Anda di halaman 1dari 30

Dosen Pengampu : Puspita Adriani, S.ST., M.

Kes
Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, Dan Anak
Prasekolah

MAKALAH

KEBUTUHAN NEONATUS

Disusun Oleh :

1. Neng Ayu Lestari


2. Risma Luvita Sari
3. Laila Nurjana
4. Wiwik Rahayu Ningsih
5. Hasna
6. Mega Nurhalisa
7. Yunita S.W
8. Hernita
9. Waode Irmayana

YAYASAN PENDIDIKAN KONAWE


AKADEMI KEBIDANAN
2020

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan
rahmat-Nya kepada kita, sehingga tugas makalah Kebutuhan Neonatus,
dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini juga sebagai tugas
yang harus dikerjakan untuk sarana pembelajaran bagi kita.

Makalah ini kami buat berdasarkan apa yang telah kami terima dan
juga kami kutib dari berbagi sumber baik dari buku maupun dari media online.
Semoga isi dari makalah ini dapat berguna bagi kita dan dapat menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai apa saja yang ada dalam
Selayaknya manusia biasa yang tidak pernah lepas dari kesalahan, maka
dalam pembuatan makalah ini masih banyak yang harus di koreksi dan jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat dianjurkan guna
memperbaiki kesalahan dalam makalah ini. Demikian, apabila ada kesalahan
dan kekurangan dalam isi makalah ini,penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Unaaha, 03 Agustus 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER………………………………..……………………………….……..….…..1
KATA PENGANTAR..........................................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................................3

BAB I.................................................................................................................4

PENDAHULUAN...............................................................................................4

A. Latar Belakang..........................................................................................4

B. Rumusan Masalah.....................................................................................4

C. Tujuan Penulisan.......................................................................................5

BAB II................................................................................................................6

PEMBAHASAN.................................................................................................6

A. Kebutuhan Fisik Nutrisi, Cairan dan Personal Hygiene............................6

B. Kebutuhan Perawatan Kesehatan Dasar..................................................9

C. Kebutuhan Kesehatan Dasar meliputi pakaian, perumahan, sanitasi


lingkungan yang baik...................................................................................23

D. Kebutuhan Psikososial Meliputi Rasa Aman,Kasih Sayang,Harga


Diri,Rasa Memiliki,Kebutuhan Mendapat Pengalaman,Kebutuhan Stimulasi.
.....................................................................................................................25

BAB III.............................................................................................................29

PENUTUP.......................................................................................................29

A. Kesimpulan..............................................................................................29

B. Saran.......................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................30

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap orang tua tentu berkeinginan agar anaknya dapat mencapai


pertumbuhan dan perkembangan yang terbaik sesuai dengan potensi genetik
yang ada pada anak tersebut. Hal ini dapat tercapai apabila kebutuhan dasar
anak terpenuhi. Kebutuhan dasar ini mencakup asah, asih, dan asuh.
Kebutuhan dasar tersebut harus dipenuhi sejak dini, bahkan sejak bayi
berada dalam kandungan.
Kebutuhan dasar yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh
seorang anak karena faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal
menyangkut keadaan ekonomi, sosial dan spiritual keluarga serta peran
bidan. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat didalam diri
anak yang secara psikologis muncul sebagai problema pada anak.
Faktor yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat adalah
kurangnya pengetahuan ibu mengenai kebutuhan-kebutuhan dasar yang
harus dipenuhi anak pada masa pertumbuhan dan perkembangan. Peran
bidan dalam hal ini adalah memberi informasi yang baik dan benar berkaitan
dengan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Kebutuhan Fisik Nutrisi, Cairan Dan Personal Hygiene


Bagi Neonatus,Bayi,Dan Balita?
2. Bagaimanakah Kebutuhan Perawatan Dasar Dan Tindakan
Kesehatan Dasar Bagi Neonatus, Bayi, Dan Balita?
3. Bagaimanakah Kebutuhan Psikososial Bagi Neonatus, Bayi Dan Balita
?

4
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Kebutuhan Fisik Nutrisi, Cairan Dan Personal


Hygiene Bagi Neonatus, Bayi, Dan Balita.
2. Untuk Mengetahui Kebutuhan Perawatan Dasar Dan Tindakan Dasar
Bagi Neonatus, Bayi, Dan Balita.
3. Untuk Mengetahui Kebutuhan Psikososial Bagi Neonatus, Bayi, Dan
Balita.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kebutuhan Fisik Nutrisi, Cairan dan Personal Hygiene

