Oleh :
Syahrul Komara, M.Psi, C.Ht, CI, M-NLP
Trainer Character Building Nasional
Lembaga Training & Manajemen Terapan INLIGHT Training Center
PENDAHULUAN
Generasi emas hanya dibangun oleh tangan-tangan emas yang memberikan sentuhan-
sentuhan cinta dan kasih sayang sepenuh hati. Ditengah-tengah kemajuan teknologi, yang
membawa keadaan generasi tidak peka dan peduli, karena ditangannya tergenggam smart
phone yang menyita pikiran dan perasaannya telah mengubah tatanan sosial menuju generasi
autis.
Aku takut, pada hari dimana teknologi akan melampaui interaksi manusia. Dunia
akan memiliki generasi idiot.
Teknologi mengendalikan manusia, bukan manusia mengendalikan teknologi saat ini
terjadi.
Hampir di setiap kegiatan smart phone melengkapi dan menjadi asesoris terpenting bagi
mereka, sehingga generasi saat ini adalah generasi yang dimanfaatkan oleh orang lain untuk
kepentingannya. Harus segera mengubah pola laku ini, dengan membangun kesadaran
parenting bahwa yang paling penting adalah tetap terjaganya hubungan harmonis keluarga.
Bagaimana dengan tangan-tangan emasnya orang tua mampu melahirkan generasi emas di
dunia ini
Keluarga merupakan pendidik yang pertama dan utama dalam kehidupan anak, karena dari
merekalah anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya serta menjadi dasar
perkembangan dan kehidupan anak di kemudian hari. Keluarga memberikan dasar pembentukan
tingkah laku, watak, moral dan pendidikan anak. Anak lahir dalam pemeliharaan orang tua dan
dibesarkan dalam keluarga.
Orang tua bertugas sebagai pengasuh, pembimbing, pemelihara dan sebagai pendidik terhadap
anak-anaknya. Setiap orang tua pasti menginginkan anak-anaknya menjadi manusia yang pandai,
cerdas dan berakhlak. Akan tetapi banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa cara mereka
mendidik membuat anak merasa tidak diperhatikan, dibatasi kebebasannya, bahkan ada yang
merasa tidak disayang oleh orang tuanya. Perasaan-perasaan itulah yang banyak mempengaruhi
sikap, perasaan, cara berpikir bahkan kecerdasan mereka
Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif
konsisten dari waktu kewaktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi negatif
dan positif.
Orang tua memiliki cara dan pola tersendiri dalam mengasuh dan membimbing anak. Cara
dan pola tersebut tentu akan berbeda antara satu keluarga dengan keluarga yang lainnya. Pola
asuh orangtua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orangtua dan anak dalam
berinteraksi, berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan.Dalam kegiatan
memberikan pengasuhan ini, orangtua akan memberikan perhatian, peraturan, disiplin, hadiah
dan hukuman, serta tanggapan terhadap keinginan anaknya. Sikap, perilaku, dan kebiasaan
orangtua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anaknya yang kemudian semua itu secara sadar
atahu tidak sadar akan diresapi kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya.
Ini akan membawa anda kembali kepada fungsi keluarga sebagai fondasi utama
pembangunan masyarakat, disertai teknik mengelola emosi buah hati agar memiliki prestasi,
sehingga para orang tua bangga dan tidak merasa khawatir meninggalkan mereka kelak di
kemudian hari.
Keluarga adalah kelompok sosial pertama dan utama bagi kehidupan anak, anak lebih banyak
menghabiskan waktunya dengan kelompok keluarga daripada dengan kelompok sosial
lainnya. Anggota keluarga merupakan orang yang paling berarti dalam kehidupan anak
selama proses pembentukan kepribadian anak, dan pengaruh keluarga jauh lebih luas
dibandingkan pengaruh lainnya.
Berapa besar pengaruh keluarga pada perkembangan kepribadian anak yang berdampak
sebagai berikut :
Menurut Baumrind ,secara garis besar terdapat 4 macam pola asuh orang tua terhadap
anaknya yaitu antara lain :
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi
tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap
kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak dan
memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan. Pengaruh
pola asuh demokratis yaitu akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang mandiri, dapat
mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman-temannya.
Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang cenderung menetapkan standar yang mutlak harus
dituruti. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Orang tua
mungkin berpendapat bahwa anak memang harus mengikuti aturan yang ditetapkannya.
Karena , apa pun peraturan yang ditetapkan orang tua semata-mata demi kebaikan anak.
Orang tua tak mau repot-repot berpikir bahwa peraturan yang kaku seperti itu justru akan
menimbulkan serangkaian efek. Pola asuh otoriter biasanya berdampak buruk pada anak,
biasanya pola asuh seperti ini menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam,
tertutup, gemar menentang, suka melanggar norma-norma, berkepribadian lemah.
Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada
anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung
tidak menegur atahu memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat
sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat
hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak. Pola asuh permisif akan menghasilkan
karakteristik anak-anak yang tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri
(egois), dan kurang percaya diri.
Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada
anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti
bekerja, dan juga kadangkala biaya pun dihemat-hemat untuk anak mereka. Pola asuh
penelantar akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang agresif, kurang bertanggung
jawab, tidak mau mengalah, sering bolos, dan bermasalah dengan teman.
Strategi dalam pembentukan kepribadian anak dengan Positive Parenting :
1. Tekankan segi positif.
2. Jaga agar peraturan tetap sederhana.
3. Bersikap proaktif.
4. Mengarahkan kembali perilaku yang salah.
5. Mengatasi transisi.
6. Negosiasi dan kompromi.
7. Jangan membuat alasan.
8. Hindari kontrol lewat rasa bersalah.
H = Hear Him
U = Understand His Feelings
M = Motivate his Desire
A = Appreciate His efforts
N = News Him
T = Train Him
O = Open His Eyes
U = Understand His Uniqueness
C = Contact Him
H = Honour Him
Kesimpulan
1. Dalam pengasuhan anak orang tua harus mamperhatikan tingkat perkembangan anak.
2. Semua perilaku orang tua yang baik atahu buruk akan ditiru oleh anak, oleh karena itu
perlunya orang tua untuk menjaga setiap perilakunya sehingga anak akan meniru sikap positif
dari orang tua.
3. Pola asuh orang tua harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi anak pada saat itu, ada
kalanya orang tua bersikap demokratis, ada kalanya juga harus bersikap otoriter, atahupun
bersikap permisif dalam arti yang positif
PR bagi Orang Tua dalam Positif Parenting :
1. PR ke-1 : Mulai hari ini Saya bersungguh sungguh jadi ortu betulan, bukan
kebetulan.
Saya bersungguh sungguh meMulainya dari hal yang sederhana yaitu menyediakan
waktu bersama anak setiap hari, setidaknya 30 menit setiap hari sebelum 12 tahun
dan 3 jam setidaknya setiap bulan setelahnya
2. PR ke-2 : Mulai hari ini, Saya akan MEMBEBASKAN hidup anak Saya demi
kebahagiaan mereka sepanjang tidak berlebihan, yaitu : Tidak membahayakan
dirinya Tidak merugikan orang lain Tidak melanggar hukum agama, negara dan
norma setempat
3. PR ke-3 : Mulai hari ini, Saya bersungguh sungguh sekuat tenaga untuk
MENDAMPINGI anak setiap hari jika bertemu dengan anak setidaknya pd 4
kegiatan, yaitu : Bangun tidur, Mau tidur, Makan dan Ibadah
5. PR ke-5: Mulai hari ini, Saya tidak akan mengatakan kalimat negatif tentang anak
saya di depan anak, sebaik apapun tujuannya. Saya tidak rela konsep diri anak Saya
menjadi negatif gara-gara mulut Saya yang tidak terjaga. Hati2 krn itu akan menjadi
label. Kita melabeli anak kita nakal, maka ia menjadi nakal. Isi toples sesuai labelnya
6. PR ke-6: Mulai hari ini Saya akn bersungguh sungguh melakukan apa yang Saya
katakan kpd anak, Mulai hari ini Saya akan bersungguh sungguh tidak pernah
berbohong dan ingkar janji pada anak sebaik apapun tujuannya. Saya tidak ridho
anak2 Saya tidak mempercayai Saya orang tuanya Ortu tegas tapi tidak kasar Ortu
harus konsisten
7. PR ke-7 : Mulai hari ini Saya bersungguh sungguh, ketika anak Saya berlebihan,
Saya akan sedikit bicara dan banyak bertindak. Yaitu dengan membuat batasan2
yang jelas dan kknsekuensi yang jelas. Ketika Saya terpaksa menindak anak, Saya
sekuat tenaga melaksanakannya dan tidak mudah goyah oleh perlawanan anak
berupa : tangisan, kemarahan, amukan, dan serangan kata-kata atahu fisik. Saya
tahu tidak akan mudah, tapi Saya juga tahu jika tidak melaksanakannya sekarang,
maka akan jadi kesulitan yang berkepanjangan anak nangis minta sesuatu, cuekin aja
anak ngamuk, ortu tinggalkan ia..tapi tetap dalam pengawasan ortu jgn lembek
dengan segera memberi apa yang diminta anak
8. PR ke-8: Mulai hari ini Saya akan bersungguh sungguh Saya akan mendekati anak
Saya pd saat berbuat baik lebih sering dr pada saat berbuat buruk dan setelah itu
tidak akan jaga image untuk : mengungkapkan perasaan positif yang kita rasakan
mendoakan anak sesekali yang sengaja terdengar anak menceritakan kebaikan anak
kepada orang lain
9. PR ke-9 : Mulai hari ini Saya bersungguh-sungguh Saya akan melatih diri Saya agar
menjadi tempat curhat terbaik yang dipilih anak saya dengan mebiasakan diri :
mengajak anak bicara soal sepele sebelum yang serius Mengajak anak berbicara pd
saat tidak bermasalah sebelum yang bermasalah Tidak akan pernah memasukan
nasehat sebelum mengeluarkan isi pikiran dan perasaan anak -- berikan nasehat
stlah anak colling down