OLEH ;
RATNASARI SYAHRIR,A.Md.Keb
NIM. 201302041
KELAS A20
Pernikahan dini merupakan pernikahan pada usia muda. Pemerintah menetapkan usia ideal
menikah 20 tahun untuk perempuan. Kenyataannya masih banyak remaja putri yang menikah
pada usia di bawah 20 tahun. Tujuan pembuatan paper ini adalah untuk mengidentifikasi
faktor penyebab pernikahan dini dan bagaimana cara mencegah terjadinya pernikahan dini.
Desain penelitian ini adalah deskriptif. Selain itu banyaknya pernikahan dini yang terjadi
dikalangan masyrakat bisa menyebabkan tingginya anak yang mengalami stunting, BBLR,
lahir prematur bahkan dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayinya. Maka dari itu
saya berinisiatif membuat paper ini untuk membahas lebih jelas tentang pernikah dini
terhadap kesehatan reproduksi. Dimana pembahasannya akan dimulai dari pengertian
pernikahan itu sendiri,faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pernikahan dini dikalangan
masyarakat, dan juga dampak yang dihasilkan dari pernikahan dini tersebut baik bagi diri
sendiri,keluarga dan dikalangan masyarakat, pencegahan pernikahan dini. Dari Hasil
pemaparan tentang pernikahan dini menunjukkan faktor penyebab pernikahan dini yaitu
hampir seluruhnya berpendidikan rendah, hampir setengahnya memiliki status ekonomi
bawah,hampir seluruhnya dipengaruhi adat istiadat, hampir setengahnya memiliki
pengetahuan kurang.Simpulan pemaparan paper ini yaitu faktor penyebab pernikahan dini
adalah sebagian besar disebabkan oleh adat istiadat, maka diharapkan petugas kesehatan
dapat berkolaborasi dengan tokoh masyarakat untuk menghapus budaya pernikahan dini dan
perjodohan.
BAB I
PENDAHULUAN
Jika nutrisi si ibu tidak mencukupi selama kehamilan, bayi akan lahir
dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan sangat berisiko terkena stunting.
Pada wanita hamil di bawah usia 18 tahun, organ reproduksinya belum
matang. Organ rahim, misalnya, belum terbentuk sempurna sehingga berisiko
tinggi mengganggu perkembangan janin dan bisa menyebabkan keguguran.
Saat ini, pemerintah terus melakukan berbagai upaya penanggulangan maupun
pencegahan pernikahan dini atau pernikahan di usia belia melalui Kementerian
Kesehatan sebagai garda terdepan serta Kementerian Komunikasi dan
Informatika untuk sosialisasi dampak pernikahan dini, termasuk stunting.
PEMBAHASAN
Pernikahan dibawah umur yang belum memenuhi batas usia pernikahan, pada
hakikatnya di sebut masih berusia muda atau anakanak yang ditegaskan dalam Pasal
81 ayat 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002, anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 tahun dikategorikan masih anak-anak, juga termasuk anak yang masih
dalam kandungan, apabila melangsungkan pernikahan tegas dikatakan adalah
pernikahan dibawah umur. Sedangkan pernikahan dini menurut BKKBN adalah
pernikahan yang berlangsung pada umur di bawah usia reproduktif yaitu kurang dari
20 tahun pada wanita dan kurang dari 25 tahun pada pria. Pernikahan di usia dini
rentan terhadap masalah kesehatan reproduksi seperti meningkatkan angka kesakitan
dan kematian pada saat persalinan dan nifas, melahirkan bayi prematur dan berat bayi
lahir rendah serta mudah mengalami stress.
Menurut Kementerian Kesehatan RI, pernikahan adalah akad atau janji nikah
yang diucapkan atas nama Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan awal dari
kesepakatan bagi calon pengantin untuk saling memberi ketenangan (sakinah) dengan
mengembangkan hubungan atas dasar saling cinta dan kasih (mawaddah wa rahmah).
Pernikahan adalah awal terbentuknya sebuah keluarga.
2.5 PERILAKU
2.5.1. Pengertian
Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta
interaksi sangat luas. Perilaku dibedakan adanya 3 area, wilayah, ranah
atau domain perilaku, yakni kognitif (cognitive), afektif (affective),
dan psikomotor (psychomotor). Perilaku adalah suatu reaksi psikis
seseorang terhadap lingkungannya, reaksi tersebut mempunyai bentuk
bermacam-macam yang pada hakekatnya digolongkan menjadi 2 yaitu
dalam bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit), dan dalam
bentuk aktif (dengan tindakan konkrit). Bentuk perilaku dapat diamati
melalui sikap dan tindakan, namun tidak berarti bentuk perilaku hanya
dapat dilihat dari sikap dan tindakan saja, perilaku juga dapat bersifat
potensial, yaitu dalam bentuk pengetahuan, motivasi, dan persepsi.
