Anda di halaman 1dari 3

DEBAT KONTRA PERNIKAHAN DINI

Abstrak

Istilah pernikahan dini adalah istilah kontemporer. Pernikahan dini akhir-akhir ini sangat
marak dibicarakan seiring dengan perubahan zaman globalisasi informasi saat ini mengarah
kepada kemaksiatan dan perzinahan yang korabnnya kaum muda. Pro dan kontra pun muncul
terhadap maslah pernikahan dini ini. Pernikahan dini (dibawah umur) merupakan praktik
pernikahan yang dilakukan oleh pasangan yang salah satu atau keduanya berusia masih muda
dalam pandangan kekinian. Praktik pernikahan dini ini dipandang perlu memperoleh
perhatian dan pengaturan yang jelas. Maka selain usia minimum pernikahan ditetapkan,
beberapa Negara mengatur cara untuk mengantisipasi masih mungkinnya pernikahan seperti
itu masih bias dilaksanakan seperti aturan yang memberikan keringanan (dispensasi).

Alasan :

Ditinjau dari beberapa aspek :

1. Dari sisi kesehatan, kehamilan atau melahirkan anak di bawah usia 20 tahun lebih rentan
bagi kematian bayi dan ibunya. Melahirkan yang sehat menurut ilmu kedokteran adalah
antara usia 20-35 tahun.

2. Dari segi fisik, pasangan usia belia masih belum mampu dibebani suatu pekerjaan yang
memerlukan ketrampilan fisik untuk mendatangkan pendapatan yang mencukupi kebutuhan
keluarga.

3. Dari segi mental, pasangan yang masih belia masih belum siap bertanggung jawab secara
moral mengenai apa saja yang menjadi tanggung jawabnya.

4. Dari segi pendidikan, usaha pendewasaan usia pernikahan dimaksudkan buat mendapatkan
pendidikan yang lebih tinggi yang lebih berguna buat menyiapkan masa depannya.

5. Dari segi kependudukan, perkawinan usia dini adalah masa yang tingkat kesuburannya
tinggi sehingga kurang mendukung pembangunan di bidang kesejahteraan.

6. Dari segi kelangsungan rumah tangga, pernikahan dini lebih rentan dan rawan perceraian
mengingat mereka belum stabil, tingkat kemandiriannya masih rendah

Ditinjau dari UUD :

Pertama, dampak hukum yang apabila pernikahan dini dilakukan berarti telah mengabaikan
beberapa hukum yang telah ditetapkan, antara lain:

a) UndangUndang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan “Perkawinan hanya diijinkan


jika pi hak pria sudah berusia 19 tahun dan pihak wanita sudah berusia 16 tahun”
(Pasal 7 ayat 1). “Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum
mencapaiumur 21 tahun harus mendapat ijin kedua orang tuanya” (Pasal 6 ayat 2),
b) Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Pasal 26 ayat 1)
“orantua bertanggung jawab untuk mengasuh,memelihara,mendidik,dan melindungi
anak”.
c) (c) Undang-Undang No. 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang. Amanat undang-undang tersebut bertu juan untuk melindungi
anak agar tetap mem peroleh haknya untuk hidup, tumbuh, ber kembang serta
terlindungi dari perbuatan ke kerasan, eksploitasi dan diskriminasi.

Ditinjau dari segi agama :

 Perkawinan dalam al-Qur‟an Berkaitan dengan pernikahan dini alQuran tidak


membatasi usia pernikahan, namun pada umumnya seseorang berada ditahap
perkembangan remaja akhir pada usia 18 sampai 22 tahun, jika perkembagannya
berjalan dengan normal selambatnya pada usia 22 tahun seseorang sudah benar- benar
sepenuhnya menjadi orang yang dewasa. Perkembangan di masa remaja telah
terpenuhi dengan baik. Bersiap jenjang pernikahan menjadi tugas setelah habis masa
remaja
 Menurut Ibnu Syubromah bahwa agama melarang pernikahan dini (pernikahan
sebelum usia baligh). Menurutnya, nilai esensial pernikahan adalah memenuhi
kebutuhan biologis, dan melanggengkan keturunan. Sementara dua hal ini tidak
terdapat pada anak yang belum baligh. Ia lebih menekankan pada tujuan pokok
pernikahan.selain itu pernikahan Nabi Saw dengan Aisyah (yang saat itu berusia usia
6 tahun), Ibnu Syubromah menganggap sebagai ketentuan khusus bagi Nabi Saw yang
tidak bisa ditiru umatnya
 Sebuah Hadis juga telah disebutkan tentang usia pernikahan, yang pernah dikatakan
oleh Ibnu Masud, yang artinya: Wahai sekalian pemuda, siapa di antara kalian yang
telah mempunyai ba-ah, maka hendaklah ia menikah, dan barangsiapa yang belum
mampu, hendaklah ia berpuasa karena hal itu akan lebih bisa meredakan gejolaknya.'”
(H.R.Al-Bukhari) Hadis yang telah disebutkan terdapat kata syabab yang mana kata
tersebut bermakna pemuda. Sehingga pada umumnya masa aqil baligh dialami
sesorang pada rentang usia 14- 17 tahun, namun generasi yang terlahir pada era
sekarang banyak yang telah memiliki kemasakan seksual namun belum memiliki
kedewasaan dalam berfikir
 Seseorang dapat dikatakan aqil baligh jika memenuhi beberapa syarat yaitu :

a) sifat rasyid, mampu mengambil pertimbangan yang sehat dan berdasar dalam
memutuskan suatu perkara;
b) dapat menimbang baik dan buruk dengan ilmu yang memadai;
c) mempunyai kemampuan untuk memilih yang terpenting dari yang penting;
d) dapat bersikap mandiri;dapat mentasharufkan harta dengan baik.

mudharat dari pernikhan dini ini ialah:

1. tingginya pertumbuhan penduduk disebabkan karena panjangnya masa kelahiran


(reproduksi bagi wanita) sehingga mempersulit usaha peningkatan pemerataan
kesejahteraan rakyat,
2. buruknya kesehatan ibu dan anak karena factor gizi ibu kurang terpenuhi,
3. timbulnya salah satu factor penyebab tindakan kekerasan terhadap isteri hal ini terjadi
karena factor berfikir yang belum matang.
4. Pembatasan umur dalam perkawinan merupakan upaya pendewasaan usia kawin
sampai cukup dewasa agar mencapai kematangan fisik dan psikologi, ini nerupakan
suatu ikhtiyar manusia yang patut dihargai dan dapat dipertanggung jawabkan.

Pertanyaan Untuk Kubu Pro :

Anda mungkin juga menyukai