Anda di halaman 1dari 17

MATA KULIAH PKK

“BALITA EVIDENCE BASED”

OLEH :

KELOMPOK 8

1. YUSRIANA, A.Md.Keb,
NIM. 201302065
2. RATNASARI SYAHRIR, A.Md.Keb
NIM. 201302041

PROGRAM STUDI DIV BIDAN PENDIDIK


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2020

1
KATA PENGANTAR

Bismillahi rahmani rahim

Dengan memanjatkan do'a dan mengucapkan Puji Syukur kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan makalah ini dapat
diselesaikan oleh penulis walaupun menemui kesulitan maupun rintangan. Adapun judul
dari pembuatan makalah ini yaitu "Balita Evidence Based “. Dalam penulisan makalah
ini penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan yang ada, sehingga penulis merasa
masih ada hal yang belum sempurna baik dalam isi maupun dalam penyajiannya. Untuk
itu penulis selalu terbuka atas kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan
makalah ini. Sekian dan terimah kasih kami ucapkan.

Bombana, 21 Desember 2020


Penyaji

Kelompok 8

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................5
C. TUJUAN.........................................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................................6
LANDASAN TEORI..................................................................................................................................6
A. DEFINISI TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA......................................................................6
1. DEFINISI BALITA...........................................................................................................................6
2. TUMBUH KEMBANG....................................................................................................................6
B. PENGERTIAN TUMBUH KEMBANG BALITA EVIDENCE BASED.......................................6
1. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG..................................................7
2. PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR, MOTORIK HALUS, BICARA DAN BAHASA, SOSIAL PADA
BALITA.................................................................................................................................................7
C. TAHAPAN TUMBUH KEMBANG EVIDENCE BASED TERHADAP POLA ASUH BALITA8
1. PENILAIAN TUMBUH DAN KEMBANG BALITA..............................................................................9
2. ASUHAN KEBIDANAN PADA TUMBUH KEMBANG PADA BALITA................................................10
BAB III......................................................................................................................................................11
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................11
A. ABSTRAK JURNAL HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK
USIA 2 SAMPAI 3 TAHUN DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS GAMBIRI SARI KOTA
SURAKARTA.......................................................................................................................................11
B. ABSTRAK JURNAL POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DALAM
BERINTERAKSI DENGAN ANAK YANG BERKEBUTUHAN KHUSUS......................................12
C. ABSTRAK JURNAL HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN
PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU...................................................................................13
D. ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH STATUS TERHADAP
GIZI BALITA DI PEDESAAN.............................................................................................................14
Jurnal Teknologi, Kejuruan, dan Pengajarannya ISSN  2477-0442  (online) 2018
Email:  teknologikejuruan.ft@um.ac.id.............................................................................................14
E. ABSTRAK JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI
ANAK BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGALO PADANG..............................14
Rona Firmana Putri, Delmi Sulastri, Yuniar Lestari, JURNAL KESEHATAN ANDALANS
(http://jurnal.fk.unand.ac.id) vol.4 no.1(2015)..................................................................................14
F. ABSTRAK JURNAL PENINGKATAN KETERAMPILAN GURU PAUD DALAM
MELAKUKAN STIMULASI SETEKSI INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK..........15
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTUMBUHAN ANAK USIA 6-23 BULAN DI
PUSKESMAS BARA-BARAYA..................................................................................................................15
BAB IV.....................................................................................................................................................17
PENUTUP.................................................................................................................................................17
A. KESIMPULAN.................................................................................................................................17

3
B. SARAN.........................................................................................................................................17
DAFTAR PUSATAKA............................................................................................................................18
 Jurnal Teknologi, Kejuruan, dan Pengajarannya ISSN  2477-0442  (online) 2018
Email:  teknologikejuruan.ft@um.ac.id.............................................................................................18
 Rona Firmana Putri, Delmi Sulastri, Yuniar Lestari, JURNAL KESEHATAN ANDALANS
(http://jurnal.fk.unand.ac.id) vol.4 no.1(2015)..................................................................................18

