong.


Terakhir, sisir rambutnya.

Waktu yang tepat untuk memandikan bayi adalah sebelum bayi


tidur, karena dapat membuatnya rileks hingga memudahkan bayi tidur.
Hindari memandikan bayi sebelum atau setelah makan karena perut bayi
yang tertekan akan membuatnya muntah (Parker catharinr. 2008).

8
2.1.6 Dampak Positif dan Negatif memandikan bayi
Keuntungan memandikan bayi merupakan saat-saat yang
menyenangkan untuk membangun hubungan yang sangat erat antara ibu
dan anak. Jika bayi sedang gelisah, maka mandi dengan air hangat akan
menjadi akan menjadi hal yang baik untuk menenangkan dan
membantnya untuk dapat tidur dengan nyaman (Iskarina,2008. 67).
Mandi mempunyai manfaat yang sangat bagus untuk kebersihan dan
kesehatan bayi, mandi akan memberikan rasa nyaman bagi tubuh bayi
(Choirunisa,2009.92).
Memandikan bayi adalah cara yang tepat bagi ibu untuk
mengajarkan cara membersihkan tubuh mereka sendiri (Iskarina,2008).
Memandikan bayi harus menggunakan air yang hangat jika
menggunakan air yang dingin akan menakutkan mereka. Gunakan bak
mandi yang khusus untuk memandikan bayi, selalu memegang bayi
secara hati-hati karena bayi akan licin saat dibasahi sehingga ibu harus
memegang bayi secara kuat tetapi harus tetap dengan kelembutan untuk
menjaga bayi agar tidak celaka, jatuh, tenggelam, air juga dapat masuk
kedalam telinga bayi, jangan memandikan bayi terlalu lama karena dapat
menyebabkan perubahan suhu tubuh bayi (hipotermi) dan air juga dapat
masuk lewat hidung (Deswani,2010, p.88).

2.1.7 Faktor Yang mempengaruhi cara memandikan bayi


Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi cara memandikan bayi
diantaranya yaitu:
1. Faktor predisposisi (Predisposing Factors)
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan
yang dapat merubah ke perilaku yang positif (Soekanto, 2009.
5). Tidak semua orang tua berani memandikan bayinya sendiri,
ensiti mereka adalah tidak mengerti cara memandikan bayi
dengan benar. Ketidaktahuan orang tua ini khususnya timbul

9
dari orang tua yang tidak mau tahu bagaimana cara memandikan
bayinya malah menyerahkan bayinya kepada baby sitter atau
kepada orang tua mereka, kurangnya pengetahuan ini karena
latar belakang rendahnya pendidikan (Choirunisa, 2009.79).
b. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita – cita
tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi
kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal
hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoadmodjo
(2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk
juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalan
memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan
(Nursalam, 2003)
pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin
mudah menerima informasi. Pendidikan dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang, tingkat pendidikan dapat berkaitan
dengan kemampuan menyarap dan menerima informasi
kesehatan, demikian jaga orang tua atau ibu. Semakin tinggi
pendidikan seseorang biasanya mempunyai pengetahuan dan
wawasan yang lebih luas sehingga akan lebih mudah menerima
informasi kesehatan. Bagi orang tua yang berpendidikan tinggi
tidak begitu sulit untuk memandikan bayinya sendiri.
Sebaliknya orang tua yang berpendidikan rendah akan lebih sulit
untuk menerima informasi dan pengetahuan kesehatan, oleh
karena itu diperlukan pemahaman yang lebih untuk dapat
memahami informasi dan pengetahun tentang kesehatan.
c. Pengalaman

10
Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami seseorang
yang menambah pengetahuan orang tersebut tentang suatu hal.
Begitu pula ibu nifas yang dulu sudah pernah melahirkan akan
lebih mudah untuk merawat dan memandikan bayinya. Berbeda
dengan ibu nifas yang pertama kali melahirkan mereka akan
canggung untuk merawat bayinya (Soekanto, 2009, 7).

2. Faktor Pendorong
a. Dukungan suami atau keluarga
Peran atau dukungan suami dan keluarga merupakan hal
terpenting dalam proses memandikan bayi yang benar. Kondisi
ibu nifas yang masih lemah apalagi ditambah dengan adanya
luka jahitan perineum yang menyebabkan ibu merasa malas dan
tidak mau untuk memandikan bayinya sendiri. Kondisi saat
inilah dukungan suami dan keluarga dibutuhkan untuk
menambah kepercayaan diri ibu agar mau dan berani
memandikan bayinya sendiri (Setiadi, 2008. 35).

2.1.8 Hal hal yang perlu di perhatikan saat memandikan bayi


Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan saat memandikan bayi
diantaranya yaitu:
1. Cegah bayi kedinginan dan pastikan ruangan dalam keadaan hangat.
2. Memandikan bayi dengan cepat dan hati – hati.
3. Jangan memandikan bayi sesaat setelah bayi disusukan karena dapat
menyebabkan bayi muntah.
4. Bila ada kotoran kering pada kulit bayi, jangan berusaha menggosok
dengan keras karena dapat menyebabkan lecet pada kulit.
5. Amati kondisi bayi.
6. Ajari cara memandikan pada ibu bayi.