1. Pemberian minum
a. Pengertian ASI adalah makanan pokok untuk bayi, berikan ASI 2-3
jam sekali atau on demand (semau bayi). Berikan ASI dengan satu
payudara samai teras kosong setelah itu baru ganti payudara yang
lain. ASI eksklusive adalah memberiakn ASI saja sampai usia 6
bulan tanpa tambahan makanan apapun kecuali imunisasi, vitamin.
Berikan ASI sampai 2 tahun dengan tambahan makan lunak sesuai
tahapan usia bayi.
b. Pedoman menyusui ASI antara lain: Inisiasi menyusu dini adalah
bayi berusaha menyusu sendiri diatas perut ibu segera setelah
minimal 1 jam.Tanda posisi bayi menyusu dengan baik yaitu dagu
menyentuh payudara, mulut membuka lebar, hidung mendekat
terkadang menyentuh payudara, mulut mencakup areola, lidah
menopang putting dan areola bagian bawah, bibir melengkung
keluar, bayi menghisap dengan kuat namun perlahan dan kadang-
kadang berhenti sesaat.
c. Perawatan payudara selama ibu menyusui perhatikan posisi
menyusui, oleskan ASI sebelum dan sesudah menyusui untuk
mencegah lecet. Jika mengalami bendungan payudara atau
mastitis tetap susukan ke bayi sesering mungkin serta lakukan
perawatan payudara.
2. Menolong BAB pada Bayi
BAB hari 1-3 disebut mekoneum yaitu feces berwana
kehitaman, hari 3-6 feces tarnsisi yaitu warna coklat sampai kehijauan
karena masih bercampur mekoneum, selanjutnya feces akan

6
berwarna kekuningan. Segera bersihkan bayi setiap selesai BAB
agarbtidak terjadi iritasi didaerah genetalia.
3. Menolong BAK pada bayi
Bayi baru lahir akan berkemih paling lambat 12-24 jam pertama
kelahirannya, BAK lebih dari 8 kali sehari salah satu tanda bayi cukup
nutrisi. Setiap habis BAK segera ganti popok supaya tidak terjadi ritasi
didaerah genetalia.
4. Kebutuhan Istirahat/ tidur
Dalam 2 minggu pertama bayi sering tidur rata-rata 16 jam
sehari. Pada umumnya bayi mengenal malam setelah usia 3 bulan.
Jaga kehangatan bayi dengan suhu kamar yang hangat dan selimut
bayi.
5. Menjaga kebersihan kulit
Bayi sebaiknya mandi minimal 6 jam setelah kelahiran, sebelum
mandi sebaiknya periksa suhu tubuh bayi. Jika terjadi hipotermi
lakukan skin to skin dan tutpi kepala bayi dengan ibu minimal 1 jam.
Sebaiknya bayi mandi minimal 2 kali sehari, mandikan dengan air
hangat dan di tempat yang hangat.
6. Menjaga keamanan bayi
Hindari memberikan makanan selain ASI, jangan tinggalkan
bayi sendirian, jangan menggunakan alat penghangat buatan.
7. Mendeteksi tanda-tanda bahaya pada bayi
a. Sulit bernafas
b. Hipotermi atau hipertermi
c. Kulit bayi kering, biru, pucat, atau memar
d. Hisapan melemah, rewel, muntah, mengnatuk
e. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, berdarah
f. Tanda-tanda infeksi: suhu meningkat, merah, bengkak, bau busuk,
keluar cairan, sulit bernafas

7
g. Tidak BAB dalam 3 hari atau tidak BAK selama 24 jam
h. Diare
i. Menggigil, rewel, lemas, ngantuk, kejang
8. Penyuluhan sebelum bayi pulang
a. Perawatan tali pusat
b. Pemberian AS
c. Refleks laktasi
d. Memulai pemberian ASI
e. Posisi menyusui
f. Jaga kehangatan bayi
g. Mencegah kehilangan panas
h. Tempatkan dilingkungan yang hangat
i. Tanda-tanda bahaya
j. Imunisasi
k. Perawatan harian

B. Kebutuhan Perawatan Kesehatan Dasar

1. Pengertian Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari
kehamilan 37 minggu sampai dengan 42 minggu dan berat badan lahir
2500 gram sampai dengan 4000 gram. (Asuhan Kesehatan Anak
dalam konteks keluarga, 1993)
2. Ciri-ciri BBL normal
a. Berat badan 2500 – 4000 gram
b. Panjang badan lahir 48 – 52 cm
c. Lingkar dada 30 – 38 cm
d. Lingkar kepala 33 – 35 cm
e. Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180x/menit,kemudian
menurun sampai 120 – 140x/menit.