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Balita adalah kelompok anak yang berada pada rentang usia 0-5 tahun. Masa
balita adalah masa emas (golden age) dalam rentang perkembangan seorang individu.
Pada masa ini, anak mengalami tumbuh kembang yang luar biasa baik dari segi motorik,
emosi, kognitif maupun psikososial.
Evidence-based  adalah proses sistematis untuk mencari, menilai dan
menggunakan hasil penelitian sebagai dasar untuk pengambilan keputusan klinis.
Perkembangan seorang anak merupakan suatu kesatuan yang utuh, Setiap anak tidak akan
bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya
sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang
anak tidak akan bisa berdiri bila pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait
dengan fungsi berdiri anak terhambat, karena itu perkembangan awal merupakan masa
kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya (Depkes RI, 2005).
Gambaran umum dari balita based diantaranya dalam pertumbuhan dan perkembangan
anak adalah ketika masa bayi dan balita, karena pada masa itulah saat yang paling vital bagi
orang tua dalam membangun fondasi pertumbuhan dan perkembangan buah hati. Proses
pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi dan balita merupakan proses yang teramat
penting dalam menentukan masa depan anak baik secara fisik, mental maupun perilaku
(Sunartyo, 2007). Masa anak-anak merupakan periode perkembangan yang cepat dan terjadi
perubahan dalam berbagai aspek perkembangan. (Yusuf, 2002).
Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan anak balita adalah status
gizi. Jumlah status gizi buruk di Kota Surakarta yaitu 32 anak dan yang terbanyak adalah
di Wilayah Kerja Puskesmas Gambirsari sebanyak 15 anak. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat status hubungan gizi dengan perkembangan anak usia 2 sampai 3 tahun di
Wilayah Kerja Puskesmas Gambirsari Kota Surakarta. Anak berkebutuhan khusus
memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi, berbeda dengan anak normal yang mampu
berkomunikasi dan menempatkan diri dengan lingkungannya. Autis merupakan gangguan
perkembangan yang mempengauhi sulitnya untuk berinteraksional, dan berkomunikasi.
Berdasarkan laporan bidan di wilayah kerja Bara-baraya induk Makassar tahun
2010, berjumlah 581 balita  presentase balita dengan berat  badan di bawah garis merah
(BGM) sebesar 16 (2,89%)  Dengan keadaan tersebut dapat diketahui sejauh mana proses
pertumbuhan anak berlangsung, apakah berjalan atau tidak.
Salah satu cara agar mengantisipasi adanya masalah pada anak balita pemerintah
menganjurkan agar semua warga yang memiliki anak 0-5 tahun agar dibawa keposyandu
setiap bulan diwilayah masing-masing agar tumbuh kembangnya dapat terpantau dengan
baik. Sehingga jika ada kasus dalam masyarakat dapat terdeteksi secepat mungkin agar
memperoleh penanganan yang tepat.

5
B. RUMUSAN MASALAH

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini yaitu :
1. Untuk menjelaskan definisi anak balita
2. Untuk menjelaskan pengertian evidence based
3. Untuk menjelaskan tahapan tumbuh kembang evidence based terhadap polah asuh
anak balita

C. TUJUAN

Yang menjadi tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu diharapkan setelah
mempelajari dapat memahami diantaranya :
1. Agar dapat mengetahui definisi anak balita
2. Agar dapat mengetahui pengertian evidence based
3. Agar dapat mengetahui tahapan tumbuh kembang evidence based terhadap polah asuh
anak balita

6
BAB II
LANDASAN TEORI

A. DEFINISI TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA

1. DEFINISI BALITA

Balita adalah kelompok anak yang berada pada rentang usia 0-5 tahun ( Adriani dan
witjarmadi 2015). Masa balita merupakan periode penting dalam proses umbuh kembang
manusia dikarenakan tumbuh kembang berlansung cepat. Perkembangan dan pertumbuhan
dimasa balia menjadi faktor keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan dimasa yang akan
datang.

2. TUMBUH KEMBANG

Tumbuh kembang adalah suatu proses yang dilanjutkan dari konsepsi sampai dewasa
yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Pertumbuhan paling cepat terjadi pada
masa janin, usia 0-1 tahun dan masa pubertas. Sedangkan tumbuh kembang yang dpat dengan
mudah diamati pada masa balita. Pada saat tumbuh kembang setiap anak mempunyai pole
perkembangan yang sama, akan tetapi kecepatannya berbeda.

B. PENGERTIAN TUMBUH KEMBANG BALITA EVIDENCE BASED

Istilah tumbuh kembang balita evidence based merupakan dua peristiwa yang sifatnya
berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
Menurut Soetjiningsih, pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran
berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan keseimbangan
metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh); sedangkan perkembangan (development) adalah
bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.