11
7. Gunakan sabun susu tanpa parfum, karena zat kimia dan parfum
dapat menyebabkan kulit menjadi merah dan menjadi sensitive.
8. Mandi pertama dilakukan setelah suhu bayi 36,5 C atau setelah 2
jam.
9. Bayi boleh dimadikan dalam bak mandi setelah tali pusat pupus/
lepas /setelah 10 – 12 hari.
10. Bila bayi bab bersihkan dahulu bekas bab agar bayi dapat mandi
dengan nyaman.
2.2 Perawatan Tali Pusat

2.2.1Tali Pusat
Tali pusat dalam istilah medisnya disebut dengan umbilical cord.
Merupakan saluran kehidupan bagi janin selama ia di dalam kandungan,
sebab selama dalam rahim, tali pusat ini lah yang menyalurkan oksigen
dan makanan dari plasenta ke janin yang berada di dalam nya. Begitu
janin dilahirkan, ia tidak lagi membutuhkan oksigen. dari ibunya, karena
bayi mungil ini sudah dapat bernafas sendiri melalui hidungnya. Karena
sudah tak diperlukan lagi maka saluran ini harus dipotong dan dijepit,
atau diikat (Wibowo, 2008). Diameter tali pusat antara 1cm - 2,5cm,
dengan rentang panjang antara 30cm- 100cm, rata-rata 55cm, terdiri atas
alantoin yang rudimenter, sisa-sisa omfalo mesenterikus, dilapisi
membran mukus yang tipis, selebihnya terisi oleh zat seperti agar-agar
sebagai jaringan penghubung mukoid yang disebut jeli whartor. Setelah
tali pusat lahir akan segera berhenti berdenyut, pembuluh darah tali pusat
akan menyempit tetapi belum obliterasi, karena itu tali pusat harus segera
dipotong dan diikat kuat-kuat supaya pembuluh darah tersebut oklusi
serta tidak perdarahan (Retniati, 2010;9).

2.2.2 Defenisi Perawatan tali pusat


Perawatan tali pusat adalah perbuatan merawat atau memelihara
pada tali pusat bayi setelah tali pusat dipotong atau sebelum puput
(Paisal, 2008). Perawatan tali pusat adalah pengobatan dan pengikatan

12
tali pusat yang menyebabkan pemisahan fisik terakhir antara ibu bayi,
kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan steril, bersih, kering, puput
dan terhindar dari infeksi tali pusat (Hidayat,2005).

2.2.3 Tujuan perawatan tali pusat


Tujuan perawatan tali pusat adalah mencegah terjadinya penyakit
tetanus pada bayi baru lahir, agar tali pusat tetap bersih, kuman-kuman
tidak masuk sehingga tidak terjadi infeksi pada tali pusat bayi. Penyakit
tetanus ini disebabkan oleh clostridium tetani yaitu kuman yang
mengeluarkan toksin (Racun), yang masuk melalui luka tali pusat, karena
perawatan atau tindakan yang kurang bersih (Saifuddin, 2001). Menurut
Paisal (2008), perawatan tali pusat bertujuan untuk menjaga agar tali
pusat tetap kering dan bersih, mencegah infeksi pada bayi baru lahir,
membiarkan tali pusat terkena udara agar cepat kering dan lepas.

2.2.4 Penatalaksanaan perawatan tali pusat


Adapun beberapa penatalaksanaan dalam perawatan tali pusat, (Panduan
APN, 2010):
1. Peralatan Yang Dibutuhkan:
a. 2 Air DTT, hangat: 1 untuk membasahi dan menyabuni, 1 untuk
membilas
b. Washlap kering dan basah
c. Sabun bayi
d. Kassa steril
e. 1 set pakaian bayi
2. Prosedur Perawatan Tali Pusat:
a. Cuci tangan.
b. Dekatkan alat.
c. Siapkan 1 set baju bayi yang tersusun rapi, yaitu: celana, baju,
bedong yang sudah digelar.
d. Buka bedong bayi.
e. Lepas bungkus tali pusat.

13
f. Bersihkan/ ceboki dengan washlap 2-3x dari bagian muka
sampai kaki/ atas ke bawah.
g. Pindahkan bayi ke baju dan bedong yang bersih.
h. Bersihkan tali pusat, dengan cara:
1) Pegang bagian ujung
2) Basahi dengan washlap dari ujung melingkar ke batang
3) Disabuni pada bagian batang dan pangkal
4) Bersihkan sampai sisa sabunnya hilang
5) Keringkan sisa air dengan kassa steril.
6) Tali pusat tidak dibungkus.
i. Pakaikan popok, ujung atas popok dibawah tali pusat, dan
talikan di pinggir. Keuntungan: Tali pusatnya tidak lembab, jika
pipis tidak langsung mengenai tali pusat, tetapi ke bagian popok
dulu.
j. Bereskan alat.
k. Cuci tangan.

Menurut rekomendasi WHO, cara perawatan tali pusat yaitu cukup


membersihkan bagian pangkal tali pusat, bukan ujungnya, dibersihkan
menggunakan air dan sabun, lalu kering anginkan hingga benar-benar
kering. Untuk membersihkan pangkal tali pusat, dengan sedikit diangkat
(bukan ditarik). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tali pusat
yang dibersihkan dengan air dan sabun cenderung lebih cepat puput
(lepas) dibanding tali pusat yang dibersihkan menggunakan alkohol.

14
Selama sebelum tali pusat puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan
dengan cara dicelupkan ke dalam air, cukup dilap saja dengan air hangat.
Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya 2x sehari selama balutan atau
kain yang bersentuhan dengan tali pusat tidak dalam keadaan kotor atau
basah. Tali pusat juga tidak boleh dibalut atau ditutup rapat dengan
apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat
puputnya tali pusat, juga dapat menimbulkan resiko infeksi. Intinya
adalah membiarkan tali pusat terkena udara agar cepat mengering dan
terlepas.

