Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH EVIDENCE TERKAIT ASUHAN KEBIDANAN

“ BAYI BARU LAHIR ”

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi nilai mata kuliah

Pengantar Praktik Kebidanan

Dosen Pengajar: Shanti Hekmawati, S.Tr.Keb.,MKM

Disusun Oleh:

1. Salwa Khairunnisa

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

POLITEKNIK BHAKTI ASIH PURWAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2021-2022

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan
hidayah-Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah
pengetahuan bagi mahasiswi kebidanan maupun para pembaca untuk bidang Ilmu
Pengetahuan.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari
dosen mata kuliah Teknologi Tepat Guna dalam Pelayanan Kebidanan dengan
judul “Evidence Based dalam Pelayanan Bayi Baru Lahir”
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang
positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk perbaikan makalah ini.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
semua. Aamiin.

Purwakarta 14 Febuari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Cover.................................................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................1
1.3 Tujuan.........................................................................................................1
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1Envidence Based dalam Pelayanan Bayi Baru Lahir...................................2
1. Perawatan Tali Pusat Terbuka................................................................2
2. Terapi Metode Kangguru........................................................................5
3. Rawat gabung pada keberhasilan pemberian ASIeksklusif....................6
4. Efektivitas Muscle Pumping Dalam Meningkatkan ScoreApgar...........9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................10
3.2 Saran...........................................................................................................10
Daftar Pustaka...................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) (2012), yang
dilaksanakan oleh badan pusat statistic (BPS) bekerjasama dengan Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana nasional (BKKBN) mendapatkan data
Angka Kematian Neonatal (AKN) pada tahun 2012 sebesar 19/1000 kelahiran
hidup menurun dari 20/1000 kelahiran hidup di tahun 2007 dan 23/1000 kelahiran
hidup didasarkan hasil SDKI 2002. Perhatian terhadap upaya penurunan AKN
menjadi penting karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 56%
kematian bayi. Komitmen global dalam MDGs menetapkan pada target ke 4
terkait kematian anak yaitu menurunkan angka kematian anak hingga 2/3 dalam
kurun waktu 1990 sampai 2015.
Persentasi AKN untuk 5 tahun sebelum survey hasil SDKI 2012 menunjukkan
angka penurunan, namun angka tersebut masih menunjukkan tingkat penurunan
yang lebih lambat daam tahun-tahun terakhir. Penyakit penyebab kematian bayi
berusia 0-7 hari (early neonatal date) terbanyak adalah premature disertai berat
badan lahir rendah dan asfiksia lahir. Penyebab kematian bayi berusia 8-28 hari
terbanyak adalah infeksi dan feeding problem.
Maka dari itu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi angka kematian
neonatal pada tahun-tahun berikutnya perlu adanya evidence based. Evidence
based medicine (EBM) suatu istilah yang digunakan untuk merujuk pada
paradigma baru untuk mengambil keputusan medis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja evidence based dalam pelayanan bayi baru lahir?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui evidence based dalam pelayanan bayi baru lahir

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Envidence Based dalam Pelayanan Bayi Baru Lahir


