Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No.

2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

PENELITIAN
HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN
PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU
Yusari Asih*
*Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang
Yusariasih@gmail.com

Masa balita adalah masa keemasan (golden age) dimana peranan ibu sangat diperlukan untuk tumbuh
kembang yang optimal. Masalah dalam penelitian ini adalah adanya balita yang mengalami gangguan
perkembangan dan belum diketahui adakah hubungannya dengan pemberian stimulasi. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui hubungan antara pemberian stimulasi ibu dengan perkembangan balita di Posyandu
Melati wilayah kerja Puskesmas Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun 2015. Rancangan penelitian ini
adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh ibu yang memiliki
balita dan balitanya di Posyandu Melati wilayah kerja Puskesmas Pringsewu sebanyak 142 orang dan
sampel 60 orang dengan tehnik proportional stratified random sampling. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara wawancara dan observasi dengan menggunakan kuesioner yang berisi 20 pertanyaan dan
KPSP yang terdiri dari 9-10 tugas perkembangan. Pengolahan data menggunakan editing, coding,
processing dan cleaning. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dengan prosentase dan
analisis bivariat dengan fisher exact test. Hasil penelitian tentang pemberian stimulasi ibu yaitu 56,7%
responden memberikan stimulasi dengan baik dan 43,3% kurang. Perkembangan balita dengan kategori
sesuai 81,7% dan tidak sesuai18,3%. Ada sebanyak 31 dari 34 (91,2 %) ibu yang memberikan stimulasi
dengan baik dan perkembangan balitanya sesuai. Sedangkan diantara ibu yang memberikan stimulasi
kurang baik, ada 18 dari 26 (69,2%) yang perkembangan balitanya sesuai. Diperoleh p value=0,044 dan
OR=4,593. Kesimpulan i adalah terdapat hubungan pemberian stimulasi ibu dengan perkembangan
balita. Saran untuk ibu dan kader posyandu agar dapat memberikan stimulasi yang adekuat, teratur, dan
sesuai kelompok umur serta bekerjasama dengan pihak puskesmas setempat untuk memberikan sosialisasi
tentang stimulasi dan perkembangan balita baik dengan penyuluhan ataupun leaflet.

Kata kunci: Stimulasi, Perkembangan

LATAR BELAKANG biasa baik dari segi motorik, emosi,


kognitif maupun psikososial
Pembangunan kesehatan sebagai Perkembangan seorang anak merupakan
bagian dari upaya membangun manusia suatu kesatuan yang utuh. Setiap anak
seutuhnya antara lain diselenggarakan tidak akan bisa melewati satu tahap
melalui upaya kesehatan anak yang perkembangan sebelum ia melewati
dilakukan sedini mungkin sejak anak tahapan sebelumnya sebagai contoh,
masih di dalam kandungan. Upaya seorang anak tidak akan bisa berjalan
kesehatan yang dilakukan sejak anak sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak
masih di dalam kandungan sampai lima akan bisa berdiri bila pertumbuhan kaki
tahun pertama kehidupannya, ditujukan dan bagian tubuh lain yang terkait dengan
untuk mempertahankan kelangsungan fungsi berdiri anak terhambat, karena itu
hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas perkembangan awal merupakan masa kritis
hidup anak agar mencapai tumbuh karena akan menentukan perkembangan
kembang optimal baik fisik, mental, selanjutnya (Depkes RI, 2005). Sehingga
emosional maupun sosial serta memiliki apabila satu tahapan perkembangan anak
intelegensi majemuk sesuai dengan potensi terganggu, maka perkembangan
genetiknya (Depkes RI, 2005). selanjutnya akan terganggu pula dan jika
Masa balita adalah masa emas tidak ditangani dengan baik, apalagi tidak
(golden age) dalam rentang perkembangan terdeteksi, akan mengurangi kualitas
seorang individu. Pada masa ini, anak sumber daya manusia di kelak kemudian
mengalami tumbuh kembang yang luar (FKUI, 1996).