2.5.2. Perilaku Kesehatan
Semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik dapat diamati
langsung maupun tidak langsung yang diamati oleh pihak luar perilaku
adalah keyakinan mengenai tersedia atau tidaknya kesempatan dan
sumber yang diperlukan. Sebelum orang menghadapi perilaku baru
dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:
1. Awareness (kesadaran, seseorang menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap struktur atau obyek).
2. Interest (seseorang mempunyai ketertarikan).
3. Evaluation (menimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus).
4. Trial (seseorang telah mencoba perilaku baru)
5. Adoption (seseorang telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan terhadap stimulus)
2.5.3. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
1. Faktor Genetik : perilaku terbentuk dari dalam individu itu sendiri
sejak ia dilahirkan
2. Faktor Eksogen : meliputi faktor lingkungan, pendidikan, agama,
sosial, faktor-faktor yang lain yaitu susunan saraf pusat persepsi
emosi.
3. Proses Belajar : bentuk mekanisme sinergi antara faktor heriditas
dan lingkungan dalam rangkat terbentuknya perilaku
2.6 CARA PENYELESAIAN/ PENANGANAN PERNIKAHAN DINI
BERDASARKAN KESEPAKATAN LINTAS SEKTOR
Itulah tiga point yang telah disepakati bersama dengan masyarakat dan lintas
sektor dalam penyelesaian pernikahan dini, mudah-mudahan dengan
diterbitkannya aturan tersebut sudah tidak ada lagi warga yang akan
menikahkan anak dibawa umur. Untuk itu kerja sama lintas sektor sangatlah
penting agar lebih ditingkatkan.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Pernikahan dini bukanlah satu-satunya solusi, karena pernikahan dini justru bisa
menimbulkan perkara lain. Berikut ini adalah alasan pernikahan dini sebaiknya tidak
terjadi, di antaranya:
Studi menunjukkan bahwa dibandingkan dengan wanita yang menikah pada usia
dewasa, perempuan yang menikah pada usia di bawah 18 tahun lebih cenderung
mengalami kekerasan dari pasangannya. Alasannya karena pada usia ini, ditambah
dengan kurangnya pengetahuan dan pendidikan, seorang perempuan di usia muda
akan lebih sulit dan cenderung tidak berdaya menolak hubungan seks.
Kehamilan di usia dini bukanlah hal yang mudah dan cenderung lebih berisiko.
Deretan risiko yang mungkin terjadi pun tidak main-main dan bisa membahayakan
bagi ibu maupun janin. Pada janin, risiko yang mungkin terjadi adalah bayi terlahir
prematur dan berat badan lahir yang rendah. Bayi juga bisa mengalami masalah pada
tumbuh kembang karena berisiko lebih tinggi mengalami gangguan sejak lahir,
ditambah kurangnya pengetahuan orang tua dalam merawatnya.
Sedangkan ibu yang masih remaja juga lebih berisiko mengalami anemia
dan preeklamsia. Kondisi inilah yang akan memengaruhi kondisi perkembangan janin.
Jika preeklamsia sudah menjadi eklamsia, kondisi ini akan membahayakan ibu dan
janin bahkan dapat mengakibatkan kematian.
Tidak hanya dampak fisik, gangguan mental dan psikologis juga berisiko lebih tinggi
terjadi pada wanita yang menikah di usia remaja. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa semakin muda usia wanita saat menikah, maka semakin tinggi risikonya
terkena gangguan mental, seperti gangguan kecemasan, gangguan mood, dan depresi,
di kemudian hari.
3.2. SARAN
Dari pemaparan diatas sudah jelas bahwa pernikahan dini / pernikahan dibawah
umur sangat tidak diperbolehkan karena dapat merugikan diri sendiri,keluarga
dan masyarakat, dari sini yang dapat kami sarankan sebagai penulis mudah-
mudahan dengan tersajinya pembahasan ini dapat menambah wawasan pembaca
terkait pernikahan dini untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun
sangat diperlukan demi kesempurnaan dalam pembuatan makalah ini. Sekian dan
terimah kasih.
DAFTAR PUSTAKA