Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PERAWATAN LUKA PERINEUM DAN

LUKA POST OPERASI KASUS KEBIDANAN

DISUSUN OLEH 1C :

KELOMPOK I

1. ANDESTA JAYA
2. APRIL YANTI RISKI HASANAH
3. ARINI RAHMATIKA
4. CHENNY MUSTIKA
5. CHINTYA OKTAMI
6. DEA LABERIA
7. DELTIN TIARA RINDIANI

DOSEN PEMBIMBING: Elly Wahyuni,SST,M.Pd

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

PRODI DIII KEBIDANAN

TA 2018/2019
KATA PENGANTAR

       Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas petunjuk dan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalahini untuk penambahan ilmu
pengetahuan. Tugas ini hadir untuk memenuhi keperluan nilai dan penambahan sebagai salah
satu sumber/media pembelajaran dalam meningkatkan sumber daya manusia peserta didik.
       Tugas ini berisi tentang perawatan luka perineum dan luka post operasi kasus kebidanan ,
dan sebagainya yang akan kami ulas di pembahasan materi.
       Kami menyadari banyaknya kekurangan dalam mengerjakan tugas ini, oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun akan kami terima dengan senang hati, guna penyempurnaan
tugas-tugas berikutnya.

Selasa, 19 Februari2019

penyusun

                    
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................3

1.     PENDAHULUAN……...............................................................................4
A.    LATAR BELAKANG
B.    RUMUSAN MASALAH
C TUJUAN PENULISAN
2.     PEMBAHASAN………...............................................................................5

A. PENGERTIAN KONSEP DASAR LUKA


B. KLASIFIKASI
C. PROSES PENGEMBUHAN LUKA
D. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA
E. TANDA TANDA INFEKSI PADA LUKA

3.   PENUTUP....................................................................................................14

KESIMPULAN

SARAN-SARAN

4.   DAFTAR PUSTAKA...................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Persalinan seringkali menimbulkan perlukaan jalan lahir, luka-luka biasanya
ringan tetapi kadang-kadang terjadi juga luka yang luas dan berbahaya. Setelah
persalinan harus dilakukan pemeriksaan vulva dan perineum. Robekan perineum terjadi
pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan
berikutnya. (Wiknjosastro, 2005)
Luka pada perenium akibat episiotomi, ruptura atau laserasi merupakan daerah
yang tidak mudah untuk dijaga agar tetap bersih dan kering. Pengamatan dan
perawatan khusus diperlukan untuk menjamin agar daerah tersebut sembuh dengan
cepat dan mudah. Pencucian daerah perineum memberikan kesempatan untuk
melakukan inspeksi secara seksama pada daerah tersebut dan mengurangi rasa
sakitnya(Helen Farrer).
Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis,
psikologis, sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat (Aziz, 2004).
Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan anus
(Danis, 2000). Post Partum adalah selang waktu antara kelahiran placenta sampai
dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil (Mochtar, 2002).
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara
paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran
placenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.
Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton (2002), adalah mencegah
terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan. Perawatan luka jalan
lahir dilakukan sesegera mungkin setelah 6 jam dari persalinan normal. Ibu akan dilatih
dan dianjurkan untuk mulai bergerak duduk dan latihan berjalan. Tentu saja bila
keadaan ibu cukup stabil dan tidak mengalami komplikasi misalnya tekanan darah
tinggi atau pendarahan.

1.2  Rumusan Masalah
a.    .Apa pengertian konsep dasar luka?
b.    apa saja klasifikasi konsep dasar luka?
c.    bagaimana proses penyembuhan luka?
d.    Apa faktor yang memenuhi penyembuhan luka?
e.    Apa tanda-tanda infeksi luka ?

1.3  Tujuan Penulisan
a.    megetahui pengertian konsep dasar luka
b.    megetahui klasifikasi konsep dasar luka
c.    megetahui bagaimana proses penyembuhan luka
d.    megetahui factor-faktor yang memenuhi penyembuhan luka
e.    megetahui tanda-tanda infeksi luka
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep dasar luka

Luka merupakan kejadian yang sering kita jumpai dalam kehidupan seharihari. Luka
adalah kerusakan pada fungsi perlindungan kulit disertai hilangnya kontinuitas jaringan epitel
dengan atau tanpa adanya kerusakan pada jaringan lainnya seperti otot, tulang dan nervus yang
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: tekanan, sayatan dan luka karena operasi (Ryan, 2014).
Menurut Arisanty Luka merupakan gangguan atau kerusakan dari keutuhan kulit (Arisanty,
2013). Luka adalah gangguan pada struktur, fungsi dan bentuk kulit normal yang dapat
dibedakan menjadi 2 jenis menurut waktu penyembuhannya yaitu luka akut dan luka kronis
(Granic & Teot, 2012). Ketika luka timbul ada beberapa efek yang akan muncul yaitu:

1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ Luka merupakan kejadian yang sering ditemui
di kehidupan sehari-hari yang menyebabkan hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ. Luka
merupakan kerusakan secara seluler maupun anatomis pada fungsi kontinuitas jaringan hidup
(Nalwaya ,et al. 2009).