2.2.5 Danpak positif dan dampak negatif perawatan tali pusat


Dampak positif dari perawatan tali pusat adalah bayi akan sehat
dengan kondisi tali pusat bersih dan tidak terjadi infeksi serta tali pusat
pupus lebih cepat yaitu antara hari ke 5-7 tanpa ada komplikasi (Hidayat,
2005). Dampak negatif perawatan tali pusat adalah apabila tali pusat
tidak dirawat dengan baik, kuman-kuman bisa masuk sehingga terjadi
infeksi yang mengakibatkan penyakit Tetanus neonatorum.
Penyakit ini adalah salah satu penyebab kematian bayi yang terbesar
di Asia Tenggara dengan jumlah 220.000 kematian bayi, sebab masih
banyak masyarakat yang belum mengerti tentang cara perawatan tali
pusat yang baik dan benar (Dinkes RI, 2005). Cara persalinan yang tidak
steril dan cara perawatan tali pusat dengan pemberian ramuan tradisional
meningkatkan terjadinya tetanus pada bayi baru lahir (Retniati, 2010;11).

2.2.6 Cara mencegah infeksi pada tali pusat


Cara penanggulangan atau pencegahan infeksi pada tali pusat meliputi:
1. Penyuluhan bagi ibu pasca melahirkan tentang merawat tali pusat
2. Memberikan latihan tentang perawatan tali pusat pada ibu pasca
persalinan.
3. Instruksikan ibu untuk selalu memantau keadaan bayinya.
4. Lakukan perawatan tali pusat setiap hari dan setiap kali basah atau
kotor. (Arin & Akbar, 2009).

15
Upaya ini dilakukan dengan cara merawat tali pusat yang berarti
menjaga agar luka tersebut tetap bersih, tidak terkena air kencing,
kotoran bayi atau tanah. Pemakaian popok bayi diletakan di sebelah
bawah tali pusat. Apabila tali pusat kotor, cuci luka tali pusat dengan air
bersih yang mengalir dengan sabun, segera dikeringkan dengan kain kasa
kering dan dibungkus dengan kasa tipis yang steril dan kering. Dilarang
membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu dapur dan sebagainya
pada luka tali pusat, sebab akan menyebabkan infeksi dan tetanus yang
dapat berakhir dengan kematian neonatal. Tanda-tanda infeksi tali pusat
yang harus diwaspadai antara lain kulit sekitar tali pusat berwarna
kemerahan, ada pus atau nanah dan berbau busuk. Mengawasi dan segera
melaporkan ke dokter jika pada tali pusat ditemukan perdarahan,
pembengkakan, keluar cairan, tampak merah/bau busuk (Rahardjo,
2015). Telah banyak di lakukan uji klinis untuk membandingkan cara
perawatan tali pusat agar tidak terjadi peningkatan infeksi yaitu dengan
membiarkan luka tali pusat terbuka dan membersihkan luka hanya
dengan air (Rahardjo, 2015).
Negara-negara yang beriklim tropis perlu mewaspadai penggunaan
alkohol yang dulunya populer dan efektif untuk membersihkan tali pusat
karena sesungguhya alkohol akan mudah menguap di daerah panas dan
dengan demikian efektifitasnya akan menurun. Begitupun dengan bedak
antiseptik. Jadi cara yang paling efektif adalah dengan membiarkan tali
pusat tetap terbuka, mengering dan hanya di bersihkan setiap hari dengan
air bersih. Perawat dan bidan perlu memberikan informasi ini pada tiap
ibu agar tidak terjadinya infeksi karena terjadinya peningkatan
kelembaban pada kulit bayi (Rahardjo, 2015).
2.3 Perawatan Sehari-hari

2.2.7 Pencegahan Infeksi Dan Kecelakaan


1. Pengertian infeksi

16
Infeksi adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya
terjadi pada bulan pertama kehidupan yang menyebar ke seluruh
tubuh bayi baru lahir terjadi pada masa neonatal, intranatal dan
postnatal. Infeksi merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang
menyebar melalui darah dan jaringan lain. Infeksi terjadi pada
kurang dari satu persen bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab
dari 30 persen kematian pada bayi baru lahir (Sembiring, 2019).
Gejala bayi yang mengalami infeksi adalah malas minum, bayi
tertidur, tampak gelisah, pernafasan cepat, berat badan cepat
menurun, terjadi diare dengan segala manifestasinya, panas badan
bervariasi sampai meningkat, pergerakan aktivitas bayi makin
menurun (Manuaba, 2012).
2. Klasifikasi infeksi
a. Pembagian infeksi menurut waktu terjadinya (Sembiring, 2019):
1) Infeksi dini
Infeksi dini terjadi dalam tujuh hari pertama kehidupan.
Biasanya didapat dari organisme pada saluran genital ibu
dan atau cairan amnion.
2) Infeksi lanjutan
Terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat
dari lingkungan pasca lahir. Biasanya didapat dari kontak
langsung atau tak langsung dengan organisme yang
ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi.
b. Pembagian infeksi menurut besarnya masalah (Saifuddin, 2014)
1) Infeksi berat
a) Sepsis Neonatorum
Sepsis Neonatorum adalah sindrom klinis yang
timbul akibat respon Systemic Imflamatory Respons
Syndrome (SIRS) yang terjadi akibat infeksi bakteri,
virus, jamur ataupun parasit yang timbul pada 1 bulan
pertama. Anamnesis yang dilakukan untuk menegakkan