8
f. Pernafasan pada menit-menit pertama cepat kira-kira
80x/menit,kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40x/menit.
g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
terbentuk dan diliputi vernix caseosa.
h. Rambut lanugo telah tidak terlihat,rambut kepala biasanya telah
sempurna.
i. Kuku telah agak panjang dan keras
j. Genetalia:Labia mayora sudah menutupi labia minora (pada
perempuan),testis sudah turun (pada anak laki-laki).
k. Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
l. Reflek moro sudah baik, bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan
gerakan tangan seperti memeluk.
m. Eliminasi baik, urin dan mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama.
(Asuhan kesehatan Anak dalam konteks keluarga,1993)
3. Pengkajian Bayi segera setelah lahir
a. Pengkajian pertama Dimulai segera selama menit – menit pertama
kelahiran menggunakan skoring APGAR. Segera setelah lahir,
letakkan bayi diatas kain bersih dan kering yang disiapkan pada perut
ibu. bila hal tersebut tidak memungkinkan maka letakkan bayi didekat
ibu (diantara kedua kaki atau disebelah ibu) tetapi harus dipastikan
bahwa area tersebut bersih dan kering. segera pula lakukan penilaian
awal dengan menjawab 2 pertanyaan :
1. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan ?
2. Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas ?
(APN,2007 : 96) Tanda NILAI 0 1 2 Warna Biru sampai pucat
Tubuh merah jambu, tungkai biru Merah jambu Usaha nafas Tidak
ada Sesak nafas, tidak teratur Menangis kuat Denyut jantung
Tidak ada < 100 denyut per menit Ø  >100 denyut per menit Tonus
Otot Lumpuh Sedikit fleksi anggota tubuh Gerak aktif, kuat

9
Intabilitas refleks Nol Meringis atau bersin menangis Keterangan :
Nilai 7 – 10 : ringan / normal Nilai 4 – 6 : asfeksia sedang Nilai 1 –
3 : asfeksia ringan
b. Pengkajian II (perode transisi) Periode transisi dibagi menjadi tiga
tahap. Tahap pertama adalah periode pertama reaktifitas dimulai pada
saat bayi baru lahir dan berlangsung selama  30 menit. Tahap kedua
periode tidur berlangsung sekitar 30 menit setelah kelahiran bayi
sampai 2 jam. Tahap ketiga periode kedua reaktivitas dari usia sekitar
2 jam sampai 6 jam.

Tahap I (periode reaktivitas I ) Tahap pertama adalah periode pertama


reaktifitas dimulai pada saat bayi baru lahir dan berlangsung selama  30
menit.
a. Karakteristik bayi sebagai berikut :
1. Tanda-tanda vital: frekuensi nadi apikal yang cepat dengan irama yang
tidak teratur, frekuensi pernafasan mencapai 80 kali / menit, irama
tidak teratur, ekspirasi mendengkur serta adanya retraksi.
2. Fluktuasi warna kulit merah muda pucat ke sianosis. Bising usus
belum ada atau pergerakan usus, bayi belum berkemih.
3. Bayi masih dengan sedikit mukus, menangis kuat, reflek menghisap
yang kuat.
4.  Mata bayi terbuka lebih lama dari pada hari selanjutnya. Saat ini
adalah waktu yang paling baik untuk memulai proses periode interaksi
antara ibu dan bayi.                                    
b. Asuhan antara lain
1. Kaji dan pantau frekuensi jantung dan pernafasan, setiap 30 menit
pada   4 jam pertama setelah kelahiran.
2. Jaga bayi agar tetap hangat (suhu aksila  36,5 0C – 37 0C) dengan
penggunaan selimut hangat diatas kepala.

10
3. Tempatkan ibu dan bayi bersama-sama kulit ke kulit, untuk
memfasilitasi interaksi ibu dan bayi.

Tahap II (periode tidur) Berlangsung setelah 30 menit setelah lahir atau


dimulai setelah periode reaktivitas pertama sampai 2 jam.
a. Karakteristik bayi sebagai berikut :
1. Bayi dalam keadaan tidur, frekuensi jantung dan pernafasan
menurun.
2. Kestabilan warna kulit terdapat beberapa akrosianosis.
3. Bising usus bisa didengar.
b. Asuhan Fase tidur ini bayi tidak berespon terhadap stimulus eksternal,
orang tua dapat memeluk dan mengendongnya.

Tahap III (periode reaktivitas II) Periode kedua reaktivitas dimulai dari usia
2 jam sampai 4-6 jam.
a. Karakteristik antara lain:
1. Bayi mempunyai tingkat sensivitas tinggi terhadap stimulus internal
dan lingkungan. Kisaran frekuensi nadi apikal dari 120 sampai 160 kali
/ menit dan dapat bervariasi mulai (< 120 kali / menit) hingga
takikardia  (> 160 kali / menit). Frekuensi pernafasannya berkisar dari
30 sampai     60 kali / menit, dengan periode pernafasan yang lebih
cepat, tetapi pernafasan tetap stabil (tidak ada pernafasan cuping
hidung ataupun retraksi).
2. Fluktuasi warna kulit dari warna merah jambu atau kebiruan ke
sianotik ringan disertai dengan bercak-bercak.
3. Bayi kerap kali berkemih dan mengeluarkan mekonium selama
periode ini.
4. Peningkatan sekresi mukus dan bayi tersedak saat sekresi.
5. Reflek menghisap sangat kuat dan bayi sangat aktif.

