Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lesbian, Gay, Bisexual dan Transgender (LGBT), dianggap sebuah masalah yang tidak asing
kita dengar. Pengertian LGBT sendiri bermacam-macam. Menurut Wikipedia , Lesbian adalah
istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama perempuan.
Gay adalah sebuah istilah yang umumnya digunakan untuk merujuk orang homoseksual atau
sifat-sifat homoseksual. Sedikit berbeda dengan bisexual, biseksual (bisexual) adalah
individu yang dapat menikmati hubungan emosional dan seksual dengan orang dari kedua
jenis kelamin baik pria ataupun wanita.
Transgender merupakan ketidaksamaan identitas gender seseorang terhadap jenis
kelamin yang ditunjuk kepada dirinya. Seseorang yang transgender dapat mengidentifikasi
dirinya sebagai seorang heteroseksual, homoseksual, biseksual maupun aseksual. Untuk
mengetahui lebih jelas dan detail tentang LGBT, akan kita bahas di makalah yang
berjudul “LGBT (Lesbian, Gay, Bisex, Transgender)” berikut ini.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaiamana pengertian LGBT?

2. Bagaiamana pandangan islam terhadap LGBT?

3. Bagaimana hukum dan hukumannya para pelaku LGBT.

C. Tujuan Penulisan

B. 1. Untuk mengetahui pandangan islam terhadap LGBT


C. 2. Untuk mengetahui hukuman pelaku LGBT
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian LGBT
LGBT atau GLBT adalah akronim dari "lesbian, gay, biseksual, dan transgender".
Istilah ini digunakan semenjak tahun 1990-an dan menggantikan frasa "komunitas
gay" karena istilah ini lebih mewakili kelompok-kelompok yang telah disebutkan.
LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) ini pada dasarnya memiliki efek
yang sangat rentan dengan penyakit kelamin, kerentanan ini disebabkan karena
hubungan seksual yang dilakukan tidak pada tempatnya. Meskipun demikian alasan
banyak negara melegalkan adanya LGBT lantaran mereka menjastisnya sebagai
dukungan terhadap HAM (Hak Asasi Manusia). Sedangkan pengertian LGBT
menurut pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah sebagai
berikut;
1. Swain, Keith W
Menurutnya, LGBT adalah suatu bentuk kelompok-kelompok seksual
yang berhubungan dengan lesbian, gay, biseksual, dan transgender. Kelompok
sosial ini mulai menampak diri pada arus globalisasi yang semakin pesan
dengan menyebarkan konten dan berita terhadap dukungan terhadap
kelompoknya.
2. Wikipedia
Dalam Wikipedia, istilah LGBT diartikan sebagai suatu bentuk
pernyataan terhadap hubungan seksual sebagai pengganti daripada komunitas
gay. Pengertian komunitas ini identik pada hubungan kepuasaan yang
dilakukan dengan cara seksual tanpa adanya pengeruh dari pihak manapun.
3. Sinyo (2014)
Menurut ahli ini, definisi yang melakat pada istilah LGBT ialah suatu
bentuk gerakan terhadap seksual yang ingin diakui dengan mengatasanakan
HAM dalam berbagai perjalannnya. Langkah ini dilakukan guna menghargai
perbedaan pandangan dari banyak pihak terhadap LGBT yang terjadi.
Dari berbagai pengertian LGBT menurut para ahli diatas, dapat
disimpulkan bahwasanya LGBT adalah bentuk singkatan dari lesbian, gay,
biseksual, dan transgender yang intinya identik dengan suksualitas. Atau
mengandung unsur seksual yang dianggap sebagai tindakan yang
menyimpang.1

B. Sejarah LGBT di Dunia dan Indonesia


LGBT atau GLBT adalah akronim dari “lesbian, gay, biseksual, dan transgender”.
Istilah ini digunakan semenjak tahun 1990-an dan menggantikan frasa “komunitas
gay” karena istilah ini lebih mewakili kelompok-kelompok yang telah disebutkan.
Akronim ini dibuat dengan tujuan untuk menekankan keanekaragaman, yaitu “budaya
yang berdasarkan identitas seksualitas dan gender”. Kadang-kadang istilah LGBT
digunakan untuk semua orang yang tidak heteroseksual, bukan hanya homoseksual,
biseksual, atau transgender. Maka dari itu, seringkali huruf Q ditambahkan agar queer
dan orang-orang yang masih mempertanyakan identitas seksual mereka juga terwakili
(contoh. “LGBTQ” atau “GLBTQ”, tercatat semenjak tahun 1996).
Istilah LGBT sangat banyak digunakan untuk penunjukkan diri. Istilah ini juga
diterapkan oleh mayoritas komunitas dan media yang berbasis identitas seksualitas
dan gender di Amerika Serikat dan beberapa negara berbahasa Inggris lainnya. Tidak
semua kelompok yang disebutkan setuju dengan akronim ini. Beberapa orang dalam
kelompok yang disebutkan merasa tidak berhubungan dengan kelompok lain dan
tidak menyukai penyeragaman ini. Beberapa orang menyatakan bahwa pergerakan
transgender dan transeksual itu tidak sama dengan pergerakan kaum “LGB”. Gagasan
tersebut merupakan bagian dari keyakinan “separatisme lesbian & gay”, yang
meyakini bahwa kelompok lesbian dan gay harus dipisah satu sama lain. Ada pula
yang tidak peduli karena mereka merasa bahwa akronim ini terlalu politically correct,
akronim LGBT merupakan sebuah upaya untuk mengategorikan berbagai kelompok
dalam satu wilayah abu-abu, dan penggunaan akronim ini menandakan bahwa isu dan
prioritas kelompok yang diwakili diberikan perhatian yang setara.
Di sisi lain, kaum interseks ingin dimasukkan ke dalam kelompok LGBT untuk
membentuk “LGBTI” (tercatat sejak tahun 1999). Akronim “LGBTI” digunakan
dalam The Activist’s Guide of the Yogyakarta Principles in Action. Pada tahun 1869,
dokter Dr. K.M. Kertbeny yang berkebangsaan Jerman-Hongaria menciptakan isitlah
homoseks atau homoseksualitas. Homo sendiri berasal dari kata Yunani yang berarti
sama, dan seks yang berarti jenis kelamin. Istilah ini menunjukkan penyimpangan
kebiasaan seksual seseorang yang menyukai jenisnya sendiri, misalnya pria menyukai
pria atau wanita menyukai wanita.

1 https://dosenpsikologi.com/pengertian-lgbt-menurut-para-ahli
Pada abad ke 20 semakin banyak homo atau bahasa gaulnya Maho-maho
bermunculan, sehingga munculnya komunitas homoseksual di kota-kota besar di
Hinda-Belanda sekitar pada tahun 1920-an. Sekitar pada tahun 1968 mulai dikenal
istilah wadam yang diambil dari kata hawa dan adam. Kata wadam menunjukkan
seseorang pria yang mempunyai prilaku menyimpang yang bersikap seperti
perempuan. Pada tahun 1969 di New York, Amerika berlangsung Huru-hara
Stonewall ketika kaum waria dan gay melawan represi polisi yang khususnya terjadi
pada sebuah bar bernama Stonewall Inn. Perlawanan ini merupakan langkah awal dari
Waria dan Gay, dalam mempublikasikan keberadaan mereka. Pada tahun yang sama
mulai muncul organisasi Wadam yang bernama Himpunan Wadam Djakarta
(HIWAD). Organisasi tersebut merupakan organisasi Waria pertama di Indonesia yang
terletak di Jakarta. Organisai tersebut berdiri dan difasilitasi oleh Gubernur DKI
Jakarta Raya, Ali Sadikin. 1978 International Lesbian and Gay Association OLGA)
berdiri di Dublin, Irlandia
±1980 Istilah wadam diganti menjadi waria karena keberatan sebagian pemimpin
Islam, karena mengandung nama seorang nabi, yakni Adam a.s. 1981 munculnya
gejala penyakit baru yang kemudian dinamakan AIDS. Penyakit ini pertama kali
ditemukan di kalangan gay di kota kota besar Amerika Serikat, kemudian ternyata
diketahui bahwa HIV adalah virus penyebab AIDS. Penularan HIV / AIDS pertama
kali ditularkan melalui hubungan seks anal antara laki laki. Pada tahun 1982-Sekarang
muncullah Organisasi gay terbuka, yang merupakan organisasi Gay terbuka yang
pertama di Indonesia, setelah itu diikuti dengan organisasi lainnya seperti:
Persaudaraan Gay Yogyakarta (PGY) (Indonesian Gay Society (IGS)), dan GAY
NUSANTARA (GN) (Surabaya). Setelah banyaknya kemunculan-kemunculan
tersebut, organisasi Gay mulai menjamur diberbagai kota besar seperti di Jakarta,
Pekanbaru, Bandung dan Denpasar, Malang dan Ujungpadang, serta kota-kota
lainnya. Tentunya hal ini cukup meresahkan dan mengkhawatirkan masyarakat
terutama organisasi-organisasi Islam di Indonesia.2