1. Perawatan Tali Pusat Terbuka
Tahun 2010 Worid Health Organization (WHO) menemukan angka
kematian bayi sebesar 560.000 yang disebabkan oleh infeksi tali pusat. Di Asia
Tenggara Angka kematian bayi karena infeksi talipusat sebesar 126.000 (Salam,
Affyus. 2008. Kesehatan Bayi Baru lahir. Jakarta¨Rajawali pers). Tali pusat
merupakan jalan masuk utama infeksi sistemik pada bayi baru lahir (Shafique.
2006). Perawatan tali pusat secara umum bertujuan untuk mencegah terjadinya
infeksi dan mempercepat putusnya tali pusat. Infeksi tali pusat pada dasarnya
dapat dicegah dengan melakukan perawatan tali pusat yang baik dan benar, yaitu
dengan prinsip perawatan kering dan bersih.
Perawatan tali pusat untuk bayi baru lahir yaitu dengan tidak membungkus
puntung tali pusat atau perut bayi dan tidak mengoleskan cairan atau bahan
apapun ke puntung tali pusat. (JNPK-KR, 2008). Upaya untuk mencegah infeksi
tali pusat sesungguhnya merupakan tindakan sederhana, yang penting adalah tali
pusat dan daerah sekitarnya selalu bersih dan kering.
Di beberapa rumah sakit tali pusat tidak dibungkus lagi, karena ternyata
lebih lekas kering dan jatuh kalau tidak dibungkus. Ada juga yang
membungkusnya dengan kassa kering steril yang tidak diganti sampai tali pusat
lepas. Perawatan tali pusat secara aseptik sangat penting untuk mencegah
terjadinya infeksi (Bagian Obsgin FK UNPAD, 1983:333-334). Menurut NICE
(2006) dan Capurro (2004) dalam Baston dan Hall, 2013, praktik terkini
menganjurkanbahwa tali pusat dibersihkan dengan air saat mengganti popok
karena penggunaan antibiotik dan swab alkohol tidakmengurangi risiko infeksi
Anjuran Kemenkes RI (2011) bahwa tindakan pada bayi baru lahir meliputi:
1. Jaga kebersihan selama persalinan
2. Cegah infeksi kuman pada bayi. Begitu bayi lahir, beri salep antibiotik
pada mata bayi
3. Jaga tali pusat selalu bersih, kering, dan biarkan terbuka (jangan dibungkus)

2
4. Jangan diberi ramuan apapun. Jikakotor, bersihkan dengan kain bersih dan
air matang.

Perawatan tali pusat yang tidak baik menyebabkan tali pusat menjadi lama
lepas. Risiko bila tali pusat lama lepas adalah terjadinya infeksi tali pusat dan
Tetanus Neonatus ( TN ) (Saifuddin, 2008). Spora kuman Clostridium tetani
masuk ke dalam tubuh bayi melalui pintu masuk satu-satunya, yaitu tali pusat,
yang dapat terjadi pada saat pemotongan tali pusat ketika bayi lahir maupun pada
saat perawatannya sebelum puput (terlepasnya tali pusat) (Saifuddin, 2001).
Tali pusat yang dirawat dengan dibiarkan terbuka (tidak dibungkus) sesuai
anjuran Kemenkes (2011) akan lebih cepat kering dan puput sehingga
meminimalisir risiko terjadinya infeksi dan Tetanus neonatorum. Tali pusat yang
terbuka akan banyak terpapar dengan udara luar sehingga air dan Wharton,s jelly
yang terdapat di dalam talipusat akan lebih cepat menguap. Hal ini dapat
mempercepat proses pengeringan (gangrene) tali pusat sehingga cepat puput.
Sebagaimana diketahui, bahwa tali pusat yang masih menempel pada pusar bayi
merupakan satu-satunya pintu masuk spora kuman Clostridium tetani ke dalam
tubuh bayi. Dengan mempercepat proses pelepasan tali pusat, maka
meminimalisir risiko bayi terkena tetanus neonatorum.
Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak yang
positif yaitu tali pusat akan puput pada hari ke-5 dan ke-7 tanpa ada komplikasi.
Perawatan tali pusat yang tidak baik menyebabkan tali pusat menjadi lama lepas.
Risiko bila tali pusat lama lepas adalah terjadinya infeksi tali pusat dan Tetanus
Neonatorum (Saifuddin, 2008). Spora kuman Clostridium tetani masuk ke dalam
tubuh bayi melalui tali pusat yang dapat terjadi pada saat pemotongan tali pusat
ketika bayi lahir maupun pada saat perawatannya sebelum puput (terlepasnya tali
pusat) (Saifuddin, 2001).

