Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KESEHATAN MASYARAKAT
“RENDAHNYA PEMANFAATAN FASILITAS DAN
KETERJANGKAUAN PELAYANAN KESEHATAN”
DOSEN PENGAMPU : JANE L. MANGI, S.Kep.Ns.M.Kep

KELOMPOK V
SOFIA SOSE BERE
VERONIKA ABI
WASTI A. BOIMAU
WILFRIDA BRIA
YOSEFINA UN FOUK
YUSTINA BRIA
YUSTINA HOAR KLAU

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
JURUSAN DIII KEBIDANAN KELAS RPL ANGKATAN III KUPANG
TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah tentang rendahnya pemanfaatan fasilitas
dan keterjangkauan pelayanan kesehatan tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun agar dapat memberikan kita informasi tentang rendahnya pemanfaatan
fasilitas dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang lebih luas lagi dalam kehidupan
sehari-hari ataupun lingkungan sekitar.

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan,
mengingat akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Untuk itu kritik dan
saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan penyusunan makalah yang akan datang.

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGHANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................2
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3. Tujuan Masalah................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................3
2.1. Pengertian Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan................................................3
2.1.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelayanan Kesehatan...................4
2.2. Pos Kesehatan Desa.........................................................................................7
2.2.1. Pengertian Pos Kesehatan Desa...........................................................7
2.2.2. Poskesdes Tenaga masyarakat.............................................................8
2.2.3. Tujuan Poskesdes.................................................................................8
2.2.4. Sumber Daya yang Terdapat dalam Poskesdes...................................9
2.2.5. Ruang Lingkup Kegiatan Poskesdes...................................................9
2.2.6. Fungsi Poskesdes................................................................................10
2.2.7. Prioritas Pengembangan Poskesdes....................................................10
2.2.8. Manfaat Poskesdes.............................................................................10
2.2.9. Kedudukan dan Hubungan Kerja.......................................................11
2.3. Potensi Desa...................................................................................................13
2.4. Partisipasi Masyarakat....................................................................................16
BAB II PENUTUP................................................................................................................18
3.1. Kesimpulan ....................................................................................................18
3.2. Saran...............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan penduduk terpadat keempat di dunia setelah


Cina, India, dan Amerika Serikat dengan jumlah penduduk 255.461.686. Angka tersebut
merupakan hasil perhitungan yang dilakukan oleh Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan dengn bimbingan dari Badan Pusat Statistik. Jumlah penduduk yang banyak ini
tidak dipungkiri akan menimbulkan masalah-masalah yang kompleks, salah satunya adalah
masalah mengenai pelayanan kesehatan terhadap penduduk yang sedemikian banyaknya.
Pemerintah dituntut untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang baik untuk
penduduknya sendiri karena hal itu nantinya akan menjadi “bonus”tersendiri untuk suatu
negara jika pelayanan kesehatannya sudah baik dan hal tersebut nantinya menaikkan status
negara menjadi negara dengan penduduk yang sehat.

Kesehatan merupakan investasi penting untuk mendukung pembangunan ekonomi


serta memiliki peranan penting dalam upaya penanggulanagan kependudukan lainnya seperti
kemiskinan karena suatu negara tanpa penduduk yang sehat tidak akan mungkin dapat dapat
membangun negaranya sendiri. Pelayanan kesehatan merupakan faktor penting untuk
meningkatkan “taraf sehat” dari penduduk itu sendiri. Namun hingga saat ini pelayanan
kesehatan di Indonesia belum bisa dikatakan cukup memadai untuk seluruh penduduk
Indonesia terutama untuk penduduk yang tinggal di daerah timur Indonesia seperti Maluku,
NTT, NTB dan Papua dengan tingkat gizi buruk diatas dari 40 %.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan pelayanan kesehatan di Indonesia kurang


terlaksana dengan baik, yakni Faktor pertama dalah faktor Tenaga Kesehatan di Indonesia.
Faktor ini merupakan salah satu faktor besar yang mempengaruhi tingkat pelayanan
kesehatan di Indonesia karena tenaga kesehatan itu sendirilah yang turun ke masyarakat
untuk memberikan pelayanan kesehatan. Ditambah lagi dengan masalah tidak meratanya
penyebaran tenaga kesehatan di Indonesia yang hanya terkonsentrasi di wilayah yang padat
penduuknya saja dan kurang menjangkau daerah-daerah lainnya seperti daerah Indonesia
bagian timur. Faktor kedua adalah minimnya sarana kesehatan yang tersedia. Dan Faktor
yang ketiga adalah birokrasi yang cukup buruk dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di
Indonesia. Bidang kesehatan sendiri mengalami kerugian hingga mencapai ratusan miliar
rupiah dengan kasus seperti korupsi pengadaan alat bantu belajar pada dokter dan korupsi
1
dalam pemenangan tender untuk pembuatan atau penelitian jenis obat tertentu. Hal ini sangat
jelas menambah makin buruknya pelayanan kesehatan di indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat di puskesmas dan


jejaringnya ?