17
diagnose bayi mengalami sepsis yaitu tergantung faktor
risiko mayor dan faktor risiko minor (RSUD Wangaya,
2018).
Faktor risiko mayor seperti ketuban pecah lebih
dari 24 jam, Ibu demam saat intrapartum dimana suhu
ibu lebih dari 38ºC, korioamnionitis, denyut jantung
janin menetap atau lebih dari 160 kali permenit dan
ketuban berbau. Faktor risiko minor seperti ketuban
pecah lebih dari 12 jam, Ibu mengalami demam saat
intrapartum dimana suhu ibu lebih dari 37,5ºC, nilai
APGAR rendah, berat badan kurang dari 1500 gram,
usia gestasi kurang dari 37 minggu, kehamilan ganda.
keputihan yang tidak diobati, Infeki Saluran Kemih
(ISK) atau tersangka ISK yang tidak diobati (RSUD
Wangaya, 2018).
Untuk menegakkan diagnosa infeksi kriteria adalah
minimal bayi mengalami satu faktor risiko mayor atau
dua faktor risiko minor, bayi mengalami perburukan
kondisi dengan respirasi lebih dari 60 kali permenit
dengan atau tanpa retraksi dada, bayi mengalami
instabilitas suhu, capillary reffil time lebih dari tiga
detik. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan
didapatkan minimal positif pada dua pemeriksaan
dengan atau tanpa hasil kultur darah yang positif
(RSUD Wangaya, 2018).
Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan adalah
septic maker yang meliputi darah lengkap untuk
mengetahui hitung leukosit, neutrofil absolute dan
trombosit, IT rasio untuk mengetahui rasio neutrofil
imatur dengan neutrofil total dan procalsitonin (RSUD
Wangaya, 2018).

18
b) Meningitis
Meningitis biasanya didahului sepsis dan disertai
dengan kejang, fontanel menonjol, kaku kuduk dan
opistotonus. Setiap pasien sepsis harus dilakukan
lumbal punksi. Dalam melakukan lumbal punksi
penilaian likuor serebrospinal sangat menentukan
derajat infeksi. Jika jumlah sel lebih dari 20 per mm3
dan hasil nonne dan pandy positif, dokter bisa
menegakkan diagnosameningitis (Manuaba, 2012).
c) Pneumonia
Diagnosis pneumonia ditegakkan dengan
pemeriksaan radiologi thoraks. Tanda dan gejala sangat
khas yaitu bayi batuk, sesak nafas, kesulitan nafas, dan
tampak lemah (Manuaba, 2012).
d) Diare
Diare adalah bertambahnya frekuensi buang air
besar lebih dari tiga kali perhari dan berubahnya
konsistensi menjadi lunak atau bahkan cair dengan atau
tanpa darah dan atau lendir berlangsung kurang dari
minggu (RSUD Wangaya, 2018).
e) Tetanus Neontorum
Penyebab penyakit ini ialah clostridium tetani.
Masa inkubasi biasanya tiga sampai 10 hari. Gejala
permulaan ialah kesulitan minum karena terjadi
trismus. Mulut mencucu seperti ikan sehingga tidak
dapat minum dengan baik. Kemudian dapat terjadi
spasmus otot yang luas dan kejang umum. Leher
menjadi kaku dan dapat terjadi opistotonus, disertai
dengan suhu yang meningkat (Saifuddin, 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Meliya dkk di
RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2012 dari 262 bayi

19
78.6% mengalami infeksi berat dan 21,4% mengalami
infeksi ringan. Penyakit tertinggi yang diderita bayi
adalah sepsis neonatorum sebanyak 38,2%. Penelitian
yang dilakukan Putra tahun 2012 di RSUP Sanglah
Denpasar 42% kematian bayi disebabkan oleh infeksi
berat. Hasil penelitian Aulia Rahma dkk tahun 2015 di
RSUD Sidoarjo bahwa awal Januari 2015 dari 35 bayi
yang lahir 17 mengalami infeksi.
2) Infeksi Ringan
a) Omfalitis
Ujung pusat seringkali kena infeksi staphylococcus
aureus biasanya mengeluarkan nanah dan sekitarnya
merah serta ada edeme. Pada keadaan yang berat
infeksi dapat menjalar ke hepar melalui ligamentumdan
menyebabkan abses yang berlipat ganda (Saifuddin,
2014).
b) Moniliasis
Kandida albikans merupakan jamur yang sering
ditemukan pada bayi. Infeksi mula mula terdapat
dimulut kemudian di esofagus dan ditraktus digestifus.
Jika terjadi seperti ini bisa menyebabkan diare
(Saifuddin, 2014).
3. Penyebab infeksi
a. Infeksi bacterial
Infeksi perinatal dapat disebabkan oleh berbagai bakteri
seperti escherichia coli, pseudomonas pyocyaneus, lensielia,
staphylococcus aureus, dan coccus gonococcus (Sembiring,
2019).
b. Infeksi virus
Yang sering menyebabkan infeksi kongenital/transplasenta
antara lain Cytomegalo Virus (CMV), rubella, parvo virus, HIV.