C. Perkembangan LGBT di Dunia dan di Indonesia


1. Perkembangan LGBT di Dunia
Menurut Sinyo (2014) perkembangan dunia homoseksual berkembang pada

abad XI Masehi. Istilah Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender atau yang

biasa dikenal dengan LGBT mulai tercatat sekitar tahun 1990-an. Sebelum
2 https://rudyrustam.wordpress.com/2016/08/19/sejarah-lgbt-dan-sejenisnya/
masa “Revolusi Seksual” pada tahun 60-an tidak ada istilah khusus untuk

menyatakan homoseksual. Kata yang paling mendekati dengan orientasi selain

heteroseksual adalah istilah “third gender” sekitar tahun 1860-an. Kata revolusi

seksual adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan sosial

politik (1960-1970) mengenai seks. Dimulai dengan kebudayaan freelove, yaitu

jutaan kaum muda menganut gaya hidup sebagai hippie. Mereka menyerukan

kekuatan cinta dan keagungan seks sebagai bagian dari hidup yang alami atau

natural. Para hippie percaya bahwa seks adalah fenomena biologi yang wajar

sehingga tidak seharusnya dilarang dan ditekan.


Singkatan dari homoseksual dikenal dengan istilah LGB (Lesbian, Gay,

Biseksual). Kata gay dan lesbian berkembang secara luas menggantikan istilah

homoseksual sebagai identitas sosial dalam masyarakat. Kata gay dan lesbian

ini lebih disukai dan dipilih oleh banyak orang karena simpel dan tidak

membawa kata seks. Istilah biseksual muncul belakangan setelah diketahui

bahwa ada orang yang mempunyai orientasi seksual terhadap sesama jenis dan

lawan jenis. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan psikologi muncul

istilah baru yang tidak termasuk gay, lesbian, dan biseksual, yaitu transgender.

Semakin lengkap istilah sebelumnya menjadi LGBT. Istilah ini dipakai untuk

menerangkan orientasi seksual non-heteroseksual. Istilah LGBT sudah dikenal

dan atau diakui oleh banyak negara. Sebagian besar gerakan mereka

mengatasnamakan HAM (Hak Asasi Manusia) (Sinyo, 2014).


Pada abad 18 dan 19 Masehi beberapa negara mengkategorikan aktivitas

homoseksual merupakan suatu tindak kriminalitas sebagai kejahatan sodomi.

Perilaku pada hubungan seks sesama jenis atau yang disebut homoseksual ini

tidak dapat diterima secara sosial dan masyarakat. Situasi dan kondisi ini

membuat komunitas dan kehidupan sosial homoseksual hidup secara rahasia


dan tertutup agar tidak diketahui oleh orang lain dan tidak dianggap

dimasyarakat, beberapa orang kemudian mulai memperjuangkan kaum

homoseksual. Salah satunya adalah Thomas Cannon. Ia diperkirakan menjadi

orang pertama yang memulai perjuangan kaum tersebut dengan buku berjudul

Ancient and Modern Pederasty Investigated and Exemplify’d (Tahun 1749) di

Inggris. Tulisannya yaitu tentang gosip dan antologi lelucon yang membela

kaum homoseksual. Cannon dipenjara karena tulisan tersebut yang akhirnya Ia

dibebaskan dengan uang jaminan (Sinyo, 2014).


Jeremy Bentham (1785) seorang tokoh filsuf reformis dibidang sosial juga

membela kaum homoseksual. Bentham sering memberikan masukan tentang

hukum homoseksual di Inggris. Pemikiran Bentham menyumbangkan inspirasi

perubahan aturan hukum terhadap kaum homoseksual mengenai homoseksual

bukan suatu tindakan kriminal di Negara Eropa lainnya. Pada tahun 1791

Prancis adalah negara pertama yang menerapkan hukum bahwa homoseksual

bukan termasuk tindakan kriminal (Sinyo, 2014).


Gerakan Free Love yang membangkitkan kaum feminis dan kebebasan

hidup juga turut memperjuangkan kaum homoseksual kepada publik. Gerakan

ini kerap memandang budaya sucinya pernikahan yang dianggap membatasi

kebebasan hidup dan pilihan. Pada masa ini hampir semua negara di Eropa dan

Amerika melahirkan tokoh reformis yang membela hak-hak kaum feminis,

kehidupan bebas, dan komunitas homoseksual (Sinyo, 2014).


Beberapa gerakan sosial seperti The Black Power yaitu gerakan untuk

memperjuangkan hak kaum berkulit hitam dan Anti-Vietnam War

mempengaruhi komunitas gay untuk lebih terbuka. Masa ini dikenal dengan

Gay Liberation Movement atau gerakan kemerdekaan gay. Pada masa ini terjadi

huru-hara yang terkenal dengan sebutan Stonewall Riots, yaitu keributan

sporadis antara polisi dan para pendemo yang memperjuangkan kebebasan


kaum gay. Keributan ini terjadi di Stonewell Inn, Greenwich Village, Amerika

Serikat pada 28 Juni 1969. Kejadian 28 Juni 1969 tersebut tercatat dalam

sejarah sebagai pemicu gerakan perjuangan hak asasi kaum gay di Amerika

Serikat dan dunia, sehingga muncul komunitas-komunitas gay baru seperti Gay

Liberation Front (GLF), The gay Activits’Allainace (GAA), dan Front

Homosexsual d’Action Revolutionnaire. Pada tanggal tersebut juga dijadikan

hari perayaan bagi kaum LGBT di seluruh dunia dan pada hari tersebut mereka

menggelar pawai dijalan utama untuk menunjukan eksistensi kaum gay (Sinyo,

2014).
Tahun 1970 aktivis LGBT protes kepada American Psychiatric Association

(APA) karena menetapkan homoseksual sebagai bagian dari gangguan jiwa.

Hal tersebut tertuang dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders. Banyaknya akan protes karena rasa tidak setuju tentang hal tersebut.

APA secara resmi menghapus homoseksual dari masalah mental disorders

(gangguan jiwa) pada tahun 1974. Tindakan ini kemudian disebarluaskan

kepada hampir semua asosiasi psikiatri di dunia. Setelah itu dengan adanya

perbedaan dalam berkarya dan mendapatkan pekerjaan dalam hal identitas

gender dimasyarakat luas, muncul gerakan untuk memperjuangkan hak asasi

kaum gay (Gay Rights Movement). Pada tahun 1978 dibentuk International

Lesbian and Gay Association (ILGA) di Conventry, Inggris. Institusi ini

memerjuangkan hak asasi kaum lesbian dan gay secara internasional. Pada

masa itu dikenal simbol LGBT yaitu berupa bendera pelangi (the rainbow flag

atau pride flag) sebagai simbol pergerakan hak asasi komunitas LGBT.

Awalnya simbol ini hanya untuk komunitas gay di Amerika Serikat, namun

sekarang dipakai secara meluas di seluruh dunia sebagai lambang pergerakan

kaum LGBT dalam meraih hak-hak mereka.