2. Bagaimana keterjangkauan / akses masyarakat terhadap fasilitas pelayanan


kesehatan yang ada ?

1.3. Tujuan Masalah

1. Meningkatkan pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada

2. Memudahkan akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat

BAB II

2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Pemanfaatan adalah penggunaan fasilitas


pelayanan kesehatan yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan
rumah oleh petugas atau tenaga kesehatan maupun dalam bentuk kegiatan lain dari
pemanfaatan layanan kesehatan tersebut (Depkes, 2006).
Pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan pendayafungsian layanan kesehatan
oleh masyarakat. Menurut Levey dan Loomba (1973) yang dimaksud dengan pemanfaatan
pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang dilaksanakan secara sendiri atau bersama-
sama, dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan seseorang, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah hasil dari proses pencarian pelayanan
kesehatan oleh seseorang maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku pencari
pengobatan adalah perilaku individu maupun kelompok atau penduduk untuk melakukan atau
mencari pengobatan. Perilaku pencarian pengobatan di masyarakat terutama di Negara
sedang berkembang sangat bervariasi.
Pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh keluarga yang disebutkan dalam Muzaham
(1995) yang dikutip oleh Siregar (2012), tergantung pada predisposisi keluarga mencakup
karakteristik keluarga cenderung menggunakan pelayanan kesehatan meliputi variabel
demografi, variabel struktur sosial (pendidikan, pekerjaan, suku) serta kepercayaan dan sikap
terhadap perawatan medis, dokter, dan penyakit (termasuk stress serta kecemasan yang ada
kaitannya dengan kesehatan).
Penelitian Saragih (2010) menyatakan sikap sangat berpengaruh terhadap
pemanfaatan pelayanan kesehatan (Puskesmas). Hal ini disebabkan karena perilaku petugas
pelayanan kesehatan puskesmas dan sikap masyarakat yang lebih memiih pergi kebalai
pengobatan bidan atau praktek dokter yang ada di desa tersebut daripada ke Puskesmas. Hasil
penelitian ini juga hampir sejalan dengan hasil penelitian Achmad Rifai (2005) tentang
persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan pelayanan pengobatan di Puskesmas Binjai.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan bahwa perilaku petugas sebanyak (68,0%), perilaku
dokter sebanyak (62,0%), perilaku masyarakat sebanyak (58,0%). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat banyak yang bertindak tidak mau

3
memanfaatkan pelayanan puskesmas disebabkan oleh perilaku petugas kesehatan dan
perilaku masyarakat yang lebih memilih ke balai pengobatan bidan atau praktek dokter yang
ada di desa tersebut.
2.1.1. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Cukup banyak pendapat-pendapat yang menyebutkan faktor-faktor yang


memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Seperti yang diungkapkan oleh ut
Departement Of Education and Welfare, USA (1997) dalam Lapau (1997), faktor-faktor yang
memengaruhi pelayanan kesehatan yaitu :

1. Faktor regional dan residence,

2. Faktor dari sistem pelayanan kesehatan yang bersangkutan,

3. Adanya fasilitas kesehatan lain,

4. Faktor dari konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan yaitu :

 Faktor sosiodemografi (meliputi umur, jenis kelamin dan status


perkawinan),

 Faktor sosial psikologis (meliputi sikap/persepsi terhadap pelayanan

kesehatan secara umum, pengetahuan dan sumber informasi dari


pelayanan kesehatan),

 Faktor ekonomi dan kemudahan menjangkau pelayanan kesehatan.

Pemanfaatan pelayanan kesehatan masyarakat dapat dipengaruhi oleh

1. Keterjangkauan lokasi tempat pelayanan. Tempat pelayanan yang tidak


strategis sulit dicapai, menyebabkan berkurangnya pemanfaatan
pelayanan kesehatan oleh para ibu hamil dan ibu balita.