3
Metode Lama pelepasan tali pusat
Perawa (hari)
tan tali 1–4 5–7 >7
Pusat N % n % N %
Terbuka 4 20 15 75 1 5
Tertutup 1 5 13 65 6 30

Total 5 12,5 28 70 7 17,5

Tabel 1. Tabulasi Silang Metode Perawatan Tali Pusat


dengan Lama Pelepasan Tali Pusat

Pada tabel 1 nampak bahwa pada metode perawatan tali pusat terbuka
terdapat 1 (5%) bayi yang tali pusatnya lepas >7 hari. Sementara itu, pada metode
perawatan tali pusat tertutup terdapat 6 (30%) bayi yang tali pusatnya lepas >7
hari. Didukung dengan hasil uji statistik mann whitney didapatkan hasil ρvalue
0,022 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna lama lepas tali pusat
antara perawatan tali pusat terbuka dengan perawatan tali pusat tertutup.
Sejalan dengan penelitian Martini (2012) menemukan rerata waktu
pelepasan tali pusat pada bayi yang mendapatkan perawatan dengan
menggunakan kassa kering steril adalah 7,1 hari, hal ini lebih cepat
jikadibandingkan dengan perawatan menggunakan kompres kassa alkohol yakni
8,8 hari. Menurut Penny (2007) dalam Martini (2012) menyatakan bahwa tali
pusat lepas sehari lebih cepat pada kelompok dimana tali pusat dibiarkan
mengering secara alami.
Tali pusat yang dirawat dengan dibiarkan terbuka (tidak dibungkus) sesuai
anjuran Kemenkes (2011) akan lebih cepat kering dan puput sehingga
meminimalisir risiko terjadinya infeksi dan Tetanus neonatorum. Tali pusat yang
terbuka akan banyak terpapar dengan udara luar sehingga air dan Wharton,s jelly

4
yang terdapat di dalam talipusat akan lebih cepat menguap. Hal ini dapat
mempercepat proses pengeringan (gangrene) tali pusat sehingga cepat puput.
Sebagaimana diketahui, bahwa tali pusat yang masih menempel pada pusar bayi
merupakan satu-satunya pintu masuk spora kuman Clostridium tetani ke dalam
tubuh bayi. Dengan mempercepat proses pelepasan tali pusat, maka
meminimalisir risiko bayi terkena tetanus neonatorum.

2. Terapi Metode Kangguru


Terapi Metode Kangguru pada bayi berat lahir rendah bisa meningkatkan
berat badan bayi, peningkatan berat badan bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor
banyak factor, salah satunya adalah kemampuan bayi dalam menghisap ASI. ASI
merupakan komponen yang sangat penting dalam pertumbuhan bayi. ASI yang
diminum bayi harus sesuai dengan kebutuhan bayi itu sendiri. Dalam perawatan
metode kanguru frekuensi ibu dalam memberikan ASI lebih teratur dan tepat
waktu. Karena bayi selalu berada dalam dekapan ibu dan dalam kondisi bila bayi
sudah mersa haus dan memerlukan ASI maka bayi akan mencari sendiri puting
susu ibu dalam baju kangurunya, sehingga hal ini juga mambantu bayi dam
memenuhi kebutuhan akan nutrisi dan cairanya. Kemudian hal tersebut juga
membantu bayi meningkatkan kemampuan dalam menyusui karena reflek
menghisap bayi akan selalu terasah dan terlatih serta hubungan batin ibu dan bayi
akan lebih baik lagi karena kontak langsung yang diberikan ibu kepada bayinya.
Secara keseluruhan untuk keberhasilan Perawatan MetodeKanguru itu sendiri di
pengaruhi oleh nutrisi bayi yang cukup, emosional bayi dan ibu yang terjaga
dengan baik, serta posisi bayi dalam perawatan metode kanguru ini akan
memberikan kestabilan suhu bayi dan mencegah dari resiko hipotermi, karena
suhusupport satu sama lainya. Secara fisiologisnya penambahan berat badan bayi
juga dipengaruhi oleh usia bayi, yaitu pada minggu pertama kelahiran
pertambahan berat badan bayi belum optimal dan juga hal tersebut tetap terjadi
pada bayi perawatan metode kanguru. Namun setidaknyaperawatan metode
kanguru dapat membantu bayi dalam menstabilkan fungsi fisiologis bayi (suhu
tubuh, pernapasan, denyut nadi) yang akan membantu dalam metabolisme tubuh.