20
Sedangkan yang sering menyebabkan infeksi yang didapat
antara lain herpes simplex virus, varicella- zoster virus,
hepatitis, Respiratory Syncial Virus (RSV) (Sembiring, 2019).
c. Infeksi parasit / jamur
Sering disebabkan oleh kandida yang dapat bersifat infeksi
lokal maupun sistemik, infeksi biasanya adalah infeksi yang
didapat. Infeksi kongenital yang sering ditemukan adalah
toxoplasma dan syphilis, keduanya sering menimbulkan
kelainan/cacat kongenital (Sembiring, 2019).
4. Faktor-faktor predisposisi infeksi pada bayi baru lahir
a. Faktor maternal
Status sosial ekonomi ibu ras dan latar belakang cendrung
mempengaruhi terjadinya infeksi pada bayi. Ibu yang berstatus
sosio ekonomi rendah menyebabkan nutrisi dan status gizinya
tidak baik. Selain status sosial ekonomi faktor jumlah paritas
ibu, umur ibu, kurangnya perawatan prenatal, ketuban pecah
dini dan prosedur selama persalinan (Sembiring, 2019).
b. Faktor neonatal
Prematuritas merupakan faktor risiko utama untuk infeksi
neonatal umumnya imunitas kurang bulan lebih rendah dari bayi
cukup bulan. Laki-laki dan kehamilan kembar juga ikut
mempengaruhi. Insiden infeksi pada bayi laki- laki empat kali
lebih besar dari bayi perempuan, menegaskan kemungkinan
adanya faktor-faktor seks (Sembiring, 2019).
5. Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang
harus pada bayi karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi.
Pada saat penanganan bayi baru lahir, pastikan penolong untuk
melakukan tindakan untuk pencegahan infeksi. Tindakan
pencegahan infeksi pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut:

21
a. Mencuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan
kontak dengan bayi.
b. Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi.
c. Memastikan semua peralatan, termasuk klem, gunting, dan
benang tali pusat telah disinfeksi tingkat tinggi atau steril. Jika
menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru.
Jangan pernah menggunakan bola karet penghisap untuk lebih
dari satu bayi.
d. Memastikan timbangan, thermometer, stetoskop yang akan
bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi
dan cuci setelah digunakan).
e. Mengajurkan ibu menjaga kebersihan, terutama payudaranya,
dengan mandi setiap hari (puting susu tidak boleh disabun).
f. Membersihkan bagian wajah maupun badan bayi dengan air
bersih, hangat, dan sabun setiap hari.
g. Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan
memastikan orang yang memegang bayi sudah mencuci tangan
sebelumnya (Setiyani dkk, 2016).
6. Penatalaksanaan infeksi
Apabila suhu bayi tinggi lakukan kompres hangat, berikan Air
Susu Ibu (ASI) perlahan-lahan, perawatan sumber infeksi seperti
memberikan salep yang mengandung neomicin dan bacitracin pada
tali pusar yang mengalami infeksi. Pemberian salep mata gentamicin
pada bayi baru lahir. Jika terjadi infeksi lanjutan segera berikan
antibiotik sesuai indikasi (Sembiring, 2019).

2.2.8 Perawatan
1. Perawatan segera setelah bayi lahir lahir (BBL)
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat badan 2500gram sampai 4000
gram. (Asuhan Kebidanan anak dalam kontek keluarga: 1993).

22
Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan
pada bayi pada jam pertama setelah kelahiran, dilanjutkan sampai 24
jam setelah lahir. (PPKC: 2004).
Penanganan bayi dilakukan sejak kepala mulai keluar dari jalan
lahir, yaitu dengan melakukan pembersihan lendir serta cairan yang
berada di sekitar mulut dan hidung dengan kapas atau kasa steril.
Kemudian kelopak matanya dibersihkan dengan kapas atau kasa
steril satu demi satu, dimulai dari dalam ke luar. Sesudah bayi lahir
lengkap, saat lahir segera dicatat dengan jam waktu (stop-watch).
Kemudian kedua kaki bayi dipegang dengan satu tangan, sedangkan
tangan yang lain memegang kepala bayi yang lebih rendah daripada
kaki dengan posisinya dalam ekstensi sedikit untuk memungkinkan
cairan atau lendir mengalir keluar dari trakea dan farings. Sementara
itu seorang membantu menghisap lendir dan cairan dengan alat
penghisap lendir.
Bayi sehat akan menangis dalam waktu 30 detik; tidak perlu
dilakukan apa-apa lagi oleh karena bayi mulai bernafas dan warna
kulitnya kemerah-merahan. Kemudian bayi diletakkan mendatar
kira-kira sama tingginya dengan atau sedikit di bawah introitus
vaginae. Bila mulut bayi masih belum bersih dari cairan dan lendir,
pengisapan lendir diteruskan, mula-mula dari mulut, kemudian dari
lubang hidung, supaya jalan nafas bebas dan bayi dapat bernafas
sebaik- baiknya.
2. Jenis-jenis perawatan
a. Menjaga kehangatan
Jaga kehangatan bayi dengan metode kanguru Bayi belum
mampu mengatur tetap suhu badannya dan membutuhkan
pengaturan diluar untuk membuat bayi tetap hangat. Menjaga
kehangatan bayi baru lahir merupakan suatu hal yang sangat
penting, dengan cara membungkus atau membedong bayi rapat-
rapat dan kepalanya ditutup agar membantunya merasa aman