2. Jenis dan kualitas pelayanan yang tersedia Jenis dan kualitas pelayanan
yang kurang memadai menyebabkan rendahnya akses ibu hamil dan ibu
balita terhadap pelayanan kesehatan,

3. Keterjangkauan informasi Informasi yang kurang menyebabkan


rendahnya penggunaan pelayanan kesehatan yang ada,

4
4. (permintaan) adalah pernyataan dari kebutuhan yang dirasakan yang
dinyatakan melalui keinginan dan kemampuan membayar (Depkes,
1999). Masyarakat saat ini sudah semakin selektif dalam memilih
pelayanan kesehatan. Banyaknya pelayanan kesehatan mengharuskan
masyarakat melihat kualitas dari pelayanan kesehatan tersebut. Pelayanan
yang bekualitas adalah pelayanan kesehatan harus memiliki persyaratan
pokok yaitu, tersedia dan berkesinambungan, mudah dicapai, mudah
dijangkau, dapat diterima dan wajar, serta bermutu (Azwar, 1996).
Pelayanan yang berkualitas memungkin- kan masyarakat untuk
menggunakan pelayanan tersebut, sehingga pemanfaatannya menjadi
tinggi.

Tinggi rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan berhubungan dengan :

1. Jarak yang jauh (faktor geografi),

2. Tidak tahu adanya suatu kemampuan fasilitas (faktor informasi),

3. Biaya yang tidak terjangkau (faktor ekonomi), dan

4. Tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas (faktor budaya) (Depkes RI, 2002b).
Konsumen akan memutuskan menggunakan atau memanfaatkan saranan
pelayanan kesehatan berdasarkan perilaku faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Proses pengunaan atau pemanfaatan sarana kesehatan oleh
masyarakat atau konsumen, dijelaskan oleh Anderson (1974) dalam
Notoadmodjo (2010) sebagai berikut:
1) Karakteristik Predisposisi (Predisposing Characteristcs)

Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan


kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-
beda.

Hal ini disebabkan karena adanya ciri-ciri individu, yang digolongkan ke


dalam 3 kelompok:

a) Ciri-ciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur.

b) Struktur sosial, seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, kesukuan


atau ras, dan sebagainya.

5
c) Manfaat-manfaat kesehatan, seperti keyakinan bahwa pelayanan
kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit.

Berdasarkan pernyataan di atas Anderson percaya bahwa:

a) Setiap individu atau orang mempunyai perbedaan karakteristik,


mempunyai perbedaan tipe dan frekuensi penyakit, dan
mempunyai perbedaan pola penggunaan pelayanan kesehatan.

b) Setiap individu mempunyai perbedaan struktur sosial,


mempunyai perbedaan gaya hidup, dan akhirnya mempunyai
perbedaan pola penggunaan pelayanan kesehatan.

c) Setiap Individu percaya adanya kemanjuran dalam penggunaan


pelayanan kesehatan.

2) Karakteristik Pendukung (Enabling Characteristics)

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai


predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, ia tidak akan
bertindak untuk meng gunakanya kecuali bila ia mampu
menggunakannya. Penggunaan pelayanan kesehatan yang ada
tergantung kepada kemampuan konsumen untuk mem-bayar. Hasil
penelitian Madunde, at all (2013) menyatakan bahwa responden yang
memiliki pendapatan rendah cenderung memanfaatkan pelayanan
kekesehatan (puskesmas) sebanyak 74%, dan responden yang memiliki
pen-dapatan tinggi lebih sedikit menggunakan pelayanan kesehatan
(puskesmas) yaitu sebanyak 26%.

3) Karakteristik Kebutuhan (Need Characteristics)

Faktor predisposisi dan faktor yang memungkinkan untuk


mencari pengobatan akan terwujud di dalam tindakan apabila itu
dirasakan sebagai kebutuhan. Dengan kata lain kebutuhan merupakan
dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan,
bilamana tingkat predisposisi dan pendukung itu ada. Kebutuhan (need)
disini dibagi menjadi 2 kategori, dirasa atau perceived (subject
assessment) dan evaluated (clinical diagnosis). Hal ini sejalan dengan

6
hasil penelitian Yuliah (2001) yang menunjukkan bahwa faktor
pendidikan, persepsi sakit dan sikap petugas, penyandang dana, jarak,
biaya transportasi berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan
kesehatan (puskesmas). Dari beberapa faktor diatas ternyata persepsi
sakit yang paling dominan berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan
kesehatan.