11
b. Asuhan antara lain :
1. Observasi bayi terhadap kemungkinan tersedak saat pengeluaran
mukus. 
2. Observasi kemungkinan apnoe dan stimulasi segera jika diperlukan
misalnya, masase punggung bayi, miringkan bayi.
3. Kaji kebutuhan bayi untuk memberikan ASI. (Muslihatun,2010)

c. Pengkajian III
1. Stabilisasi: berlangsung 12-24 jam
2. Periodik: dimulai setelah 24 jam ( hamilton, 1995)
3. Perawatan tali pusat Dengan menggunakan klem DTT, lakukan
penjepitanm tali pusat dengan klem pada sekitar 3 cm dari dinding
perut (pangkal pusat ) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan
dua jari kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu (agar darah tidak
terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan
penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan pertama pada
sisi atau mengarah ke ibu. Pegang tali pusat diantara kedua klem
tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi
bayi, tangan yang lain memotong tali pusat diantara kedua klem
tersebut dengan menggunakan gunting disinfeksi tingkat tinggi atau
steril. Setelah memotong tali pusat, ganti handuk basah dan selimut
bayi dengan selimut atau kain yang bersih dan kering. Pastikan
bahwa bayi terselimuti dengan baik.
 Mengikat Tali Pusat Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu dinilai
sudah stabil maka lakukan pengikatan puntung tali pusat atau jepit
dengan klem plastik tali pusat ( bila tersedia).
1. Celupkan tangan (masih menggunakan sarung tangan)
kedalam larutan klorin 0,5 % untuk membersihakan darah dan
sekresi lainnya.

12
2. Bilas tangan dengan air disinfeksi tingkat tinggi
3. Keringkan tangan tersebut menggunakan handuk bersih atau
kering
4. Ikat punggung tali pusat dengan jarak sekitar 1cm dinding perut 
bayi (pusat). Gunakan benang atau klem plastik penjepit tali
pusat disinfektan tingkat tinggi atau steril. Kunci ikatan tali pusat
dengan simpul mati atau kuncikan penjepit plastik tali pusat.
5. Jika pengikat dilakukan dengan benang tali pusat, lingkarkan
benang disekeliling puntung tali pusat dan ikat untuk kedua
kalinya dengan simpul mati dibagian yang berlawanan.
6. Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan letakkan didalam
larutan klorin 0,5 %
7. Selimuti kembali tubuh dan kepala bayi dengan kain bersih dan
kering.
 Cara merawat Tali Pusat
1. Jangan membungkus putung tali pusat atau perut perut bayi
atau mengoleskan cairan atau bahan apapun keputung tali
pusat
2. Nasehati hal yang sama bagi ibu dan keluarganya
3. Mengoleskan alkohol atau betadine (terutama jika pemotongan
tali pusat tidak terjamin DTT atau steril) masih diperkenankan
tetapi tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat
basah/lembab.
4. Berikan nasehat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan
bayi:
a. Lipat popok dibawah putung tali pusat
b. Jika putung tali pusat kotor, bersihkan ( hati-hati) dengan air
DTT dan sabun segera keringkan secara seksama dengan
menggunakan kain bersih

13
c. Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan jika
pusat menjadi merah, bernanah atau berdarah atau berbau.
d. Jika pangkal tali pusat (pusat bayi) menjadi merah,
mengeluarkan nanah atau darah atau berbau
e. Jika pangkal tali pusat (pusat bayi) menjadi merah,
mengeluarkan nanah atau darah, segera rujuk bayi ke
fasilitas yang dilengkapi perawatan untuk bayi yang baru
lahir.
5. Mempertahankan suhu bayi/ Mencegah hipotermi
a. Mencegah kehilangan panas Mekanisme pengaturan
temperatur suhu tubuh pada bayi baru lahir belum berfungsi
sempurna. Oleh karena itu, jika segera dilakukan upaya
pencegahan kehilangan panas tubuh maka bayi baru lahir
dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan hiportemia,
sangat beresiko tinggi untuk mengalami kesakitan berat atau
bhakan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang
tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera
dikeringkan dan diselimuti walaupun berada didalam
ruangan yang relatif hangat.
b. Mekanisme kehilangan panas  Bayi baru lahir dapat
kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut :
1. Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas.
Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan
tubuh pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi
sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera
dikeringkan. Kehilaangan panas juga terjadi pada bayi
yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera
dikeringkan dan diselimuti.

14
2. Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak
langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang
dingin. Contohnya meja, tempat tidur, dan timbangan
yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan
menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi
apabila bayi diletakkan diatas benda-benda tersebut.
3. Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi
saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi
yang dilahirkan atau ditempatkan didalam ruangan yang
dingin akan cepat mengalami kehilangan panas.
Kehilangan panas juga terjadi jika konveksi aliran udara
dari kipas angin, hembusan  udara melalui ventilasi atau
pendingin ruangan.
4. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena
bayi ditempatkan didekat benda-benda yang mempunyai
suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh tubuh bayi. Bayi
bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda-
benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi
(walaupun tidak bersentuhan secara langsung)
c. Mencegah kehilangan panas Cegah kehilangan panas
melalui upaya sebagai berikut :
1. Keringkan bayi dengan seksama Pastikan tubuh bayi
dikeringkan segera setelah lahir untuk mencegah
kehilangan panas yang disebabkan oleh evaporasi
cairan ketuban pada tubuh bayi. Keringkan bayi dengan
handuk atau kain yang telah disiapkan diatas perut ibu.
Mengeringkan dengan cara membantu bayi melalui
pernafasannya.