23
dan hangat. Hal ini membuat bayi tidur lebih nyenyak dan lama
jika mereka dibungkus. Bai mengalami hipotermia, meskipun
berada dalam ruangan hangat.
Tujuan menjaga kehangatan:
1) Untuk mengurangi kehilangan panas tubuh.
2) Membuat bayi merasa aman dan hangat diantaranya dengan
cara membungkus bayi, yaitu: cara membungkus bayi
dengan aman dalam selimut persegi. Pertama-tama lipat
salah satu ujung
3) selimut hingga ke tengah, letakkan kepala bayi ke tengah
dari selimut yang dilipat, bungkus kepala bayi terlebih
dahulu lalu dilipat ujung yang bersebrangan dengan yang
dilipat sebelumnya ke kaki bayi. Kemudian tutupkan dua
ujung lain ke tubuh bayi satu persatu.
4) Membuat bayi tidur lebih nyenyak.
b. Perawatan tali pusat
Tidak boleh dibubuhkan apapun dan hendaknya tali pusat
dibiarkan membuka agar tetap kering. Ketika bayi masih berada
dalam kandungan ibu, ia mendapatkan makanan dan udara
melalui pembuluh-pembuluh darah yang mengalir didalam tali
pusat. Begitu lahir, dokter atau bidan akan menjepit tali
pusatnya, memotong kira-kira 3 cm dari pusat bayi (Depkes RI,
2004, Asuhan Persalinan Normal). Agar bagian tali pusat yang
menempel pada perut bayi tidak terinfeksi maka harus selalu
dibersihkan juga agar tetap kering dan bersih. Sisa-sisa tali pusat
ini akan terlepas dalam waktu 7-10 hari, kadang-kadang 3
minggu baru terlepas. Setelah terlepas tali pusat ini akan
meninggalkan bercak yang kasar, yang memerlukan waktu
beberapa hari lagi (kadang-kadang beberapa minggu) untuk
mengering dan sembuh. Penyembuhan yang berlangsung lambat
akan menyebabkan bercak kasar ini bertambah tebal dengan

24
jaringan yang disebut jaringan granulasi yaitu jaringan baru
yang tumbuh, jika ada luka, maksudnya untuk menggantikan
jaringan lama yang rusak. Jaringan granulasi yang berlebih akan
lebih menonjol dari kulit sekitarnya.
Bercak ini harus dirawat dengan teliti dan dijaga
kebersihannya, sehingga kuman-kuman tidak dapat menginfeksi
luka ini. Jangan bubuhkan apapun pada luka ini, yang perlu
dilakukan adalah menjaga agar bekas ini tetap kering. Usahakan
jika bayi mengompol, urin yang membasahi popok tidak
mengenai luka ini, pastikan popok bayi tidak bergesekan dan
mengiritasi pusat. Jika perlu tekuk popok ke bawah untuk
menghindari sentuhan dengan pusar. Apabila melihat satu atau
dua tetes darah keluar dari ujung tali pusar atau sekitarnya terasa
panas, memerah atau tampak luka agak bengkak, bernanah. Ini
menunjukan tanda-tanda infeksi dan konsultasikan dengan
dotkter atau bidan. Menjelang kesembuhannya, tali pusat akan
berubah warna menjadi hitan bagian ini akan lepas dengan
sendirinya antara satu sampai empat minggu. Beberapa
professional menyarankan mengusapnya dengan alcohol dengan
kain atau bola kapas yang diberi alcohol steril, sedangkam yang
lain cenderung menyarankan membiarkannya begitu saja,
membersihkan sekelilingnya saja dan proses alamiah yang akan
mengambil alih penyembuhannya.
Cara perawatan tali pusat adalah sebagai berikut:
1) Hindari pembungkusan tali pusat.
2) Jangan mengoleskan salep apaun atau zat lain ke tampuk
tali pusat.
3) Lipat popok dibawah tali pusat.
4) Jika punting tali pusat kotor, cuci secara hati-hati dengan air
matang (DTT) dan sabun. Keringkan secara seksama
dengan kain bersih.

25
5) Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan
perawatan tali pusat menjadi merah atau mengeluarkan
nanah atau darah.
6) Jika pusar menjadi merah atau mengeluarkan nanah atau
darah, segera rujuk bayi tersebut ke fasilitas yang mampu
untuk memberikan asuhan bayi baru lahir secara lengkap.
c. Perawatan mata
Mata selalu dibersihkan secara teratur oleh air mata yang
terus menerus dibentuk dan dialirkan ke seluruh bola mata,
maka dalam kondisi normal mata tidak perlu perawatan khusus.
Jadi tidak perlu meneteskan obat mata apapun jika mata bayi
selalu sehat. Yang perlu dilakukan adalah membersihkan
kotoran di sudut mata setiap bangun tidur terutama di pagi hari.
Cara merawatnya adalah degan menggunakan kapas bersih
atau cuttonbuds yang sudah dicelupkan ke dalam air bersih.
Kemudian bersihkan pelan-pelan pelupuk mata dan ujung luar
mata.
d. Perawatan telinga
Telinga bayi memerlukan perawatan khusus, yang perlu
dilakukan adalah;
1) Jagalah agar air tidak masuk ke liang telinga terutama pada
saat mandi.
2) Bersihkan daun telingan dengan menggunakan cotton buds.
3) Lakukan hal ini pada waktu mandi.
4) Perlu dicurigai apabila bayi rewel, demam dan menarik-
narik atau meraba-raba samping muka, kemunkinan adanya
sakit pada telinga (infeksi telinga) hal ini sering terjadi pada
bayi dan anak. Jika demikian, sebaiknya cepat
menghubungi tenaga medis lainnya. (Meser, 2007:286)/
e. Perawatan hidung