Menurut Depkes RI, pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh
bagian tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur; sedangkan perkembangan adalah
bertambah sempurnanya fungsi dari alat tubuh. Menurut Markum dkk, pertumbuhan berkaitan
dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun
individu; perkembangan lebih menitik beratkan aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan
organ atau individu, termasuk perubahan aspek sosial atau emosional akibat pengaruh
lingkungan.

1. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Secara umum terdapat dua faktor utama
yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu: ·
a) Faktor Genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang
anak. Faktor ini juga merupakan faktor bawaan anak, yaitu potensi anak yang menjadi ciri
khasnya. Melalui genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat
ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan

7
pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan
berhentinya pertumbuhan tulang. ·
b) Faktor Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi
bawaan. Faktor ini disebut juga milieu merupakan tempat anak tersebut hidup, dan berfungsi
sebagai penyedia kebutuhan dasar anak. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan
tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan
merupakan lingkungan ”bio-fisikopsiko-sosial” yang memepengaruhi individu setiap hari,
mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya. Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi
menjadi: Ø Faktor yang memepengaruhi anak pada waktu masih di dalam kandungan (faktor
pranatal) Ø Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir
(faktor postnatal).

2. PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR, MOTORIK HALUS, BICARA DAN BAHASA,


SOSIAL PADA BALITA

Pada masa ini kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam
perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus) serta fungsi eksresi/ pembuangan. Periode
penting dalam tumbuh kembang masa usia ini akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya. Pada usia 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan
perkembangan sel-sel otak masih berlangsung; dan tejadi pertumbuhan serabut-serabut syaraf dan
cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang kompleks. Jumlah dan
pengaturan hubunganhubungan antar sel syaraf ini akan sangat mempengaruhi segala kinerja
otak, mulai dari kemampuan belajar berjalan, mengenal huruf hingga bersosialisasi.
a) Kemampuan Motorik
Masa ini disebut sebagai masa sangat aktif dari seluruh masa kehidupannya, karena tingkat
aktivitasnya dan perkembangan otot besar mereka sedang tumbuh. Demikian halnya dengan
kemampuan motorik halus anak, sudah mulai meningkat dan menjadi lebih tepat pada saat
berusia 5 tahun. Koordinasi tangan, lengan dan tubuh dapat bergerak bersama dibawah
koordinasi yang lebih baik daripada mata. Dengan demikian masa ini disebut juga sebagai
masa belajar berbagai kemampuan dan keterampilan, dengan berbekal rasa ingin tahu yang
cukup kuat dengan seringnya anak mencoba hal-hal baru dan seringnya pengulangan
menyebabkan masa ini menjadi masa yang tepat untuk mempelajari keterampilan baru.
b) Kemampuan Bicara dan Bahasa
Bertambahnya kematangan otak dikombinasikan dengan peluang-peluang untuk menjelajahi
dunia sekelilingnya dan sebagai penyumbang terbesar untuk lahirnya kemampuan kognitif
anak. Sejumlah kemampuan anak, seperti belajar membaca adalah berkaitan dengan masukan
dari mata anak yang ditransmisikan ke otak anak, kemudian melalui sistem yang ada di otak,
menterjemahkannya kedalam kode huruf-huruf, kata-kata dan asosiasinya. Akhirnya akan
dikeluarkan dalam bentuk bicara. Bakat bicara anak karena sistem otak diorganisasikan
sedemikian rupa sehingga memungkinkan anak memproses sebagai bahasa. Anak mulai
pandai berbicara, sejalan dengan perkembangannya memahami sesuatu. Biasanya anak mulai
berbicara sendiri, kemudian berkembang menjadi kemampuan untuk bertindak tanpa harus
mengucapkannya. Hal ini merupakan suatu transisi awal untuk dapat lebih berkomunikasi
secara sosial.
c) Kemampuan Bersosialisasi dan Kemandirian
Dasar-dasar sosialisasi yang sudah diletakkan pada masa bayi, maka pada masa ini mulai
berkembang. Dalam hal ini hubungan keluarga, orangtua-anak, antar saudara dan hubungan

8
dengan sanak keluarga cukup berperan. Pengasuhan pada tahun pertama berpusat pada
perawatan, berubah ke arah kegiatan-kegiatan seperti permainan, pembicaraan dan pemberian
disiplin, akhirnya mengajak anak untuk menalar terhadap sesuatu. Pada masa ini sebagai
masa bermain, anak mulai melibatkan teman sebayanya, melalui bermain, meski interaksi
yang dibangun dalam permainan bukan bersifat sosial, namun sebagai kegiatan untuk
menyenangkan dan dilaksanakan untuk kegiatan itu sendiri. Jenis permainan yang dilakukan
bisa berbentuk konstruktif, permainan pura-pura, permainan sensori motorik, permainan
sosial atau melibatkan orang lain, games atau berkompetisi.