2. Respon stres simpatis Reaksi pada respon stres simpatis dikenal juga sebagai alergi terkait
sistem imun tubuh. Reaksi yang sering muncul dapat diklasifikasikan menjadi empat tipe. Tipe
satu yaitu reaksi segera atau reaksi vasoaktif substansi sel mast ataubasofil yang diikuti dengan
reaksi spesifik antigen atau atibody. Tipe dua yaitu reaksi 10 sitotoksik berupa reaksi merusak
sel, fagositosis, dan mekanisme bula. Tipe tiga yaitu reaksi imun kompleks berupa sirkulasi
antigen atau antibodi ke jaringan inflamasi, trombosit rusak, vasoaktif menurun, dan
pemearbelitas vaskuler meningkat. Tipe empat yaitu raksi hipersensitif (Arisanty, 2013).

3. Pendarahan dan pembekuan darah Luka dapat menyebabkan reaksi pendarahan dan
pembekuan darah akibat respon imun di dalam tubuh. Lesi kulit dapat terjadi karena gangguan
pembuluh darah arteri dan vena (Arisanty, 2013). Pendarahan dibedakan menjadi dua yaitu
pendarahan internal dan eksternal. Pendarahan internal ditandai dengan nyeri pada area luka,
perubahan tanda-tanda vital dan adanya hematoma yang menyebabkan penekanan jaringan
disekitarnya, sehingga dapat menyumbat aliran darah(Treas dan Wilkinson, 2013).

4. Kontaminasi bakteri Semua luka traumatik cenderung terkontaminasi bakteri serta mikro
organisme lainnya. Bakteri adalah organisme bersel tunggal yang berpotensi menyebabkan
infeksi. Bakteri biasanya juga mampu hidup tanpa bantuan, walaupun beberapa diantaranya
bersifat parasit (Boyle, 2009). Imunitas terhadap bakteri bervariasi tergantung pada organisme
yang hidup di dalam atau di luar sel.. Walaupun banyak bekteri dapat ditolak atau bahkan
dimusnahkan oleh sistem pertahanan tubuh dasar, beberapa bakteri telah mengembangkan
kemampuannya untuk memperdaya sistem pertahanan tubuh (Boyle, 2009).
5. Kematian sel Luka dapat menyebabkan kematian sel akibat beberapa faktor. Kerusakan sel
disebabkan beberapa faktor, yaitu shear (lipatan), pressure (tekanan), friction(gesekan), 11 bahan
kimia, iskemia (kekurangan oksigen), dan neuropati (mati rasa). Mekanisme kerusakan pada
kulit menyebabkan terjadinya luka (arisanty, 2013).

B.Klasifikasi luka

Luka dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme cideranya seperti luka sayat. Luka
sayat merupakan salah satu jenis luka terbuka atau luka bersih yang disebabkan oleh pisau bedah
dengan meminimalkan kerusakan kulit (Mair, 2013). Luka sayat memiliki resiko infeksi yang
tinggi sehingga perlu adanya teknik antiseptik saat preoperatif untuk mengurangi infeksi pada
area operasi dengan menggunakan bahan Iodine, alkohol dan klorheksidine (Dumville, 2013).
Sering kita jumpai luka dapat diklasifikasikan menurut warna untuk menentukan tingkat
keparahan luka. Menurut Arisanty (2013) klasifikasi luka berdasarkan warna dasar luka atau
penampilan klinis luka(clinicalappearance). Klasifikasi ini juga dikenal dengan sebutan RYB
(red, yellow, black). Beberapa referensi menambahkan pink dan cokelat pada klasifikasi tersebut.

Klasifikasi Luka (Ruptur) Perineum Klasifikasi ruptur perineum menurut Prawiroharjo


(2008) terbagi dua bagian yaitu:

1. Ruptur perineum spontan

Ruptur perineum spontan luka pada perineum yang terjadi karena sebab-sebab tertentu
tanpa dilakukan tindakan perobekan atau disengaja. Luka ini terjadi pada saat persalinan dan
biasanya tidak teratur.