Persepsi sehat dan sakit terbagi atas dua bagian, yaitu sehat
optimal dan kematian. Apabila status kesehatan kita bergerak kearah
kematian maka kita berada dalam area sakit (Illness area), dan apabila
status kesehatan kita bergerak ke arah sehat maka kita berada dalam area
sehat (Wllness are). Jadi, status kesehatan selalu dinamis dan berubah
setiap saat.

2.2. Pos Kesehatan Desa

2.2.1. Pengertian Pos Kesehatan Desa

Pos Kesehatan Desa yang selanjutnya disingkat dengan Poskesdes adalah upaya
kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka
mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa.

Poskesdes dibentuk dalam rangka mendekatkan pelayanan kesehatan dasar bagi


masyarakat serta sebagai sarana kesehatan yang merupakan pertemuan antara upaya
masyarakat dan dukungan pemerintah (Depkes RI, 2007).

Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) adalah wujud upaya kesehatan bersumberdaya


masyarakat yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat atas dasar musyawarah dalam
rangka :

1. Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat desa.

2. Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap


dengan penyakit dan masalah-masalah kesehatan.

3. Meningkatkan kemampuan masyarakat desa untuk menolong diri sendiri dalam


bidang kesehatan.

4. Meningkatkan pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh masyarakat


desa dan tenaga kesehatan.
7
5. Meningkatkan dukungan dan peran-aktif berbagai pihak yang bertanggung
jawab terhadap kesehatan masyarakat desa.

Pelayanan Poskesdes meliputi upaya promotiv, preventif dan kuratif yang


dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (terutama bidan) dengan melibatkan kader atau tenaga
sukarela lainnya.

Pengertian “Desa” dapat berarti desa atau kelurahan atau nagari atau sebutan lainnya
bagi satuan administrasi pemerintahan setingkat desa.

2.2.2. Tenaga Poskesdes Tenaga masyarakat

Tenaga Poskesdes Tenaga masyarakat: kader penggerak ketrampilan keluarga, kader


posyandu, tenaga sukarela lain. Tenaga kesehatan: bidan plus (bidan yang sudah mendapat
pendidikan dan pelatihan tentang poskesdes), tenaga gizi, sanitarian. Tenaga lain: petugas-
petugas sektor terkait (misal: petugas lapangan keluarga berencana).

2.2.3. Tujuan Poskesdes

1. Tujuan Umum

Terwujudnya masyarakat sehat yang siaga terhadap permasalahan kesehatan di


wilayah desanya.

2. Tujuan Khusus

1) Terselenggaranya Promosi Kesehatan dalam rangka meningkatkan


pengetahuan masyarakat tentang kesehatan.

2) Terselenggaranya pengamatan, pencatatan dan pelaporan dalam rangka


meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap risiko
dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, terutama
penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan Universitas
Sumatera Utara kejadian luar biasa (KLB) serta faktor-faktor risikonya
(termasuk status gizi dan ibu hamil yang berisiko).

3) Terselenggaranya upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka


meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya di bidang
kesehatan

8
4) Terselenggaranya pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh
masyarakat dan tenaga professional kesehatan.

5) Terkoordinasinya penyelenggaraan UKBM lainnya yang ada di desa.

2.2.4. Sumber Daya yang Terdapat dalam Poskesdes

Sarana Bangunan Poskesdes Sarana bangunan untuk Poskesdes dapat diupayakan


dengan berbagai alternatif, yaitu :

1. Memanfaatkan/mengembangkan bangunan polindes yang sudah ada

2. Memanfaatkan/memodifikasi bangunan lain yang sudah ada

3. Membangun baru dengang fasilitasi dari pemerintah

4. Membangun baru dengan fasilitasi dari dunia usaha

5. Membangun baru melalui swadaya masyarakat, atau dengan pendanaan dari


Pemerintah (Pusat atau Daerah), donator.