[211]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

Perkembangan yang terlambat berarti Sedangkan di Indonesia, pada sampel yang


perkembangan yang berada di bawah diteliti adalah 14,02 bulan.
normal umur anak. Akibatnya, pada umur Saat dilakukan penyuluhan SDIDTK
tertentu anak belum bisa melakukan tugas di DKI Jakarta, dari 400 anak yang
perkembangan yang sesuai dengan diperiksa terdapat 11,5% anak yang
kelompok umurnya. Banyak anak yang terdeteksi mengalami kelainan dalam
tumbuh kembang dan perilakunya tidak tumbuh kembangnya. (Muliati, 2010).
sesuai dengan usianya. hasil Penelitian Angraeni (2010) di PAUD
Berbagai faktor yang mengakibatkan Tunas Bangsa Sidorejo, Kabupaten
keterlambatan perkembangan tersebut, Lampung Selatan, bahwa dari 45 anak
diantaranya adalah pemberian stimulasi. didapatkan data 6 anak mengalami
Stimulasi adalah perangsangan yang gangguan sosialisasi dan 2 anak
datangnya dari lingkungan luar individu mengalami gangguan perkembangan
anak. Anak yang banyak mendapatkan motorik.
stimulasi akan lebih cepat berkembang Berdasarkan hasil studi pendahuluan
daripada anak yang kurang atau bahkan yang dilakukan penulis di Posyandu Melati
tidak mendapat stimulasi. Pemberian wilayah kerja Puskesmas Pringsewu
stimulasi akan lebih efektif apabila Kabupaten Pringsewu pada April 2015,
memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anak terdapat 142 Balita, dari 10 Balita yang
sesuai dengan tahap-tahap penulis amati terdapat 2 Balita yang
perkembangannya (Soetjiningsih, 2002). mengalami keterlambatan perkembangan.
Untuk itu pengasuhan ibu yang tepat Berdasarkan fenomena di atas penulis
sangat diperlukan sehingga tidak tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang
mengakibatkan terjadinya keterlambatan “Hubungan Pemberian Stimulasi Ibu
perkembangan oleh kurangnya kesempatan dengan Perkembangan Balita di Posyandu
anak untuk mempelajari ketrampilan, Melati Wilayah Kerja Puskesmas
perlindungan ibu yang berlebihan atau Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun
kurangnya motivasi anak untuk 2015”.
mempelajarinya dan kurangnya stimulasi
(Hurlock, 2000). METODE
Sekitar 16 % dari anak usia di bawah
lima tahun (balita) Indonesia mengalami Desain penelitian ini adalah survey
gangguan perkembangan saraf dan otak analitik dengan pendekatan cross
mulai ringan sampai berat (Depkes, 2006). sectional. Populasi seluruh ibu yang
Setiap 2 dari 1.000 bayi mengalami memiliki balita dan balitanya di Posyandu
gangguan perkembangan motorik, Melati wilayah kerja Puskesmas Pringsewu
karenanya perlu kecepatan menegakkan yang berjumlah 142 orang. Sampel
diagnosis dan melakukan terapi untuk ditentukan dengan teknik proportional
proses penyembuhannya. stratified random sampling, yaitu suatu
Berdasarkan penelitian Lavigine metode pengambilan sampel, berdasarkan
menunjukkan bahwa sekitar 51,1% anak- tingkatan atau masing-masing strata.
anak prasekolah dengan gangguan Langkah-langkah yang ditempuh dalam
perkembangan tidak terdiagnosis oleh pengambilan sampel proportional
dokter dan petugas sehingga tidak stratified random sampling adalah sebagai
mendapat konseling, pengobatan maupun berikut: menentukan populasi penelitian
dirujuk (Ikatan Dokter Anak Indonesia, yaitu seluruh ibu yang memiliki balita dan
2005). Apabila dibandingkan dengan balitanya di Posyandu Melati wilayah kerja
negara-negara Barat, maka perkembangan Puskesmas Pringsewu sebanyak 142;
motorik pada anak Indonesia tergolong Menentukan besar sampel, yaitu sebanyak
rendah. Di Amerika, anak mulai berjalan 60 ibu yang memiliki balita dan balitanya ;
pada umur 11,4–12,4 bulan, dan anak-anak Menentukan jumlah sampel untuk masing-
di Eropa antara 12,4–13,6 bulan. masing strata yang dihitung secara