C. TAHAPAN TUMBUH KEMBANG EVIDENCE BASED TERHADAP POLA ASUH


BALITA

Tahapan tumbuh kembang balita evidence based terhadap polah asuh balita diantaranya
Sebagai anak yang baru berjalan, anak belajar untuk berjalan menjauhi dan mendekati ke orang
dewasa yang dekat atau orangtuanya. Saat usia prasekolah, anak-anak menjelajahi pemisahan
emosiaonal, bertukar-tukar antara perlawanan manja dangembira, antara berani menjelajah dan
sifat melekat. Dengan bertambahnya waktu yang didapat di kelas atau tempat bermain
kemampuan anak untuk beradaptasi kepada aturan baru dan hubungan. Anak-anak prasekolah
mengetahui bahwa mereka dapat berbuat lebih dari yang sebelumnya, tetapi mereka juga sangat
sadar dengan keterbatasan yang diberikan kepada mereka oleh orang dewasa dan kemampuan
terbatas mereka.

Perkembangan Fisik

Pertambahan berat badan dan tinggi badan biasanya berjalan konstan selama periode pra
sekolah. Pada akhir tahun kedua, pertumbuhan tubuh dan otak lambat, dengan penurunan yang
seimbang pada kebutuhan nutrisi dan nafsu makan, dan timbulnya kebiasaan makan yang
”memilih-milih”. Rata-rata pertambahan berat badan anak kirakira 2 kg dan tinggi badan 7-8 cm
setiap tahun. Berat badan lahir bertambah 4 kali saat usia 2 ½ tahun. Ketika berusia 4 tahun rata-
rata berat yaitu 40 lb dan tinggi 40 in. Kepala akan tumbuh hanya bertambah 5 cm antara usia 3
sampai 18 tahun. Anak-anak dengan timbunan adipositas awal (pertambahan pada massa index
tubuh) mempunyai resiko untuk gemuk ketika dewasa.

Stimulasi jaringan otak sangat penting selama periode emas si Kecil. Semakin banyak stimulasi yang Ibu
berikan kepada si Kecil, jaringan otak akan berkembang hingga mencapai 80% pada usia 3 tahun. Sebaliknya, jika si
Kecil tidak pernah diberi stimulasi yang cukup, maka jaringan otaknya akan mengecil sehingga fungsi otak akan
menurun. Hal inilah yang menyebabkan perkembangan si Kecil menjadi terhambat. Stimulasi yang kurang pada si
Kecil dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan otak, penyimpangan tumbuh kembang, bahkan gangguan
perkembangan yang menetap. Berikut tahapan stimulasi sesuai usia si Kecil :

 Usia 0 - 4 Bulan
Sering memeluk dan menimang dengan penuh kasih sayang. Gantung benda berwarna cerah yang bergerak dan
bisa dilihat oleh si Kecil. Ajak si Kecil tersenyum, bicara, dan mendengarkan musik.
 Usia 4-6 Bulan
Sering tengkurapkan si Kecil. Gerakkan benda ke kiri dan kanan, di depan matanya. Perdengarkan berbagai bunyi-
bunyian. Beri mainan benda yang besar dan berwarna.
 Usia 6-12 Bulan

9
Ajari si Kecil untuk duduk, ajak main ci-luk-ba, ajari memegang dan makan biskuit, ajari memegang benda kecil
dengan 2 jari, aari berdiri dan berjalan dengan berpegangan, ajak bicara sesering mungkin, latih mengucapkan ma..
ma.. pa.. pa, beri mainan yang aman dipukul-pukul.
 Usia 1 - 2 Tahun
Ajari berjalan di undakan/tangga, ajak membersihkan meja dan menyapu, ajak membereskan mainan, ajari
mencoret-coret di kertas, ajari menyebut bagian tubuhnya, bacakan cerita anak, ajak bernyanyi, ajak bermain
 Usia 2 - 3 Tahun
Ajari berpakaian sendiri, ajak melihat buku bergambar, bacakan cerita anak, ajari makan di piringnya sendiri, ajari
cuci tangan, ajari buang air besar dan kecil di tempatnya
 Usia 3 - 5 Tahun
Minta si Kecil menceritakan apa yang ia lakukan, dengarkan ia ketika bicara, jika ia gagap, ajari bicara pelan-pelan,
awasi si Kecil ketika mencoba hal-hal baru.

