Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam era kemajuan teknologi masa kini, dengan kemajuan

komunikasi yang tanpa batas pergaulan muda mudi saat ini sangat bebas dan

tidak terkendali, sehingga aturan-aturan dan adab pergaulan yang sudah

ditetapkan mereka langgar. Masa Pergaulan bebas inilah yang bisa

berdampak terjadinya pernikahan diusia dini. Pernikahan dini adalah

seseorang yang melaksanakan pernikahan dibawah usia yang seharusnya.

Pernikahan yang dilakukan pada usia dibawah 18 tahun merupakan

pernikahan usia dini (UNICEF, 2014).

Salah satu program pemerintah berfokus pada masih maraknya

pernikahan dini, mengingat beberapa faktor negatif yang dapat timbul dari

hal tersebut khususnya yang memiliki kaitan erat dengan reproduksi remaja.

Pernikahan dini masih marak terjadi di Indonesia khususnya wilayah

pinggiran yang masih memegang prinsip budaya yang tinggi serta faktor

ekonomi yang lemah. Menurut Undang-undang RI Nomor 1 Tahun 1974

Tentang syarat perkawinan pada Pasal 7 ayat (1), perkawinan hanya

diizinkan jika pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita 16

tahun.

Kasus pernikahan dini di Indonesia bisa dikatakan sebagai kejadian

nyata dengan angka kejadian yang terbilang tinggi. Isi yang terdapat

didalam Undang-undang perkawinan RI No.1 pasal 7 tahun 1974 sangat

1
2

bertolak belakang dengan pernyataan dari Kepala Perwakilan BKKBN

Provinsi Kalimantan Timur (Maret 2017) yang memberikan rekomendasi

batasan usia pernikahan yang ideal yaitu, wanita 21 tahun dan 25 tahun

untuk pria dan berdasarkan ilmu kesehatan, umur ideal yang baik secara

biologis dan psikologis bagi wanita 20-25 tahun dan pria 25-30 tahun. Usia

tersebut adalah masa yang paling baik untuk berumah tangga, karena

dianggap sudah matang secara finansial dan bisa berpikir dewasa.

Badan PBB untuk Perlindungan Anak (UNICEF) merilis data trend

perkawinan di bawah umur seluruh dunia. Pada data yang dirilis Daily

Mirror (2018), dalam 10 tahun terakhir, jumlah angka perkawinan anak

mengalami penurunan sebesar 25 juta orang. Reduksi terbesar terjadi di Asia

Selatan, utamanya di India yang dilaporkan menjadi negara dengan angka

perkawinan terbesar dikawasan tersebut.

Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Indonesia

mencatat pernikahan anak selama Januari-Agustus (2016) sudah ada 720

kasus. Selanjutnya, pada Januari 2017, Badan Pusat Statistik (BPS) dan

United Nations Children’s Fund (UNICEF) melaporkan angka pernikahan

anak tertinggi adalah provinsi Sulawesi Selatan. BPS pada 2015, melalui

Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (SUSENAS) melaporkan 22,82 persen

angka pernikahan di bawah usia 18 tahun. Lima provinsi dengan angka

pernikahan usia muda terbesar yaitu Sulawesi Barat (34,22 persen),

Kalimantan Selatan (33,68%), Kalimantan Tengah (33,56%), Kalimantan

Barat (33,21%), dan Sulawesi Tengah (31,91%). Badan Pusat Statistik

(BPS) bekerja sama dengan UNICEF hingga tahun 2016 mencatat angka
3

perkawinan anak di Indonesia, yakni 340.000 perempuan menikah pada usia

dibawah 16 dan 17 tahun atau 46 persen dari total perkawinan di Indonesia,

hal tersebut menyatakan bahwa satu dari empat anak perempuan menikah

sebelum berusia 18 tahun.

Pernikahan dini masih menjadi fenomena yang serius, diantara

negara-negara yang memiliki jumlah pernikahan dini tertinggi di dunia,

Indonesia menempati urutan ke 37, bahkan Indonesia menempati urutan ke

2 tertinggi di ASEAN setelah Kamboja, hasil riset kesehatan dasar

(BKKBN) 2012. Januari 2019, angka kasus pernikahan dini atau

perkawinan usia anak di Kalimantan Tengah masih cukup tinggi, dilihat dari

data skala nasional persentasenya mencapai 41,59 persen atau berada pada

peringkat kedua setelah Kalimantan Selatan.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 25

Maret 2019 didapatkan data dari Pengadilan Agama dan Kantor Urusan

Agama Muara Teweh dimana pada tahun 2018, ada 18 pasangan kategori

muslim yang mendapat dispensasi menikah diusia dini. Data yang

didapatkan peneliti pada tanggal 27 Maret 2019 dari Dinas Kependudukan

dan Catatan Sipil Muara Teweh bahwa per-Desembar 2018 jumlah

pasangan pernikahan muda umur 15-19 tahun kategori muslim dan non

muslim berjumlah 156 pasangan.