Gerakan hak asasi kaum gay dimulai pada era tahun 1980-an. penyakit

AIDS dan kaum gay dianggap sebagai penyebar utamanya, Kata “queer”

dikenal sebagai istilah orang yang berorientasi seksual atau gender minoritas

dimasyarakat. Pada masa ini perjuangan kaum LGBT sudah begitu meluas

dengan banyaknya organisasi (legal atau ilegal) disetiap negara. Salah satunya

adalah hilangnya homosexsuality dari international Classification of Diseases

yang dibuat oleh WHO pada tanggal 17 Mei 1990, sehingga pada tanggal

tersebut dijadikan sebagai International Day Against Homophobia and

Transphobia (IDAHO). Komunitas LGBT mencari pengesahan hukum

pernikahan di negara-negara yang telah melegalkan nikah sesama jenis.

Belanda merupakan negara pertama yang melegalkan pernikahan pasangan

sesama jenis tahun 2001. Pada tahun 2008 diikuti oleh Belgia, Kanada,

Norwegia, Afrika Selatan, dan Spanyol (untuk Amerika Serikat ada di dua

negara bagian yaitu Massachusetts dan Connecticut) (Sinyo, 2014).3


2. Perkembangan Komunitas LGBT di Indonesia
Sinyo (2014) menjelaskan kaum homoseksual mulai bermunculan di kota-

kota besar pada zaman Hindia Belanda. Di Indonesia terdapat komunitas kecil

LGBT walaupun pada saat zaman Hindia Belanda tersebut belum muncul

sebagai pergerakan sosial. Pada sekitar tahun 1968 istilah wadam (wanita

adam) digunakan sebagai pengganti kata banci atau bencong yang dianggap

bercitra negatif. Sehingga didirikan organisasi wadam yang pertama, dibantu

serta difasilitasi oleh gubernur DKI Jakarta, Bapak Ali Sadikin. Organisasi

wadam tersebut bernama Himpunan Wadam Djakarta (HIWAD). Pada tahun

1980 karena Adam merupakan nama nabi bagi umat Islam maka sebagian besar

tokoh Islam keberatan mengenai singkatan dari Wadam sehingga nama Wadam

diganti menjadi waria (wanita-pria). Organisasi terbuka yang menaungi kaum

3 https://ceritakiz.wordpress.com/2017/12/03/perkembangan-lgbt-di-dunia/
gay pertama berdiri di Indonesia tanggal 1 Maret 1982, sehingga merupakan

hari yang bersejarah bagi kaum LGBT Indonesia. Organisasi tersebut bernama

Lambda. Lambda memiliki sekretariat di Solo. Cabang-cabang Lamda

kemudian berdiri dikota besar lainnya seperti Yogyakarta, Surabaya, dan

Jakarta. Mereka menerbitkan buletin dengan nama G: Gaya Hidup Ceria pada

tahun 1982-1984. Pada tahun 1985 berdiri juga komunitas gay di Yogyakarta

mendirikan organisasi gay. Organisasi tersebut bernama Persaudaraan Gay

Yogyakarta (PGY). Tahun 1988 PGY berubah nama menjadi Indonesian Gay

Society (IGS). Tanggal 1 Agustus 1987 berdiri kembali komunitas gay di

Indonesia, yaitu berdirinya Kelompok Kerja Lesbian dan Gay Nusantara

(KKLGN) yang kemudian disingkat menjadi GAY Nusantara (GN). GN

didirikan di Pasuruan, Surabaya sebagai penerus Lambda Indonesia. GN

menerbitkan majalah GAY Nusantara. Tahun 90-an muncul organisasi gay

dihampir semua kota besar di Indonesia seperti Pekanbaru, Bandung, Jakarta,

Denpasar, dan Malang (Sinyo, 2014).


Pada akhir tahun 1993 diadakan pertemuan pertama antar komunitas

LGBTUp di Indonesia. Pertemuan tersebut diselenggarakan di Kaliurang,

Yogyakarta dan diberi nama Kongres Lesbian dan Gay Indonesia I atau yang

dikenal sebagai KLG I. Jumlah peserta yang hadir kurang lebih 40-an dari

seluruh Indonesia yang mewakili daerahnya masing-masing. GAYa Nusantara

mendapat mandat untuk mengatur dan memantau perkembangan Jaringan

Lesbian dan Gay Indonesia (JLGI). KLG II dilakukan pada bulan Desember

1995 di Lembang, Jawa Barat. Peserta yang hadir melebihi dari KLG I dan

datang dari berbagai daerah di Indonesia. Tanggal 22 Juli 1996, salah satu

partai politik di Indonesia yaitu Partai Rakyat Demokratik (PRD), mencatat diri

sebagai partai pertama di Indonesia yang mengakomodasi hak-hak kaum


homoseksual dan transeksual dalam manifestonya. Kemudian KLG III

diselenggarakan di Denpasar, Bali pada bulan november 1997. KLG III

merupakan pertama kalinya para wartawan diperbolehkan meliput kongres

diluar sidang-sidang. Hasil kongres ini adalah peninjauan kembali efektivitas

kongres sehingga untuk sementara akan diadakan rapat kerja nasional sebagai

gantinya (Sinyo, 2014).


Untuk pertama kalinya Gay Pride dirayakan secara terbuka di kota

Surabaya pada bulan Juni tahun 1999. Acara tersebut merupakan kerja sama

antara GN dan Persatuan Waria kota Surabaya (PERWAKOS). Pada tahun ini

juga Rakernas yang rencananya akan diselenggarakan di Solo batal

dilaksanakan karena mendapat ancaman dari Front Pembela Islam Surakarta

(FPIS). Tanggal 7 November 1999 pasangan gay Dr. Mamoto Gultom (41) dan

Hendry M. Sahertian (30) melakukan pertunangan dan dilanjutkan dengan

mendirikan Yayasan Pelangi Kasih Nusantara (YPKN). Yayasan ini bergerak

dalam bidang pencegahan dan penyuluhan tentang penyakit HIV/AIDS

dikalangan komunitas gay di Indonesia (Sinyo, 2014).4

D. Pandangan Islam dan Masyarakat tentang LGBT


1. Pandangan Islam tentang LGBT
Dalam Islam LGBT dikenal dengan dua istilah, yaitu liwath (gay) dan

sihaaq (lesbian). Liwath (gay) adalah perbuatan yang dilakukan oleh laki-laki

dengan cara memasukan dzakarnya ke dubur laki-laki. Liwath adalah kata

yang dinisbatkan kepada kaumnya Nabi Luth AS, karena kaum Nabi Luth AS

adalah kaum yang pertama kali melakukan perbuatan ini (hukum al-liwath wa

al-sihaaq). Allah menamakan diri ini dengan perbuatan keji dan melampaui

batas. Lalu Allah terangkan dalam Al-Qur’an Surat Al-A’raf Ayat (80-81).

4 https://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/16/01/28/o1n41d336-menelisik-perjalanan-lgbt-
di-indonesia
‫طاَ إملذ نقاَنل لمقنلوُمممه أنتنألكتوُنن اللنفاَمحنشةن نماَ نسبنقنككمُ بمنهاَ مملن أننحدد ممنن اللنعاَلنمميِنن‬
‫نوكلوُ ط‬

‫إمنَنككلمُ لنتنألكتوُنن المرنجاَنل نشلهنوُةط ممن كدومن النمنساَمء ِ بنلل نأنَتكلمُ قنلوُمم مملسمركفوُنن‬
Artinya: “Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah)

tatkala dia berkata kepada mereka, “Mengapa kalian mengerjakan perbuatan

fahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini)

sebelum kalian?” Sesungguhnya kalian mendatangi lelaki untuk melepaskan

nafsu kalian (kepada mereka), bukan kepada wanita, bahkan kalian ini adalah

kaum yang melampaui batas.”