1. PENILAIAN TUMBUH DAN KEMBANG BALITA

Penilaian Perkembangan dan Deteksi Dini Tumbuh-Kembang Anak


Deteksi dini kelainan perkembangan anak sangat berguna, agar diagnosis maupun
pemulihannya dapat dilakukan lebih awal, sehingga perkembangan anak dapat berlangsung
seoptimal mungkin. Sedangkan skrining hanyalah prosedur rutin pemeriksaan perkembangan
anak sehari-hari yang dapat memberikan petunjuk apabila ada sesuatu yang perlu mendapat
perhatian (Soetjiningsih, 1995). Salah satu alat yang bisa digunakan untuk menilai perkembangan
anak secara dini adalah denver development screening test (DDST) digunakan secara luas untuk
menilai kemajuan perkembangan anak sejak lahir hingga usia 6 tahun (Frankernburg et al., 1992).
Pada Denver II ada empat parameter perkembangan yang digunakan untuk skrining
perkembangan anak antara lain:
• Aspek sosial personal, merupakan aspek yang berhubungan kemampuan mandiri,
sosialisasi dan interaksi dengan lingkungan. Aspek tersebut meliputi kepribadian,
konsep dirinya terpisah dari orang lain, perkembangan individual, percaya diri dan
mengkritik diri sendiri;
• Aspek motorik halus, merupakan ketrampilan penting yang ditujukkan oleh
kemampuan manusia untuk berinteraksi dan belajar dari pengalaman untuk
menciptakban aktifitas baru, merupakan nonverbal intelegensia yang dapat diukur.
Misalnya kemampuan adalah konsep dari angka, matematika, dan pengetahuan;
• Aspek motorik kasar, merupakan aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan
sikap tubuh serta melibatkan otot-otot besar. Arah perkembangan motorik adalah dari
umum ke spesifik atau dari kemampuan gerakan motorik kasar ke motorik halus; dan
• Aspek bahasa dan bicara. Otak bayi telah disiapkan dengan baik untuk belajar bahasa
sejak dia dilahirkan. Setelah lahir bayi sudah dapat mengetahui perbedaan suara yang
digunakan.

Sedangkan yang dimaksud dengan deteksi dini tumbuh kembang anak menurut Depkes
(2006), merupakan kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan secara 134 Buku Ajar—
Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi dan Balita dini adanya penyimpangan tumbuh kembang
pada balita dan anak prasekolah, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan. Disamping itu
tenaga kesehatan juga mempunyai “waktu” dalam membuat rencana tindakan/intervensi yang
tepat, terutama ketika harus melibatkan ibu atau keluarga. Apabila penyimpangan terlambat

10
diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh
kembang anak.

Menurut Soetjiningsih (1995) metode deteksi dini kelainan perkembangan anak sangat
berguna, agar diagnosis maupun pemulihannya dapat dilakukan lebih awal. Sayangnya banyak
ahli kesehatan yang percaya bahwa tidak banyak yang dapat dikerjakan untuk mengatasi kelainan
ini dan mereka percaya bahwa kelainan yang ringan dapat normal dengan sendirinya. Sikap
seperti ini dapat menghambat pemulihannya.

Penting untuk dipahami bahwa dengan skrining dan mengetahui masalah pada
perkembangan anak, tidak berarti bahwa diagnosis pasti dari kelainan tersebut telah ditetapkan.
Skrining hanyalah prosedur rutin dalam pemeriksaan tumbuh kembang anak sehari-hari, yang
dapat memberikan pertunjuk kalau ada sesuatu yang perlu mendapat perhatian.

2. ASUHAN KEBIDANAN PADA TUMBUH KEMBANG PADA BALITA

a) Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital


b) Melakukan pemeriksaan antropometri
c) Melakukan pemeriksaan fisik (head to toe)
d) Melakukan pemeriksaan tumbuh kembang dengan lembar DDST
e) Menganjurkan ibu memantau pertumbuhan (Berat badan dan tinggi badan) dan
perkembangan (motorik halus, motorik kasar, bahasa dan personal sosial) anaknya agar
ibu mengetahui perubahan yang terjadi pada anaknya
f) KIE tumbuh kembang anak sesuai usia
g) Menganjurkan ibu untuk memberi makan yang sehat dan bergizi
h) Menganjurkan ibu untuk mengawasi pola makan anak
i) Memberitahu ibu untuk memeriksakan pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan
anak berikutnya, untuk mengetahui perubahan tumbuh kembang anak.