Resiko pernikahan yang dilakukan dalam usia muda dapat

berpengaruh terhadap kesehatan, pendidikan, ekonomi, keamanan diri

perempuan dan anak-anaknya. Perempuan yang memiliki risiko lima kali


4

lebih besar untuk meninggal diusia 10-14 tahun dalam kasus kehamilan dan

persalinan dari pada perempuan yang berusia 20-24 tahun. Perempuan

tersebut dapat mengalami tingkat risiko komplikasi lebih tinggi, seperti

fistula obstetri, infeksi, perdarahan, anemia dan eklamsia. Perempuan yang

menikah pada usia dini juga memiliki risiko tinggi untuk mengalami

depresi, kurang mampu untuk membicarakan hubungan seks aman yang

dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi menular seksual, berisiko

tinggi mengalami kekerasan, dan isolasi sosial di dalam rumah tangga.

Selain itu risiko bagi anak-anak yang dilahirkannya yakni berisiko lebih

tinggi untuk meninggal, lahir prematur, lahir dengan berat badan rendah dan

kekurangan gizi (UNICEF, 2016).

Alasan yang sangat sering diungkapkan bahwa terjadinya perkawinan

anak adalah dikarenakan kondisi ekonomi atau kemiskinan. Akibatnya,

perkawinan pada anak (khususnya anak perempuan) dianggap dapat

membantu perekonomian keluarga. Faktor berikutnya yang perlu dicermati

adalah tingkat pendidikan rendah pada orang tua dan tradisi menikahkan

anak perempuan di usia dini yang telah berlangsung sejak zaman dulu,

adanya perubahan tata nilai dan sosial di masyarakat misalnya pergaulan

bebas anak yang menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan hingga

diharuskan menikah. Begitu pula situasi informasi dan pendidikan tentang

kesehatan reproduksi yang masih sangat kurang hingga menimbulkan

pemahaman yang kurang tentang seksualitas.


5

Penelitian berusaha menemukan data terkait tingkat pengetahuan

remaja tentang pernikahan dini pada salah satu Sekolah Menengah Pertama

Negeri 1 Teweh Baru wilayah kerja Puskesmas Sikui Kecamatan Teweh

Baru yang menjadi fokus studi pendahuluan pada tanggal 20 Maret 2019,

Hasil studi pendahuluan tersebut menemukan di tahun 2018 data siswi yang

berhenti sekolah karena akan menikah yaitu, sebanyak 4 siswi. Dan hasil

wawancara dari 10 siswi yang mewakili dari kelas tujuh sampai kelas

sembilan yaitu : 8 siswi mengatakan tidak tahu apa itu menikah diusia dini,

1 siswi mengatakan mau dan siap menikah muda dan 2 siswi mengatakan

mau menikah muda karena ada dorongan dari orangantua.

Dari data hasil studi pendahuluan yang di dapat oleh peneliti diatas,

jelas menggambarkan bahwa sebagian besar siswi SMP Negeri 1 Teweh

Baru tidak mengetahui apa itu pernikahan usia dini, yang memberikan

dampak kepada mereka, sehingga mereka mau melakukan perkawinan

diusia muda.

Berkaitan dengan hal-hal dikemukakan di atas, peneliti tertarik

untuk meneliti : “ Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang

Perkawinan Usia Dini Di SMP Negeri 1 Teweh Baru ”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan

masalah yang ada dalam penelitian yaitu, “Bagaimanakah Gambaran

Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Pernikahan Usia Dini di SMPN

1 Teweh Baru tahun 2019 ?”


6

C. Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang

perkawinan usia dini di SMPN 1 Teweh Baru.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a) Penelitian ini memberi manfaat untuk menambah ilmu dan wawasan

keperawatan pada penguatan teori Nola J. Pender dimana layanan

promosi kesehatan sangat penting untuk meningkatkan kesehatan

populasi dimana-mana. Promosi kesehatan ini dapat memberi

manfaat bagi orang dari segala usia, dimana peneliti dapat

mengembangkan dan melaksanakan intervensi promosi kesehatan

disekolah terutama di SMP Negeri 1 Teweh Baru.

2. Manfaat Praktis

1. Bagi Puskesmas

Membantu memberikan informasi kepada Puskesmas Sikui

mengenai tingkat pengetahuan remaja putri tentang pernikahan usia

dini dalam hal promosi kesehatan reproduksi remaja untuk menekan

angka pernikahan pada usia dini.

2. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dalam

menambah ilmu pengetahuan kepada siswa siswi SMP tentang

dampak menikah diusia dini terhadap kesehatan reproduksi remaja.


7

3. Bagi Remaja Putri

Sebagai sumber informasi bagi remaja putri untuk menambah

pengetahuan tentang pernikahan diusia dini dan bagaimana dampak

reproduksi yang akan mereka alami apabila menikah diusia dini, serta

mereka lebih bisa dapat mempertimbangkan keputusan untuk

menikah diusia dini.

4. Bagi Peneliti

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri di wilayah

kerja Puskesmas Sikui tentang pernikahan usia dini.