[212]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

proporsional berdasarkan jumlah balita HASIL


yang ada ; Menentukan banyaknya rentang
usia yang akan diteliti; Menentukan Analisis Univariat
responden untuk masing-masing rentang
umur dengan diundi. Penelitian ini Tabel 1: Distribusi Frekuensi Responden
dilaksanakan di Posyandu Melati Wilayah Menurut Pemberian Stimulasi Ibu
Kerja Puskesmas Pringsewu Kabupaten dan Perkembangan Balita
Pringsewu Tahun 2015. Data yang Berdasarkan KPSP
digunakan adalah data primer yaitu data
langsung dari responden. Instrumen Pemberian Stimulasi Ibu f %
pengumpulan data yang di gunakan adalah Baik 34 56,7
kuesioner dan KPSP, dilakukan Kurang 26 43,3
wawancara dan observasi langsung Jumlah 60 100,0
terhadap responden. Dalam pengumpulan Perkembangan Balita f %
data peneliti dibantu oleh kader posyandu Sesuai 49 81,7
yang sebelumnya telah dilatih dan Tidak sesuai 11 18,3
diadakan persamaan persepsi.
Jumlah 60 100,0
Alat ukur yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan Berdasarkan tabel 1 diketahui
kuesioner dan KPSP. Untuk variabel bahwa lebih banyak yang pemberian
pemberian stimulasi terdiri dari 20
stimulasi ibu baik sebanyak 34 orang
pertanyaan dengan 3 pilihan jawaban yang
meliputi “tidak pernah” diberi nilai 1, (56,7%), sedangkan perkembangan balita
“jarang” diberi nilai 2 dan “sering” diberi yang sesuai sebanyak 49 orang (81,7%).
nilai 3. Untuk keperluan analisa terdiri dari
2 kategori yaitu baik dan kurang, maka Analisis Bivariat
digunakan persentase: dikatakan baik bila
Tabel 2: Hubungan Pemberian Stimulasi
nilai responden > mean nilai ; dikatakan
Ibu dengan Perkembangan
kurang bila nilai responden < mean nilai
Balita
Untuk variabel perkembangan
menggunakan KPSP sebanyak 10 item Perkembangan
pertanyaan/observasi untuk usia 3, 6, 9, 12, Pemberian
Balita
15, 18, 21, 24, 30, 36, 54, dan 60 bulan, Stimulasi Total
Tidak
dan 9 item untuk usia 42 dan 48, dengan Ibu Sesuai
Sesuai
alternatif jawaban: Ya (bila dijawab bisa 31 3 34
Baik
atau sering atau kadang-kadang); Tidak (91,2%) (8,8%) (100%)
(bila jawaban belum pernah atau tidak 18 8 26
Kurang
pernah). Untuk keperluan analisa terdiri (69,2%) (30,8%) (100%)
dari 2 kategori yaitu Sesuai dan Tidak 49 11 60
Total
Sesuai: dikatakan sesuai bila jawaban ya > (29,0%) (18,3%) (100%)
8; dikatakan tidak sesuai bila jawaban ya < p-value=0,044, OR CI 95%=4,593 (1,079-
7 19,548)
Analisis data dalam penelitian ini
Berdasarlan tabel 2 menunjukkan
menggunakan analisa univariat ada hubungan yang signifikan antara
(prosentase) dan analisis bivariat (uji chi pemberian stimulasi dengan perkembangan
square). balita, dengan hasil uji statistik fisher exact
test diperoleh p value=0,044. Berdasarkan
hasil analisis diperoleh pula nilai OR 4,593
artinya ibu yang memberikan stimulasi
dengan baik memiliki peluang 4, 593 kali
lebih besar untuk perkembangan balitanya
sesuai kelompok umur.