Sedangkan Sihaaq adalah hubungan cinta birahi antara sesama wanita

dengan gambar doa orang utan wanita saling menggesek-gesekkan anggota

tubuh (farji’) nya antara satu dengan yang lainnya, hingga keduanya merasakan

kelezatan hearts berhubungan tersebut (Sayid Sabiq, Fiqhu sebuah Sunnah, Juz

4 hal. 51.).
Hukum Sihaaq (lesbian) yang diakses oleh Abul Ahmad Al Khidir bin

Nursalim Al-Limbory Al-Muly (hukum Al-Liwathwa Al-Sihaaq, hal. 13) adalah

haram berdasarkan dalil Hadist Abu Said Al-Khudriy r.a yang diriwayatkan

oleh Al-Imam Muslim, At-Tirmidzi, dan Abu Dawud bahwa rasulullah SAW

berkata:
ِ،‫ِ نونل اللنملرأنةك إمنلىَ نعلوُنرمة اللنملرأنمة‬،‫نل ينلنظككر النركجكل إمنلىَ نعلوُنرمة النركجمل‬

‫ضيِ اللنملرأنةك‬
‫ِ نونل تكلف م‬،‫ب نوامحدد‬ ‫نونل يكلف م‬
‫ضيِ النركجكل إمنلىَ النركجمل مفيِ ثنلوُ د‬

‫ب اللنوُامحمد‬
‫إمنلىَ اللنملرأنمة مفيِ الثنلوُ م‬
Artinya: “Janganlah seorang pria melihat aurat pria lain, dan ingin sekali

wanita melihat aurat wanita lain. Dan janganlah seorang pria satu selimut

dengan pria lain, dan jangan pula wanita satu selimut dengan wanita lain”.
( HR. Muslim dari Abu Said Al-Khudriy r.a )
Terhadap pelaku homoseks Allah SWT dan Rasulullah SAW benar-benar

melaknat perbuatan tersebut. Al-Imam Abu Abdillah Adz-Dzahabiy r.a dalam

kitabnya Al-kabir (hal. 40) telah memasukan zombie sebagai dosa yang besar

dan beliau mengatakan:” Sesungguhnya Allah telah menyebutkan kepada kami

orang-orang diseluruh tempat dalam Al-Qur’an Al-Aziz, Allah telah

membinasakan mereka atas perbuatan keji mereka. Kaum muslimin dan selain

mereka dari lingkaran pemeluk agama yang ada, bersepakat bahwa homoseks

juga termasuk dosa besar”.


Hal ini memungkinkan bagaimana Allah SWT menghukum kaum Nabi

Luth AS yang melakukan penyimpangan dengan azab yang sangat besar dan

dahsyat, membalikan tanah tempat tinggal mereka, dan diakhiri hujanan batu

yang menghanguskan bumi mereka, termasuk dalam Surat Al-Hijr Ayat (74):
‫فننجنعللنناَ نعاَلميِننهاَ نساَفملننهاَ نوأنلمطنلرننَاَ نعلنليِمهلمُ محنجاَنرةط مملن مسمجيِدل‬
Artinya: “Maka Kami jadikan bahagian atas kota itu terbalik ke bawah dan

Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras.”


Secara fitrah, manusia diciptakan oleh Allah SWT berikut dengan dorongan

naluri dan jasmaninya. Salah satu dorongan naluri manusia adalah naluri untuk

melestarikan keturunan yang antara manifestasinya sebagai rasa cinta dan

dorongan seksual antara lawan jenisnya.


Pandangan pria terhadap wanita begitupun pandangan wanita terhadap pria

merupakan pandangan untuk melestarikan keturunan bukan pandangan seksual

semata. Tujuan dibuat naluri ini adalah untuk melestarikan darah dan hanya

bisa dilakukan oleh suami isteri. Bagaimana jadinya jika naluri untuk

melestarikan lingkaran ini dilakukan dengan pasangan yang sesama jenis? Dari

sini sudah sangat jelas bahwa sangat bertentangan dengan fitrah manusia.
Oleh karena itu, sudah dipastikan akar masalah penyimpangan kaum LGBT

ini adalah karena ideologi sekularisme yang diatasi oleh kebanyakan

masyarakat Indonesia. Sekularisme adalah ideologi yang memisahkan antara


agama dan kehidupan. Masyarakat sekuler memandang pria atau wanita hanya

memiliki sebatas hubungan seksual semata. Karena itulah, mereka dengan

sengaja menciptakan fakta-fakta yang menyimpang dari ajaran agama.


Mereka tidak dapat melakukan hal yang akan menyebabkan bahayanya

pada manusia. Hal tersebut dilakukan karena mereka menjadi bagian dari

sistem dan gaya hidup mereka dalam kehidupan sehari-hari. Tidak puas

melampiaskan hasratnya ke lawan jenis, akhirnya pikiran liarnya berusaha

untuk mencari kepuasan yang lain melalui hubungan seks sesama jenis bahkan

dengan hewan sekalipun, hal ini merupakan kebebasan bagi mereka. Benarlah

Allah SWT berfirman dalam Qs. Al’araf Ayat (179):


‫ل‬
‫نولنقنلد نذنرأننَاَ لمنجهننننمُ نكمثيِطرا ممنن اللمجمن نوا ل مللنَ م‬
‫س ِ لنهكلمُ قككلوُ م‬
َ‫ب نل ينلفقنكهوُنن بمنها‬

‫صكرونن بمنهاَ نولنهكلمُ آنذامن نل ينلسنمكعوُنن بمنهاَ ِ كأو للنئم ن‬


‫ك نكاَللنلنَنعاَمم‬ ‫نولنهكلمُ أنلعيِكمن نل يكلب م‬

‫ضمل ِ كأو للنئم ن‬


‫ك هككمُ اللنغاَفمكلوُنن‬ ‫بنلل هكلمُ أن ن‬
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam)

kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak

dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai

mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan

Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk

mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan

mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”5

2. Pandangan Masyarakat tentang LGBT


Banyak sekali masyarakat beranggapan bahwa LGBT adalah kaum yang
menyimpang, kaum berdosa, dan bahkan ada negara yang melarang adanya
LGBT. Sebenarnya apa itu LGBT ? LGBT adalah akronim dari Lesbian, Gay,
Bisex, dan Transgender. Lesbian adalah seseorang perempuan yang tertarik
dengan perempuan lain; Gay adalah seorang pria yang tertarik dengan pria lain

5 http://www.suarakita.org/2015/07/lgbt-dalam-pandangan-islam/
atau sering dipakai untuk menggambarkan homoseksual; Bisex adalah orang
tertarik baik kepada pria dan perempuan; dan Transgender adalah orang yang
identitas gendernya bukan laki-laki dan perempuan atau berbeda dengan yang
biasa ditulis dokter di sertifikat. Istilah tersebut digunakan untuk menggantikan
frasa “komunitas gay” karena istilah tersebut sudah mewakili kelompok-kelompok
yang telah disebutkan.

Dibuatnya akronim bertujuan untuk menekankan keanekaragaman budaya


yang berdasarkan identitas seksualitas dan gender. Istilah LGBT kadang-kadang
juga digunakan untuk semua orang yang tidak heteroseksual, bukan hanya
homoseksual, biseksual, atau transgender. Maka dari itu, seringkali huruf Q
ditambahkan agar queer dan orang-orang yang masih mempertanyakan identitas
seksual mereka juga terwakili. Queer adalah kata yang bisa digunakan sebagai
pernyataan politik dan menunjukkan seseorang yang tidak mau diidentifikasi
sebagai gender yang bisa dipasangkan.