5. Bagi Peneliti Lain

Menjadi bahan acuan atau referensi tambahan bagi peneliti lain

untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan

penelitian ini.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan pengetahuan dan hasil telaah peneliti, belum ada

penelitian sejenis yang telah dilakukan mengenai gambaran tingkat

pengetahuan remaja putri tentang pernikahan usia dini di SMPN 1 Teweh

Baru. Akan tetapi ada beberapa penelitian yang berhubungan atau terkait

dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu :

1. Intan Ariputri dan Ira Nurmala (2017), dengan judul penelitian “Analisis

Pengetahuan Perempuan Terhadap Perilaku Melakukan Pernikahan Usia

Dini Di Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso”. Tujuan

penelitian ini adalah menganalisis pengetahuan perempuan terhadap


8

sikap melakukan pernikahan usia dini di Kecamatan Wonosari

Kabupaten Bondowoso. Metode penelitian yang digunakan desktiptif

dengan pendekatan kualitatif dengan jumlah pengambilan sampel

menggunakan purposive sampling 5 orang informan kunci dari 5 desa.

Hasil dari 5 informan kunci 2% beralasan mereka melakukan pernikahan

dini karena pengalaman dari orang tua dan keluarga, 2% beralasan karena

memang cinta terhadap pasangannya, dan 1% beralasan karena ada

paksaan dari orang tua, tingkat pendidikan terakhir dari 5 informan kunci

2% SD dan 3% SMP, serta tingkat pendidikan orang tua informan 1%

tidak sekolah, 2% tamat SD dan 2% tamat SMP . Penelitian menunjukkan

rendahnya pengetahuan tentang pernikahan usia dini pada perempuan

memiliki hubungan dengan rendahnya pendidikan orang tua, keluarga,

lingkungan, media masa, pengalaman tentang pernikahan usia dini dan

dampak bagi kesehatan.

Persamaan dalam penelitian diatas dengan penelitian ini adalah

sama-sama membahas tentang pengetahuan pernikahan dini dan

menggunakan metode deskriptif. Perbedaan penelitian diatas membahas

tentang analisis pengetahuan perempuan terhadap perilaku melakukan

pernikahan usia dini.

2. A Im Silviana Rahmat dan Solaikhah Sulistyoningtyas (2017), dengan

judul penelitian “Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap

Terhadap Pernikahan Dini Pada Remaja Putri Kelas XI Di SMA Negeri

2 Wonosari Gunung Kidul”. Tujuan penelitian ini adalah untuk

Mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap terhadap


9

Pernikahan Dini Pada Remaja Putri Kelas XI di SMA Negeri 2 Wonosari

Gunung Kidul. Metode penelitian adalah deskriptif korelatif dengan

pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 128 siswi.

Pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan alat

pengambilan data menggunakan kuesioner dan analisis data

menggunakan kendall tau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

didapatkan nilai p-value 0,000 (<0.05) dan koefisien korelasi sebesar

0.495. sebagian responden mempunyai tingkat pengetahuan yang baik

sebesar 62.2% dan sebagian besar responden memiliki sikap sangat baik

terhadap pernikahan dini, yaitu sebesar 69.4%. disimpulkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan sikap

terhadap pernikahan dini.

Persamaan penelitian diatas dengan penelitian ini adalah

menggunakan metode deskriptif dan sama-sama membahas tentang

pernikahan dini. Perbedaannya adalah penelitian diatas membahas

hubungan tingkat pengetahuan dan sikap terhadap pernikahan dini pada

remaja putri.

3. Nurhayati Agtikasari dan Ismarwati (2015), dengan judul penelitian

“Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Pernikahan Usia Dini Dengan

Sikap Siswa Terhadap Pernikahan Usia Dini Di SMA Negeri 2

Banguntapan Tahun 2015”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui

hubungan pengetahuan tentang pernikahan usia dini dengan sikap siswa

terhadap pernikahan usia dini di SMA Negeri 2 Banguntapan tahun 2015.

Metode penelitian menggunakan rancangan kuantitatif dengan


10

pendekatan cross sectional dengan studi kolerasi dengan jumlah sampel

127 siswa. Hasil uji analisis dengan Chi Square didapatkan nilai

significancy p sebesar 0,042 (<0,05). Sebagian besar responden

mempunyai pengetahuan yang baik sebesar 74,8%, dan yang memiliki

sikap tidak mendukung yaitu sebanyak 55,9%. Ada hubungan bermakna

antara pengetahuan tentang pernikahan usia dini dengan sikap siswa

terhadap pernikahan usia dini didapatkan nilai Asymp sig. p sebesar 0,042

(<0,05).

Persamaan dari penelitian diatas dengan penelitian ini yaitu

membahas tingkat pengetahuan tentang pernikahan usia dini. Sedangkan

perbedaannya penelitian diatas menggunakan rancangan kuantitatif

dengan cross sectional dan studi kolerasi dan penelitian diatas juga

membahas sikap siswa terhadap pernikahan usia dini.

Anda mungkin juga menyukai