[213]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

PEMBAHASAN pendidikan responden rata-rata SMP yaitu


sebanyak 24 orang (40%), kurangnya
Analisis Univariat pengetahuan akan mempengaruhi sikap
dan tindakan ibu dalam memberikan
Hasil penelitian menunjukkan stimulasi terhadap anaknya, jika kita lihat
proporsi Pemberian stimulasi ibu terhadap pekerjaan ibu mayoritas sebagai petani
balita di Posyandu Melati Wilayah Kerja membuat ibu lebih banyak menghabiskan
Puskesmas Pringsewu Kabupaten waktu di sawah dan ladang sehingga waktu
Pringsewu adalah sebanyak 34 orang untuk memperhatikan anaknya semakin
(56,7%) memberikan stimulasi dengan berkurang.
baik dan 26 orang (43,3%) memberikan Untuk meningkatkan pemberian
stimulasi kurang baik. stimulasi terhadap anak sebaiknya
Hal ini sesuai dengan teori bahwa orangtua menambah pengetahuan tentang
pemberian stimulasi ibu merupakan pentingnya stimulasi bagi balita baik dari
kegiatan yang dilakukan untuk merangsang tenaga kesehatan ataupun sumber-sumber
kemampuan dasar anak agar dapat tumbuh informasi lainnya, dan dapat meningkatkan
dan berkembang secara optimal. Dengan pemberian stimulasi dengan menitipkan
merangsang seluruh sistem indra, melatih anak di PAUD, bagi kader dan bidan
kemampuan motorik halus dan kasar, setempat dapat mengadakan pertemuan
kemampuan berkomunikasi serta perasaan berkala dengan memberikan simulasi
dan pikiran anak secara benar, adekuat dan pemberian stimulasi.
teratur sesuai kelompok umur anak maka Berdasarkan distribusi frekuensi
perkembangan anakpun akan sesuai perkembangan balita di Posyandu Melati
dengan tahapan perkembangan kelompok Wilayah Kerja Puskesmas Pringsewu
umurnya. Kabupaten Pringsewu diperoleh data 49
Penelitian ini menggambarkan balita (81,7%) dengan perkembangan
bahwa pemberian stimulasi yang baik sesuai dan 11 balita (18,3%) tidak sesuai.
menunjukan kepedulian ibu terhadap Perkembangan (development) adalah
perkembangan balitanya dengan demikiaan bertambahnya kemampuan dalam struktur
perkembangan balita pun akan lebih baik, dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
selain itu ibu juga dapat mendeteksi dini dalam pola yang teratur dan dapat
setiap kelainan tumbuh kembang dan diramalkan, sebagai hasil dari pematangan.
kemungkinan penanganan yang efektif Disini menyangkut adanya proses
serta mencari penyebab dan mencegah diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan
keadaan tersebut. tubuh, organ-organ dan system organ yang
Hal ini dimungkinkan karena jika berkembang sedemikian rupa sehingga
dilihat dari jumlah anak dalam keluarga, masing-masing dapat memenuhi
rata-rata memiliki 1-2 orang anak yaitu fungsinya. Termasuk juga perkembangan
sebanyak 44 keluarga (73,3%) maka ibu emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai
dapat lebih fokus dalam membimbing hasil interaksi dengan lingkungannya.
anak-anaknya. Selain itu juga karena (Soetjiningsih,1995)
pelayanan kesehatan yang sudah sampai ke Perkembangan balita yang sesuai
lapisan perifer sehingga banyak informasi didukung oleh faktor lingkungan yang baik
kesehatan yang dapat masyarakat terima diantaranya pemberian stimulasi ibu yang
dari tenaga kesehatan. adekuat dan sesuai dengan tahap
Sedangkan kurangnya pemberian perkembangan anak. Sedangkan
stimulasi akan memberikan dampak yang perkembangan yang tidak sesuai selain
sangat buruk terhadap tahapan dipengaruhi oleh stimulasi di pengerahui
perkembangan anak. 43,3% ibu yang pula oleh beberapa faktor lain seperti
kurang memberikan stimulasi merupakan faktor genetik dan pemenuhan gizi.
jumlah yang cukup besar. Hal ini Untuk mengoptimalkan
dimungkinkan, mengingat tingkat perkembangan anak, baik kemampuan