26
Bayi hanya bias bernafas melalui hidung, sehingga bila
hidung tersumbat oleh kotoran, ia akan megalami kesukaran
bernafas. Hidung dapat dibersihkan dari kotoran-kotoran dengan
cara:
1) Gunakan cotton buds/ujung tanduk yang agak basah,
sehingga kotoran menjadi lunak.
2) Setelah lunak kotoran dikorek dengan kapas bersih yang
digulung kecil atau dengan cotton buds.
f. Perawatan mulut
Perawatan mulut bayi tidak diperlukan perawatan khusus,
yang perlu dilakukan adalah dengan membersihkan gusi apabila
mulut bayi terlihat kotor. Caranya adalah paling tidak dua kali
sehari gosoklah gusi bayi dengan lembut menggunakan kain
yang bersih dan basah (Suryabudhi, 1997:96).
g. Memandikan
Tunda untuk memandikan bayi hingga sedikitnya 6 jam
setelah lahir. Memandikan bayi pada beberapa jam pertama
dapat mengarah pada kondisi hipotermia dan sangat
membahayakan keselamatan bayinya (Depkes RI, 2004). Pada
bulan-bulan pertama, bayi biasanya dimandikan pada jam 09.30
– 10.10, untuk memandikannya pakailah air yang cukup hangat
karena suhu tubuh bayi terpengaruh dan mudah berubah
(Suryabudhi, 2000: 163).
Saat melakukan persiapan untuk memandikan bayi, ikuti
rekomendasi-rekomendasi berikut:
1) Tunggu sedikitnya enam jam setelah bayi lahir, sebelum
memandikan bayi. Waktu tunggu menajdi lebih lama jika
bayi mengalami asfiksia dan hipotermia.
2) Sebelum memandikan bayi, pastikan bahwa temperature
tubuh bayi telah stabil (temperature akasila antara 36,50C-
37,50C). jika temperature tubuh bayi dibawah 36,50C,

27
selimuti kembali tubuh bayi secara longgar, tutupi bagian
kepalanya dan tempatkan bayi bersama ibunya di tempat
tidur atau lakukan kontak kulit langsung bayi- ibu kemudian
selimuti keduanya. Tunda waktu untuk memandikan bayi
hiingga temperature tubuh bayi tetap stabil paling sedikit
setelah satu jam dilakukan observasi.
3) Jangan memandikan bayi yang mengalami masalah
pernafasan.
4) Sebelum memandikan bayi, pastikan ruangan tersebut
hangat dan tidak ada hembusan angin. Siapkan handuk
bersih dan kering untuk mengeringkan bayi dan beberapa
lembar kain atau selimut bersih dan kering untuk
menyelimuti bayi setelah dimandikan.
5) Mandikan bayi secara cepat dengan air yang bersih dan
hangat.
6) Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih
dan kering.
7) Ganti handuk yang basah dan segera selimuti kembali bayi
dengan kain atau selimut bersih dan kering secara longgar.
Pastikan bagian kepala bayi ditutupi dengan baik (bayi
baringkan dalam dekapan ibunya dan selimuti dengan baik).
8) Tempatkan bayi ditempat tidur yang sama dengan ibunya
dan anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya (Depkes RI,
2004 Asuhan Persalinan Normal) Pemberian ASI.
h. Menyusui bayi
Secara alamiah menyusui bayi adalah cara yang terbaik
dalam memenuhi kebutuhan gizi bayi, hal ini menimbulkan
hubungan yang sangat penting untuk pertumbuhan psikologis
bayi yang sehat.
1) Pemberian ASI memiliki beberapa keuntungan:
a) Merangsang produksi air susu ibu (ASI).

28
b) Memperkuat reflex menghisap (reflex menghisap awal
pada bayi, paling kuat dalam beberapa jam pertama
setelah lahir). Memulai pemberian ASI secara dini akan
memberikan pengaruh yang positif bagi keehatan bayi.
c) Mempromosikan hubungan emosional antara ibu dan
bayinya.
d) Memberikan kekebalan pasif segera kepada bayi
melalui kolostrum.
e) Merangsang kontraksi uterus.
2) Pedoman pada ibu saat menyusui:
a) Mulai menyusui segera setelah lahir, dalam 30 menit
pertama.
b) Jangan berikan makanan atau minuman lain kepada
bayi (misalnya air, madu, larutan gula atau pengganti
susu ibu) kecuali ada indikasi yang jelas (atas alasan-
alasan medis).
c) Berikan ASI saja selama enam bulan pertama
kehidupannya.
d) Berikan ASI pada bayi sesuai dengan kebutuhannya,
baik siang maupun malam selama bayi
menginginkannya.
3) Posisi yang tepat untuk menyusui
Posisi yang tepat untuk bayi, sangan penting dalam
menjamin keberhasilan pemberian ASI dan mencegah lecet
atau retak pada putting susu. Periksa, bahwa ibu telah
meletakkan bayinya pada posisi yang tepat dan bayi
melakukan kontak dengan ibunya secara benar. Berikan
bantuan dan dukungan jika ibu memerlukannya, terutama
jika ibu baru pertama kali menyusukan atau ibu berusia
sangat muda.
4) Memeluk bayi dan mulai menyusukan bayinya