2.2.5. Ruang Lingkup Kegiatan Poskesdes

Ruang lingkup kegiatan Poskesdes meliputi upaya kesehatan yang menyeluruh


mencakup upaya promotif, preventif dan kuratif yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan
(terutama bidan) dengan melibatkan kader atau tenaga sukarela Universitas Sumatera Utara
lainnya. Kegiatan Poskesdes utamanya adalah, pengamatan dan kewaspadaan dini (surveilans
penyakit, surveilans gizi, surveilans perilaku berisiko, dan surveilans lingkungan, dan
masalah kesehatan lainnya), penanganan kegawatdaruratan kesehatan, dan kesiapsiagaan
terhadap bencana serta pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan Poskesdes lainnya yang
merupakan kegiatan pengembangan yaitu promosi kesehatan, penyehatan lingkungan, dan
lain-lain. Sebagai bentuk pertanggung-jawaban maka kegiatan di Poskesdes didukung dengan
pencatatan dan pelaporan. Poskesdes juga merupakan pusat pengembangan atau revitalisasi
berbagai UKBM, menumbuh-kembangkan partisipasi masyarakat, kemitraan dengan
berbagai kepentingan (stakeholder) terkait. Kegiatan dilakukan berdasarkan pendekatan
edukatif atau kemasyarakatan yang dilakukan melalui musyawarah dan mufakat yang
disesuaikan dengan kondisi dan potensi masyarakat setempat.

2.2.6. Fungsi Poskesdes

1. Sebagai wahana peran aktif masyarakat di bidang kesehatan.


9
2. Sebagai wahana kewaspadaan dini terhadap berbagai risiko dan masalah
kesehatan.

3. Sebagai wahana pelayanan kesehatan dasar, guna lebih mendekatkan


pelayanan kepada masyarakat serta untuk meningkatkan jangkauan dan
cakupan pelayanan kesehatan.

4. Sebagai wahana pembentukan jejaring berbagai UKBM yang ada di desa.

2.2.7. Prioritas Pengembangan Poskesdes

Mengingat Poskesdes merupakan salah satu upaya memeratakan pelayanan kesehatan


yang sekaligus wahana partisipasi masyarakat, prioritas pengembangannya adalah:

1. Desa/kelurahan yang tidak terdapat sarana kesehatan (Puskesmas dan rumah


sakit).

2. Adapun desa yang terdapat Puskesmas Pembantu masih memungkinkan untuk


dikembangkan Poskesdes.

3. Desa di lokasi terisolir, terpencil, tertinggal, perbatasan/kepulauan

2.2.8. Manfaat Poskesdes

1. Bagi Masyarakat Desa

a) Permasalahan kesehatan di Desa dapat dideteksi secara dini, sehingga


dapat ditangani dengan cepat dan diselesaikan, sesuai kondisi, potensi
dan kemampuan yang ada.

b) Masyarakat Desa dapat memperoleh pelayanan kesehatan dasar yang


dapat dijangkau (secara geografis).

2. Bagi Kader

a) Kader mendapatkan informasi awal dibidang kesehatan.

b) Kader mendapatkan kebanggaan, bahwa dirinya lebih berkarya bagi


warga desanya.

3. Bagi Puskesmas

10
a) Memperluas jangkauan pelayanan Puskesmas dengan mengoptimalkan
segala sumber daya secara efektif dan efisien.

b) Dapat mengoptimalkan fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak


pembangunan berwawasan kesehatan pusat pemberdayaan masyarakat,
dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

4. Bagi Sektor Lain

a) Dapat memadukan kegiatan sektornya dengan bidang kesehatan.

b) Kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan lebih efektif dan


efisien.

2.2.9. Kedudukan dan Hubungan Kerja

Kedudukan dan hubungan kerja antara Poskesdes dengan unit-unit serta masyarakat,
dapat digambarkan sebagai berikut:

Dinkes Kab/Kota RSUD Kab/Kota

PUSKESMAS

PUSTU PUSTU

POSKESDES

POSYANDU UKBM Lain

Keluarga/Masyarakat

Gambar 2.1. Kedudukan Hubungan Kerja Poskesdes (Depkes, 2006)

11
1. Dinkes Kabupaten/ Kota, sebagai penyedia dan Pembina Puskesmas
serta yang menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian
desa siaga.

2. RSUD Kabupaten/ Kota, rujukan pasien yang tidak dapat ditangani oleh
puskesmas, termasuk pelayanan Obstetric dan Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK).

3. Puskesmas, rujukan pasien yang tidak dapat ditangani oleh Poskesdes dan
memfasilitasi pengembangan desa siaga khususnya Poskesdes.