LGBT juga mempunyai simbol tersendiri yaitu bendera pelangi. Dalam


sejarahnya, bendera pelangi ini dibuat oleh Gilbert Baker, seniman San Fransisco
pada tahun 1978. Ketika itu ia menyanggupi permintaan seorang gay, Harvey
Milk, untuk mendesain bendera mendukung hak-hak kaum gay. Baker memilih
warna pelangi bukan tanpa alasan, ia mengungkap kepada Time, “Kami
membutuhkan sesuatu yang menyatakan (ekspresi keberadaan) kita. Pelangi
benar-benar cocok untuk menggambarkan ide itu, dalam hal keberagaman: warna,
jenis kelamin dan ras. Bendera tersebut berwarna enam warna tanpa pink dan
birukehijauan.
Mengapa LGBT tidak dapat diterima dalam lingkup masyarakat Indonesia?
karena memang menurut nilai-nilai agama, budaya, UU di negara Indonesia masih
tidak diperbolehkan, dan adanya prasangka bahwa suatu hari nanti LGBT akan
membuat anak Indonesia menjadi seperti kaum LGBT, dan banyaknya asumsi dari
masyarakat bahwa LGBT itu buruk, berikut anggapan masyarakat: hubungan
sesama jenis dilarang oleh agama dan tergolong dosa besar; manusia diciptakan
berpasang-pasangan oleh Tuhan, sudah seharusnya kita sebagai manusia
mengikuti aturan tersebut dan tidak bertindak melawan kodrat; dan bencana alam
semakin hari semakin banyak terjadi dan merupakan tanda-tanda berakhirnya
zaman, seiring dengan semakin banyaknya orang yang menyatakan dirinya bagian
dari LGBT, serta juga media juga ikut berperan, adanya beberapa kutipan
pendapat yang tidak setuju dengan LGBT sebagai berikut: Wakil Ketua MPR RI
Mahyudin menegaskan bahwa penyebaran paham dan perilaku lesbian, gay,
biseksual, dan transgender (LGBT) itu jelas bertentangan dengan Pancasila dan
agama. Untuk itu, siapa pun di Indonesia tidak boleh menyebarkannya. "Semua
agama yang diakui di Indonesia jelas melarang perilaku dan paham LGBT. Dan,
karena itu pasti bertentangan dengan falsafah bangsa, yakni Pancasila,’’ kata
Mahyudin seusai mengadakan pertemuan dengan para mahasiswa di Aula
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, di Cilegon, Kamis (25/2);
Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) turut bersuara menanggapi
fenomena Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT). Mereka mengecam
tindakan promosi dan propaganda LGBT. "Kita bersandarkan nilai-nilai agama,
budaya dan UU yang ada di negara ini," ujar Wakil Ketua Umum ICMI, Sri Astuti
Buchari, di Wisma Kodel, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (19/2/2016).

Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa pihak-pihak yang tergolong LGBT


sebenarnya tetap hanyalah manusia biasa yang berhak hidup dengan damai dan
tenteram di negaranya sendiri. Mereka adalah orang-orang yang memiliki hati,
memiliki perasaan, juga dapat jatuh cinta pada orang lain sama seperti kaum
Heteroseksual.
Maka dari itu seharusnya kita dapat menghargai keberadaan LGBT atas dasar
kemanusiaan sebagaimana kita menghargai perbedaan yang ada di sekitar kita;
mendukung bukan berarti menjadi bagian darinya, kita cukup menerima dan
memahami keadaannya; jangan mengucilkan apabila ia tidak mengganggu kita;
LGBT bukanlah lagi penyakit atau kelainan mental menurut penelitian yang
dilakukan oleh American Psychiatric Association semenjak tahun 1973; juga
menghargai bahwa ia juga memiliki hak asasi yang sama dengan kita; dan
sejumlah pemuka agama di Indonesia menyatakan bahwa kaum LGBT harus
dilindungi dari sikap diskriminasi warga negara lainnya, meskipun LGBT sangat
bertentangan dengan ajaran agama, mereka tetap harus dilindungi sebagai warga
negara.
Dalam pembahasan kali ini akan menggunakan Teori Spiral of Silence yang
menjelaskan bahwa orang yang yakin bahwa mereka memiliki sudut pandang
yang minoritas mengenai isu-isu publik akan tetap berada di latar belakang di
mana komunikasi mereka akan dibatasi dan akhirnya mereka akan kehilangan
kepercayaan diri untuk menyuarakan opininya, sedangkan mereka yang yakin
bahwa mereka memiliki sudut pandang yang mayoritas akan lebih terdorong
untuk membuka suara. Bahwa dalam hal ini suara mayoritas adalah kaum yang
tidak setuju dengan adanya LGBT, sedangkan suara minoritas adalah kaum yang
setuju dengan adanya LGBT. Pada suara mayoritas juga didukung dengan adanya
media, karena banyaknya media yang tidak setuju dengan LBGT sehingga
memberikan ruang bagi opini dari kelompok yang bersudut pandang mayoritas,
dan membuat kelompok mayoritas memiliki keberanian dan kepercayaan diri
untuk mengemukakan pendapat bahwa LGBT itu buruk, sedangkan kelompok
minoritas akan takut mengemukakan pendapat tentang LGBT. Adanya juga
asumsi dari Teori Spiral of Silence yaitu masyarakat mengancam individu-
individu yang dianggap bertolak belakang dengan pandangan publik melalui
tindakan pengisolasian serta adanya rasa takut terhadap isolasi.
Jadi, dapat di katakan bahwa kaum LBGT umumnya memiliki hak asasi yang
sama-sama pantas mereka dapatkan yaitu adalah hak untuk hidup, hak untuk
mendapatkan perlindungan, hak untuk berekspresi dan masih banyak lainnya.
Sehingga sudah seharusnya kita tidak menyudutkan atau membatasi hak asasi para
kaum LBGT, menghargai perbedaan, serta menerima dan memahami keadaannya.
Kita pun juga perlu melakukan suatu tindakan, seperti dengan membimbing
mereka agar mereka dapat kembali kedalam perilaku yang normal dan tidak
menyimpang.6

E. Faktor Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasi LGBT


1. Faktor Penyebab LGBT
a. Faktor keluarga
Seorang anak yang tidak mendapatkan perilaku menenangkan dari

keluarga. Biasanya pelaku tindakan tidak menyenagkan adalah orang

tua, misalnya seorang anak perempuan sering dianiaya atau melihat

ibunya diperlakukan kasar oleh ayahnya sehingga dapat terjadi

kemungkinan kelak saat menjadi dewasa anak perempuan tersebut

6 https://www.kompasiana.com/reynaldiananda/5901780762afbddb2c7ab08e/pandangan-masyarakat-indonesia-
mengenai-lgbt
sangat membenci lelaki dan tidak ingin menikah dengan lelaki karena

mengalami trauma yang cukup membekas saat usia anak-anak tersebut.

Sehingga ia hanya menyukai perempuan atau sejenis saja.


b. Pergaulan dan Lingkungan
Kebiasaan pergaulan dan lingkungan merupakan hal yang sangat

berpengaruh dalam masalah ini, karena pergaulan dan lingkungan

adalah tempat setelah keluarga dimana seseorang berinteraksi dan

menyesuaikan diri nya, karenanya pergaulan dan lingkungan yang

kurang kondusif dapat mempengaruhi perkembangan psikologis dan

kebiasaan seseorang. Masuknya pengaruh budaya dari lingkungan luar

dapat memicu terjadinya pergeseran nilai norma interen, sehingga

begitu rawan untuk perkembangan seseorang yang lebih condong untuk

meniru kebiasaan seks menyimpang tanpa membatasi dirinya.


c. Genetik
Dari beberapa penelitian menunjukan hasil genetik ikut berperan

dalam hal ini yaitu, dalam dunia kesehatan seorang lelaki normal

memiliki kromoson xy dalam tubuhnya, sedangkan wanita normal

kromosonnya adalah xx. Akan tetapi dalam beberapa kasus ditemukan

bahwa seorang pria bisa saja memiliki jenis kromoson xxy, ini artinya

bahwa laki-laki memiliki kelebihan satu kromoson. Akibatnya lelaki

tersebut bisa memiliki perilaku agak mirip dengan prilaku perempuan.

Seseorang yang memiliki kadar hormon testoteron yang rendah dalam

tubuhnya, maka bisa mengakibatkan terhadap perubahan perilakunya,

seperti perilaku laki-laki mirip dengan prilaku perempuan.

d. Ahklak dan Moral


Ada beberapa hal yang dapat berpengaruh pada perubahan akhlak

dan moral seseorang yaitu, ketika seseorang memiliki tingkat keimanan

yang rapuh dan lemah sangat besar kemungkinan untuk melakukan


tindakan yang menyimpang, karena iman adalah pondasi yang paling

tepat untuk membatasi diri mengendalikan hawa nafsu. Dimana

seseorang yang memiliki keimanan rendah akan lebih sulit

mengendalikan dirinya dari perilaku menyimpang salah satunya

kebiasaan seks. Diperparah dengan banyaknya rangsangan seksual dari

beberapa hal contoh: majalah porno, VCD porno atau video-video yang

bebas kita akses diinternet sebagai pemicu aktifitas seksual lainnya.


e. Pendidikan dan Pengetahuan tentang Agama
Pengetahuan serta pemahaman agama seseorang yang sangat rendah

dapat memicu beberapa penyimpangan. Karena dalam semua agama

tidak ada yang mendukung perilaku menyimpang LBGT sehingga

seharusnya seseorang yang memiliki pendidikan dan pemahaman

agama yang baik dapat menghindari perilaku menyimpang seks

tersebut.
2. Dampak LGBT
Faktanya, penyebaran LGBT begitu cepat. Bahkan, yang tadinya terlahir

sebagai perempuan atau laki-laki "normal" ia sekarang menjadi seorang LGBT.