2. Ruptur perineum yang disengaja (episiotomi)

Ruptur perineum yang disengaja (episiotomi) adalah luka perineum yang terjadi karena
dilakukan pengguntingan atau perobekan pada perineum. Episiotomi adalah torehan yang
dibuat pada perineum untuk memperbesar saluran keluar vagina.

Wiknjosastro (2006), menyebutkan bahwa robekan perineum dapat di bagi dalam 4


tingkatan yaitu:

1. Tingkat I: Robekan hanya terjadi pada selaput lender vagina dengan atau tanpa mengenai
kulit perineum sedikit.

2. Tingkat II: Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selama mengenai selaput lendir vagina juga
mengenai muskulus perinei transversalis, tapi tidak mengenai sfingter ani.
3. Tingkat III: Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai mengenai otot-otot
sfingter ani. Ruptura perinei totalis di beberapa kepustakaan yang berbeda disebut sebagai
termasuk dalam robekan derajat III atau IV.

4. Tingkat IV:Robekan hingga epitel anus. Robekan mukosa rectum tanpa robekan sfingter ani
sangat jarang dan tidak termasuk dalam klasifikasi diatas.

C. Proses Penyembuhan Luka

Secara fisiologis, tubuh dapat memperbaiki kerusakan jaringan kulit sendiri yang dikenal
dengan penyembuhan luka. Menurut Arisanty (2013) cara penyembuhan luka berdasarkan tipe
atau cara penyembuhannya yaitu penyembuhan luka secara primer (primary intention), secara
sekunder (secondary intention), dan secara tersier (tertiary intention atau delayed primary
intention).

1. Sering diketahui di dalam kamar operasi petugas medis melakukan upaya penyembuhan luka
secara primer. Penyembuhan luka secara primer (primary intention) adalah luka yang ditutup
dengan cara dirapatkan kembali dengan 12 menggunakan alat bantu sehingga bekas luka (scar)
tidak ada atau minimal (Arisanty, 2013). Luka terjadi tanpa kehilangan banyak jaringan kulit.
Luka ditutup dengan cara dirapatkan kembali dengan menggunakan alat bantu sehingga bekas
luka(scar) tidak ada atau minimal. Proses yang terjadi adalah epitelisasi dan deposisi jaringan
ikat. Contohnya adalah luka sayatan robekan dan luka operasiyang dapat sembuh dengan alat
bantu jahitan, stapler, taoe eksternal, atau lem perekat kulit (Arisanty, 2013)

2. Penyembuhan luka secara sekunder(secondary intention). Pada proses penyembuhan luka


sekunder kulit mengalami luka (kerusakan) dengan kehilangan banyak jaringan sehingga
memerluka proses granulasi (pertumbuhan sel), kontraksi, dan epitelisasi (penutupan epidermis)
untuk menutup luka. Pada kondisi luka yang mengalami proses penyembuhan sekunder, jika
dijahit kemungkinan terbuka lagi atau menjadi nekrosis (mati) sangat besar (Arisanty, 2013).

3. Penyembuhan luka secara tersier atau delayed primary terjadi jika penyembuhan luka secara
primer mengalami infeksi atau ada benda asing sehingga penyembuhannya terlambat. Luka akan
mengalami proses debris hingga luka menutup. Penyembuhan luka dapat juga diawali dengan
penyembuhan secara sekunder yang kemudian ditutup dengan balutan jahitan/dirapatkan
kembali. Contohnya adalah luka oprerasi yang terinfeksi (Arisanty, 2013).

Berdasarkan waktu penyembuhannya, luka dapat dibagi menjadi dua yaitu luka akut dan
luka kronis.

1. Luka akut adalah luka yang terjadi kurang dari 5 hari dengan diikuti proses hemostasis dan
inflamasi. Luka akut sembuh atau menutup sesuai dengan waktu penyembuhan luka fisiologis 0-
21 hari (Arisanty, 2013). Luka akut juga merupakan 13 luka trauma yang biasanya segera
mendapat penanganan dan biasanya dapat sembuh dengan baik bila tidak terjadi komplikasi.
2. Luka kronik merupakan luka yang berlangsung lama atau sering timbul kembali (rekuren),
dimana terjadi gangguan pada proses penyembuhan yang biasanya disebabkan oleh masalah
multifaktor dari penderita. Luka kronik juga sering disebut kegagalan dalam penyembuhan luka
(Arisanty, 2013).