4. Poskesdes, sebagai pusat pengembangan atau revitalisasi berbagai UKBM


(Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat) sehingga permasalahan
kesehatan di Desa dapat dideteksi secara dini, dan dapat ditangani dengan
cepat sesuai kondisi, potensi dan kemampan yang ada terutama dalam tanggap
darurat dan bencana berupa dibentuknya:

a) Donor Siaga Yaitu warga yang sukarelawan memenuhi syarat untuk


menjadi donor darah dan menyepakati dengan ibu hamil, pentingnya
mengetahui golongan darah untuk disesuaikan dengan golongan
darah ibu hamil. Kader berperan memotivasi serta mencari
sukarelawan, apabila ada salah seorang warga yang membutuhkan
darah. Membuat daftar golongan darah ibu hamil dan perkiraan
waktu lahir, kumpulkan nama warga yang mempunyai golongan
darah yang sama dengan ibu hamil. Catat nama dan alamat mereka
ataupun cara menghubungi yang tercepat dari semua warga yang
bergolongan darah sama dengan ibu hamil, pendampingan ini
minimal empat warga/orang dengan satu orang ibu hamil.

b) Ambulan Siaga

Ambulan desa adalah suatu alat tranportasi yang dapat digunakan


untuk mengatar warga yang membutuhkan pertolongan dan
perawatan di tempat pelayanan kesehatan. Ambulan desa dapat
berupa alat-alat tranportasi yang dimiliki warga desa tersebut seperti
becak, gerobak, andong, perahu, motor, mobil, dll. Peran kader
disini memotivasi warga agar apabila suatu saat ada warga yang

12
membutuhkan pertolongan untuk pergi ketempat pelayanan
kesehatan dengan segera, dapat menggunakan alat transportasi yang
dimilikinya sebagai ambulan Desa.

2.3. Potensi Desa

Potensi Desa adalah kemampuan (potensi) yang dimiliki oleh masyarakat di dalam
penggerakan dan pemberdayaan masyarakat untuk menyelesaikan masalah, agar dapat diatasi
oleh masyarakat itu sendiri dengan menggunakan sumber daya (poternsi) yang dimiliki oleh
masyarakat di desanya (Depkes, 2006).

Potensi desa ada yang berupa fisik terdiri dari tanah, air, iklim, manusia dan hutan, serta
yang non fisik antara lain gotong royong, kekeluargaan, dan lembaga sosial (Elfindri, 2003).
Maju mundurnya desa akan tergantung pada beberapa faktor yaitu potensi desa, interaksi
desa dengan kota tau antara desa dengan desa dan lokasi desa terhadat daerah sekitarnya
yang lebih maju.

Kemampuan (potensi) yang dimiliki masyarakat dapat berupa:

1. Tokoh-tokoh Masyarakat Yang tergolong sebagai tokoh masyarakat adalah semua


orang yang memiliki pengaruh di masyarakat setempat baik yang bersifat formal
(Ketua RT, Ketua RW, Ketua Kampung, Kepala Dusun, Kepala Desa) maupun tokoh
non formal (Tokoh Agama, tokoh adat, tokoh pemuda, kepala suku). Tokoh-tokoh
masyarakat ini merupakan kekuatan yang sangat besar yang mampu menggerakkan
masyarakat di dalam setiap upaya pembangunan (Depkes, 2006). Dalam
pengembangan desa siaga, tokoh masyarakat berperan sebagai pemberdaya
masyarakat dan penggali sumber daya untuk kesinambungan dan kelangsungan desa
siaga, serta Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) lainnya, dan mempunyai
fungsi:

a) Menggali sumber daya untuk kelangsungan penyelenggaraan desa siaga.

b) Menaungi dan membina kegiatan desa siaga

c) Menggerakan masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan desa siaga.

d) Memberikan dukungan dalam pengelolaan desa siaga.

e) Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan


kesehatan dan UKBM yang ada.
13
f) Bila memungkinkan juga memberikan dukungan berupa sarana dan prasarana.

2. Kader

Menurut Pemerintah Dalam Negeri No.7 tahun 2007 tentang kader pemberdayaan
masyarakat adalah anggota masyarakat Desa/Kelurahan yang memiliki pengetahuan
dan kemauan untuk menggerakkan masyarakat berpartisipasi dalam pemberdayaan
masyarakat dan pemanfaatan hasil pembangunan di desanya

3. Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dari masyrakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat di bawah
atap dalam keadaan saling ketergantungan yang berada di Desa, baik yang aktif
berpartisipasi dan mau memanfaatkan fasilitas yang ada di Poskesdes maupun yang
tidak mau berpartisipasi dan tidak mau memanfaatkan fasilitas yang ada di Poskesdes
(Depkes, 2006).