29
a) Beritahu pada ibu untuk memeluk tubuh bayi secara
lurus agar muka bayi menghadap ke payudara ibu
dengan hidung bayi didepan putting susu ibu. Posisinya
harus sedemikian rupa sehingga perut bayi menghadap
ke perut ibu. Ibu harus menopang seluruh tubuh bayi,
tidak hanya leher dan bahunya.
b) Beritahu pada ibu untuk mendekatkan bayinya ke
payudara jika bayi tampak siap untuk menghisap
putting susu. Tanda-tanda siap menyusu adalah apabila
bayi membuka mulut, mencari, menoleh dan bergerak
mencari sesuatu.
c) Tunjukan pada ibu bagaimana membantu bayinya
untuk menempelkan mulut bayi pada putting susu.
d) Beritahu pada ibu untuk:
1. Menyentuhkan bibir bayi dengan putting susunya.
2. Menunggu hingga mulut bayi terbuka lebar.
3. Mendekatkan bayi cepat ke payudaranya sehingga
bibir bawah bayi tepat dibaeah putting susu.
e) Nilai positif menyentuhkan mulut bayi pada putting
payudara dan caranya menghisap:
1. Dagu menyentuh payudara ibu.
2. Mulut terbuka lebar.
3. Mulut bayi menutupi seluas munkin areola (tidak
hanya puttingnya saja).
4. Bibir bayi bagian bawah melengkung ke luar.
5. Bibir menghisap dengan perlahan dan kuat, serta
kadang-kadang berhenti.
6. Tidak terdengar suara apapun kecuali suara bayi
menelan.
7. Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat,
tempatkan bayi dilingkingan yang hangat. Idelanya

30
bayi ditempatkan ditempat tidur yang sama dengan
ibunya. Menempatkan bayi beersama ibunya
adalah cara yang paling mudah untuk

31
2.2.9Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara memproduksi imunitas aktif buatan
untuk melindungi diri melawan penyakit tertentu dengan memasukan
suatu zat ke dalam tubuh melalui penyuntikan atau secara oral. Berikut
ini adalah jadwal imunisasi anak rekomendasi Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) periode 2004 (revisi September 2003).
Umur Vaksin Ketera
ngan
Saat Hepatit HB-1 harus diberikan salam waktu 12 jam
lahir
is B-1 setelah bayi lahir. Dilanjutkan pada umur 1
dan 6 bulan. Apabila status HbaAg-B ibu
positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir
diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan dengan
vaksi HB-1. Apabila semula status HbaAg ibu
tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan
selanjutnya diketahui bahwa ibu HbaAg psotif
maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml
sebelum bayi berumur 7 hari.
Polio - 0 Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama.
Untuk bayi yang lahir di RS/RB polio oral
diberikan saat bayi dipulangkan (untuk
menghindari transmisi virus vaksin kepada
bayi lain)
1 Hepatit Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval
bulan
is B-2 HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan.Bayi premature
bila ibu HBsAg (-) imunisasi ditunda
sampai bayi berusia 2 bulan atau berat badan
2000 gram.

32
0-2 bulan BCG BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila
BCS akan diberikan pada umur > 3 bulan
sebaiknya dilakukan uji tuberculin terlebih
dahulu dan BCG diberikan apabila uji
tuberculin negative. Vaksin BCG ulangan
tidak dianjurkan oleh karena manfaatnya
diragukan.
2 bulan DTP-1 DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6
minggu,dapat dipergunakan DTwp atau DTap.
DTP-1 dengan interval 4-6 minggu.

Polio-1 Polio- 1 dapat diberikan bersamaan dengan


DTP-1 Interval pemberian polio 2,3,4 tidak
kurang dari 4 minggu. Vaksin polio ulangan
diberikan satu tahun sejak imunisasi polio 4
selanjutnya umur 5- 6 tahun.

33
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Memandikan bayi dan perawatan tali pusat merupakan proses
perawatan yang penting pada bayi. Keduanya memiliki tujuan atau dampak
yang baik agi bayi yaitu menjaga bayi agar tetap bersih, nyaman, sehat,
sirkulasi darah lancar dan perawatan tali pusat bertujuan agar bayi terhindar
dari penyakit penyakit atau infeksi lainnya. Memandikan bayi dan perawatan
tali pusat dilakukan harus dengan sesuai prosedur yang tepat agar proses
keduanya dapat mencapai tujuan yang maksimal. Terdapat beberapa standar
operasional prosedur yang perlu diperhatikan dalam memandikan bayi dan
perawatan tali pusat. Oleh karena itu, di dalam makalah ini di bahas lengkap
mengenai prosedural memandikan bayi dan perawatan tali pusat.

34
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Saifudin, 2001, Metode Penelitian Pendidikan. Pustaka Belajar,


Yogyakarta

Arin & Akbar. (2009). Cara Perawatan Tali Pusat. Jakarta: Rineka Cipta

Depkes RI. 2010. Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI.

Deswani, Kasim. 2010. Panduan Praktek Klinik dan Laboratorium


Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2005. Pengantar ilmu keperawatan anak, Edisi 1.


Salemba Medika: Jakarta.

Marmi, S.ST & Kukuh Rahardjo.2015. Asuhan neonatus, bayi, balita, dan anak
prasekolah. yokyakarta: pustaka pelajar

Paisal. 2008. Perawatan Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC

Retniati, Tika R. (2010). Perbedaan Lama Pelepasan Tli Pusat pada BBL yang
dirawat Menggunakan Kassa Steril Dibandingkan dengan Kassa
Alkohol 70%. Semarang. UNIMUS

Zakiyyah, M., Ekasari, T., & Hanifah, I. (2017). Pendidikan Kesehatan Dan
Pelatihan Memandikan Bayi. J-PENGMAS (Jurnal Pengabdian
kepada Masyarakat), 1(1).

35

Anda mungkin juga menyukai