Hal tersebut tidak boleh dibiarkan begitu saja, karena dampaknya sangat besar,

dan dapat membahayakan kesehatan, pendidikan, serta merusak moral

seseorang.
a. Kanker anal atau dubur
Para gay melakukan hubungan sek dubur sehingga mereka memiliki

resiko tinggi terkena penyakit kanker dubur.


b. Kanker mulut
Kebiasaan melakukan oral seks bisa menyebabkan kanker mulut.

Sebab, faktanya rokok bukanlah satu-satunya penyebab kanker mulut

terjadi. Hal ini sesuai dengan studi di New England Journal of

Medicine yang dimuat di situs Dallasvoice.


c. Meningitis
Meningitis atau radang selaput otak terjadi karena infeksi

mikroorganisme, kanker, penyalahgunaan obat-obatan tertentu dan

mengalami peradangan tubuh. Namun, hal lain diungkapkan dalam

tulisan di Detik Health bahwa meningitis terjadi karena penularan

hubungan seks yang dilakukan oleh LGBT.


d. HIV/AIDS
Umumnya, para LGBT memiliki gaya hidup seks bebas dengan

banyak orang sehingga kecenderungan terkena virus HIV/ AIDS

sangat tinggi.
e. Dampak Pendidikan
Selain berdampak pada kesehatan, LGBT juga mempengaruhi

pendidikan seseorang. Sebab faktanya, seorang LGBT memiliki

permasalahan putus sekolah 5 kali lebih besar dibandingkan dengan

siswi atau siswa normal.


f. Dampak Keamanan
Adanya LGBT ini menyebabkan terjadinya pelecehan seksual

terjadi di mana-mana. Bahkan, banyak kasus yang mana pelecehan

tersebut terjadi pada anak-anak.

3. Cara Mengatasi LGBT


Karena dampak LGBT sangat mengerikan, sebaiknya ada upaya

untuk mencegah timbulnya LGBT. Caranya antara lain sebagai

berikut ini:
a. Menjaga pergaulan.
b. Menutup segala celah pornografi misalnya dari gadget, orang tua

harus aktif dalam hal ini .


c. Diadakan kajian atau seminar mengenai bahaya LGBT di sekolah-

sekolah.
d. Adanya undang-undang yang melarang adanya LGBT sehingga

hal ini tidak menyebar semakin parah.


e. Diadakan penyuluhan keagamaan mengenai LGBT yang

menyimpang dari aturan agama.


Dengan hal-hal tersebut, diharapkan LGBT dapat dicegah

dan penyebarannya tidak semakin luas. LGBT merupakan suatu

masalah kejiwaan yang perlu ditangani oleh semua pihak baik

dari pelaku maupun lingkungan sekitar. Dengan adanya kerja

sama yang baik, bukan tidak mungkin masalah LGBT yang

menjadi kontroversi ini bisa diatasi dengan baik. 7

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari berbagai pengertian LGBT menurut para ahli diatas, dapat

disimpulkan bahwasanya LGBT adalah bentuk singkatan dari lesbian,

gay, biseksual, dan transgender yang intinya identik dengan suksualitas.

Atau mengandung unsur seksual yang dianggap sebagai tindakan yang

menyimpang.
Faktanya, penyebaran LGBT begitu cepat. Bahkan, yang tadinya

terlahir sebagai perempuan atau laki-laki "normal" ia sekarang menjadi

seorang LGBT. Hal tersebut tidak boleh dibiarkan begitu saja karena

dampaknya sangat besar, dan dapat membahayakan kesehatan,

pendidikan, serta merusak moral seseorang.


B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan banyak

informasi, wawasan, dan pengetahuan kita, teruntuk lagi kepada para

7 https://www.rmol.co/read/2018/02/06/325739/LGBT,-Faktor-Penyebab,-Dampak-Dan-Cara-Mengatasinya-
pelajar serta mahasiswa atau mahasiswi, dan kita semua dapat

mengimplementasikan nilai-nilai yang ada di dalam makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

https://dosenpsikologi.com/pengertian-lgbt-menurut-para-ahli
https://rudyrustam.wordpress.com/2016/08/19/sejarah-lgbt-dan-

sejenisnya/
https://ceritakiz.wordpress.com/2017/12/03/perkembangan-lgbt-di-

dunia/
https://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-

warga/wacana/16/01/28/o1n41d336-menelisik-perjalanan-lgbt-di-

indonesia
http://www.suarakita.org/2015/07/lgbt-dalam-pandangan-islam/
https://www.kompasiana.com/reynaldiananda/5901780762afbddb2c7ab

08e/pandangan-masyarakat-indonesia-mengenai-lgbt
https://www.rmol.co/read/2018/02/06/325739/LGBT,-Faktor-

Penyebab,-Dampak-Dan-Cara-Mengatasinya-

PERTANYAAN
1. Apa hal yang membuat lgbt mengalami perkembangan dari yang awalnya

tertutup karena mereka merupakan kaum minoritas?


Jawaban: Gerakan hak asasi kaum gay dimulai pada era tahun 1980-an.

Kata “queer” dikenal sebagai istilah orang yang berorientasi seksual atau

gender minoritas dimasyarakat. Pada masa ini perjuangan kaum LGBT

sudah begitu meluas dengan banyaknya organisasi (legal atau ilegal)


disetiap negara. Salah satunya adalah hilangnya homosexsuality dari

international Classification of Diseases yang dibuat oleh WHO pada

tanggal 17 Mei 1990, sehingga pada tanggal tersebut dijadikan sebagai

International Day Against Homophobia and Transphobia (IDAHO).

Komunitas LGBT mencari pengesahan hukum pernikahan di negara-negara

yang telah melegalkan nikah sesama jenis. Belanda merupakan negara

pertama yang melegalkan pernikahan pasangan sesama jenis tahun 2001.

Pada tahun 2008 diikuti oleh Belgia, Kanada, Norwegia, Afrika Selatan,

dan Spanyol (untuk Amerika Serikat ada di dua negara bagian yaitu

Massachusetts dan Connecticut).


2. Solusi apa yang tepat untuk menghindari LGBT?
Jawaban:
f. Menjaga pergaulan.
g. Menutup segala celah pornografi misalnya dari gadget, orang tua

harus aktif dalam hal ini .


h. Diadakan kajian atau seminar mengenai bahaya LGBT di sekolah-

sekolah.
i. Adanya undang-undang yang melarang adanya LGBT sehingga

hal ini tidak menyebar semakin parah.


j. Diadakan penyuluhan keagamaan mengenai LGBT yang

menyimpang dari aturan agama.


3. Apa dampak dari lgbt?
Jawaban:
a. Kanker anal atau dubur
Para gay melakukan hubungan sek dubur sehingga mereka memiliki

resiko tinggi terkena penyakit kanker dubur.


b. Kanker mulut
Kebiasaan melakukan oral seks bisa menyebabkan kanker mulut.

Sebab, faktanya rokok bukanlah satu-satunya penyebab kanker mulut

terjadi. Hal ini sesuai dengan studi di New England Journal of

Medicine yang dimuat di situs Dallasvoice.


c. Meningitis
Meningitis atau radang selaput otak terjadi karena infeksi

mikroorganisme, kanker, penyalahgunaan obat-obatan tertentu dan

mengalami peradangan tubuh. Namun, hal lain diungkapkan dalam

tulisan di Detik Health bahwa meningitis terjadi karena penularan

hubungan seks yang dilakukan oleh LGBT.

d. HIV/AIDS
Umumnya, para LGBT memiliki gaya hidup seks bebas dengan

banyak orang sehingga kecenderungan terkena virus HIV/ AIDS

sangat tinggi.

e. Dampak Pendidikan

Selain berdampak pada kesehatan, LGBT juga mempengaruhi

pendidikan seseorang. Sebab faktanya, seorang LGBT memiliki

permasalahan putus sekolah 5 kali lebih besar dibandingkan dengan

siswi atau siswa normal.


f. Dampak Keamanan
Adanya LGBT ini menyebabkan terjadinya pelecehan seksual terjadi

di mana-mana. Bahkan, banyak kasus yang mana pelecehan tersebut

terjadi pada anak-anak.