Secara umum proses penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase penyembuhan dimana
dibagi dalam tiga fase utama yaitu (1) Fase inflamasi: (2) Fase proliferative: (3) Fase maturasi.
Fase-fase penyembuhan luka dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Fase Inflamasi

Fase inflamasi terjadi pada awal kejadian atau pada saat luka terjadi hari ke-0 sampai hari
ke-3 atau hari ke-5. Terdapat dua kegiatan utama pada fase ini, yaitu respon vaskuler dan respon
inflamasi. Respon vaskuler diawali dengan respon hemostatic tubuh selama 5 detik pasca luka.
Sekitar jaringan yang luka mengalami iskemia yang merangsang pelapisan histamine dan
vasoaktif yang menyebabkan vasodilatasi, pelepasan trombosit, reaksi vasodilatasi dan
vasokontriksi, dan pembentukan lapisan fibrin. Respon inflamasi adalah reaksi non spesifik
tubuh dalam mempertahankan atau memberi perlindungan terhadap benda asing yang masuk
kedalam tubuh (Arisanty, 2013).Fase inflamasi ditandai dengan adanya nyeri, bengkak, panas,
kemerahan dan hilangnya fungsi jaringan (Hess, 2008). Tubuh mengalami aktifitas 14 biokimia
dan bioseluler, dimana reaksi tubuh memperbaiki kerusakan sel kulit, leukosit memberikan
perlindungan dan membersihkan makrofag (Arisanty, 2013).

2. Fase Proliferasi

Fase proliferasi terjadi pada hari ke-5 sampai hari ke-7 setelah 3 hari penutupan luka
sayat. Fase ini ditandai dengan pengeluaran makrofak dan neutrofil sehingga area luka dapat
melakukan sintesis dan remodelling pada mariks sel ekstraselular (Hubrecht & Kirkwood, 2010).
Pada fase proliferasi makrofak berfungsi menstimulasi fibroblas untuk menghasilkan kolagen
dan elastin kemudian terjadi prose angiogenesis. Pada proses granulasi kolagen dan elastin yang
dihasilkan menutupi luka dan membentuk matriks jaringan baru. Epitelasi terjadi setelah tumbuh
jaringan granulasi dan dimulai dari tepi luka yang mengalami proses migrasi membentuk lapisan
tipis yang menutupi luka. Sel pada lapisan ini sangat rentan dan mudah rusak. Sel mengalami
kontraksi sehingga tepi luka menyatu dan ukuran luka mengecil (Arisanty, 2013).

3. Fase Remodeling

Fase remodeling terjadi pada hari ke-8 hingga satu sampai dua tahun. Pada fase ini
terbentuknya jaringan kolagen pada kulit untuk penyembuhan luka (Hubrecht & Kirkwood,
2010). Jaringan kolagen ini akan membentuk jaringan fibrosis atau bekas luka dan terbentuknya
jaringan baru. Sitokin pada sel endothelial mengaktifkan faktor pertumbuhan sel dan
vaskularisasi pada daerah luka sehingga bekas luka dapat diminimalkan (Piraino & Selemovic,
2015). Aktifitas yang utama pada fase ini adalah penguatan jaringan bekas luka dengan aktifitas
remodeling kolagen dan elastin pada kulit. Kontraksi sel kolagen dan 15 elastin terjadi sehingga
menyebabkan penekanan ke atas kulit. Kondisi umum pada fase remodeling adalah rasa gatal
dan penonjolan epitel di permukaan kulit. Pada fase ini kulit masih rentan terhadap gesekan dan
tekanan sehingga memerlukan perlindungan (Arisanty, 2013).

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka

1. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka Faktor yang mempengaruhi proses
penyembuhan luka ada 2 faktor utama, yaitu:

a. Faktor umum : faktor umum yang mempegaruhi proses penyembuhan luka dipengaruhi oleh
perfusi dan oksigenasi jaringan, status nutrisi, penyakit, terapi obat, kemoterapi dan radiasi,
usia, stress fisik dan psokologis, immunosupresi, obesitas, dan gangguan sensasi atau gerakan.

b. Faktor lokal : faktor lokal terdiri atas faktor praktek manajemen luka, hidrasi luka,
temperatur luka, tekanan dan gesekan, adanya benda asing dan luka infeksi.

2.Faktor yang Mempengaruhi Luka

1. Usia

Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua lebih
sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari faktor
pembekuan darah. .

2. Nutrisi

Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien memerlukan


diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn. Klien kurang
nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka setelah pembedahan jika
mungkin. Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena
supply darah jaringan adipose tidak adekuat.