15
2. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
Segera setelah mengeringkan tubuh bayi dan memotong
tali pusat, ganti handuk atau kain yang dibasahi oleh
cairan ketuban kemudian selimuti tubuh bayi dengan
selimut atau kain yang hangat, kering dan bersih. Kain
basah didekat tubuh bayi dapat menyerab panas tubuh
bayi melalui proses radiasi. Ganti handuk, selimuti atau
kain yang basah telah diganti dengan selimut atau kain
yang baru (hangat, bersih, kering)
3. Selimuti bagian kepala bayi Pastikan bagian kepala bayi
ditutupi atau diselimuti setiap saat. Bagian kepala bayi
memiliki luas permukaan yang relatif luas dan bayi akan
dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut
tidak tertutup.
4. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan
tubuh dan mencegah kehilangan panas. Anjurkan ibu
untuk menyusukan bayinya segera setelah lahir.
Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu
satu jam kelahiran.
5. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru
lahir. Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan
panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian),
sebelum melakukan penimbangan, terlebih dulu selimuti
bayi dengan kain atau selimuti bersih dan kering. Bayi
sebaiknya dimandikan (sedikitnya) enam jam setelah
lahir. Jangan memandikan bayi setidak-tidaknya 6 jam
setelah lahir. 

16
6. Rangsangan taktil Mengeringkan tubuh bayi juga
merupakan tindakan stimulasi. untuk bayi yang sehat, hal
ini biasanya cukup untuk merangsang terjadinya
pernafasan spontan. jika bayi tidak memberikan respon
terhadap pengeringan, rangsangan dan menunjukkan
tanda-tanda kegawatan, segera lakukan untuk
membantu pernafasan.
a. Macam-macam Reflek :
1. Pada mata , pupil bila diberi cahaya akan mengecil
2. Rooting reflek (reflek mencari puting susu): bayi akan
menoleh kearah dimana terjadi sentuhan pada pipinya.
Bayi akan membuka mulutnya apabila bibirnya
disentuh dan berusaha untuk menghisap benda yang
disentuhkan tersebut.
3. Grasp reflek (reflek menggenggam): bila jari kita
menyentuh telapak tangan, maka jari-jarinya akan
menggenggam dengan kuat.
4. Babinski reflek (pada anggota bawah telapak kaki, bila
jari-jari yang lain membengkok kedepan dan
membengkok kedepan)
5. Moro reflek (reflek emosional): bila bayi diangkat akan
seolah-olah mengangkatkan tubuh pada orang yang
mendekatnya.
6. Startle reflek (reflek emosional): hentakan dan gerakan
seperti mengenjang pada lengan dan tangan disertai
tangisan yang kuat
7. Tonick nek reflek: gerakan spontan otot kuduk pada
bayi normal, bila bayi ditengkurapkam ia akan spontan
memiringkan kepala.

17
8. Swallowing reflek (reflek menelan): kumpulan ASI
didalam mulut bayi mendesak otot-otot daerah mulut
dan faring untuk mengaktifkan reflek menelan dan
mendorong ASI ke dalam lambung.
b. Bentuk rangsangan taktil yang harus dihindari. Bentuk
rangsangan taktil yang tidak boleh dilakukan
Bahaya/resiko Menepuk bokong Trauma dan luka
Meremas rongga dada Fraktur Penemotoraks Gawat nafas
Kematian Menekan kedua paha bayi ke perutnya Ruptura
hati atau limfa Perdarahan didalam Medilatasi  sfingter ani
Sfingter ani robek Menempelkan kompres panas atau
dingin atau menempatkan bayi di air panas atau dingin
Hipotermia Hipertermia Luka bakar Mengguncang bayi
Kerusakan otak Meniupkan oksigen atau udara dingin
ketubuh bayi Hipotermia
7. Pemberian Vitamin K Semua bayi baru lahir harus diberikan
vitamin K1 injeksi 1 mg Intra Muscular dipaha kiri segera
mungkin untuk mencegah perdarahan bayi baru lahir akibat
defesiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian bayi
baru lahir. ½ jam setelah lahir di injeksi vitamin K.
a. Latar belakang:
1. 67% AKB merupakan kematian neonatus,
diantaranmya perdarahan akibat defisiensi Vit K
2. Perdarahan spontan atau perdarahan karena proses
lain
3. Kejadian : usia 2 minggu – 6 bulan
4. Perdarahan intrakranial : komplikasi tersering (63%)
b. Faktor resiko antara lain :
1. Rendahnya kandungan vit K1 dalam ASI