4. Apakah penyakit HIV dan Aids merupakan suatu azab ataukah hanya suatu

penyakit bagi kaum yang melakukan lgbt?


Jawaban:

“Rhoma Irama ikut menyuarakan penolakannya terhadap makin maraknya


praktek LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender). Ia mengkaitkan
mewabahnya penyakit HIV di dunia saat ini dengan kemarahan Tuhan atas
tumbuh suburnya para pelaku LGBT.” Ini leaddi berita “Bang Rhoma Bicara
Soal LGBT yang Resahkan Warga dan HIV Sebagai Azab Allah” (Wisnu
Prasetiyo – detikNews, 6/3-2016).
Kesimpulan wartawan yang menulis berita ini menujukkan pengetahuannya
tentang HIV/AIDS sangat rendah, hal yang sama juga pada narasumber yaitu
Rhoma Irama.

Pertama, HIV bukan penyakit tapi virus yang bisa dicegah penularannya.
Virus ini tidak mengenal orientasi seksual karena virus ini menular dari
seseorang yang mengidap HIV ke orang lain melalui beberapa cara, al.
hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Kedua, kasus AIDS pertama yang dipublikasikan memang terdeteksi pada


laki-laki gay di San Fransisco, AS, 1981. Tapi, setelah WHO menetapkan HIV
sebagai penyebab AIDS dan menyetujui reagen tes HIV (1983) ternyata ada
darah pasien, bukan LGBT, yang disimpan di sebuah rumah sakit di Swedia
yang diambil tahun 1959 mengandung HIV. Ketika kasus AIDS terdeteksi di
San Fransisco pada saat yang sama juga ada kasus AIDS pada pekerja seks di
pantai timur AS.

Ketiga, LGBT adalah Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (waria) yang
secara seksual tertarik kepada sesama jenis. Risiko penularan HIV pada gay,
biseksual dan waria terjadi karena pada seks anal probabilitas penularan lebih
besar daripada seks vaginal jika tidak memakai kondom.

Keempat, hubungan seksual pada Lesbian tidak ada laporan telah terjadi
penularan HIV. Maka, Lesbian tidak termasuk kalangan yang disebut Rhoma
Irama sebagai ‘kemarahan Tuhan’.

Kelima, kasus HIV/AIDS pada gay, biseksual dan transgender jauh lebih
sedikit daripada kasus HIV/AIDS di kalangan heteroseksual (laki-laki tertarik
pada perempuan dan sebaliknya). Ini data yang dikeluarkan oleh Ditjen PP&P,
Kemenkes RI, tanggal 26 Februari 2016, berupa data kasus di Indonesia
sampai Desember 2015 yaitu: dari 77.112 kasus AIDS yang dilaporkan, yang
terdeteksi pada homoseksual (gay dan waria) adalah 2.272 atau 2,95 persen,
dan pada biseksual 390 atau 0,51 persen. Bandingkan dengan kasus AIDS
pada heteroseksual 51.467 atau 66,74 persen.
Keenam, ‘tumbuh suburnya para pelaku LGBT’ tidak ada kaitannya secara
langsung dengan penyebaran HIV/AIDS karena penyebaran HIV dilakukan
oleh orang-orang yang mengidap HIV/AIDS kebanyakan tanpa mereka sadari.

Di bagian lain disebutkan “HIV itu kan penyakit yang menyengsarakan dan
belum ada obatnya”. Nah, ini yang membuat kacau karena ketidaktahuan
bahwa HIV adalah virus bukan penyakit sehingga tidak akan ada obatnya.
Terhadap virus bukan obat, tapi vaksin. Belum da vaksin HIV. Virus tidak bisa
dimatikan dengan obat di dalam tubuh manusia, seperti virus flu. Yang ada
yaitu obat antiretroviral (ARV) yang berguna untuk menekan laju
perkembangbiakan HIV di dalam darah. Setiap hari HIV berkembang biak
antara 10 miliar – 1 triliun. Ini yang menyebabkan sistem pertahanan tubuh
pengidap HIV/AIDS cepat rusak sehingga mudah dimasuki penyakit.

Dikatakan Rhoma Irama lagi: Ia menambahkan, perilaku LGBT bertentangan


dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, utamanya sila pertama.

Apakah perilaku laki-laki beristri yang selingkuh, berzina, atau melacur


bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, utamanya
sila pertama?

Tampaknya, hanya hubungan seksual pada LGBT yang disoal, sedangkan seks
oral dan seks anal pada suami-istri tidak diperbincangkan.

Yang perlu diingat adalah HIV/AIDS pada LGBT, khususnya gay, ada pada
terminal terakhir karena kalaupun ada kemungkinan ditularkan hanya kepada
kalangan gay juga.

Sedangkan pada transgender HIV akan menyebar ke laki-laki heteroseksual


karena laki-laki heteroseksual yang ngeseks dengan waria selalu jadi
‘perempuan’ (dalam bahasa waria disebut ‘ditempong’). Posisi itu membuat
laki-laki heteroseksual berisiko tinggi tertular HIV jika waria mengidap HIV
karena waria melakukan penetrasi penis ke anus laki-laki heteroseksual
(menempong). Seorang waria di Malang, Jatim, mengatakan laki-laki
heteroseksual selalu mencari waria yang mau jadi ‘suami’ agar
memperlakukan dia sebagai istri.

Persoalan besar ada pada laki-laki biseksual karena mereka jadi jembatan
penyebaran HIV dari masyarakat ke waria dan LSL (Lelaki Suka Seks Lelaki)
dan sebaliknya. Istri mereka akan menjadi tujuan penyebarn berikutnya dan
berakhir pada anak yang dikandung istrinya. Sedangkan laki-laki juga
berpotensi menularkan ke perempuan lain, waria, LSL dan pekerja seks.

Selama informasi tentang HIV/AIDS dibalut dengan norma, moral dan agama,
maka selama itu pula fakta tentang cara-cara penularan dan pencegahan HIV
tidak akan bisa diketahui banyak orang. Kondisi ini akan bermuara pada
‘ledakan AIDS’

5. Apa saja pro dan kontra tentang lgbt?


Jawaban:
Pro LGBT

Keadilan untuk Menikah

Menolak hak seseorang untuk menikah dengan orang yang dicintainya akan
menyebabkan terjadinya diskriminasi. Jika diteruskan dalam waktu yang lama,
maka akan timbul kesenjangan sosial yang baru.

Keturunan

Mempunyai anak bukanlah satu-satunya tujuan dari pernikahan. Jika memang


hal tersebut adalah satu-satunya tujuan, maka pasangan yang mandul atau
tidak ingin punya anak juga seharusnya tidak diperbolehkan untuk menikah.
Di sisi lain, dengan tidak memiliki anak secara biologis, pasangan gay bisa
mengadopsi anak-anak yang kurang beruntung. Hal ini juga akan menurunkan
jumlah kepadatan populasi di Indonesia.

Kecerdasan Anak
Sebuah riset yang dilakukan oleh University of Melbourne pada tahun 2014
menunjukkan bahwa anak yang diasuh oleh pasangan gay memiliki prestasi
sekitar 6% lebih tinggi daripada anak yang diasuh oleh pasangan heterosexual.
Bahkan di Amerika, seorang jurnalis bernama Ezra Klein mengatakan bahwa
"Kita seharusnya memohon pada pasangan gay untuk mengadopsi anak-anak."

Kesehatan Psikologis

Dengan melarang pernikahan sesama jenis, tingkat penyakit psikologis pun


meningkat. Menurut penelitian oleh peneliti dari UCLA, San Francisco State
University, dan the University of Massachusetts at Amherst, pasangan gay
yang tidak diperbolehkan menikah akan cenderung mengalami stres yang
lebih tinggi dibandingkan pasangan lain.

Agama

Institusi agama boleh menolak menikahkan pasangan gay jika mereka mau,
tetapi mereka tidak mempunyai hak untuk mendikte hukum tentang
pernikahan di masyarakat pada umumnya. Karena pada hakikatnya, negara
Indonesia bukanlah negara Agama melainkan negara yang merdeka. Oleh
sebab itu, kedaulatan tertinggi ada pada tangan rakyat.