4. Organisasi Kemasyarakatan Organisassi yang ada di masyarakat seperti PKK


(Pemberdayaan dan Kesehatan Keluarga), Karang Taruna, Pengajian, dan lain
sebagainya merupakan wadah berkumpulnya para anggota dari masing-masing
organisasi tersebut, sehingga upaya pemberdayaan masyarakat akan lebih berhasil
guna apabila pemerintah/tenaga kesehatan memanfaatkan-nya dalam upaya
pembangunan kesehatan.

5. Dana Masyarakat Pada golongan masyarakat tertentu, penggalangan dana masyarakat


merupakan upaya yang tidak kalah pentingnya. Tetapi pada golongan masyarakat
yang tidak mampu ekonominya, pra-sejahtera, penggalangan dana masyarakat
hendaknya dilakukan sekedar agar mereka merasa ikut memiliki dan bertanggung
jawab terhadap upaya pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatannya. Cara lain
yang dapat ditempuh adalah dengan model tabungan-tabungan atau sistem asuransi
yang bersifat subsidi silang. Potensi dana yang ada di masyarakat antara lain jimpitan,
iuran dana sosial RT (dana sehat, tabungan ibu bersalin) koperasi, kelompok usaha
(pembuatan telur asin, keripik singkong, minuman sehat, dll) (Elfindri, 2003).

6. Sarana dan Material yang Dimiliki Masyarakat Identifikasi sarana dan material yang
dimiliki oleh masyarakat seperti peralatan, batu kali, bambu, kayu dan lain sebagainya
untuk pembangunan kesehatan akan menumbuhkan rasa tanggung jawab dan ikut
memiliki dari masyarakat (Seminar Nasional, 2008).

14
7. Teknologi yang Dimiliki Masyarakat Masyarakat juga telah memiliki teknologi
tersendiri dalam memecahkan masalah yang dialaminya, teknologi ini biasanya
bersifat sederhana tapi tepat guna untuk pembangunan fasilitas kesehatan di
wilayahnya misal penyaluran air menggunakan bambu dll. Untuk itu pemerintah
sebaiknya memanfaatkan teknologi yang dimiliki masyarakat tersebut dan apabila
memungkinkan dapat memberikan saran teknis guna meningkatkan hasil gunanya.

8. Pengetahuan Masyarakat Menurut pendapat Cambers (1996) dalam Anisatullaila


(2010) masyarakat memiliki pengetahuan yang bermanfaat bagi pembangunan
kesehatan masyarakat, seperti pengetahuan tentang obat tradisionil (asli Indonesia)
pengetahuan mengenai penerapan teknologi tepat guna. Pengetahun yang dimiliki
oleh masyarakat tersebut akan meningkatkan keberhasilan uapaya pembangunan
kesehatan yang dimiliki masyarakat tersebut dan apabila memungkinkan dapat
memberikan saran teknis guna meningkatkan hasil gunanya.

2.4. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi yang berarti keturut-sertaan setiap orang di dalam setiap perencanaan dan
pelaksanaan, pengawasan dalam menguasai dan memelihara alam, bukan sekedar
melaksanakan apa yang telah orang (kelompok) lain rencanakan dan putuskan (Sihombing,
1980).

Menurut WHO (1979), memberikan pengertian bahwa partisipasi masyarakat dalam


pembangunan kesehatan masyarakat merupakan hak dan kewajiban anggota masyarakat baik
sebagai individu maupun dalam kelompok, sebagaimana dinyatakan.

Sedangkan Davis dan Newstorm (1993) dalam Tangkilisan (2005), memberikan


pengertian partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional orangorang dalam suatu
kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan kontribusi kepada tujuan kelompok
dan berbagai tanggung jawab pencapaian tujuan itu. Sepanjang perjalananya, partisipasi
masyarakat memiliki faktor-faktor yang mempengaruhinya. Seperti yang diungkapkan oleh
Soetomo (2010) yang mengutip pendapat Honaddle et al, menyebutkan faktor-faktor
keberhasilan partisipasi masyarakat memiliki sejumlah kriteria agar suatu program dari luar
dapat melahirkan institusi yang dapat menjadi sarana tumbuhnya keberlanjutan adalah:

15
1. Dapat menjadi saluran yang meningkatkan arus komunikasi dua arah

2. Mereduksi faktor resiko sampai minimal

3. Mengembangkan sumber daya lokal.

4. Mendorong independensi keputusan ekonomi dan politik masyarakat


lokal

5. Mengkoordinasikan dan mendistribusikan keuntungan dan kemanfaatan


berbagai bentuk bantuan dari luar.