18
2. Belum sempurnanya fungsi hati pada bayi baru lahir,
terutama premature
3. Konsumsi obat-obatan selama hamil
4. Adanya diare/sindrom malabsorpsi
c. Rekomendasi :
1. Semua bayi baru lahir harus mendapatkan profilaksis
vitamin K1
2. Jenis imunisasi vitamin K yang digunakan adalah
vitamin K1
3. Cara pemberian vitamin K1 adalah secara intamuskular
atau oral
4. Dosis yang diberikan untuk semua bayi baru lahir
adalah :
 Intramuskular, 1 mg dosis tunggal atau
 Oral, 3 kali 2mg, diberikan pada waktu bayi baru
lahir, umur 3-7 hari, dan pada saat bayi berumur 1-2
bulan.
d. Tujuan pemberian vitamin K
1. Profilaksis: pada bayi baru lahir
2. Terapi: PDVK
a) Perdarahan spontan atau akibat trauma
b) Umum  : perdarahan kulit, mata, hidung, dan saluran
cerna,    hematomegali ringan
c) Perdarahan intrakranial
e. Pemberian vitamin K intramuskuler :
1. Prosedur atau tindakan klinik
a) Dilakukan dalam kerangka membantu perawatan
atau pengobatan BBL

19
b) Dilakukan oleh dokter, bidan dan atau perawat.
2. Harus diperhatikan → dampak atau efek samping
a) Akibat obat yang diberikan
b) Akibat cara pemberian/prosedur
3. Vitamin K1 (phytomenadione) Kemasan ampl : 10 mg /
ml dan 2 mg / ml
4. Cara pemberian Lokasi : muskulus quadriseps pada
bagian antero-lateral paha Risiko kecil injeksi secara IV
atau mengenai tulang femur dan jelas pada nervus
skiatikus
5. Efek samping / komplikasi pemberian Vit K
a) Akibat Vit K 1 (efek farmakologik, reaksi alergi/
kepekaan genetic
 Reaksi anafilaksis (pemberian IV )
 Anemia hemolitik (vit K 3)
 Hiperbilirubunemia (dosisi tinggi)
b) Kesalahan prosedur, kesalahan teknik :
1. Salah lokasi injeksi
 Menusuk arteri atau vena
 Jejas pada saraf
 Kerusakan jaringan lokal
 Hematoma pada lokasi suntikan
2. Suntikan tidak steril
 Infeksi lokal karena kontaminasi abses, selulitis
 Reaksi sistemik : infeksi, sepsis, bila
terkontaminasi staphylococcus aureus →
beberapa jam sakit
6. Upaya menghindari komplikasi :

20
a) Memilih obat yang tepat → vit K1
b) Memilih area penyuntikan yang tepat
c) Menentukan dengan tepat petunjuk secara anatomis
d) Membersihkan area penyuntikan
e) Mencari tempat alternatif untuk penyuntikan
berikutnya
f) Melakukan aspirasi sebelum penyuntikan
g) Menghindari mengeluarkan obat (“tracking”)
kejaringan superfisial
h) Menggunakan jarum yang cukup panjang untuk
mencapai tempat penyuntikan yang dituju
7. Perawatan mata Tetesan mata untuk pencegahan
infeksi mata dapat diberikan setelah ibu dan keluarga
memotong dan diberi ASI. Pencegahan infeksi tersebut
menggunakan salep mata tetrasiklin 1%. Salep antibiotik
tersebut harus diberikan dalam waktu satu jam setelah
kelahiran. Upaya profilaksis infeksi mata tidak efektif jika
diberikan lebih dari satu jam setelah kelahiran.  Cara
pemberian profilaksis mata :
a) Cuci tangan (gunakan sabun dan air bersih mengalir
b) Jelaskan apa yang akan dilakukan dan tujuan
pemberian obat tersebut
c) Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari
bagian mata yang paling dekat dengan hidung bayi
menuju kebagian luar mata.
d) Ujung tabung salep mata tak boleh menyentuh mata
bayi

21
e) Jangan menghapus salep mata dari mata bayi dan
anjurkan keluarga untuk tidak mengahapus obat-
obatan tersebut.
8. Identifikasi BBL Alat pengenal untuk memudahkan
identifikasi bayi perlu dipasang segera pasca persalinan.
Alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada
setiap bayi baru lahir dan harus tetap ditempatkan
sampai waktu bayi dipulangkan.
a) Alat yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan
tepi yang halus tidak mudah melukai, tidak mudah
sobek, dan tidak mudah lepas.
b) Pada alat/ gelang identifikasi harus tercantum :
1. Nama
2. Tanggal Lahir
3. Jenis Kelamin
4. Sidik telapak kaki bayi dan jari ibu
c) Disetiap tempat tidur harus diberi tanda dengan
mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor identitas.
d) Sidik telapak tangan kaki bayi dan sidik jari ibu harus
dicetak dicatatan yang tidak mudah hilang, ukurlah
berat lahir, panjang bayi, lingkar kepala, lingkar perut
dan catatan dalam rekam medik.