Kontra LGBT

Demokrasi

Bebas ya bebas, asalkan jangan sampai manusia dibebasan untuk melakukan


sesuatu yang jauh melampaui batas kemanusiaan; sesuatu yang menyalahi
kodratnya sebagai manusia, seperti LGBT.

Lingkungan yang buruk untuk tumbuh kembang anak.

Seorang anak membutuhkan seorang ibu yang ‘dekat’ secara emosional,


memahami dan tahu apa yang mereka butuhkan, termasuk nasihat yang baik.
Seorang anak, terlebih anak gadis, membutuhkan seorang ayah untuk
membimbing dan melindunginya dari aktivitas seksual dini serta kehamilan
dini. Pasangan sesama jenis tidak mungkin dapat dengan sempurna
menggantikan peran ayah dan ibu karena jenis kelamin yang sama cenderung
memiliki naluri yang sama (sama-sama sebagai bapak atau ibu).

Tingkat kesetiaan pasangan GLBT sangat rendah

Para GLBT selalu mencari cara untuk mempertahankan kenikmatan seksual.


Mereka akan merasa menderita bila hasrat seksual mereka tidak terpuaskan.
Maka dari itu banyak dari mereka yang memiliki pasangan lebih dari satu
dalam periode yang sama.

Tingkat kelanggengan pasangan GLBT sangt rendah

Karena ketidakpuasan seksual, mereka mengalami depresi dan memilih untuk


melimpahkannya lewat kekerasan kepada pasangan. Tingkat kekerasan 44 kali
lebih besar pada lesbian dan 300 kali lebih besar pada gay.

Menimbulkan berbagai penyakit

Hubungan seksual gay secara sodomi menularkan Human Papilovirus (HPV)


yang dapat menyebabkan kanker anal. Hubungan seksual gay secara oral dan
berganti-ganti pasangan dapat menyebabkan kanker mulut serta menularkan
virus HIV yang seringkali berkembang menjadi AIDS. Menurut penelitian
Cancer Support Community, wanita lesbian memiliki daya tahan lebih rendah
terhadap virus, mikroorganisme, peradangan, dan sel kanker dibanding dengan
wanita normal. Dengan demikian, wanita lesbian yang telah melakukan
hubungan seksual lebih mudah tertular dan dapat mengalami peradangan
selaput otak (meningitis) hingga kanker payudara.
Kenapa harus melalui legalisasi untuk para penderita kelainan LGBT
mendapat persamaan hukum?

Legalisasi: proses membuat sesuatu menjadi legal/sah/resmi.

Tujuan kita seharusnya adalah untuk menjamin persamaan hak dan kedudukan
bagi para LGBT tanpa melegalisasi hubungan &/ perkawinan sejenis. Pada
intinya, tujuan penderita LGBT menuntut legalisasi adalah untuk mendapat
persamaan di berbagai bidang kehidupan; untuk dianggap ‘setara’ dalam
masyarakat. Bila tanpa diadakan legalisasi masyarakat dapat bertoleransi
dengan penderita LGBT, saya yakin LGBT tidak lagi memerlukan legalisasi.
Mengapa mayarakat tidak bisa menerima penderita LGBT layaknya warga
negara secara adil dan sah?

Sebagai perbandingan, masyarakat kini sudah dapat mentolerir warga negara


Indonesia keturunan Cina yang notabene mengalami diskriminasi oleh
pemerintah dan masyarakat Orba. Sekarang banyak warga negara keturunan
Cina dapat mencalonkan diri sebagai pegawai pemerintah, beberapa atlet
keturunan Cina memenangkan kejuaraan internasional seperti badminton, dan
semakin banyak remaja keturunan Cina diterima di perguruan-perguruan
tinggi negeri.

Masa untuk menghargai pilihan orang lain saja masyarakat Indonesia tidak
mampu?

6. Bagaimanakah sikap umat islam dalam menghadapi LGBT?

Jawaban:

Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) telah menjadi fenomena


sosial di tengah masyarakat. Rita Soebagio dari Aliansi Cinta Keluarga
(AILA) menilai masyarakat perlu merangkul orang-orang dengan ketertarikan
sesama jenis ini, tanpa mengkompromikannya dengan nilai-nilai agama yang
tetap. Pandangan Islam terhadap kelompok LGBT sudah jelas.

"Ketika berbicara tentang LBGT, kita berhadapan dengan suatu gerakan sosial.
Bukan person to person. Ada orang yang memiliki same sex attraction (SSA)
dan gerakan sosial yang mendukungnya," kata Rita Soebagio dalam Talkshow
Holding Hands with LGBT di kampus Universitas Indonesia, Depok, Selasa
(22/9) sore.

Bunda Rita menggarisbawahi, kita tidak sedang menumbuhkan kebencian


kepada orang per orang. Tidak dipungkiri, ada orang yang mempunyai
kecenderungan sesama jenis. Yang ditolak adalah ketika orang-orang ini
menampakkan perilaku tersebut di muka umum, membenarkan tindakan
mereka, bahkan mempropagandakan LGBT.

Menurut Rita, umat Islam harus mewaspadai gerakan ini. Ada gerakan yang
mungkin tidak disadari oleh para SSA sendiri, suatu gerakan didukung oleh
dana jutaan dolar. Dengan tuntutan kesetaraan, kelompok LGBT melakukan
redefinisi dan dekonstruksi, yang berimbas pada institusi keluarga. Konsep
ayah-ibu dirombak sesuai kepentingan kelompok.

Kaum feminis sering berargumen, LGBT sudah lama menjadi bagian dari
budaya Indonesia, lewat tradisi bissu, calabai, warok, dan sejenisnya. Menurut
Bunda Rita, itu tidak bisa menjadi pembenaran LGBT sudah diterima secara
luas di Indonesia. Kendati artikulasi perilaku seksual sejenis bisa didapati
dalam budaya daerah, LGBT baru muncul sebagai fenomena sosial dalam
masyarakat perkotaan pada abad ke-20.

7. Pencegahan awal LGBT?

Jawaban:

1. Mendidik anak sejak dini, bahkan sejak dalam kandungan. Masa kecil
sangat menentukan pandangan hidup anak kedepan. Jika sejak kecil sudah
dicekoki pemikiran liberal bahwa homoseksual itu fitrah, dan tidak
diharamkan dalam Islam, tentu ketika dewasa akan sangat rentan tertular kaum
gay.

2. Mengajari anak-anak sesuai dengan jenis kelaminnya. Anak lelaki


hendaknya diajari sifat-sifat berani, tegas, jantan dan ksatria. Begitu juga
ketika bermain, maka harus diberikan permainan yang cocok dengan jenis
kelaminnya, termasuk juga pakaian-pakaian mereka.

3. Memilihkan teman bergaul. Sejak kecil anak lelaki harusnya sudah


dibiasakan agar tidak bergaul erat dengan
perempuan, khalwat dan ikhtilath (campur-baur) hendaknya dibiasakan
dihindari sejak usia dini. Ini karen teman bergaul sangat berperan dalam
pembentukan jiwa dan agama anak.

4. Memisahkan tempat tidur anak. Walaupun anak-anak kecil belum memiliki


hasrat seksual, namun Rasulullah tetap menyuruh memisahkan mereka di
tempat tidur, agar tidak tidur berdempetan, tidak sedikit kasus homoseksual
maupun incest berawal dari tidur berdempet-dempetan seperti ini.
5. Mengajari sifat wara’ (kehati-hatian), walaupun dalam pergaulan yang
hukum awalnya mubah (boleh) sekalipun.

6. Segera menikahkannya jika sudah sanggup menikah. Anak yang


dorongan seksualnya sudah meninggi, jika tidak segera dinikahkan, bila
lingkungan pergaulannya ‘mendukung’, dia bisa terjatuh kepada zina, jika
tidak ada perempuan lelakipun bisa jadi pelampiasan, ‘tak ada rotan,
akarpun jadi’.

7. Mengusir orang yang berprilaku menyimpang (bukan karena sejak lahir


begitu) dari dalam rumah.

Anda mungkin juga menyukai