5
3. Rawat gabung pada keberhasilan pemberian ASI eksklusif
Pada penelitian yang dilakukan Kontu Lousje (2013) kriteria rawat gabung
yang digunakan adalah rawat gabung yang dilakukan apabila bayi dan ibu dirawat
dalam satu ruangan sebelum 6 jam post partum dan tidak dilakukan rawat gabung
apabila bayi dan ibu dirawat dalam satu ruangan setelah 6 jam postpartum. Rawat
gabung adalah dimana bayidirawat bersama dengan ibu dalam satu kamar, jika
keadaan ibu dan bayi mengizinkan. Pada prinsipnya syarat rawat gabung adalah
dimana si ibu mampu menyusui dan si bayi mampu untuk menyusu. Kemampuan
ibu dapat dilihat dari keinginan dan motivasi untuk menyusui. Pada bayi dinilai
dari fungsi kardiorespiratorik, refleksmenghisap dan fungsi neurologic yang baik.
BLU RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado memiliki prosedur tetap tentangrawat
gabungAkantetapi pelaksanaan rawat gabung terkadang jarang dilakukan karena
umumnya pasien yang dirawat adalah pasien rujukan dengan komplikasi.
Komplikasi yang dialami ibu besalin sangat mempengaruh kedisiplinan yang
dilahirkan.
Jumlah persalinan di BLU RSUP Prof.Dr.R.D. Kandou Manado sangat tinggi.
Hal ini menyebabkan pasien nifas yang dirawat pun tinggi. Padahal, kapasitas
tempat tidur yang tersedia tidak mencukupi. Sehingga, ada sebagian ibu nifas
yang terpaksa di rawat di brankart dan di kursi dan tidak dilakukan rawat gabung
dengan bayinya sampai ibu mendapatkan tempat tidur. Hal ini untuk mencegah
terjadinyapotensial bayi jatuh.Hasil penelitianpada umur responden 20-35 tahun,
yaitu berjumlah 68 responden (61,2%) dan umur >35 tahun yaitu berjumlah 9
responden (8,1%) dan untuk umur <20 tahun. Terdapat 13 responden (11,7%).
Hasil penelitian menunjukkan pada golongan umur (63%) dan untuk pendidikan
dasar yaitu berjumlah 12 responden (10,8%), sedangkan untuk perguruan tinggi
yaitu berjumlah 8 responden (7,2%). Hasil penelitian menunjukkan semakin
tinggi tingkat pendidikan semakin baik pelaksanaan rawat gabung.

 Analisis Univariat
Hasil analisis univariat diperoleh gambaran distribusi frekuensi dari
masing- masing variabel. menunjukkan bahwa rawat gabung yang dilakukan yaitu

6
sebanyak 65 responden (72,2%). dan kelancaran produksi ASI pada kategori
lancar yaitu sebanyak 63 responden (70%)
 Anlisis Bivariat
Tabel 2.Hubungan rawat gabung dengan produksi ASI pada ibu pasca partus
normal di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Produksi ASI
Rawat Gabung Lancar Tidak lancar ρ
F % F %
Dilakukan 14 51,86 11 17,47 0,001
Tidak
13 48,14 52 82,53
dilakukan

Tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang produksi ASI-nya


lancar yaitu berjumlah 63 responden (70%) dan yang dilakukan rawat gabung
yaitu berjumlah 65 responden (72,2%).Analisa statistik untuk menguji
hubungan adalah uji chi square. Nilai yang dipakai adalah nilai pearson
chisquare sebesar 11,143 dengan nilaiρadalah 0,001 ( < 0,05) artinya terdapat
hubungan antara rawat gabung dengan kelancaran produksi ASI pada ibu
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kelancaran ASI terbesar pada
kategori lancar sebanyak 63 responden (70%). Hal ini diduga oleh karena
sebagian besar dilakukan rawat ρρgabung. Ini terlihat pada tabel 3 kelancaran
ASI pada ibu yang dilakukan rawat gabung sebagian besar pada kategori lancar
yaitu sebanyak 52 responden (47,7%) sedangkan kelancaran ASI pada ibu yang
tidak dilakukan rawat gabung sebagian besarpada kategori tidak lancar yaitu
14responden (18,3%). Hal ini menunjukkan bahwa ASI akan semakin lancar bila
cepat dilakukan rawat gabung antara ibu dan bayinya. Ini sesuai pendapat
Rochmah (2011) yang menyatakan bahwa produksi ASI akan semakin cepat dan
makin banyak jika proses menyusui dilakukan dengan segera dan sesering
mungkin
Hal ini dimungkinkan dengan adanya rawat gabung. Kelancaran ASI
dilihat dari beberapa indikator diantaranya ASI yang banyak dapat merembes
keluar melalui putting, ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI, setiap kali

7
bayi mulai menyusu, sebelum disusukan payudara terasa tegang dan payudara
ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui.

4. Efektifitas Muscle Pumping Dalam Meningkatkan ScoreApgar Pada Bayi


Baru Lahir Dengan Asfiksia
Teknik muscle pumping merupakan salah satu tindakan untuk
meningkatkan aliran balik darah vena menuju ke jantung, yaitu untuk
mengalirkan darah yang berada di ekstremitas inferior bayi menuju ke atrium
kanan sehingga terjadi sirkulasi darah yang teratur, maka berpengaruh terhadap
sistem pernafasan
Teknik muscle pumping dapat digambarkan dengan cara menggerakan
kedua kaki bayi, posisi kedua lutut dilipat menuju kearah dada bayi. Sloane
(2003) menjelaskan bahwa curah jantung adalah volume darah yang dikeluarkan
oleh kedua ventrikel per menit, dan hal ini dipengaruhi sistem sirkulasi yang.
merupakan penghubung antara lingkungan eksternal dan lingkungan cairan
internal tubuh. Sistem ini membawa nutrisi ke semua sel, jaringan, organ, serta
membawa produk akhir metabolik keluar. Melalui teknik muscle pumping mampu
meningkatkan curah jantung dan aliran balik vena ke jantung.
Jenis penelitian adalah penelitian eksperimental dengan Randomais Control,
Trial dengan memberikan tindakan muscle pumping kepada kelompok
kasus(asfiksia) dan kelompok kontrol tanpa tindakan muscle pumping.
Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah KRT Setjonegoro
Wonosobo diperoleh data sebagai berikut, penelitian secara terpisah.