11
BAB III
PEMBAHASAN

A. ABSTRAK JURNAL POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG


TUA DALAM BERINTERAKSI DENGAN ANAK YANG
BERKEBUTUHAN KHUSUS

(JURNAL PURNAMA BERAZAM UNIVERSITAS KARIMUN


purnama@universitaskarimun.ac.id, oktober 2019)

Anak berkebutuhan khusus memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi, berbeda


dengan anak normal yang mampu berkomunikasi dan menempatkan diri dengan
lingkungannya. Autis merupakan gangguan perkembangan yang mempengauhi sulitnya
untuk berinteraksional, dan berkomunikasi. Dengan keterbatasan anak yang
berkubutuhan khusus dalam berkomunikasi dan berinteraksi , maka diperlukan pola
komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak yang menderita autis. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi interpersonal orang
tua dalam berkomunikasi dengan anak berkebutuhan khusus. Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Populasi dan
sampel adalah orang tua dari anak-anak yang berkebutuhan khusus di sekolah SLB sehati
Kelurahan Sungai Lakam Kabupaten Karimun berjumlah 22 orang. Teknik penarikan
sampel dengan menggunakan purposive sampling dimana memilih sampel berdasarkan
tujuan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara pengamatan
(observasi), wawancara mendalam dan dokumentasi. Metode analisa data dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif yang akan menguraikan, menggambarkan dan
menerangkan pola komunikasi antara orang tua dengan anak yang berkebutuhan khusus.
Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini maka dapat diambil suatu kesimpulan
yaitu ; Orang tua dapat memahami dan mengerti dengan gangguan yang dialami oleh
anak yang berkebutuhan khusus dalam hal ini penderita autis dalam aspek bersosialisasi
dan berinteraksi karena keterbatasan dalam berkomunikasi. Sehingga anak akan
mengalami kesulitan atau keterlambatan dalam melakukan hubungan dengan orang lain.
Penanganan anak yang berkebutuhan khusus ini oleh orang tua dirumah sangat
membutuhkan tingkat kepekaan dan perhatian yang khusus.

B. ABSTRAK JURNAL HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU


DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 Dosen Jurusan Kebidanan
Poltekkes Tanjungkarang, Yusariasih@gmail.com

Masa balita adalah masa keemasan (golden age) dimana peranan ibu sangat
diperlukan untuk tumbuh kembang yang optimal. Masalah dalam penelitian ini adalah
adanya balita yang mengalami gangguan perkembangan dan belum diketahui adakah
hubungannya dengan pemberian stimulasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
hubungan antara pemberian stimulasi ibu dengan perkembangan balita di Posyandu

12
Melati wilayah kerja Puskesmas Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun 2015.
Rancangan penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional.
Populasi adalah seluruh ibu yang memiliki balita dan balitanya di Posyandu Melati
wilayah kerja Puskesmas Pringsewu sebanyak 142 orang dan sampel 60 orang dengan
tehnik proportional stratified random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan
cara wawancara dan observasi dengan menggunakan kuesioner yang berisi 20 pertanyaan
dan KPSP yang terdiri dari 9-10 tugas perkembangan. Pengolahan data menggunakan
editing, coding, processing dan cleaning. Analisis data yang digunakan adalah analisis
univariat dengan prosentase dan analisis bivariat dengan fisher exact test. Hasil penelitian
tentang pemberian stimulasi ibu yaitu 56,7% responden memberikan stimulasi dengan
baik dan 43,3% kurang. Perkembangan balita dengan kategori sesuai 81,7% dan tidak
sesuai18,3%. Ada sebanyak 31 dari 34 (91,2 %) ibu yang memberikan stimulasi dengan
baik dan perkembangan balitanya sesuai. Sedangkan diantara ibu yang memberikan
stimulasi kurang baik, ada 18 dari 26 (69,2%) yang perkembangan balitanya sesuai.
Diperoleh p value=0,044 dan OR=4,593. Kesimpulan i adalah terdapat hubungan
pemberian stimulasi ibu dengan perkembangan balita. Saran untuk ibu dan kader
posyandu agar dapat memberikan stimulasi yang adekuat, teratur, dan sesuai kelompok
umur serta bekerjasama dengan pihak puskesmas setempat untuk memberikan sosialisasi
tentang stimulasi dan perkembangan balita baik dengan penyuluhan ataupun leaflet.

C. ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH


STATUS TERHADAP GIZI BALITA DI PEDESAAN
Jurnal Teknologi, Kejuruan, dan Pengajarannya
ISSN  2477-0442  (online) 2018
Email:  teknologikejuruan.ft@um.ac.id

Malnutrisi dan malnutrisi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di


Indonesia. Gizi yang baik seringkali tidak terpenuhi oleh anak, terutama karena faktor
ekonomi keluarga, faktor pendidikan, dan jumlah keluarga. Analisis ini untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan gizi anak di pedesaan. Analisis
didasarkan pada desain survei cross-sectional. Faktor yang menjadi variabel bebas dalam
analisis adalah umur anak, jenis kelamin orang tua-anak, umur, tingkat pendidikan orang
tua, pekerjaan orang tua, ukuran keluarga, lama pemberian ASI, sedangkan variabel
terikatnya adalah status gizi. berdasarkan antropometri. Analisis data dilakukan secara
deskriptif melalui uji chi square dan multivariat.

Gizi kurang dan gizi buruk masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia. Asupan gizi yang baik sering tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak, karena
faktor ekonomi keluarga, pendidikan, dan jumlah keluarga. Analisis ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita Pedesaan. Analisis
didasari pada survei data yang dilakukan dengan rancangan cross sectional . Faktor yang

13
menjadi variabel independen terdiri dari umur anak, jenis kelamin anak, usia orang tua,
tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, jumlah anggota keluarga, dan lama
menyusui, sedangkan faktor dependen adalah status gizi berdasarkan
antropometri. Analisis data dilakukan secara deskriptif melalui uji chi squaredan
multivariat. Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan
berhubungan dengan status gizi adalah jenis pekerjaan ayah dan jenis pekerjaan ibu.

D. ABSTRAK JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN


DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DIWILAYAH KERJA
PUSKESMAS NANGGALO PADANG
Rona Firmana Putri, Delmi Sulastri, Yuniar Lestari, JURNAL KESEHATAN ANDALANS
(http://jurnal.fk.unand.ac.id) vol.4 no.1(2015)

Status gizi anak balita salah satunya dipengaruhi oleh faktor kondisi sosial
ekonomi, antara lain pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jumlah anak, pengetahuan dan pola
asuh ibu serta kondisi ekonomi orang tua secara keseluruhan. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui apakah ada hubungan kondisi sosial ekonomi keluarga terhadap status
gizi anak balita. Penelitian ini adalah survei analitik menggunakan desain cross sectional
study dengan jumlah sampel 227 orang yang terdiri dari anak balita dan ibu balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang
telah diisi oleh ibu balita yang kemudian di analisis secara bivariat dan multivariat.
Berdasarkan analisis bivariat didapatkan pendidikan ibu (p=0,022), pekerjaan ibu
(p=0,000), pendapatan keluarga (p=0,012), jumlah anak (p=0,008) dan pola asuh ibu
(p=0,000). Sementara dari analisis multivariat didapatkan pendidikan ibu (p=0,004;
OR=2,594; CI95%=1,356-4,963), pekerjaan ibu (p=0,000; OR=74,769; CI95%=24,141-
231,577), pendapatan keluarga (p=0,013; OR=3,058; CI95%=1,246-7,4) dan pola asuh
ibu (p=0,000; OR=15,862; CI95%=5,973-42,128). Analisis bivariat menunjukan bahwa
terdapat hubungan antara pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, jumlah
anak dan pola asuh ibu dengan status gizi anak balita. Berdasarkan hasil analisis
multivariat faktor pekerjaan ibu merupakan faktor yang paling berhubungan dengan
status gizi anak balita.

E. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERTUMBUHAN


ANAK USIA 6-23 BULAN DI PUSKESMAS BARA-BARAYA

JURNAL MEDIA BIDAN Tahun 2019


Dikelola oleh Program Studi D3 Kebidanan, Fakultas Keperawatan, Universitas Indonesia
Timur. 

Jl. Abdul Kadir No. 70 Kelurahan Balang Baru Kecamatan Tamalate,  Kota Makassar, Sulawesi
Selatan.