C. Kebutuhan Kesehatan Dasar meliputi pakaian, perumahan, sanitasi


lingkungan yang baik

1. Pakaian
a. Neonatus

22
 Gunakan pakaian yang menyerap keringat dan tidak sempit
 Segera ganti pakaian jika basah dan kotor
 Pada saat di bawa keluar rumah, gunakan pakaian secukupnya
tidak terlalu tebal atau tipis
 Jangan gunakan gurita terlalu kencang, yang penting pakaian
harus nyaman (tidak mengganggu aktivitas bayi).
b. Bayi, Balita dan Anak Prasekolah
 Beri pakaian yang warna-warni untuk melatih motorik halus
 Pilihlah produk dan pakaian anak yang sudah SNI. Menurut
penelitian, resiko yang muncul misalnya, iritasi yang bersifat
mutagenik maupun karsiogenik. Pakaian bayi yang di maksud
dalam peraturan ini adalah pakaian dan aksesoris pakaian
(perlengkapan bayi). Aksesoris termasuk di antaranya topi,
selimut, sarung tangan, kaos kaki, serta tas bayi. Tujuan
peraturan ini adalah untuk menjamin kesehatan bayi dan anak
indonesia.
 Jangan pakaikan sepatu berhak tinggi pada anak. Kadang ada
orang tua yang memakaikan sepatu berhak tinggi pada anak
agar terlihat lebih cantik, padahal hal ini tidak baik bagi
kesehatan anak. Anak yang baru belajar berjalan dan diberi
sepatu berhak tinggi lama-kelamaan akan menyebabkan tungkai
berbentuk “O” atau “X” dan membuat anak kesulitan untuk
berjalan dan sering jatuh.

2. Perumahan
a. Atur suhu rumah agar jangan terlalu panas ataupun terlalu dingin
b. Bersihkan rumah dari debu dan sampah
c. Usahakan sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah

23
d. Beri ventilasi pada rumah dan minimal 1/15 dari luas rumah
3. Sanitasi lingkungan
a. Persediaan air:
 Air harus jernih, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa
 Air tidak mengandung zat-zat yang berbahaya dan mineral yang
melebihi batas normal
 Air tidak mengandung suatu bibit penyakit (cholera, thypus,
dysentri, cacing dll)
 Tidak mengandung bakteri E coli, bakteri saprotik tidak lebih
100/ml air.
 Lakukan pengurasan pada bak penampungan air dan lakukan
penutupan agar tidak ada jentik-jentik nyamuk
b. Pembuangan kotoran (septiteng)
 Tempat pembuangan kotoran tidak boleh mengotori tanah
permukaan
 Tidak mengotori air permukaan, tidak mengotori air dalam tanah
dan tidak boleh terbuka
 Kakus terlindungi dari penglihatan orang.
c. Pembuangan sampah Tempat pembuangan sampah jangan terlalu
dekat dengan rumah

D. Kebutuhan Psikososial Meliputi Rasa Aman, Kasih Sayang, Harga


Diri, Rasa Memiliki,Kebutuhan Mendapat Pengalaman, Kebutuhan
Stimulasi.

1. Kasih sayang
a. Neonatus
1. Sering memeluk dan menimang dengan penuh kasih saying

24
2. Perhatikan saat sedang menyusui dan berikan belaian penuh
kasih saying
3. Bicara dengan nada lembut dan halus, serta penuh kasih sayang.
b. Bayi, balita dan anak prasekolah
1. Ciptakan rasa aman dan nyaman agar anak merasa di lindungi
2. Perhatikan minat, keinginan, damn pendapatannya, serta beri
contoh yang baik (bukan dipaksa), dibantu, di dorong/dimotivasi
dan dihargai, di didik dengan kegembiraan.
3. Dengarkan apa yang ingin dibicarakan/diceritakan anak
2. Rasa Aman
a. Neonatus
1. Hindari pemberian makanan selain ASI
2. Jaga dari trauma dengan meletakkan BBL di tempat yang aman
dan nyaman, tidak membiarkannya sendirian tanpa pengamata,
dan tidak meletakkan barang-barangyang mungkin
membahayakan di dekat BBL.
b. Bayi dan Balita
1. Biasakan anak dari kecil selalu memakai alas kaki kemanapun ia
pergi agar tidak tertusuk benda tajam.
2. Jauhkan anak dari asap rokok, asap dapur, asap sampah, dan
polusi kendaraan bermotor
3. Sebaiknya anak tidur di dalam selambu

c. Anak Pra Sekolah


1) Jangan biarkan anak bermain di dekat sumur, kolam, sungai, dan
jalan raya
2) Jauhkan anak dari benda panas seperti kompor, setrika, termos,
dan air panas