Hasil Studi Kasus Henri Soekirdi, dkk (2009), Partisipasi Masyarakat Terhadap
Praktek Kebidanan Komunitas dengan memanfaatkan Poskesdes, di Desa Timbulharjo
Kecamatan Sewon Bantul, menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dilakukan sejak dari
penyusunan rencana, pembekalan mahasiswa, pelaksanaan program, hingga evaluasi. Hal ini
sesuai dengan pendapat Abe (2005), bahwa partisipasi masyarakat dilakukan atas dasar
kesadaran sendiri untuk membantu keberhasilan program pemanfaatan pelayanan kesehatan
masyarakat (Poskesdes), tidak mengharapkan besarnya sumbangan yang akan diterima dan
partisipasi tersebut dilakukan sejak perencanaan, implementasi, pengendalian dan evaluasi
program.

WHO dalam Deklarasi Alma Ata, memberi batasan mengenai pengertian partisipasi
masyarakat pada program pembangunan kesehatan masyarakat sebagai proses individu dan
keluarga merupakan bagian dari masyarakat untuk bertanggung jawab terhadap
pengembangan kapasitas masyarakat melalui kontribusinya (WHO, 1978).

Dari batasan tersebut, jelas bahwa yang dimaksud sebagai partisipasi masyarakat
dalam program kesehatan adalah merupakan :

1. Suatu proses yang dinamis yang anggota masyarakatnya baik secara individu
maupun kelompok,

2. Ikut aktif bertanggung jawab pada kesehatan dan kesejahteraan mereka sendiri
dan masyarakat pada umumnya, dan

3. Meningkatkan kemampuan mereka dalam memberikan kontribusi pada


pembangunan kesehatan.

16
Beberapa pengertian tentang partisipasi masyarakat tersebut dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud partisipasi masyarakat dalam program kesehatan adalah: “Suatu proses
keterlibatan yang bertanggung jawab dalam suatu kegiatan dari suatu individu yang
merupakan suatu kegiatan (unit of actiaon) pada proses pengambilan keputusan,kontribusi
dalm pelaksanaan dan pemanfaatan hasil kegiatan, sehingga terjadi peningkatan kemampuan
kelompok dalam mmempertahankan perkembang-an yang telah tercapai serta
mengembangkan derajat kesehatan dan kesejahteran secara mandiri”.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pelayanan kesehatan adalah salah satu faktor penentu derajat kesehatan masyarakat.
Salah satu sasaranya adalah Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas adalah
suatu unit fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga
membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya Pelayanan kesehatan berkualitas hanya bisa

17
direalisasikan jika didukung dengan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai serta
sumber daya manusia yang profesional dan kompeten. Semua pelayanan kesehatan dan
pengobatan sebaiknya dikelola dengan baik sesuai sistem islam, faktor ihsan dalam pelayanan
kesehatan, wajib memenuhi 3 prinsip baku yang berlaku umum untuk setiap pelayanan
masyarakat dalam sistem Islam: Pertama, sederhana dalam peraturan (tidak berbelit-belit).
Kedua, cepat dalam pelayanan. Ketiga, profesional dalam pelayanan, yakni dikerjakan oleh
orang yang kompeten dan amanah

3.2. Saran
1. Petugas puskesmas perlu mengadakan penyuluhan kepada masyarakat tentang
peran dan fungsi puskesmas.
2. Petugas puskesmas perlu memberikan informasi kepada masyarakat tentang
pelayanan kesehatan gratis di puskesmas.
3. Puskesmas perlu memperluas jaringannya untuk menjangkau masyarakat yang
memiliki jarak tempat tinggal jauh dari puskesmas

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2005 Pedoman Kerja Puskesmas, Jilid I, II, III, IV: Jakarta

Departemen Kesehatan RI. 1987 Upaya Kesehatan Puskesmas dan keterpaduan Topik
Kesehatan : Jakarta

18
Eliana, SKM., MPH. dan Sri Sumiat, S.Pd., M.Kes. 2016. Modul bahan Ajar Cetak
Kebidanan Kesehatan Masyaraka t: Jakarta

Notoatmojo. 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu perilaku. Rineka Cipta, Jakarta.

Organisasi Kesehatan Sedunia.1992. Pendidikan Kesehatan Pedoman Pelayanan Kesehatan


Dasar. ITB- Universitas Udayana: Bandung- Denpasar

19

Anda mungkin juga menyukai