E-mail: mediabidan17@gmail.com

Pada masa balita usia 6-23 bulan pertumbuhan dan perkembangan anak sangat pesat, sehingga kerap
diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila
pada masa tersebut bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk perkembangan optimal.

14
Berdasarkan laporan bidan di wilayah kerja Bara-baraya induk Makassar tahun 2010, berjumlah 581
balita  presentase balita dengan berat  badan di bawah garis merah (BGM) sebesar 16 (2,89%) 
Dengan keadaan tersebut dapat diketahui sejauh mana proses pertumbuhan anak berlangsung, apakah
berjalan atau tidak.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
pertumbuhan anak usia 6-23 bulan di Bara-baraya induk Makassar tahun 2019.

Penelitian ini merupakan survei analitik dengan pendekatan cross sectional study, yaitu suatu
penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara
pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach) di
Puskesmas Bara-barayya, Kota Makassar, dengan metode random sampling.

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu terhadap
pertumbuhan anak usia 6-23 bulan. Sebaliknya, ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu,
pemberian ASI eksklusif, dan frekuensi makan terhadap pertumbuhan anak usia 6-23 bulan di
Puskesmas Bara-baraya.

Demi meningkatkan pertumbuhan anak, hendaknya para orang tua memperhatikan kebutuhan anak
selama masa pertumbuhan. Selain itu, perlu diadakannya pendataan dan penyuluhan-penyuluhan dari
petugas kesehatan untuk menghindari terjadinya gizi buruk di lingkungan masyarakat.

15
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pemaparan berbagai jurnal dapat disimpulkan bahwa Balita adalah kelompok
anak yang berada pada rentang usia 0-5 tahun. Masa balita adalah masa emas (golden
age) dalam rentang perkembangan seorang individu. Pada masa ini, anak mengalami
tumbuh kembang yang luar biasa baik dari segi motorik, emosi, kognitif maupun
psikososial.
Evidence-based  adalah proses sistematis untuk mencari, menilai dan
menggunakan hasil penelitian sebagai dasar untuk pengambilan keputusan klinis.
Tahapan tumbuh kembang evidence based terhadap pola asuh balita adalah
dimana pada polah asuh balita orang tua sangat berperan penting dalam mendidik dan
membimbing anak mereka mulai umur 0-5 tahun untuk umur balita, sehingga dalam
pembentukan karakter anak dapat terbentuk dengan baik, selain peran orang tua peran
keluarga jg penting dalam mendidik anak terutama untuk membetuk perilaku yang baik,
tidak membangkan terhadap orang tua, setiap orang tua wajib agar selalu memantau
tumbuh kembang anak mereka dengan rajin datang membawa anak keposyandu agar
selalu dipantau oleh petugas kesehatan, jadi dapat diketahui apakah anak tersebut dalam
keadaan sehat atau perlu penanganan lanjut.untuk itu kerjasama dari semua pihak perlu
ditingkatkan agar jika ada masalah dalam wilayah tertentu dapat terdeteksi secepatnya
dan memperoleh penanganan yang tepat.

B. SARAN

Adapun yang dapat kami sarankan dalam pembuatan makalah ini yaitu dimana
setiap orang tua, guru,keluarga, teman dan bersama lintas sektor agar bekerja sama dalam
memantau anak buah hati kita agar tumbuh kembang mereka dapat terpantau dengan
baik. Selain itu mudah-mudahan dengan tersajinya makalah ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan bagi pembaca, untuk itu kritik dan saran tetap kami butuhkan
demi tercapinya penjian makalah yang bermanfaat untuk kita semua. Sekian dan terimah
kasih.

16
DAFTAR PUSATAKA

 JURNAL MEDIA BIDAN Tahun 2019


Dikelola oleh Program Studi D3 Kebidanan, Fakultas Keperawatan, Universitas Indonesia
Timur. 

 (JURNAL PURNAMA BERAZAM UNIVERSITAS KARIMUN


purnama@universitaskarimun.ac.id, oktober 2019)
 Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 Dosen Jurusan Kebidanan
Poltekkes Tanjungkarang, Yusariasih@gmail.com
 Jurnal Teknologi, Kejuruan, dan Pengajarannya
ISSN  2477-0442  (online) 2018
Email:  teknologikejuruan.ft@um.ac.id
 Rona Firmana Putri, Delmi Sulastri, Yuniar Lestari, JURNAL KESEHATAN
ANDALANS (http://jurnal.fk.unand.ac.id) vol.4 no.1(2015)

17

Anda mungkin juga menyukai