Tindakan Dengan tindakan Tanpa tindakan


Perubahan Skor APGAR Muscle Pumping Muscle Pumping

Meningkat 20 11
Tetap 0 8
Menurun 0 1
Jumlah 20 20

8
Sumber: Data olahan sendiri berdasarkan Data Primer di RSUD KRT
Setjonegoro Wonosobo, Tahun 2016

Menurut Tabel 3 menunjukkan bahwa bayi baru lahir dengan asfiksia


dibagi menjadi dua kelompok dengan system random (pemilihan ganjil genap
disesuaikan dengan urutan kelahiran dengan asfiksia). Pada kelompok kasus
dalam hal ini dengan tindakan resusitasi dan muscle pumping memiliki hasil
100% mengalami kenaikan skor APGAR yang berjumlah 20 responden.
Sedangkan kelompok kasu dalam hal ini dengan tindakan resusitasi tanpa
tindakan Muscle pumping mendapatkan hasil 11 bayi asfiksia mengalami
peningkatan skor APGAR (55%), 8 bayi asfiksia tanpa perubahan skor APGAR
(40%) dan 1 bayi asfiksia mengalami penurunan skor APGAR. Data penilitian
diolah dengan teknik Mann-Whidney dan diawali dengan uji normalitas data dan
uji homogenitas.
Kekuatan otot pernafasan dapat terlatih ketika bayi baru lahir
membutuhkan banyak oksigen, sehingga teknik muscle pumping yang peneliti
lakukan pada bayi asfiksia dapat merangsang pernafasan bayi baru lahir. Darah
pada ekstremitas yang dipompa menuju jantung dapat melancarkan peredaran
darah karena pasokan darah sudah ada. Dengan meningkatnya metabolism
aerobic dalam tubuh bayibaru lahir akan meningkatkan suhu tubuh, meningktakan
reflek dan kerja otot sehingga warna kulit menjadi kemerahan. Nilai APGAR skor
akan meningkat dan bayi baru lahir tidak lagi mengalami asfiksia.
Hasil penelitian tersebut dapat dijadikan pedoman untuk penatalaksanaan
bayi baru lahir dengan asfiksia. Asuhan kebidanan yang dilakukan bidan kepada
bayi baru lahir dengan asfiksia adalah melaksanakan asuhan resusitasi bayi baru
lahir dan dilanjutkan muscle pumping.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Evidence based merupakan suatu penelitian yang mampu mengatasi
pemasalahan dalam suatu pelayanan kebidanan khususnya dalam pelayanan bayi
baru lahir. Evidence based yang sudah diterapkan dalam pelayanan bayi baru lahir
ini diantaranya yaitu perawatan tali pusat dengan system terbuka, perawatan
metode kanguru pada bayi baru lahir, melakukan rawat gabung antara ibu dan
bayi, dan muscle pumping. Dengan adanya evidence based ini diharapkan tenaga
kesehatan dapat memberikan mutu pelayanan yang berkualitas dan memberikan
edukasi kepada masyarakat mengenai penemuan-penemuan yang telah terbukti
memberikan manfaat lebih, selain itu dengan adanya evidence based ini
diharapkan dapat menurunkan angka kematian bayi atau AKB yang masih tinnggi
di Indonesia serta dapat meningkatkan derajat kesehatan bayi yang ada di
Indonesia.

3.2 Saran
1. Bagi mahasiswa yaitu harus menumbuhkan sikap kritis mengenai
permasalahan-permasalahan yang ada di ruang llingkup kesehatan
terutama pelayanan kebidanan.
2. Pemerintah sebagai advokasi harus memberikan kebijakan yang benar
mengenai sesuai dengan kode etik mengenai evidence based yang telah
ditemukan serta memberikan dukungan untuk merealisasikan program
tersebut.
3. Bagi masyarakat mengenai perubahan-perubahan yang terjadi harus
menerima atau membuka pikiran (mindset) bahwa perubahan yang telah di
dasari atas evidence based ini telah melalui riset-riset yang panjang dan
sudah terbukti secara ilmiah bahwa program atau kegiatan tersebut
memberikan keuntungan.

10
DAFTAR PUSTAKA
Intarti, Wiwit Desi, dkk. 2016. Efektifitas Muscle Pumping Dalam Meningkatkan Score
Apgar Pada Bayi Baru Lahir Dengan
Asfiksia.http://journal.stikesub.ac.id/index.php/jkeb/article/view/195. Diakses
pada tanggal 13 Maret 2018

Manuaba, I.B.G., I.A. Chandranita Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba. 2010. Pengantar
Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Nor Asiyah, Islami, Lailatul Mustagfiroh.2017. Perawatan Tali Pusat Terbuka


Sebagai Upaya Mempercepat Pelepasan Tali Pusat.
www.ejr.stikesmuhkudus.ac.idDiakses pada tanggal 13 Maret 2018

Silvia, Yelmi Reni Putri, Elharisda Gusnila. 2015. Pengaruh Perawatan Metode
Kanguru Terhadap Perubahan Berat Badan Bayi Lahir Rendah. Jurnal
Ipteks Terapan : Research of Applied Science and Education.
http://ejournal.kopertis10.or.idDiakses pada tanggal 13 Maret 2018

Sloane, Ethel. Veldman James, Palupi Widyastuti. 2003. Anantomi dan


Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC

11

Anda mungkin juga menyukai