[214]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

motorik halus dan kasar, kemampuan sesuai kelompok umur, khususnya pada
berbahasa dan mental sosial diperlukan masa pertumbuhan emas balita (golden
kerjasama dengan pihak puskesmas age).
setempat untuk sosialisasi tentang
perkembangan anak, baik dengan
penyuluhan atau menggunakan leaflet serta KESIMPULAN
melakukan deteksi dini secara berkala
sebagai upaya pencegahan terjadinya Ada hubungan antara pemberian
gangguan/kelainan perkembangan anak stimulasi oleh ibu dengan perkembangan
balita. balita di Posyandu Melati Wilayah Kerja
Puskesmas Pringsewu Kabupaten
Analisis Bivariat Pringsewu tahun 2015 dengan p-value
0,044 dan Odd Ratio 4,593.
Hasil analisis penelitian Disarankan agar ibu memberikan
menunjukkan ada hubungan yang stimulasi yang adekuat, teratur, sesuai
signifikan antara pemberian stimulasi kelompok umur dan memperhatikan setiap
dengan perkembangan balita, dengan hasil tahapan perkembangan anak dengan
uji statistik fisher exact test diperoleh p memberikan permainan-permainan yang
value=0,044. Dari hasil analisis diperoleh merangsang seluruh sistem indra, melatih
pula nilai OR 4,593 artinya ibu yang kemampuan motorik halus dan kasar serta
memberikan stimulasi dengan baik kemempuan berkomunikasi dan sosialisasi.
memiliki peluang 5 kali lebih besar untuk Bagi kader posyandu dan bidan
perkembangan balitanya sesuai kelompok setempat dapat melakukan pertemuan
umur. berkala dengan ibu balita untuk
Penelitian sebelumnya, SDIDTK di meningkatkan pengetahuan ibu melalui
DKI Jakarta (2010), dari 400 anak yang penyuluhan dan simulasi pemberian
diperiksa terdapat 11,5% anak yang stimulasi balita.
terdeteksi mengalami kelainan dalam Diharapkan puskesmas dapat
tumbuh kembangnya dan penelitian memberikan sosialisasi tentang stimulasi
Angraeni (2010), Pengetahuan ibu tentang dan perkembangan anak dengan
tumbuh kembang anak di PAUD tunas membagikan leaflet dan melaksanakan
bangsa sidorejo yang berpengetahuan baik deteksi dini secara berkala sebagai upaya
yaitu sebesar (42,2%), dan cukup sebesar pencegahan terjadinya gangguan/kelainan
(57,8%) dan dari 45 anak didapatkan data tumbuh kembang anak.
6 anak mengalami gangguan sosialisasi
dan 2 anak mengalami gangguan
perkembangan motorik. DAFTAR PUSTAKA
Pengetahuan mempengaruhi sikap
dan tindakan orangtua dalam memberikan Depkes RI. 2005. Asuhan Kesehatan Anak
stimulasi yang akan berdampak pada Dalam Konteks Keluarga . Depkes
perkembangan anaknya. Sehingga pada RI, Jakarta.
penelitian ini masih ditemukan ibu yang Depkes RI. 2005. Pedoman Pelaksanaan
kurang memberikan stimulasi dan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi
perkembangan anak yang tidak sesuai. Dini Tumbuh Kembang Anak di
Semakin baik pemberian stimulasi maka Tingkat Pelayanan Kesehatan
perkembangan anakpun akan semakin Dasar. Depkes RI. Jakarta
baik. Hurlock, Elizabeth B. 2000.
Untuk mendapatkan perkembangan Perkembangan anak. Penerbit
anak yang sesuai sebaiknya orangtua terus Erlangga. Jakarta
meningkatkan pengetahuan serta Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang
pemberian stimulasi yang adekuat dan Anak. EGC. Jakarta.

[215]

Anda mungkin juga menyukai