3. Infeksi

Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi. Sirkulasi


(hipovolemia) dan Oksigenasi Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka.
Adanya sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh
darah). Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih
sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada
orang dewasa dan pada orang yang menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi
atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang menderita anemia atau
gangguan pernapasan kronik pada perokok. Kurangnya volume darah akan mengakibatkan
vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.

4. Hematoma

Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap
diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar hal
tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses
penyembuhan luka.

5. Benda asing

Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu
abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati
dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan
nanah (“Pus”).

6. Iskemia

Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada
bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan
pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada
pembuluh darah itu sendiri.

7. Diabetes

Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi
tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori
tubuh.

8. Keadaan Luka

Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan luka.
Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.

9. Obat

Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik
mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat
seseorang rentan terhadap infeksi luka.

a. Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera

b. Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan


c. Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab
kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif
akibat koagulasi intravaskular.

E.Tanda Tanda Infeksi Luka

Gejala dan 5 Tanda-tanda Infeksi Pada Luka - Luka sangat rentan terhadap
infeksi baik dari virus, bakteri maupun jamur. Namun terkadang kita tidak menyadari
kapan infeksi mulai terjadi pada luka , sehingga setelah infeksi sudah sangat parah kita
baru tahu karena menimbulkan masalah kesehatan sehingga kita harus merogoh uang
lebih banyak untuk mengobatinya.

Untuk itu kita perlu mengetahui gejala atau tanda-tanda awal dari infeksi yaitu dolor,
kalor, rubor, tumor dan fungsio laesa..

Dolor
Dolor adalah rasa nyeri, nyeri akan terasa pada jaringan yang mengalami infeksi. Ini dapat terjadi
karena sel yang mengalami infeksi bereaksi mengeluarkan zat tertentu sehingga menimbulkan
nyeri. Rasa nyeri mengisyaratkan bahwa terjadi gangguan atau sesuatu yang tidak normal
(patologis) jadi jangan abaikan rasa nyeri karena mungkin saja itu sesuatu yang berbahaya

Kalor
Kalor adalah rasa panas, pada daerah yang mengalami infeksi akan terasa panas.ini terjadi karena
tubuh mengkompensasi aliran darah lebih banyak ke area yang mengalami infeksi untuk
mengirim lebih banyak antibody dalam memerangi antigen atau penyebab infeksi

Tumor
Tumor dalam konteks gejala infeksi bukanlah sel kanker seperti yang umum dibicarakan tapi
pembengkakan. Pada area yang mengalami infeksi akan mengalami pembengkakan karena
peningkatan permeabealitas sel dan peningkatan aliran darah

Rubor
Rubor adalah kemerahan, ini terjadi pada area yang mengalami infeksi karena peningkatan aliran
darah ke area tersebut sehingga menimbulkan warna kemerahan

Fungsio Laesa
Fungsi Laesa adalah perubahan fungsi dari jaringan yang mengalami infeksi. Contohnya jika
luka di kaki mengalami infeksi maka kaki tidak akan berfungsi dengan baik seperti sulit berjalan
atau bahkan tidak bias berjalan
BAB III

PENUTUP

1.  Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan perineum adalah


pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus
pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik
seperti pada waktu sebelum hamil.

Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton (2002), adalah mencegah terjadinya


infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan, untuk mencegah terjadinya infeksi di
daerah vulva, perineum, maupun di dalam uterus, untuk penyembuhan luka perinium (jahitan
perineum), untuk kebersihan perineum dan vulva, untuk mencegah infeksi seperti diuraikan
diatas bahwa saat persalinan vulva merupakan pintu gerbang masuknya kuman-kuman.

2.  Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas kami dapat memberikan saran bahwa perawatan


perineum sangan penting untuk dilakukan. Perawatan luka jalan lahir ini sebaiknya dilakukan
sesegera mungkin setelah 6 jam dari persalinan normal. Dalam hal ini, ibu akan dilatih dan
dianjurkan untuk mulai bergerak duduk dan latihan berjalan. Tentu saja bila keadaan ibu cukup
stabil dan tidak mengalami komplikasi misalnya tekanan darah tinggi atau pendarahan.
DAFTAR PUSTAKA

Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetri Williams: Panduan Ringkas, Edisi 21. Jakarta: EGC.

Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

http://riskanurfajriahsetiawan.wordpress.com/18-2/

http://www.carantrik.com/2012/07/perawatan-luka-perineum.html

Anda mungkin juga menyukai