25
3) Jauhkan anak dari benda berbahaya seperti pisau, colokan listrik,
dan kabel
4) Sembunyikan benda yang bisa di sangka maanan atau minuman
dari anak seperti racun tikus, racun serangga, minyak tanah,
sabun dan deterjen
3. Harga Diri pada Neonatus, Bayi Balita, dan Anak Pra Sekolah
a. Ajarkan anak untuk tidak mudah percaya dengan orang yang baru
kenal
b. Ajarkan anak untuk tidak mengambil barang orang lain
4. Rasa memiliki pada Neonatus, Bayi Balita, dan Anak Pra Sekolah
Ajarkan anak untuk mencintai barang-barang yang ia punya
(mainan,pakaian,aksesoris bayi).
5. Pengalaman stimulasi
Stimulasi dilakukan setiap saat ada kesempatan berinteraksi,
setiap hari, terus menerus, bervariasi, disesuaikan dengan umur
perkembangan kemampuannya, serta dilakukan oleh keluarga
(terutama ibu atau pengganti ibu). Stimulasi harus dilakukan dalam
suasana yang menyenangkan dan kegembiraan antara ibu/balitanya.
Jangan memberikan stimulasi dengan terburu-buru, memaksakan
kehendak pengasuh, tidak memperhatikan minat atau keinginan
bayi/balita, atau bayi balita sedang mengantuk, bosan, atau ingin
bermain yang lain. Pengasuh yang sering marah, bosan, sebal, maka
tanpa disadari pengasuh justru memberikan rangsangan emosional
yang negatif karena pada prinsipnya semua ucapan, sikap, dan
perbuatan pengasuh adalah merupakan stimulasi yang direkam,
diingat, dan akan ditiru atau justru menimbulkan ketakutan bayi-balita.
a. Neonatus Umur 0-3 Bulan
1. Sering memeluk dan menimang bayi dengan penuh kasih
sayang.

26
2. Gantung benda berwarna cerah yang bergerak dan bisa dilihat
3. Gendong dalam posisi tegak agar ia dapat belajar menahan
kepalanya tetap tegak
4. Ajak bayi tersenyum dan bicara.
5. Perdengarkan music
6. Bayi dan Balita
a) Bayi
 Umur 3-6 Bulan (1) Sering tengkurapkan bayi.
 Gerakkan benda ke kiri dan kanan, di depan matanya.
 Perdengarkan berbagai bunyi-bunyian.
 Beri mainan benda yang besar dan berwarna.
b) Umur 6-12 Bulan
 Ajari bayi duduk
 Ajak main ciluk-ba
 Ajari memegang dan makan biscuit
 Ajari memegang benda kecil dengan 2 jari
 Ajari berdiri dan berjalan dengan berpegangan
 Ajak bicara sesering mungkin
 Latih mengucapkan ma...ma...pa...pa...
 Beri mainan yang aman dipukul-pukul
c) Balita
1. Umur 1-2 Tahun
 Ajari berjalan di undakan/tangga
 Ajak membersihkan meja dan menyapu
 Ajak membereskan mainan
 Ajari mencoret-coret di kertas
 Ajari menyebut bagian tubuhnya

27
 Bacakan cerita anak
 Ajak bernyanyi
 Ajak bermain
 Berikan pujian kalau ia berhasil melakukan sesuatu
2. Umur 2-3 Tahun
 Ajari berpakaian sendiri
 Ajak melihat buku bergambar
 Bacakan cerita anak
 Ajari makan di piringnya sendiri
 Ajari cuci tangan
 Ajari buang air besar dan kecil di tempatnya
3. Umur 3-5 Tahun
 Minta anak menceritakan apa yang ia lakukan
 Dengarkan ia ketika bicara
 Jika ia gagap, ajari bicara pelan-pelan
 Awasi dia mencoba hal baru

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

28
Kebutuhan asuh yaitu kebutuhan neonatus memerlukan nutrisi yang
meliputi ASI, susu formula, dan makanan pendamping ASI sebagai
kebutuhan bayi. Ketiganya digunakan untuk pertumbuhan dan aktivitas
seiring dengan makin bertambahnya usia anak. Produksi ASI relative tetap,
dengan pengaturan makanan untuk bayi dan anak sehat, kebutuhan nutrisi
pada usia toddler, kebutuhan nutrisi pada balita serta kebutuhan imunisasi.
Kebutuhan asah yaitu pada kebutuhan ini diperlukan stimulasi serta deteksi
untuk mengetahui tingkat pertumbuhan dan perkembangan dari neonatus,
bayi, balita.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat diterima bagi semua pembaca dan dapat
memberikan kritik untuk perbaikan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Kebidanan Bayi dan Anak Balita.
Jakarta : Salemba Medika.

29
Hidayat, Azis Alimul. 2009. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk
Pendidikan Kebidanan.
Jakarta : Salemba MedikaHasni.(2012). asuhan kebidanan neonatus, bayi
dan balita “imunisasi” .<http://www. asuhan-kebidanan-neonatus-bayi-
dan.html>[ 12 Novemver 2012].
Linda V. Walsh. 2003. Midwifery Chapter 23. W. B. Saunders. San Fransisco
California. Hal. 330-335
Prawirohardjo, Sarwono, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. 2003. Buku IV Asuhan Kebidanan pada Ibu
Post Partum. Hal. 30-37
Varney, H. 1997. Varney’s Midwifery 3th edition. Jones and Bartlett. New
York. Hal. 623-625
Diposting oleh Murni Handayani di 01.35 i

30

Anda mungkin juga menyukai